tinjauan pustaka potensi indigofera sp.sebagaipakan … · selama proses perkecambahan, ... dalam...

13
3 TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan Ternak Ruminansia Indigofera sp.adalah genus besar dari sekitar 700 jenis tanaman berbunga milik keluarga Fabaceae (Schrire, 2005). Terdapat di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, dari beberapa jenis mencapai zona di kawasan Timur Asia. Indigofera sp.memberikan peluang yang menjanjikan dalam hal pemenuhan kebutuhan ternak ruminansia terhadap penyediaan hijauan pakan. Menurut Hassen et al., 2008 produksi bahan kering (BK) total Indigofera sp. adalah 21 ton/ha/tahun dan produksi bahan kering daun 5 ton/ha/tahun. Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air, dan tahan terhadap salinitas. Tepung daun Indigofera sp.mengandung protein kasar (PK) 22,30-31,10%, NDF 18,90-50,40%, kecernaan in vitro bahan organik berkisar 55,80-71,70%, kandungan serat kasar sekitar 15,25%. Selain itu legum ini memiliki kandungan mineral yang cukup untuk pertumbuhan optimal ternak. Kandungan mineral yang terkandung, yaitu Ca 0,97-4,52%, P 0,19-0,33%, Mg 0,21-1,07%, Cu 9-15,30 ppm, Zn 27,20-50,20 ppm, dan Mn 137,40-281,30 ppm (Hassen et al., 2007) serta memiliki kandungan tanin sebanyak 9,35% (Ologhobo,2009). Gambar1. Daun Indigofera sp. Sumber : Fotopenelitian, 2011 Taksonomi tanaman Indigofera sp.sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

Upload: dinhngoc

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

3

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan Ternak Ruminansia

Indigofera sp.adalah genus besar dari sekitar 700 jenis tanaman berbunga

milik keluarga Fabaceae (Schrire, 2005). Terdapat di seluruh daerah tropis dan

subtropis di dunia, dari beberapa jenis mencapai zona di kawasan Timur Asia.

Indigofera sp.memberikan peluang yang menjanjikan dalam hal pemenuhan

kebutuhan ternak ruminansia terhadap penyediaan hijauan pakan. Menurut Hassen et

al., 2008 produksi bahan kering (BK) total Indigofera sp. adalah 21 ton/ha/tahun dan

produksi bahan kering daun 5 ton/ha/tahun. Indigofera sp. memiliki kandungan

protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air, dan tahan terhadap

salinitas. Tepung daun Indigofera sp.mengandung protein kasar (PK) 22,30-31,10%,

NDF 18,90-50,40%, kecernaan in vitro bahan organik berkisar 55,80-71,70%,

kandungan serat kasar sekitar 15,25%. Selain itu legum ini memiliki kandungan

mineral yang cukup untuk pertumbuhan optimal ternak. Kandungan mineral yang

terkandung, yaitu Ca 0,97-4,52%, P 0,19-0,33%, Mg 0,21-1,07%, Cu 9-15,30 ppm,

Zn 27,20-50,20 ppm, dan Mn 137,40-281,30 ppm (Hassen et al., 2007) serta

memiliki kandungan tanin sebanyak 9,35% (Ologhobo,2009).

Gambar1. Daun Indigofera sp. Sumber : Fotopenelitian, 2011

Taksonomi tanaman Indigofera sp.sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

4

Bangsa : Rosales

Suku : Leguminosae

Marga : Indigofera

Jenis : Indigofera arrecta L.

Ciri-ciri legum Indigofera sp.adalah tinggi kandungan protein dan toleran

terhadap kekeringan dan salinitas menyebabkan sifat agronominya sangat diinginkan.

Saat akar terdalamnya dapat tumbuh kemampuannya untuk merespon curah hujan

yang kurang dan ketahanan terhadap herbivora merupakan potensi yang baik

sebagaicover crop (tanaman penutup tanah) untuk daerah semi- kering dan daerah

kering (Hassen et al., 2006). Interval defoliasi tanaman ini yaitu 60 hari dengan

intensitas defoliasi 100 cm dari permukaan tanah pada batang utama dan 10 cm dari

pangkal percabangan pada cabang tanaman (Suharlina, 2010).

Tabel1. Kandungan NutrientIndigofera sp.

Kandungan Nutrient Presentase (a) Presentase (b)

Bahan Kering (%) 21,97 93,21

Abu (% BK) 6,41 12,51

Protein Kasar (% BK) 24,17 27,88

Serat Kasar (% BK) 17,83 32,73

Lemak Kasar (% BK) 6,15 1,48

Beta-N (% BK) 38,65 25,39

NDF (%) 54,24 -

ADF (%) 44,69 -

Keterangan: a) Kandungan nutrient Indigofera sp. sebagai pakan basal kambing boerka (Simanihuruk

et al., 2009), b) Kandungan nutrient Indigofera sp. ransum penelitian, Laboratorium

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, 2011, NDF = Neutral Dietergent Fiber, ADF =

Acid Detergent Fiber.

Potensi Limbah Tauge sebagai Pakan Ternak Ruminansia

Limbah tauge adalah sisa dari produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang

hijau atau angkup tauge dan pecahan-pecahan tauge yang diperoleh pada saat

pengayakan atau ketika pemisahan untuk mendapatkan tauge yang dapat dikonsumsi.

Limbah tauge biasanya dibuang begitu saja di pasar atau oleh para pengrajin tauge,

sehingga hal tersebut berpeluang untuk mencemari lingkungan. Potensi limbah tauge

dalam sehari sangat banyak dilihat dari produksi tauge yang tidak mengenal musim

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

5

terutama untuk pengrajin tauge di daerah Bogor. Sebagai contoh, total produksi tauge

di daerah Bogor sekitar 6,5 ton/hari (Rahayu et al., 2010). Limbah tauge dihasilkan

dari kacang hijau yang mengalami perubahan fisik secara biologi dan kimia menjadi

tauge, kemudian dilakukan pengayakan tauge di pasar sebelum dijual ke konsumen.

Kacang hijau mempunyai kandungan protein yang tinggi dan susunan asam amino

yang mirip dengan susunan asam amino kedelai. Salah satu kekurangan kacang hijau

adalah adanya kandungan anti tripsin yang dapat menghambat penyerapan protein.

Salah satu cara untuk mengurangi kandungan anti nutrisinya adalah dengan

memberikan perlakuan pada kacang tersebut seperti perendaman, perkecambahan,

dan pemanasan (Belinda, 2009).

Gambar2. Limbah taugekacang hijau Sumber : Foto Penelitian, 2011

Selama proses perkecambahan, beberapa kandungan pati diubah menjadi

bagian yang lebih kecil dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat sebagai bahan

persediaan makanan dirombak oleh enzim alfa amilase dan beta amilase yang bekerja

saling mengisi. Alfa amilase mengubah pati menjadi dekstrin, sedangkan beta

amilase memecah dekstrin menjadi maltosa. Molekul protein dipecah menjadi asam

amino sehingga pada kecambah terjadi kenaikan konsentrasi asam amino yaitu lisin

24%, threonin 19%, alanin 29%, dan fenilalanin 7%. Lemak dihidrolisa menjadi

asam lemak yang mudah dicerna. Beberapa mineral seperti Ca dan Fe yang biasa

terikat erat dapat dilepaskan sehingga menjadi bentuk yang lebih bebas. Dalam setiap

100 gram tauge mengandung energi 50 kkal, kalsium 32 mg, potasium 235 mg, besi

897 mg, fosfor 75 mg, seng 960 mg, asam folat 160 mg, vitamin C 20 mg, dan

vitamin B2 163 mg. Tauge mengandung nilai gizi tinggi, murah, dan mudah didapat.

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

6

Dalam bentuk tauge, kandungan vitaminnya lebih banyak daripada bentuk

bijinya yaitu kacang hijau. Kadar vitamin B-nya meningkat 2,5-3 kali lipat,

sedangkan vitamin C meningkat menjadi 20 mg/100gr. Berdasarkan berat kering,

kandungan protein tauge juga meningkat 119% dari kandungan awalnya. Hal ini

terutama dikarenakan terjadinya sintesa protein selama proses germinasi kecambah

(Winarno, 1981). Limbah tauge memiliki kandungan nutrisi, kandungan airnya

63,35%, abu 7,35%, lemak 1,17%, protein 13,62%, serat kasar 49,44%, dan

kandungan TDN adalah 64,65% (Rahayu et al., 2010).

Tabel 2. Kandungan Nutrient Limbah Tauge

Kandungan Nutrient Presentase (a) Presentase (b)

Bahan Kering (%) 44,62 87,94

Abu (% BK) 7,35 3,00

Protein Kasar (% BK) 13,63 16,40

Serat Kasar (% BK) 49,44 43,78

Lemak Kasar (% BK) 1,17 0,24

Beta-N (% BK) 28,42 36,58

TDN (%) 64,65 67,80

Keterangan : (a) Kandungan nutrient limbah tauge untuk ransum penggemukan domba UP3 jonggol

(Wandito, 2011), (b) Kandungan nutrient limbah tauge ransum penelitian, hasil

analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, 2011, TDN = Total

Digestibelity Nutrient.

RUSITEC (Rumen Simulation Technique)

Rusitec merupakan model yang dirancang untuk menyamakan kondisi yang

mirip di dalam rumen. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar populasi mikroba di

dalam rumen tetap normal dalam jangka waktu yang lama selama pemberian

treatmen (Koike et al., 2007).

Prinsip metode Rusitec menurut Czerkawski & Breckenridge (1977) adalah

cairan rumen harus berada dalam kondisi 39oC dengan menggunakan pemanasan

wather bath. Volume tabung yang digunakan untuk proses fermentasi 1060 ml yang

didalamnya terdapat dua kantong nylon berisi padatan dan pakan perlakuan yang

diinkubasikan selama 48 jam. Pada tabung fermentor terdapat cairan rumen sebagai

inokulum dan larutan buffer sebanyak 620 ml/hari. Menurut para ahli metode ini

dikenal sebagai sistem “Continous Flow Aparatus”atau Chemostat. Alat ini juga

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

7

merupakan pengukur fermentasi in vitro yang biasa dipakai untuk menentukan

derajat penggunaan makanan (Johnson,1966).

Gambar3. Alat Rusitec dengan 8 vessel Sumber : Foto Penelitian, 2011

Cairan rumen sebagai sumber inokulum merupakan bagian yang penting

untuk penyelidikan fermentasi in vitro. Menurut Johnson (1966) para ahli

menyarankan pentingnya pemberian ransum yang sama dengan substrat yang akan

diselidiki daya cerna pada hewan yang dijadikan sebagai induk semang mengingat

banyak perbedaan dalam jenis jenis bakteri rumen yang kebutuhannya berbeda-beda.

Tetapi dalam sistem RUSITEC, hal ini tidak diperlukan karena adanya masa

“prelim” beberapa hari sebelum masa pengamatan.

Keasaman (pH), menurut Hungate (1966) keasaman dalam rumen berkisar

antara 5,5-7,0, namun para peneliti berpendapat sekitar 6,9. Untuk memelihara

kehidupan mikroba perlu keasaman mendekati netral. Dalam sistem RUSITEC pH

fermentor mendekati normal karena dialirkan kedalamnya buffer McDougall sebagai

saliva buatan. Pada RUSITEC di dalam rumen buatan, mikroorganisme dapat

bertahan dengan memberi makan seperti ruminansia normal setiap hari dan

memperhatikan kondisi fisiologis yang benar meliputi suhu, pH, dan saliva. (Dong

Yet al., 1997).

Cairan Rumen

Cairan rumen dapat diambil dari limbah pemotongan ternak, dari tubuh

ternak hidup dengan menggunakan stomach tube, atau dari ternak yang memiliki

lubang fistula (Hungate, 1966). Cheng et al. (1980) menyatakan bahwa pada kondisi

anaerob, asam lemak dan cairan rumen dapat dengan cepat menghancurkan

plasmalema dan banyak struktur sitoplasma dari sel tanaman.

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

8

Penghuni terbesar dalam cairan rumen adalah bakteri yaitu 1010

-1012

/ml

cairan rumen dan populasi terbesar kedua diduduki oleh protozoa yang dapat

mencapai 105–10

6sel/ml cairan rumen, namun demikian karena ukuran tubuhnya

lebih besar dari bakteri maka biomassanya ternyata cukup besar yakni mengandung

lebih kurang 40% total nitrogen mikroba rumen (Hungate, 1966).

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

Mikroba rumen dan induk semang (ternak) hidup secara simbiosis. Secara

umum terdapat empat jenis mikroorganisme rumen, yaitu bakteri (1010

-105

zoospora/ml, mewakili 5 jenis), dan bakteriofag (108-10

9/ml). Bakteri mendegradasi

selulosa, hemiselulosa, pati, protein, dan sangat sedikit jumlah minyak untuk

menghasilkan VFA dan protein mikroba di dalam rumen. Protozoa mencerna

karbohidrat dan protein. Fungi memiliki peran dalam fermentasi rumen yaitu sebagai

pencerna pakan serat karena fungi membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan.

Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih

terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen (Kamra, 2005).

Protozoa memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri,

ukuran tubuh protozoa lebih besar sehingga total biomassanya hampir sama dengan

bakteri (McDonaldet al., 2002). Protozoa bersifat fagosit aktif (pemangsa/predator)

terhadap bakteri rumen terutama bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik menempel

granula pati dan sifat makan protozoa yang menelan partikel-partikel pati sehingga

bakteri amilolitik ikut termakan bersama granula pati (Subrata et al., 2005).

Sebanyak 70% dari total bakteri metanogen bersimbiosis dengan protozoa (Jouany,

1991). Produksi H2 dari hasil fermentasi akan dimanfaatkan oleh bakteri metanogen

untuk diubah menjadi gas metan (CH4). Hal ini akan merugikan karena pembentukan

metan merupakan proses pemborosan yang dapat mengurangi 6-10% gross energi

(Jayanegara, 2008) yang seharusnya dapat dikonversi dalam pembentukan produk

fermentasi.

Pencernaan merupakan perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan

dalam alat pencernaan. Proses pencernaan tersebut meliputi : (1) pencernaan

mekanik, (2) pencernaan hidrolitik dan (3) pencernaan fermentatif. Pencernaan

mekanik terjadi dimulut oleh gigi melalui proses mengunyah dengan tujuan untuk

memperkecil ukuran, yang kemudian akan masuk ke dalam perut dan usus untuk

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

9

melalui pencernaan hidrolitik, dimana zat makanan akan diuraikan menjadi molekul-

molekul sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh hewan

(Sutardi, 1980). Hasil pencernaan fermentatif berupa Volatile Fatty Acids (VFA),

NH3, dan air diserap di sebagian rumen dan sebagian lagi di abomasum dan dicerna

secara hidrolitik oleh enzim enzim pencernaan sama seperti yang terjadi di hewan

monogastrik. Pencernaan berlangsung dari suatu saluran yang terentang dari mulut

ke anus (Fradson, 1996). Zat makanan tersebut dalam saluran pencernaan mengalami

perombakan menjadi zat-zat yang siap untuk diserap tubuh hewan (Tilman et al.,

1986).

Sistem pencernaan ruminansia sangat bergantung pada perkembangan

populasi mikroba yang mendiami retikulorumen dalam mengolah setiap bahan pakan

yang dikonsumsi. Mikroba tersebut berperan sebagai pencerna-pencerna serat dan

sumber protein. Adanya mikroba yang berperan dalam pencernaan pakan di dalam

rumen menyebabkan ternak ruminansia mampu mencerna pakan berserat yang

berkualitas rendah, sehingga kebutuhan asam-asam amino untuk ternak tidak

sepenuhnya tergantung pada protein pakan yang diberikan (Sutardi, 1980).

Pencernaan Fermentatif

Proses pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis di dalam mulut,

fermentatif oleh mikroba dalam rumen dan hidrolisis oleh enzim pencernaan ternak

inang. Proses pencernaan fermentatif zat makanan dirombak oleh mikroba menjadi

senyawa lain yang berbeda sifat kimianya sebagai zat intermediate. Produk dari hasil

pencernaan fermentatif yaitu asam lemak terbang (VFA), NH3, sel mikroba, gas

metan, CO2 dan air. Gas metan akan dikeluarkan dengan cara eruktasi dan VFA

diserap melalui dinding rumen. Sekitar 75% dari total VFA yang diproduksi akan

diserap langsung retikulo-rumen yang masuk ke darah, sekitar 20% diserap di

abomasum dan omasum, dan sisanya sekitar 5% diserap usus halus (McDonald et al.,

2002).

Peningkatan produksi VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan

tersebut didegradasi oleh mikroba rumen (Sakinah, 2005).Ransum yang diberikan

kepada ternak ruminansia sebagian besar terdiri dari karbohidrat. Degradasi

karbohidrat di dalam rumen dilakukan dengan dua tahapan yaitu 1) karbohidrat

kompleks (polisakarida : selulosa, pati dan lain-lain) dihidrolisa menjadi gula

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

10

sederhana (monosakarida glukosa) oleh enzim-enzim mikroba rumen, 2)

monosakarida menjadi piruvat yang selanjutnya akan diubah menjadi produk akhir

yaitu VFA (asetat, propionat dan butirat) (McDonald et al., 2002).

Selulosa Pati

Selobiosa Maltosa

Glukosa

2 ATP

2 NAD+

2 NADH

Piruvat 2 NADH 2 NAD+

CO2 CH4

Asam Laktat Asetil Co-A

4 NADH NADH

4 NAD NAD +

Propionat Asetat Butirat

Gambar4. Sintesis VFA oleh mikroorganisme di rumen Sumber : Damron (2006)

Menurut McDonald et al. (2002) proporsi molar dari VFA terdiri dari 65%

asetat, 21% propionat, dan 14% butirat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jenis pakan

yang dikonsumsi. Kecepatan produksi VFA dan sel bakteri berhubungan dengan

konsumsi TDN(Arora, 1989). Karbohidrat seperti selulosa, hemiselulosa, pectin,

pati, dan gula tercerna lainnya merupakan substrat utama dalam proses fermentasi.

Karbohidrat ini didegradasi menjadi bentuk heksosa dan pentosa sebelum

difermentasi menjadi VFA oleh piruvat (France dan Dijkstra, 2005).

Banyaknya VFA yang dihasilkan di dalam rumen sangat bervariasi

tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi. Konsentrasi VFA total yang layak

bagi kelangsungan hidup ternak 70-150 mM (McDonald et al., 2002) dengan titik

optimumnya adalah 110 mN (Suryapratama, 1999).Menurut France dan Dijikstra

(2005) konsentrasi VFA total dapat turun menjadi 30 mM atau meningkat sampai

200 mM, namun pada umumnya konsentrasi VFA berkisar antara 70-130 mM.

Konsentrasi yang relatif tinggi atau rendah ini menunjukkan pola fermentasi, yang

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

11

terlihat jelas pada pakan hijauan tetapi kurang terlihat pada pakan konsentrat. Tinggi

rendahnya konsentrasi VFA dipengaruhi oleh pakan basal, tipe karbohidrat pakan,

bentuk fisik pakan, tingkat konsumsi, frekuensi pakan, dan penggunaan aditif kimia.

Menurut Salawu et al. (1997) faktor yang mempengaruhi konsentrasi VFA adalah

kandungan serat kasar dan unsur karbon yang terdapat dalam protein. Selain itu jenis

dan jumlah mikroorganisme juga mempengaruhi konsentrasi VFA.

Berdasarkan penelitian Fitri (2010), produksi VFA total hasil fermentasi in

vitro empat jenis daun leguminosa pohon secara berurutan dari gamal, kaliandra,

kelor, dan lamtoro, yaitu 110,17 mM; 97,67 mM; 138,04 mM; dan 110,38

mM.Perbandingan antara asamlemak terbang yang dihasilkan tidak tetap,

bergantungpada tipe makanan, pengolahan dan frekuensi pemberian makan

(Soewardi,l974).Umumnya perbandingan VFA berkisar 65% asetat, 20% propionat,

10% butirat dan5% valerat (Sutardi, 1977). Ransum dari penguat akan rnenghasilkan

perbandingan 45% asetat, 40% propionat, 5-10% butirat dan 2-8% valerat. Apabila

konsentrat dalamransum meningkat, maka proporsi asetat menurun dan asam

propionat meningkat(Ranjhan, 1980).

Ternak mengkonsumsi pakan yang cukup akan protein untuk memenuhi

kebutuhan protein dalam tubuhnya. Protein dalam rumen mengalami proteolisis

seperti halnya karbohidrat. Protein pakan di dalam rumen dipecah oleh mikroba

menjadi peptida dan asam amino, beberapa asam amino dipecah lebih lanjut menjadi

amonia. Amonia merupakan hasil metabolisme protein dan nitrogen bukan protein.

Amonia dalam rumen adalah sumber nitrogen yang akan digunakan oleh mikroba

rumen dalam pembentukan protein mikroba (McDonald et al., 2002).

Amonia dalam cairan rumen merupakan produk akhir dari proteolisis yang

dirombak oleh populasi bakteri rumen. Amonia juga merupakan sumber nitrogen

utama untuk sintesis protein oleh populasi bakteri rumen. Pada waktu tertentu,

konsentrasi amonia dalam rumen tergantung pada laju relatif pelepasan dan

pembentukan kembali amonia. Amonia dalam cairan rumen dibentuk ketika asam

amonia berlebihan yang dimetabolisme ke dalam intraselular oleh berbagai macam

mikroorganisme. Saat amonia dalam intraselular meningkat, amonia akan

dikeluarkan sebagian dimana amonia ini tersedia dan akan dimanfaatkan oleh

beberapa mikroorganisme selulotik (France dan Dijkstra, 2005).Konsentrasi amonia

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

12

optimum dalam cairan rumen berkisar antara 85 hingga lebih dari 300mg/l

(McDonald., 2002).

Kadar amonia dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan

proses sintesis protein oleh mikroba rumen. Ketika kandungan protein pakan tahan

degradasi, maka konsentrasi amonia dalam rumen akan rendah dan pertumbuhan

mikroba rumen akan lambat yang menyebabkan turunnya kecernaan pakan

(McDonald et al., 2002). Amonia merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesis

protein mikroba, oleh karena itu konsentrasinya dalam rumen merupakan suatu hal

yang perlu diperhatikan.

Konsentrasi amonia harus dalam keadaan cukup untuk menunjang sintesis

protein mikroba. Kekurangan amonia akan menyebabkan pertumbuhan bakteri yang

lambat sehingga degradasi karbohidrat melambat. Kelebihan amonia akan

menyebabkan amonia terakumulasi di rumen yang kemudian akan diserap oleh darah

dan dibawa ke hati untuk dikonversi menjadi urea. Beberapa urea akan dikembalikan

ke saliva dan ada yang langsung diekskresikan melalui urin (McDonaldet al., 2002)

(Gambar5). Menurut Sutardi (1980) kadar amonia yang dibutuhkan untuk menunjang

pertumbuhan mikroba rumen berkisar antara 4-12 mM yang setara dengan 5,6-

16,8mg/100ml. McDonald et al. (2002) menjelaskan bahwa konsentrasi optimum

NH3 di dalam rumen berkisar 85-300 mg/l yang setara dengan 6-21 mM.

Menurut McDonald et al. (2002) kisaran konsentrasi NH3 yang optimal untuk

sintesis protein oleh mikroba rumen adalah 6 - 21 mM. Konsentrasi nitrogen amonia

sebesar 5% sudah mencukupi kebutuhan nitrogen mikroba. Faktor utama yang

mempengaruhi penggunaan NH3 adalah ketersediaan karbohidrat dalam ransum yang

berfungsi sebagai sumber energi untuk pembentukan protein mikroba. Amonia dapat

dimanfaatkan oleh mikroba dan penggunaannya perlu disertai dengan sumber energi

yang mudah difermentasi, misalnya dedak padi. Berdasarkan penelitian Kasim

(1994), rata-rata produksi amonia hasil fermentasi in vitro empat jenis daun

leguminosa pohon secara berurutan dari angsana, kupu-kupu, sengon, dan lamtoro

dalam keadaan segar yaitu 3,7 mM, 6,7 mM, 1,8 mM, dan 5,9 mM.

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

13

RUMEN

Gambar 5. Pencernaan dan metabolisme komponen nitrogen dalam rumen Sumber : (McDonald et al., 2002).

Pencernaan Hidrolisis

Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis,

kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan

penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk

mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Proses utama dari pencernaan yaitu

mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri atas mastikasi ataupun

pengunyahan dalam mulut dan gerakan–gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan

oleh kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau

kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel–sel dalam tubuh hewan.

Mikroorganisme hidup dalam beberapa bagian dari saluran pencernaan yang sangat

Pakan

Kelenjar

Ludah Non Protein N Protein

Protein

Terdegradasi

Protein Tak

Terdegradasi

Peptida

HATI

Urea NH3 Amonia Asam amino

GINJAL Protein Mikroba

Dicerna

diusus halus

Diekskresi

melalui Urin

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

14

penting dalam pencernaan ruminansia. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga

dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel–sel mikroorganisme

(Tillman et al., 1991).

Kecernaan merupakan presentase pakan atau zat nutrisi tertentu dalam pakan

yang larut dalam saluran pencernaan sehingga dapat diserap oleh dinding sel

pencernaan. Kecernaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : (1) adanya

enzim yang mempengaruhi lingkungan fisiologis rumen, (2) komposisi nutrien bahan

pakan dan antinutrisi yang terkandung dalam pakan, dan (3) kapasitas saluran

pencernaan ternak (Church, 1979).

Menurut McDonald et al.(2002), kecernaan pakan dapat didefinisikan dengan

cara menghitung bagian zat makanan yang tidak dikeluarkan melaui feses dengan

asumsi zat makanan tersebut telah diserap oleh ternak. Pengukuran kecernaan dapat

dilakukan dengan memberikan sejumlah pakan tertentu kepada ternak dan

menghitung jumlah feses yang dikeluarkan oleh ternak. Pengukuran kecernaan

sebaiknya dilakukan dengan lebih dari satu ternak. Selain itu, kecernaan pakan juga

dapat dihitung cepat dilaboratorium yaitu dengan menggunakan cairan rumen.

Kecernaan dapat dibedakan menjadi kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Faktor faktor yang mempengaruhi kecernaan yaitu komposisi bahan pakan,

perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan bahan pakan lainnya,

perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan level pemberian

pakan (McDonald et al., 2002). Berdasarkan penelitian Kasim (1994) kecernaan

bahan kering hasil fermentasi in vitro empat jenis daun leguminosa pohon secara

berurutan dari angsana, kupu-kupu, sengon, dan lamtoro dalam bentuk segar, yaitu

37,70%, 39,70%, 32,10%, dan 43,80%.

Kecernaan bahan organik merupakan faktor penting yang dapat menentukan

nilai pakan (McDonald et al., 2002). Semakin tinggi bahan organik yang dikonsumsi

akan menghasilkan nilai kecernaan bahan organik yang semakin tinggi pula

(Resdiani, 2010). Sebagian besar komponen bahan kering terdiri dari bahan organik

sehingga faktor faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya Koefisien Cerna Bahan

Kering (KCBK) akan mempengaruhi juga tinggi rendahnya Koefisien Kecernaan

Bahan Organik (KCBO) ransum. Semakin tinggi KCBK maka semakin tinggi pula

peluang nutrien yang dimanfaatkan ternak untuk pertumbuhannya. Kecernaan bahan

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Potensi Indigofera sp.sebagaiPakan … · Selama proses perkecambahan, ... dalam bentuk gula maltosa. Karbohidrat ... akan diuraikan menjadi molekul-molekul sederhana

15

organik menggambarkan senyawa protein, karbohidrat, lemak yang dapat dicerna

oleh ternak (Menke et al., 1986).Berdasarkan penelitian Kasim (1994) kecernaan

bahan organik hasil fermentasi in vitro empat jenis daun leguminosa pohon secara

berurutan dari angsana, kupu-kupu, sengon, dan lamtoro dalam bentuk segar, yaitu

38,30%, 40,30%, 32,30%, dan 42,60%.