the basis risk component of commercial bank stock returns-rewiew

17
MANAJEMEN ASET DAN KEWAJIBAN THE BASIS RISK COMPONENT OF COMMERCIAL BANK STOCK RETURNS Oleh: Citra Aryani Sjahrir Dian Agustina Luna Mantyasih Makarti Ratna Nugrahaningsih Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2010

Upload: darmosoewito-luna

Post on 05-Aug-2015

65 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

MANAJEMEN ASET DAN KEWAJIBAN  

THE BASIS RISK COMPONENT OF COMMERCIAL BANK STOCK 

RETURNS 

 

 

 

   

 

 

 

Oleh: 

Citra Aryani Sjahrir 

Dian Agustina 

Luna Mantyasih Makarti 

Ratna Nugrahaningsih 

 

 

 

Program Pascasarjana Ilmu Manajemen 

Fakultas Ekonomi 

Universitas Indonesia 

2010 

Page 2: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum  

Background  Penerimaan dan pengelolaan  risiko keuangan melekat dengan bisnis perbankan dan peranan bank sebagai perantara keuangan. Untuk memenuhi permintaan pelanggan mereka dan masyarakat serta menjalankan strategi bisnis, bank memberikan pinjaman, pembelian surat berharga, dan melakukan deposito  yang memiliki  jatuh  tempo  dan  tingkat  suku  bunga  yang  berbeda.  Kegiatan  ini  dapat menyebabkan penghasilan dan modal bank  terekspos  terhadap perubahan  suku bunga. Risiko  ini adalah risiko suku bunga.  Perubahan  dalam  lingkungan  kompetitif,  produk,  dan  jasa  bank  meningkatkan  pentingnya manajemen  risiko  tingkat  suku bunga. Setiap  tahun, produk keuangan yang ditawarkan dan dibeli oleh bank menjadi  lebih beragam dan kompleks, dan banyak dari produk  ini menimbulkan risiko ke bank.  Struktur  neraca  bank  telah  berubah.  Banyak  bank‐bank  komersial  telah  meningkatkan kepemilikan  aset  mereka  jangka  panjang  dan  kewajiban  yang  nilainya  lebih  sensitif  terhadap perubahan suku.   Situasi  lingkungan  eksternal dan  internal perbankan mengalami perkembangan pesat  yang diikuti dengan  semakin kompleksnya  risiko kegiatan usaha perbankan  sehingga meningkatkan kebutuhan penerapan manajemen  risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus bank, kebijakan, prosedur dan  penetapan  limit  risiko,  proses  identifikasi,  pengukuran,  pemantauan,  sistem  informasi,  dan pengendalian risiko, serta sistem pengendalian intern.  Manajemen suku bunga sangat diperlukan karena pergerakan suku bunga akan mempengaruhi laba yang dilaporkan bank dan book capital dengan mengubah: 

• Net interest income  

• Nilai  pasar  dari  rekening  perdagangan  (dan  instrumen  lainnya  yang  dicatat  dengan  nilai pasar) 

• Pendapatan dan biaya lain yang sensitif terhadap suku bunga  Perubahan suku bunga  juga mempengaruhi nilai ekonomi yang mendasari sebuah bank. Nilai aset, kewajiban,  dan  suku  bunga  yang  terkait,  kontrak  off‐balance  sheet  suatu  bank  dipengaruhi  oleh perubahan suku bunga karena present value dari arus kas masa depan, dan dalam beberapa kasus arus kas sendiri, berubah.  Banking Activities and Interest Rate Risk  Sebuah bank bisa mengubah eksposur risiko tingkat suku bunga dengan mengubah strategi investasi, lending, funding, dan pricing dan dengan mengelola jatuh tempo dan repricing dari portofolio untuk mencapai profil risiko yang diinginkan. Banyak bank  juga menggunakan derivatif seperti swap suku bunga,  untuk  menyesuaikan  suku  bunga  dengan  profil  risiko  mereka.  Sebelum  menggunakan derivatif  tersebut, manajemen  bank  harus memahami  karakteristik  arus  kas  dari  instrumen  yang 

Page 3: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

akan digunakan dan memiliki sistem yang memadai untuk mengukur dan memonitor kinerja mereka dalam mengelola profil risiko bank.   Dari  perspektif  laba,  bank  harus  mempertimbangkan  efek  dari  risiko  suku  bunga  terhadap  net income  dan  net  interest  income  untuk  menilai  kontribusi  pendapatan  non  interest  dan  biaya operasional terhadap eksposur risiko tingkat bunga bank. Secara khusus, bank dengan pendapatan fee  yang  signifikan  harus menilai  sejauh mana  bahwa  pendapatan  fee  tersebut  sensitif  terhadap perubahan  suku. Dari perspektif modal, bank harus mempertimbangkan bagaimana  jangka waktu dapat mempengaruhi  kinerja masa  depan  keuangan  bank.  Karena  nilai  instrumen  dengan  jangka menengah  dan  panjang  sangat  sensitif  terhadap  perubahan  suku  bunga  sehingga  penting  bagi sebuah bank untuk memantau dan mengontrol tingkat eksposur tersebut.  Dalam mengembangkan dan meninjau profil risiko suku bunga dan strategi bank, manajemen harus mempertimbangkan  likuiditas bank dan kemampuan untuk mendapatkan pendanaan. Sebuah bank yang  lebih  likuid mampu menghadapi  pergerakan  tingkat  suku  bunga  yang merugikan  bank.  Hal tersebut  disebabkan  karena  bank  yang  dengan  mudah mengakses  berbagai  sumber  pendanaan dapat merespon dengan cepat perubahan kondisi pasar. Selain  itu bank harus mempertimbangkan profil risiko suku bunga dengan strategi bisnisnya. Sebuah bank yang memiliki  risiko  tingkat bunga jangka panjang  yang  signifikan  (seperti aktiva  jangka panjang dengan  tingkat bunga  tetap didanai oleh  kewajiban  jangka  pendek) mungkin  kurang mampu menanggapi  peluang  bisnis  baru  karena depresiasi dalam basis asetnya.  Penerapan manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas  pengawasan  bank.  Bagi  perbankan,  penerapan  manajemen  risiko  dapat  meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank  di masa  datang, meningkatkan metode  dan  proses  pengambilan  keputusan  yang  sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank, digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada  instrumen atau kegiatan usaha  bank  yang  relatif  kompleks  serta menciptakan  infrastruktur manajemen  risiko  yang  kokoh dalam  rangka  meningkatkan  daya  saing  bank.  Bagi  otoritas  pengawasan  bank,  penerapan manajemen  risiko  akan mempermudah  penilaian  terhadap  kemungkinan  kerugian  yang  dihadapi bank  yang  dapat mempengaruhi  permodalan  bank  dan  sebagai  salah  satu  dasar  penilaian  dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank.  Esensi dari penerapan manajemen  risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko  sehingga  kegiatan  usaha  bank  tetap  dapat  terkendali  (manageable)  pada  batas/limit  yang dapat diterima  serta menguntungkan bank. Namun demikian mengingat perbedaan  kondisi pasar dan  struktur, ukuran  serta kompleksitas usaha bank, maka  tidak  terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada bank.  Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun  yang  tidak  diperkirakan  (unanticipated)  yang  berdampak  negatif  terhadap pendapatan dan permodalan bank. Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap awal bank harus secara  tepat mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal dan memahami 

Page 4: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

seluruh  risiko yang sudah ada  (inherent  risks) maupun yang mungkin  timbul dari suatu bisnis baru bank, termasuk risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya.  Berdasarkan jenisnya, sumber resiko suku bunga berasal dari:  a. Repricing Risk 

Resiko ini muncul karena adanya mismatch dalam suku bunga yang digunakan. Bentuk risiko suku bunga  ini  timbul  dari  perbedaan waktu  dari  jatuh  tempo  (maturity)  dan  repricing  (penetapan ulang suku bunga) terhadap suku bunga mengambang  (floating rate) dari assets,  liabilities, dan posisi Off Balance Sheet (OBS).   Sebagai  contohnya  adalah  bank mendanai  suatu  pinjaman  jangka  panjang  fixed  rate,  dengan suatu  deposit  berjangka  pendek,  bank  bisa  menghadapi  suatu  penurunan  baik  pada  future income  yang berasal dari posisi pinjaman  yang diberikan  serta  underlying  value dari  pinjaman tersebut, apabila terjadi kenaikan suku bunga. Penurunan tersebut terjadi karena cash flow dari pinjaman adalah tetap selama masa  laku kredit, sedangkan cash flow yang dibayar pada deposit bersifat variabel dan meningkat setelah jatuh temponya. 

 b. Basis Risk  

Risiko yang terkait dengan lindung nilai, yang timbul karena adanya perbedaan antara harga aset yang  harus  dilindungi  dengan  asset  derivatif.  Resiko  ini  timbul  dari  hubungan  yang  tidak sempurna dalam penyesuaian tingkat bunga yang diperoleh dan dibayarkan dari instrumen yang berbeda, namun dengan karakteristik  repricing yang mirip. Apabila  suku bunga berubah, maka perbedaan  ini  dapat  menaikkan  perubahan  yang  tidak  diperhitungkan  dalam  cash  flow  dan spread pendapatan antara instrumen asset, liabilities, dan OBS dari jatuh tempo yang sama atau frekuensi‐frekuensi repricing.   Sebagai  contohnya  adalah  meminjam  menggunakan  JIBOR,  dan  meminjamkan  dana  dengan LIBOR  yang  lebih  sensitif  untuk  naik  dan  turun.  Sehingga  cash  flow  yang masuk  lebih  sensitif terhadap interest rate dibandingkan cash flow yang keluar. 

 c. Optionality 

Risk  yang  timbul  karena  adanya  suatu unsur pilihan/hak untuk mengubah  term dan  condition, sehingga resiko ini tidak disebabkan oleh interest rate. Sumber risiko suku bunga yang timbul dari opsi  (option) yang diikatkan  (embedded) pada banyak portofolio asset,  liability, dan OBS bank. Opsi tersebut timbul dari pilihan implisit dan eksplisit dalam asset dan liability suatu bank. 

 d. Yield Curve Risk 

Yield curve  (term structure of  interest  rate) merupakan hubungan antara  tenor dengan  interest rate, dengan cara membandingkan market yields atau  intrest rate dari securities dengan asumsi semua karakteristik dari bond  tersebut  sama kecuali maturitynya. Karakteristik  tersebut antara lain default risk, coupon rate, dll. Tujuan yield cuve adalah menjelaskan proses estimasi pengaruh dari unexpected  shock dalam  interest  rate  jangka pendek  terhadap keseluruhan  term  structure dari interest rate.  

Page 5: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

Risiko  yield  curve  timbul  apabila  terdapat pergeseran  yang  tidak diperkirakan pada  yield  curve yang mengakibatkan dampak yang merugikan pada pendapatan bank atau underlying economic value. Risiko ini timbul akibat adanya pergeseran yang tidak menguntungkan dalam tingkat suku bunga pasar  yang  terkait  dengan  investasi dalam  instrumen  pendapatan  tetap. Dimana  ketika market yield berubah akan mempengaruhi harga instrument pendapatan tetap. 

 Setelah  dilakukan  identifikasi  risiko  secara  akurat,  selanjutnya  secara  berturut‐turut  bank  perlu melakukan  pengukuran,  pemantauan  dan  pengendalian  risiko.  Pengukuran  risiko  tersebut dimaksudkan agar bank mampu mengkalkulasi eksposur risiko yang melekat pada kegiatan usahanya sehingga bank dapat memperkirakan dampaknya terhadap permodalan yang seharusnya dipelihara dalam  rangka mendukung  kegiatan  usaha  dimaksud.  Sementara  itu,  dalam  rangka melaksanakan pemantauan risiko, bank harus melakukan evaluasi terhadap eksposur risiko, terutama yang bersifat material dan atau yang berdampak pada permodalan bank.  Hasil  pemantauan  yang mencakup  evaluasi  terhadap  eksposur  risiko  tersebut  dilaporkan  secara tepat waktu, akurat dan  informatif yang akan digunakan oleh pihak pengambilan keputusan dalam suatu  bank,  termasuk  tindak  lanjut  yang  diperlukan.  Selanjutnya  berdasarkan  hasil  pemantauan tersebut, bank melakukan pengendalian risiko antara lain dengan cara penambahan modal, lindung nilai, dan teknik mitigasi risiko lainnya.  Risiko Pasar 

Risiko Pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank  (adverse movement). Yang dimaksud dengan variabel  pasar  adalah  suku  bunga  dan  nilai  tukar,  termasuk  derivasi  dari  kedua  jenis  risiko  pasar tersebut yaitu perubahan harga options. Risiko pasar antara  lain terdapat pada aktivitas  fungsional bank  seperti  kegiatan  tresuri dan  investasi dalam bentuk  surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada  lembaga keuangan  lainnya, penyediaan dana  (pinjaman dan bentuk sejenis), dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.  Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk) 

Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko suku bunga.  Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi Komisaris  bank  harus memiliki  pemahaman  yang memadai mengenai  jenis  dan  tingkat  eksposur risiko suku bunga. Dalam proses persetujuan atas kebijakan dan strategi dimaksud, Komisaris bank harus mengkaitkan dengan tujuan keseluruhan kegiatan usaha bank.  Komisaris  bank  harus melakukan  persetujuan  atas  kebijakan  dan  strategi  yang  berkaitan  dengan manajemen  risiko  suku  bunga  dan memastikan  bahwa  Direksi  bank mengambil  langkah‐langkah yang diperlukan dalam rangka memantau dan mengendalikan risiko tersebut.  Komisaris  bank  harus  diinformasikan  secara  berkala  oleh  Direksi mengenai  eksposur  risiko  suku bunga  dalam  rangka  pelaksanaan  pemantauan  dan  pengendalian  tersebut.  Informasi  tersebut 

Page 6: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

selanjutnya  direview  oleh  Komisaris  untuk  menilai  kinerja  Direksi  dan  kesesuaian  hasil  kinerja dengan kebijakan yang telah ditetapkan.  Direksi  bank  bertanggungjawab  untuk memastikan  bahwa  bank memiliki  kebijakan  dan  prosedur manajemen risiko suku bunga yang memadai, terutama prosedur operasional secara harian.  Direksi bank juga bertanggungjawab untuk memelihara: 

a. penetapan limit risiko suku bunga; b. standar dan sistem pengukuran risiko suku bunga; c. standar untuk penilaian posisi dan pengukuran hasil eksposur risiko suku bunga; d. pelaporan risiko suku bunga dan proses review terhadap manajemen risiko suku bunga; e. pengendalian intern terhadap penerapan manajemen risiko suku bunga. 

 Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit  Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur yang komprehensif dan tertulis untuk mengelola risiko suku bunga. Kebijakan dan prosedur  tersebut harus menetapkan dan menguraikan garis  tanggung jawab dan akuntabilitas yang melampaui keputusan pengelolaan risiko suku bunga dan harus secara jelas mencakup instrumen yang diotorisasi, strategi lindung nilai dan peluang pengambilan posisi.  Kebijakan  risiko  suku  bunga  juga  harus  memuat  parameter  kuantitatif  yang  diperoleh  dari penggunaan metode pengukuran risiko suku bunga seperti  interest rate sensitivity, Earnings at Risk dan Economic Value of Equity, guna menggambarkan tingkat risiko suku bunga yang dapat ditolerir oleh bank.  Seluruh  kebijakan dan prosedur  risiko  suku bunga harus dikaji  secara berkala dan direvisi  apabila diperlukan, oleh  satuan  kerja manajemen  risiko,  satuan  kerja  audit  intern,  atau  auditor  eksternal yang memiliki kompetensi dalam penerapan manajemen risiko suku bunga.  Penetapan selisih (spreads) yang diterapkan antara suku bunga referensi dengan suku bunga pasar untuk menetapkan  pricing  transaksi  tertentu  dilakukan  setelah  bank mempertimbangkan  kondisi keuangannya  secara  keseluruhan.  Dalam  kebijakan  dan  proses  tersebut,  bank  harus memastikan bahwa suku bunga dimaksud telah mencerminkan prinsip kehati‐hatian;  Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Sistem Informasi Manajemen Risiko Suku Bunga  1. Identifikasi Risiko Suku Bunga 

Bank  wajib  melakukan  identifikasi  risiko  suku  bunga  secara  tepat  yang  terdapat  pada  aset, transaksi derivatif, dan  instrumen keuangan  lain baik pada aktivitas fungsional tertentu maupun aktivitas Bank secara keseluruhan. 

2. Pengukuran Risiko Suku Bunga a. Aset,  kewajiban  dan  rekening  administratif  yang  akan  dilakukan  marked  to  market 

dikelompokkan kedalam  trading book  sedangkan  transaksi dan posisi yang  tidak dilakukan marked to market dikelompokkan kedalam banking book . 

Page 7: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

b. Umumnya  posisi  banking  book  tersebut  tidak  ditujukan  untuk  memperoleh  keuntungan jangka pendek, namun akan dipelihara sampai jatuh tempo (held to maturity), seperti surat‐surat berharga atau obligasi pada portofolio investasi. 

c. Proses  marked  to  market  merupakan  salah  satu  teknik  yang  mencerminkan  nilai  aset, transaksi derivatif, dan instrumen keuangan lainnya sekaligus merupakan metode yang tepat untuk mengukur posisi risiko aset dan instrumen keuangan tersebut. 

d. Bagi Bank yang mengembangkan model  internal  (internal model) dalam  rangka kebutuhan intern Bank, dapat menggunakan Value at Risk  (VAR) guna mengukur kerugian maksimum yang  diperkirakan  akan  timbul  dari  suatu  posisi  atau  portofolio  tertentu  sebagai  akibat perubahan  indikator  suku  bunga  di  pasar  (suku  bunga  referensi),  pada  suatu  interval tertentu.  Pengukuran  dengan  metode  VAR  dapat  dilakukan  dengan  berbagai  metode statistik seperti variance/covariance, historical simulation, dan Monte Carlo simulation. 

e. Dalam  rangka mencegah  terjadinya penyimpangan hasil  statistik dan perilaku  suku bunga, Bank  harus menggunakan  sumber  data,  figure  dan  kriteria  yang  dihasilkan  sendiri  untuk melakukan pengujian atau tidak didasarkan atas sumber data yang diperoleh dari pihak lain. 

f. Dalam menilai eksposur risiko suku bunga yang melekat pada beberapa aktivitas fungsional, Bank sekurang‐kurangnya dapat mengukur beberapa parameter, antara lain: i. potential loss karena fluktuasi suku bunga; ii. volatilitas suku bunga per jangka waktu. 

g.  Apabila  diperlukan,  Bank  dapat  melakukan  koreksi  atau  perbaikan  kriteria  dan  proses pricing  yang  bertujuan  untuk menilai  risiko  kredit  (banking  book  )  secara  tepat  dengan menyesuaikan selisih suku bunga yang diterapkan terhadap suku bunga referensi (pasar). 

3. Pemantauan Risiko Suku Bunga a. Bank sekurang‐kurangnya mengevaluasi dan mengkalkulasi secara keseluruhan untuk setiap 

transaksi agar jumlah keseluruhan eksposur risiko suku bunga dapat dipantau setiap saat. b. Bank  harus  melakukan  pemantauan  terhadap  kepatuhan  limit  secara  harian  dan  setiap 

pelampauan  limit  serta  tindak  lanjut mengatasi  pelampauan  tersebut  dilaporkan  kepada Direksi atau pejabat terkait, sesuai kewenangan yang diatur secara intern, secara harian. 

4.  Sistem Informasi Manajemen Risiko Suku Bunga a. Sistem  informasi  harus  dapat  memantau  perubahan  suku  bunga  secara  harian  serta 

pengaruh dari perubahan tersebut terhadap pendapatan dan permodalan Bank. b. Bank yang aktif melakukan kegiatan derivatif dan perdagangan instrumen keuangan lainnya 

harus memiliki  sistem  yang mampu memantau eksposur  risiko  suku bunga  (trading book) dan pergerakan suku bunga secara harian, serta mengembangkan sistem tersebut sehingga pergerakan dimaksud dapat dipantau secara real time basis . 

c. Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggung jawab menyusun dan mendistribusikan laporan secara akurat dan tepat waktu, mengenai: i. keuntungan  dan  kerugian  dari  penilaian  marked  to  market  yang  diklasifikasikan 

berdasarkan produk, transaksi atau jenis eksposur; ii. sensitivitas eksposur  terhadap  kerugian  sebagai dampak dari perubahan  suku bunga di 

pasar; iii. potensi kerugian yang dapat terjadi karena perubahan suku bunga di pasar. 

d. Satuan Kerja Manajemen Risiko harus mengkaji  secara berkala  kecenderungan perubahan suku bunga  atau  kemungkinan  terjadinya  tekanan pasar. Hasil  kajian  tersebut  selanjutnya 

Page 8: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

disampaikan  kepada  Komite Manajemen  Risiko  dan Direksi  sebagai  bahan  evaluasi  untuk meninjau kembali eksposur risiko suku bunga yang ada dan limit yang ditetapkan. 

  Pengendalian Risiko Suku Bunga  

1. Pengendalian  risiko dan  tanggung  jawab manajemen operasional atas posisi yang dikelola hingga  jatuh  waktu  (banking  book  )  harus  ditetapkan  dalam  organisasi  Bank.  Tanggung jawab tersebut antara lain meliputi: a. rekonsiliasi posisi yang dikelola dan dicatat dalam sistem informasi manajemen; b. pengendalian  terhadap  akurasi  profit  and  loss  dan  kepatuhan  pada  ketentuan  dan 

standar  akunting  yang berlaku,  terutama pengakuan diskon, pembukuan premium dan pengakuan secara akrual dari kupon; 

c. pengklasifikasian  dan  pembentukan  provisi  yang  tepat  sesuai  dengan  ketentuan  yang berlaku. 

2. Untuk surat berharga dan obligasi yang terdaftar atau diperdagangkan di Pasar Modal, Bank harus  menerapkan  proses  pengendalian  intern  yang  bertujuan  untuk  memantau  selisih kredit  (credit  spread)  dari  surat  berharga  dan Obligasi  tersebut  dengan membandingkan hasil (yield) dari posisi portoflio tersebut dengan Obligasi Pemerintah. 

3. Dengan mengabaikan kriteria ketentuan yang mengatur pembentukan provisi apabila Bank menilai  bahwa  credit  spread mengalami  pelebaran maka  Bank  harus melakukan  analisis mengenai  kondisi dan prospek penerbit  surat berharga dan obligasi. Apabila hasil  analisis dan sentiment pasar menunjukan kesimpulan bahwa kegagalan penerbit semakin meningkat maka Bank harus segera membentuk provisi dalam perspektif kehati‐hatian. 

4. Apabila  kemungkinan  terjadi  kegagalan  memelihara  eksposur  risiko  suku  bunga teridentifikasi semakin meningkat, Bank sekurangkurangnya harus: a. menghentikan pengakuan diskon; b. menerapkan  pemantauan  secara  ketat  terhadap  surat  berharga  dan  obligasi  tersebut 

serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi kerugian. 5. Terhadap yang tidak terdaftar atau diperdagangkan di pasar, Bank harus melakukan review 

secara berkala  terhadap kondisi, kredibilitas dan kemampuan membayar kembali penerbit surat  berharga  dan  obligasi.  Review  dilakukan  dengan  menghimpun  dan  menganalisis laporan keuangan, proyeksi arus kas dan seluruh dokumen yang  relevan  tentang penerbit. Review  secara  berkala  terhadap  surat  berharga  dan  obligasi  tersebut  harus didokumentasikan dan dilakukan sekurang‐kurangnya setiap 6 (enam) bulan. 

6. Apabila Bank melakukan kontrak transaksi derivatif, seperti interest‐rate swaps maka dalam rangka  tujuan  lindung nilai dan penerapan  strategi ALMA, Bank harus memastikan bahwa standar akunting yang digunakan telah sesuai dengan ketentuan dan standar akunting yang berlaku. 

7. Apabila  transaksi  tersebut  dilakukan  dalam  rangka  lindung  nilai,  Bank  harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dan pengendalian intern yang bertujuan untuk: a. memastikan bahwa standar akunting yang digunakan tidak menimbulkan penyimpangan 

pada pengakuan pendapatan; b. mengecek  bahwa  transaksi  tersebut  telah  efektif  dilaksanakan  sesuai  dengan  instruksi 

atau rekomendasi komite aset dan kewajiban (ALCO) dan transaksi tersebut mengurangi eksposur suku bunga secara keseluruhan; 

Page 9: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

c. menilai  kembali  secara  berkala  bahwa  lindung  nilai  telah  efektif  khususnya  dalam perhitungan rasio lindung nilai dan perbandingan rasio tersebut dari waktu ke waktu; 

d. memastikan  bahwa  kontrak  transaksi  tersebut  tetap  dikelola  hingga  jatuh  waktu  dan tidak akan dialihkan ke posisi trading; 

e. mengecek  bahwa  persyaratan  kontrak  transaksi  secara  intern  (internal  deals)  dalam organisasi Bank telah terpenuhi; 

f. menilai kembali kredibilitas pihak lawan (counterparts ) dan mencegah penempatan yang terkonsentrasi  karena  apabila  terjadi  default maka  strategi  lindung  nilai  akan menjadi tidak efektif. 

 Sumber:  ”Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum”, Bank Indonesia, 2003 

   

Page 10: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

THE BASIS RISK COMPONENT OF COMMERCIAL BANK STOCK RETURNS 

Jill L. Wetmore & John R. Brick  Abstrak  Seiring waktu, estimasi koefisien model pasar multivariat untuk return saham bank komersial telah menunjukkan  berbagai  sensitivitas  terhadap  perubahan  harga  pasar,  suku  bunga,  dan  kurs mata uang.  Salah  satu  komponen  yang  telah mengembangkan  kekuatan penjelas  yang  signifikan dalam beberapa  tahun  terakhir  adalah  basis  risk,  yang  didefinisikan  sebagai  perubahan  dalam  spread antara  suku bunga dan  rata‐rata  tingkat bunga  LIBOR dan  tingkat dana  Fed. Komponen basis  risk berbanding terbalik dengan aktiva (assets).  I. Introduction  Sensitivitas pendapatan bank komersial dan nilai pasar terhadap perubahan suku bunga merupakan hal menarik  untuk  bankir,  regulator,  investor,  dan  peneliti. Meskipun  risiko  suku  bunga menjadi perhatian utama di akhir 1970‐an dan awal 1980‐an, namun pada akhir 1980‐an perhatian ini telah berkurang.  Peraturan  keterbukaan  dan  persyaratan modal  berbasis  risiko  baru  difokuskan  pada risiko  kredit  (1989). Untuk mengurangi  kebutuhan modal dan perhatian peraturan, manajer bank komersial menyesuaikan komposisi neraca untuk menukarkan risiko kredit dengan risiko suku bunga dengan mengambil deposito dan membeli obligasi treasury daripada membuat pinjaman.   Penyesuaian neraca  ini   menyebabkan bank  rentan  terhadap kerugian  suku bunga yang  fluktuatif. The  Shadow  Financial  Regulatory  Agency  (1995) mencatat  bahwa  bank‐bank menderita  kerugian besar  yang belum direalisasi dalam nilai obligasi  selama  kenaikan  suku bunga  tahun 1994. Dalam upaya untuk mengatasi masalah  ini, komponen risiko suku bunga persyaratan modal diusulkan dan ditolak. Tidak ada proposal yang direvisi telah disajikan.  Selanjutnya, Financial Accounting Standards Board (FASB) memilih untuk mengadopsi aturan mark‐to‐market (FASB 115, 1993) pada  investasi bank komersial. Hal  ini memerlukan penyesuaian secara periodik  terhadap nilai‐nilai dari banyak  investasi  sekuritas bank komersial  itu. Penyesuaian untuk penghasilan dan modal harus dibuat tergantung pada status investasi keamanan.   Baru‐baru ini [Todd (1996)], sensitivitas terhadap risiko pasar (didefinisikan sebagai risiko perubahan harga,  resiko mata  uang  asing,  dan  risiko  suku  bunga)  telah  ditambahkan  ke  daftar  faktor  yang dipertimbangkan  oleh  regulator  bank  federal  AS  ketika  mengevaluasi  kesehatan  bank. Pemeringkatan CAMEL sekarang menjadi CAMELS, dengan "tambahan" S untuk sensitivitas terhadap risiko pasar. Perubahan ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan memadai untuk mengukur dan mengendalikan faktor risiko pasar.  Meskipun insentif bank komersial harus memantau dan mengendalikan risiko suku bunga, mungkin masih ada fluktuasi dalam pendapatan karena ketidaksempurnaan gerakan bersama antara rates of return on rate‐sensitive assets dan biaya rate‐sensitive liabilities di mana fluktuasi seperti itu disebut 

Page 11: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

basis risk. Beberapa bank memantau ukuran risiko secara sederhana dan dengan demikian tampak bahwa basis  risk penting untuk  tujuan  akhir mereka.  Jika bank‐bank  tersebut  sudah benar, maka penilaian basis risk harus menunjukkan kekuatan penjelas yang signifikan sehubungan dengan satu atau lebih proxy kesuksesan keuangan, seperti return saham.  Walaupun semua neraca baik seperti instrumen off‐balance sheet berpotensi memberikan kontribusi pada  ketidakstabilan pendapatan,  contoh  sederhana menggunakan  analisis  gap ditawarkan untuk menggambarkan basis risk. Asumsikan sebuah bank komersial memiliki aset sebesar $ 100 juta dan saat ini pendapatan bunga bersih (NII) sebesar $ 3 juta. Jika rate‐sensitive assets adalah $ 10 juta dan rate‐sensitive liabilities adalah $ 40 juta, dollar gap sebesar $ 30 juta. Untuk menyederhanakan lebih lanjut, diasumsikan bahwa tidak ada pembayaran aktiva dan kewajiban atau option risk yang secara efektif  akan mengubah  gap.  Peningkatan  tingkat  suku  bunga  2,0%  diharapkan  akan mengurangi pendapatan bunga tahunan bersih dengan 0,02 X  (‐$ 30  juta) =  ‐$ 600.000, atau turun 20% di NII, dan  liability  cost  meningkat  lebih  cepat  dari  return  aset.  Demikian  pula,  jika  rates  mengalami penurunan persentase 2,0 poin, NIT mungkin diharapkan meningkat $ 600.000, dimana liability costs mengalami penurunan lebih cepat dari assets returns.  Sekarang  asumsikan  bahwa  harga  pasar,  yang  diukur  oleh  beberapa  indeks,  berubah  2,0  poin persentase,  tapi  assets  return  meningkat  2,5%,  dan  peningkatan  liability  costs  hanya  1,5%. Pendapatan bunga akan meningkat $ 250.000 dan beban bunga akan meningkat $ 600.000 untuk net effect  dari  ‐$  350.000  daripada  ‐$  600.000  seperti  yang  diramalkan  oleh  gap  model.  Gerakan diferensial  pada  asset  returns  dan  liability  costs  yang  disebut  dengan  basis  risk  ini  memiliki setidaknya dua sumber.  Salah satu sumber adalah pengaruh pasar. Rates yang cenderung berorientasi pasar berubah  lebih cepat daripada administered  rates. Harga  securities pada market‐driven  rates berubah  lebih  cepat daripada securities dengan administered rates. Sumber kedua adalah repricing frequency. Misalnya, returns  pada  adjustable‐rate  securities  yang  dikontrak  untuk  reprice  triwulanan  tidak  bergerak bersama‐sama dengan securities yang segera repriced.  Besarnya basis risk tergantung pada komposisi neraca. Efek dari basis risk tergantung pada  jumlah dollar dan jenis aktiva dan/atau kewajiban yang dikenakan administrasi versus market repricing atau perubahan  frekuensi  repricing  dalam  interval  gap  yang  telah  ditentukan.  Semakin  besar  jumlah assets atau liabilities yang terkena keanehan repricing ini, semakin besar tingkat basis risk.  Sebagai  akibat  dari  basis  risk,  returns  on  rate‐sensitive  assets  dan  biaya  rate  sensitive  liabilities memiliki  kepekaan  sensitif  yang  berbeda  terhadap  perubahan  suku  bunga.  Hal  ini  dapat diterjemahkan  ke  dalam  fluktuasi  pendapatan, meskipun  jumlah  repriced  assets  yang  sempurna diimbangi dengan  liabilities  sesuai dengan  jumlah  repriced. Oleh  karena  itu, basis  risk merupakan masalah  serius  yang  berpotensi  membatasi  efektivitas  gap  dan  teknik  manajemen  aset  dan kewajiban konvensional.  Tujuan makalah  ini  adalah untuk mengisolasi dan memperkirakan  komponen basis  risk dari  stock returns bank komersial. Walaupun ukuran yang  lebih canggih dari underlying risk dapat ditentukan, 

Page 12: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

penelitian  ini menggunakan proxy  secara aktual untuk basis  risk yang didefinisikan dalam  laporan tahunan beberapa bank komersial besar.  II. Methodology and Data Collection  Hipotesis yang diuji adalah: H1: Basis risk bukanlah komponen yang signifikan dari risiko return saham bank komersial. Basis risk dipisahkan dari interest rate risk dengan menambahkan variabel basis risk ke model regresi Choi  et  al.  (1992)  dan  Wetmore  dan  Brick  (1994).  Persamaan  berikut  diestimasi  menggunakan ordinary least squares (OLS):  

  dimana: t  : time; Rj   : return on commercial bank j; Rm  : return on the market index; Ri  : return on an interest index; Rf  : return on a foreign exchange rate index; Rb  : change in spread between the prime rate and an average of the Fed funds rate and LIBOR.  Bank‐bank  komersial  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  dipilih  dari  daftar  100  bank  komersial terbesar  berdasarkan modal  dasar  di Moody's  Bank  dan  keuangan manual  (1989).  Sampel  yang dihasilkan  sebanyak 66 bank komersial memiliki data  return  saham yang  lengkap untuk periode 1 Januari 1986 hingga 30 Juni 1995.   Return  saham mingguan  dihitung  dari  harga  saham  penutupan  Jumat,  diterbitkan  dalam  record harga saham harian Standard and Poor's, setelah disesuaikan dengan dividen dan stock split  [lihat Musumeci  dan  Sinkey  (1990)].  Tiga  portofolio  (money‐center,  superregional,  dan  regional  banks) dibentuk menggunakan  equal‐weighted  returns.  Return  pasar mingguan  diproksikan  oleh  return mingguan pada S&P500 menggunakan harga penutupan Jumat.  Interest rate risk diproksikan oleh return mingguan pada obligasi jangka panjang. Rate obligasi jangka panjang mingguan diambil dari berbagai issues Federal Reserve Bulletin dan return dihitung.  Foreign  exchange  risk  diproksikan  dengan  indeks  dari  nilai  tukar  rata‐rata  tertimbang  dari  dollar terhadap sepuluh mata uang [Federal Reserve Bulletin]. Data bulanan yang dilaporkan diinterpolasi untuk menghasilkan data mingguan, dan return dihitung kembali.    Seperti disebutkan  di  atas,  basis  risk didefinisikan  sebagai perubahan  dalam  spread  antara  prime rate dan rata‐rata Fed fund dan LIBOR rates 3‐bulan. Proxy lain bisa digunakan tapi perubahan dalam spread antara suku bunga dan rata‐rata Fed fund dan LIBOR 3‐bulan adalah tingkat yang disebutkan oleh  bank  untuk memonitor  basis  risk.  Data mingguan  dikumpulkan  dari  berbagai  issue  Federal Reserve  Bulletin  dan  Barrons,  dan  perubahan  dalam  penyebaran  dihitung.  Spread  historis 

Page 13: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

diperlihatkan  pada  gambar  1.  Seperti  dapat  dilihat,  spread  meningkat  dari  waktu  ke  waktu, menunjukkan  bahwa  suku  bunga  pinjaman  telah  meningkat  lebih  cepat  daripada  suku  bunga deposito, yang menunjukkan potensi munculnya basis risk.  Literatur tidak menemukan perbedaan dalam hasil apakah suku bunga diantisipasi atau tidak [lihat, misalnya,  Flannery  dan  James  (1984b)].  Sebagai  perbandingan,  third  orderautoregressive  model dijalankan  untuk  menentukan  apakah  tingkat  pengembalian  jangka  panjang  telah  diantisipasi.   Menurut hasil yang ditunjukkan dalam persamaan (2) di bawah  ini, koefisien yang signifikan secara statistik terjadi pada periode lag satu. Angka dalam kurung adalah standar error koefisien regresi.  

  Karena ada efek antisipasi, persamaan  (1) diestimasi ulang menggunakan actual  return dan  residu dari periode‐tunggal, autoregressive lag regression sebagai proxy untuk indeks tingkat suku bunga.  

  Indeks  tidak di orthogonalisasi karena hal  ini menyebabkan bias pada koefisien  [Giliberto  (1985)]. Selain  itu,  Kane  dan Unal  (1988)  berpendapat  bahwa  sulit  untuk menentukan  indeks mana  yang mengendalikan  indeks dan  indeks mana yang didorong, dengan demikian, menentukan arah yang benar untuk orthogonalisasi sulit.  Estimasi  koefisien model  pasar  tidak  stabil  dari waktu  ke waktu  [Kane  dan  Unal  (1988)].  Untuk menentukan  apakah  pemecahan  (break)  struktural  terjadi  pada  koefisien  regresi,  uji  Chow 

Page 14: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

dilakukan. Untuk mencari waktu  yang  tepat  dari  break,  likelihood  ratio  tests  dilakukan. Hasil  tes tersebut ditunjukkan pada bagian berikutnya.  III. Results  

  Pada  Tabel  1,  Chow  test  menyimpulkan  adanya  pemecahan  struktural  dalam  koefisien  regresi. Periode  waktu  dipisahkan  berdasarkan event  berita  khusus  yang  berhubungan  dengan  bank. 20 Oktober  1987  adalah  saat  pasar  saham mengalami  crash  dan  terjadi  perubahan  volatilitas  harga saham. 27 November 1989 merupakan moment ketika  sejumlah besar kredit konstruksi komersial memburuk pada neraca Bank of New England dan adanya persepsi efek contagion pada bank  lain yang menyebabkan investor menilai kembali risiko dan pendapatan yang diharapkan bank komersial di  masa  depan . 7  Januari  1991  bertepatan  dengan  pengumuman  penutupan  bank  negara  oleh gubernur  Rhode  Island  serta  penutupan  Bank  of New  England. 10  Juni  1994  kira‐kira  bertepatan dengan berita bahwa bank‐bank meningkatkan  tingkat pinjaman  komersial dan pinjaman  industri sehingga mampu meningkatkan  pendapatan  dengan meningkatkan  tingkat  suku  bunga  pinjaman tanpa kenaikan yang sepadan dalam tingkat suku bunga utang.    Hasil uji heteroskedastisitas White test umumnya signifikan dan tidak mendukung estimasi dengan menggunakan  persamaan  regresi  variabel  dummy  [Kmenta  (1985)]. Oleh  karena  itu,  daripada menggunakan regresi variabel dummy, regresi setiap periode diestimasi secara terpisah.  Hasil  estimasi  persamaan  (1)  ditunjukkan  pada  Tabel  2. Seperti  dapat  dilihat,  tanpa memandang kategori  bank  komersial,  semua  bank  komersial  memiliki  sensitivitas  tingkat  suku  bunga  yang signifikan  sebelum 20 Oktober 1987. Setelah 20 Oktober 1987,  sensitivitas  kurs  valuta  asing  yang lebih  signifikan  dibanding  sensitivitas  suku  bunga. Price  risk/risiko  harga  (beta  pasar) meningkat untuk  money‐center  bank  dan  menurun  untuk  bank  superregional  dan  regional. Antara  27 November  1989 dan  7  Januari  1991,  risiko harga dan  risiko  valuta  asing meningkat untuk  semua 

Page 15: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

bank. Setelah  tanggal 7  Januari 1991 dan  sebelum 10  Juni 1994, price  risk meningkat untuk bank superregional  dan  money‐center  bank. Risiko  valuta  asing menjadi  tidak  signifikan  untuk  semua kelompok bank.  

  Setelah 10 Juni 1994, semua bank memiliki basis risk yang signifikan. Regional bank memiliki risiko suku  bunga  yang  signifikan  juga. Ukuran  basis  risk  sekarang  penting  untuk  tujuan  bank  karena menunjukkan kekuatan penjelas yang signifikan terhadap return saham bank komersial. 

Page 16: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

  Hasil  regresi umumnya konsisten dengan penelitian  lain. Perbedaan dari studi  lainnya yang  timbul dari  perbedaan  dalam  periode  studied  atau  metodologi  yang  digunakan.  Neuberger  (1991) menggunakan size daripada praktek‐praktek perbankan umum sebagai definisi portofolio bank, dan hasil dihitung  tahunan. Choi  et  al.  (1992) menggunakan  variabel  dummy untuk membagi periode pra‐dan pasca‐1979 daripada menggunakan regresi yang terpisah, hanya money‐center banks yang diperiksa secara terpisah.   Seperti  telah  dibahas  sebelumnya,  basis  risk  disebabkan  oleh  efek  pasar  dan  frekuensi  repricing. Besarnya  basis  risk  tergantung  pada  komposisi  neraca,  yang  menunjukkan  proporsi  aktiva  dan kewajiban  pada  risiko.  Ukuran  basis  risk  yang  digunakan  kemungkinan  besar  mencerminkan kemampuan bank untuk mempertahankan biaya ke tingkat biaya tetap, atau prime commercial dan industrial  loans  less core deposits. Artikel oleh Matthews (1994a), menunjukkan bahwa bank dapat menaikkan  suku  bunga  pinjaman  tanpa  kenaikan  yang  sepadan  dalam  harga  pada  deposito. Menunjukkan bahwa commercial loans less core deposits harus menjelaskan estimasi dari basis risk.  Oleh karena  itu, menggunakan metodologi yang sama dengan Flannery dan  James  (1984b), model berikut ini diestimasi dengan menggunakan ordinary least squares:       Individual estimates of the basis risk coefficient dihitung untuk masing‐masing bank. Balance sheet data dikumpulkan dari  laporan tahunan menggunakan data akhir tahun. Core deposits didefinisikan 

Page 17: The Basis Risk Component of Commercial Bank Stock Returns-Rewiew

sebagai total deposito dikurang negotiable CDs. Kami menggunakan variabel  ini karena suku bunga pinjaman komersial dan industri bergerak relatif cepat dengan perubahan tingkat suku bunga pasar, sedangkan harga pada perubahan core deposits agak lebih lambat. Selain itu, harga pada perubahan negotiable CDs relatif cepat untuk mencegah aliran deposito. Setiap perubahan dalam spread antara pinjaman jangka pendek dan deposito jangka pendek akan mengakibatkan resiko yang cukup dasar. Hasilnya  ditunjukkan  pada  Tabel  3.  Seperti  dapat  dilihat,  ada  hubungan  negatif  yang  signifikan antara  ukuran  basis  risk  dan  variabel  (perubahan  commercial  and  industrial  loans  less  core deposits)/aktiva.                  Bank dengan perubahan besar di tingkat kredit komersial dan industri, dan tingkat rendah deposito, akan diharapkan memiliki basis risk lebih karena peningkatan spread (ditunjukkan dalam Gambar 1) adalah antara suku bunga pinjaman komersial dan industri dan negotiated deposit rates. Di sisi lain, bank dengan jumlah core deposits besar dibandingkan dengan perubahan di pinjaman komersial dan industri, diharapkan memiliki ukuran basis risk yang lebih rendah.  IV. Conclusion  Hasil penelitian menunjukkan bahwa basis risk merupakan komponen penting dari risiko saham bank komersial dari 1994 hingga akhir penelitian. Seiring waktu, signifikansi dari risiko suku bunga telah memberikan  cara untuk  risiko  valuta  asing dan, baru‐baru  ini, basis  risk. Ukuran basis  risk  terkait dengan  komposisi  neraca  bank.  Bank  dengan  perubahan  besar  di  tingkat  kredit  komersial  dan industri,  dikombinasikan  dengan  tingkat  rendah  deposito,  dipamerkan  basis  risk  lebih  besar  dari bank dengan tingkat core deposits yang tinggi.