tesis kebakaran s2

102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SISTEM PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN DALAM PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN (STUDI KASUS BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN SOLO SQUARE) THE INSPECTION OF BUILDING RELIABILITY SYSTEM IN PREVENTING FIRE HAZARD ( A CASE STUDY AT SOLO SQUARE SHOPPING CENTRE ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik DISUSUN OLEH : TRI GUNAWAN S940809021 MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: detik201410

Post on 13-Apr-2016

247 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

thesis

TRANSCRIPT

Page 1: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SISTEM PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN DALAM PENCEGAHAN

BAHAYA KEBAKARAN (STUDI KASUS BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN SOLO SQUARE)

THE INSPECTION OF BUILDING RELIABILITY SYSTEM

IN PREVENTING FIRE HAZARD ( A CASE STUDY AT SOLO SQUARE SHOPPING CENTRE )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik

DISUSUN OLEH :

TRI GUNAWAN S940809021

MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI

TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Page 2: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

TRI GUNAWAN, NIM S940809021, 2011, Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan Bahaya Kebakaran. (Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square), Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknis Sipil Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pembimbing I : S.A. Kristiawan,ST.,M.Sc., Ph.D., Pembimbing II : Ir. B. Heru Santosa,Mapp.Sc.

Perkembangan bangunan gedung terus meningkat seiring dengan perkembangan kota. Setiap bangunan gedung mempunyai potensi dan resiko terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran dapat menimbulkan kehilangan jiwa, harta dan benda pada pengguna bangunan dan lingkungannya. Keselamatan bangunan merupakan suatu keharusan pada sebuah bangunan. Pembuatan desain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung sangat diperlukan, untuk mengetahui tingkat keandalannya. Tujuan penelitian ini adalah : mendesain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran dan penerapan sistem tersebut pada bangunan gedung, dengan studi kasus bangunan pusat perbelanjaan Solo Square.

Pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dengan membandingkan sistem kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, proteksi pasif, proteksi aktif dan manejemen, kriteria yang digunakan : pencegahan, pembatasan dan pemadaman terhadap kebakaran. Pada sistem manajemen pencegahan kebakaran menggunakan kriteria : tindakan pencegahan dan pengawasan terhadap bahaya kebakaran. Penilaian desain sistem dilakukan dengan kuisioner pada responden yang memahami/ahli masalah kebakaran, dan penerapan desain sistem menggunakan survei langsung dan kuisioner kepada pihak pengelola bangunan.

Hasil analisa berupa desain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung dengan penilaian kelengkapan tapak 21%, sistem sarana keselamatan 20%, sistem proteksi pasif 19%, sistem proteksi aktif 24% dan sistem manajemen pencegahan kebakaran 16%. Sedangkan pada manajemen adalah pemeriksaan dan pemeliharaan 32 %, pembinaan dan pelatihan 24%, rencana keadaan darurat 21% dan pekerjaan kerumahtanggaan 23%. Penilaian dilakukan pada level terkecil. Hasil pemeriksaan pada bangunan pusat perbelanjaan Solo Square menunjukkan bahwa sistem kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, proteksi pasif, proteksi aktif dan manajemen adalah “andal” terhadap pencegahan bahaya kebakaran. Penerapan sistem ini mampu memberikan penilaian yang lebih detail pada sistem pencegahan kebakaran.

Kata kunci : Pemeriksaan, Pencegahan kebakaran, Keandalan

Page 3: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

TRI GUNAWAN,NIM S0809021,2011, The Inspection of Building Reliability System in Preventing Fire Hazard (A Case Study at Solo Square Shopping Centre). Thesis : Civil Engineering Department, Post Graduate Programme, Sebelas Maret University of Surakarta.

The First Commision of Supervision : S.A. Kristiawan,ST.,M.Sc., Ph.D, The Second Supervision : Ir. B. Heru Santosa,Mapp.Sc.

The Growth of the building still increasing along with growth of the town. Every building have potential danger and fire risk. Fire can generate losing of soul, object and estate at building user and their environment. Building safety represent a compulsion of a building. The making of preventing inspection fire hazard design system is absolutly needed which is showing the building reliability level it self. The aim of the research is : how to design inspection building reliability in preventing fire hazard system and applied at the building, a case study at Solo Square shopping centre.

The Making of building reliability inspection design system in preventing fire hazard use Analytical Hierarchy Process method (AHP) by comparing site plan equipment, safety system, passive protection system, active protection system and management. The criterias used in this method are preventing, demarcation, extinction fire hazard, in management use fire precaution, and observation of fire danger. Assessment in preventing design system done with quisioner the people who comprehending in fire. the applied design inspection use survey and quisioner to the building management.

The result of analysis preventing inspection fire hazard system are site plan equipment 21%, safety system 20%, passive protection system 19%, active protection system 24% and management preventing fire hazard system 16%. While at management is inspection and conservancy 32 %, training and construction 24%, emergency plan 21% and fire safe housekeeping 23%. Assesment done at smallest level. Result of the inspection in Solo Square shopping centre indicate that the site plan equipment, safety system, passive protection system, active protection system and management preventing fire hazard system is good to prevent fire hazard. The application this parameters give more assessment for preventing fire hazard system.

Keywords : Inspection, Preventing fire hazard, Reliability

Page 4: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmad dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Sistem

Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan Bahaya Kebakaran”. Tesis ini

sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Pascasarjana pada

bidang keahlian Teknik dengan konsentrasi Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini mengangkat permasalahan tentang sistem pemeriksaan keandalan

bangunan dalam pencegahan bahaya kebakaran dan penerapan sistem tersebut pada

bangunan pusat perbelanjaan Solo Square untuk mengetahui tingkat keandalanya dalam

pencegahan kebakaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan untuk kesempurnaan tesis tersebut.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pengetahuan

bagi diri saya pribadi dan pada seluruh pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2011

Penulis

Page 5: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

TRI GUNAWAN, NIM S940809021, 2011, Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan Bahaya Kebakaran. (Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square), Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknis Sipil Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pembimbing I : S.A. Kristiawan,ST.,M.Sc., Ph.D., Pembimbing II : Ir. B. Heru Santosa,Mapp.Sc.

Perkembangan bangunan gedung terus meningkat seiring dengan perkembangan kota. Setiap bangunan gedung mempunyai potensi dan resiko terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran dapat menimbulkan kehilangan jiwa, harta dan benda pada pengguna bangunan dan lingkungannya. Keselamatan bangunan merupakan suatu keharusan pada sebuah bangunan. Pembuatan desain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung sangat diperlukan, untuk mengetahui tingkat keandalannya. Tujuan penelitian ini adalah : mendesain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran dan penerapan sistem tersebut pada bangunan gedung, dengan studi kasus bangunan pusat perbelanjaan Solo Square.

Pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dengan membandingkan sistem kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, proteksi pasif, proteksi aktif dan manejemen, kriteria yang digunakan : pencegahan, pembatasan dan pemadaman terhadap kebakaran. Pada sistem manajemen pencegahan kebakaran menggunakan kriteria : tindakan pencegahan dan pengawasan terhadap bahaya kebakaran. Penilaian desain sistem dilakukan dengan kuisioner pada responden yang memahami/ahli masalah kebakaran, dan penerapan desain sistem menggunakan survei langsung dan kuisioner kepada pihak pengelola bangunan.

Hasil analisa berupa desain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung dengan penilaian kelengkapan tapak 21%, sistem sarana keselamatan 20%, sistem proteksi pasif 19%, sistem proteksi aktif 24% dan sistem manajemen pencegahan kebakaran 16%. Sedangkan pada manajemen adalah pemeriksaan dan pemeliharaan 32 %, pembinaan dan pelatihan 24%, rencana keadaan darurat 21% dan pekerjaan kerumahtanggaan 23%. Penilaian dilakukan pada level terkecil. Hasil pemeriksaan pada bangunan pusat perbelanjaan Solo Square menunjukkan bahwa sistem kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, proteksi pasif, proteksi aktif dan manajemen adalah “andal” terhadap pencegahan bahaya kebakaran. Penerapan sistem ini mampu memberikan penilaian yang lebih detail pada sistem pencegahan kebakaran.

Kata kunci : Pemeriksaan, Pencegahan kebakaran, Keandalan

Page 9: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

TRI GUNAWAN,NIM S0809021,2011, The Inspection of Building Reliability System in Preventing Fire Hazard (A Case Study at Solo Square Shopping Centre). Thesis : Civil Engineering Department, Post Graduate Programme, Sebelas Maret University of Surakarta.

The First Commision of Supervision : S.A. Kristiawan,ST.,M.Sc., Ph.D, The Second Supervision : Ir. B. Heru Santosa,Mapp.Sc.

The Growth of the building still increasing along with growth of the town. Every building have potential danger and fire risk. Fire can generate losing of soul, object and estate at building user and their environment. Building safety represent a compulsion of a building. The making of preventing inspection fire hazard design system is absolutly needed which is showing the building reliability level it self. The aim of the research is : how to design inspection building reliability in preventing fire hazard system and applied at the building, a case study at Solo Square shopping centre.

The Making of building reliability inspection design system in preventing fire hazard use Analytical Hierarchy Process method (AHP) by comparing site plan equipment, safety system, passive protection system, active protection system and management. The criterias used in this method are preventing, demarcation, extinction fire hazard, in management use fire precaution, and observation of fire danger. Assessment in preventing design system done with quisioner the people who comprehending in fire. the applied design inspection use survey and quisioner to the building management.

The result of analysis preventing inspection fire hazard system are site plan equipment 21%, safety system 20%, passive protection system 19%, active protection system 24% and management preventing fire hazard system 16%. While at management is inspection and conservancy 32 %, training and construction 24%, emergency plan 21% and fire safe housekeeping 23%. Assesment done at smallest level. Result of the inspection in Solo Square shopping centre indicate that the site plan equipment, safety system, passive protection system, active protection system and management preventing fire hazard system is good to prevent fire hazard. The application this parameters give more assessment for preventing fire hazard system.

Keywords : Inspection, Preventing fire hazard, Reliability

Page 10: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR NOTASI ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 3

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 4

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 5

2.2. Landasan Teori …………………………………………………….. 9

2.2.1 Bangunan Gedung …………………………………………… 9

2.2.2 Bahaya Kebakaran …………………………………………… 11

2.2.3 Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung …………… 13

2.2.4 Manajemen Pencegahan Kebakaran pada Bangunan ……….. 18

2.2.5 Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan ……… 21

2.2.6 Penilaian Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan ….. 24

Page 11: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2.2.7 Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan .. 25

2.2.8 Metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP) ……………… 25

2.2.9 Sistem Pengambilan Keputusan ……………………………... 30

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian …………………………………………………… 32

3.2 Langkah Penelitian …………………………………………………. 32

3.2.1 Penyusunan Kuisioner dan Penentuan Responden ………………. 32

3.2.2 Pengumpulan data …………………………………………… 33

3.2.3 Analisa ……………………………………………………….. 34

3.2.4 Langkah Penelitian …………………………………………… 36

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Desain Sistem Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran ….. 38

4.1.1 Penilaian/Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran ……… 39

4.1.2 Penilaian/Pembobotan Sub Sistem Pencegahan Kebakaran …. 51

4.1.3 Penilaian/Pembobotan Komponen Pencegahan Kebakaran …. 60

4.1.4 Batasan dan Tingkat Keandalan Pencegahan Kebakaran …… 62

4.1.5 Interpretasi dan Rekomendasi ……………………………….. 63

4.1.6 Cara Pengisian Sistem Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran .. 65

4.2 Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung, Studi

KasusBangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square …………………. 65

4.2.1 Kelengkapan Tapak …………………………………………. 67

4.2.2 Sarana Penyelamatan ………………………………………… 70

4.2.3 Proteksi Pasif ………………………………………………… 73

4.2.4 Proteksi Aktif ………………………………………………… 75

4.2.5 Manajemen Pencegahan Kebakaran …………………………. 82

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 86

5.2 Saran ………………………………………………………………... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tipe Konstruksi yang dipersyaratkan ........................................................... 17

Tabel 2.2. Ketahanan Material terhadap Api ................................................................. 17

Tabel 2.3. Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung .............................. 21

Tabel 2.4. Hasil Pembobotan dalam Pencegahan Kebakaran ........................................ 22

Tabel 2.5. Rekapitulasi Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran ........................... 23

Tabel 2.6. Perbedaan Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran Puslitbang PU dan Peneliti 24

Tabel 2.7. Nilai Perbandingan Tingkat Kepentingan Elemen ....................................... 27

Tabel 2.8. Nilai Random Indeks .................................................................................... 30

Tabel 4.1. Hasil Uji Konsistensi pada Responden ......................................................... 50

Tabel 4.2. Hasil Rata-rata Bobot Sistem Pencegahan Kebakaran .................................. 51

Tabel 4.3. Hasil Rata-rata Pembobotan Sub Sistem Manajemen Pencegahan kebakaran 58

Tabel 4.4. Rekapitulasi Pembobotan Sistem Pencegahan kebakaran Bangunan Gedung 59

Tabel 4.5. Uraian Komponen Pencegahan Kebakaran ................................................... 61

Tabel 4.6. Nilai dan Tingkat Keandalan Pencegahan Kebakaran .................................. 63

Tabel 4.7. Penilaian Tingkat Keandalan Pencegahan Kebakaran .................................. 64

Tabel 4.8. Uraian Rekomendasi Nilai dan Tingkat Keandalan Pencegahan Kebakaran 65

Tabel 4.9. Sumber Air pada Bangunan Solo Square ...................................................... 67

Tabel 4.10. Penilaian Komponen Pencegahan Kebakaran ............................................... 67

Tabel 4.11. Penilaian Hidran Halaman ............................................................................. 70

Tabel 4.12. Rekapitulasi Sub Sistem Pencegahan Kebakaran pada Kelengkapan Tapak 70

Tabel 4.13. Penilaian Jalan Keluar Bangunan .................................................................. 72

Tabel 4.14. Rekapitulasi Sub Sistem Sarana Penyelamatan ............................................. 73

Tabel 4.15. Rekapitulasi Sub Sistem Proteksi Pasif ......................................................... 75

Tabel 4.16. Penilaian Alat Pemadam Api Ringan.............................................................. 76

Tabel 4.17. Penilaian Hidran Gedung ............................................................................... 78

Tabel 4.18. Penilaian Cahaya.............................................................................................. 81

Tabel 4.19. Rekapitulasi Penilaian Sistem Proteksi Aktif ................................................ 82

Tabel 4.20. Penilaian Sub Sistem Manajemen .................................................................. 85

Page 13: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sistem yang bekerja pada Bangunan ....................................................... 10

Gambar 2.2. Segitiga Api/fire triangle .......................................................................... 11

Gambar 2.3. Sistem Pencegahan Kebakaran pada Kelengkapan Tapak......................... 14

Gambar 2.4. Sarana Penyelamatan pada Bangunan ....................................................... 15

Gambar 2.5. Beberapa Contoh Sistem Proteksi Aktif pada bangunan .......................... 18

Gambar 2.6. Bagan Perbandingan Kriteria pada Sistem Pencegahan Kebakaran ........ 25

Gambar 2.7. Struktur Hirarki dalam Metode AHP ........................................................ 27

Gambar 2.8. Matrik Perbandingan Preferensi ............................................................... 28

Gambar 3.1. Lokasi pusat perbelanjaan Solo Square di Surakarta ............................... 32

Gambar 3.2. Pembuatan Desain Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam

Pencegahan Kebakaran ............................................................................ 36

Gambar 3.3. Alur Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada bangunan Gedung ........ 37

Gambar 4.1. Penentuan Level pada sistem pencegahan kebakaran bangunan .............. 38

Gambar 4.2. Sistem dan sub sistem dalam pencegahan kebakaran .............................. 40

Gambar 4.3. Skema AHP Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung .... 41

Gambar 4.4. Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square .............................................. 66

Page 14: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan

λmaks

aij

Anxn

AHP

Bt

CI

CR

n

RI

wi

W

Wi

Xi

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Eigenvalue maksimum

Nilai matriks perbandingan berpasangan

Matriks resiprokal

Analytical Hierarchy Process

Bobot total

Consistency Index

Consistency Ratio

Jumlah komponen/elemen

Random Index

Vektor matriks

Bobot komponen/elemen bangunan

Perkalian elemen matriks dalam satu baris

Eigenvector (bobot elemen)

Page 15: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pembuatan Desain Sistem Pencegahan Kebakaran pada

Bangunan Objek Studi ............................................................................ I

Lampiran 2. Form Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan

Kebakaran ................................................................................................. II

Lampiran 3. Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan Kebakaran

pada Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square ..................................... III

Lampiran 4. Denah Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square .................................. IV

Lampiran 5. Penilaian Uji Konsistensi dengan Metoda AHP ...................................... V

Lampiran 6. Klasifikasi Bangunan Gedung berdasarkan SNI 03-1736-2000 .............. VI

Lampiran 7. Perhitungan Batasan Tingkat Keandalan ................................................. VII

Page 16: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan ruang gerak baik yang bersifat terbuka atau tertutup sangat

diperlukan untuk melaksanakan segala aktifitas, seiring perkembangan kota yang

meningkat. Perkembangan tersebut menyebabkan bangunan gedung terus mengalami

pertumbuhan baik secara vertikal maupun horisontal. Pertumbuhan dan penataan

bangunan yang ada, terkadang tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur

bangunan maupun perkotaan. Sehingga bangunan fisik yang dihasilkan, seringkali

kurang memperhatikan bahaya kebakaran. Bahaya kebakaran dapat terjadi pada

bangunan atau site dimana bangunan itu berada. Kebakaran merupakan kejadian

yang tidak diinginkan, karena dapat mengakibatkan kerugian, baik berupa materiil

maupun moril. “Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya nyala api

yang tidak terkendali sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa manusia

maupun harta benda” (Purbo 1995). Saat terjadi kebakaran, api timbul sebagai reaksi

proses rantai antara bahan mudah terbakar (fuel), oksigen dan panas (heat) yang

sering disebut segitiga api (fire triangle). Rangkaian proses oksidasi terus

berlangsung, sampai salah satu elemen pembentuk api berakhir, atau untuk

mencegah terjadinya api, maka salah satu komponen tersebut harus dihindari/diputus.

(Wahadamaputra 2008).

Bahaya utama kebakaran bagi manusia adalah keracunan akibat terhirupnya

asap, sekitar 75% kematian manusia pada bangunan yang terbakar diakibatkan oleh

asap, sekitar 25% kematian disebabkan oleh panas yang ditimbulkan oleh api.

(Juwana 2004). Tingginya suhu akibat kebakaran berpengaruh pada struktur

bangunan yang berakibat retaknya selimut beton bahkan dapat menimbulkan

keruntuhan bangunan. (Tundono 2008). Data dari Puslitbang PU, beberapa hal yang

merupakan penyebab sulitnya penanggulangan dan pengendalian kebakaran antara

lain : terlambat menghubungi Dinas Kebakaran 19,8%, bangunan tanpa peralatan

proteksi kebakaran 17,8%, gangguan asap 15,6%, faktor angin 14,7% dan bangunan

ditutup rolling door 9,9%. Kurangnya pemahaman tentang bahaya api dan

1

Page 17: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pencegahanya seringkali membuat sistem pencegahan kebakaran tidak menjadi

prioritas dalam desain atau pelaksanaan bangunan. “Resiko kebakaran pada sebuah

gedung menjadi isu penting yang perlu diperhatikan. Permasalahan kebakaran

terjadi apabila sikap bahan bangunan terhadap kebakaran, pencegahan terhadap

kebakaran dalam perencanaan dan perlengkapan pemadam kebakaran sering

ditiadakan…” (Frick 2008).

Untuk melaksanakan fungsi dan kegunaan, bangunan terdiri dari beberapa

sistem, sistem tersebut terdiri dari sub-sub sistem yang membentuk secara integral

dalam satu kesatuan. Pencegahan kebakaran merupakan salah satu sistem bangunan,

yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, harta dan benda dari bahaya kebakaran.

Kesiapan dan penanganan sebelum terjadinya kebakaran menjadi faktor yang sangat

penting untuk mencegah kebakaran. Berdasarkan UU No 28 tahun 2002, salah satu

persyaratan keselamatan gedung adalah kemampuan bangunan gedung dalam

mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Pengamanan kebakaran, yang

menyangkut kegiatan pemeriksaan, perawatan, pemeliharaan, audit keselamatan

kebakaran, dan latihan penanggulangan kebakaran harus dilaksanakan secara

periodik, sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana pencegahan kebakaran

pada bangunan. Masalah pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran merupakan

salah satu segi manajemen gedung (Fire protection Management) karena manajemen

yang salah mengakibatkan pengelolaan dan pemeliharaan gedung menjadi buruk.

(Kristiawan, 1989)

Keandalan terhadap bahaya kebakaran merupakan kemampuan bangunan

melakukan perlawanan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran,

agar perlawanan dapat berjalan optimal (Asmaningprodjo, 2008). Pemeriksaan

terhadap perlengkapan pencegahan kebakaran dari berbagai aspek sangat diperlukan,

baik pada bangunan baru atau yang sudah digunakan, guna menjamin keselamatan

bangunan. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan proteksi kebakaran

baik aktif maupun pasif harus dilakukan secara sistematik dan berkala serta

mengikuti ketentuan dan standar yang berlaku. Hasil pemeriksaan berkala sarana dan

peralatan menentukan diperolehnya sertifikat layak pakai untuk jangka waktu

tertentu (Tundono, 2008). Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang dapat

digunakan pada pemeriksaan terhadap pencegahan kebakaran pada bangunan, guna

Page 18: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menghadapi tuntutan perkembangan kota dan permukiman yang semakin kompleks

serta pengendalian dan pengawasan terhadap bahaya kebakaran.

1.2. RUMUSAN MASALAH Pencegahan kebakaran merupakan salah satu aspek keselamatan bangunan.

Untuk mengetahui dan menilai tingkat keandalan suatu bangunan terhadap bahaya

kebakaran, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mendesain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran yang dapat

diaplikasikan pada bangunan gedung.

2. Bagaimana penerapan/aplikasi sistem tersebut pada bangunan gedung, dengan

studi kasus bangunan pusat perbelanjaan Solo Square di Surakarta.

1.3. TUJUAN

Untuk mengetahui dan menilai tingkat keandalan suatu bangunan terhadap

bahaya kebakaran, maka tujuan dari penelitian tesis ini adalah :

1. Mendesain sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung.

2. Mengetahui penerapan/aplikasi sistem tersebut pada bangunan gedung.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran ini dapat digunakan sebagai alat

bantu mengetahui dan menilai kondisi keandalan bangunan gedung terhadap

bahaya kebakaran.

2. Memberikan kemudahan dan prosedur pemeriksaan/penilaian kondisi bangunan

gedung secara menyeluruh yang meliputi kelengkapan tapak, sarana

penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen

pencegahan kebakaran terhadap bahaya kebakaran.

1.5. BATASAN MASALAH

Untuk memberikan arah yang jelas dalam melaksanakan penelitian, maka

rumusan batasan masalah adalah :

Page 19: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1. Pembuatan desain dan penerapan pada bangunan gedung ditinjau dari aspek

pencegahan kebakaran, meliputi kelengkapan tapak, sarana penyelamatan,

sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif dan manajemen pencegahan

kebakaran/Fire mangement system.

2. Hasil rekomendasi dari pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan

gedung hanya diberikan secara global dan belum mendetail.

3. Komponen biaya tidak diperhitungkan.

4. Objek studi penelitian adalah bangunan pusat perbelanjaan Solo Square di

Surakarta.

Page 20: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Bangunan gedung dalam melaksanakan fungsi dan kegunaanya mempunyai

kelengkapan yang saling menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung, guna

kelancaran dan kenyamanan bangunan. Kebakaran merupakan bahaya yang tidak dapat

diprediksi (unpredictable), kehilangan jiwa, harta dan benda dapat sekejap terjadi akibat

kebakaran. Untuk mengetahui resiko kebakaran dan sumber kebakaran, bangunan

sebagai unit kegiatan harus dipetakan sebagai sarana informasi adanya ancaman dan

potensi bahaya kebakaran. “Prinsip dasar pencegahan penjalaran api dimaksudkan

untuk memastikan bahwa kerusakan yang terjadi akibat kebakaran hanya terbatas pada

bangunan yang terbakar, dan dapat dimengerti bahwa kemungkinan terburuk adalah

kerusakan total struktur bangunan dan isinya.”(Endangsih, 2007). Sistem pencegahan

kebakaran adalah sistem proteksi yang perlu disertakan pada bangunan. Pada

pelaksanaannya, penataan atau perencanaannya harus dilibatkan secara kontinyu pada

saat proses konstruksi secara keseluruhan. Proses konstruksi yang dimaksudkan di atas

adalah dari mulai tahap perencanaan, perancangan, pembangunan, pengoperasian serta

perbaikan dan perawatan. (Rahman, 2003).

Pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah

segala upaya yang menyangkut ketentuan dan persyaratan teknis yang diperlukan dalam

mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung,

termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan dan pemanfaatan/pemeliharaan

bangunan gedung, serta pemeriksaan kelayakan dan keandalan bangunan gedung

terhadap bahaya kebakaran. Pencegahan kebakaran adalah berbagai kegiatan proteksi

terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran atau

meminimalkan potensi terjadinya kebakaran. Sistem penanggulangan kebakaran adalah

sistem proteksi yang perlu disertakan di dalam bangunan. Khususnya untuk bangunan

fasilitas umum dan/atau bangunan yang mewadahi orang banyak, hal ini menjadi suatu

11

5

Page 21: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kewajiban untuk disediakan. Prinsip dasar pencegahan penjalaran api dimaksudkan

untuk memastikan bahwa kerusakan yang terjadi akibat kebakaran hanya terbatas pada

bangunan yang terbakar, dan dapat dimengerti bahwa kemungkinan yang terburuk

adalah kerusakan total struktur bangunan dan isinya. (Endangsih, 2007).

Pentingnya pencegahan kebakaran pada bangunan dengan konstruksi “Critical”

seperti pusat data perlu dikaji secara mendalam, karena hilangnya data akan sangat fatal

bagi pemiliknya. Menurut data NFPA di AS ada 125.000 kebakaran di gedung bukan

perumahan tahun 2001 dengan kerugian 3.231 milyar dolar. Bahkan 43% dari bisnis

tutup akibat kebakaran dan tidak mampu untuk buka kembali, dan 29% yang buka

kembali gagal dalam waktu 3 tahun, terutama akibat hilangnya data bisnis yang sangat

berharga akibat kebakaran. (Avelar, 2003)

Salah satu sistem keselamatan bangunan adalah sistem evakuasi dimana pada

bangunan fasilitas umum menggunakan sistem refuge area yaitu sistem penyelamatan

bahaya kebakaran dengan cara berlindung dalam bangunan 2 lantai di atas atau di bawah

lantai yang terbakar atau dalam suatu area bebas asap dan api pada lantai yang sama

dengan cara menyiapkan tempat pengungsian. Refuge area yang terletak sebelum tangga

kebakaran dapat dilengkapi dengan Pressure vent untuk menciptakan ruang bertekanan

sehingga asap tidak masuk kedalam area atau dengan Smoke vent untuk mengeluarkan

asap dari ruangan. (Petterson, 1993).

Untuk mengetahui pembobotan pada bangunan, salah satu metode yang banyak

digunakan adalah metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh

Thomas L Saaty. AHP merupakan teori pengukuran melalui perbandingan berpasangan

dan bergantung pada penilaian para ahli untuk mendapatkan pembobotan. Pengambilan

keputusan dalam metode AHP yang perlu diketahui adalah permasalahan, kebutuhan dan

tujuan keputusan, kriteria keputusan, subkriteria, stakeholder, kelompok-kelompok yang

terkena dampak dan alternatif-alternatif yang diambil (Saaty, 2008).

Bangunan pusat perbelanjaan umumnya dibangun secara vertikal, menempatkan

fasilitas bioskop pada lantai atas bangunan yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi

dengan penggunaan bahan akustik interior yang mudah terbakar, sehingga pada

peristiwa kebakaran akan menyebabkan api berkembang cepat dan mempunyai nilai

Page 22: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

pelepasan panas yang tinggi, disamping itu penataan interior ruang/lay out tempat duduk

dan jalur keluar yang tidak memenuhi persyaratan jalur keluar akan mengganggu dalam

proses evakuasi. Untuk memberikan keamanan dan keselamatan jiwa dari bahaya

kebakaran pada fasilitas bioskop, maka perlu adanya pemenuhan standar desain sistem

evakuasi kebakaran berupa pintu kebakaran, tangga kebakaran, ruang penyelamatan

sementara dan jalur keluar. Disamping itu perlu adanya pemenuhan sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari sistem proteksi aktif, pasif dan fire safety management.

Penilaian keamanan bangunan terhadap bahaya kebakaran berdasarkan standar SNI dan

Kepmen PU menggunakan metode AHP dengan membandingkan bagian-bagian dari

sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, sarana evakuasi dan akses pemadam

kebakaran serta fire safety management. Masing-masing sistem dilakukan pembobotan,

Sedangkan penilaian tingkat resiko penghuni terhadap bahaya kebakaran dibagi dalam

tiga kelompok penilaian, yaitu: kelompok kematian dan terluka, kelompok kehilangan

isi bangunan, dan kelompok potensi kebakaran. (Ornam,2004).

Tri Endangsih (2008) meneliti tentang bangunan pusat perbelanjaan yang

merupakan fasilitas umum (komersial). Desain penataan fungsi kegiatan di dalam

bangunan pusat perbelanjaan seringkali terlalu menekankan tuntutan bisnis. Akibatnya

kepentingan keselamatan keamanan dan kenyamanan pengunjung terabaikan. Untuk

memberikan keamanan dan keselamatan jiwa dari bahaya kebakaran pada bangunan

pusat perbelanjaan, maka perlu adanya pemenuhan standar desain sistem evakuasi

kebakaran berupa pintu kebakaran, tangga kebakaran, ruang penyelamatan sementara

dan jalur keluar. Disamping itu perlu adanya pemenuhan sistem proteksi kebakaran yang

terdiri dari sistem proteksi aktif, pasif dan fire safety management. Tujuan penelitian

adalah mengukur tingkat keandalan dan keamanan bangunan serta tingkat risiko

penghuni terhadap bahaya kebakaran. Parameter keandalan bangunan digunakan standar

National Fire Protection Association (NFPA) 101 life safety code (evaluation for

business occupancy), penilaian keamanan bangunan menggunakan Standar National

Indonesia (SNI) dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen PU) sedangkan

penilaian tingkat risiko penghuni bangunan digunakan rancangan model kebakaran dan

standar American Society for Testing and Materials (ASTM) Fire Test Standard E 931

Page 23: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

(Standard Practice for Assessment of Fire Risk by Occupancy Classification). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Senayan City sudah menerapkan Standar persyaratan

keamanan bangunan yang ditetapkan, sehingga termasuk dalam kategori aman terhadap

bahaya kebakaran.

N.Vinky Rahman, (2003) dalam penelitiannya bahwa bangunan terdiri dari

sistem yang membentuknya secara integral dalam satu kesatuan. Sistem ini haruslah

terintegrasi dengan baik dalam bangunan. Sistem penanggulangan kebakaran adalah

sistem proteksi yang perlu disertakan di dalam bangunan khususnya untuk bangunan

fasilitas umum dan/atau bangunan yang mewadahi orang banyak, hal ini menjadi suatu

kewajiban untuk disediakan. Pada pelaksanaannya, penataan atau perencanaannya harus

dilibatkan secara kontinyu pada saat proses konstruksi secara keseluruhan. Proses

konstruksi yang dimaksudkan di atas adalah dari mulai tahap perencanaan, perancangan,

pembangunan, pengoperasian serta perbaikan dan perawatan.

Levin, (2007) dalam penelitiannya yang menekankan pada optimalisasi

keseluruhan pada bangunan dan capaian lingkungan memerlukan pertimbangan dan

perhatian untuk menginformasikan keputusan dengan suatu pendekatan ke arah

“penilaian dan evaluasi sistematis bangunan dan lingkungan” yang berdasar atas ekologi

bangunan (SEABEP), SEABEP diperlukan untuk evaluasi kinerja dan assesmen dasar,

assesmen resiko. SEABEP mempunyai perananan penting dalam kontribusi ke

permasalahan lingkungan, SEABEP dapat digunakan untuk meningkatkan atau

membangun kualitas lingkungan.

William, (1995). Peraturan bangunan secara historis telah dikembangkan dan

disusun bergantung pada kelompok tertentu ahli dan persepsi mereka tentang apa yang

diterima berdasarkan tingkat risiko dan biaya apa yang dapat diberikan oleh masyarakat

untuk meningkatkan kesehatan, keselamatan atau kemudahan. Sistem evaluasi peraturan

menyediakan kerangka kerja berbasis komputer yang perubahan diajukan atas dasar

Building Code of Australia (BCA) dapat dinilai secara sistematis. Sistem ini

mengharuskan setiap usulan untuk mengubah BCA agar diidentifikasi secara jelas

secara bersama-sama dengan semua alternatif yang ditetapkan dalam mencapai tujuan

yang diinginkan. biaya langsung dan manfaat diidentifikasi dapat diukur, membuat

Page 24: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penggunaan data internal dan eksternal. Sistem ini tidak hanya menjadi alat bantu

pengambil keputusan dengan menyediakan semua informasi yang tersedia, tapi juga

menyediakan transparansi kepada proses pengambilan keputusan dan peraturan

pembangunan.

Mekanisme sertifikasi dan labelisasi keandalan bangunan gedung terhadap

kebakaran. Mekanisme ini mengatur tentang penilaian bangunan yang ditinjau dari 4

aspek komponen pencegahan kebakaran yaitu sistem tapak bangunan, sistem sarana

penyelamatan, sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif, kemudian dari setiap

sistem tersebut dijabarkan dalam kriteria lagi, dan kemudian diberi penilaian, serta

petunjuk penilaian beserta tingkat keandalanya terhadap kebakaran, sehingga bangunan

dapat dilakukan penilaian beserta tingkat keandalan dan rekomendasi yang harus

dilakukan. Metode yang digunakan adalah AHP dalam pengambilan keputusannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Bangunan Gedung

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam

tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik

untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,

budaya, maupun kegiatan khusus.(UU No: 28 Tahun 2002). Untuk melaksanakan fungsi

dan kegunaanya bangunan mempunyai kelengkapan yang saling menunjang baik secara

langsung maupun tidak langsung, kelengkapan tersebut terbagi menjadi sistem-sistem

yang saling mendukung guna kelancaran dan kenyamanan pada bangunan. Bangunan

merupakan suatu sistem, “Sistem didefinisikan sebagai suatu susunan bagian-bagian

yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk

sebuah kesatuan kompleks dan berlaku untuk satu fungsi”. (Ching: 2002).

Sistem yang terbentuk dalam bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

sistem transportasi

dalam gedung

Page 25: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gambar 2.1 Sistem yang bekerja pada bangunan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Bangunan dapat dikelompokan berdasarkan fungsi dan peruntukannya seperti

pertunjukan, bisnis/komersil, pendidikan, pabrik, institusi, permukiman, penyimpanan/

gudang dan fungsi lainya. Bangunan mempunyai resiko terhadap kebakaran yang

berbeda-beda, tergantung dari fungsi bangunan itu sendiri. ”Setiap bangunan gedung

harus mempunyai persyaratan administratif dan teknis sesuai dengan fungsinya, salah

satu persyaratan teknis adalah persyaratan keandalan, keandalan adalah tingkat

kesempurnaan kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan, fungsi dan

kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama masa pakai dari

gedung tersebut. Persyaratan keandalan meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,

kenyamanan, dan kemudahan yang ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan gedung.

Sedangkan persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan

kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan

bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya

petir” (UU No: 28 Tahun 2002). Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan SNI 03 –

1736 – 2000 dapat dilihat pada lampiran 5.

2.2.2. Bahaya Kebakaran

sistem arsitektur sistem struktur bawah

sistem air kotor/ limbah

sistem tata udara

sistem elektrikal

sistem tata suara

site plan

sistem struktur atas

sistem air bersih

sistem telekomunikasi

sistem office automatic

sistem pencegahan dan pemadaman kebakaran

Page 26: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Api timbul ketika terjadi reaksi proses rantai antara bahan

oksigen dan panas (heat) yang sering disebut segitiga api (

tersebut terjadi dalam suatu ruangan unit hunian, panas akan terus meningkat

bakar cukup tersedia dan oksigen terus mengalir hingga

(flasover), yaitu ketika suhu lapisan gas panas dalam ruang melebihi 500°C dan flu

kalor ke lantai melebihi 20 K

dengan terbakarnya perabotan rumah tangga serta bahan unsur

unit hunian baik secara konveksi, induksi maupun radiasi. (Asmaningprodjo,

Gambar 2.2 Segitiga Api/Fire T

Ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu :

penghuni (manusia), isi bangunan (harta), struktur bangunan dan bangunan yang

letaknya berdekatan dengan bangunan yang terbakar. Sedangkan bahaya api meliputi

dua hal yaitu : thermal (suhu dan nyala api) dan

Bahaya utama pada manusia adalah keracunan asap

kebakaran gedung (bangunan tinggi) dikarenakan hal

disebabkan oleh suhu tinggi dalam g

mengakibatkan penghuni seringkali kehilangan orientasi sehingga mengakibatkan

kecelakaan seperti terbentur/terjatuh ataupun terjebak dalam ruangan yang

mengakibatkan luka/cedera yang serius.

Penanda awal adanya api adalah asap, asap

dapat menghalangi penglihatan dan mengakibatkan berkurangnya kecepatan penghuni

bangunan dalam mencari jalan keluar, asap mempunyai kecepatan rambat sebesar 1

Api timbul ketika terjadi reaksi proses rantai antara bahan mudah terbakar

) yang sering disebut segitiga api (fire triangle). Ketika proses

tersebut terjadi dalam suatu ruangan unit hunian, panas akan terus meningkat

bakar cukup tersedia dan oksigen terus mengalir hingga suhu mencapai titik bakar

), yaitu ketika suhu lapisan gas panas dalam ruang melebihi 500°C dan flu

kalor ke lantai melebihi 20 KW/m2. Selanjutnya proses kebakaran semakin menjadi

perabotan rumah tangga serta bahan unsur-unsur bangunan pada

unit hunian baik secara konveksi, induksi maupun radiasi. (Asmaningprodjo,

Gambar 2.2 Segitiga Api/Fire Triangle Sumber : Asmaningprodjo, 2008

Ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu :

penghuni (manusia), isi bangunan (harta), struktur bangunan dan bangunan yang

letaknya berdekatan dengan bangunan yang terbakar. Sedangkan bahaya api meliputi

suhu dan nyala api) dan non thermal (asap dan gas beracun).

Bahaya utama pada manusia adalah keracunan asap, sekitar 75% kematian pada

kebakaran gedung (bangunan tinggi) dikarenakan hal tersebut, sedangkan 25% kematian

disebabkan oleh suhu tinggi dalam gedung.(Tundono, 2008). Kepanikan yang timbul

mengakibatkan penghuni seringkali kehilangan orientasi sehingga mengakibatkan

kecelakaan seperti terbentur/terjatuh ataupun terjebak dalam ruangan yang

mengakibatkan luka/cedera yang serius.(Wahadamaputera, 2008).

Penanda awal adanya api adalah asap, asap merupakan hasil pembakaran yang

menghalangi penglihatan dan mengakibatkan berkurangnya kecepatan penghuni

bangunan dalam mencari jalan keluar, asap mempunyai kecepatan rambat sebesar 1

11

mudah terbakar (fuel),

. Ketika proses

tersebut terjadi dalam suatu ruangan unit hunian, panas akan terus meningkat, jika bahan

suhu mencapai titik bakar

), yaitu ketika suhu lapisan gas panas dalam ruang melebihi 500°C dan fluks

. Selanjutnya proses kebakaran semakin menjadi

r bangunan pada

unit hunian baik secara konveksi, induksi maupun radiasi. (Asmaningprodjo, 2008).

Ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu :

penghuni (manusia), isi bangunan (harta), struktur bangunan dan bangunan yang

letaknya berdekatan dengan bangunan yang terbakar. Sedangkan bahaya api meliputi

(asap dan gas beracun).

75% kematian pada

sedangkan 25% kematian

epanikan yang timbul

mengakibatkan penghuni seringkali kehilangan orientasi sehingga mengakibatkan

kecelakaan seperti terbentur/terjatuh ataupun terjebak dalam ruangan yang

hasil pembakaran yang

menghalangi penglihatan dan mengakibatkan berkurangnya kecepatan penghuni

bangunan dalam mencari jalan keluar, asap mempunyai kecepatan rambat sebesar 1

Page 27: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

m/dt, sementara kecepatan orang normal adalah 1,2 m/dt sedangkan orang hamil adalah

0,8 m/dt, sifat asap sebagai hasil pembakaran yang berbahaya yaitu :

1. Kandungan gas bersifat narkotik yang mempengaruhi sistem kerja syaraf dan

jantung dapat mengakibatkan sesak nafas, kehilangan kesadaran dan kematian.

2. Kandungan gas bersifat iritasi yang merupakan gas beracun yang mampu

mempengaruhi sensor iritasi manusia.

3. Efek panas yang mengakibatkan heat stroke, terbakarnya kulit dan terbakarnya

alat pernafasan.

Asap sebagai hasil pembakaran mempunyai jalur perjalananya sendiri, dengan cara

mengisi ruang demi ruang yang tidak tersekat melalui void, atrium bahkan koridor,

ruang tangga dan ruang lift yang justru merupakan jalur sirkulasi evakuasi penghuni

bangunan. (Wahadamaputra, 2008)

Penyebab terjadinya kebakaran, menurut Kristiawan, (1989) secara umum terdiri dari

tiga faktor antara lain :

1. Faktor manusia, penyebab kebakaran karena faktor manusia secara garis besar

disebabkan oleh :

a. Keawaman seperti awam dalam pengetahuan sifat bahan bakar, barang-barang

berbahaya, suatu tempat yang diisi dengan banyak barang akan berpengaruh

terhadap peningkatan suhu udara sehingga rawan kebakaran.

b. Kelalaian dan kukurang-waspadaan seperti : puntung rokok yang masih berapi

yang dibuang disuatu tempat, lupa mematikan kompor dll.

2. Faktor alam dan lingkungan, faktor ini diakibatkan oleh :

a. Bencana yang timbul akibat faktor alam seperti petir, loncatan muatan listrik

bertegangan tinggi ke suatu benda yang berada di tanah.

b. Bencana yang timbul akibat faktor lingkungan antara lain: lingkungan tanpa

pepohonan/penghijauan, lingkungan tanpa sungai atau selokan, adanya instalasi

minyak dan gas alam, adanya tempat-tempat penyimpanan zat kimia atau

benda-benda mudah terbakar, bangunan yang terlalu berdekatan sering

membuat kendaraan pemadam kebakaran sukar memasuki lokasi kebakaran dll.

3. Faktor mesin, penyebab kebakaran karena faktor mesin antara lain :

Page 28: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

a. Umur mesin yang telah melebihi masa pakainya (life time)

b. Kelelehan logam (fatigue), seperti mesin atau alat yang mendapat tekanan yang

berubah-ubah sehingga melampuai titik kritisnya.

c. Korosi/erosi seperti adanya reaksi dan gesekan pada zat atau cairan yang berada

dalam pipa-pipa minyak sehingga mengakibatkan menipisnya pipa.

d. Aus karena gesekan dengan bahan-bahan lain seperti as pompa, karena gesekan

akan menjadikan as pompa tersebut aus dan patah.

4. Selain faktor di atas, menurut Subyantoro (1989), penyebab terjadinya kebakaran

juga diakibatkan oleh listrik yaitu :

a. Pemakaian kualitas bahan dan peralatan instalasi listrik yang kurang baik.

b. Perencanaan/pemasangan instalasi yang kurang sempurna

c. Kesalahan pemasangan instalasi

d. Kecerobohan pemakai listrik (konsumen)

e. Kurangnya pemeliharaan instalasi.

Tingginya suhu akibat kebakaran berpengaruh juga pada struktur bangunan,

meskipun beton bertulang tahan terhadap kebakaran, namun dapat menyebabkan

menurunnya kekuatan tulangan baja, bila suhu lebih dari4000C pada struktur beton

bertulang, sehingga struktur bangunan akan menggeliat yang berakibat retaknya selimut

beton, bahkan dapat menimbulkan keruntuhan bangunan. (Tundono, 2008).

2.2.3. Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagai aspek utama dalam

perlindungan bangunan sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 28 Tahun

2002 tentang Bangunan Gedung yang mengatur tentang persyaratan administratif dan

teknis bangunan gedung di Indonesia. Dalam pasal 19 disebutkan bahwa “Seluruh

bangunan gedung selain rumah tinggal harus dilengkapi dengan sistem proteksi pasif

dan aktif.” Peraturan kebakaran juga terdapat pada Kepmen PU Nomor : 10/KPTS/2000

tentang Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan serta Kepmen PU Nomor : 11/KPTS/2000 tentang Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Direktur

Page 29: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Jenderal Perumahan dan Permukiman Nomor : 58/KPTS/2002 tentang Petunjuk Teknis

Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.

Pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah

segala upaya yang menyangkut ketentuan dan persyaratan teknis yang diperlukan dalam

mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung,

termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan dan pemanfaatan/pemeliharaan

bangunan gedung, serta pemeriksaan kelayakan dan keandalan bangunan gedung

terhadap bahaya kebakaran. Berdasarkan Kepmen PU Nomor : 10/KPTS/2000 standar

pencegahan kebakaran pada bangunan dan lingkungan terdiri dari :

1. Sistem Kelengkapan Tapak

Bangunan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya, bangunan dibuat

untuk menampung dan mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan manusia,

untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dalam merespon kebutuhan sosial,

ekonomi dan budaya. Sistem kelengkapan tapak antara lain :

a. Kepadatan bangunan, jarak bangunan satu dengan bangunan yang lain, menjadi

salah satu tingkat kerawanan terhadap kebakaran. Tata letak bangunan seperti

penataan blok-blok bangunan

b. Jalan lingkungan yang digunakan untuk akses dari luar, seperti jalur pemadam

kebakaran, lebar jalan dan jenis perkerasan jalan.

c. Sistem penyediaan air hidran yang merupakan ketersediaan air dalam

memadamkan api.

d. Sumber air yang dapat dijadikan pemadaman seperti air kolam, water tank,

sungai maupun sumber yang lain.

Gambar 2.3. Sistem Pencegahan Kebakaran pada Kelengkapan Tapak Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Sistem sarana Penyelamatan

Page 30: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sarana jalan keluar bangunan merupakan bagian dari bangunan yang digunakan

untuk penyelamatan manusia maupun kegiatan lain, agar terhindar dari ancaman

kebakaran. Fungsi sarana penyelamatan agar penghuni bangunan memiliki waktu

yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman, dalam keadaan darurat.

“Sarana penyelamatan adalah akses yang diberikan pada bangunan untuk

mempermudah penyelamatan manusia keluar dari bangunan apabila terjadi

kebakaran”, (Frick dkk. 2008. 163-164) Beberapa aspek yang harus diperhatikan

dalam sarana evakuasi ini adalah :

a. Jalan keluar berupa tangga kebakaran dan jenisnya yang berhubungan dengan

kemudahan pencapaian, tanda/penunjuk arah ke tangga darurat, lebar tangga

darurat dan pintu kebakaran.

b. Konstruksi jalur keluar harus tahan api dan memberi kemudahan dalam

evakuasi untuk memberikan rasa aman kepada penghuni

c. Landasan helikopter untuk penyelamatan, khusunya pada bangunan tinggi

diatas 60 m, karena jangkauan penyelamatan sangat tinggi.

Gambar 2.4. Sarana penyelamatan pada bangunan Sumber : Dokumentasi Pribadi

3. Sistem Proteksi pasif

Sistem proteksi pasif kebakaran adalah sistem perlindungan bangunan terhadap

kebakaran melalui sifat termal bahan bangunan, penerapan sistem kompartemenisasi

dalam bangunan, serta persyaratan ketahanan api dalam struktur bangunan. Sistem

proteksi pasif dalam bangunan mempunyai tujuan untuk : melindungi bangunan dari

keruntuhan serentak, memberi waktu untuk menyelamatkan diri, menjamin

keberlangsungan fungsi gedung dan melindungi keselamatan petugas pemadam

kebakaran. Sistem proteksi pasif ditekankan pada aspek bahan bangunan, konstruksi

Page 31: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

bangunan dan bentuk penataan ruang serta bukaan. Ada tiga hal yang berkaitan

dengan ketahanan bahan bangunan terhadap api yang harus dipenuhi sebagai bahan

konstruksi yaitu :

· ketahanan memikul beban (kelayakan struktur) yaitu kemampuan untuk

memelihara stabilitas dan kelayakan kapasitas beban sesuai dengan standar

yang dibutuhkan.

· Ketahanan terhadap penjalaran api (integritas) yaitu kemampuan untuk

menahan penjalaran api dan udara panas sebagaimana ditentukan oleh standar.

· Ketahanan terhadap penjalaran panas yaitu kemampuan untuk memelihara

temperatur pada permukaan yang tidak terkena panas langsung dari tungku

kebakaran pada temperatur dibawah 1400 c sesuai dengan standar uji ketahanan

api.

Dikaitkan dengan ketahanan terhadap api, struktur bangunan mempunyai 3 (tiga)

tipe konstruksi, yaitu:

a. Tipe A: Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu

menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat

komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah penjalaran api ke

dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjalaran

panas pada dinding bangunan yang bersebelahan.

b. Tipe B: Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api

mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di dalam

bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari luar

bangunan.

c. Tipe C: Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan

yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara

struktural terhadap kebakaran.

Jumlah lantai dan tipe konstruksi yang dipersyaratkan pada bangunan dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tipe Konstruksi yang dipersyaratkan

Page 32: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Jumlah lantai bangunan

Kelas bangunan/tipe konstruksi 2,3,9 5,6,7,8

4 atau lebih A A 3 A B 2 B C 1 C C

Sumber : SNI 03 – 1736 – 2000

Sistem proteksi pasif ditekankan pada aspek bahan bangunan, sikap bagian

bangunan yang terbakar tidak bisa dipisahkan dari ketahanan bahan bangunan terhadap

api, perubahan bahan bangunan oleh kebakaran dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Ketahanan Material Terhadap Api BAHAN SIFAT KETAHANAN TERHADAP API

Baja Mengubah bentuknya oleh pengaruh panas dapat dipengaruhi oleh jenis campuran pembentuknya

Krom (Cr) Molibdan (Mo), Nikel (Ni) atau Vanadium (V) menghasilkan baja yang memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap panas.

Beton Bahan bangunan yang tahan api Ketahanan api tergantung pada bahan tambahan yang digunakan dan apakah ada tulangan baja atau tidak.

Kaca Bahan yang tidak menyala Bukan merupakan bahan yang tahan api karena kaca memungkinkan radiasi kalor tembus, kaca sangat peka terhadap perubahan tegangan kalor, akibat kebakaran kaca cukup cepat pecah

Kayu Pembakaran kayu merupakan oksidasi atas unsur asalnya yaitu H2o dan CO2 degan O2

Bahan yang tahan api, bila tidak terkena api secara langsung.

Bahan sintetis

Merupakan bahan yang mudah terbakar dan menyala

Dalam keadaan menyala, bahan sintetis mengakibatkan tetes cairan yang sulit untuk dipadamkan, menghasilkan asap tebal dan atau melepaskan gas beracun.

Sumber : Koesmartadi, “Desain Bangunan yang mengantisipasi Bahaya Kebakaran”, 2008.

4. Sistem proteksi aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang terdiri atas

sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam

kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta

sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR, pemadam khusus,

peralatan pengendali asap, sistem daya listrik, lift, pencahayaan darurat dan ruang

pengendali operasi.

Page 33: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Gambar 2.5. Beberapa contoh sistem proteksi aktif pada bangunan gedung Sumber : Dokumentasi Pribadi

5. Pengawasan dan pengendalian

Mengatur tentang pengawasan dan pengendalian mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pemanfaatan/pemeliharaan.

2.2.4. Manajemen Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Kebakaran pada bangunan berpotensi menimbulkan kehilangan jiwa, harta dan

benda. Manajemen diperlukan dalam menjamin keselamatan bangunan maupun

penghuni bangunan. Manajemen pencegahan kebakaran adalah usaha untuk memelihara

peralatan/perlengkapan pencegahan kebakaran, sehingga dapat digunakan secara optimal

pada saat diperlukan. Manajemen pencegahan kebakaran merupakan bagian dari strategi

untuk memastikan keselamatan secara preventif, membatasi perkembangan api, dan

menjamin keselamatan penghuni, seperti yang tertuang pada bab VI butir 5.4 Kepmeneg

PU No : 10/KPT/2000 yaitu : “Unsur manajemen pengamanan kebakaran (fire safety

management) terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan, perawatan dan

pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran

harus dilaksanakan secara periodik sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana

proteksi aktif yang terpasang pada bangunan”. Tujuan manajemen pencegahan

kebakaran adalah setiap bangunan gedung harus mampu mengatasi kemungkinan

terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta

kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran, sebelum bantuan dari instansi

pemadam kebakaran datang. Menurut Kristiawan, (1989) masalah pemeliharaan

Page 34: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

peralatan proteksi kebakaran merupakan salah satu segi manajemen gedung (Fire

protection Management) karena manajemen yang salah mengakibatkan pengelolaan dan

pemeliharaan gedung menjadi buruk.

Bila dikaitkan dengan penerapan model menejemen yang dewasa ini

berkembang, baik manajemen mutu (mengacu pada ISO 9001), lingkungan (mengacu

ISO 14001), kesehatan dan keselamatan kerja (mengacu OHSAS 18001), dimana

masing-masing memiliki 3 macam unsur yaitu manual, prosedur dan instruksi kerja,

ketiga elemen tersebut harus terintegrasi untuk menghasilkan zero defect, zero delay,

zero emisi dan zero akseden, maka pelaksanaan manajemen pencegahan kebakaran

merupakan suatu keharusan.(Lasino, 2005)

Menurut laporan akhir Puslitbang PU, (2005), dalam Kriteria Kelayakan

Penerapan Manajeman Keselamatan Kebakaran (Fire Safety Management) pada

bangunan gedung. Disimpulkan bahwa sistem manajemen bangunan gedung terdiri dari :

1. Pemeriksaan dan pemeliharaan

pemeriksaan dan pemeliharaan sistem pencegahan kebakaran merupakan kegiatan

yang wajib dilakukan guna menjamin keberlangsungan sistem proteksi yang ada

agar berfungsi dengan baik/dalam kondisi andal, yang dilakukan secara berkala dan

harus didokumentasikan untuk kepentingan tindak lanjut, serta audit berkala sistem

pencegahan kebakaran yang ada.

2. Pembinaan dan Pelatihan

pegawai yang berkepentingan terhadap pencegahan kebakaran harus mendapatkan

pelatihan, untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam usaha

pencegahan, penanggulangan dan evakuasi penghuni/pemakai gedung. Pada saat

terjadi kebakaran, mereka harus mampu memberikan instruksi bagaimana

menghidupkan alarm tanda bahaya, bila menemukan kebakaran, serta memberi

peringatan kebakaran kepada penghuni. Begitu pula terhadap penggunaan peralatan

pemadam api, yang harus mampu dipraktekkan.

3. Rencana keadaan darurat/Fire emergency plan (FEP)

Merupakan rencana yang memuat prosedur yang mengatur “siapa harus berbuat

apa” pada saat terjadi keadaan darurat/emergency yaitu saat terjadinya kebakaran.

Page 35: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Dengan adanya FEP upaya ataupun tindakan pencegahan kebakaran dapat

dilaksanakan secara terpadu, efektif dan efisien. Setiap personil penghuni gedung

baik staf dari manajemen gedung maupun penyewa terutama personil tim keadaan

darurat harus memahami FEP dan menerapkan saat menghadapi kebakaran sesuai

dengan kewenangan dan tanggung jawabnya.

4. Pekerjaan kerumahtanggaan (Fire safe housekeeping)

Setiap kegiatan/pekerjaan fisik yang berlangsung pada bangunan gedung harus

memenuhi ketentuan atau standar keamanan terhadap bahaya kebakaran, khusus

untuk pekerjaan yang bisa menimbulkan panas tinggi, loncatan api dan sebagainya

(hot works) seperti pekerjaan mengelas, mematri atau menggunakan karbit yang

dilakukan didalam bangunan atau sekitar bangunan harus memenuhi persyaratan

keamanan terhadap kebakaran. Penyusunan brosur, leaflet dan poster mengenai fire

safety diperlukan untuk meningkatkan safety awarness, pengetahuan dan

pemahaman prosedur dan kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat.

Sedangkan fungsi manajemen pencegahan kebakaran menurut laporan akhir Puslitbang

PU, (2005), adalah :

a. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan-kegiatan pengamanan terhadap

bahaya kebakaran dalam bangunan.

b. Melakukan review dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan pengamanan

terhadap kebakaran yang telah dilakukan.

c. Membina komunikasi dan hubungan baik dengan instansi terkait bahaya

kebakaran.

d. Meningkatkan kinerja sumber daya manusia, sarana dan proteksi kebakaran,

sistem dan metode yang diterapkan.

e. Membina kesadaran dan kesiagaan penghuni dan pemakai gedung secara terus

menerus terhadap bahaya kebakaran.

Berdasarkan Kepmen PU Nomor : 11/KPTS/2000 standar manajemen pencegahan

kebakaran pada bangunan dan lingkungan terdiri dari :

a. Penanggulangan kebakaran kota,

b. Penanggulangan kebakaran lingkungan,

Page 36: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung termasuk ketentuan mengenai

satuan relawan kebakaran, serta pembinaan dan pengendaliannya

Pada tingkat yang paling bawah, penanggulangan kebakaran dimulai pada

bangunan gedung, sebagai unit terkecil dari lingkungan dan perkembangan kota. Jika

setiap unit bangunan mempunyai manajemen yang baik pada pencegahan kebakaran,

maka manajemen lingkungan juga dalam kondisi siap, begitu juga manajemen perkotaan

akan memberikan jaminan keselamatan yang lebih baik kepada warganya.

2.2.5. Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan proteksi kebakaran baik

aktif maupun pasif harus dilakukan secara sistematik dan berkala serta mengikuti

ketentuan dan standar yang berlaku. Hasil pemeriksaan berkala sarana dan peralatan

menentukan diperolehnya sertifikat layak pakai untuk jangka waktu tertentu. (Tundono,

2008). Sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran pernah

dilakukan oleh Puslitbang PU dalam Mekanisme Sertifikasi dan Labelisasi Keandalan

Bangunan Gedung Terhadap Bahaya Kebakaran. Tujuan dari penelitian tersebut adalah

menyediakan konsep mekanisme sertifikasi dan labelisasi dalam rangka evaluasi fungsi

sebagaimana diatur dalam UUBG. Tinjauan tersebut berdasarkan pada parameter pokok

sistem keselamatan bangunan (KSKB) yang dianalisa menurut SK Kepmeneg PU No :

10/KPTS/2000 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung

Sumber : SK Kepmeneg PU No : 10/KPTS/2000

No No

I Kelengkapan Tapak IV Sistem Proteksi Aktif

1 Sumber Air 1 Deteksi dan alarm

2 Jalan lingkungan 2 Siamens connection

3 Jarak antar bangunan 3 Pemadam api ringan

4 Hidran halaman 4 Hidran gedung

II Sarana Penyelamatan 5 Sprinkler

1 Jalan Keluar Bangunan 6 Sistem pemadam luapan

2 Konstruksi jalan keluar 7 Pengendalian asap

3 Landasan helikopter 8 Deteksi asap

III Sistem Proteksi Pasif 9 Pembuangan asap

1 Ketahanan api struktur bangunan 10 Lift kebakaran

2 Kompartemenisasi ruang 11 Cahaya darurat

3 perlindungan bukaan 12 Listrik darurat

13 Ruang pengendali operasi

Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem Pencegahan Kebakaran

Page 37: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Hasil sistem pencegahan kebakaran pada kelengkapan tapak, sarana penyelamatan,

sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif, dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel. 2. 4 Hasil pembobotan dalam pencegahan kebakaran

Sumber “Mekanisme Sertifikasi dan Labelisasi Keandalan Bangunan Gedung terhadap Bahaya Kebakaran” 2004.

Jumlah Bobot

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Skore KSKB

I Kelengkapan Tapak1 Sumber Air 5 5 4 4 5 5 5 6 6 4 3 6 4 5 5 3 5 5 5 4 6 4 6 5 4 4 6 6 5 5 145 27

2 Jalan lingkungan 4 5 6 4 4 4 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 3 4 6 4 3 6 5 5 4 4 4 134 25

3 Jarak antar bangunan 3 3 3 5 4 4 4 4 3 5 6 6 3 5 4 4 5 5 4 6 5 3 5 6 4 4 3 3 4 4 127 23

4 Hidran halaman 6 5 5 4 5 4 5 4 5 3 5 5 3 5 5 4 4 5 4 5 3 5 3 4 4 5 6 5 5 5 136 25

Total 542 100

Jumlah Bobot

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Skore KSKB

II Sarana Penyelamatan1 Jalan Keluar Bangunan 4 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 104 38

2 Konstruksi jalan keluar 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 96 35

3 Landasan helikopter 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 72 26

Total 272 100

Jumlah Bobot

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Skore KSKB

III Sistem Proteksi Pasif1 Ketah. api struktur bangunan 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 5 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 2 3 4 2 2 3 2 3 100 36

2 Kompartemenisasi ruang 4 2 2 3 2 2 3 3 4 2 3 6 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 2 2 3 88 32

3 perlindungan bukaan 3 2 3 3 3 4 2 2 4 2 3 4 3 3 4 3 4 2 2 2 2 2 3 4 2 3 4 4 2 3 87 32

Total 275 100

Jumlah Bobot

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Skore KSKB

IV Sistem Proteksi Aktif1 Deteksi dan alarm 19 15 16 21 18 15 15 21 18 18 21 15 20 15 16 16 23 24 24 20 20 24 19 18 22 24 15 19 15 15 561 8

2 Siamens connection 13 14 11 22 21 13 22 13 18 18 25 19 20 15 17 17 21 17 17 15 20 12 18 15 16 20 17 17 17 11 511 8

3 Pemadam api ringan 24 15 15 14 19 23 14 15 19 18 18 18 22 19 18 19 12 14 14 24 21 21 22 21 18 22 18 18 18 12 545 8

4 Hidran gedung 23 13 15 14 19 22 14 23 16 19 19 17 23 17 19 22 12 15 15 23 19 20 20 19 17 23 19 19 19 12 547 8

5 Sprinkler 17 24 12 13 19 12 22 24 15 18 18 16 20 15 16 23 14 23 23 24 20 22 23 17 21 21 23 20 23 12 570 8

6 Sistem pemadam luapan 12 14 12 23 17 22 15 12 19 19 19 15 19 14 15 12 15 18 18 13 24 16 16 17 15 19 15 16 15 12 488 7

7 Pengendalian asap 14 17 13 15 19 18 16 15 17 17 20 18 18 14 18 24 17 17 16 17 22 15 18 20 17 18 17 17 17 13 514 8

8 Deteksi asap 16 16 16 21 18 18 22 24 20 19 15 16 17 15 17 18 22 17 22 20 20 22 17 18 21 17 17 18 17 15 551 8

9 Pembuangan asap 16 19 13 17 19 18 21 16 17 17 23 18 16 15 17 18 20 12 12 18 20 14 17 18 16 16 16 17 16 12 504 7

10 Lift kebakaran 12 20 12 20 19 18 17 18 15 20 14 18 17 20 19 21 21 12 12 12 26 17 23 18 13 15 12 18 12 12 503 7

11 Cahaya darurat 12 21 15 19 17 16 19 23 17 15 15 19 15 19 14 20 23 12 12 12 22 19 14 18 18 14 19 17 19 12 507 7

12 Listrik darurat 12 22 15 20 16 15 18 23 15 22 22 17 14 19 12 18 23 15 15 12 19 16 15 19 21 13 15 16 15 12 506 7

13 Ruang pengendali operasi 24 23 14 17 13 16 18 23 17 16 20 19 12 14 16 20 22 12 12 12 23 14 12 18 18 12 12 16 12 12 489 7

Total 6796 100

Sistem Pencegahan Kebakaran

Jumlah Bobot

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Skore KSKB

1 Kelengkapan Tapak 5 4 3 5 5 4 3 5 5 3 5 6 6 6 4 5 4 3 3 5 4 5 5 6 4 6 4 5 5 3 136 25

2 Sarana Penyelamatan 4 4 5 4 5 4 5 6 5 6 6 3 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 4 3 5 6 5 4 5 138 25

3 sistem Proteksi aktif 3 5 6 6 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 6 5 5 4 6 5 3 5 6 3 5 6 6 5 142 26

4 sistem Proteksi Pasif 5 6 3 3 4 6 6 5 3 4 6 5 3 3 4 4 5 3 4 4 5 5 6 3 4 4 3 3 3 5 127 23

Total 543 100

Parameter KSKB

No Parameter KSKBHasil Jajak Pendapat yang dilakukan Puskim

Hasil Jajak Pendapat yang dilakukan Puskim

No Parameter KSKBHasil Jajak Pendapat yang dilakukan Puskim

No

No Parameter KSKBHasil Jajak Pendapat yang dilakukan Puskim

No Parameter KSKBHasil Jajak Pendapat yang dilakukan Puskim

Page 38: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Rekapitulasi pembobotan sistem pencegahan kebakaran dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Rekapitulasi Pembobotan sistem pencegahan kebakaran

Sumber “Mekanisme Sertifikasi dan Labelisasi Keandalan Bangunan Gedung terhadap Bahaya Kebakaran” 2004.

No BOBOT TOTAL

I Kelengkapan Tapak 25

1 Sumber Air 27

2 Jalan lingkungan 25

3 Jarak antar bangunan 23

4 Hidran halaman 25

II Sarana Penyelamatan 25

1 Jalan Keluar Bangunan 38

2 Konstruksi jalan keluar 35

3 Landasan helikopter 27

III Sistem Proteksi Pasif 26

1 Ketahanan api struktur bangunan 36

2 Kompartemenisasi ruang 32

3 perlindungan bukaan 32

IV Sistem Proteksi Aktif 24

1 Deteksi dan alarm 8

2 Siamens connection 8

3 Pemadam api ringan 8

4 Hidran gedung 8

5 Sprinkler 8

6 Sistem pemadam luapan 7

7 Pengendalian asap 8

8 Deteksi asap 8

9 Pembuangan asap 7

10 Lift kebakaran 7

11 Cahaya darurat 8

12 Listrik darurat 8

13 Ruang pengendali operasi 7

Parameter KSKB

Page 39: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Perbedaan dan persamaan sistem pemeriksaan antara Puslitbang PU dengan

peneliti dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Perbedaan Pemeriksaan pencegahan kebakaran Puslitbang PU dan peneliti No Uraian Puslibang PU Peneliti

1

2

3

4

5

§ Dasar pencegahan kebakaran § Sistem Proteksi

Kebakaran § Pembobotan Sub

sistem § Penilaian

§ Batasan Penilaian

§ Kepmen PU No:10/KPTS/2002 § Kepmen PU No:11/KPTS/2002

§ Kelengkapan Tapak, Sarana

Penyelamatan, Sistem Proteksi Pasif dan Aktif level pertama

§ Pada keempat sistem. Level

pertama § Pada Level kedua

§ Belum ada batasan yang pasti

dalam menentukan tingkat keandalan

§ Kepmen PU No:10/KPTS/2002 § Kepmen PU No:11/KPTS/2002

§ Kelengkapan Tapak, Sarana

Penyelamatan, Sistem Proteksi Pasi fdan Aktif serta manajemen level pertama § Hanya pada sistem manajemen

pencegahan kebakaran § Pada Level ketiga

§ Pada Level terbawah harus

memberikan penilaian untuk memberikan penilaian yang pasti.

2.2.6. Penilaian Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Keselamatan bangunan merupakan kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah

bangunan karena selain berpengaruh terhadap keamanan bangunan itu sendiri juga

menyangkut jiwa pengguna bangunan dan lingkungannya. Keandalan bangunan dalam

pencegahan kebakaran tersebut memiliki hirarki berdasarkan tingkat pengaruhnya

terhadap kelangsungan dan kualitas bangunan beserta kemampuannya dalam memberi

pencegahan kebakaran bagi penggunanya.

Untuk melakukan penentuan skala prioritas pada sistem pencegahan kebakaran

maka dibuat skoring berdasarkan tujuan dari tindakan terhadap keamanan dan

keselamatan (Frick dkk,2008,161) dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Pencegahan kebakaran dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran

2. Pembatasan kebakaran dengan mengurangi luas kebakaran

3. Pemadam kebakaran dengan mengamankan manusia, binatang maupun

gedung/barang dari bahaya kebakaran.

Berdasarkan tujuan pencegahan kebakaran, maka disusun sistem pencegahan

kebakaran pada bangunan. Pembuatan urutan prioritas pencegahan kebakaran didasarkan

pada kelima sistem yaitu kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif,

Page 40: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran didasarkan pada ketiga

aspek tersebut diatas.

2.2.7. Perhitungan Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Perhitungan pembobotan didapat dengan melakukan penilaian sistem

pencegahan kebakaran terhadap yang telah ditentukan. Bobot total didapat dengan

menjumlahkan hasil penilaian terhadap semua kriteria yang ada. seperti terlihat pada

Gambar 2.6

Gambar 2.6 Bagan Perbandingan Kriteria pada sistem pencegahan kebakaran

Persamaan yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing sistem

pencegahan kebakaran mengacu kepada metode yang dikembangkan oleh Sibali (2009),

yaitu :

BT = nK1 + nK2 + nK3 +………………………+ nn*Kn (2.1)

Atau dapat dituliskan : BT = ∑ (2.)Ίw妮囊 (2.2)

dengan : BT = Bobot Total Sistem Pencegahan kebakaran pada bangunan nKn = Bobot Kriteria ke n, n = Banyaknya Kriteria.

2.2.8. Metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP)

Untuk membantu pengambilan keputusan dalam pembobotan sistem pencegahan

kebakaran dan pada sub sistem manajemen pencegahan kebakaran, menggunakan

metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan salah satu metode untuk

menginterpretasikan data-data kualitatif ke data kuantitatif, tidak bias, dan lebih objektif.

AHP dianggap sebagai metode yang tepat untuk menentukan suatu pilihan dari berbagai

Bobot Sistem Pencegahan Kebakaran

pada Bangunan

Kriteria 1 (Bobot = n1)

Kriteria 2 (Bobot = n2)

Kriteria ke-n (Bobot = n3)

Page 41: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kriteria. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan skala perbandingan atau pembobotan

dengan perbandingan pasangan yang diskret maupun kontinyu. AHP memiliki perhatian

khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di

dalam dan di antara kelompok elemen struktur (Saaty, 1991).

Model pengambilan keputusan dengan metoda AHP pada prinsipnya menutupi

semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Kelebihan AHP dibandingkan dengan

yang lainnya :

1. Memiliki hirarki struktur, dar hirarki yang dipilih, sampai pada subkriteria yang

paling bawah.

2. Validitas dihitung sampai dengan toleransi inkonsistensi.

3. Memperhitungkan ketahanan analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

AHP mempunyai kemampuan untuk memecah masalah yang multiobjektif dan

multikreteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam

hirarki. Langkah dalam AHP sebagai berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi.

2. Membuat struktur hirarki, dilanjutkan dengan sub kriteria dan kemungkinan

alternatif-alternatif.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi

relative atau pengaruh setiap elemen terhadap tiap-tiap tujuan berdasarkan “

judgement “ dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu

elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya

sebanyak : n x ((n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang

diperbandingkan.

5. Menghitung nilai eigen untuk menguji konsistensinya , jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulangi.

Page 42: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

level 1 Tujuan

level 2 Kriteria

level 3 Alternatif`

Gambar 2.7 Struktur Hirarki dalam Metode AHP

Saaty, (1980) telah menetapkan suatu skala untuk penilaian, penilaian dengan

angka dari 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu

elemen terhadap elemen lain, sebagaimana dalam Tabel 2.7 :

Tabel 2.7 Nilai Perbandingan Tingkat Kepentingan Elemen Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjumlahan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang

sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya.

7 Satu elemen lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9

Satu elemen mutlak penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua nilai pilihan

Kebalikan Jika untuk satu aktivitas I mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

Sumber : (Saaty, 1980)

Tujuan

Kriteria 1

Kriteria 2

Kriteria 4

Kriteria 3

Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif 3

Alternatif 4

Page 43: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2.2.8.1 Perhitungan Bobot Elemen

Perhitungan bobot elemen pada metode AHP menggunakan matriks

perbandingan berpasangan, Perbandingan berpasangan dilakukan dari hirarki yang

paling tinggi, dimana kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan.

Misalkan, dalam suatu tujuan utama terdapat kriteria A1, A2,………….,An, maka hasil

perbandingan secara berpasangan akan membentuk matriks seperti dibawah ini:

Gambar 2.8 Matriks perbandingan Preferensi

Matriks An x n merupakan matriks respirokal, dan diasumsikan terdapat n elemen,

yaitu w1,w2, ………, wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai

perbandingan secara berpasangan antara (w1,w2) dapat dipresentasikan seperti

matriks tersebut.

(Ůw)(Ů凭) = a ( i,j ) ; i.j = 1,2,……..n. (2.3)

Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen

operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hirarki yang sama.

Sehingga bisa didapat a11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1

dengan A1 sendiri, sedangkan a12 adalah perbandingan kepentingan elemen

operasi A1 dengan A2 dan besarnya a21 adalah 1/ a12 , yang menyatakan tingkat

intensitas kepentingan elemen operasi A2 terhadap elemen operasi A1.

A1 A2 A …. An

A1 a11 a12 ……. a1n

A2 a21 a22 ……. a2n

……. ……. ……. ……. …….

An an1 an2 ……. ann

Page 44: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2.2.8.2 Pembobotan Kriteria

Untuk mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria yaitu dengan

menentukan nilai eigen (eigenvector). Langkah untuk mendapatkan bobot kriteria

sebagai berikut :

1. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n

seperti dalam persamaan dibawah ini :

Wi = √a11 x a12 x … … a1n Φ (2.4)

2. Menghitung vektor prioritas atau vektor eigen (eigenvector) ż. = Ůw∑Ůw (2.5)

Hasil yang didapat berupa vector eigen sebagai bobot elemen

3. Menghitung nilai eigen maksimum ( λmaks ), dengan cara mengkalikan matriks

resiprokal dengan bobot yang didapat, hasil dari penjumlahan operasi matriks

adalah nilai eigen maksimum ( λmaks ).

λmaks = ∑ aij * Xi (2.6)

dengan : λmaks = eigenvalue maksimum aij = nilai matriks perbandingan berpasangan Xi = vector eigen ( bobot )

4. Perhitungan Indeks Konsitensi

Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan

berpengaruh kepada kesahihan hasil. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil

perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan cardinal dan

ordinal, sebagai berikut :

Hubungan Kardinal : aij * ajk = aik

Hubungan Ordinal : Ai>Aj dan Aj>Ak, maka Ai>Ak

Rumusan untuk menghitung Indeks Konsistensi (Consistention Index) adalah

sebagai berikut : 固A= 试λ̵aks – 奴守(奴能囊) (2.7)

dengan : λmaks = eigenvalue maksimum n = ukuran matriks

Page 45: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak,

perlu diketahui rasio yang cukup baik, yaitu apabila CR < 0,1

Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika penilaian

numerik dilakukan secara acak dari skala 1/9,1/8,….1,2….9 akan diperoleh rata-rata

konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda, sebagai mana pada Tabel 2.8 :

Tabel 2.8 Nilai Random Indeks (Saaty, 1980)

Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio

konsistensi ( Consistention Ratio/CR ). 固观= 匿年捏年 (2.8)

Dalam perhitungan model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai

Rasio Konsistensi ≤ 0,1. Apabila nilai Nilai Rasio Konsistensi ≥ 0,1 maka penilaian

perbandingan harus dilakukan kembali. Dalam penilaian sistem pencegahan kebakaran

metode yang digunakan adalah metode AHP.

2.2.9. Sistem Pengambilan Keputusan

Sistem Pakar merupakan langkah untuk mengambil keputusan seperti keputusan

yang diambil oleh seorang pakar, dimana Sistem Pakar menggunakan pengetahuan

(knowledge), fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah, yang biasanya

hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar dalam satu bidang keahlian tertentu. Sistem

pakar juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, diantaranya sebagai berikut

(Arhami, M., 2005) :

1. Keunggulan Sistem Pakar, diantaranya dapat:

· Menghimpun data dalam jumlah yang sangat besar.

· Menyimpan data tersebut untuk jangka waktu yang panjang dalam suatu bentuk

tertentu.

1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15

0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

Ukuran Matriks

RI

Page 46: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

· Mengerjakan perhitungan secara cepat dan tepat tanpa jemu mencari kembali

data yang tersimpan dengan kecepatan tinggi.

2. Kelemahan Sistem Pakar, diantaranya adalah:

· Masalah dalam mendapatkan pengetahuan, dimana pengetahuan tidak selalu bisa

didapatkan dengan mudah, karena terkadang pakar dari masalah yang kita buat

tidak ada, kalaupun ada pendekatan yang dimiliki pakar berbeda-beda.

· Untuk membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas yang tinggi

sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengembangan

dan pemeliharaannya.

· Boleh jadi sistem tak dapat membuat keputusan.

· Sistem pakar tidaklah 100% menguntungkan, walaupun seorang tetap tidak

sempurna atau tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti

sebelum digunakan. Dalam hal ini peran manusia tetap merupakan faktor

dominan.

Dalam proses pegambilan keputusan diperlukan beberapa langkah dari sebuah informasi

yang ada diantaranya yakni :

1. Langkah Pertama, mendefinisikan masalah, Expert Systems (ES) dapat membantu

dalam mendesain alur informasi pada eksekutif (misalnya, bagaimana utuk

memonitor, kapan waktu untuk memonitor) dan dalam penginterpreasian

informasi.

2. Langkah Kedua, menganalisis masalah. Analisis bisa bersifat kualitatif, kuantitatif

ataupun kombinasinya.

3. Langkah Ketiga, memilih solusi, keputusan dibuat dengan memperhatikan

masalahnya berdasarkan hasil dari analisis.

4. Langkah Kempat, pelaksanaan solusi, keputusan untuk mengimplementasikan

solusi tertentu dilakukan.

Sistem pakar digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan desain sistem

pencegahan kebakaran dalam pembobotan pencegahan kebakaran.

Page 47: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tesis adalah bangunan pusat perbelanjaan Solo Square yang

berlokasi di Jl. Brigjen Slamet Riyadi Surakarta, bangunan tersebut mempunyai

jumlah lantai 6 terdiri dari 5 lantai dan 1 basement. lokasi Solo Square dapat dengan

mudah dijangkau karena letaknya di jalan utama, lokasi Solo Square dapat dilihat

pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Lokasi pusat perbelanjaan Solo Square di Surakarta

3.2. Langkah Penelitian

3.2.1. Penyusunan Kuisioner dan Penentuan Responden

3.2.1.1. Kuisioner

Kuisioner disusun mengacu pada aspek-aspek yang telah ditentukan. Kuisioner

dibagi menjadi dua yaitu :

1. Kuisioner untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan

dalam pencegahan kebakaran. Kepada para Responden/pakar yang mengetahui

tentang masalah kebakaran/pencegahan kebakaran. Indikator terukur

menggunakan persamaan 2.1. Format Kuisioner dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Kuisioner untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada

objek studi. Format kusioner dapat dilihat pada lampiran 1

3.2.1.2. Responden

Responden pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :

Page 48: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1. Pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan

kebakaran adalah pihak-pihak terkait/membidangi/pakar masalah kebakaran

pada bangunan yaitu :

a. Pihak Puslitbang Permukiman PU, bidang Kebakaran.

b. Pihak yang pernah melakukan penelitian bidang kebakaran atau anggota

peneliti.

Dari 2 (dua) kategori responden tersebut, kuisioner meliputi para ahli atau yang

diberi kuasa untuk mewakili, bidang terkait.

2. Pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada objek studi yaitu :

Pihak pengelola/manajemen gedung.

3.2.2. Pengumpulan Data

3.2.2.1.Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :

1. Data primer untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan

dalam pencegahan kebakaran. Menggunakan sistem kuisioner kepada responden

yang memahami masalah kebakaran. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka

dan terbatas, untuk memperoleh data yang menggambarkan kecenderungan

persepsi dari pengisi kuesioner. Data digunakan untuk menentukan pembobotan

pada sistem pencegahan kebakaran yaitu : kelengkapan tapak, sarana

penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen

pencegahan kebakaran. Sistem manajemen pencegahan kebakaran menggunakan

responden yang sama dalam penentuan pembobotannya.

4. Data primer untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada

objek studi dilakukan dengan kuisioner kepada pihak manajemen

pemilik/pengelola bangunan dan pengamatan langsung.

3.2.2.2.Data Sekunder

Untuk menambah sumber informasi tentang pencegahan kebakaran, maka

data sekunder dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Data sekunder untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan

dalam pencegahan kebakaran yaitu studi literatur dan peraturan perundangan

atau sumber lainnya.

Page 49: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Data sekunder untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada

objek studi yang didapatkan dari pengelola bangunan selaku penanggung jawab

pelaksana, meliputi gambar Construction Drawing, As Built Drawing dan

sumber informasi lain yang diperlukan didalam pemeriksaan pencegahan

kebakaran.

3.2.3. Analisa

3.2.3.1.Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan metode AHP.

3.2.3.2.Analisa Data

Data-data dari hasil kuisioner/observasi dan data-data sekunder yang sudah

terkumpul kemudian dikompilasi dan diidentifikasi sesuai dengan rencana

penggunaan data tersebut untuk pengkajian suatu aspek. Kemudian dilakukan proses

analisa, analisa data dilakukan dalam dua tahap yang meliputi :

1. Analisa pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam

pencegahan kebakaran. Dilakukan dengan pengisian kuisioner menggunakan

persamaan 2.1 untuk mengetahui pembobotan pada kelima aspek sistem

pencegahan kebakaran, yaitu : kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem

proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran.

Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan penilaian dan pembobotan dengan

metode AHP. Penilaian didasarkan pada aspek pencegahan kebakaran,

pembatasan kebakaran dan pemadaman kebakaran.

2. Analisa pemeriksaan pencegahan kebakaran pada objek studi. Dilakukan pada

kelima aspek pencegahan kebakaran, dengan menggunakan desain yang

direncakanan yaitu :

a. Kelengkapan tapak

b. Sarana penyelamatan

c. Sistem proteksi pasif

d. Sistem proteksi aktif

e. Manajemen pencegahan kebakaran/Fire mangemen system;

3.2.3.3 Variabel sistem pencegahan kebakaran

Page 50: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Variabel penelitian hanya digunakan untuk pembuatan desain sistem

pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran. Variabel sistem pencegahan

kebakaran meliputi :

1. Kelengkapan tapak

2. Sarana penyelamatan

3. Sistem proteksi pasif

4. Sistem proteksi aktif

5. Manajemen pencegahan kebakaran/Fire mangemen system;

Pada pemeriksaan pencegahan terhadap kebakaran, bangunan terdiri dari

beberapa bagian yang saling bekerja untuk melaksanakan fungsi dan kegunaanya,

pada sistem tersebut dibuat sub sistem untuk mengetahui adanya bagian yang

memberikan pengaruh pada sistem yang ada, kemudian sub sistem ini dijabarkan lagi

menjadi komponen-komponen satu sama lain yang saling berhubungan dan

merupakan satu kesatuan sehingga ditingkat yang lebih kecil, komponen ini dapat

menggambarkan bagian dari sub sistem yang bekerja

3.2.3.4. Variabel Manajemen Pencegahan Kebakaran

Pencegahan kebakaran tidak dapat mengandalkan hanya pada bangunan

maupun sistem keselamatanya saja, akan tetapi juga pada penghuni/pengguna

bangunan selaku objek yang dilindungi, manajemen pencegahan kebakaran sangat

berperan dalam pencegahan kebakaran untuk menjaga tetap berfungsinya seluruh

sistem pencegahan kebakaran serta kesiapan penghuni menghadapi kebakaran.

Dengan adanya manajemen ini maka pencegahan kebakaran dapat diupayakan secara

optimal. Variabel yang digunakan didasarkan pada faktor manusia, sistem

pemeliharaan, dan komunikasi, variabel pada sistem manajemen adalah :

1. Pemeriksaan dan pemeliharaan

2. Pembinaan dan pelatihan

3. Rencana keadaan darurat (Fire Emergency Plan)

4. Pekerjaan kerumahtanggaan (Fire Safe Housekeeping)

Setelah penilaian kondisi bangunan dilakukan, selanjutnya dapat memberikan

rekomendasi untuk melakukan sistem perbaikan/rehab guna mendapatkan keandalan

bangunan yang baik.

3.2.4.Langkah Penelitian

Page 51: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3.2.4.1.Pembuatan desain Sistem Pemeriksaan Keandalan bangunan dalam

Pencegahan Kebakaran

Untuk pembuatan desain sistem pencegahan kebakaran, diperlukan suatu

daftar/instrumen yang dapat digunakan untuk menentukan keandalan bangunan,

langkah pembuatan desain seperti terlihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2.

Pembuatan Desain Sistem Pemeriksaan Keandalan Bangunan dalam Pencegahan Kebakaran

3.2.4.2. Pemeriksaan Keandalan dalam Pencegahan Kebakaran pada bangunan

Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square Surakarta

MULAI

PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN DALAM

PENCEGAHAN KEBAKARAN

ANALISA PEMBOBOTAN DAN PRIORITAS PEMERIKSAAN

SELESAI

PENGUMPULAN DATAQUESIONER

STUDI PUSTAKAPERATURAN

PERUNDANGAN

AMAN

PENYUSUNAN FORMAT PEMERIKSAAN

SISTEM PEMERIKSAAN DALAM PENCEGAHAN

KEBAKARAN

NILAI KONDISI KEANDALAN BANGUNAN

DALAM PENCEGAHAN KEBAKARAN

REKOMENDASI

PERBAIKAN

TIDAK

Page 52: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Sistem yang telah dibuat kemudian digunakan untuk melakukan

pemeriksaan/penilaian keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran pada

bangunan. Dengan objek studi bangunan pusat perbelanjaan Solo Square yang

berlokasi di kota Surakarta, seperti terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Alur Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung

Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square

Page 53: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembuatan Desain Sistem Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran

Pembuatan desain sistem pencegahan kebakaran pada sebuah bangunan, dengan

melakukan proses urutan parameter penilaian dari yang terbesar, kemudian

dibuat/dikembangkan menjadi sub bagian yang lebih kecil lagi. Penentuan penilaian

sistem pemeriksaan keandalan bangunan terhadap pencegahan kebakaran dilakukan

dalam 3 tahapan, seperti pada Gambar 4.1 yang meliputi :

· Pembobotan pada level 1 yaitu sistem pencegahan kebakaran

· Pembobotan pada level 2 yaitu sub sistem pencegahan ke

bakaran.

· Pembobotan pada level 3 yaitu penilaian komponen yang merupakan penjabaran

dari sub sistem pencegahan kebakaran

Gambar 4.1 Penentuan Level pada sistem pencegahan kebakaran bangunan

11

Page 54: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Pengambilan data dilakukan dengan melalui quesioner yang diedarkan terhadap

responden, penelitian ini bersifat gabungan antara kualitatif dengan kuantitatif, yaitu

dengan pendekatan kualitatif untuk menginterpretasikan data-data kedalam data

kuantitatif. Jumlah responden tidak mengikat, didalam menentukan pembobotan dalam

sistem pencegahan kebakaran.

4.1.1. Penilaian/pembobotan pada Sistem Pencegahan Kebakaran

Bangunan gedung tersusun dari sistem-sistem yang bekerja dan berfungsi pada

suatu bangunan. Setiap sistem diuraikan menjadi sub sistem, misalnya pada manajemen

pencegahan kebakaran yang dikembangkan menjadi 4 sub sistem. Untuk perhitungan

pembobotan pada masing-masing sistem pencegahan kebakaran, terlebih dahulu harus

diketahui kondisi dan bobot masing-masing sistem pada sebuah bangunan. Perhitungan

bobot pada penelitian ini menggunakan metode AHP, dengan langkah perhitungan bobot

sebagai berikut :

1. Menyusun hirarki pencegahan kebakaran pada bangunan gedung.

2. Kriteria yang digunakan adalah kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem

proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran.

3. Memberikan penilaian kepentingan antar sistem pencegahan kebakaran berdasarkan

masing-masing kriteria.

4. Melakukan perhitungan bobot sistem pencegahan kebakaran pada bangunan

gedung dan mengecek konsistensi penilaian dengan metode AHP.

Penentuan kriteria yang digunakan dalam penilaian bobot berdasarkan tujuan

dari tindakan terhadap keamanan dan keselamatan terhadap bahaya kebakaran. Skema

hirarki pencegahan kebakaran bangunan gedung dalam penelitian ini diuraikan dalam

Gambar 4.2

Page 55: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 4.2 Sistem dan sub sistem dalam pencegahan kebakaran

Page 56: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Perhitungan dilakukan dengan membandingkan nilai pada masing-masing sub

komponen terhadap masing-masing kriteria yang digunakan. Susunan hirarki

pencegahan kebakaran dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Skema AHP Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung

Langkah berikutnya, setiap sistem pencegahan kebakaran dilakukan penilaian

perbandingan untuk masing-masing kriteria, dengan perhitungan sebagai berikut :

1) Perhitungan bobot pencegahan kebakaran pada bangunan berdasarkan kriteria :

a. Perbandingan acuan pencegahan kebakaran dalam menunjang keselamatan

bangunan, dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut :

· Kelengkapan Tapak : Sarana Penyelamatan = 5 : 1 artinya kelengkapan

tapak lebih penting dalam menunjang pencegahan kebakaran daripada

sarana penyelamatan.

· Kelengkapan Tapak : Proteksi Pasif = 3 : 1 artinya kelengkapan tapak

sedikit lebih penting dalam menunjang pencegahan kebakaran daripada

proteksi pasif.

· Kelengkapan Tapak : Proteksi Aktif = 5 : 1 artinya kelengkapan tapak

lebih penting dalam menunjang pencegahan kebakaran daripada proteksi

aktif.

Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung

Sarana Penyelamatan

Kelengkapan Tapak

Pencegahan Kebakaran

Pembatasan Kebakaran

Proteksi Pasif

Manajemen Proteksi Aktif

Pemadaman Kebakaran

Page 57: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

· Kelengkapan Tapak : Manajemen = 3 : 1 artinya kelengkapan tapak

sedikit lebih penting dalam menunjang pencegahan kebakaran daripada

manajemen.

· Sarana Penyelamatan : Proteksi Pasif = 1 : 1 artinya sarana penyelamatan

sama penting dengan proteksi pasif dalam menunjang pencegahan

kebakaran.

· Sarana Penyelamatan : Proteksi Aktif = 3 : 1 artinya sarana penyelamatan

sedikit lebih penting dalam menunjang pencegahan kebakaran daripada

proteksi aktif.

· Sarana Penyelamatan : Manajemen = 1 : 1 artinya sarana penyelamatan

sama penting dengan manajemen dalam menunjang pencegahan kebakaran.

· Proteksi Pasif : Proteksi Aktif = 3 : 1 artinya proteksi pasif sedikit lebih

penting dalam menunjang pencegahan kebakaran daripada proteksi aktif.

· Proteksi Pasif : Manajemen = 1 : 1 artinya proteksi pasif sama penting

dengan manajemen dalam menunjang pencegahan kebakaran.

· Proteksi Aktif : manajemen = 1 : 1 artinya sistem proteksi aktif sama

penting dengan manajemen dalam menunjang pencegahan kebakaran.

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam

bentuk matriks 5 x 5, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x … … a1n Φ , sehingga didapat

Tapak Penyl Pasif Aktif Manajemen

Tapak 1.000 5.000 3.000 5.000 3.000

Penyelamatan 1/5 1.000 1.000 3.000 1.000

Pasif 1/3 1/1 1.000 3.000 1.000

Aktif 1/5 1/3 1/3 1.000 1.000

Manajemen 1/3 1/1 1/1 1/1 1.000

Page 58: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Baris I : Wi = ( 1,00 x 5,00 x 3,00 x 5,00 x 3,00)1/5 = 2,954

Baris II : Wi = ( 0,20 x 1,00 x 1,00 x 3,00 x 1,00)1/5 = 0,903

Baris III : Wi = ( 0,33 x 1,00 x 1,00 x 3,00 x 1,00)1/5 = 1,000

Baris IV : Wi = ( 0,20 x 0,33 x 0,33 x 1,00 x 1,00)1/5 = 0,467

Baris V : Wi = ( 0,33 x 1,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00)1/5 = 0,803

Wi = 6,127

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot sistem kelengkapan tapak X1 = 2,954/6,127 = 0,482

Bobot sistem sarana penyelamatan X2 = 0,903/6,127 = 0,147

Bobot sistem proteksi pasif X3 = 1,000/6,127 = 0,163

Bobot sistem proteksi aktif X4 = 0,467/6,127 = 0,076

Bobot sistem manajemen X5 = 0,803/6,127 = 0,131

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 5,166

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 Ͳ 试炮̨ ren – 奴守纵奴能࿀邹 = 纵闹,࿀淖淖能闹邹纵闹能࿀邹 = 0,042

Dengan ukuran matriks n = 5 dari tabel RI didapat nilai RI = 1,12, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 żƅ Ͳ 匿年捏年 = 难,难෪挠࿀,࿀挠 = 0,037

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,037 < 0,1 ( Ok ).

1.000 5.000 3.000 5.000 3.0001/5 1.000 1.000 3.000 1.0001/3 1/1 1.000 3.000 1.0001/5 1/3 1/3 1.000 1.0001/3 1/1 1/1 1/1 1.000

0.4820.1470.1630.0760.131

2.4830.7670.8310.4070.679

Page 59: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Perbandingan acuan pembatasan kebakaran dalam menunjang keselamatan

bangunan, dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut :

· Kelengkapan Tapak : Sarana Penyelamatan = 1 : 3 artinya sarana

penyelamatan sedikit lebih penting dalam menunjang pembatasan

kebakaran daripada kelengkapan tapak.

· Kelengkapan Tapak : Proteksi Pasif = 1 : 1 artinya kelengkapan tapak

sama penting dengan proteksi pasif dalam menunjang pembatasan

kebakaran.

· Kelengkapan Tapak : Proteksi Aktif = 1 : 7 artinya proteksi aktif lebih

mutlak penting dalam menunjang pembatasan kebakaran daripada

kelengkapan tapak.

· Kelengkapan Tapak : Manajemen = 1 : 1 artinya kelengkapan tapak

sama penting dengan manajemen dalam menunjang pembatasan kebakaran.

· Sarana Penyelamatan : Proteksi Pasif = 1 : 3 artinya proteksi pasif sedikit

lebih penting dalam menunjang pembatasan kebakaran daripada sarana

penyelamatan.

· Sarana Penyelamatan : Proteksi Aktif = 1 : 3 artinya proteksi aktif sedikit

lebih penting dalam menunjang pembatasan kebakaran daripada sarana

penyelamatan.

· Sarana Penyelamatan : Manajemen = 1 : 1 artinya sarana penyelamatan

sama penting dengan manajemen dalam menunjang pembatasan kebakaran.

· Proteksi Pasif : Proteksi Aktif = 1 : 5 artinya proteksi aktif lebih penting

dalam menunjang pembatasan kebakaran daripada proteksi pasif.

· Proteksi Pasif : Manajemen = 1 : 3 artinya manajemen sedikit lebih penting

dalam menunjang pembatasan kebakaran daripada proteksi pasif.

· Proteksi Aktif : manajemen = 3 : 1 artinya sistem proteksi aktif sedikit

lebih penting dalam menunjang pembatasan kebakaran daripada

manajemen.

Page 60: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam

bentuk matriks 5 x 5, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x …… a1n Φ , sehingga didapat

Baris I : Wi = ( 1,00 x 0,33 x 1,00 x 0,143 x 1,00)1/5 = 0,544

Baris II : Wi = ( 3,00 x 1,00 x 0,33 x 0,33 x 1,00)1/5 = 0,803

Baris III : Wi = ( 1,00 x 3,00 x 1,00 x 0,20 x 0,33)1/5 = 0,725

Baris IV : Wi = ( 7,00 x 3,00 x 5,00 x 1,00 x 3,00)1/5 = 3,160

Baris V : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 3,00 x 0,33 x 1,00)1/5 = 1,000

Wi = 6,231

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot sistem kelengkapan tapak X1 = 0,544/6,231 = 0,087

Bobot sistem sarana penyelamatan X2 = 0,803/6,231 = 0,129

Bobot sistem proteksi pasif X3 = 0,725/6,231 = 0,116

Bobot sistem proteksi aktif X4 = 3,160/6,231 = 0,507

Bobot sistem manajemen X5 = 1,000 /6,231 = 0,160

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 5,446

Tapak Penyl Pasif Aktif Manajemen

Tapak 1.000 0.333 1.000 0.143 1.000Penyelamatan 3.000 1.000 0.333 0.333 1.000

Pasif 1.000 3.000 1.000 0.200 0.333Aktif 7.000 3.000 5.000 1.000 3.000

Manajemen 1.000 1.000 3.000 0.333 1.000

1.000 0.333 1.000 0.143 1.0003.000 1.000 0.333 0.333 1.0001.000 3.000 1.000 0.200 0.3337.000 3.000 5.000 1.000 3.0001.000 1.000 3.000 0.333 1.000

0.0870.1290.1160.5070.160

0.4790.7590.7452.5680.895

Page 61: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 = 试炮̨ ren – 奴守(奴能࿀) = 纵闹,෪෪淖能闹邹(闹能࿀) = 0,111

Dengan ukuran matriks n = 5 dari tabel RI didapat nilai RI = 1,12, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 żƅ = 匿年捏年 = 难,࿀࿀࿀࿀,࿀挠 = 0,099

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,099 < 0,1 ( Ok ).

c. Perbandingan acuan pemadaman kebakaran dalam menunjang keselamatan

bangunan, dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut :

· Kelengkapan Tapak : Sarana Penyelamatan = 1 : 1 artinya kelengkapan

tapak sama penting dengan sarana penyelamatan dalam menunjang

pemadaman kebakaran.

· Kelengkapan Tapak : Proteksi Pasif = 1 : 1 artinya kelengkapan tapak

sama penting dengan proteksi pasif dalam menunjang pemadaman

kebakaran.

· Kelengkapan Tapak : Proteksi Aktif = 1 : 1 artinya kelengkapan tapak

sama penting dengan proteksi aktif dalam menunjang pemadaman

kebakaran.

· Kelengkapan Tapak : Manajemen = 3 : 1 artinya kelengkapan tapak

sedikit lebih penting dalam menunjang pemadaman kebakaran daripada

manajemen.

· Sarana Penyelamatan : Proteksi Pasif = 1 : 1 artinya sarana penyelamatan

sama penting dengan proteksi pasif dalam menunjang pemadaman

kebakaran.

· Sarana Penyelamatan : Proteksi Aktif = 1 : 1 artinya sarana penyelamatan

sama penting dengan proteksi aktif dalam menunjang pemadaman

kebakaran.

Page 62: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

· Sarana Penyelamatan : Manajemen = 3 : 1 artinya sarana penyelamatan

sedikit lebih penting dalam menunjang pemadaman kebakaran daripada

manajemen.

· Proteksi Pasif : Proteksi Aktif = 1 : 1 artinya proteksi pasif sama penting

dengan proteksi aktif dalam menunjang pemadaman kebakaran.

· Proteksi Pasif : Manajemen = 1 : 1 artinya proteksi pasif sama penting

dengan manajemen dalam menunjang pemadaman kebakaran.

· Proteksi Aktif : manajemen = 1 : 1 artinya manajemen sama penting

dengan sistem proteksi aktif dalam menunjang pemadaman kebakaran.

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam

bentuk matriks 5 x 5, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x …… a1n Φ , sehingga didapat

Baris I : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 x 0,33 x 3,00)1/5 = 1,000

Baris II : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00 x 3,00)1/5 = 1,246

Baris III : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00 )1/5 = 1.000

Baris IV : Wi = ( 3,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00)1/5 = 1,246

Baris V : Wi = ( 0,33 x 0,33 x 1,00 x 1,00 x 1,00)1/5 = 0,644

Wi = 5,136

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot sistem kelengkapan tapak X1 = 1,000/5,136 = 0,195

Bobot sistem sarana penyelamatan X2 = 1,246/5,136 = 0,243

Tapak Penyl Pasif Aktif Manajemen

Tapak 1.000 1.000 1.000 0.333 3.000Penyelamatan 1.000 1.000 1.000 1.000 3.000

Pasif 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000Aktif 3.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Manajemen 0.333 0.333 1.000 1.000 1.000

Page 63: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Bobot sistem proteksi pasif X3 = 1,000/5,136 = 0,195

Bobot sistem proteksi aktif X4 = 1,246/5,136 = 0,243

Bobot sistem manajemen X5 = 0,644 /5,136 = 0,125

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 5,438

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 Ͳ 试炮̨ ren – 奴守纵奴能࿀邹 = 纵闹,෪脑馁能闹邹纵闹能࿀邹 = 0,110

Dengan ukuran matriks n = 5 dari tabel RI didapat nilai RI = 1,12, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 żƅ Ͳ 匿年捏年 = 难,࿀࿀难࿀,࿀挠 = 0,098

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,098 < 0,1 ( Ok ).

2) Perhitungan bobot kriteria pencegahan kebakaran pada bangunan

Perbandingan acuan kriteria pemadaman kebakaran dalam menunjang

keselamatan bangunan, dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut :

· Pencegahan kebakaran : Pembatasan kebakaran = 1 : 1 artinya

pencegahan kebakaran sama penting dengan pembatasan kebakaran.

· Pencegahan kebakaran : Pemadaman kebakaran = 1 : 1 artinya

pencegahan kebakaran sama penting dengan pemadaman kebakaran.

· Pembatasan kebakaran : Pemadaman kebakaran = 1 : 1 artinya

pembatasan kebakaran sama penting dengan pemadaman kebakaran.

1.000 1.000 1.000 0.333 3.0001.000 1.000 1.000 1.000 3.0001.000 1.000 1.000 1.000 1.0003.000 1.000 1.000 1.000 1.0000.333 0.333 1.000 1.000 1.000

0.2430.1950.2430.1251.000

1.0891.2511.0001.3890.708

Page 64: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam

bentuk matriks 3 x 3, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x …… a1n Φ , sehingga didapat

Baris I : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 )1/3 = 1,000

Baris II : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 )1/3 = 1,000

Baris III : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 )1/3 = 1.000

Wi = 3,000

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot pencegahan kebakaran X1 = 1,000/3,000 = 0,333

Bobot pembatasan kebakaran X2 = 1,000/3,000 = 0,333

Bobot pemadaman kebakaran X3 = 1,000/3,000 = 0,333

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 3,000

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 Ͳ 试炮̨ ren – 奴守纵奴能࿀邹 = 纵脑,难难难能脑邹纵脑能࿀邹 = 0,000

Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8

Pencegahan Pembatasan Pemadaman

Pencegahan 1.000 1.000 1.000Pembatasan 1.000 1.000 1.000Pemadaman 1.000 1.000 1.000

1.000 1.000 1.0001.000 1.000 1.0001.000 1.000 1.000

0.3330.3330.333

1.0001.0001.000

Page 65: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

żƅ = 匿年捏年 = 难,难难难难,闹馁 = 0,000

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,000 < 0,1 ( Ok ).

3) Perhitungan bobot total adalah dengan memasukan nilai xi kedalam matrik

dikalikan dengan nilai bobot kriteria

x =

Dari bobot total maka akan diketemukan tingkat konsistensi tiap-tiap responden

dapat diketahui bobot sistem pencegahan kebakaran.

4) Uji konsistensi pada responden dengan melakukan penilaian pada jawaban yang

masuk. Perhitungan uji konsistensi dapat dilihat pada lampiran 6. Hasil uji

konsistensi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Konsistensi pada Responden

Pencegahan Pembatasan Pemadaman

Tapak 0.482 0.087 0.195

Penyelamatan 0.147 0.129 0.243

Pasif 0.163 0.116 0.195

Aktif 0.076 0.507 0.243

Manajemen 0.131 0.160 0.125

Bb Krt

0.333

0.333

0.333

Bb. Total

0.255

0.173

0.158

0.275

0.139

KONSISTEN TIDAK

1 Responden 1 Konsisten

2 Responden 2 Konsisten

3 Responden 3 Konsisten

4 Responden 4 Konsisten

5 Responden 5 TIdak

6 Responden 6 Konsisten

7 Responden 7 Konsisten

8 Responden 8 TIdak

9 Responden 9 Konsisten

10 Responden 10 Konsisten

11 Responden 11 TIdak

12 Responden 12 TIdak

13 Responden 13 Konsisten

9.00 4.00 13.00

UJI KONSISTENSIJUMLAHNo RESPONDEN

J U M L A H

Page 66: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Setelah melakukan uji konsistensi pada tiap-tiap responden maka data responden

yang memenuhi uji konsistensi, digunakan sebagai pembobotan pada sistem

pencegahan kebakaran seperti pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Rata-rata Bobot Sistem Pencegahan Kebakaran

Untuk bobot sistem pencegahan kebakaran adalah sebagai berikut :

· Kelengkapan Tapak : 21 %

· Sarana Penyelamatan : 20 %

· Sistem Proteksi Pasif : 19 %

· Sisterm Proteksi Aktif : 24 %

· Sistem Manajemen Pencegahan Kebakaran : 16 %

4.1.2. Penilaian/pembobotan pada Sub Sistem Pencegahan Kebakaran

Untuk memudahkan penilaian, sistem pencegahan kebakaran dijabarkan dalam

sub sistem, yang bertujuan untuk memudahkan penentuan variabel sistem pencegahan

kebakaran yang meliputi :

4.1.2.1.Sub Sistem Kelengkapan Tapak

Pembobotan sub sistem kelengkapan tapak pada bangunan gedung dalam

pencegahan kebakaran didasarkan pada Tabel 2.5.

4.1.2.2.Sub Sistem Sarana Penyelamatan

Pembobotan sub sistem sarana penyelamatan pada bangunan gedung dalam

pencegahan kebakaran didasarkan pada hasil pada Tabel 2.5.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kelengkapan Tapak 0.25 0.22 0.25 0.18 0.16 0.20 0.21 0.19 0.26 1.92 0.21 21.31 21

2 Sarana Penyelamatan 0.17 0.24 0.15 0.18 0.22 0.28 0.17 0.20 0.18 1.80 0.20 19.95 20

3 Proteksi Pasif 0.16 0.17 0.19 0.22 0.19 0.18 0.19 0.24 0.16 1.71 0.19 19.05 19

4 Proteksi Aktif 0.28 0.23 0.29 0.28 0.24 0.19 0.20 0.18 0.27 2.16 0.24 23.99 24

5 Manajemen 0.14 0.15 0.11 0.13 0.20 0.15 0.22 0.19 0.13 1.41 0.16 15.70 16

1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 100.00 100

RATA-RATA X

100

J U M L A H

No Sistem Pencegahan KebakaranR E S P O N D E N

JMLRATA-RATA

PEMBULATAN

Page 67: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4.1.2.3.Sub Sistem Proteksi Pasif

Pembobotan sub sistem proteksi pasif pada bangunan gedung dalam pencegahan

kebakaran didasarkan pada hasil pada Tabel 2.5.

4.1.2.4.Sub Sistem Proteksi Aktif

Pembobotan sub sistem proteksi aktif pada bangunan gedung dalam pencegahan

kebakaran didasarkan pada hasil pada Tabel 2.5.

4.1.2.5.Sistem manajenem pencegahan kebakaran

Sistem manajemen kebakaran perlu dibuat suatu pendekatan untuk dapat

memberikan pertimbangan pada pencegahan kebakaran, sehingga menjadi penentuan

sistem pemeriksaan keandalan bangunan terhadap kebakaran.

Langkah berikutnya, setiap sistem pencegahan kebakaran dilakukan penilaian

perbandingan untuk masing-masing kriteria, dengan perhitungan sebagai berikut :

1) Perhitungan bobot manajemen pencegahan kebakaran pada bangunan

berdasarkan kriteria :

a. Perbandingan acuan tindakan pencegahan kebakaran, dilakukan penilaian dengan

urutan sebagai berikut :

· Pemeriksaan dan Pemeliharaan : Pembinaan dan pelatihan = 3 : 1 artinya

pemeriksaan dan pemeliharaan sedikit lebih penting dalam menunjang

manajemen daripada pembinaan dan pelatihan.

· Pemeriksaan dan Pemeliharaan : Rencana Keadaan Darurat = 3 : 1

artinya pemeriksaan dan pemeliharaan sedikit lebih penting dalam

menunjang manajemen daripada rencana keadaan darurat.

· Pemeriksaan dan Pemeliharaan : Pekerjaan Kerumahtanggaan = 7 : 1

artinya pemeriksaan dan pemeliharaan lebih mutlak penting dalam

menunjang manajemen daripada pekerjaan kerumahtanggaan.

· Pembinaan dan pelatihan : Rencana Keadaan Darurat = 1 : 1 artinya

pembinaan dan pelatihan sama penting dengan rencana keadaan darurat

dalam menunjang manajemen.

Page 68: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

· Pembinaan dan pelatihan : Pekerjaan Kerumahtanggaan = 5 : 1 artinya

pembinaan dan pelatihan lebih penting dalam menunjang manajemen

daripada pekerjaan kerumahtanggaan.

· Rencana Keadaan Darurat : Pekerjaan Kerumahtanggaan = 3 : 1 artinya

rencana keadaan darurat sedikit lebih penting dalam menunjang

pencegahan kebakaran daripada pekerjaan kerumahtanggaan.

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam bentuk

matriks 4 x 4, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x …… a1n Φ , sehingga didapat

Baris I : Wi = ( 1,00 x 3,00 x 3,00 x 7,00 )1/4 = 2,817

Baris II : Wi = ( 0,33 x 1,00 x 1,00 x 5,00 )1/4 = 1,136

Baris III : Wi = ( 0,33 x 1,00 x 1,00 x 3,00 )1/4 = 1,000

Baris IV : Wi = ( 0,14 x 0,20 x 0,33 x 1,00 )1/4 = 0,312

Wi = 5,266

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot pemeriksaan dan pemeliharaan X1 = 2,817/5,266 = 0,535

Bobot pembinaan dan pelatihan X2 = 1,136/5,266 = 0,216

Bobot rencana keadaan darurat X3 = 1,000/5,266 = 0,190

Bobot pekerjaan kerumahtanggaan X4 = 0,312/5,266 = 0,059

PM & PH PB & PT RKD PKT

PM & PH 1.000 3.000 3.000 7.000PB & PT 0.333 1.000 1.000 5.000

RKD 0.333 1.000 1.000 3.000PKT 0.143 0.200 0.333 1.000

Page 69: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 4,052

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 Ͳ 试炮̨ ren – 奴守纵奴能࿀邹 = 纵෪,难闹挠能෪邹纵෪能࿀邹 = 0,017

Dengan ukuran matriks n = 4 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,90, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 żƅ Ͳ 匿年捏年 = 难,难࿀呢难,内难 = 0,019

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,019 < 0,1 ( Ok ).

b. Perbandingan acuan pengawasan bahaya kebakaran, dilakukan penilaian dengan

urutan sebagai berikut :

· Pemeriksaan dan Pemeliharaan : Pembinaan dan pelatihan = 1 : 1 artinya

pemeriksaan dan pemeliharaan sama penting dengan pembinaan dan

pelatihan dalam menunjang manajemen.

· Pemeriksaan dan Pemeliharaan : Rencana Keadaan Darurat = 1 : 3

artinya rencana keadaan darurat sedikit lebih penting dalam menunjang

manajemen daripada pemeriksaan dan pemeliharaan.

· Pemeriksaan dan Pemeliharaan : Pekerjaan Kerumahtanggaan = 1 : 3

artinya pekerjaan kerumahtanggaan sedikit lebih penting dalam menunjang

manajemen daripada pemeriksaan dan pemeliharaan.

· Pembinaan dan pelatihan : Rencana Keadaan Darurat = 1 : 1 artinya

pembinaan dan pelatihan sama penting dengan rencana keadaan darurat

dalam menunjang manajemen.

1.000 3.000 3.000 7.0001/3 1.000 1.000 5.0001/3 1.000 1.000 3.0001/7 1/5 1/3 1.000

0.5350.2160.1900.059

2.1670.8810.7620.242

Page 70: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

· Pembinaan dan pelatihan : Pekerjaan Kerumahtanggaan = 3 : 1 artinya

pembinaan dan pelatihan sedikit lebih penting dalam menunjang

manajemen daripada pekerjaan kerumahtanggaan.

· Rencana Keadaan Darurat : Pekerjaan Kerumahtanggaan = 1 : 1 artinya

rencana keadaan darurat sama penting dengan pekerjaan kerumahtanggaan

dalam menunjang pencegahan kebakaran.

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam

bentuk matriks 4 x 4, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x …… a1n Φ , sehingga didapat

Baris I : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 0,33 x 0,33 )1/4 = 0,577

Baris II : Wi = ( 1,00 x 1,00 x 1,00 x 0,33 )1/4 = 0,760

Baris III : Wi = ( 3,00 x 1,00 x 1,00 x 1,00 )1/4 = 1,316

Baris IV : Wi = (3,00 x 3,00 x 1,00 x 1,00 )1/4 = 1,732

Wi = 4,385

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot pemeriksaan dan pemeliharaan X1 = 0,577/4,385 = 0,132

Bobot pembinaan dan pelatihan X2 = 0,760/4,385 = 0,173

Bobot rencana keadaan darurat X3 = 1,316/4,385 = 0,300

Bobot pekerjaan kerumahtanggaan X4 = 1,732/4,385 = 0,395

PM & PH PB & PT RKD PKT

PM & PH 1.000 1.000 0.333 0.333PB & PT 1.000 1.000 1.000 0.333

RKD 3.000 1.000 1.000 1.000PKT 3.000 3.000 1.000 1.000

Page 71: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 4,146

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 Ͳ 试炮̨ ren – 奴守纵奴能࿀邹 = 纵෪,࿀෪淖能෪邹纵෪能࿀邹 = 0,049

Dengan ukuran matriks n = 4 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,90, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 żƅ Ͳ 匿年捏年 = 难,难෪内难,内难 = 0,054

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,054 < 0,1 ( Ok ).

c. Perhitungan bobot antar kriteria manajemen

Perbandingan acuan antar kriteria, dilakukan penilaian dengan urutan sebagai

berikut :

· Tindakan Pencegahan kebakaran : Pengawasan bahaya kebakaran = 1 : 1

artinya tindakan pencegahan kebakaran sama penting dengan pengawasan

bahaya kebakaran.

Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam

bentuk matriks 2 x 2, diperoleh hasil sebagai berikut :

Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.4

Wi = √a11 x a12 x …… a1n Φ , sehingga didapat

1.000 1.000 0.333 0.3331.000 1.000 1.000 0.3333.000 1.000 1.000 1.0003.000 3.000 1.000 1.000

0.1320.1730.3000.395

0.5370.7371.2631.610

Tindakan Pengawasan

Tindakan 1.000 1.000

Pengawasan 1.000 1.000

Page 72: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Baris I : Wi = ( 1,00 x 1,00 )1/2 = 1,000

Baris II : Wi = ( 1,00 x 1,00 )1/2 = 1.000

Wi = 2,000

Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.5 ŮǴ Ͳ 灌Ǵ∑灌Ǵ Bobot Tindakan pencegahan kebakaran X1 = 1,000/2,000 = 0,500

Bobot Pengawasan bahaya kebakaran X2 = 1,000/2,000 = 0,500

Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.6

x =

λmaks = ∑ aij * Xi 3,000

Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.7 ż6 Ͳ 试炮̨ ren – 奴守纵奴能࿀邹 = 纵挠,难难难能挠邹纵挠能࿀邹 = 0,000

Dengan ukuran matriks n = 2 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,00, sehingga

nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.8 żƅ Ͳ 匿年捏年 = 难,难难难难,难难 = 0,000

Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi

hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,000 < 0,1 ( Ok ).

d. Perhitungan bobot total adalah dengan memasukan nilai xi kedalam matrik

dikalikan dengan nilai bobot kriteria

x =

1.000 1.000

1.000 1.000

0.500

0.500

1.000

1.000

Tindakan Pengawasan

PM & PH 0.535 0.132PB & PT 0.216 0.173

RKD 0.190 0.300PKT 0.059 0.395

Bb Krt

0.5000.500

Bb. Total

0.3330.1950.2450.227

Page 73: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Dari bobot total maka akan diketemukan tingkat konsistensi tiap-tiap responden

dapat diketahui bobot sistem pencegahan kebakaran.

e. Perhitungan rata-rata dari tiap-tiap responden

Tabel 4.3. Hasil Rata-rata Pembobotan Sub Sistem Manajemen Pencegahan Kebakaran

Berdasarkan data diatas maka didapat nilai prosentase dari sistem manajemen

pencegahan kebakaran adalah :

· Pemeriksaan dan pemeliharaan : 32 %

· Pembinaan dan pelatihan : 24 %

· Rencana keadaan darurat : 21 %

· Pekerjaan kerumahtanggaan : 23 %

4.1.2.6.Rekapitulasi Pembobotan Sub Sistem pencegahan kebakaran

Dari penilai pada aspek sub sistem pencegahan kebakaran pada bangunan maka

hasil keseluruhan pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pemeriksaan dan pemeliharaan 0.33 0.32 0.30 0.33 0.35 0.35 0.29 0.28 0.36 2.91 0.32 32.33 32

2 Pembinaan dan pelatihan 0.19 0.16 0.23 0.22 0.27 0.23 0.23 0.32 0.27 2.13 0.24 23.69 24

3 Rencana keadaan darurat 0.25 0.29 0.12 0.26 0.17 0.24 0.17 0.21 0.18 1.89 0.21 20.96 21

4 Pekerjaan kerumahtanggaan 0.23 0.24 0.35 0.19 0.21 0.17 0.31 0.19 0.19 2.07 0.23 23.02 23

1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 100.00 100

PEMBULATAN

J U M L A H

NoManajemen Pencegahan

Kebakaran

R E S P O N D E NJML

RATA-RATA

RATA-RATA X

100

Page 74: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4.4 Rekapitulasi Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran pada

Bangunan Gedung.

No BOBOT TOTAL

I Kelengkapan Tapak 100

1 Sumber Air 27

2 Jalan lingkungan 25

3 Jarak antar bangunan 23

4 Hidran halaman 25

II Sarana Penyelamatan 100

1 Jalan Keluar Bangunan 38

2 Konstruksi jalan keluar 35

3 Landasan helikopter 27

III Sistem Proteksi Pasif 100

1 Ketahanan api struktur bangunan 36

2 Kompartemenisasi ruang 32

3 perlindungan bukaan 32

IV Sistem Proteksi Aktif 100

1 Deteksi dan alarm 8

2 Siamens connection 8

3 Pemadam api ringan 8

4 Hidran gedung 8

5 Sprinkler 8

6 Sistem pemadam luapan 7

7 Pengendalian asap 8

8 Deteksi asap 8

9 Pembuangan asap 7

10 Lift kebakaran 7

11 Cahaya darurat 8

12 Listrik darurat 8

13 Ruang pengendali operasi 7

V Sistem Manajeman 100

1 Pemeriksaan dan pemeliharaan 32

2 Pembinaan dan pelatihan 24

3 Rencana keadaan darurat/Fire emergency plan (FEP) 21

4 Pekerjaan kerumahtanggaan (Fire safe housekeeping) 23

Parameter KSKB

Page 75: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4.1.3. Penilaian/pembobotan pada Komponen Pencegahan Kebakaran

Komponen pencegahan kebakaran merupakan bagian dari sub sistem yang

dijabarkan untuk memudahkan penentuan penilaian, sehingga pada sub sistem terdiri

dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk

fungsi yang akan bekerja dalam satu sub sistem. Penilaian pada komponen pencegahan

kebakaran pada level ketiga/level terbawah, dan pada sub sistem dan sistem pencegahan

kebakaran tidak dilakukan penilaian, karena kedua komponen tersebut merupakan

rekapitulasi dan total dari setiap komponen pencegahan kebakaran.

Untuk lebih mendalami sistem pencegahan kebakaran dan penilaian dapat

dilakukan dengan pendekatan yang bersifat kuantitatif, maka dibuat kriteria dan ukuran

yang dapat memberikan penilaian yang tepat dan terukur, penilaian menggunakan 3

kriteria yang dijadikan alat untuk menilai komponen yang ada, antara lain :

· Nilai 100 untuk komponen pencegahan kebakaran yang memenuhi persyaratan,

dalam kondisi yang baik, tidak mengalami kerusakan dan alat/sistem berfungsi

dengan baik.

· Nilai 80 untuk komponen pencegahan kebakaran yang kurang memenuhi

persyaratan, dalam kondisi yang kurang baik, terdapat kerusakan dan

alat/sistem ada yang tidak berfungsi.

· Nilai 60 untuk komponen pencegahan kebakaran yang tidak memenuhi

persyaratan, dalam kondisi yang rusak, dan alat/sistem tidak berfungsi.

Penilaian pada komponen pencegahan kebakaran dijabarkan berdasarkan sub

sistem dan sistem yang bekerja. uraian komponen dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Page 76: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 4.5. Uraian Komponen Pencegahan Kebakaran

No No

I Kelengkapan Tapak III Sistem Proteksi Pasif

1 Sumber Air 1 Ketahanan api struktur bangunan

a Ketersediaan sumber air a Ketahanan api struktur

b Jarak Sumber air 2 Kompartemenisasi ruang

2 Jalan lingkungan a Ukuran

a Akses mobil pemadam kebakaran b Pemisah vertikal/horisontal

b Penanda jalur kebakaran c Saf/bukaan

c Perputaraan kendaraan pemadam kebakaran 3 perlindungan bukaan

d Lebar Jalan a Perlindungan saf bangunan

e Tinggi bebas jalan b Bukaan pada sarana proteksi (pintu atau jendela)

f Konstruksi perkerasan jalan

3 Jarak antar bangunan IV Sistem Proteksi Aktif

a Jarak antar bangunan 1 Deteksi dan alarm

4 Hidran halaman a Kondisi sistem

a Akses hidran b Detektor panas

b Kondisi hidran c Catu daya

c Pompa air d Fungsi alarm

d Pipa instalasi e Instalasi kabel

e Tangki penekan air 2 Siamens connection

f Selang dan perlengkapan a Akses

II Sarana Penyelamatan b Katub sambungan

1 Jalan Keluar Bangunan 3 Pemadam api ringan

a Konstruksi pintu eksit a Akses

b Jumlah b Kondisi tabung

c Standar Pintu kebakaran c Kondisi isi tabung

d Ketinggian jalan keluar 4 Hidran gedung

e Ketinggian anak tangga a Akses hidran

f Lebar tangga b Kondisi hidran

e Jarak eksit c Pompa air

f Penanda jalan keluar d Pipa instalasi

2 Konstruksi jalan keluar e Tangki penekan air

a Struktur tahan api f Selang dan perlengkapan

b Akses jalan pemadam kebakaran 5 Sprinkler

3 Landasan helikopter a Kondisi sprinkler

Pada bangunan dengan ketinggian >= 60 m b Jarak

a Konstruksi c Pipa instalasi

b Penanda pendaratan d Kompresor sprinkler

c Alat pemadam api 6 Sistem pemadam luapan

Pada bangunan dengan ketinggian < 60 m a untuk fungsi khusus

a ketentuan tidak berlaku

Sistem, Sub Sistem dan Komponen Pencegahan Kebakaran

Sistem, Sub Sistem dan Komponen Pencegahan Kebakaran

Page 77: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4.5. Uraian Komponen Pencegahan Kebakaran (lanjutan)

Hasil uraian dari komponen yang digunakan untuk penilaian pencegahan

kebakaran dapat dilihat pada Lampiran 2, bagian penilaian.

4.1.4. Batasan dan Tingkat Keandalan Pencegahan Kebakaran

Untuk menentukan suatu bangunan dalam kondisi yang andal, kurang andal atau

tidak andal maka diperlukan batasan nilai dalam menginterpretasikan kondisi aktual dari

bangunan. Hasil penilaian/pemeriksaan dapat digunakan untuk memberikan

rekomendasi guna mengembalikan kondisi yang andal, agar bangunan dapat

memberikan keamanan dan kenyamanan kepada pengguna bangunan. Kondisi penilaian

No No

7 Pengendalian asap V Sistem Manajeman

a Fungsi 1 Pemeriksaan dan pemeliharaan

b detektor asap a Peralatan

c Kondisi pengendali asap b perlindungna pasif

8 Deteksi asap c waktu

a Fungsi d Pengujian

b sistem e Dokumentasi

9 Pembuangan asap 2 Pembinaan dan pelatihan

a Fungsi a Personil

b Arah b Struktur organisasi

10 Lift kebakaran b Pelatihan

a Jumlah 3 Rencana keadaan darurat/Fire emergency plan (FEP)

b Pengoprasian a Standar

c Peringatan b Sosialisasi

d Penempatan c Tanda Peringatan

e Sumber daya 4 Pekerjaan kerumahtanggaan (Fire safe housekeeping)

11 Cahaya darurat a Peralatan

a Lokasi pemasangan b Sarana

b Sistem cahaya darurat c Penataan

c Pemasangan tanda ekxit d Tanda bahaya

12 Listrik darurat e Sampah

a Sumber daya f Pekerjaan

b kabel listrik

13 Ruang pengendali operasi

a Ketersediaan

b Peralatan

c Konstruksi

Sistem, Sub Sistem dan Komponen Pencegahan Kebakaran

Sistem, Sub Sistem dan Komponen Pencegahan Kebakaran

Page 78: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dari tingkat keandalan bangunan berdasarkan hasil perhitungan simulasi nilai dapat

dilihat pada lampiran 7.

Kesimpulan hasil perhitungan dari tingkat keandalan adalah :

· Andal apabila memenuhi semua persyaratan, dan apabila terdapat kekuarangan

maka hanya sebagian kecil saja. Hasil penilaian menunjukkan dominan pada

angka 100 dan ada sebagian kecil dengan nilai 80.

· Kurang Andal apabila hanya sebagian saja yang memenuhi persyaratan dan

terdapat kondisi yang tidak berfungsi. Penilaian menunjukkan sebagian pada

angka 100, tetapi sebagian lagi pada angka 80, serta ada sebagian kecil dengan

angka 60.

· Tidak Andal apabila semua sistem tidak memenuhi persyaratan atau dalam

kondisi yang tidak berfungsi. Penilaian sebagian besar menunjukkan angka 60,

dan angka 80. Serta 100 dalam jumlah yang relatif kecil.

Batasan tingkat keandalan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Nilai dan tingkat keandalan pencegahan kebakaran

4.1.5. Interpretasi dan Rekomendasi

Interpretasi merupakan bentuk dari hasil penilaian pada sebuah bangunan, pada

kondisi tertentu setelah dilakukan pemeriksaan. Hasil interpretasi dari kondisi keandalan

bangunan, digunakan untuk memberikan rekomendasi. Rekomendasi merupakan

tindakan yang akan dilakukan untuk mengembalikan kondisi prima bangunan dalam

pencegahan kebakaran.

No Tingkat Keandalan

1 95 % - 100 % Andal Sesuai dengan Persyaratan

2 75 % - < 95 % Kurang Andal ada sebagian kecil yang tidak sesuai persyaratan

3 < 75 % Tidak Andal Tidak Sesuai dengan persyaratan

KeteranganNilai

Page 79: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

4.1.5.1. Interpretasi

Untuk menentukan interpretasi suatu bangunan, maka semua nilai pada komponen

dimasukan, hasil penilaian dapat dilihat pada bagian rekapitulasi dan total dari sistem

pencegahan kebakaran. Penilaian tingkat keandalan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Penilaian tingkat keandalan pencegahan kebakaran

4.1.5.2. Rekomendasi

Rekomendasi bertujuan untuk mengembalikan keandalan bangunan pada setiap

sistem pencegahan kebakaran, agar dapat bekerja dan berfungsi secara optimal dalam

melaksanakan pencegahan kebakaran. Hasil rekomendasi meliputi :

· Pemeriksaan secara berkala,

· Perawatan/pemeliharaan berkala,

· Perawatan dan perbaikan berkala,

· Penyetelan/perbaikan /penggantian baru,

· Melengkapi komponen yang kurang.

Pokok-pokok dalam rekomendasi diatas dapat dijabarkan dalam tabel 4.8 :

Bobot Nilai Keandalan

Andal % Nilai Kurang Andal

% Nilai Tidak Andal % Nilai Penilaian TotalKeandalan Keandalan Keandalan (%) (%)

1 3 4 5 6 7 8 9 10

I Kelengkapan Tapak 95 % - 100 % 75 % - < 95 % < 75 % 100

II Sarana Penyelamatan 95 % - 100 % 75 % - < 95 % < 75 % 100

III Sistem Proteksi Pasif 95 % - 100 % 75 % - < 95 % < 75 % 100

IV Sistem Proteksi Aktif 95 % - 100 % 75 % - < 95 % < 75 % 100

V Sistem Manajeman 95 % - 100 % 75 % - < 95 % < 75 % 100

Jumlah 500

Interpretasi :Tingkat Keandalan terhadap Pencegahan kebakaran dianggap :a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau (95%<=NKA<=100%)b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 75%<=NKA<=95%c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 75 %

2

Nilai Keandalan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan/Gedung adalah :

" ANDAL"

No Parameter KSKBKategori Penilaian

Page 80: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4.8. Uraian Rekomendasi dari nilai dan tingkat keandalan pencegahan kebakaran

4.1.6. Cara Pengisian Sistem Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran.

Tata cara Pemeriksaan Sistem Keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran

dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 1.

4.2. Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran Pada Bangunan Gedung,

Studi Kasus Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo Square.

Solo Square merupakan bangunan pusat perbelanjaan yang berlokasi di jl. Brigjen

Slamet Riyadi Surakarta. Lokasi Solo Square dapat dengan mudah dijangkau karena

letaknya di jalan utama, Bangunan Solo Square terdiri dari saru massa bangunan yang

dikelilingi oleh jalan untuk akses ke bangunan, dan dilengkapi dengan akses utama dan

akses dari samping untuk pencapaian bangunan. Bangunan Solo Square dapat dilihat

pada Gambar 4.4

NoTingkat

Keandalan

1 95 % - 100 % Andal

2 75 % - < 95 % Kurang Andal

3 < 75 % Tidak AndalSemua komponen sistem proteksi kebakaran (sistem proteksiaktif, sistem proteksi pasif, saran penyelamatan, kelengkapantapak) ada yang rusak/tidak berfungsi, kapasitasnya jauhdibawah dari nilai yang ditetapkan dalam standar, sehinggakenyamanan dan fungsi ruang dan/atau gedung menjadi sangatterganggu atau tidak dapat digunakan secara optimal.

(4), (5)

Nilai Keterangan Rekomendasi

Semua sistem proteksi kebakaran (sistem Kelengkapan Tapak,sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktifdan manajemen pencegahan kebakaran) dalam kondisi baik,berfungsi sempurna secara optimum, dimana kondisi gedungdalam keadaan terlindungi dari kebakaran secara sempurna

(1), (2), (3)

Semua komponen sistem proteksi kebakaran (sistemKelengkapan Tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksipasif, sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahankebakaran) masih berfungsi baik, tetapi ada sub sistem yangberfungsi kurang sempurna, yang dapt menimbulkan gangguanatau kapasitasnya kurang dari yang ditetapkan dalam standar,sehingga sistem keselamatan dalam pencegahan kebakaranmenjadi berkurang dan bangunan belum terlindungi secarasempurna.

(3), (4)

Page 81: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Gambar 4.4.

Bangunan pusat perbelanjaan Solo Square

Sebelum pemeriksaan dilaksanakan, terlebih dahulu mengisi data bangunan

(Lampiran III). Ketentuan pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan adalah :

1. Penilaian tidak dilakukan pada form “Penilaian sistem pencegahan kebakaran pada

bangunan/gedung”.

2. Penilaian juga tidak dilakukan pada form “Penilaian sub sistem pencegahan

kebakaran pada bangunan/gedung”.

3. Penilaian hanya dilakukan pada form “ Penilaian sistem pencegahan kebakaran pada

bangunan/gedung”

4. Cukup memberi jawaban “a”, “b” atau “c” bila terdapat tiga pilihan jawaban dan

jawaban “a” atau “b” bila terdapat dua pilihan jawaban.

5. Apabila terdapat komponen pencegahan kebakaran dengan jumlah yang banyak

seperti :

a. hidran halaman,

b. alan keluar,

c. alat pemadam api ringan (APAR),

d. hidran gedung dan

e. cahaya darurat,

Maka penilaian dilakukan pada tabel yang disediakan pada masing-masing

komponen, pada tabel ini angka penilaian diberi angka 100 untuk yang memenuhi

persyaratan, berfungsi dan tidak dalam kondisi rusak, angka 80 untuk ada sebagian

Page 82: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

yang tidak sesuai persyaratan dan 60 untuk tidak sesuai persyaratan/kondisi

rusak/tidak berfungsi.

6. Dokumentasi disediakan pada bagian foto dokumentasi, sesuaikan sistem

pencegahan kebakaran yang diperiksa dengan bagian sistem pencegahan kebakaran.

Pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan pusat perbelanjaan Solo Square

adalah seagai berikut :

4.2.1. Kelengkapan Tapak

4.2.1.1. Sumber Air

Langkah pemeriksaan

1. Identifikasi ketersediaan sumber air seperti :hidran/reservoir/kolam/sumber lain dan

kebutuhan air pada bangunan dengan kebutuhan standar.

Tabel 4.9 Sumber Air pada bangunan Solo Square. Kebutuhan standar Kebutuhan tersedia Kesesuaian

2.280 l/menit atau setara dengan 68.4 m3

Terletak di ground water kapasitas 4x6x3 m jumlah 2 buah, volume= 144 m3

Kapasitas tersedia dalam jumlah yang cukup

Kapasitas air tersedia dan memenuhi standar

2. Identifikasi jarak sumber air yaitu jarak air mudah dijangkau, karena letaknya di

dalam lingkungan bangunan, terdapat akses pintu untuk menuju sumber air yaitu

pada ground water tank, dan masih dalam radius 50 m.

Tabel 4.10 Penilaian Komponen Pencegahan Kebakaran

% Bobot

Penilaian

Sub sistem1 3 4 5 6

I Kelengkapan Tapak

1 Sumber Air 100.00 1

a100

b80

c tidak tersedia sumber air 60 Jawaban a 100.00

2 Apakah jarak sumber air mudah dijangkau ?

a mudah dijangkau dengan jarak maksimal dalam radius 50 m 100

b mudah dijangkau dengan jarak lebih dari radius 50 m 80

c tidak ada sumber air yang dapat dijangkau 60 Jawaban a 100.00

Nilai Rata-rata Sumber Air 100.00

No% Nilai

Hasil Penilaian% Bobot Nilai

Parameter KSKB

2

Nilai

Apakah tersedia sumber air (hidran/reservoir/kolam) untuk pemadam kebakaran dalamjumlah yang cukup ?

tersedia dengan jumlah pasokan air sekurang-kurangnya 2.280 l/menit selama 30menit (68.4 m3)tersedia tetapi jumlah pasokan air kurang dari 2.280 l/menit selama 30 menit (68.4m3)

Page 83: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

4.2.1.2. Jalan Lingkungan

Identifikasi jalan lingkungan yang ada, kemudian sesuaikan ketentuan pada jalan

lingkungan dengan form penilaian yang meliputi :

1. Akses jalan tidak ada hambatan/mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran.

2. Terdapat penanda jalur kebakaran dan terbaca dengan mudah untuk orientasi

kendaraan pemadam kebakaran baik pada pintu masuk maupun pada perputaran

kendaraan.

3. Perputaran kendaraan untuk pemadam kendaraan tersedia pada area lokasi yaitu

pada sekeliling bangunan dan tidak mengalami hambatan.

4. Lebar jalan memenuhi standar yaitu lebih dari 4 m pada sekeliling bangunan.

5. Tinggi bebas jalan jalan lebih dari 4,5 m pada sekeliling bangunan dan tidak

terdapat hambatan yang dapat mengganggu mobil pemadam kebakaran.

6. Konstruksi Jalan adalah paving block pada sekeliling bangunan, dalam kondisi

baik/tidak terdapat kerusakan dan mampu dilewati mobil pemadam kebakaran.

Setelah mengetahui data jalan lingkungan dapat memberikan penilaian pada pencegahan

kebakaran.

4.2.1.3. Jarak Antar Bangunan

Bangunan Solo Square terdiri dari satu massa bangunan yang dikelilingi oleh

jalan lingkungan untuk sirkulasi ke bangunan maupun perputaran kendaraan, bangunan

pusat perbelanjaan ini terpisah dari lingkungan pemukiman, ketinggian bangunan adalah

± 22.5 m, persyaratan jarak antar bangunan dengan ketinggian tersebut adalah 6 s/d 8 m.

1. Jarak bangunan dengan bangunan disekelilingnya yaitu :

a. Pada sisi utara (main entrance) jarak relatif bebas karena berhadapan langsung

dengan jalan utama dan juga terdapat area parkir (tidak ada pemukiman) jarak

antar bangunan lebih dari 10 m.

b. Pada sisi timur (side entrance) dibatasi dengan pagar kemudian terdapat jalan

lingkungan yang membatasi dengan bangunan sekitar, jarak antar bangunan

lebih dari 8 m.

c. Pada sisi selatan (belakang) terdapat jalan sirkulasi bangunan serta terdapat

pagar pembatas dan jalan lingkungan, jarak antar bangunan lebih dari 10 m.

Page 84: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

d. Pada sisi barat (samping) terdapat jalan sirkulasi dan pagar dibuat sekeliling

untuk memisahkan dengan pemukiman penduduk, jarak antar bangunan lebih

dari 8 m.

4.2.1.4. Hidran Luar Bangunan

Terdapat 6 (enam) titik hidran luar bangunan yang tersebar pada sisi depan,

samping kanan (timur dari bangunan), samping kiri (barat dari bangunan) dan sisi

belakang (selatan bangunan). Identifikasi masing-masing kondisi hidran luar pada

bangunan kemudian hasil dimasukan pada tabel 4.13 yaitu :

1. Hidran halaman dan kotak hidran mudah dijangkau karena terletak di sepanjang

jalan keliling bangunan.

2. Kondisi hidran halaman dan kotak hidran relatif terawat dengan baik dan dilapisi

dengan cat anti karat untuk melindungi hidran dari korosi.

3. Pompa air sebagai penggerak selalu dalam keadaan siap dioperasikan bila sewaktu-

waktu digunakan ditunjukan dengan parameter pada pompa pembagi di ruang

utilitas bangunan yang terletak di basement.

4. Pipa instalasi dalam kondisi baik dan tidak ada kebocoran/korosi karena dilapisi

dengan cat anti karat.

5. Tangki penekan atas menyatu dalam satu ruang dengan pompa air pada ruang

utilitas dan berfungsi dengan baik yang ditunjukan dengan sistem distribusi air yang

terbagi dalam beberapa zone sistem tekanan air.

6. Tersedia sambungan slang dengan diameter 35 mm dengan panjang minimal 15 m,

yang tersimpan rapi pada kotak hidran disamping hidran halaman.

Penilaian hidran halaman merupakan rata-rata dari penilaian masing-masing kondisi

hidran.

Tabel 4.11 Penilaian Hidran Halaman

Page 85: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Setelah penilaian parameter kelengkapan tapak pada komponen selesai, kemudian nilai

dimasukan pada rekapitulasi sub sistem pemeriksaan pencegahan kebakaran pada

bangunan/gedung, nilai seperti pada Tabel 4.12.

Tabel 4. 12 Rekapitulasi Sub Sistem Pencegahan kebakaran pada Kelengkapan Tapak

4.2.2. Sarana Penyelamatan

4.2.2.1.Jalan Keluar Bangunan

Tangga darurat berjumlah 6 buah yang tersebar disemua bagian bangunan, yang

memiliki 6 eksit, hal ini sesuai bila beban hunian lebih dari 1000 maka harus disediakan

minimal 4 eksit. Kondisi sarana jalan keluar yaitu :

Jumlah Hidran Halaman : 6 buah

1 Hidran halaman 1 100 100 100 100 100 100 100.00

2 Hidran halaman 2 100 100 100 100 100 100 100.00

3 Hidran halaman 3 100 100 100 100 100 100 100.00

4 Hidran halaman 4 100 100 100 100 100 100 100.00

5 Hidran halaman 5 100 100 100 100 100 100 100.00

6 Hidran halaman 6 100 100 100 100 100 100 100.00

P e r n y a t a a n

JumlahNo HIDRAN HALAMAN Mudah dijangkau

Hidran dan Kotak hidran

Pompa AirPipa

Instalasi

Tangki Penekan Atas/Alat Kontrol

Sambungan slang

Nama Bangunan : Bangunan Pusat Perbelanjaan Solo SquareLokasi/Alamat : Jl. Slamet Riyadi SurakartaFungsi : Bangunan Perdagangan

Bobot Nilai

Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan

95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)

1 4 5 6 7 8 9 10

I Kelengkapan Tapak 100 100.00

1 Sumber Air 27 100.00 - - 27.00

2 Jalan lingkungan 25 100.00 - - 25.00

3 Jarak antar bangunan 23 100.00 - - 23.00

4 Hidran halaman 25 100.00 - - 25.00

2

REKAPITULASI SUB SISTEM SISTEM PEMERIKSAAN PENCEGAHAN KEBAKARAN PADA BANGUNAN/GEDUNG

No Parameter Pencegahan Kebakaran

Kategori Penilaian

Sub Sistem

Total

Bobot

Page 86: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

1. Eksit memiliki kondisi terpisah dan terlindungi, ditandai dengan konstruksi beton

dan pasangan bata yang tertutup dari lantai teratas sampai dengan pintu keluar

bangunan dan dilengkapi dengan pintu tahan api.

2. Jumlah sarana jalan keluar pada bangunan dihitung dengan beban penghuni

(pengelola, pengunjung, pekerja dan semua yang terlibat) pada bangunan, jumlah

hunian rata-rata adalah diatas 1000 tiap harinya, jadi pintu yang di sediakan minimal

4, jalan keluar yang tersedian yaitu 6 jalan keluar yaitu berupa tangga darurat yang

tersebar pada bangunan.

3. Pintu standar kebakaran dipasang pada semua bagian jalan keluar pada setiap lantai

dan diberi tanda warna merah untuk memudahkan penandaan sesuai dengan standar

untuk jalur evakuasi.

4. Ketinggian jalan keluar/pintu darurat adalah 2.1 m dan dipasang pada setiap jalan

keluar di tiap-tiap lantai.

5. Ketinggian anak tangga pada sarana jalan keluar adalah kurang dari 30 cm, yang

berarti dalam kondisi yang standar.

6. Lebar tangga mempunyai lebar yang standar yaitu 110 cm yang terpasang pada

setiap tangga darurat diberi pengaman yaitu pagar railing dan terdapat bordes

sebagai tempat istirahat sementara.

7. Jarak pintu darurat/eksit satu dengan yang lain adalah kurang dari 45 m, setelah

dihitung rata-rata jarak yang ada adalah 35 m.(dibaca dari gambar denah)

8. Penanda jalan keluar terpasang diatas pintu darurat dan terlihat jelas, akan tetapi

pada beberapa tangga darurat tidak ada penunjuk arah dan tidak terlihat jelas.

Setelah dilakukan pemeriksaan pada tiap-tiap sarana penyelamatan kemudian masukan

nilai seperti pada Tabel 4.13

Tabel 4.13 Penilaian Jalan Keluar pada Bangunan

Page 87: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4.2.2.2. Konstruksi Jalan Keluar Bangunan

Kondisi konstruksi jalan keluar bangunan Solo Square yaitu :

1. Mempunyai konstruksi jalan keluar khusunya tangga darurat terbuat dari beton yang

mempunyai ketahanan api cukup tinggi penutup ruangan menggunakan pasangan

bata.

2. Akses untuk pemadam kebakaran diberikan pada semua tangga darurat, untuk

memudahkan identifikasi kebakaran dan melakukan evakuasi, serta tersedia ramp

untuk kendaraan dalam keadaan darurat yaitu pada area parkir yang mampu

memberikan rasa aman pada penghuni pada saat evakuasi.

4.2.2.3. Landasan Helikopter

Landasan helikopter mempunyai ketentuan :

a. Untuk bangunan yang mempunyai ketinggian diatas 60 m. maka penilaian ini

diperlukan dan merupakan persyaratan.

b. Untuk bangunan dengan ketinggian dibawah 60 m, maka penilaian ini tidak termasuk

dan penilaian untuk landasan helikopter dianggap andal atau diberi nilai 100.

Bangunan Solo Square mempunyai ketinggian ± 22.5 m, maka persyaratan landasan

helikopter tidak diperlukan, dan nilai ini dianggap andal. Nilai rekapitulasi sarana

penyelamatan seperti pada Tabel 4.14

Jumlah Jalan Keluar : 6 buah

1 Jalan Keluar 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00

2 Jalan Keluar 2 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00

3 Jalan Keluar 3 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00

4 Jalan Keluar 4 100 100 100 100 100 100 100 80 97.50

5 Jalan Keluar 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100.00

6 Jalan Keluar 6 100 100 100 100 100 100 100 80 97.50

jarak eksit tidak lebih dari 45 m

penandaan jalan

keluar jelas dan mudah dibaca

ketinggian anak

tangga <= 30 cm

lebar bersih

tangga 110 cm

JALAN KELUAR

No JALAN KELUAR

P e r n y a t a a n

Jumlah

konstruksi dan TKA minimal 1 jam dan terpisah

Jumlah jalan

keluar sesuai standar

pintu standar

kebakaran dalam kondisi

baik

ketinggian sarana jalan

keluar >= 2 m

Page 88: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.14 Rekapitulasi Sub Sistem Sarana Penyelamatan

4.2.3. Sistem Proteksi Pasif

4.2.3.1. Ketahanan api struktur.

Disesuaikan dengan jumlah lantai bangunan dan tipe bangunan yang

ada/tersedia. Jumlah lantai pada bangunan Solo Square adalah 6 lantai dan kelas

bangunan adalah kelas 6 yaitu bangunan perdagangan, struktur yang ada adalah Tipe A.

Konstruksi bangunan meliputi :

a. Konstruksi kolom

· Terbuat dari beton dengan mutu K-250.

· Kolom persegi mempunyai dimensi adalah 60x60 cm.

· Kolom lingkaran mempunyai diameter 60 cm.

· Kolom pada bagian tertentu dalam kondisi yang terekspose (tanpa perlindungan).

b. Konstruksi balok

· Beton dengan mutu K-250

· Ukuran dimensi adalah 60x120 cm

· Balok pada bagian tertentu dalam kondisi yang terekspose (tanpa perlindungan)

seperti pada ruang parkir.

· Balok bangunan perbelanjaan tertutup oleh bahan gipsum.

c. Plat lantai

· Terbuat dari beton dengan mutu K-250.

· Ukuran tebal plat lantai ±12 cm.

· Finishing lantai menggunakan marmer, pada ruang parkir menggunakan beton

ekspose dan sebagian lantainya tanpa ada penambahan bahan finishing.

· Plat bangunan perbelanjaan tertutup oleh bahan gipsum.

Bobot Nilai

Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan

95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)

1 4 5 6 7 8 9 10

II Sarana Penyelamatan 100 99,68

1 Jalan Keluar Bangunan 38 99,17 - - 37,68

2 Konstruksi jalan keluar 35 100,00 - - 35,00

3 Landasan helikopter 27 100,00 - - 27,00

2

No Parameter Pencegahan Kebakaran

Kategori Penilaian

Sub Sistem

Total

Bobot

Page 89: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Struktur yang digunakan pada kolom, balok dan plat lantai memberikan gambaran

mengenai struktur kategori A, yaitu konstruksi beton tahan api. Untuk bahan finishing

plafond pada ruang usaha menggunakan gipsum yang dapat memberikan barier pada plat

lantai bila terjadi kebakaran sehingga tidak terekspose secara langsung.

4.2.3.2. Kompartemenisasi

Hasil pengamatan kompartemen adalah :

1. Luas lantai adalah 61.885 m2, ukuran volume bangunan adalah 195.300 m3. (dengan

pendekatan luas lantai dasar x tinggi bangunan), luas kompartemen adalah

mencukupi dari standar yang ditetapkan untuk luas lantai diatas 5.000 m2 untuk

30.000 m3.

2. Kompartemenisasi pada bangunan terdiri dari 2 bagian yaitu vertikal dan horisontal,

secara vertikal terdapat pada plat lantai dan secara horisontal terdapat di lantai 2

yaitu antara ruang parkir dengan ruang perbelanjaan menggunakan kompartemen

berupa dinding pasangan bata, pada tangga darurat dan pada saluran utilitas untuk

menjaga ketahanan dari penyebaran kebakaran. Luas kompartemen secara

horisontal sama dengan jumlah luas dasar sampai lantai 4 yaitu 50.725 m2, tanpa

luas basement. Dengan kondisi tersebut maka kompartemen memenuhi persyaratan.

3. Saft lif dan peralatan bangunan (sistem pasokan listrik, generator darurat dan

pengendalian asap) dalam bangunan terpisah dengan TKA sesuai yaitu konstruksi

beton dan pasangan bata sebagai pembatas, pada pintu menggunakan pintu tahan

api.

4.2.3.3. Perlindungan Bukaan

Kondisi perlindungan bukaan adalah :

1. Bukaan vertikal pada bangunan yang digunakan untuk saft pipa, ventilasi dan listrik

dalam keadaan tertutup dengan konstruksi beton dan pasangan bata dari bawah

sampai atas, dan pada setiap lantai dalam kondisi tertutup dan dilengkapi pintu

tahan api untuk akses masuknya.

2. Sarana proteksi pada bukaan yang ada (pintu kebakaran, jendela kebakaran, pintu

penahan asap dan penutup api) sesuai dengan persyaratan dan dalam kondisi yang

baik.

Page 90: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Rekapitulasi Sistem proteksi pasif dapat dilihap pada Tabel 4.15

Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Sub Sistem Proteksi Pasif

4.2.4. Sistem Proteksi Aktif

4.2.4.1 Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran

Sistem deteksi dan alarm terdapat pada ruang operasi, yang merupakan pusat

kendali untuk mengetahui dan mendetaksi secara dini terjadinya kebakaran, sistem

pompa kebakaran akan menyala dengan otomatis seiring dengan adanya kebakaran pada

satu titik di lantai tertentu yang dapat memberikan informasi kepada petugas tentang

adanya api, sistem deteksi juga dipasang pada plafon yang tersebar pada setiap lantai

bangunan dengan kondisi :

1. Sistem deteksi dan alarm dan dalam kondisi baik dan tidak rusak serta masih

berfungsi yang terdapat pada ruang utilitas sebagai ruang kontrol utama dan pada

tiap-tiap lantai bangunan.

2. Detektor panas dan alat manual pemicu alarm pada kondisi yang baik, tidak

mengalami kerusakan dan berfungsi.

3. Catu daya dan panel kontrol berfungsi dengan baik sebagai tenaga penggerak.

4. Alarm kebakaran yang terpasang berfungsi dengan baik dan tidak dalam kondisi

rusak.

5. Kabel instalasi terpasang dengan baik dan tidak dalam keadaan rusak, hal ini

ditunjukan pada lampu indikator panel kebakaran.

4.2.4.2 Siamese Connection

Terdapat 2 (dua) titik Siamese connection yang terletak di pintu utama bagian

utara bangunan, serta terletak di pintu samping sebelah timur bangunan dengan kondisi :

1. Siamese connection mudah dijangkau dan terlihat dengan jelas karena terletak di

sisi jalan lingkungan bangunan dan dalam kondisi baik serta berfungsi.

Bobot Nilai

Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan

95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)

1 4 5 6 7 8 9 10

III Sistem Proteksi Pasif 100 100,00

1 Ketahanan api struktur bangunan 36 100,00 - - 36,00

2 Kompartemenisasi ruang 32 100,00 - - 32,00

3 Perlindungan bukaan 32 100,00 - - 32,00

2

No Parameter Pencegahan Kebakaran

Kategori Penilaian

Sub Sistem

Total

Bobot

Page 91: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2. Katub sambungan pada masing-masing alat berfungsi dengan baik dan tidak

terdapat kerusakan/korosi/kebocoran.

4.2.4.3 Pemadam Api Ringan/Portabel (APAR)

Jenis pemadam api ringan yang digunakan adalah :

Pemadam api portabel : Powder 450

Pemadam api portabel : FR 250 khusus pada ruang utilitas

Jumlah pemadam api portabel jenis powder 450 ada 48 buah yang tersebar di setiap

lantai dan seluruh bangunan. Penilaian alat pemadam api ringan yaitu : hitung jumlah

alat yang ada pada setiap lantainya kemudian diidentifikasi, penilaian dilakukan tiap titik

APAR diteruskan pada tiap lantainya. Jumlah APAR yang teridentifikasi adalah :

· Lower Ground Floor : 10 titik

· Ground Floor : 10 titik

· 1st Floor : 10 titik

· 2nd Floor : 10 titik

· 2nd Mezanine Floor : 4 titik

· 3nd Floor : 4 titik

Tabel 4. 16 Penilaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Jumlah Pemadam api ringan : 48 buah

Jumlah Lantai Gedung : 6 Lantai

LANTAI 1

1 Pemadam api ringan 1 100 100 100 1002 Pemadam api ringan 2 100 100 100 1003 Pemadam api ringan 3 100 100 100 1004 Pemadam api ringan 4 100 100 100 1005 Pemadam api ringan 5 100 100 100 1006 Pemadam api ringan 6 100 100 100 1007 Pemadam api ringan 7 100 100 100 1008 Pemadam api ringan 8 100 100 100 1009 Pemadam api ringan 9 100 100 100 100

10 Pemadam api ringan 10 100 100 100 100

No ALAT PEMADAM API RINGAN

P e r n y a t a a n

JumlahMudah dijangkau

Slang, kopling selang, tabung

Tekanan, berat, level pada tabung

Page 92: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Kondisi pemadam api ringan adalah :

1. Alat pemadam api ringan mudah dijangkau dan terlihat dengan jelas pada masing-

masing lokasi di tiap-tiap lantai.

2. Kondisi slang, kopling dan tabung dalam kondisi baik dan tidak rusak pada tiap

lokasi.

3. Tekanan, berat dan level isi tabung masih dalam batas aman digunakan yang

ditunjukkan dengan angka pada tekanan tabung tidak menunjukkan warna merah/

masih dalam batas hijau.

4.2.4.4 Hidran Gedung

Periksa seluruh hidran gedung tiap lantai kemudian identifikasi satu persatu.

Jumlah hidran gedung adalah :

· Lower Ground Floor : 12 titik

· Ground Floor : 12 titik

· 1st Floor : 12 titik

· 2nd Floor : 12 titik

· 2nd Mezanine Floor : 6 titik

· 3nd Floor : 6 titik

Kondisi hidran gedung adalah :

1. Hidran gedung dan kotak hidran mudah dijangkau karena terletak pada sudut di

setiap lantai bangunan dengan jarak dari lantai ± 80-100 cm.

2. Kondisi hidran gedung dan kotak hidran relatif terawat dengan baik dan dicat warna

merah.

3. Pompa air sebagai penggerak selalu dalam keadaan siap dioperasikan bila sewaktu-

waktu digunakan, ditunjukan dengan parameter pada pompa pembagi di ruang

utilitas bangunan yang terletak di basement.

4. Pipa instalasi dalam kondisi baik dan tidak ada kebocoran/korosi karena dilapisi

dengan cat anti karat.

Page 93: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

5. Tangki penekan atas menyatu dalam satu ruang dengan pompa air pada ruang

utilitas dan berfungsi dengan baik yang ditunjukan dengan sistem distribusi air yang

terbagi dalam beberapa zone sistem tekanan air.

6. Tersedia sambungan slang dengan diameter 35 mm dengan panjang minimal 15 m,

yang tersimpan rapi pada kotak hidran.

Hasil rata-rata dari keseluruhan hidran gedung merupakan nilai kondisi hidran dapat

dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4. 17 Penilaian Hidran Gedung

4.2.4.5 Sprinkler

Alat ini dipasang pada bagian atap/plafond gedung pada setiap lantai bangunan

pada seluruh bangunan, kecuali lantai yang paling atas, kondisi sprinkler pada bangunan

Solo Square adalah:

1. Kondisi sprinkler baik dan tidak terhalang pada tiap-tiap lantai dan jelas terlihat.

2. Jarak pemasangan sprinkler 3 m satu sama yang lain dan dalam batas radius aman,

dengan jarak sesuai dengan standar yaitu jarak maksimal 4.6 m. Pipa induk yang

digunakan adalah pipa dengan diameter ± 4 inch, kemudian didistribusikan

menggunakan pipa yang lebih kecil yaitu ± 1 inch.

Jumlah Hidran Gedung : 60 buah

Jumlah Lantai Gedung : 6 Lantai

LANTAI 1

1 Hidran gedung 1 100 100 100 100 100 100 100.00 2 Hidran gedung 2 100 100 100 100 100 100 100.00 3 Hidran gedung 3 100 100 100 100 100 100 100.00 4 Hidran gedung 4 100 100 100 100 100 100 100.00 5 Hidran gedung 5 100 100 100 100 100 100 100.00 6 Hidran gedung 6 100 100 100 100 100 100 100.00 7 Hidran gedung 7 100 100 100 100 100 100 100.00 8 Hidran gedung 8 100 100 100 100 100 100 100.00 9 Hidran gedung 9 100 100 100 100 100 100 100.00

10 Hidran gedung 10 100 100 100 100 100 100 100.00 11 Hidran gedung 11 100 100 100 100 100 100 100.00 12 Hidran gedung 12 100 100 100 100 100 100 100.00

HIDRAN GEDUNG

No HIDRAN GEDUNG

P e r n y a t a a n

JumlahMudah dijangkau

Hidran dan Kotak hidran

Pompa AirPipa

Instalasi

Tangki Penekan Atas/Alat Kontrol

Sambungan slang

Page 94: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3. Pipa sprinkler dalam kondisi baik dan tidak mengalami kerusakan/ korosi, hal ini

ditunjukan dengan tidak adanya kebocoran pada pipa karena menggunakan sistem

pipa basah.

· Sprinkler yang terpasang pada pusat perbelanjaan dipasang dengan posisi kepala

berada dibawah pipa.

· Sprinkler yang terpasang pada area parkir dipasang dengan posisi kepala berada

diatas, ketinggian lantai sampai dengan kepala sprinkler/pipa kebakaran tidak

menggangu arus lalu-lintas dibawahnya.

4. Kondisi kompressor dan pengukur tekanan berfungsi dengan baik, terdapat panel

yang digunakan untuk tanda/petunjuk arah distribusi air, sehingga bila terjadi

kebakaran sistem induk ini akan menunjukkan lokasi kebakaran.

4.2.4.6 Sistem Pemadam Luapan

Sistem ini digunakan pada ruangan khusus yaitu pada daerah utilitas, karena

bahan bakar dari genset adalah bahan yang mudah terbakar, sehingga perlu diberi

pencegahan yang ekstra.

4.2.4.7 Pengendali asap

Pengendali asap dipasang pada plafond, daerah dapur, tangga darurat, untuk

mengatisipasi kebakaran, kondisi pengendalai asap adalah :

1. Berfungsi dengan baik dan tidak rusak, terpasang pada plafond pada tiap lantai,

tangga darurat, ruang atrium dan daerah dapur.

2. Pengendali/detektor asap dalam keadaan bersih dan tidak terhalang oleh benda lain

disekitarnya yang dapat mengganggu kinerja sistem.

3. Pengendali asap dipasang pada daerah yang rawan kebakaran seperi pada

dapur/ruang masak lainya.

4.2.4.8 Sistem pendeteksi asap (Smoke detektor)

Pendeteksi asap dipasang pada plafond yang tersebar di setiap lantai, dalam

kondisi :

1. Deteksi asap berfungsi dengan baik dan tidak dalam keadaan rusak.

Page 95: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

2. Detektor asap yang terpasang dapat mengaktifkan system pengolahan udara secara

otomatis, system pembuangan asap, ventilasi asap dan panas yang langsung dapat

dideteksi melalui ruang pengendali.

4.2.4.9 Sistem Pembuangan Asap

Pembuangan asap dilakukan dengan sistem fan yang terpasang pada tiap-tiap

tangga darurat, dapur serta pada bangunan di tiap-tiap lantai yang terhubung dengan

cerobong yang berada di atap, untuk menghisap asap bila terjadi kebakaran pada titik

tertentu di bangunan. Kondisi pembuangan asap adalah :

1. Berfungsi dengan baik dan tidak rusak.

2. Arah pembuangan asap langsung disalurkan melalui pipa menuju ke atap bangunan,

dan tidak menimbulkan gangguan pada ruang lain.

4.2.4.10 Lift kebakaran

Kondisi Lift kebakaran adalah :

1. Lift untuk penanggulangan saat terjadi kebakaran tidak dikondisikan secara khusus,

terdapat 2 buah lift, tetapi yang digunakan untuk kebakaran maupun barang dan

manusia hanya 1 unit, sedangkan lainya digunakan secara khusus pada tenant yang

besar dan tidak digunakan untuk fasilitas umum.

2. Lift kebakaran dalam saft yang tahan api, struktur beton dan pasangan bata.

· Dilengkapi dengan sarana komunikasi yang terhubung dengan pengatur

pusat/ruang pengendali yang terletak pada ruang utilitas.

· Bila terjadi kerusakan pada lift maka ruang pengendali dapat mendeteksi

dengan cepat kemudian dilakukan tindakan untuk perbaikanya.

3. Peringatan terhadap pengguna lift pada saat kebakaran, dipasang di tempat yang

mudah terlihat dan terbaca dengan tulisan tinggi huruf 30 mm yaitu pada tempat

masuk pada lobby penunggu ruang lift.

4. Penempatan lift kebakaran pada lokasi yang mudah dijangkau oleh penghuni karena

terletak pada salah satu pintu keluar yaitu pada bagian barat dari bangunan.

5. Sumber tenaga menggunakan 2 sistem yatiu dari PLN sebagai sumber utama dam

genset sebagai sumber cadangan.

Page 96: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

4.2.4.11 Cahaya Darurat

Periksa satu persatu kondisi cahaya darurat yang ada pada setiap lokasi evakuasi,

kemudian periksa kelengkapan dan ketentuan mengenai cahaya darurat. Kondisi cahaya

darurat adalah :

1. Dipasang disetiap tangga yang dilindungi terhadap kebakaran disetiap lantai dalam

kondisi baik, tidak rusak dan berfungsi.

2. Beroperasi secara otomatis dan memberikan pencahayaan yang cukup dengan daya

penerangan 20 watt, dilengkapi dengan baterai otomatis yang dapat menyala bila

listrik dalam keadaan mati, baterai dalam kondisi baik, tidak rusak dan berfungsi.

3. Tanda exit jelas terlihat dan dipasang berdekatan dengan pintu darurat, tanda panah

penunjuk arah terlihat dengan jelas.

Penilaian cahaya darurat pada setiap titik kemudian masukan penilaian pada Tabel 4.18

Tabel 4. 18 Penilaian Komponen Cahaya Darurat

4.2.4.12 Listrik Darurat

Listrik darurat dalam kondisi :

1. Sumber utama listrik dari PLN selain itu digunakan sumber listrik cadangan yaitu

generator yang sistem utamanya terletak pada ruang mekanikal elektrikal di

basement, pada ruang-ruang tertentu dilengkapi dengan batere untuk kondisi listrik

Jumlah Cahaya Darurat 33 buah

Jumlah Lantai Gedung 6 Lantai

LANTAI 1

1 Cahaya darurat 1 100 100 100 100.00 2 Cahaya darurat 2 100 100 100 100.00 3 Cahaya darurat 3 100 100 80 93.33 4 Cahaya darurat 4 100 100 100 100.00 5 Cahaya darurat 5 100 100 80 93.33

CAHAYA DARURAT

CAHAYA DARURAT

No

P e r n y a t a a n

Jumlah cahayaan darurat dipasang disetiap

tangga yang dilindungi terhadap kebakaran

sistem pencahayaan darurat beroperasi

otomatis dan memberikan

pencahayaan yang cukup

tanda exit jelas terlihat

Page 97: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

darurat dan dilengkapi panel penunjuk pada ruang pengendali sehingga setiap

penggunaan listrik ataupun kerusaka lainya dapat diketahui dan terdeteksi.

2. Instalasi kabel yang melayani sumber daya listrik dari PLN dan listrik darurat

memenuhi kabel tahan api, dalam tahap perbaikan/renovasi terdapat beberapa kabel

yang belum terbungkus secara aman.

4.2.4.13 Ruang Pengendali

Kondisi ruang pengendali adalah :

1. Diletakkan bersebelahan dengan ruang mesin/genset, ruangan ini desebut degan

ruang mekanikal elektrikal (ME) yang terletak pada basement.

2. Dilengkapi dengan alat komunikasi dan panel yang dapat menginformasikan tentang

sistem yang bekerja pada bangunan.

3. Konstruksi dinding terbuat dari pasangan bata dan konstruksi beton bertulang, yang

mampu menahan api bila terjadi kebakaran.

Tabel 4.19 Rekapitulasi Penilaian Sistem Proteksi Aktif

4.2.5 Manajemen Pencegahan Kebakaran

4.2.5.1 Pemeriksaan dan Pemeliharaan

Kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan dapat diamati dari kesiapan dokumen,

kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan meliputi kelengkapan tapak, sarana

penyelamatan, sistem proteksi pasif dan aktif. Setelah dilakukan pemeriksaan maka

Bobot Nilai

Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan

95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)

1 4 5 6 7 8 9 10

IV Sistem Proteksi Aktif 100 99,54

1 Deteksi dan alarm 8 100,00 - - 8,00

2 Siamens connection 8 100,00 - - 8,00

3 Pemadam api ringan 8 100,00 - - 8,00

4 Hidran gedung 8 99,33 - - 7,95

5 Sprinkler 8 100,00 - - 8,00

6 Sistem pemadam luapan 7 100,00 - - 7,00

7 Pengendalian asap 8 100,00 - - 8,00

8 Deteksi asap 8 100,00 - - 8,00

9 Pembuangan asap 7 100,00 - - 7,00

10 Lift kebakaran 7 100,00 - - 7,00

11 Cahaya darurat 8 - 94,95 - 7,60

12 Listrik darurat 8 100,00 - - 8,00

13 Ruang pengendali operasi 7 100,00 - - 7,00

2

No Parameter Pencegahan Kebakaran

Kategori Penilaian

Sub Sistem

Total

Bobot

Page 98: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dokumen pemeriksaan dapat dijadikan acuan pada pemeriksaan berikutnya, untuk

menentukan pemeriksaan secara berkala dan kondisinya, pemeriksaan dan pemeliharaan

yang dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan dan pemeliharaan berkala sumber air/ketersediaan air.

2. Pemeriksaan dan pemeliharaan berkala terhadap prasarana jalan lingkungan,

kondisi jalan tidak terdapat kerusakan dan jalan bebas hambatan.

3. Pemeriksaan dan pemeliharaan berkala terhadap hidran halaman dengan melakukan

pengecatan pada perpipaan dan hidran serta kotak hidran.

4. Pemeriksaan dan pemeliharaan berkala terhadap sarana penyelamatan, hal ini

terlihat dengan sarana jalan keluar yang bebas hambatan, walau pada titik tertentu

terdapat sedikit hambatan, seperti perletakan barang yang tidak pada tempatnya.

5. Pemeriksaan dan pemeliharaan berkala terhadap sistem struktur bangunan dengan

perbaikan baik dalam skala kecil maupun skala sedang atau berat.

6. Pemeriksaan dan pemeliharaan berkala terhadap sistem pencegahan aktif kebakaran

yang ditandai dengan sertifikat dari dinas terkait yaitu dinas pemadam kebakaran

kota Surakarta.

7. Pengujian pemeliharaan yang sifatnya rutin seperti pemeriksaan setengah tahunan

atau tahunan yang dilaksanakan oleh dinas teknis, serta pemeliharaan harian yang

dilaksanakan oleh teknisi pengelola bangunan.

8. Hasil catatan didokumentasi secara rapi oleh pihak pengelola bangunan.

4.2.5.2 Pembinaan dan Pelatihan

Kegiatan pembinaan dan pelatihan ini dilaksanakan kepada tenaga pengamanan

yang berjaga selama 24 jam, terbagi dalam 3 shift, untuk memonitoring dan memantau

kondisi bangunan, organisasi penangan bencana kebakaran secara tidak langsung berada

dibawah manajemen pengelola.

1. Pembinaan dan pelatihan terhadap personil penanganan dan pencegahan kebakaran

dilakukan terhadap security dibawah pengelola bangunan, dalam keadaan darurat

security berfungsi sebagai tim penyelamat dan penunjuk jalan dalam evakuasi.

Page 99: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Struktur organisasi penanggung jawab kebakaran/keadaan darurat tidak terdapat

dalam bagian khusus, akan tetapi berada dibawah manajemen selaku pengelola

bangunan.

3. Simulasi kebakaran yang melibatkan penanggung jawab pengelola bangunan belum

pernah dilakukan oleh pihak pengelola bangunan karena terkait dengan biaya dan

kesiapan sumber daya manusia.

4. Dilakuakan pelatihan terhadap kesiapan SDM dalam menghadapi kebakaran yaitu

pada setiap tahunya.

5. Petugas keamanan memahami tentang evakuasi dan tindakan penyelamatan bila

terjadi kebakaran.

6. Petugas yang ditempatkan sangat memahami dan mengetahui penggunaan alat

pemadam kebakaran dan lokasi evakuasi serta penempatan peralatan pemadam

kebakaran.

4.2.5.3 Rencana Keadaan Darurat (Fire Emergency Plan)

Rencana keadaan darurat dengan kondisi :

1. Mempunyai standar operating procedures (SOP) untuk pengendalian keadaan

darurat bila terjadi kebakaran atau kejadian lainya.

2. Sosialisasi SOP dilakukan kepada pengelola bangunan yang yang secara struktur

dibawah manajemen bangunan.

3. Tanda peringatan keadaan darurat dipasang di lokasi yang strategis dan mudah

dilihat serta tidak terhalang untuk memberikan peringatan dan evakuasi kepada

penghuni bangunan dalam keadaan darurat.

4.2.5.4 Pekerjaan Kerumahtanggaan (Fire safe housekeeping)

Penataan kerumahtanggaan selalu diawasi selama 24 jam, karena menyangkut

keamanan bangunan, dengan melaksanakan pengawasan menyeluruh dan pengaturan

interior. Kondisi pekerjaan kerumahtanggaan adalah :

1. Peralatan kebakaran yang bersifat aktif dalam lokasi yang tepat dan tidak

mengalami kerusakan serta peralatan berfungsi dengan baik, yang ditandai dengan

catatan pemeriksaan.

Page 100: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

2. Sarana keselamatan terutama pada jalur evakuasi yang ada bebas dari hambatan dan

tidak ada penghalang yang dapat mengganggu proses evakuasi.

3. Penataan bahan bakar sudah sesui dengan standar keselamatan yaitu diletakan

dengan aman dalam tempat yang sesuai serta terdapat petugas pengaman dan

pemantau kondisi bahan bakar. Pada salah satu tangga darurat ditemukan

penempatan bahan bakar cair (LPG) yang diletakkan pada bordes tangga yang dapat

membahayakan evakuasi.

4. Daerah merokok ditandai dengan jelas dan diberi zona tersendiri, dilengkapi dengan

asbak,tempat sampah dari logam.

5. Sampah dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering, dan selalu rutin

dibuang dalam tampungan sementara yang terletak secara terpisah di bagian

belakang bangunan.

6. Setiap ada pekerjaan renovasi/pemeliharaan bangunan selalu diawasi dan dikerjakan

oleh tenaga ahli baik dari pihak manajemen maupun dari pihak ketiga.

Tabel 4.20 Penilaian Sub Sistem Manajemen

Hasil penilaian Bangunan Solo Square dapat dilihat pada Lampiran 3

Bobot Nilai

Andal Kurang Andal Tidak Andal Penilaian Keandalan

95% - 100% 75 % - < 95 % < 75 % (%) Total (%)

1 4 5 6 7 8 9 10

V Sistem Manajeman 100 96,03

1 Pemeriksaan dan pemeliharaan 32 100,00 - - 32,00

2 Pembinaan dan pelatihan 24 - 86,67 - 20,80

3 Renc keadaan darurat/Fire emergency plan (FEP) 21 100,00 - - 21,00

4 Pek. kerumahtanggaan (Fire safe housekeeping) 23 96,67 - - 22,23

2

No Parameter Pencegahan Kebakaran

Kategori Penilaian

Sub Sistem

Total

Bobot

Page 101: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

86

32

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai desain sistem pemeriksaan

pencegahan kebakaran dan penerapannya adalah sebagai berikut :

1. Desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan

kebakaran merupakan salah satu alat bantu dalam menilai dan memeriksa

bangunan untuk tindakan pencegahan terhadap kebakaran pada bangunan

gedung.

2. Pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran harus

dilakukan pada level terkecil atau pada komponen bangunan, untuk dapat

memberikan penilaian/pemeriksaan yang lebih detail pada sistem pencegahan

kebakaran.

5.2. SARAN

1. Desain pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran

masih sangat terbuka untuk dikembangkan, untuk mendapatkan hasil yang

optimal pada sistem pemeriksaan terhadap bahaya kebakaran.

2. Pembobotan sistem pencegahan kebakaran pada bangunan gedung dapat

dilakukan pembobotan ulang demi kesempurnaan sistem ini.

3. Untuk menggunakan sistem pemeriksaan keandalan dalam pencegahan

kebakaran maka diperlukan tenaga ahli yang mengetahui bidang kebakaran

atau pencegahan kebakaran pada bangunan.

11

Page 102: tesis kebakaran s2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

4. Penilaian dan pembobotan sistem pencegahan kebakaran pada setiap fungsi

bangunan dapat berbeda-beda dan memerlukan kajian akademik tersendiri,

seperti standar pencegahan kebakaran pada bangunan pusat perbelanjaan

akan berbeda dengan standar untuk bangunan pendidikan/sekolah atau

bangunan perkantoran.

5. Sistem pencegahan kebakaran ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam

perencanaan dan desain bangunan gedung, untuk sistem proteksi aktif yang

digunakan disesuaikan dengan fungsi dan peruntukan bangunan.