tesis - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/bab i dan v.pdf · kunjungannya ke...

51
MAKNA ZIARAH DALAM PEMIKIRAN TASAWUF IBN ‘ARABI>< DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN BERAGAMA MODERN Oleh: Ali Usman N I M. 08.212.585 TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Studi Islam YOGYAKARTA 2010

Upload: hanga

Post on 08-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

MAKNA ZIARAH DALAM PEMIKIRAN TASAWUF IBN ‘ARABI>< DAN

RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN BERAGAMA MODERN

Oleh:

Ali Usman N I M. 08.212.585

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana

Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Studi Islam

YOGYAKARTA 2010

Page 2: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

 

   

Page 3: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

 

Page 4: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

 

 

   

Page 5: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

 

Page 6: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

v

MOTTO

“Hidup itu seperti seorang di perjalanan yang beristirahat di penginapan: ia berhenti sebentar untuk segera pergi lagi,

tubuhnya beristirahat, tetapi dengan budi ia sudah di tempat lain”. (Gregorius Agung, Moralia)

Ketika kuketuk pintu Tuhan aku menanti dengan kesabaran tidak dengan kegusaran hingga tampaklah oleh mata keagungan wajah-Nya dan datanglah sebuah panggilan padaku, bukan yang lain. Aku melingkupi Wujud dalam ilmu tiada sesuatu pun di hatiku kecuali Dia (Ibn ‘Arabi>, al-Futu>h{a>t al-Makkiyyah)

Page 7: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

vi

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini Dipersembahkan Kepada: Istri: Lailiyatis Sa’adah

Orangtua: Abd. Rahiem dan Maswiyatun, Saudara-saudara: Moh. Zeinudin dan

Moh. Imamuddin Baharsyah, “Telah Kutepati Janjiku”

Page 8: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

vii

Abstrak

Mencermati pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi>, terutama dalam konteks pengalaman-pengalaman ziarah yang ia jalankan, sungguh terdapat suatu keunikan, khas, dan tampak berbeda dibanding dengan pemikiran tasawuf sufi-sufi lain. Tokoh sufi yang dijuluki al-syaikh al-akbar itu adalah salah satu—untuk tidak mengatakan satu-satunya—seorang sufi berpengaruh yang dalam laku spiritual tasawufnya melakukan perjalanan ziarah, baik kepada guru-gurunya, ke kota suci Mekkah, Madinah, Yerusalem, hingga ziarah ke suatu tempat yang oleh kebanyakan orang (pengertian umum) lazim diidentikkan ke ‘makam’ atau ‘kuburan’ seseorang.

Ibn ‘Arabi> bukanlah tipologi seorang sufi yang cukup mengandalkan hati (al-qalb) untuk berziarah ke suatu tempat. Meskipun hati menurut kaum sufi merupakan organ tubuh yang disiapkan Allah untuk melakukan kontemplasi dan penyatuan dengan Yang Mutlak, sehingga sangat mungkin dalam melakukan ziarah ke mana pun, dapat dijangkau lewat pengalaman mistiknya, namun Ibn ‘Arabi> melampaui persepsi yang demikian. Ia justru selain memang memfungsikan “indera sufistiknya” untuk berkomunikasi langsung dengan Yang Ilahi, tapi juga melakukanya secara fisikli, yaitu menempuh perjalanan ziarah yang sangat jauh, dari waktu dan tempat berbeda.

Atas dasar itulah, penelitian ini berusaha menjawab teka-teki Ibn ‘Arabi> tentang apa sebenarnya makna ziarah baginya; mengapa ia melakukan ziarah; dan dalam konteks kehidupan beragama modern, berusaha mencari nilai relevansi pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi> dengan zaman modern sekarang ini. Oleh karenanya, upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, sekaligus pula menjadi tujuan dari penelitian ini, yaitu dapat mengetahui makna ziarah dalam ajaran tasawufnya. Setelah itu, baru mencari nilai relevansinya dengan kehidupan beragama modern berdasarkan pengalaman-pengalaman ziarah menurut setidaknya tiga agama besar dunia: Kristen (Katolik), Yahudi, dan Islam.

Bagi Ibn ‘Arabi>, ziarah mempunyai fungsi yang sangat signifikan untuk meningkatkan kualitas kesufiannya. Di samping ziarah, yang memang identik dengan aktivitas berkunjung kepada seseorang yang telah meninggal atau ke tempat-tempat mulia, ia juga melakukan silaturrahmi kepada teman dan guru-gurunya. Antara ziarah dan silaturrahmi, memang terdapat perbedaan terutama bila dilihat dari objek tujuannya, tapi Ibn ‘Arabi seringkali melakukannya secara serempak atau bersamaan.

Dengan mencermati pengalaman-pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi>, tampak adanya dua kategori ziarah yang ia lakukan, yaitu ziarah dalam arti fisik, seperti kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. Sementara ziarah dalam arti non-fisik atau metafisik, ia lakukan bersama makhluk-makhluk Allah yang gaib, dan termasuk pula saat ia melakukan mi’ra>j menaiki tujuh tingkatan langit. Berdasarkan pengalaman-pengalaman inilah ziarah bagi Ibn ‘Arabi> mempunyai makna setidaknya dua hal, yakni untuk memenuhi panggilan Ilahi, yang menurut pengakuannya, ia mendapat perintah langsung dari-Nya; dan dengan berziarah, menjadikan kualitas kesufian Ibn ‘Arabi> semakin tinggi.

Pengkajian terhadap makna ziarah Ibn ‘Arabi> ini juga memberikan kesadaran bahwa aktivitas ziarah merupakan fakta dan fenomena sosial yang terjadi di semua agama. Ziarah spiritiul Ibn ‘Arabi> membangunkan kesadaran umat

Page 9: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

viii

beragama sekarang ini, adanya ziarah yang hanya berorientasi pada bisnis dan pariwisata (tour) semata. Sementara wisata yang lebih berorientasi pada religiusitas dan spiritual, sangatlah minim terjadi.

Hasil pengkajian, sebagaimana dipaparkan di atas, tentu memerlukan ketekunan dalam melakukan analisa. Pelacakan terhadap ajaran-ajaran tasawuf Ibn ‘Arabi> yang berkenaan dengan ziarah, tidaklah mudah dilakukan. Selain karena betapa rumit memahami bahasa yang ia gunakan di beberapa karyanya, juga tidaklah sistematis dan terkesan acak di lembaran-lembaran tulisannya. Untuk mengatasi problem ini, penulis menggunakan perangkat atau unsur-unsur metode: (1) Deskripsi, yakni dengan mengutip langsung pendapat-pendapat Ibn ‘Arabi>, (2) Interpretasi, digunakan untuk menafsir makna dari pendapatnya, dan (3) Komparasi, yang penulis gunakan untuk membandingkan pendapatnya itu dengan tokoh-tokoh sufi lain.

Kemudian agar lebih jauh dalam memahami pemikirannya, penulis menggunakan pendekatan sufistik dan sosio-antropologis. Pendekatan sufistik dimaksudkan untuk menangkap secara empatik maksud dan tujuan filosofi pemikirannya tentang ziarah, yang itu merupakan bagian dari ajaran tasawufnya. Sedangkan pendekatan sosio-antropologis merupakan perangkat analisis yang digunakan penulis untuk mengurai fenomena ziarah sebagai fakta yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh Ibn ‘Arabi>, tapi juga oleh masyarakat luas di zaman modern. Penulis sengaja memilih pendekatan sosio-antropologis, karena hasil penjelasan dalam penelitian ini tidak menginginkan suatu uraian bercorak teologis, yang cenderung larut dalam perdebatan fiqhiyah soal boleh tidaknya seseorang melakukan ziarah.

Page 10: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

Alif

ba’

ta’

sa’

jim

ha’

kha

dal

żal

ra’

zai

sin

syin

s ad

dad

ta

za

Tidak dilambangkan

b

t

s

j

h

kh

d

ż

r

z

s

sy

s

d

t

z

Tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

Page 11: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

x

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

‘ain

gain

fa

qaf

kaf

lam

mim

nun

waw

ha’

hamzah

ya

g

f

q

k

l

m

n

w

h

'

y

koma terbalik

ge

ef

qi

ka

‘el

‘em

‘en

w

ha

apostrof

ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap

ةددعتم

عدة

ditulis

ditulis

Muta'addidah

‘iddah

C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h

ةمكح

ةلع

ءايلوألا ةمارك

رطفلا ةاكز

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

Hikmah

'illah

Karāmah al-auliyā'

Zakāh al-fitri

D. Vokal Pendek

__�___

لعف

fathah

ditulis

ditulis

a

fa'ala

Page 12: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xi

_____

ركذ

_____

بهذي

kasrah

dammah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

i

żukira

u

yażhabu

E. Vokal Panjang

1

2

3

4

Fath ah + alif

ةيلهاج

Fath ah + ya’ mati

ىسنت

Kasrah + ya’ mati

ميرك

Dammah + wawu mati

ضورف

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ā

jāhiliyyah

ā

tansā

i

karim

ū

furūd

F. Vokal Rangkap

1

2

Fathah + ya’ mati

مكنيب

Fathah + wawu mati

لوق

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan

Apostrof

متناا

اعدت

متركش نئل

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

u’iddat

la’in syakartum

Page 13: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xii

H. Kata Sandang Alif + Lam

Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan

huruf "al".

نارقلا

سايقلا

ءامسلا

سمشلا

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

al-Qur’ān

al-Qiyās

al-Samā’

al-Syam

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

ضورفلا ىوذ

ةنسلا لها

ditulis

ditulis

żawi al-furūd

ahl al-sunnah

Page 14: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xiv

KATA PENGANTAR

Dengan berhasilnya merampungkan tesis ini, merupakan akhir dari cerita

pengembaraan studi S2 yang penulis tempuh secara formal di Program

Pascasajana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Terlalu banyak untuk dikata, terlalu

banyak untuk dikenang, dan terlalu banyak untuk ditulis.

Karya ini termasuk kenangan mengesankan selama masa studi. Pergulatan

batin dan pergolakan pemikiran yang penulis alami, telah tertumpahruah di dalam

karya ini, meski tak sepenuhnya maksimal. Mungkin ini adalah wujud nyata dari

sebuah slogan terkenal, “Aku menulis, maka Aku ada”.

Tentu saja, terselesaikannya skripsi ini tidak bisa menafikan orang-orang

yang secara langsung maupun tidak langsung ikut andil membantu penulis, baik

teknis mapun non-teknis. Karenanya, tidak ada kata yang pantas terucap kecuali

ucapan terima kasih penulis haturkan kepada mereka. Kepada Prof. Dr. H. Amin

Abdullah, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, salut untuk

progresivitas pemikirannya; Ketua Prodi Agama dan Filsafat, Dr. Alim

Roswantoro, M.Ag, dan Sekretaris Prodi, Dr. Mustaqim, M.A, terima kasih atas

didikannya. Kepada pembimbing, Dr. Syaifan Nur, M.A, terima kasih atas

ketelatennya membimbing penulis, dan kesediannya bertukar pikiran dengan

memberikan kritik dan saran yang mencerahkan. Terima kasih juga kepada Prof.

Dr. H. Fauzan Naif, M.A, atas pertanyaan-pertanyaan kritisnya di ruang ujian.

Kepada keluarga atau orang tua penulis, Abd. Rahiem dan Maswiyatun,

sembah ta’dhim selalu untukmu. Terima kasih atas do’a tulusmu untuk

kesuksesanku; kepada saudara-saudaraku, Moh. Zeinudin dan Moh. Imamuddin

Page 15: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xv

Baharsyah, karena kalianlah penulis tetap tegar, dan bersemangat untuk terus

belajar; kepada semua teman-temanku yang tidak mungkin penulis sebut satu

persatu, kalian semua adalah penyemangatku; dan kepada istri yang selalu setia

menemani, Lailiyatis Sa’adah (dan calon anakku yang masih di kandungan),

engkau selalu ada untukku. Terima kasih atas semuanya.

Kini perasaan gelisah bercampur gundah menancap dalam benak. Seakan

berat, dan tak kuasa menahan sedih bila mengingat sejuta kenangan selama masa

studi.

Kepada Tuhan-lah segalanya berserah diri.

Yogyakarta, 27 Agustus 2010

Ali Usman

Page 16: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................. iv

MOTTO ......................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

TRANSLITERASI ........................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... xiii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 7

D. Kajian Pustaka ............................................................................................ 7

E. Kerangka Teori ............................................................................................ 14

F. Metode Penelitian ....................................................................................... 18

1. Sumber Data .......................................................................................... 19

2. Metode Analisis Data ............................................................................ 19

3. Pendekatan ............................................................................................. 20

G. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 21

Page 17: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xvii

BAB II: BIOGRAFI IBN ‘ARABI<

A. Perjalanan Karir Intelektual Ibn ‘Arabi> ...................................................... 24

B. Karya-karyanya ........................................................................................... 35

C. Pengaruh Pemikirannya ............................................................................... 45

BAB III: PENGALAMAN ZIARAH SPIRITUAL DALAM KERANGKA

PEMIKIRAN TASAWUF IBN ‘ARABI<

A. Interpretasi Terhadap Pengalaman Ziarah Ibn ‘Arabi> ................................. 50

A.1. Pengertian Mendasar antara Ziarah Religius dan Non-Religius ........ 50

A.2. Memadukan Fungsi Ziarah dan Silaturrahmi ...................................... 53

B. Jejak Rekam Ziarah Ibn ‘Arabi> .................................................................. 59

B.1. Ziarah dalam Arti Perjalanan Fisik ...................................................... 59

a. Ziarah ke Kota Suci Mekkah .......................................................... 59

b. Pengalaman Ziarah Kubur .............................................................. 69

B.2. Ziarah dalam Arti Perjalanan Metafisik .............................................. 72

a. Ziarah Bersama Makhluk Allah yang Gaib .................................... 72

b. Ziarah ke Hadapan Ilahi: Pengalaman Mi’ra>j ................................. 77

C. Makna Ziarah Bagi Ibn ‘Arabi> ................................................................... 84

B.1. Memenuhi Panggian Ilahi .................................................................... 84

B.2. Menutup Kewalian Muhammad .......................................................... 88

BAB IV: RELEVANSI PENGALAMAN ZIARAH IBN ‘ARABI< DENGAN

KEHIDUPAN BERAGAMA MODERN

A. Ziarah dalam Lintasan Sejarah Pengalaman Agama-agama ....................... 99

A.1. Pengalaman Kristen ............................................................................ 101

A.2. Pengalaman Yahudi ............................................................................ 107

A.3. Pengalaman Islam ............................................................................... 111

B. Ziarah antara Panggilan Spiritual dan Wisata ............................................. 122

Page 18: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

xviii

BAB V: PENUTUP ........................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 132

BIODATA PENULIS ...................................................................................... 137

Page 19: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ziarah adalah aktivitas mengunjungi suatu tempat yang oleh pandangan

umum masyarakat (peziarah) biasanya diyakini mengandung unsur-unsur

keramat, sacral, dan suci.1 Secara leksikal bahasa, kata ziarah diserap dari bahasa

Arab ziya>rah, yang berarti ‘berkunjung atau mengunjungi sesuatu’,2 atau dapat

pula bermakna ‘datang dengan maksud untuk bertemu’.3

Di Eropa, para peziarah disebut “Pilgrim” dalam bahasa Inggris, “Pilger”

dalam bahasa Jerman dan “Pelerin” dalam bahasa Perancis. Semua kata ini berasal

dari bahasa Latin; peregrinus, artinya orang yang kris-kras, silang-menyilang

melintasi ladang dan daerah.4 Dalam pemahaman masyarakat, secara teknis, kata

ziarah ini menunjuk pada aktivitas mengunjungi tempat atau lebih tepatnya

makam tertentu, seperti makam nabi, wali, pahlawan, kerabat keluarga, dan lain-

lain. Di kalangan penganut agama Nasrani, ziarah bermakna kunjungan dari

rumah ke rumah.5

Namun yang pasti, sebagian besar umat beragama di dunia menjalankan

praktik ziarah sebagai bagian dari ungkapan rasa keberagamaan di samping ritus-

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1988), hlm. 1.018. 2 Lihat Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Asri, (Yogyakarta: Multi Karya

Grafika, Cet. VIII, tt), hlm. 1028. 3 Louis Ma’luf al-Yassu’i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’I, Kamus al-Munjid, (Beirut: Dar

El-Machreq Sarl Publishers, 1997), hlm. 310. 4 Lihat Bernhard Kieser, “Berjiwa Ziarah Asli”, dalam Majalah Basis, No. 09-10 Tahun ke-

56, September-Oktober 2007, hlm. 11. 5 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Asri…, hlm. 1028.

Page 20: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

2

ritus keagamaan yang ada. Para pemeluk agama Buddha, misalnya, meyakini

kesucian tempat kelahiran Sang Buddha di Kapilavastu, tempat Sang Buddha

mencapai pencerahan rohani di Bodh Gaya, tempat Sang Buddha untuk kali

pertama menyampaikan ajaran di Benares, dan tempat Sang Buddha mencapai

Parinirwana di Kusinagara. Di keempat tempat yang dianggap suci itulah umat

Buddha melakukan ziarah.6

Di kalangan umat Katolik, ziarah dilakukan dengan mengunjungi tempat-

tempat suci seperti kelahiran Yesus di Nazaret, Taman Getzemani, Bukit Golgota,

Basilika Santo Petrus, Lourdes, Taizé, Gua Maria di Pohsarang, Kediri dan

Sendangsono. Umat Yahudi atau Yudaisme berziarah ke Yerusalem, sedangkan

umat Islam berziarah ke Mekkah.7 Umat Hindu konon paling banyak memiliki

tempat ziarah, misalnya Allahabad Arunachala, Ayodhya, Chidambaram,

Dakshineshwar, Dharmasthala, Dwarka, Gaya, Guruvayoor, dan Hampi; umat

Bahai berziarah ke Haika. Di Kyoto, Jepang, umat Shinto berziarah ke kuil-kuil

dan doa dipanjatkan dengan menuliskan keinginan yang ingin dikabulkan.

Di luar ziarah keagamaan, ziarah juga dilakukan di tempat orang bersejarah

lahir atau disemayamkan. Mausoleum Lenin di Lapangan Merah Moskow sangat

populer dikunjungi, tidak hanya oleh komunis tetapi juga turis dari manca negara.

Demikian pula dengan makam Mao di Lapangan Tiananmen, Cina ramai

dikunjungi turis manca negara. Di Indonesia, makam Bung Karno memiliki

6 Agus Sunyoto, “Ziarah dalam Sufisme Jawa”, dalam Majalah Basis, No. 09-10 Tahun

ke-56, September-Oktober 2007, hlm. 27. 7 Ziarah ke Mekkah dalam tradisi Islam, merupakan rukun iman kelima, yang diatur

secara normatif-teologis—atau yang biasa dikenal dengan istilah “menunaikan haji”.

Page 21: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

3

pesona untuk masyarakat Indonesia berziarah; begitu juga dengan makam raja-

raja di Imogiri dan Wali Sanga.8

Dalam agama Islam, ziarah yang berarti mengunjungi pemakaman dapat

dilacak awal mulanya dalam doktrin hadis Nabi, yang menganjurkan umat muslim

untuk berziarah kubur. Oleh Nabi Muhammad, dikatakan dalam hadis itu, tradisi

ziarah kubur mula-mula dilarang karena ia khawatir akan terjadi syirik

(menduakan atau menyekutukan Tuhan). Namun larangan itu berubah statusnya

menjadi anjuran (sunnah), yang bertujuan agar setiap manusia mengingat mati,

sadar diri siapakah kita dan untuk apa hidup di dunia, yang dengannya diharapkan

semakin meningkatkan ibadah kepada Sang Khalik.

Legalitas ziarah dengan maksud tersebut dapat dicermati dari hadis S{ah{i>h{

riwayat Muslim, al-Tirmid{i>, Abu> Da>wu>d dan Ibn Ma>jah. Hadis riwayat Muslim

menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Aku (dulu) melarang ziarah kubur,

(sekarang) berziarahlah kalian. Riwayat al-Tirmid{i> menyatakan, “Aku (dulu)

melarang kalian ziarah kubur, dan Muhammad sudah diizinkan menziarahi kubur

ibunya, maka berziarahlah kalian, karena hal tersebut dapat mengingatkan pada

akhirat”. Sedangkan hadis riwayat Abu> Da>wu>d dan Ibn Ma>jah lebih lugas lagi

karena diterangkan bahwa berziarah pada makam orang-orang non muslim juga

diperbolehkan, untuk mengingat orang-orang yang menolak panggilan iman.9

Namun demikian, ziarah sebagai kunjungan ke makam-makam atau ke

tempat-tempat suci—seperti yang terkait dengan para wali—sempat memperoleh

8 Etty Indriati, “Nyekar dan Refleksi Siklus Hayati”, dalam Majalah Basis, No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007, hlm. 42.

9 Dengan berziarah, setidaknya mengingatkan pada dua hal, yakni kehidupan orang yang diziarahi, dan akibat dari perbuatan yang dilakukan di hari kemudian. Lihat Purwadi, dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 3.

Page 22: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

4

kritik, dan bahkan kecaman dari beberapa pemikir muslim atau ulama. Suara

paling keras dan tajam berasal dari para pengikut Hanbali>. Ibn ‘A<qil (w. 1119),

Ibn Taymiyyah (w.1328), dan Ibn Qoyim al-Jawziyah (w.1350) adalah beberapa

nama yang dapat disebut. Reaksi para pengikut Wahhabi tak kalah kerasnya.

Ketika pasukan tentara di bawah pimpinan putra-putra Muh{ammad bin ‘Abd al-

Wahha>b (w. 1791) dan Muh{ammad bin Su’ud (w.1765), berhasil menguasai

Mekkah dan Madinah serta daerah sekelilingnya, mereka lalu menghancurkan

makam serta segala peninggalan keluarga nabi. Mereka menolak segala bentuk

ziarah dan tindakan ritual yang brhubungan dengannya, karena di mata kelompok

Wahhabi itu, semuanya dapat membawa pada upaya penyekutan (syirk) dan

bid’ah.

Kritik keras beserta kecaman yang dilakukan kelompok Wahhabi tersebut

dalam perjalanannya, bahkan hingga saat sekarang, mendapat reaksi beragam dari

sejumlah kalangan yang pendapat-pendapatnya berseberangan dengan pengikut

Muh{ammad bin ‘Abd al-Wahha>b. Bagi mereka yang keberatan dan tidak setuju

dengan sikap keras kelompok Wahhabi berpendapat, bahwa ziarah sesungguhnya

jauh dari perbuatan syirk dan bid’ah. Sebaliknya, dengan ziarah, merupakan

amaliah yang dengannya seseorang—meminjam pendapat Agus Sunyoto—

mengandung makna rohaniah (untuk) mengingat kembali, memperkuat keyakinan,

menyadari kefanaan hidup di dunia, dan memperoleh berkah keselamatan.10

Bagi masyarakat yang menganut Islam tradisional, fatwa-fatwa kaum

Wahhabi yang melarang ziarah kubur dianggapnya angin berlalu. Banyak di

10 Agus Sunyoto, “Ziarah dalam Sufisme Jawa”…, hlm. 27.

Page 23: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

5

antara mereka dengan sangat khusyu’ tetap menjalankan ritual ziarah ke makam-

makam yang dianggap “keramat”, sebagai media untuk mendekatkan diri kepada

Sang Pencipta. Bahkan ada kalanya, tradisi ziarah ke tempat-tempat suci, tidak

lagi sebagai ritual temporal pada waktu-waktu tertentu saja, tapi lebih dari itu,

sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kesehariannya untuk beribadah dan

mengabdi kepada Allah Swt. Sang Pencipta.

Di antara salah seorang yang secara konsisten menjalankan laku ziarah ini

adalah tokoh sufi kenamaan asal Andalusia bernama Ibn ‘Arabi>. Ketokohannya

sebagai guru sufi yang bergelar syaikh al-akbar (guru agung) dibangun atas dasar

spiritualitas yang sangat tinggi dan mengagumkan. Ibn ‘Arabi> merupakan

peziarah yang ulung. Menurut Bagus Laksana, ia gemar melakukan khalwat di

kuburan-kuburan dan perjalanan ziarah dalam proses laku spiritualnya, di mana

dia juga sering mendapatkan pengalaman rohani istimewa, yakni berkomunikasi

intensif dengan orang-orang suci sufi yang telah meninggal.11

Karena itu, dapatlah dimengerti bahwa ketokohan Ibn ‘Arabi> hingga

mendapat gelar syaikh al-akbar dilandasi oleh laku spiritual ziarahnya. Sebab,

lebih dari separuh hidupnya, Ibn ‘Arabi> melakukan perjalanan ziarah menyusuri

jalan dan tempat-tempat suci. Perjalanan ziarahnya itu tidak hanya karena

panggilan rohani, tapi juga dengan ziarah, dapat menginspirasi dirinya untuk

menulis ragam topik keagamaan, yang ia kemukakan dalam banyak karyanya,

seperti al-Futu>h{a>t al-Makkiyah yang ditulis semasa berada di Mekkah.

11 Bagus Laksana, “Ziarah Kasiyo Sarkub”, dalam Majalah Basis, No. 09-10 Tahun ke-

56, September-Oktober 2007, hlm. 16.

Page 24: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

6

Sebagaimana yang akan ditunjukkan nanti, Ibn ‘Arabi> tidak hanya

melakukan laku ziarah begitu saja tanpa makna dan alasan-alasan tertentu. Lewat

karya-karyanya yang ia tulis sendiri, Ibn ‘Arabi> mengemukakan sejumlah

argumen dan detail jawaban tentang mengapa ziarah itu ia lakukan. Bagi Ibn

‘Arabi>, ziarah adalah laku spiritual yang mesti dilakukan oleh mereka yang ingin

mengecap indahnya kebersamaan dengan Allah. Ziarah dapat memediasi seorang

hamba untuk melakukan kontak hubungan yang sangat dekat dan intim dengan

Sang Khalik.

Ibn ‘Arabi> tidak membatasi diri pada ziarah ke makam-makam, tapi secara

lebih luas ia melakukan ziarah kepada sejumlah tempat, orang-orang tertentu yang

diyakini sebagai wali dan mempunyai kara>mah, dan bahkan ke makhluk gaib

seperti jin, malaikat hingga Dzat Tuhan ‘Azza Wajalla. Oleh sebagian orang,

pengalaman-pengalaman spiritual semacam ini dikesankan tampak mustahil untuk

dinalar dan dianggap tidak mungkin terjadi. Namun pada diri Ibn ‘Arabi>, kesan-

kesan mustahil itu tidaklah berlaku.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini diwujudkan dalam pertanyaan-

pertanyaan berikut ini:

1. Apa makna ziarah dalam tasawuf Ibn ‘Arabi>?

2. Mengapa Ibn ‘Arabi> melakukan ziarah?

3. Bagaimanakah relevansi tradisi ziarah dalam tasawuf Ibn ‘Arabi> dengan

kehidupan beragama modern?

Page 25: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan

1. Mengetahui makna ziarah dalam tradisi sufisme, dan secara khusus pada

ajaran tasawuf Ibn ‘Arabi>

2. Mengetahui maksud dan tujuan Ibn ‘Arabi> dalam melakukan ziarah

3. Memahamai relevansi laku ziarah yang dipraktikkan Ibn ‘Arabi> dengan

realitas kehidupan beragama modern

b. Kegunaan

1. Memberikan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan studi tasawuf

Ibn ‘Arabi>

2. Mengetahui makna dan alasan-alasan seorang sufi melakukan ziarah

dalam praktik tasawufnya

3. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perilaku keberagamaan

masyarakat yang menjalankan laku ziarah di zaman modern sekarang ini

D. Kajian Pustaka

Studi atau kajian tentang makna ziarah dalam tradisi sufisme, atau yang

secara khusus ziarah dalam pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> tidaklah banyak

dilakukan. Penelitian-penelitian yang sudah ada tentang ‘ziarah’, umumnya

berbicara pada tiga hal, yaitu ulasan tentang ziarah secara general; pembahasan

Page 26: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

8

yang difokuskan pada wali dan tempat-tempat suci seperti makam yang menjadi

objek ziarah; dan kalau pun ada yang membahas tentang ziarah Ibn ‘Arabi>

biasanya hanya menjelaskan perjalanan hidupnya dari waktu ke waktu yang

merupakan biografi hidup sang syaikh.

Sementara argumen-argumen yang menjelaskan mengapa Ibn ‘Arabi>

melakukan ziarah dalam tasawufnya tidaklah banyak diungkap oleh peneliti-

peneliti sebelumnya. Apalagi, upaya untuk mencari relevansi pemikirannya

tentang ziarah yang ia lakukan terhadap situasi kehidupan modern juga sangat

jarang ditemukan di kepustakaan. Tetapi sebagai sebuah perbandingan dan

sumber sekunder dari penulisan penelitian ini, berikut beberapa tulisan yang

terkait dengan ziarah.

Ja’far Subhani menulis buku Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah

Wali, Termasuk Ajaran Islam: Kritik atas Faham Wahhabi,12 yang di dalamnya

melakukan kritik balik kepada kelompok dan pengikut Wahhabi pandangannya

yang membid’ahkan ziarah kubur, tawassul, tabarruk dan karomah wali.

Sayangnya, buku yang diterjemahkan dari bahasa Arab Wahhabiyyah fi> al-Mi>za>n

itu tidak membahas pandangan-pandangan dan laku ziarah yang dijalnakan oleh

Ibn ‘Arabi. Tetapi, buku ini sangat berarti untuk membangun argumen terhadap

penolakan laku ziarah oleh kelompok tertentu, dan termasuk pula dalam penulisan

penelitian ini.

12 Ja’far Subhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, karamah Wali, Termasuk Ajaran

islam: Kritik atas Faham Wahhabi. (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989).

Page 27: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

9

Hasil kajian Purwadi, dkk. yang dibukukan berjudul Jejak Para Wali dan

Ziarah Spiritual13 menjelaskan laku ziarah masyarakat Indonesia terhadap

makam-makam para wali (Sunan) yang tersebar di banyak daerah. Pembahasan

yang menyangkut perihal apa arti dan maksud ziarah dikemukakan dalam bab

awal. Tapi di bab-bab berikutnya, Purwadi, dkk. memfokuskan pada ketokohan

dan khrismatik para wali, seperti Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan

Bonang, Sunan Kalijaga, dan lain sebagainya.

Buku-buku lain tentang ziarah dalam arti perjalanan atau semacam catatan

perjalalan ditulis oleh penulis dan pemikir kenamaan A. Sudiarja berjudul

Perjalanan Ziarah: Sebuah Permenungan.14 Dalam buku ini, A. Sudiarja menulis

catatan-catatan permenungannya selama ia berkeliling ke kota-kota di Eropa,

seperti Roma dan Italia. A. Sudiarja mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang

itu erat kaitannya dengan religiusitas dalam tradisi agama Kristen.

Dalam Islam, catatan ziarah suatu perjalanan juga pernah dilakukan oleh

ulama kharismatik Hamka, yang menulis buku Di Bawah Lindungan Ka’bah.15

Dalam buku ini, Hamka menguraikan kisah dramatis pertemuannya dengan

seorang peziarah bernama Hamid, yang melakukan perjalanan jauh dari bumi

Sumatera menuju ke beberapa negara, dan pada akhirnya bermukim di Mekkah.

Sedikit berbeda dengan A. Sudiarja dan Hamka, Nurcholis Madjid pernah

menulis buku Perjalanan Religius ‘Umrah dan Haji.16 Dalam buku ini,

cendekiawan muslim Nurcholis Madjid atau yang biasa dipanggil Cak Nur itu

13 Purwadi, dkk, Jejak Para Wali… 14 A. Sudiarja, Perjalanan Ziarah: Sebuah Permenungan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994). 15 Hamka, Di Bawah Lindungan Ka’bah, (Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 31, 2009). 16 Nurcholis Madjid, Perjalanan Religius: ‘Umrah dan Haji, (Jakarta: Paramadina, Cet.

II, 2000).

Page 28: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

10

menjelaskan tema-tema menarik tentang pengalaman-pengalaman ziarahnya lewat

perjalanan religius ke beberapa tempat sewaktu ia (mungkin) menunaikan ibadah

haji. Uraiannya tentang Yerusalem dan Mekkah, ziarah ke makam Rasulullah, dan

lain-lain, sangat relevan untuk dirujuk dalam penelitian ini—meskipun juga tidak

secara spesifik berbicara tentang ziarah dalam tradisi sufi, atau pengamalan

tasawuf Ibn ‘Arabi>.

Dalam buku Claude Addas Ibn ‘Arabi> ou La quete du Soufre, yang

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Mencari Belerang Merah:

Kisah Hidup Ibn ‘Arabi> 17 menunjukkan bahwa Ibn ‘Arabi> sebagai peziarah yang

sangat bersemangat. Penulisan biografi Ibn ‘Arabi> ini sangatlah kritis dan

komprehensif. Di dalamnya, sangat tampak Ibn ‘Arabi> menjalani ziarah-ziarah ke

banyak tempat suci, dan termasuk pula kepada guru-gurunya. Hanya saja, Claude

Addas mendeskripsikan perjalanan ziarahnya Ibn ‘Arabi> dalam suatu setting

historisnya, dan tidak melakukan analisis secara sistematis mengapa Ibn ‘Arabi>

melakukan hal itu. Namun tidak dapat dipungkiri, kalau kehadiran penelitian atau

buku Claude addas itu sangatlah berarti untuk penulisan penelitian ini.

Buku lain yang mengkaji pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> dan mendapat

respons positif serta seringkali dirujuk oleh peneliti-peneliti lain adalah karya

William Chittick The Sufi Path of Knowledge: Ibn ‘Arabi>’s Metaphysics of

Imagination;18 Henry Corbin Creative Imagination in the Sufism of Ibn ‘Arabi;19

17 Claude Addas, Mencari Belerang Merah, Kisah Hidup Ibn ‘Arabi>, terj. Zaimul Am,

(Jakarta: Serambi, 2004). 18 William Chittick, The Sufi Path of Knowledge: Ibn al-‘Arabi>’s Metaphisycs of

Imagination, (New York: State University of New York Press, 1989). 19 Henry Corbin, Creative Imagination in the Sufism of Ibn ‘Arabi>, terj. Ralph Manheim,

(New Jersey: Princeton, 1969).

Page 29: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

11

A.E. Afifi A Mystical Philosophy of Muhyidin Ibn ‘Arabi>;20 dan Seyyed Hossein

Nasr, Three Muslim Sages: Avicenna, Suhrawardi, Ibn ‘Arabi>;21 Stephen

Hirtenstein, The Unlimited Mercifier: The Spiritual Life and Thought of Ibn

‘Arabi>.22

Kelima peneliti itu mempunyai spesikasi dan fokus penelitian yang berbeda.

William Chittick mengklasifikasi secara tematik dari berbagai persoalan yang

dibahas oleh Ibn ‘Arabi>, terutama di dalam karya magnum opus-nya, al-Futu>h{a>t

al-Makkiyah; Henry Corbin mengkaji persoalan peran imajinasi dalam tasawuf

Ibn ‘Arabi>; A.E. Afifi mengambil langkah serupa dengan Chittick, tetapi

spesifikasinya yang berbeda, yaitu mengkaji dimensi-dimensi epistemologi,

ontologi, dan aksiologi atas pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi>; Seyyed Hossein Nasr

lebih pada ekspolarasi biografi dan beberapa bagian ajaran-ajaran tasawufnya.

Kesemuanya itu tentu saja sangat diperlukan untuk membantu dalam

melakukan analisis persoalan pada penelitian ini; dan tulisan Stephen Hirtenstein

sejalan dengan Claude Addas, yaitu mengeksplorasi ajaran dan perjalanan

kehidupan Ibn ‘Arabi>. Pada tulisan kedua pengkaji tersebut (Stephen maupun

Addas) saling melengkapi satu sama lain, dan karenanya sangat penting dalam

melakukan analisis di penelitian ini.

Di Indonesia, kajian yang cukup komprehensif terhadap salah satu pokok

pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> adalah dilakukan Kautsar Azhari Noer berjudul Ibn

20 A. E Afifi, Filsafat Mistis Ibn ‘Arabi>, terj. Sjahrir Mawi dan Nandi Rahman, (Jakarta:

Gaya Media Pratama, 1989). 21 Seyyed Hossein Nasr, Three Muslim Sages: Avicenna, Suhrawardi, Ibn ‘Arabi>,

(Cambridge: Harvard University Press, 1969). 22 Stephen Hirtenstein, Dari Keragaman ke Kesatuan Wujud, Ajaran dan Kehidupan

Syaikh al-Akbar Ibn ‘Arabi>, terj. Tri Wibowo Budi Santoso, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001).

Page 30: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

12

‘Arabi>: Wah{dat al-Wuju>d dalam Perdebatan.23 Buku yang pada mulanya hasil

disertasi penulisnya ini merupakan satu-satunya karya tulis tentang konsep

wah{dat al-wuju>d yang ada di Indonesia. Laku spiritual ziarah Ibn ‘Arabi> dapat

ditinjau dalam kerangka wah{dat al-wuju>d-nya, sehingga buku ini tentu sangat

diperlukan untuk kepentingan analisis persoalan yang dikaji.

Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot dalam bukunya, Le culte des saints

dans le monde musulman, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

Ziarah dan Wali di Dunia Islam,24 memberikan sumbangsih pemikiran yang

sangat baik untuk kajian-kajian ziarah dalam dunia Islam. Dalam buku ini tampak

layaknya ensiklopedi ziarah ke makam-makam wali di seluruh dunia, dan di

dalamnya juga, antropolog Perancis itu memasukkan salah satu situs makam di

Indonesia ke dalam peta ziarah dan wali di dunia Islam. Fokus tulisan dalam

penelitian ini lebih mengarah pada pengertian ziarah sebagai aktivitas kunjungan

ke makam-makam wali.

Sukidi menulis buku New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama,25 yang di

dalamnya menjelaskan tentang fenomena-fenomena model keberagamaan

sebagain masyarakat modern di luar batas-batas “agama formal”. Buku ini dapat

dijadikan rujukan dan pisau analisis untuk melihat lebih jauh tentang fenomena

ziarah yang ada di semua gama-agama dunia. Boleh jadi, fenomena ziarah

tersebut dapat dikategorikan sebagai new age, meskipun masih perlu diteliti lebih

lanjut.

23 Kautsar Azhari Noer, Ibn al-‘Arabi>: Wah{dat al-Wuju>d dalam Perdebatan, (Jakarta: Paramadina, 1995).

24 Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot, Ziarah dan Wali di Dunia Islam, terj. Jean Couteau, (Jakarta: Serambi, 2007).

25 Sukidi, New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama, (Jakarta: Gramedia, 2001).

Page 31: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

13

Sebagai perbandingan dan pengalaman ziarah lintas agama, majalah Basis

edisi September-Oktober 2007 mengangkat tema tentang ziarah.26 Dua tulisan di

dalamnya, berbicara ziarah perspektif sufisme Islam, yaitu tulisan Heru Prakoso,

Jiwa yang Gelisah (Ziarah: Pengenangan dan Permenungan), dan tulisan Agus

Sunyoto, Ziarah dalam Sufisme Jawa. Tulisan-tulisan yang lain berdasarkan

agama Kristen, dan sedikit juga disinggung tentang pengalaman ziarah agama

Yahudi, yaitu tulisan Paul Budi Kleden, Pembelajaran Solidaritas Lewat Ziarah.

Penggambatran fenomena ziarah secara umum ditulis oleh Tom Jacobs, Paradoks

Manusia Peziarah; Berhard Kieser, Berjiwa Ziarah Asli; Bagus Laksana, Ziarah

Kasiyo Sarkub; Etty Indriati, Nyekar dan Refleksi Siklus Hayati.

Sementara studi terhadap pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> yang lain juga

banyak ditulis oleh para mahasiswa di lingkungan kampus, baik dalam bentuk

skripsi, tesis, dan bahkan disertasi. Tetapi sebagai sebuah catatan, meskipun

kajian terhadap syaikh akbar tersebut banyak dilakukan oleh mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, tidak satu pun ditemukan penelitian yang membahas

tentang tradisi ziarah yang dilakukan oleh Ibn ‘Arabi>. Oleh karenanya, penelitian

tentang makna ziarah dalam pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> ini diharapkan sebagai

langkah awal untuk menambah khazanah keilmuan, terutama dalam kajian

sufisme Islam.

26 Majalah Basis, Edisi Ziarah, No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007.

Page 32: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

14

E. Keragka Teori

Dalam studi-studi akademis, baik antropologi, teologi, sosiologi agama, dan

sejarah agama-agama (history of religious), fenomena ziarah hampir selalu

dimasukkan ke dalam kategori “agama kerakyatan” (popular religion). Terutama

di masa lalu, kategorisasi ini seringkali mempunyai konotasi negatif karena agama

“kerakyatan” dimengerti sebagai praktik agama yang terlampau sederhana dan

sinkretis sehingga menyimpang dari ajaran resmi agama.27

Dalam Islam, praktik-praktik keagamaan, seperti ziarah yang dijalankan

oleh kelompok “agama kerakyatan” atau “agama tardisional” ditentang keras oleh

gerakan pembaharu berideologi Wahhabi yang mempunyai ambisi besar untuk

menghapus amalan-amalan yang menurut mereka dianggap bid’ah atau

menyimpang dari “agama asli”. Kelompok penentang ini umumnya dikenal nama

Ibn Taymiyyah, seorang ulama yang menganut madzhab Hanbali. Menariknya,

pandangan-pandangannya tersebut masih berpengaruh kuat hingga zaman modern

sekarang ini.

Sementara dalam tradisi teologi Katolik, “agama rakyat” juga sempat

dicurigai oleh para teolog pembebasan di Amerika Latin, seperti Juan Luis

Segundo atau Enrique Dussel, tetapi karena alas an yang bertolak belakang:

“agama rakyat” dianggap stagnan, alienatif, tradisionalis dan kurang revolusioner,

bahkan anti-perubahan. Dalam perspektif ini, “agama rakyat” seringkali

diperlawankan dengan agama murni kaum elite, yakni agama para ulama, ahli

teologi atau petinggi agama lainnya yang mengklaim diri menguasai tradisi agama

27 Ibid.

Page 33: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

15

yang benar. Maka kalau melihat sejarah yang lebih panjang, jelaslah bahwa

anggapan seperti ini agak naif, karena banyak tokoh-tokoh agama yang telah

berperan besar dalam tradisi agamanya masing-masing menimba pengalaman

rohani formatif yang kaya dari praktik kerakyatan ini.28

Ziarah merupakan salah satu media untuk mencapai pengalaman rohani

tersebut. Pengalaman ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas keimanan

seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Sang Khaliq (taqarrub ila Allah).

Ziarah tidaklah identik dengan wisata seperti yang terjadi di zaman modern

sekarang ini, yang tampak lebih mengedepankan kesenangan duniawi daripada

ukhrawi>. Hal ini bertolak belakang dengan sejarah ziarah itu sendiri, yang

sesungguhnya mempunyai unsur-unsur religius, sakral, dan bahkan magis.

Ziarah juga tidak sama dengan nyekar yang menjadi tradisi orang Jawa di

makam-makam leluhur. Apalagi bila ziarah itu disandingkan dengan kata wali,

maka pastilah menyandang muatan lain. Bagi orang awam, muatan lain itu

mungkin “hanya” sekadar ngalap berkah, menadah barakah dari wali yang

diziarahi. Padahal ziarah ke makam-makam para wali bisa lebih dari itu,

tergantung tingkat kesadaran yang berziarah dan pengenalannya terhadap sang

wali yang diziarahi.29

Hal tersebut membuktikan, bahwa dalam catatan sejarah atau juga cerita-

cerita masyarakat yang bercorak local history, seringkali menyebut tokoh-tokoh

yang makamnya ramai diziarahi adalah seorang wali, atau juga seorang ulama

yang besar pengaruhnya dalam penyebaran Islam pada masa tertentu. Tidak jarang

28 Ibid. 29 A. Mustofa Bisri, “Ziarah Spiritual Menengok Jejak Para Wali”, dalam Epilog,

Purwadi, dkk, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 212.

Page 34: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

16

juga tokoh tersebut adalah orang yang berkuasa, atau berpengaruh secara politik

pada masa lalu, atau setidak-tidaknya keturunan seorang penguasa.

Dalam sosiologi agama, memang dikenal adanya orang-orang suci,30 dan di

Islam, orang-orang suci itu, dikenal dalam konsep misalnya nabi, wali, dan

ulama.31 Ibn ‘Arabi>-lah yang menyusun suatu sintesis yang dikatakan tuntas

mengenai “kewalian”. Ajarannya sering terlampau disederhanakan, kadang-

kadang bahkan diputarbalikkan, namun dialah yang menelusuri pokok

permasalahan, mendefinisikan konsep-konsep dasar dan menetapkan peristilahan

hagiologis yang kemudian dipakai di seluruh dunia Islam hingga saat ini.32

Singkatnya, orang-orang dianggap suci sampai pada tataran nabi, karena

pada masanya dia adalah tokoh yang menyebarkan ajaran agama dengan

menggunakan kitab suci yang diyakini bersumber langsung dari Tuhan. Orang

suci pada tingkat nabi, diyakini memiliki kemampuan lebih yang bersifat

adikodrati, memiliki mukjizat-mukjizat tertentu sebagai bekal dari Tuhan dalam

rangka menyebarkan ajaran agama Tuhan. Selain itu, legitimasinya berasal dari

Tuhan langsung karena keberadaan nabi adalah mutlak dipilih oleh Tuhan.

Begitulah peran seorang wali atau tokoh-tokoh ulama besar yang

berpengaruh dan tersohor di zamannya, memang mempunyai posisi sentral dalam

setiap aktivitas ziarah. Hal ini biasanya terkait dengan keyakinan dari para

peziarah, bahwa wali (waliyullah) adalah “orang suci”. Karena sebagai “orang

30 Thomas F. O’Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, terj. (Jakarta: Rajawali

Press, Cet. 7, 1996), hlm, 13-19; 35-44. 31 Bryan S. Turner, Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber,

terj. (Jakarta: Rajawali Press, cet. 4, 1994), hlm. 107-136. 32 Lihat Michel Chodkiewicz, “Konsep Kesucian dan Wali dalam Islam”, dalam Henri

Chambert-Loir dan Claude Guillot (peny.), Ziarah dan Wali di Dunia Islam, terj. Jean Couteau, (Jakarta: Serambi, 2007), hlm. 25.

Page 35: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

17

suci”, segala tingkah laku lisan maupun perbuatannya, diyakini terjaga dari

amalan-amalan yang dilarang oleh-Nya.

Al-Qut{ub Abu> al-‘Abba>s al-Mursi>, menegaskan dalam kitab yang ditulis

oleh muridnya, Lat{a>if al-Mina>n, karya Ibn ‘At{a>illa>h al-Sakandari>, bahwa

waliyullah itu diliputi oleh ilmu dan makrifat-makrifat, sedangkan wilayah

hakikat senantiasa disaksikan oleh mata hatinya, sehingga ketika ia memberikan

nasihat seakan-akan apa yang dikatakan seperti identik dengan izin Allah. Dan

harus dipahami, bagi siapa yang diizinkan Allah untuk meraih ibarat yang

diucapkan, pasti akan memberikan kepada semua makhluk, sementara isyarat-

isyaratnya menjadi hiasan indah bagi jiwa-jiwa makhluk.33 Itu sebabnya, Allah

menegaskan dalam Q.S Yu>nus: 62-63, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah

itu, tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”.

Kesucian wali tidak hanya diyakini pada waktu ia masih hidup, tapi juga

terbawa hingga mati. Karenanya, tidak mengherankan kalau penghormatan

kepada wali tersebut terus dilakukan di tempat peristirahatannya yang terakhir

atau di makam-makam, tempat mereka dikebumikan. Persepsi dan keyakinan

demikian ini, terus diajarkan kepada anak cucu, sehingga terbangun apa yang

dalam lingkungan masyarakat disebut “tradisi ziarah”.

33 Majdi Muhammad al-Syahwi, Karamah, terj. Hasbiyallah Hesein, (Jakarta: Sahara

Publisher), hlm. 22.

Page 36: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

18

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data sekaligus meneliti

melalui referensi-referensi yang berkaitan dengan pengalaman ziarah spiritual

dalam pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi>.

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni sumber primer

dan sumber sekunder. Sumber primer yang dimaksud adalah karya Ibn ‘Arabi

sendiri, seperti al-Futu>h{a>t al-Makkiyyah, Muh{a>d{arah al-Abra>r wa Musa>marah al-

Akhbar dan Fus{u>s{ al-H{ikam, dan lain sebagainya. Sedangkan sumber sekunder

adalah data yang diperoleh dari buku, artikel, internet, majalah, jurnal, kamus,

ensiklopedia dan lain sebagainya. Sumber sekunder ini dimaksudkan sebagai data

pendukung dalam melakukan analisis tentang tema yang penulis angkat.

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini bertumpu pada pemikiran-

pemikiran Ibn ‘Arabi> sebagai tema sentral dalam membicarakan persoalan ziarah

dalam tasawufnya. Sedangkan di pihak lain, usaha untuk memperkuat

argumentasi, penulis memerlukan pemikiran-pemikiran orang lain, baik melalui

buku-buku maupun wawancara dengan orang yang dianggap mempunyai

perhatian mendalam dan pengetahuan memadai tentang pemikiran tasawuf Ibn

‘Arabi>.

Page 37: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

19

Model analisis seperti ini biasa disebut dengan analisis taksonomi,34 yaitu

analisis yang memusatkan penelitian pada domain tertentu dari pemikiran tokoh.

Analisis taksonomi ini berbeda dengan analisis domain yang digunakan untuk

mendapatkan gambaran secara menyeluruh perihal pemikiran tokoh. Artinya

dengan demikian, analisis taksonomi digunakan oleh penulis untuk

menggambarkan pemikiran Ibn ‘Arabi> tentang pengalaman ziarahnya dalam

tasawufnya.

Secara umum, tentu saja pembahasan dalam penelitian ini tetap

mementingkan beberapa unsur metode penelitian. Pertama, unsur deskripsi, yang

penulis aplikasikan dalam biografi dan pengalaman-pengalaman kehidupan Ibn

‘Arabi>. Sebab, untuk menulis biografinya, penulis lebih banyak menyadur dari

beberapa tulisan yang telah ada, ketimbang menganalisis secara mendalam dan

masuk dengan “mengintervensi” pemikirannya.

Kedua, unsur interpretasi, yang penulis aplikasikan terutama di bab-bab

yang memang memerlukan analisis, seperti di III dan IV. Pembahasan dengan

menggunakan interpretatif itu, penulis maksudkan untuk dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

Ketiga, unsur komparasi, yaitu penulis dalam hal-hal tertentu

membandingkan antara pemikiran Ibn ‘Arabi> dengan tokoh-tokoh sufi maupun

filsuf lainnya, dan bahkan juga pada pengalaman-pengalaman ziarah di dalam

tradisi agama lain.

34 Lihat Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai

Tokoh (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005), hlm. 64-67.

Page 38: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

20

Karena itu, secara otomatis penelitian ini juga melibatkan unsur-unsur lain,

seperti inventarisasi data, evaluasi kritis dan sintesis. Diharapkan dengan

menggunakan metode seperti itu, pembahasan mengenai makna ziarah dalam

tasawuf Ibn ‘Arabi> serta relevansinya dengan kehidupan modern dapat dijelaskan

dengan baik, sistematis dan komprehensif secara epistemologis.

3. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sufistik dan sosio-

antropologis. Pendekatan sufistik merupakan konsekuensi yang harus ditempuh

untuk melakukan analisis terhadap fokus kajian dalam penelitian ini, yaitu

menjelaskan dimensi-dimensi sufistik dalam pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi>.

Sementara Pendekatan sosio-antropologis merupakan dua pendekatan yang

berbeda tapi mempunyai korelasi yang sangat dekat, yaitu sosiologis dan

antropologis. Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat pengalaman

ziarah dalam tradisi agama Islam (terutama dalam tasawuf Ibn ‘Arabi>) yang sudah

menjadi fenomena sosial, dan termasuk pula melihat relevansinya dengan

pengalaman-pengalaman ziarah keagamaan modern.

Dalam pendekatan sosiologis, ada tiga prinsip dasar yang dikembangkan

dalam membaca fenomena sosial, yaitu pertama, individu menyikapi sesuatu yang

ada di lingkungannya berdasarkan makna sesuatu tersebut bagi dirinya. Kedua,

makna tersebut diberikan berdasar interaksi sosial yang dijalin dengan individu

Page 39: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

21

lain. Ketiga, makna tersebut dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui

proses interpretatif yang berkaitan dengan hal-hal lain yang dijumpainya.35

Sementara pendekatan antropologis, lebih menekankan pada holisme, yaitu

pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara

esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat

yang sedang diteliti. Di sini, (praktik) agama tidak bisa dilihat sebagai system

otonom yang tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.36

Dengan cara itu, maka diharapkan dapat melahirkan sebuah pengetahuan

yang bersifat heuristik,37 yaitu manemukan jalan baru secara ilmiah untuk

memecahkan masalah. Dengan demikian, di sini tampak jelas bahwa pengalaman-

pengalaman ziarah dalam pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> menjadi objek

materialnya. Sedangkan objek formalnya adalah pemikiran Ibn ‘Arabi> sendiri.

Selanjutnya, agar tidak berhenti pada penjelasan deskriptif semata, maka penulis

juga melakukan analisis soal implikasi dan relevansinya dengan kehidupan

beragama modern kekinian, yang diuraikan secara memadai, kritis dan

bertanggung jawab.

G. Sistematika Pembahasan

Bab I menjelaskan latar belakang dan alasan-alasan mengapa tema tentang

ziarah dalam pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> dijadikan pilihan kajian. Bab ini juga

35 Lihat Mochamad Sodik, “Pendekatan Sosiologi”, dalam M. Amin Abdullah, dkk.,

Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 81.

36 Lihat David N. Gellner, “Pendektan Antropologis”, dalam Peter Connoly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri, (Yogyakarta: LKiS, Cet. 2, 2009), hlm. 34.

37 Lihat Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 52.

Page 40: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

22

menjelaskan rumusan masalah dan perangkat metodologinya, agar analisis yang

diterapkan dalam penelitian ini dapat berjalan dengan baik, sistematis, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Bab II menjelaskan biografi singkat Ibn ‘Arabi>. Penulisan biografi ini

meliputi perjalanan karir intelektual sang syaikh dan dari masa kecil hingga

dewasa, yang di dalamnya juga disinggung karya-karya, guru, dan pengaruh

pemikirannya. Penjelasan ini sangat penting ditulis sebagai pengantar awal

sebelum masuk pada penjelasan inti tentang pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi> dan

relevansinya dengan kehidupan beragama modern.

Bab III merupakan bab inti dari penelitian ini, yaitu melakukan interpretasi

terhadap pengalaman-pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi>. Di bab ini juga, dipaparkan

jejak rekam pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi>, yang terbagi ke dalam dua pemgertian:

fisik dan non fisik (metafisik). Pengalaman-pengalaman tersebut mempunyai

makna tersendiri bagi Ibn ‘Arabi> dan oleh karenanya, pembahasan tentang

persoalan itu juga dilakukan dalam bab ini.

Bab IV membahas relevansi pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi>, terkait dengan

aktivitas ziarahnya. Uraian-uraian tentang jejak rekam pengalaman ziarah yang

ditulis secara detail di bab III diharapkan menjadi modal untuk menganalisis lebih

lanjut pada bab ini, yaitu analisis tentang relevansi pengalaman ziarahnya dengan

kehidupan beragama modern. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mencari

ruang kontekstualisasi pemikiran tasawufnya.

Bab V merupakan bab kesimpulan dan penutup, yang di dalamnya berisi

tentang hasil temuan dan jawaban dari rumusan masalah yang telah dianalisis

Page 41: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

23

dalam penelitian ini. Di bab ini juga penulis membuka ruang saran dan kritik dari

pembaca agar di kemudian hari ada perbaikan serta pengembangan kajian lebih

lanjut.

Page 42: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

129

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna ziarah dalam pemikiran tasawuf Ibn ‘Arabi> memberikan kontribuasi

yang sangat besar terhadap studi pemikiran Islam kontemporer, baik dari aspek

teologis, budaya, sosiologi, dan antropologi. Pengalaman ziarah yang dilakukan

Ibn ‘Arabi> tampak ‘unik’, dan memiliki karakteristik yang khas dibanding dengan

pemikiran tasawuf sufi-sufi lain. Ibn ‘Arabi> adalah seorang peziarah ulung dan

sejati, yang dengannya, memiliki makna yang sangat berarti bagi dirinya maupun

bagi para pengkajinya.

Pertama, dengan mengamati pengalaman-pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi>,

sungguh ia melampaui definisi dan makna ziarah dalam pengertian umum, yang

hanya diidentikkan dengan suatu aktivitas mengunjungi ke suatu tempat dan

makam atau kuburan. Ibn ‘Arabi> tampak memadukan antara fungsi ziarah dan

silaturahmi—walaupun keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Ziarah

identik dengan aktivitas berkunjung kepada sutau tempat yang dianggap

suci/mulia atau orang-orang yang telah meninggal, sementara silaturahmi

sebaliknya, yaitu berkunjung kepada orang-orang yang masih hidup. Oleh Ibn

‘Arabi>, aktivitas keduanya seringkali dilakukan secara serentak.

Makna ziarah bagi Ibn ‘Arabi> terbagi ke dalam dua pemahaman, yaitu

ziarah dalam arti fisik dan non-fisik (metafisik). Dalam arti fisik, ziarah menurut

pengalamannya, tidak hanya semata-mata identik dengan kunjungan seseorang ke

kuburan, tapi juga termasuk ke tempat-tempat suci dan orang-orang yang ahli

Page 43: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

130

agama, seperti wali dan guru sufi. Sementara ziarah dalam pengertian non-fisik,

ditunjukkan oleh Ibn ‘Arabi> dengan mengacu pada pengalaman spiritualnya yang

ia melakukan mi’ra>j ke hadapan Allah, dan di lain waktu, ia juga dalam perjlanan

ziarahnya ditemani oleh ‘makhluk gaib’.

Kedua, perjalanan ziarah yang dilakukan Ibn ‘Arabi> tidaklah hampa makna,

sebab ia mempunyai alasan-alasan yang sangat mendasar. Dengan berziarah, bagi

Ibn ‘Arabi justru semakian mematangkan tingkat kesufiannya. Setidaknya ada dua

alasan utama mengapa ia melakukan ziarah ke banyak tempat, yang tidak terbatas

ruang dan waktunya. Alasan pertama menurut pengakuannya adalah memenuhi

panggilan Ilahi, yang ia diperintah untuk mengajak orang lain yang ia temui

selama di perjalanan agar mengikat kuat keimanan mereka kepada Allah. Alasan

kedua menyangkut tingkat kesufiannya, sebab dengan ziarah itu, ia mendapat

‘gelar’ wali, dan bahkan menutup kewalian Nabi Muhammad Saw.

Ketiga, pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi> mempunyai relevansi dan korelasi—

walau tidak secara langsung—dengan kehidupan beragama modern. Setidaknya,

ada tiga agama besar dunia yang mempunyai tradisi ziarah yang sama, yaitu

Kristen, Yahudi, dan Islam. Dari tiga agama tersebut, hanya agama Yahudilah

yang mewajibkan setiap umatnya untuk melakukan ziarah ke Yerusalem,

sedangkan dua agama lainnya (Kristen dan Islam) hanya sebatas anjuran atau

dalam bahasa fiqih disebut sunnah. Menariknya, kota Yerusalem sama-sama

dianggap mempunyai kedudukan yang sangat ‘sakral’, sehingga diyakini sebagai

“kota suci” oleh ketiga agama itu, dan karenanya sama-sama diperintahkan untuk

melakukan ziarah ke tempat ini.

Page 44: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

131

Dalam konteks Indonesia, perjalanan ziarah juga mempunyai relevansi dan

korelasi positif dengan pengalaman ziarah umat muslim ke makam-makam Wali

Sanga di tanah Jawa, dan begitu pula ziarah umat Kristen (Katolik) ke

Sendangsono. Hanya saja, perjalanan ziarah modern sekarang ini dilingkupi oleh

dilema kepentingan, antara wisata dan spiritualitas. Hal semacam ini jika

dibandingkan dengan pengalaman ziarah Ibn ‘Arabi> jelas tampak kontras.

B. Saran

Terselesaikannya penelitian ini jelas tidak bisa menafikan adanya banyak

kekurangan dan kelemahan, baik pada aspek data maupun analisis. Atas dasar itu,

penulis membuka ruang saran dan kritik konstrruktif untuk perbaikan di kemudian

hari.

Pertama, penyajian data yang penulis kutip langsung dari karya-karya Ibn

‘Arabi> perlu untuk dicek kembali kebenarannya, terutama pada aspek terjemahan

atau kebahasaan.

Kedua, setiap analisis yang dibangun untuk menjelaskan makna dan maksud

pengalaman ziarah dari pemikiran Ibn ‘Arabi> juga masih sangat memerlukan

intrepretasi yang lebih luas, kompleks, dan memadai.

Ketiga, kekurangan-kekurungan itu diharapkan dapat dikembangkan lebih

lanjut pada penelitian-penelitian berikutnya. Hal ini penting dilakukan, agar ke

depan, studi pemikiran keislaman, terutama dalam bidang tasawuf, tetap terjaga

dan terus dikembangkan.

Page 45: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

132

DAFTAR PUSTAKA

‘Arabi>, Ibn. al-Futu>h}a>t al-Makkiyah. Jld. 1-4. Cairo: Da>r S{adir, tt

-------------. Fus}u>s} al-H{ikam. Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1980

-------------. Tarjuma>n al-Asywa>q. Beirut: Da>r S{a>dir. Cet. 3, 2003

-------------. Muhad{arah al-Abra>r wa al-Musa>marah al-Akhya>r, Jld. 1-2. Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Ilmiah, tt

-------------. Risalah Kemesraan, terj. Hodri Ariev. Jakarta: Serambi, 2005

Al-Gaza >li>, Ih{ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, Jld III. Mesir: Mushthafa al-Babi al-Halabi, 1939

Addas, Claude. Mencari Belerang Merah, Kisah Hidup Ibn ‘Arabi>, terj. Zaimul Am. Jakarta: Serambi, 2004

Afifi, A. E. Filsafat Mistis Ibn ‘Arabi>, terj. Sjahrir Mawi dan Nandi Rahman. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1989

Al-Syahwi, Majdi Muhammad. Karamah, terj. Hasbiyallah Hesein. Jakarta: Sahara Publisher, 2003

Austin, Ralph. “Kehidupan dan Karya Muhyi ad-Di>n Ibn ‘Arabi>”, dalam Pengantar Fus}u>s} al-H{ikam: Mutiara Hikmah 27 Nabi, terj. Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti. Yogyakarta: Islamika, 2004

Almirzanah, Syafa’atun. When Mystic Masters Meet: Paradigma Baru dalam Relasi Umat Kristiani-Muslim. Jakarta: Gramedia, 2009

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus al-‘Asri. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, Cet. VIII, tt

Al-Yassu’i, Louis Ma’luf dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i. Kamus al-Munjid. Beirut: Dar El-Machreq Sarl Publishers, 1997

Axford, Barie. The Global System: Economic, Politic and Culture. Cambridge: Polity Press, 1995

Page 46: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

133

Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990

Bisri, A. Mustofa. “Ziarah Spiritual Menengok Jejak Para Wali”, dalam Epilog, Purwadi, dkk. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual. Jakarta: Kompas, 2006

Chittick, William. The Sufi Path of Knowledge: Ibn al-‘Arabi>’s Metaphisycs of Imagination. New York: State University of New York Press, 1989

-------------. Imaginal Worlds, Ibn ‘Arabi> and the Problem of Religious Diversity. New York: SUNY Press, 1994

-----------. “Ibn ‘Arabi> dan Mazhabnya”, dalam Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi, terj. Tim Penerjemah Mizan. Bandung: Mizan, 2003

-----------. “Ibn ‘Arabi>”, dalam Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman (ed.). Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Bandung: Mizan, 2003

-----------. “Madzhab Ibn ‘Arabi>”, dalam Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman (ed.). Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Bandung: Mizan, 2003

Corbin, Henry. Creative Imagination in the Sufism of Ibn ‘Arabi>, terj. Ralph Manheim. New Jersey: Princeton, 1969

Chodkiewicz, Michel. “Konsep Kesucian dan Wali dalam Islam”, dalam Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot (peny.). Ziarah dan Wali di Dunia Islam, terj. Jean Couteau. Jakarta: Serambi, 2007

-----------. “Al-Futu>h}a>t Al-Makkiyah dan Para Komentatornya: Sejumlah Teka-Teki Tak Terpecahkan”, dalam Seyyed Hossein Nasr, dkk. Warisan Sufi: Warisan Sufisme Persia Abad pertengahan (1150-1500), terj. Ade Alimah, dkk. Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003

Chambert-Loir, Henri dan Claude Guillot. “Indonesia”, dalam Ziarah dan Wali di Dunia Islam, terj. Jean Couteau. Jakarta: Serambi, 2007

Cox, Harvey. Religion in The Secular City. New York: Simon and Schuster, 1984

Dimont, Max I. Dilema Yahudi, atau Suratan Nasib? Drama Eksistensialis dalam 4.000 Tahun Sejarah Dunia, terj. Al-Taro. Jakarta: al-Muhallil, 2010

Page 47: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

134

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Furchan, Arief dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005

Faqihsutan, Nurasiah. Meraih Hakikat Melalui Syariat: Telaah Pemikiran Syekh al-Akbar Ibn ‘Arabi. Bandung: Mizan, 2005

Fattah, Munawir Abdul. Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: LKiS, 2006

Gellner, David N. “Pendektan Antropologis”, dalam Peter Connoly (ed). Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri. Yogyakarta: LKiS, Cet. 2, 2009

Hamka, Di Bawah Lindungan Ka’bah. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 31, 2009

Hirtenstein, Stephen. Dari Keragaman ke Kesatuan Wujud, Ajaran dan Kehidupan Syaikh al-Akbar Ibn ‘Arabi>, terj. Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001

Indriati, Etty. “Nyekar dan Refleksi Siklus Hayati”, dalam Majalah Basis. No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Jacobs, Tom. “Paradoks Manusia Peziarah”, dalam Majalah Basis. No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Kartanegara, Mulyadhi. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga, 2006

Kieser, Bernhard. “Berjiwa Ziarah Asli”, dalam Majalah Basis. No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Kleden, Paul Budi. “Pembelajaran Solidaritas Lewat Ziarah”, dalam Majalah Basis, No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Laksana, Bagus. “Ziarah Kasiyo Sarkub”, dalam Majalah Basis., No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Lochran, John. Lourdes, Sumber Air Kehidupan: Peziarahan Iman Bersama Bernadette, terj. Ig. Binartoto, dkk. Yogyakarta: Kanisius, 1999

Madjid, Nurcholis. Perjalanan Religius: ‘Umrah dan Haji. Jakarta: Paramadina, Cet. II, 2000

Page 48: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

135

Maemunah, Siti. “Masuknya Islam ke Nusantara”, dalam Mundzirin Yusuf, dkk (ed). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka, 2006

Murata, Sachiko. The Tao of Islam, Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan Teologi Islam, terj. Rahmani Astuti dan M. S. Nasrullah. Bandung: Mizan, Cet. VIII, 2000

Nasr, Seyyed Hossein. Three Muslim Sages: Avicenna, Suhrawardi, Ibn ‘Arabi>. Cambridge: Harvard University Press, 1969

Noer, Kautsar Azhari. Ibn al-‘Arabi>: Wah{dat al-Wuju>d dalam Perdebatan. Jakarta: Paramadina, 1995

O’Dea, Thomas F. Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, terj. Jakarta: Rajawali Press, Cet. 7, 1996

Purwadi, dkk. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual. Jakarta: Kompas, 2006

Prakosa, Heru. “Jiwa yang Gelisah, Ziarah: Pengenangan dan Permenungan”, dalam Majalah Basis. No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Rakhmat, Jalaluddin. Meraih Cinta Ilahi, Pencerahan Sufistik, Cet. VI. (Bandung: Rosdakarya, CET. VI, 2000

Ruslan dan Arifin Suryo Nugroho. Ziarah Wali: Wisata Spiritual Sepanjang Masa. Yogyakarta: Pustaka Timur, 2007

Sunyoto, Agus. “Ziarah dalam Sufisme Jawa”, dalam Majalah Basis. No. 09-10 Tahun ke-56, September-Oktober 2007

Subhani, Ja’far. Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, karamah Wali, Termasuk Ajaran islam: Kritik atas Faham Wahhabi, terj. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989

Sudiarja, A. Perjalanan Ziarah: Sebuah Permenungan. Yogyakarta: Kanisius, 1994

Sukidi. New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama. Jakarta: Gramedia, 2001

Page 49: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

136

Sodik, Mochamad. “Pendekatan Sosiologi”, dalam M. Amin Abdullah, dkk. Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006

Shah, Idries. Jalan Sufi, Reportase Dunia Ma’rifat, terj. Joko S. Kahhar dan Ita Masyita. Surabaya: Risalah Gusti, 1999

Siregar, A. Rivey. Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Jakarta: Rajawali Press, 2000

Suyanto, Ig. Joko. Berziarah Bersama Allah Menuju Allah. Yogyakarta: Kanisus, 2006

Sindhunata. Mengasih Maria: 11 Tahun Sendangsono. Yogyakarta: Kanisius, 2004

Suyono, Capt. R.P. Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis. Yogyakarta: LKiS, 2007

Sells, Michael A. Terbakar Cinta Tuhan, Kajian Eksklusif Spiritualitas Islam Awal, terj. Alfatri. Bandung: Mizan, 2004

Turner, Bryan S. Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber, terj. Jakarta: Rajawali Press, cet. 4, 1994

Usman, Ali. “Gus Dur dan Karamah Kewalian”, dalam SOLOPOS, edisi 8 Februari 2010

Zaid, Nas}r Hami>d Abu> . Hakaz}a Takallam Ibn ‘Arabi>. Beirut: ad-Da>r al-Baid}a’, 2004

Page 50: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

137

CURRICULUM VITAE

Nama : Ali Usman

TTL : Sumenep, 20 April 1984

Alamat asal : Jl. Langsar Sebelah Barat SDN Kebun Dadap Barat Saronggi-

Sumenep Madura

Alamat Jogja : Jl. Pringmayang Gg. Mayang II/16a Rt 10/Rw 44 Pringgolayan Banguntapan-Bantul Jogjakarta

Pendidikan :

• SDN Kebun Dadap Barat Saronggi-Sumenep Madura 1993

• SMPN I Saronggi-Sumenep Madura 1999

• MAK “al-Ittihad al-Islami” Camplong-Sampang Madura 2003

• SI Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2003-2007

• S2 Filsafat Islam Program Pascasarjanana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008-2010)

Pengalaman :

• Juara II Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional Perkoperasian 2006 dan 2007.

• Juara II Lomba Karya Tulis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005 dan 2007.

• Juara II Penulisan Cerpen oleh Bank Indonesia 2009.

• Juara I Lomba Karya Tulis oleh DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

• Juara III Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional Kementerian Pendidikan Nasional 2010.

• Wisudawan terbaik dan tercepat program S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007.

• Peraih Ushuluddin Award sebagai Mahasiswa Berprestasi 2006.

• Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Yogyakarta.

• Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota Yogyakarta 2005.

• Ketua BEM Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005-2006.

Page 51: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/6969/1/BAB I DAN V.pdf · kunjungannya ke tanah suci Mekkah dan ziarah ke makam/kuburan. ... terima kasih atas ketelatennya membimbing

138

• Dewan Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Humaniush Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2004-2006.

• Dewan Redaksi Majalah Gerbong Gerakan Rakyat (GeGeR) Yogyakarta.

• Aktif menulis esai/opini/resensi buku di berbagai media lokal maupun nasional seperti: Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia, Seputar Indonesia, Tempo, Bisnis Indonesia, Kontan, Republika, Sinar Harapan, Suara Karya, Pikiran Rakyat, Surya, Suara Merdeka, Solopos, Bernas, Kedaulatan Rakyat, Surabaya Post, Kaltim Post, Banjarmasin Post, Bali Post, GATRA, Suara Muhammadiyah, Jurnal STF Driyarkara, Majalah Prisma, dan di beberapa jurnal serta majalah di lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

• Kontributor sekaligus sebagai editor pada buku berjudul “Kebebasan, dalam Perbincangan Filsafat, Pendidikan dan Agama” (Pilar Media Yogyakarta, 2006).

• Kontributor pada buku Prof. Dr. Amin Abdullah, dkk, Islamic Studies dalam Paradigma Integrasi (Suka-Press, 2007).

• Kontributor pada buku YB. Margantoro, Masyarakat Berkomunikasi (Yayasan Pustaka Nusatama, 2008).

• Editor buku Menegakkan Pluralisme: Fundementalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah (Ar-Ruzz Media, 2008).

• Kontributor pada buku Fauzi (ed.), Renaisance Indonesia (STAIN Purwokerto, 2009).

• Kontributor pada buku M. Dawam Raharjo, Satu Abad Muhammadiyah: Mengkaji Ulang Arah Pembaruan (Paramadina, 2010).

• Editor buku Gus Dur dan Pancasila (Tanah Air, 2010)

• Penulis buku Menjadi Santri (Pustaka Pesantren LKiS, akan terbit 2011)

• Dan lain sebagainya

HP : 085228248027 / 081999400875

Email : [email protected]