teori ekkonomi makro dan ekonomi mikro
TRANSCRIPT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Ekonomi Makro dan Mikro
Teori ekonomi secara umun dikembangkan kedalam dua arah yang
berbeda yaitu ekonomi secara makro dan secara mikro. Dalam ekonomi makro
pembahasan yang dilakukan adalah tentang sekelompok prilaku suatu kelompok
masyarakat, seperti pendapatan nasional, kesempatan kerja, inflasi,
pengangguran, anggaran pemerintah, dan lain-lain. Sementara dalam pembahasan
ekonomi mikro yaitu tentang prilaku dari suatu ekonomi yang kecil seperti
konsumen secara individual, dan perusahaan.
Perbedaan dari masalah pokok yang ada maka tampak sekilas bahwa teori
ekonomi makro dan mikro merupakan dua bagian ilmu yang berbeda. Karena
dengan demikian ekonomi makro yang biasa dikenal dengan istilah pendapatan
masyarakat, sedangkan ekonomi mikro biasa dikenal dengan istilah teori harga.
Namun dalam kenyataannya kedua teori ekonomi ini saling berkaitan satu dengn
yang lainnya. Teori konsumsi masyarakat didalam pembahasan ekonomi makro
merupakan contoh dari prilaku konsumen secara individual yang dibicarakan
didalam ekonomi mikro.
Masalah pokok dalam ekonomi makro yang meliputi pertumbuhan
ekonimi, inflasi, dan kesempatan kerja/pengangguran. Adapun awalmula
munculnya teori ekonomi makro secara umum berawal dari gagalnya ekonomi
mikro sekitar tahun 1930. Dalam masalah ini campurtangan dari pemerintah
sangat dibutuhkan dalam stabilitas perekonomian baik itu bentuk campurtngan
Universitas Sumatera Utara
dari pemerintah maupun kebijakan lainnya yang berhubungan dengan masalah
pertumbuhan, inflasi, dan pengangguran sehingga muncul teori ekonomi makro.
Sementara pokok pembahasan dalam ekonomi mikro pada dasaranya
merupakan kebijakan yang akan diambil oleh seorang konsumen, dan prinsip
yang akan digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam teori
ekonomi mikro pembahasan yang mendasar adalah merupakan kekuatan ekonomi
dalah hal permintaan dan penawaran dipasar oleh produsen dan konsumen,
dimana permintaan yang terjadi merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara untuk produsen hal yang terjadi
dipasar akan menjadi dasar penawaran bagi produsen ke konsumen.
2.2. Teori Permintaan
Inti dari pembahasan teori permintaan secara umum adalah
mengungkapkan bagaimana ketergantungan terhadap jumlah barang atau jasa
yang diminta terhadap harga barang atau jasa itu sendiri. Pada dasarnya
konsumen meminta untuk membeli barang atau jasa, dikarenakan konsumen
tersebut memiliki uang, serta mampu untuk membayar, dan memenuhi
kebutuhannya tersebut. Secara umum masyarakat (Konsumen), lebih cenderung
untuk mengharapkan harga dari barang atau jasa yang ada dipasar semakin
menurun, namun pada kenyataannya harga barang atau jasa yang ditawarkan
dipasaran secara bertahap lebih cendrung meningkat.
Teori Permintaan adalah teori ekonomi mikro yang menyatakan bahwa
permintaan dapat mempengaruhi harga. Oleh karena itu, teori tersebut berasumsi
bahwa ketika permintaan barang atau jasa di pasaran naik, maka harga akan ikut
naik. Tetapi, jika permintaan turun, maka harga barang atau jasa juga akan ikut
Universitas Sumatera Utara
turun. Turunnya permintaan itu sendiri awalnya disebabkan oleh naiknya, atau
terlalu tingginya harga di pasaran, sehingga masyarakat berfikir ulang untuk
menggunakan uangnya. Maka, ketika masyarakat tidak berminat untuk membeli
produk, barang atau jasa produsen, maka produsen akan menurunkan harganya,
agar masyarakat kembali dapat mengkonsumsi barang yang mereka produksi,
begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.1. Kurva Permintaan
Dalam gambar kurva di atas, kita dapat melihat, bagaimana pengaruh
permintaan terhadap harga. Karena dengan adanya kenaikan permintaan barang
atau jasa, dari D1 naik menjadi ke D2, terhadap suatu barang atau jasa, maka
menyebabkan kenaikan atas harga itu sendiri, dari P1 naik menjadi ke P2.
Apabila semakin tinggi harga (P) suatu barang dan jasa yang ditawarkan, maka
semakin sedikit jumlah barang dan jasa yang diminta (Demand). Dengan
demikian, kita mendapatkan slope kurva permintaan yang negatif untuk barang
dan jasa tersebut. Namun sebaliknya apabila harga (P) barang dan jasa lebih
cendrung naik, dan permintaan barang atau jasa lebih cendrung meningkat, maka
kita akan mendapatkan slope yang pengaruhnya positif.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaannya bisa saja karena selera,
tingkat kepusan, pendapatan masyarakat, jumlah penduduk, dan perkiraan
ramalan dimasa yang akan datang. Dari hukum permintaan pada hakikatnya
semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap
barang tersebut. Sebaliknya, apabila semakin tinggi harga suatu barang maka
akan semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.
2.3. Permintaan Terhadap Haji
Dalam menjalankan ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi
masyarakat muslim, khususnya bagi masyarakat muslim dikota Medan yang
mayoritas penduduknya merupakan agama Islam, walaupun ONH selalu
mengalami kenaikan tiap tahun, tetapi permintaan untuk pergi haji tetap tinggi,
karena saat ini semakin mudahnya bagi seseorang untuk mendapatkan bantuan
dari Bank untuk mendapatkan jatah kursi haji dengan jangka waktu rata-rata lima
tahun kedepan. Dimana dana talangan haji yang dibayarkan oleh pihak bank
dapat dicicil oleh nasabahnya sesuai dengan aqad, selama waktu yang telah
ditentukan secara bersama-sama sambil menunggu tiba saatnya untuk pergi haji.
Dalam kasus ini, ongkos naik haji selalu mengalami kenaikan, namun minat
ataupun permintaan dari masyarakat sangat begitu tinggi, kenaikan ini
diakibatkan karena semakin mahalnya biaya perjalanan transportasi Indonesia-
Arab Saudi, serta semakin naiknya ongkos sewa tempat selama di Arab Saudi,
dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama Dollar
Amerika.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pengertian Haji
Secara bahasa, haji berasal dari kata Al-Hajju yang berarti menyengaja
atau menuju atau mengunjungi. Dan secara istilah Al-Hajju berarti mengunjungi
Ka’bah untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan syarat-syarat dan rukun-
rukunnya, serta beberapa kewajiban tertentu dan dilaksanakan dalam waktu
tertentu.
2.5. Tujuan Ibadah Haji
Tujuan beribadah, pada dasarnya adalah sama yaitu untuk mendapatkan
Ridho dari Allah SWT, dimana dalam melaksanakan ibadah haji ini kita harus
benar-benar ikhlas untuk melaksanakannya, jangan hanya karena gengsi atau
karena terpaksa, atau pun hanya untuk memperoleh gelar haji saja, tetapi disini
seseorang memang harus benar-benar menyerahkan diri kepada Allah SWT. Jika
seseorang melaksanakan ibadah haji dengan sungguh-sungguh maka akan
mendapatkan kepuasan batin, dan kepuasan batin tersebut bukanlah menjadi
tujuan utama untuk beribadah. Karena kepuasan batin hanyalah buah dari hasil
yang diperoleh selama menjalankan ibadah haji di tanah suci tersebut, dengan
pelaksanaan yang ikhlas.
Apabila seseorang telah pulang dari menjalankan ibadah haji tersebut
biasanya menjadi lebih kaya, baik itu kaya secara lahiriah maupun batiniah, maka
kekayaan tersebut tidak boleh menjadi tujuan utama dari pelaksanaan haji
tersebut. Dimana tujuan yang paling utama dari melaksanakan ibadah haji
tersebut ialah melaksanakan ibadah se-ikhlas mungkin hanya Karena Allah SWT,
karena dikhawatirkan bisa timbul sifat ria, iri hati, maupun sombong dalam
pelaksanaanya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya:
“..Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
mengiklaskan ketaatan kepada-Nya..”.
Keiklasan dalam menjalankan ibadah haji merupakan perintah Allah
SWT, dengan meluruskan niat, mengobarkan semangat dengan perasaan tulus dan
ikhlas, bahwa pergi haji merupakan demi menjalankan perintah Allah SWT, dan
untuk mengharapkan Ridha-Nya, bukan untuk mendapatkan pujian, sanjungan,
dan sebagainya, maka hindarkanlah diri dari penyakit hati semacam itu.
2.6. Dasar Hukum Ibadah Haji
Ibadah haji diwajibkan bagi kaum muslimin, tetapi bagi yang mampu
secara lahir, batin dan mampu secara ekonomi. Hadis Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khatab RA
berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun
diatas lima (pondasi), 1).Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, dan
Muhammad Rasulullah, 2).Melaksanakan Shalat, 3).Mengeluarkan zakat, 4).Haji
ke Baitullah, dan 5).Puasa Ramadhan” (H.R.Bukhari, dan Muslim).
Melaksanakan ibadah haji hanya wajib sekali seumur hidup, selebihnya
tidaklah wajib, hal ini dikarenakan dalam melaksanakan perjalanan ibadah haji
dibutuhkan biaya yang sangat mahal, dan dibutuhkan kesiapan mental dan fisik
yang kuat. Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan ibadah haji hanya sekali
saja, sejak adanya perintah haji turun yaitu pada saat haji wada’ (Haji selamat
tinggal) pada tahun ke sepuluh Hijriah.
Universitas Sumatera Utara
Hadist yang menjelaskan bahwa haji tidaklah wajib dilaksanakan berkali-
kali yaitu:
“Ibnu ‘Abbas RA berkata : Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami
sabdanya : Hai sekalian manusia, telah diwajibkan haji atas kamu. Al-
Aqra ibn Habis bertanya : apakah haji itu setiap tahun yaRasulullah ?
Rasulullah menjawab : sekiranya kukatakan “Ya” tentulah haji itu
menjadi wajib setiap tahun, dan sekiranya diwajibkan demikian, kamu
tidak akan melaksanakannya, lagi pula kamu tidak akan sanggup. Ibadah
haji itu sekali saja. Siapa yang menambahnya akan menjadi ibadah sunat
baginya.
(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Hakim dan Ibnu ‘Abbas).
Masalah lain yang menjadi permasalahan apakah ibadah haji harus
sesegara mungkin dilaksanakan atau ditunda sampai waktu yang akan datang.
Sebagian ulama berpendapat, al-Syafi’i, al-Tsauri, menyatakan bahwa waktu
pelaksanaan haji itu sangatlah luas artinya, bisa saja ibadah haji itu dilakukan
kapan saja (pada musim haji) atau tahun-tahun depannya, selama kita masih
mampu di dunia ini. Orang yang sudah mampu untuk pergi haji, namun seseorang
tersebut menunda keberangkatannya tidaklah berdosa, asalkan orang tersebut
tetap berniat untuk melaksanakan ibadah haji tersebut dan akan tetap berangkat
pada musim haji yang akan datang, namun alangkah baiknya apabila
dilaksanakan sesegera mungkin.
Sebagai contoh adalah Rasulullah SAW sendiri yang pernah menunda
untuk melaksanakan ibadah haji, dimana pada saat itu perintah haji sudah turun
pada tahun ke-6 Hijriah, tetapi Rasulullah melaksanakan haji pada tahun ke-10
Universitas Sumatera Utara
Hijriah. Apabila ada perintah bahwa ibadah haji harus sesegera mungkin untuk
dilaksanakan, maka Rasulullah pasti akan segara untuk melaksanakan, namun
pada kenyataannya Rasul sendiri pernah menunda untuk melaksanakan ibadah
haji sampai beberapa tahun berikutnya.
2.7. Syarat Wajib Haji
Para ulama sepakat bahwa ada lima syarat wajib haji yang harus
terpenuhi, yaitu:
1. Beragama Islam, orang kafir tidaklah wajib untuk melaksanakan haji.
2. Baligh (Dewasa), anak-anak tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji.
3. Berakal, orang yang sedang gila, idiot, kurang waras, sakit ingatan, dan
semacamnya tidaklah wajib haji baginya.
4. Merdeka, hamba sahaya tidaklah wajib melaksanakan ibadah haji karena
terbebankan oleh perintah majikannya. Sedangkan haji membutuhkan
waktu dan biaya yang mahal.
5. Mampu, yaitu seseorang yang memiliki kecukupan dari segi biaya (baik
untuk ongkos pergi, maupun untuk orang atau keluarga yang ditinggal
pergi), kekuatan fisik, serta keamanan selama didalam perjalanan.
2.8. Rukun Haji
Rukun haji yaitu perbuatan yang harus dilakukan selama masa
melaksanakan ibadah haji. Apabila salah satu dari rukun tersebut tidak
dilaksanakan atau tertinggal, maka hajinya tidaklah sah. Rukun tersebut yaitu:
1. Ihram, yaitu niat untuk melaksanakan ibadah haji atau langkah awal dari
permulaan untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh, pakaian ihram
yang harus digunakan selama menjalankan ibadah haji di tanah suci pada
Universitas Sumatera Utara
tanggal 8 dzulhijjah. Pakaian ihram untuk pria yaitu terdiri dari dua
lembar kain dan tidak dijahit, sehelai melilit tubuh, mulai dari pinggang
hingga di bawah lutut, dan sehelai lagi di selempangkan mulai dari bahu
kiri kebawah ketiak kanan. Pada saat itu pria tidak boleh mengenakan
celana, kemeja, tutup kepala, dan tidak boleh menutup mata kaki.
Sedangkan pakaian ihram wanita lebih bebas, tetapi disunatkan yang
berwarna putih, yang penting menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah, dan
tapak tangan.
2. Wuquf di arafah, adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke
panggung replika di padang masyar, dimana pada saat itu seluruh manusia
mengantri menunggu giliran untuk di hisab (dihitung) oleh Allah SWT.
Wukuf sebagaimana contoh peringatan untuk manusia agar selalu
mengingat Allah dengan banyak-banyak berzikir, sholat, berdo’a,
merenungkan diri, dan mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah
dilakukan selama ini. Wukuf dilakukan di padang arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah dan ini merupakan puncak dari ibadah haji.
3. Tawaf, Pengertian tawaf secara umun adalah mengelilingi Ka’bah
sebanyak tujuh putaran, dimana tawaf yang dilakukan adalah di dalam
Masjidil Haram, bukan diluar Masjid. Dimana hitungan tawaf dimulai dari
Hajjar Aswad (batu hitam), jika memungkinkan tiga putaran pertama
dilakukan dengan berlari-lari kecil, dan empat putaran selanjutnya dapat
dilakukan dengan berjalan biasa dengan posisi Baitullah Berada di sebelah
kiri para jamaah.
Universitas Sumatera Utara
4. Sa’i, yaitu berjalan kaki sebanyak 7 kali bolak-balik dari bukit Sofa ke
bukit Marwa. Dimana jarak antara bukit Sofa dan bukit Marwa sekitar 405
meter. Sehingga bila dihitung jarak tempuh antara bukit Sofa dan bukit
Marwa untuk sekali jalan sebanyak tujuh kali yaitu 7 x 405 m = 2.835
meter.
5. Mencukur rambut kepala atau memotongnya (Tahalul). Menurut bahasa
tahalul artinya “menjadi boleh” atau “diperbolehkan”. Dengan demikian
tahalul yaitu dibebaskannya seseorang dari pantangan ihram. Pembebasan
tersebut ditandai dengan pemotongan rambut kepala minimal sebanyak
tiga helai.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Fath ayat 27 yang artinya:
“..Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada rasul-Nya bahwa
mimpi rasul-Nya itu akan menjadi kenyataan. Yaitu engkau beserta
penduduk Makkah lainnya akan memasuki kota Makkah insya Allah
dengan aman, bebas dari rasa takut terhadap kaum musyrikin dengan
mencukur rata kepalamu, sedang yang lain mengguntingnya saja. Tuhan
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dibalik “ yang tidak kamu
ketahui itu “ Tuhan akan memberi kemenangan lebih dahulu kepadamu
pada waktu dekat..”.
6. Tertib, artinya pelaksanaan ibadah haji tersebut dilakukan berdasarkan
urutan mana yang harus terlebih dahulu dilakukan, mulai dari urutan yang
pertama sampai urutan yang terakhir.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Wajib Haji
Disamping rukun haji, ada yang namanya wajib haji. Dimana wajib haji
ini merupakan suatu keharusan yang dilaksanakan dalam melaksanakan ibadah
haji atau biasa juga disebut dengan inti dari perjalanan ibadah haji yang harus
dilakukan selama di tanah suci. Dimana kewajiban-kewajiban tersebut yaitu :
1. Ihram dari miqat. Secara harfiah miqat berarti batas antara boleh dan tidak,
atau perintah mulai dan berhenti, yaitu kapan mulai melapazkan
(mengucapkan) niat dan maksud melintasi batas antara tanah biasa, dengan
tanah suci. Sewaktu memasuki tanah suci semua jamaah harus sudah
berpakaian ihram, dan mengetuk pintu syurga dengan mengucapkan salam
saat memulai miqat.
2. Melempar Jumroh, yaitu tempat dimana untuk kita mengingat Nabi Ibrahim
As, yang digoda oleh syetan agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT,
untuk menyembelih putra-Nya yaitu Nabi Ismail As.
Dimana pada saat itu tiga kali Nabi Ibrahim digoda oleh syetan, dan tiga kali
pula Nabi Ibrahim melemparkan batu kepada syetan, sebagaimana beliau di
pimpin langsung dan diperintahkan langsung oleh Malaikat untuk
melakukannya. Dimana sekarang ini untuk mempermudah pelaksanaan
melempar jumrah pada ketiga tempat ini telah di bangun tugu, dimana jumrah
yang pertama yaitu jumrah Ula (Jumrah Shugro) atau jumrah yang yang
paling kecil, terletak dekat dengan Masjid Khaif. Jumrah yang kedua yaitu
jumrah Wusttha (Jumrah Tsaniyah), atau jumrah yang sedang, dimana jarak
antara jumrah kedua, dengan jumrah yang pertama yaitu sekitar 150 meter.
Dan jumrah yang ketiga adalah jumrah Aqobah (Jumrah Tsalitsah) atau
Universitas Sumatera Utara
jumrah yang besar, jumrah ini berada dekat dengan pintu gerbang
Mina,dimana jaraknya antara jumrah ketiga dengan junrah kedua sejauh 190
metar.
Tabel 2.1
Jadwal Melontar Jumroh Tanggal Ibadah Waktu
Mulai Akhir 9Zulhijjaf Wukuf di Padang Arafah Siang di waktu
matahari rebah di arah tenggelam
Tengah malam
10 zulhijjah Melontar jumrah Aqobah sebanyak tujuh kali
Setelah lewat tengah malam
Tengah malam (sunnah)
11zulhijjah Melontar ketiga jumroh secara berurutan 1.Ula 2. Wustha 3.Aqabah
Mulai tergelincirnya matahari
Tengah malam (sunnah)
12zulhijjah Melontar ketiga jumrah secara berurutan. 1.Ula 2.Wustha 3.Aqobah
Mulai tergelincirnya matahari
Tengah malam (sunnah)
13 zulhijjah Melontar kembali ketiga jumrah secara berurutan
Mulai tergelincirnya matahari
Tengah malam (sunnah)
Sumber : BPIH.
Diwajibkan setelah sampai di Mina para jamaah haji harus melempar ketiga
jumrah tersebut dengan waktu yang telah di tentukan, dimana dalam
pelemparan tersebut para jamaah haji membawa tujuh buah batu kerikil yang
sudah dicari sebelumnya, dan dalam melempar dilakukan satu persatu untuk
setiap jumrah tersebut. Dimana setelah melempar hendaknya berdiri
menghadap kiblat sambil memuji Allah SWT, serta berdo’a memohon ampun
kepada Allah, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Bermalam di Muzdalifah (Mabit), yaitu bermalam beberapa hari di Mina,
ataupun berhenti sejenak untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
melakukan pelontaran jumroh yang merupakan kewajiban dalam melakukan
ibadah haji. Maka dengan bermalam di Mina (mabit) jarak untuk melontar
jumroh keesokan harinya menjadi lebih dekat, karena letak ketiga jumroh
tersebut berada di Mina.
4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf perpisahan didalam melaksanakan ibadah haji yang
dilakukan sebagai mana pernyataan dan penghormatan kepada Baitullah dan
Masjidil Haram. Tawaf ini dapat dilakukan dengan berjalan biasa dan tidak
perlu berlari-lari. Tawaf wada’ merupakan tugas akhir yang harus dilakukan
para jamaah di dalam pelaksanaan ibadah haji maupun umroh, bagi jamaah
yang belum melakukan tawaf ini, maka belum diperbolehkan untuk
meninggalkan Makkah, maka jamaah tersebut tidak dapat kembali ketanah
air, karena tawaf ini adalah hukumnya wajib bagi setiap jamaah. Tetapi
wanita yang sedang haid dibebaskan dari tawaf ini (Tawaf Wada’), dan boleh
langsung meninggalkan Makkah, Hal ini dijelaskan dalan suatu Hadist yang
artinya:
“Manusia diperintahkan supaya akhir perjumpaan (dengan Baitullah) itu
dengan menjalankan tawaf di Baitullah, akan tetapi hal itu diringankan
bagi perempuan-perempuan yang sedang haid”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Perbedaan antara wajib haji dengan rukun haji yaitu, jika wajib haji tanpa
sengaja melanggar atau tertinggal melaksanakanya, maka ibadah hajinya adalah
tetap sah, tetapi orang yang melakukannya tersebut di haruskan membayar denda
Universitas Sumatera Utara
(dam). Sedangkan rukun haji didalam pelaksanaannya apabila dilanggar atau pun
tertinggal, maka hajinya tersebut tidaklah sah (batal).
2.10. Macam-Macam Haji
Ada tiga macam ibadah haji yang dapat dilakukan bagi jamaah haji. Yaitu:
1. Haji Ifrad. Kata ifrad berarti menyendiri, dimana seseorang bermaksud
menyendiri, baik menyendirikan haji dengan umroh. Dalam hal ini yang
didahulukan adalah ibadah haji, kemudian ibadah umroh. Dengan demikian
seseorang tersebut telah berniat dari miqat akan melaksanakan ibadah haji
dahulu baru kemudian melaksanakan ibadah umroh. Atau sebaliknya
seseorang tersebut melaksanakan umroh terlebih dahulu, kemudian
melaksanakan hajinya, hal ini dilakukan dalam waktu yang berbeda, tetapi
tetap dalam satu musim haji. Hal ini diterangkan di dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 97, yaitu yang dimaksud dengan bulan-bulan haji atau waktu
haji ada beberapa hari dan beberapa bulan. Bulan yang dimaksud yaitu bulan
Syawal, Dzulkaidah, dan Dzulhijah. Dimana dimulai dari tanggal 1 di bulan
Syawal (29 hari), tanggal 1 dibulan Dzulhijjah (30 hari), dan berakhir tanggal
10 bulan zulhijjah (tanggal 1sampai tanggal 10). sehingga yang dimaksud
dengan bulan haji adalah sebanyak 69 hari. Dimana niatnya untuk
melaksanakan haji terlebih dahulu yaitu:
“ Labaikk Allahuma bi hajji”
Yang artinya: “ Ya Allah, saya berniat haji”.
2. Haji Tamatu’. Yang berarti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan
melakukan umroh terlebih dahulu, kemudian melakukan ibadah haji. Tamatu’
juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun
Universitas Sumatera Utara
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal. Dimana dalam
perjalanan menuju Makkah para jamaah dianjurkan untuk banyak-banyak
membaca Talbiyah. Cara melaksanakan ibadah haji tamatu’ yaitu para
anggota jamaah mengenakan pakaian ihram, dan berniat melaksanakan umrah
serta mengucapkan niat dengan bacaan “Labaiika bi’umrah”. Yang artinya :
“Ya Allah, saya berniaat’umrah”.
Setelah tiba di Makkah amalan umrah berikutnya adalah melakukan tawaf
keliling ka’bah sebanyak tujuh kali, sa’i antara bukit Sofa dan bukit Marwa,
kemudian tahallul. Pada saat itu kemudian para jamaah bisa manggantikan
pakaian ihram dengan pakaian biasa, karena pada saat itu semua jamaah bebas
melakukan aktifitas yang di bolehkan (selama tidak perbuatan tercela atau
yang dilarang selama menjalankan ibadah haji).
Kebebasan tersebut berlaku di asrama saja, sampai tiba waktu untuk
melakukan ibadah haji, dimana jamaah haji tersebut harus mengenakan
pakaian ihram lagi sebelum menuju ke Mina dan langsung ke Arafah.
3. Haji Qiran. Yang berarti menggabungkan, menyatukan, atau
menyekaliguskan antara ibadah haji dengan ibadah umroh, dalam hal ini
berarti ibadah umrohnya sudah tercakup di dalamnya. Dimana haji qiran ini
dipilih karena waktunya terbatas. Umumnya mereka yang tiba tanggal 9
Dzulhijah di Makkah, maka pelaksanaan ibadah haji dan umroh langsung
dikerjakan secara bersamaan sekaligus. Dengan demikian proses tawaf, sa’i.
dan tahalul untuk haji dan umroh hanya dilakukan satukali saja. Dalam
melaksanakan haji qiran ini lafaz yang di baca yaitu “ Labaik bi hajji wa
umrah “ Yang artinya : “ ya Allah, saya berniat hajji dan umrah “. Dimana
Universitas Sumatera Utara
dalam melaksanakan haji qiran ini para jamaah harus tetap memakai pakaian
ihran dari sejak Miqat makani (batas letak tanah), serta melaksanakan semua
rukunnya serta melaksanakan wajib hajinya.
Tabel 2.2 Beda Haji Dengan Umroh
No Haji Umroh
1. Tawaf, Sa’i. Tahalul Tawaf, Sa’i, Tahalul
2. Wukuf, Mabit, dan Melontar
Jumroh
Wukuf kapan saja, terkecuali
hari-hari haji
3. Waktunya dilakukan tanggal 9, 10,
11, 12, dan 13 Zulhijah
Kapan saja dapat dilaksanakan
Sumber : BPIH.
2.11. Macam-Macam Tawaf
1. Tawaf Qudum, atau tawaf Dukhul, yaitu tawaf pembukaan atau tawaf selamat
datang bagi jamaah yang baru saja tiba di Baitullah, tawaf ini sebagai
pengganti sholat tahyattul masjid (bila di masjid-masjid biasa).
2. Tawaf Ifadhah, dilakukan apabila jamaah sudah selesai melakukan pelontaran
jumrah. Maka dilakukan tawaf ifadhah. Apabila tidak melakukan tawaf ini,
maka hajinya tidaklah sah karena ini merupakan tawaf wajib.
3. Tawaf Umrah. Dimana orang yang melakukam umroh harus melakukan tawaf
ini, apabila orang yang melakukan umroh tidak melakukan tawaf ini maka
umrohnya tidak sah.
4. Tawaf Wada’ yaitu tawaf yang dilakukan pada saat jamaah akan
meninggalkan Makkah, atau biasa disebut juga tawaf perpisahan dengan
Universitas Sumatera Utara
Ka’bah, maka jamaah seluruhnya wajib melaksanakan tawaf ini karena
hukumnya adalah wajib.
5. Tawaf Sunat, yaitu tawaf yang bisa dilakukan kapan saja, pada saat jamaah
memiliki waktu luang disaat ada kesempatan untuk melaksanakannya.
2.12. Syarat-Syarat Tawaf
1. Suci dari hadas kecil, hadas besar, dan najis. Apabila wanita sedang halangan
maka tidak dibenarkan tawaf.
2. Menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan.
3. Melakukan putaran sebanyak tujuh kali secara berturut-turut.
4. Memulai tawaf dan memulai hitungan tawaf dari hajar aswad, dan di akhiri
juga di hajar aswad.
5. Dalam memutari ka’bah harus berada di sebelah kiri jamaah.
6. Tawaf dilakukan di luar Hijir Isma’il.
2.13. Hari Tasyrik
Yang dimaksud dengan hari tasyrik yaitu tiga hari setelah tanggal 10
Dzulhijjah (Hari raya Idul Adha). Dimana mulai dari tanggal 10 Dzulhijjah di
sunatkan bagi jamaaah haji untuk menyembelih hewan Qurban. Penyembelihan
ini dilakukan setelah para jamaah selesai melempar jumrah. Rasulullah SAW,
melempar jumroh pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah selesai sholat zuhur dimulai
dari Ula, Wusta, Aqabah, (HR.Ahmad Bin Imam Hambali). Haddis lainnya
menyebutkan bahwa melempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah
dilakukan dengan berbalik di mulai dari jumrah Aqabah sampai jumra Ula.
Namun pada tanggal 11, 12, 13 melemparnya berbalik arah lagi seperti awal di
mulai dari Ula sampai Aqabah. (HR. Ibnu Majah).
Universitas Sumatera Utara
Dimana hari tasyrik ini biasa disebut juga dengan hari penyembelihan
hewan qurban. Sabda Rasulullah SAW, “ Semua hari tayrik ini adalah hari
menyembelih hewan (Qurban)”(HR.Ahmad Bin Hanbali), karena hari tasyrik ini
juga berkaitan dengan hari kegembiraan atau bersenang-senang. Maka tiga hari
setelah tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam diharamkan untuk berpuasa. Hewan
qurban yang di sembelih biasa di lakukan juga tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Pada hari tasyrik ini para jamaah di anjurkan untuk tinggal di Mina minimal dua
hari yaitu tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Kriteria yang harus dipeuhi untuk hewan
qurban yaitu kambing berumur 2 tahun, sedangkan domba berusia 1 tahun,
dimana jenis hewan inihanya diniatkan untuk 1 orang saja. Sedangkan hewan
lainnya seperti sapi, kerbau berusia 2 tahun. Untuk hewan unta berusia 5 tahun.
Dimana jenis hewan ini dapat di niatkan untuk orang yang berqurban sebanyak 7
orang.
Sedangkan hewan yang syah untuk di qurbankan yaitu tidak cacat, tidak
sedang sakit, tidak sedang dalam tersakiti atau teraniaya, dansebagainya. Hali ini
dikuatkan dengan Sabda Rasulullah SAW yaitu “empat macam binatang yang
tidak sah dijadikan qqurban, 1). Rusak matanya, 2). Sakit, 3). Pincang, dan 4).
Kurus dan tidak berlemak lagi “. (HR. Ahmad, Tarmidzi).
2.14. Jumlah Jamaah Haji
Jumlah jamaah haji adalah total jamaah haji asal kota Medan yang
berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Dimana jumlah jamaah haji asal kota
Medan selalu mengalami kenaikan, bahkan untuk beberapa tahun kedepan saja
antrian jamaah asal kota Medan sudah penuh hingga tahun 2016. Hal ini mungkin
saja karena semakin mudahnya bagi calon jamaah haji untuk mendaftarkan diri
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan bantuan dari bank-bank syariah untuk mendapatkan kursi
pesawat haji, walau untuk beberapa tahun kedepan. Dimana untuk keberangkatan
secara reguler sekarang ini hanya dengan menyetorkan uang sekitar Rp
25.000.000,- sudah bisa mendapatkan jatah kursi untuk tahun keberangkatan
berikutnya yang masih kosong.
2.15. Jumlah Penduduk Muslim
Masalah kependudukan di kota Medan sama seperti dengan daerah
lainnya yang ada di Indonesia yang meliputi pengendalian angka kelahiran,
penurunan angka kematian bayi dan anak, lama usia harapan hidup, penyebaran
penduduk yang kurang merata dan pengembangan potensi penduduk sebagai
modal pembangunan yang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Penduduk
merupakan elemen penting dalam membuat kebijakan dan merupakan alat dari
pembangunan ekonomi yang akan dilakukan pemerintah. Pembangunan
dikatakan berhasil jika pemerintah telah mampu, dan sukses dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk baik secara jasmani dan rohani.
Dengan jumlah penduduk muslim yang terbesar di dunia diharapkan
pemerintah mau untuk mendorong pembangunan yang nantinya akan
meningkatkan kualitas manusianya, karena ini merupakan potensi yang sangat
strategis dalam mempercepat pembangunan khususnya di dunia Islam yang ada di
Sumatera Utara secara umumnya, sehingga akan menjadi pendorong untuk
pembangunan ekonomi di Indonesia. Namun sebaliknya apabila tidak di imbangi
dengan kualitas penduduknya yang baik hal ini merupakan beban yang harus
dipikul pemerintah, dan menjadi penghambat pembangunan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.16. Pendapatan Perkapita
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengetahui suatu
kondisi keadaan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu dapat dilihat
melalui Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku
maupun atas harga konstan. PDRB atau yang biasa disebut dengan data
pendapatan perkapita adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian di suatu daerah setiap tahunnya, dengan demikian kita
dapat melihat bagaimana tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam waktu tertentu yang secara umum dihitung dalam
waktu satu tahun.
Berdasarkan pendapatan masyarakat secara umum dapat digolongkan
kedalam tiga bagian yaitu : masyarakat yang berpendapatan rendah, masyarakat
yang berpendapatan menengah, serta masyarakat berpendapatan tinggi.
Terjadinya perbedaan pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya
dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kemampuan yang berbeda-beda dari
seseorang, baik keahlian, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan
sebagainya yang dapat mempengaruhi pola konsumsi di dalam rumah tangga.
Apabila PDRB atau pendapatan perkapita menunjukan angka
peningkatan yang sangat signifikan, namun laju dari pertumbuhan penduduk tidak
bisa dikurangi, bahkan lebih besar laju pertumbuhan penduduk dari pada laju
pertumbuhan ekonomi, maka dalam hal ini tingkat kemakmuran masyarakat dapat
digolongkan masih rendah. Untuk itu tingkat pendapatan perkapita di suatu
daerah harus dibarengi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang seimbang dari
besarnya jumlah penduduk di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.17. Hubungan antara variable independent dengan variable dependent
1. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap jumlah penduduk muslim.
Antusias masyarakat muslim untuk melaksanakan ibadah haji sangatlah
tinggi, hal ini dikarenakan semakin mudahnya proses untuk melaksanakan ibadah
tersebut dengan bantuan dari dana talangan haji yang dilakukan oleh bank syariah
yang ada di Indonesia, selain itu dengan stabilitas ekonomi dan politik dalam
negeri yang dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk ber-haji. Sampai
saat ini penduduk muslim di Indonesia merupakan jumlah yang terbesar pertama
di dunia yang merupakan modal dasar bagi pemerintah untuk menggerakkan roda
ekonomi khususnya ekonomi Islam, namun hal itu tidaklah mudah tanpa
dibarengi dengan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Semakin
tinggi jumlah penduduk muslim dikota Medan, maka semakin tinggi jumlah
permintaan haji di kota medan yang mengakibatkan semakin tinggi pula jumlah
jamaah haji asal kota Medan.
2. Hubungan antara jumlah jamaah haji terhadap pendapatan perkapita.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata masyarakat kota Medan
yang sebanyak 72% mayoritas penduduk di kota Medan merupakan umat muslim,
(Properda Kota Medan). Dimana yang dimaksud dengan kemampuan rata-rata
tersebut adalah, kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
dalam waktu tertentu (dalam sebulan), setelah terpenuhinya kebutuhan pokok
seperti sandang, pangan, dan papan dari masyarakat tersebut, sehingga besar
ataupun kecilnya dari kelebihan pendapatan seseorang tersebut biasanya disimpan
untuk dapat dimanfaatkan oleh orang tersebut untuk membiayai kebutuhan
sekolah anak-anak, biaya berobat jika sakit, dan untuk dapat memenuhi
Universitas Sumatera Utara
keinginan/hasrat yang terpendam dalam hati untuk melaksanakan rukun Islam
yang kelima tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji ketanah suci. Pendapatan
masyarakat dikota Medan dengan masyarakat yang diluar kota Medan, bila dirata-
ratakan sangat berbeda pendapatannya. Sehingga dengan cepat akan terjadi
kepadatan penduduk di kota Medan ini pada umumnya, hal ini dikarenakan
perputaran roda ekonomi di Medan sangat cepat bila dibandingkan di luar kota
Medan. Jadi semakin tinggi pendapatan perkapita masyarakat kota Medan, maka
semakin tinggi pula keinginan/hasrat masyarakat muslim di kota Medan untuk
melaksanakan ibadah haji.
Universitas Sumatera Utara