telco suplement
TRANSCRIPT
Ditulis oleh Lingga Wardhana untuk salah satu tugas General Business Environment dengan Materi
Technological Environment : Information Technology yang diampu oleh Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto,
M.Sc
Mempersiapkan
Kebangkitan 4G
di Indonesia Ditulis sebagai salah satu wacana untuk
mempersiapkan kehadiran jaringan 4G di Indonesia.
Seri Indonesia 4G Ready
Oleh : Lingga Wardhana
Telco Suplement
Ti
Abstrak Indonesia, negara yang diyakini sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
dengan jumlah pulau mencapai 13.487 pulau dan jumlah penduduk mencapai 237
juta jiwa adalah sebuah negara yang besar. Meskipun begitu besar secara kuantitas
bukan berarti besar secara kualitas. Tengok saja dari sisi teknologi berapa banyak
kita memakai produk berteknologi tinggi buatan dalam negeri sendiri. Berapa
banyak perusahaan-perusahaan asing dengan produknya menguasai pasar negara
kita. Apakah ada yang salah selama ini?
Sama halnya di bidang telekomunikasi bangsa kita sepertinya hanya menjadi
penonton dan terkagum-kagum dengan produk-produk berteknologi tinggi yang
berdatangan dari luar negeri. Kalau kita runut dari kemunculan teknologi GSM
pada tahun 1993 di Indonesia sampai saat ini belum ada satupun teknologi
jaringan yang dikuasai oleh bangsa Indonesia padahal teknologi berkembang terus
dari tahun ke tahun dari GSM (2G) kemudian WCDMA atau UMTS (3G) juga
teknologi masa depan LTE dan WiMAX (4G).
Di Indonesia sendiri pasar menyambut dengan baik kehadiran teknologi yang
memberikan manfaat dan kenyamanan bagi penggunanya. Teknologi GSM
diperuntukkan untuk melakukan komunikasi suara secara mobile, penetrasinya
melesat cepat dibandingkan penetrasi telepon kabel. Produk-produk fixed phone
seperti wartel pun berjatuhan (diikuti dengan fax dengan kehadiran e-mail). Tidak
heran apabila teknologi GSM ini mampu bertahan lebih dari 10 tahun.
Kemunculan jaringan 3G adalah jawaban dari kehausan para pengguna internet
secara mobile. Kecepatan yang ditawarkan sampai 7,2 Mbps belum mampu
memberikan kepuasan bagi para pengguna internet di Indonesia.
Kemudian munculah teknologi 4G, teknologi yang memberikan harapan cerah bagi
komunikasi data berkecepatan tinggi yang tentu saja secara mobile. Inilah era bagi
kebangkitan 4G di Indonesia. Tapi kebangkitan apa yang kita harapkan apakah
kebangkitan menggunakan sebesar-besarnya produk asing, dikelola oleh asing atau
kebangkitan yang lain?
Daftar Isi
Ikhtisar Industri
Peluang Indonesia
Peta Teknologi
Indonesia 4G Ready
1
3
4
5
Semua foto diambil oleh Nurdiansayah Huda kecuali foto pada Indonesia 4G Ready
Ikhtisar Industri Seberapa Besar ? Seberapa besarkah industri telekomunikasi
seluler saat ini? Dengan jumlah pelanggan
mencapai 5 milyar di seluruh dunia.
Telekomunikasi sudah menjadi kebutuhan
oleh semua orang di seluruh dunia. Peluang
apa yang bisa kita manfaatkan dengan
kesempatan ini?
Apa yang Anda pilih? Bisnis seperti apakah yang anda pilih
melayani customer secara retail atau
melayani kebutuhan perusahaan lain.
Apakah anda akan menawarkan jasa,
menawarkan produk atau keduanya
sekaligus.
Memposisikan diri Anda Ada empat bagian besar Anda dapat
memposisikan diri Anda sebagai vendor besar
penyedia produk-produk telekomunikasi.
Sebagai operator yang memiliki lisensi frekuensi
dan menjual layanan telekomunikasi kepada
masyarakat. Sebagai subkontraktor yang
membantu vendor dan operator untuk
memperlancar operasionalnya atau sebagai
regulator yang memastikan bahwa setiap
operator memberikan layanan terbaiknya bagi
masyarakat dan mengeluarkan regulasi yang
mendukung perkembangan usaha di bidang
telekomunikasi juga melakukan test dan ujicoba
bagi produk-produk telekomunikasi yang masuk
ke Indonesia.
1
Operator Revenue (dalam milyar rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011
Telkomsel 39.171 40.291 44.443 45.567 48.733
Indosat 16.873 19.211 18.842 19.796 20.576
XL 8.365 12.156 13.880 17.637 18.921
Operator Net Margin (dalam milyar rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011
Telkomsel 13.624 11.422 13.16 12.362 12.824
Indosat 2.042 1.878 1.498 647 835
XL 251 -15 1.709 2.891 2.830
Vendor Revenue (dalam juta dollar)
2007 2008 2009 2010 2011
Ericsson 28,167.00 31,339.50 30,971.55 30,502.20 34,038.15
NSN 17,812.69 20,360.97 16,723.42 16,839.13 18,674.53
Huawei 14,744.80 19,692.80 23,457.12 29,207.68 32,628.64
Nomer 1, nomer 2, nomer 3,..... Industri telekomunikasi manjadi ladang mata pencaharian bagi
sebagian orang. Beberapa orang menyebutkan bahwa industri
telekomunikasi mengalami sunset benarkah begitu?
Kebalikannya kita lihat bahwa ketiga operator besar Indonesia
terus mengalami kenaikan pendapatan tiap tahunnya. Pada
tahun 2011 saja Telkomsel meraup pendapatan sebesar 48,7
trilyun rupiah, Indosat memperoleh pendapatan 20,5 trilyun
rupiah dan XL memperoleh pendapatan 18,9 trilyun rupiah.
Dari sisi efisiensi operasional XL termasuk operator yang
berhasil dimana memperoleh keuntungan bersih (pendapatan
setelah dikurangi beban operasional, pajak, bunga dan
depresiasi) lebih besar daripada Indosat meskipun
pendapatannya lebih kecil. Menurut Anda benarkah industri
telekomunikasi telah mati, atau kita sebenarnya yang tidak bisa
menangkap peluang?
Bagaimana dengan vendor? Data dari laporan keuangan yang
dikumpulkan dari 3 vendor besar ternyata Ericsson masih
memimpin berpendapatan terbesar pada tahun 2011 diikuti
oleh Huawei dan Nokia Siemens Networks.
Sumber :
Laporan
Tahunan PT.
Telekomunikasi
Seluler, PT
Indosat Tbk, PT
XL Axiata Tbk
Sumber : Annual Report Ericsson, Nokia Siemens Networks dan Huawei
Pada tahun 2011 pendapatan operator terbesar Indonesia adalah 48 trilyun rupiah dan
pendapatan vendor terbesar di dunia adalah 34 milyar US dollar
(atau setara 327 trilyun rupiah)
Anda salah besar jika
industri telekomunikasi
mengalami sunset.
2
Peluang Indonesia Pertumbuhan BTS
Menurut data yang diambil dari
laporan tahunan 3 operator
terbesar di Indonesia (PT
Telekomunikasi Seluler, PT Indosat
Tbk, PT XL Axiata Tbk) jumlah total
BTS terus bertambah setiap
tahunnya dari total sejumlah
42.139 BTS pada tahun 2007
menjadi 90.149 BTS pada tahun
2011. Diperkirakan jumlah ini akan
terus meningkat mencapai 110.738
BTS di akhir tahun 2013. Jumlah ini
belum termasuk BTS dari operator
lainnya seperti PT Hutchison
Charoen Pokphand Telecom (HCPT)
yang mengoperasikan jaringan Tri,
PT AXIS Telekom Indonesia, PT
Bakrie Telecom Tbk dan PT
Smartfren Telecom Tbk.
Pertumbuhan BTS per tahun
bervariasi di setiap operator.
Pertumbuhan terbesar dilakukan
oleh PT Telkomsel Seluler dengan
rata-rata pertambahan sekitar
5441 BTS per tahunnya. Di tahun
2011 penambahan besar-besaran
dilakukan oleh PT XL Axiata Tbk
sebesar 6082 BTS.
Penetrasi Pelanggan
Penetrasi pelanggan seluler terus
naik dari tahun 2007 sebesar 37,16
% sehingga menjadi 83,23% pada
tahun 2011. Penetrasi pelanggan
ini dhitung dari jumlah pelanggan
dari ketiga operator besar di
Indonesia dibandingkan dengan
jumlah penduduk di Indonesia.
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk,
PT XL Axiata Tbk
3
1984 Teknologi NMT-450 (Nordic Mobile
Telephone) yang menggunakan
frekuensi 450 MHz oleh PT Telkom
Indonesia & PT Rajasa Hazanah
Perkasa
1985 1G : Teknologi AMPS (Advanced Mobile
Phone System, mempergunakan
frekuensi 800 MHz) dioperasikan oleh
empat operator: PT Elektrindo
Nusantara, PT Centralindo Panca Sakti,
dan PT Telekomindo Prima Bakti, serta
PT Telkom Indonesia
1967 PT Indonesian Satellite Corporation
Tbk (Indosat, sekarang PT. Indosat
Tbk) didirikan memulai usahanya
pada 1969 dalam bidang layanan
telekomunikasi antarnegara
1993 2G : Pilot-project 2G (GSM) oleh PT
Telkom Indonesia. On-air 3 BTS
(Base Transceiver Station), yaitu satu
di Batam dan dua di Bintan
1994 PT Satelit Palapa Indonesia
(Satelindo) muncul sebagai operator
GSM pertama di Indonesia
1995 Telkomsel didirikan sebagai operator
GSM nasional kedua di Indonesia
1996
PT Excelcomindo Pratama
(Excelcom, sekarang XL Axiata)
yang berbasis GSM muncul sebagai
operator seluler nasional ketiga
1997
Produk prabayar pertama oleh
Simpati (Telkomsel)
2001
Layanan SMS diperkenalkan
2.5G : Indosat mendirikan PT Indosat Multi
Media Mobile (Indosat-M3), yang kemudian
menjadi pelopor layanan GPRS (General
Packet Radio Service) dan MMS (Multimedia
Messaging Service) di Indonesia. 2002
Pemerintah Indonesia melepas
41,94% saham Indosat ke
Singapore Technologies Telemedia
Pte Ltd (SingTel).
Flexi hadir sebagai operator CDMA
pertama di Indonesia, di bawah
pengawasan PT Telkom Indonesia,
menggunakan frekuensi 1.900 MHz
dengan lisensi FWA (Fixed Wireless
Access)
2003 PT Radio dan Telepon Indonesia (Ratelindo)
berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom dan
meluncurkan produk esia sebagai operator
CDMA kedua berbasis FWA, yang kemudian
diikuti dengan kehadiran Fren sebagai merek
dagang PT Mobile-8 Telecom.
2004 Telkomsel meluncurkan layanan EDGE
(Enhanced Data Rates for GSM Evolution)
yang sanggup melakukan transfer data
dengan kecepatan sekitar 126 kbps
(kilobit per detik) 2006
3G : Tiga operator telepon seluler ditetapkan
sebagai pemenang untuk memperoleh lisensi
layanan 3G Telkomsel, XL dan Indosat. Dan
pada akhir tahun yang sama, ketiganya
meluncurkan layanan 3G secara komersial. 2008 4G : Dirjen Postel menetapkan frekuensi
2.3 Ghz, sebagai frekuensi yang akan
ditempati WiMAX (Worldwide
Interoperability for Microwave Access)
di Indonesia.
Pe
ta Tekn
olo
gi
2009
2010 Lima operator mengantongi lisensi 4G
WiMAX yaitu : Telkom, Indosat Mega
Media, Berca, Jasnita dan First Media 2011 First Media (Sitra) dan Berca (WiGO)
menggelar jaringan Wimax
Telkomsel memperoleh second carrier untuk
jaringan 3G nya dan mengimplementasi High
Speed Packet Access (HSPA+) yang sanggup
melakukan transfer data dengan kecepatan sampai
21 Mbps.
Sum
ber : w
ikiped
ia.org &
detik.co
m
1. Telekomunikasi adalah industri infrastuktur yang strategis
2. Mengurangi ketergantungan dari segelintir vendor asing
3. Pasar dalam negeri Indonesia sangat besar
4. Negara kepulauan dan kontur bergunung-gunung, perlu solusi khas
5. Isu keamanan dalam negeri 6. Sebagai identitas bangsa untuk
go-international
Indonesia 4G Ready Anda sudah melihat bahwa peluang di industri telekomunikasi masih besar khususnya di wireless
broadband. Beberapa tahun lagi mungkin operator-operator besar akan menggelar jaringan 4G LTE
apabila regulasi dari pemerintah sudah dibuka dan ada alokasi frekuensi yang memadai. Tetapi
cukupkah seperti itu, apakah Anda tidak menginginkan sesuatu yang lain? Memiliki vendor
telekomunikasi sendiri misalnya. Berikut saya jabarkan beberapa keuntungan dan kesiapan Indonesia
sebagai vendor telekomunikasi.
Ready 4G
Keuntungan
Mengapa kita harus memiliki
vendor telekomunikasi sendiri ?
1. Potensi pemasukan negara yang cukup besar
2. Membuka lapangan pekerjaan baru
3. Menghindari “Brain Drain” 4. Perusahaan jasa telekomunikasi
asli Indonesia akan lebih mudah mendapatkan proyek tidak hanya di dalm negeri bahkan di luar negeri
5. Kemandirian bangsa
Keuntungan Bagi Bangsa Indonesia
Beberapa pasar belum tergarap sempurna
Gangnam Style, K-POP, K-
Wave mendunia seiring
dengan mendunianya
Samsung, LG dan KIA
Motor suatu yang
disengaja atau kebetulan?
28 Trilyun rupiah rata-rata belanja
CAPEX 3 operator besar Indonesia,
5,6 Trilyun pendapatan jika 20% bisa
diambil alih vendor produsen dalam
negeri. 82 Trilyun pendapatan jika
menguasai 10% dari pasar di seluruh
dunia.
5
Bangsa Indonesia secara
individual mampu terbukti dari
riset yang dilakukan oleh Prof.
Dr. Khoirul Anwar di Jepang
yang menghasilkan paten di
sistem telekomunikasi 4G
berbasis OFDM (Orthogonal
Frequency Division
Multiplexing).
Ready 4G
Kesiapan
Collaborative Research
Potensi kolaborasi riset antara industri dengan
universitas sangat besar. Mahasiswa dari Jurusan
Teknik Elektro, Informatika, dan Telekomunikasi di
Indonesia sekitar 32.000. Katakanlah mahasiswa yang
secara khusus menggeluti bidang telekomunikasi
10.000 orang. Maka akan terdapat 3000 rancangan
peralatan telekomunikasi yang dibuat oleh mahasiswa
setiap tahunnya. Dari rancangan tersebut berpotensi
menciptakan 300 peralatan telekomunikasi baru dan
dapat dijual secara komersial.
Secara individual mampu
“Saya sudah tidak research 4G lagi,
sejak tahun lalu mulai pindah ke 5G
yang kemungkinan besar berbasis
cooperative communications. Semoga
suatu saat bisa sharing.” Bonus Demografi
Menurut Prof. Suahasil Nazara, S.E., M.Sc., Ph.D, guru
besar ekonomi dari Fakultas Ekonomi UI Indonesia saat
ini mengalami bonus demografi. Apa artinya? Artinya
adalah jumlah angkatan kerja yang produktif jauh lebih
banyak daripada angkatan tua. Di sisi lain tanggungan
keluarga relatif kecil karena rata-rata anak dalam
keluarga 2 sampai 3 orang. Inilah yang menyebabkan
secara mikro tabungan keluarga meningkat dan
menggerakkan perekonomian Indonesia.
Dukungan Pemerintah
Pemerintah sudah sangat mendukung
untuk produksi dalam negeri. Sebagai
contoh saat direncanakan untuk
menggelar jaringan WiMAX pemerintah
mengeluarkan regulasi paling tidak ada
komponen lokal di produk WiMAX
tersebut tapi apa dinyana memang
industri kita yang belum siap.
6
Mempersiapkan
Kebangkitan 4G
di Indonesia
Lingga Wardhana
Pendiri dari Floatway Systems
perusahaan yang berfokus pada
pengembangan keahlian di bidang
telekomunikasi. Gemar menulis dan
sangat tertarik pada
entrepreneurship, kolaborasi riset,
dan juga pengembangan produk-
produk dalam negeri. Lulusan dari
Teknik Elektro Universitas Gadjah
Mada ini pernah bekerja sebagai RF
Optimization Consultant di
beberapa vendor dan operator di
Indonesia. Pernah memenangkan
beberapa kompetisi inovasi yang
diadakan oleh Indosat juga
kompetisi yang bersifat
internasional. Kontak dapat
dihubungi melalui email di
Tentang Penulis
Indonesia, negara yang diyakini sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 13.487 pulau
dan jumlah penduduk mencapai 237 juta jiwa adalah sebuah
negara yang besar. Meskipun begitu besar secara kuantitas
bukan berarti besar secara kualitas. Tengok saja dari sisi
teknologi berapa banyak kita memakai produk berteknologi
tinggi buatan dalam negeri sendiri. Berapa banyak perusahaan-
perusahaan asing dengan produknya menguasai pasar negara
kita. Apakah ada yang salah selama ini?
Sama halnya di bidang telekomunikasi bangsa kita sepertinya
hanya menjadi penonton dan terkagum-kagum dengan produk-
produk berteknologi tinggi yang berdatangan dari luar negeri.
Kalau kita runut dari kemunculan teknologi GSM pada tahun
1993 di Indonesia sampai saat ini belum ada satupun teknologi
jaringan yang dikuasai oleh bangsa Indonesia padahal teknologi
berkembang terus dari tahun ke tahun dari GSM (2G) kemudian
WCDMA atau UMTS (3G) juga teknologi masa depan LTE dan
WiMAX (4G).
Di Indonesia sendiri pasar menyambut dengan baik kehadiran
teknologi yang memberikan manfaat dan kenyamanan bagi
penggunanya. Teknologi GSM diperuntukkan untuk melakukan
komunikasi suara secara mobile, penetrasinya melesat cepat
dibandingkan penetrasi telepon kabel. Produk-produk fixed
phone seperti wartel pun berjatuhan (diikuti dengan fax dengan
kehadiran e-mail). Tidak heran apabila teknologi GSM ini mampu
bertahan lebih dari 10 tahun. Kemunculan jaringan 3G adalah
jawaban dari kehausan para pengguna internet secara mobile.
Kecepatan yang ditawarkan sampai 7,2 Mbps belum mampu
memberikan kepuasan bagi para pengguna internet di
Indonesia.
Kemudian munculah teknologi 4G, teknologi yang memberikan
harapan cerah bagi komunikasi data berkecepatan tinggi yang
tentu saja secara mobile. Inilah era bagi kebangkitan 4G di
Indonesia. Tapi kebangkitan apa yang kita harapkan apakah
kebangkitan menggunakan sebesar-besarnya produk asing,
dikelola oleh asing atau kebangkitan yang lain?