teknologi dan perubahan iklim kajian ilmu geografi

30
BENTUK ANALISA IMPLEMENTASI TEKNOLOGI ATAS PENERBANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM KAJIAN GEOGRAFIS DAN KEDIRGANTARAAN

Upload: angin-biru-satriyawan

Post on 23-Oct-2015

325 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

sdassa

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

BENTUK ANALISA IMPLEMENTASI TEKNOLOGI ATAS

PENERBANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM KAJIAN

GEOGRAFIS DAN KEDIRGANTARAAN

Page 2: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan intensitas pemanasan global (global warming)

ditunjukkan dengan semakin meningkatnya akselerasi kenaikan suhu

permukaan, tinggi muka laut, dan mencairnya es baik di Antartika maupun

di Greenland. Disamping berdampak langsung terhadap kenaikan tinggi

muka laut, pemanasan global juga menyebabkan terjadinya perubahan

iklim, yang berdampak pada sektor kesehatan, pertanian, kehutanan dan

transportasi. Berkaitan dengan kenaikan suhu iklim global, intensitas

siklon tropis kuat menjadi meningkat. Rata-rata kekuatan siklon tropis di

Samudera Atlantik menguat, dengan kecepatan angin maksimum

meningkat sebesar 0,4m/det/tahun dan akan membuat suatu permasalahan

perubahan iklim yang berpotensi pada ancaman kedirgantaraan.1

Global warming membuat semua ilmuwan sepakat bahwa gas-gas

efek rumah kaca telah berkontribusi pada pemanasan global dan

peningkatan ketinggian air laut, dan mereka percaya bahwa kebanyakan

adalah hasil aktivitas manusia (80% dari bahan bakar minyak, 20% dari

penggundulan hutan). Banyak ilmuwan juga percaya bahwa terjadi

pemanasan yang lebih signifikan lagi—antara 2,5 hingga 10,4 derajat

Fahrenheit (1,4 hingga 5,8 derajat Celcius) pada akhir abad ini, dan

peningkatan ketinggian air laut dari delapan puluh sentimeter hingga satu

meter.2 Para ahli mengatakan akan terjadi lebih banyak dampak kemarau

dan banjir, angin siklon dan badai, dan iklim fundamental di Eropa

berubah secara drastis, karena Gulf Stream atau arus teluk—yang

1 Agus Supangat, dkk. Memahami dan Mengantisipasi Dampak perubahan Iklim Pada

Pesisir dan Laut di Indonesia bagian Timur, (Jakarta: Jurnal Meteorologi dan

Geofisika,Volume 12 Nomor 1 Mei, 2011) 2 Agus Supangat, dkk. Ibid, 2012

Page 3: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

merupakan gelombang panas di pesisir timur Amerika Utara yang saat ini

memengaruhinya—berubah arah.

Sementara konsensus ilmiah tentang pemanasan global mulai

timbul, tetap ada beberapa ketidakpastian. Hal ini mungkin tidak akan

seburuk ramalan-ramalan yang mengerikan. Tapi di lain pihak, mungkin

saja yang terjadi justru jauh lebih buruk. Tidak berbeda dengan kehidupan,

kita selalu harus membuat keputusan berdasarkan informasi yang tidak

sempurna. Jika lima puluh atau tujuh puluh tahun dari sekarang, kutub es

mencair dan sebagian New York dan London berada di bawah air,

bersama dengan beberapa negara kepulauan, maka sudah terlambat untuk

mengubahnya. Bahkan jika kita dengan segera mengurangi emisi gas kita,

konsentrasi atmosfer atau gas-gas efek rumah kaca hanya akan berkurang

sangat perlahan. Hal ini adalah alasan mengapa kita perlu mulai

merencanakan dan bertindak segera: akan jauh lebih balk untuk

merencanakan skenario terburuk daripada menunggu dan akhirnya sadar

bahwa kita ternyata tidak cukup berjuang mencegahnya dan salah satunya

adalah permasalahan dalam kedirgantaraan.

Dalam kedirgantaraan, menghadapi perubahan iklim, perubahan

cuaca seketika adalah suatu hal yang menjadi permasalahan dan menuntut

segera diselesaikan. Dengan kemajuan teknologi dan terobosan atas

investasi, diharapkan nantinya permasalahan satu demi satu menjadi

terurai. Di dalam penerbangan sendiri kita akan mendapatkan 5 pilar

utama yang menjadi poin perhatian khusus, yaitu aerodinamika, struktur,

propulsi, mekanika terbang, dan Guidance, Navigation and Control atau

yang lebih dikenal dengan singkatan GNC, di mana GNC adalah bidang

kajian yang sangat luas. Insinyur dan peneliti dari berbagai bidang

melakukan berbagai macam riset dan pengembangan di area ini, misalnya

dari teknik penerbangan, teknik elektro, teknik komputer, teknik industri,

matematikawan, statistikawan.

Perubahan lingkungan strategis yang diantisipasi dalam kegiatan

tahun 2012 antara lain kebijakan nasional dan internasional tentang

Page 4: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

perubahan iklim, kebijakan nasional di bidang riset dan teknologi,

pertahanan serta Reformasi Birokrasi3. Kemudian, jika ditinjau bagaimana

realisasi yang terjadi di Indonesia, maka penggunaan teknologi masih

sangat sederhana dan terbatas, padahal seperti yang diketahui saat suatu

instansi memiliki sumber dinamis yang mendorong teknologi organisasi

untuk terus berinovasi yang dihasilkan dari koeksistensi harmonis, maka

perusahaan tersebut akan berkembang dengan sangat baik dan dapat

menyelesaikan permasalahan satu demi satu.4

Oleh karena hal tersebut, maka penulis akan mencoba membuat

suatu analisa tepri berdasarkan beberapa kajian yang ada mengenai

dampak perubahan iklim dan bagaimana peran tekologi dengan inovasinya

mampu mengahdapi masalah kedirgantaraan di Indonesia dan

dikomparasikan dengan yang lain.

B. Rumusan Masalah

Adapun bentuk perumusan masalah yang tersaji dari uraian latar

belakang tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemanfaatan teknologi untuk menghasilkan suatu inovasi

dalam menghadapi perubahan iklim?

2. Bagaimana komparasi penggunaan teknologi dalam menghasilkan

inovasi pada suatu negara?

3. Bagaimana rumusan intervensi kepada pemerintah dalam menciptakan

suatu peran berbasis teknologi guna kemajuan kedirgantaraan dan

dalam menghadapi perubahan iklim?

3 Agus Supangat, dkk. Ibid. 2012 4 Jing-Lin Huang, Fang-Chen Kao, Justine Chang and Shang-Ping Lin, Why Can

Technology Continue To Be Innovated?, (Amerika: The International Journal Of

Organizational Innovation: Volume 4 Number 3, 2012)

Page 5: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

C. Tujuan dan Manfaat

Karena faktor keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran mendorong

penulis membatasi analisa dari uraian yang ada di latar belakang hanya

sebatas untuk membuat suatu inovatif. Adapun tujuan dari penulisan ini

adalah guna memberikan gambaran mengenai penggunaan teknologi

(basis ICT) dalam upaya menghadapi perubahan iklim.

Adapun manfaat dari penulisan ini secara praktis adalah guna

memberikan gambaran mengenai implementasi yang terjadi pada suatu

negara dalam penggunaan teknologi (basis ICT) dalam upayanya

menghadapi perubahan iklim dari segi aspek kedirgantaraan. Selain itu,

maka penulis mendapatkan pengetahuan lebih tentang konsep

kedirgantaraan dalam menghadapi cuaca yang terjadi dari segi sederhana

hinga kompleks, dan nantinya penulis juga mengetahui cara mengatasi

masalah tersebut dengan pemikiran sederhana.

Page 6: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Teknologi Dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Teknologi tidak akan lepas dari proses mendasar, yaitu

komunikasi. Dewasa ini komunikasi menjadi lebih cepat, efektif, dan

efisien dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teknologi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia zaman sekarang. Bahkan dapat dikatakan, seluruh aspek

kehidupan seperti bidang sosial, politik, dan ekonomi, telah bersentuhan

dengan teknologi. Dalam bidang sosial, teknologi telah mempercepat

terjadinya komunikasi dan mampu mempererat hubungan manusia dari

berbagai belahan dunia.

Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa Latin ”texere”

yang berarti menyusun atau membangun. Sehingga istilah teknologi

seharusnya tidak terbatas pada penggunaan mesin, meskipun dalam arti

sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Roger (1983) teknologi adalah suatu rancangan (desain) untuk

alat bantu tindakan yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan

sebab akibat dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Gary J.

Anglin (1991) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu

perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan

menyistem, untuk memecahkan masalah.5

Menurut BNET Business Dictionary (2008), Teknologi

Komunikasi adalah sistem elektronik yang digunakan untuk

berkomunikasi antar individu atau kelompok orang. Teknologi

komunikasi menfasilitasi komunikasi antar individu atau kelompok

orang yang tidak bertemu secara fisik di lokasi yang sama.

5 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Kencana,

2012)

Page 7: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

Teknologi komunikasi dapat berupa telpon, telex, fax, radio,

televisi, audio video’ electronic data interchange dan e-mail. Teknologi

komunikasi adalah peralatan-peralatan perangkat keras, struktur

organisasi, dan nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan,

memproses dan terjadi pertukaran informasi dengan individu lain (Rogers,

1986).6

Peran ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim menjadi sangat dibutuhkan dalam upaya

mengurangi resiko bencana seperti gunung meletus, tsunami, banjir dan

gempa bumi. Berbagai penyebab yang mendasari terjadinya perubahan

iklim dan bencana alam akhir akhir ini telah dikaji secara lebih intensif.

Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Inter-governmental Panel on

Climate Change (IPCC) juga telah berupaya untuk menganalisis dampak-

dampak perubahan iklim global tersebut. Pemerintah Indonesia pun tidak

tinggal diam turut melakukan berbagai upaya mitigasi bencana dan

perubahan iklim guna meminimalisir korban materi maupun jiwa. berbagai

kerjasama dijalin dengan semua pihak yang memiliki pengalaman nyata

dalam penanggulangan dan mitigasi bencana.7

Karenanya perkembangan teknologi dalam suatu perubahan iklim

adalah suatu hal yang harus disikapi. Secara teoritis dapat disimpulkan

teknologi adalah hasil budaya yang terus berkembang. Di dalam tantangan

perubahan iklim, maka dalam kedirgantaraan teknologi dituntut

menciptakan inovasi dan terobosan guna menyelesaikan permasalahan

cuaca.

B. Pengertian Perubahan Iklim

Perubahan iklim global merupakan suatu proses yang akan

memiliki efek jangka panjang dan berbahaya atas kondisi selimut Bumi.

Diketahui, bahwa sebab-sebab yang membuat perubahan iklim global

6 Yusufhadi Miarso, Ibid. 2012 7 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Iptek Menjadi Faktor Penting Dalam

Mitigasi Perubahan Iklim dan Bencana Ala,.(Jakarta: BPPT, 2012)

Page 8: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

adalah akibat upaya manusia yaitu manusia yang terus menerus

menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara,

minyak bumi dan gas bumi.

Secara teoritis, maka pemanasan Global adalah indikasi naiknya

suhu muka bumi secara global (meluas dalam radius ribuan kilometer)

terhadap normal/rata-rata catatan pada kurun waktu standard (ukuran

Badan Meteorologi Dunia/WMO: minimal 30 tahun). Perubahan Iklim

Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban,

hujan, angin, dan lainnya) secara global terhadap normalnya. Sementara,

penjelasan mengenai iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada

kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan

yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan,

kelembaban, hujan, angin, dan lainnya).8

Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini -

yaitu mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan,

kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya,

banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga

telah mengetahui siapa yang akan terkena dampak paling besar - Negara

pesisir pantai, Negara kepulauan, dan daerah Negara yang kurang

berkembang seperti Asia Tenggara.9

Selama bertahun-tahun kita telah terus menerus melepaskan

karbondioksida ke atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang

berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi dan minyak bumi. Hal ini

telah menyebabkan meningkatnya selimut alami dunia, yang menuju

kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim yang tidak

dapat diprediksi juga mematikan.

Sebenarnya secara teoritis sudah terdapat upaya guna

mengantisipasi dampak yang makin memburuk akibat perubahan iklim, di

8 Paulus Agus Winarso, Pemanasan/Perubahan Iklim Global dan Dampaknya Di

Indonesia, (Sains Dasar Badan Meteorologi dan Geofisika, 2012) 9 http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/ diakses pada 20

September 2012 pukul 21.00 WIB

Page 9: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

mana Sebagai contoh misalnya, sebuah organisasi global berskala

internasional, Greenpeace memusatkan perhatian kepada mempengaruhi

kedua pihak yaitu masyarakat dan para pemegang keputusan atas bahaya

dibalik penambangan dan penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil.

Sebagai organisasi regional, Greenpeace Asia Tenggara memusatkan

perhatian sebagai saksi langsung atas akibat dari perubahan iklim global,

dan meningkatkan kesadaran publik tentang masalah yang sedang

berlangsung. Greenpeace SEA juga berusaha mengupayakan perubahan

kebijakan penggunaan energi di Asia Tenggara di masa depan - yaitu

beranjak dari ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil kearah

sumber-sumber energi yang terbarukan, bersih dan berkelanjutan.10

Fenomena pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim

berdampak terjadinya perubahan sosial atau kependudukan dan budaya.

Berbagai kajian sosial menemukan bahwa pola hubungan sosial berkaitan

sangat erat dengan pola iklim. Hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan

bahwa sejak tahun 1850 tercatat adanya 12 tahun terpanas berdasarkan

data temperatur permukaan global. Sebelas dari duabealas tahun terpanas

tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Kenaikan temperatur

total dari tahun 1850-1899 sampai dengan tahun 2001-2005 adalah 0,76Ëš.

Permukaan air laut rata-rata global telah meningkat dengan laju rata-rata

1.8 mm per-tahun dalam rentang waktu antara lain antara tahun 1961-

2003. Kenaikan total permukaan air laut yang berhasil dicatat pada abad

ke-20 diperkirakan 0,17 m.11

Laporan IPCC juga menyatakan bahwa

kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global sejak

pertengahan abad ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan

percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya

menanggulanginya.

Karenanya berdasarkan uraian teoritis di atas, maka disadari bahwa

perubahan iklim yang cepat akibat. Pemanasan global mengakibatkan

10 Greenpeace, Ibid, 2012 11 Intergovermental Panelon ClimateChange, Living With Climate Change. (Journal IPCC

2012)

Page 10: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

perubahan iklim dan kenaikan frekwensi maupun intensitas kejadian cuaca

ekstrim dan akan mengganggu jalanya proses transportasi terutama dalam

penulisan ini difokuskan pada penerbangan.

C. Kerangka Berpikir

Seiring dengan penggunaan teknologi yang dikhususkan atas hasil

suatu inovasi dalam penerbangan, maka suatu negara dituntut untuk melek

teknologi (basis ICT) serta menyelasaikan masalah-masalah dalam

perubahan iklim. Dengan perkembangan teknologi nantinya akan

menghasilka suatu inovasi yang tepat guna bagi penerbangan dan akan

menyelesaikan masalah dalam penerbangan, secara spesifik masalah

menghadapi perubahan iklim. Adapun bentuk kerangka berpikir tersebut

secara sederhana adalah sebagai berikut.

Skema Kerangka Berpikir

Penggunaan teknologi

(basis ICT)

Perumusan Suatu

Inovasi teknologi

Analisa masalah

penerbangan dan cuaca

Perbandingan dengan

kondisi negara lain

Upaya penyelesaian

permasalahan perubahan iklim

Intervensi untuk

pemerintah

Page 11: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada dasarnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari

pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Dalam

melakukan penelitian, berbagai macam metode digunakan seiring dengan

rancangan penelitian yang ingin digunakan. Metode merupakan tata cara

bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Metode penelitian merupakan

penjelasan secara teknis mengenai metode-metode yang digunakan dalam

suatu penelitian. Dengan demikian, metode penelitian membahas

mengenai keseluruhan cara suatu penelitian dilakukan di dalam penelitian,

yang mencakup prosedur dan teknik-teknik yang dilakukan di dalam

penelitian, seperti tipe penelitian, pendekatan penelitian dan metode

pengumpulan data yang dilakukan.

Dalam penelitian yang dilakukan ini penulis menggunakan

penelitian menurut tingkat eksplanasi atau tingkat penjelasan, yaitu

bagaimana variabel yang diteliti akan menjelaskan obyek yang diteliti

melalui data yang terkumpul melalui telaah pustaka, sedangkan dalam

penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif.

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono12

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, atau suatu obyek dari kondisi dan suatu

sistem pemikiran atau peristiwa pada masa sekarang”

Dan Moh. Nazir13

“Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat

gambaran mengenai situasi atau keadaan, sehingga metode ini

berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka”

12 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 6. 13 Nazir, Moh. Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 64.

Page 12: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

Tujuan dari metode deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Selain itu penelitian

ini bertujuan untuk menguraikan secara terperinci mengenai objek yang

sedang diteliti, tanpa melakukan hipotesa.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan, maka penulisan ini

termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

suatu penelitian yang berusaha menggambarkan atau menjelaskan

secermat mungkin mengenai suatu hal dari data yang ada. Dengan

menggunakan metode deskriptif, maka penulis dapat menggambarkan dan

menganalisa pelaksanaan penggunaan teknologi untuk menyikapi

perubahan iklim yang terjadi dalam konteks penerbangan.

B. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah dibatasi pada

penggunaan teknologi yang sudah terimplementasi baik di Indonesia

mapun luar dalam penerbangan guna antisipasi perubahan iklim dan cuaca

yang cepat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis melakukan kegiatan

pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan

maupun materi pembahasan. Metode pengumpulan data yang digunakan

oleh penulis dangan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan tahap

awal dan merupakan alat pengumpulan data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulka serta mempelajari

teori dan literatur serta fakta yang berhubungan dengan penulisan skripsi

Page 13: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

ini sebagai bahan landasan yang ada sehingga dapat diambil kesimpulan

terhadap masalah yang diteliti.14

Penelitian dilakukan dengan memperlajari dan menelaah pendapat

yang bersifat teoritis melalui buku-buku literatur, majalah dan hasil

penelitian yang dilakukanj para ahli untuk dijadikan landasan teoritis dan

membahas kenyataan yang ditemui dalam penelitian lapangan, dokumen

perusahaan dalam bentuk laporan keuangan dan dokumen lainnya

perusahaan untuk memperoleh data yang mendukung dan dapat dipercaya.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif yaitu merupakan analisis yang bersifat deskriptif yang

bertujuan menggambarkan dan menyajikan fakta secara sistematik

sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (merupakan

penjelasan dari perhitungan angka-angka yang telah dilakukan).15

Tidak semua temuan yang diperoleh di lapangan dan literatur yang

secara makro berhubungan dengan tema penelitian digambarkan dalam

hasil penelitian ini. Hanya data yang memberikan gambaran maupun

analisis yang sesuai yang akan digunakan pada penelitian ini untuk

mengetahui sejauh mana peran teknologi dengan inovasinya dalam

menghadapi perubahan iklim di bidang penerbangan.

14 Sugiyono, op.cit, 2012 15 Moh. Nazir, Op.cit, 2012

Page 14: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Pemanfaatan Teknologi Untuk Menghasilkan Suatu Inovasi

Dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Di negara-negara dengan lintang yang tinggi, cuaca amat penting

sebab berkaitan dengan nyawa. Kita sebagai manusia perlu memanage

dengan baik sistim cuaca, informasi yang berkaitan dengan cuaca

penting, karena manusia tergantung padanya. Dalam penerbangan

guna menghadapi perubahan cuaca yang begitu cepat, maka

penggunaan alat-alat penerbangan guna mengendalikan suatu pesawat

adalah hal mutlak yang harus diperhatikan. Mutasi-mutasi atas

perubahan teknologi secara cepat harus dikembangkan agar terjadi

suatu sistem deteksi yang cepat dan tepat.

Salah satu upaya guna membantu pengamatan cuaca adalah dengan

telah ditempatkan personil di sejumlah lokasi Pos Pengamatan

Meteorologi (Posmet), di beberapa titik yang dianggap memiliki

perubahan cuaca cukup cepat. Hasil pengamatan cuaca dan potensi

awan hujan setiap jam dalam satu harinya dilaporkan setiap saat oleh

petugas di Posmet ke Tim Pelaksana di Posko TMC, untuk dianalisis

dan dijadikan sebagai masukan guna menentukan strategi pelaksanaan

penyemaian awan setiap harinya.16

Secara teknis, penggunaan alat-alat pada penerbangan memiliki

dasar yang kuat untuk menghadapi perubahan iklim yang terjadi di

ruang udara. Kesemuanya berkaitan dengan kemajuan teknologi dan

kinerja dari sumber daya manusia yang akan menjadi control dalam

penerbangan tersebut. Pilot manusia dapat dilatih untuk dapat

16 Badan Pengkajian dan Peneapan Teknologi. Teknologi Modifikasi Cuaca Tanggulangi

Bencana. 2012

Page 15: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

mengendalikan pesawat dalam berbagai macam kondisi, tetapi dengan

semakin bertambah rumit dan kompleksnya penerbangan dan sistem

kokpit, dibutuhkan autopilot untuk membantu kerja penerbang. Pilot

manusia belajar dan dilatih untuk mengendalikan pesawat dalam

kondisi-kondisi abnormal ini, namun untuk mengurangi human error

dan mengurangi beban kerja penerbang, para insinyur dan peneliti

terus mempelajari bagaimanakah merancang autopilot yang dapat

membantu pesawat tersebut untuk terbang sebaik mungkin pada

kondisi abnormal tersebut.

Setiap pesawat memiliki karakteristik yang berbeda-beda

tergantung dari geometri dan rancangan dari pesawat tersebut. Ada

pesawat yang mudah dikendalikan karena sangat stabil, namun ada

pula yang lebih "liar" namun gampang ber-manuever. Respon pesawat

yang berbeda-beda ini bervariasi tergantung dari kecepatan, berat,

ketinggian, kondisi atmosfir, dll. Hal ini menyebabkan bahkan untuk

satu pesawat yang sama, sangat sulit untuk merancang suatu controller

yang dapat memberikan respon yang identik untuk berbagai kondisi

penerbangan.

Untuk pemodelan atmosfer telah difahaminya dan teridentifikasi

pola pergeseran curah hujan dan iklim ekstrem, serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya seperti monsun, ITCZ, MJO, ENSO, dan DMI

sehingga mampu melakukan prakiraan pergeseran awal musim dan

iklim ekstrem. Dengan kemampuan itu peneliti LAPAN bisa menjadi

mitra kerja yang andal bagi BMKG dan menjadi nara rumber yang

kompeten bagi publik dan instansi terkait dengan informasi rinci

berbasis sains atmosfer yang didukung dengan model dan data memadai

dan terpercaya. Dengan dukungan hardware dan software yang

direalisasikan pada tahun 2012 ini, LAPAN dapat memetakan kondisi

curah hujan ekstrem Indonesia berdasarkan kriteria POT (Peak Over

Threshold), melakukan prediksi onset monsun Indo-Australia dengan

simulasi model pergerakan ITCZ, prediksi curah hujan Indonesia skala

Page 16: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

~25 km dengan skala temporal bulanan, serta mampu memberikan

layanan informasi potensi longsor/banjir dengan proyek SADEWA

(Satellite based Disaster Early Warning) kepada instansi terkait17

.

Suatu permodelan akan pemanfaatan teknologi, adalah

permodelan dengan pemahaman komposisi atmosfer terus dimantapkan

terkait dengan pemantauan lapisan ozon yang menjadi perhatian

internasional, pemantauan aerosol yang terkait dengan transparansi

atmosfer dan dampak letusan gunung api, pemantauan GRK yang

terkait pemanasan global, dan komposisi kimia atmosfer lainnya baik

dengan data satelit maupun dengan pengukuran landas bumi. Masalah

hujan asam di kota-kota besar juga terus dikaji terkait masalah-masalah

dampak lingkungan yang cenderung semakin meningkat. Pemantauan

dan litbang kualitas udara di berbagai kota mengukur tingkat polusi

udara (ISPU = Indeks Standar Pencemar Udara) dilakukan dengan

sistem bergerak pemantau kualitas udara (Mobile AQMS - Air Quality

Monitoring System). Parameter polusi yang diukur adalah CO, NO-

NO2-NOx, SO-SO2, O3, dan PM (Particulate Matter) berukuran 10

mikron, adakalanya ditambahkan juga HC (hidrokarbon). Analisis

kandungan logam-logam berat berbahaya di atmosfer yang menjadi

perhatian publik, misalnya Zn, kobalt, dan timbal (Pb) sudah bisa

dilakukan dengan Atomic Absorption. Spectrophotometer Dengan

kepakarannya, para peneliti LAPAN memberikan bimbingan teknis

kepada instansi-instansi terkait di daerah dan pusat dalam pemantauan

kualitas udara dan hujan asam. LAPAN menjadi mitra strategis

Kementerian Lingkungan Hidup terkait dengan pemantauan ozon dan

kualitas udara18

.

Kemampuan teknologi pengamatan atmosfer terus diperkuat

dengan terbangunnya sistem transfer data atmosfer satelit Tera-Aqua

secara real time dan terintegrasi dari Pare-pare dan Rumpin ke sistem

17 Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional, Perubahan Iklim dan Peran LAPAN.

2012 18 Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional, Ibid, 2012

Page 17: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

basis data Atmosfer di Bandung. Sistem ini akan melengkapi sistem

basis data berbasis yang sudah ada dengan MTSAT dan satelit NOAA.

Sistem basis data atmosfer juga terintegrasi dengan pengamatan radar-

radar atmosfer di Kototabang. Juga diperolehnya metoda pengolahan

data satelit untuk memperoleh beberapa parameter atmosfer-laut dan

untuk menghasilkan profil uap air atmosfer dari satelit okultasi.

Beberapa perangkat pendukung pemantau atmosfer berhasil

dikembangkan, antara lain pengukur profil atmosfer berbasis GPS

receiver dan teknologi lidar pemantau kekeruhan atmosfer. Perangkat

untuk mendukung layanan publik juga dikembangkan, antara lain untuk

informasi online parameter atmosfer di media center (selanjutnya ke

situs web) dan alternatif layanan informasi awan via handphone. Sistem

radar bergerak pemantau atmosfer juga dikembangkan untuk operasi-

operasi khusus, antara lain untuk mendukung peluncuran roket.

Kesemuanya ini akan menjadi suatu olahan data yang

dikembangkan oleh pemerintah dalam pusat pemantau atmosfer yang

mampu untuk membangun basis data (database) untuk mengelola data

dari berbaqai satelit pengamat atmosfer, membangun kompetensi dan

kapasitas untuk mengembangkan model atmosfer terkait gas rumah

kaca, polusi udara, dan aerosol di Indonesia, serta mengembangkan

model variabilitas iklim dan model iklim ekstrim dengan

memanfaatkan utamanya data satelit dan data radar atmosfer. Pusat ini

sudah menjadi pusat informasi tentang aspek ilmiah dari perubahan

iklim. Informasi dari pusat ini menjadi bahan kebijakan dalam

penanganan perubahan iklim. Dengan teknik asimilasi data yang tepat

LAPAN dapat memprediksi curah hujan dan iklim ekstrem dengan

resolusi spasial kurang dari 7 km dan dapat memberikan dukungan

kepada BMKG untuk melakukan perkiraan kondisi atmosfer jangka

pendek 1 sampai 3 hari ke depan (forceasting).19

19

Mujiasih Subekti, Pemanfaatan Data Mining Untuk Prakiraan Cuaca. (Jurnal

Meteorologi dan Geofisika. Volume 12 Nomor 2 September 2011)

Page 18: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

Pencapaian suatu strategi teknologi atas perubahan cuaca yang

cepat dan telah dilaksanakan, adalah pembangunan sistem pengamatan

cuaca antariksa terpadu atau integrated space weather observation

system sudah dilaksanakan dan terus disempurnakan. Jaringan transfer

data berbasis VPN dari stasiun-stasiun pengamat diperkuat dan

diperluas untuk semua stasiun (7 stasiun), khususnya untuk data

ionosfer dan beberapa data lainnya yang telah siap. Sistem informasi

cuaca antariksa diwujudkan dengan akses data online. Jaringan lokal

(LAN) dan jaringan internet yang menjadi sarana sangat penting

pendukung litbang dan layanan informasi terjaga penuh 24 jam sehari

7 hari seminggu. Hal ini telah dilakukan oleh LAPAN dan BMKG

dengan dukungan kebijakan dari pemerintah.

Salah satu kontribusi instansi lain, adalah dengan instansi

BMKG yang saat ini memiliki sekitar 10 stasiun meteorologi maritim

dan 3 (tiga) stasiun yang diperbantukan untuk memberikan pelayanan

meteorologi maritim. Sebagian besar stasiun tersebut melakukan

pengamatan sinoptik dan sebagian diantaranya memberikan pelayanan

analisa dan prakiraan cuaca maritim. Data pengamatan ini sangat

penting untuk melihat karakteristik cuaca setempat dan pembuatan

informasi prakiraan beberapa hari ke depan.

Sementara itu dalam proses pembuatan informasi prakiraan

cuaca, terdapat beberapa kendala. Pertama, sulitnya membuat

informasi prakiraan karena melibatkan banyak sumber data seperti data

pengamatan, data model aplikasi cuaca, data gambar kondisi awan dari

satelit, data kondisi awan dari radar. Kedua, prakiraan cuaca maritim

umumnya mengandalkan kemampuan dari prakirawan, sehingga

intepretasi yang dihasilkan bisa berbeda antar prakirawan satu dengan

yang lain karena bergantung dari pengalaman masing-masing.

Perbedaan interpretasi dapat membingungkan pengguna yang pada

akhirnya berpeluang menurunkan kualitas informasi yang

disampaikan.

Page 19: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

B. Komparasi Penggunaan Teknologi Dalam Menghasilkan Inovasi

Pada Navigasi Penerbangan Suatu Negara

Negara dengan kondisi geografis yang berbeda akan memiliki

posisi keadaan iklim yang berbeda pula, karenanya dibutuhkan suatu

sikap akan pentingnya info cuaca, sehingga hal ini juga berkaitan erat

dengan penerbangan, pembangunan. Suatu bentuk pendeteksian cuaca,

akan diharapkan melalui upaya akan berkesinambungan gna

perkembangan teknologi serta pentingnya ilmu metereologi itu

Suatu bentuk perbandingan dalam penerbangan guna menghadapi

perubahan cuaca yang memanfaatkan cuaca adalah dengan

memperhatikan secara khusus pada bidang pernavigasian. Dalam

bidang navigasi, ada dua bagian besar metode navigasi: dead

reckoning dan position fixing. Dead reckoning adalah cara yang paling

sederhana untuk bernavigasi. Dengan mengetahui arah gerak kita

(misalnya dengan kompas), kecepatan kita (misalnya dengan

speedometer) dan waktu tempuh (misalnya dengan stopwatch), kita

bisa mengetahui seberapa jauh kita telah berpindah. Tentunya dengan

mengetahui di mana kita berada waktu kita mulai perjalanan tersebut

(misalnya kita tahu bahwa kita mulai dari rumah), kita bisa melihat di

peta di manakah kita setelah sekian lama bergerak. Ini adalah prinsip

utama dari dead reckoning navigation.20

Dalam penerbangan, model dead reckoning yang dilakukan di

Indonesia cenderung pada penggunaan yang dapat dilakukan dengan

manual dengan mengetahui airspeed dan wind information serta arah

pergerakan kita. Namun, di beberapa negara berkembang, seperti

China, Singapura telah mengebangkan piranti yang dapat dilakukan

dengan bantuan sensor yang dikenal dengan nama Inertial sensor:

20

http://ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teknologi-penerbangan-mainmenu-50/46-

teknik-penerbangan/482-guidance-navigation-and-control diakses pada 20 September

2012 pukul 21.45 WIB

Page 20: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

accelerometer dan gyroscope. Accelerometer adalah sensor akselerasi

dan gyroscope adalah sensor rotasi pesawat. Dengan menggabungkan

kedua jenis sensor ini, pesawat memiliki yang dikenal sebagai Inertial

Measurement Unit (IMU) untuk melakukan dead reckoning.

Dilengkapi dengan sebuah komputer, pesawat dengan Inertial

Navigation System (INS) ini dapat menghitung posisi mereka setelah

bernavigasi selama sekian lama.

Metode lain untuk melakukan navigasi adalah dengan

menggunakan metode yang dikenal dengan istilah position fixing.

Dengan menggunakan peta dengan mengetahui bearing ataupun jarak

dari beberapa landmark yang dapat diidentifikasi di peta, kita bisa

menentukan lokasi kita. Perbedaan utama dari metode ini adalah jika

bernavigasi menggunakan metode ini, perlu ada alat bantu yang ada di

luar sensor yang ada di dalam pesawat. Contoh alat-alat bantu ini

adalah Very-high Frequency Omnidirectional Range (VOR), Distance

Measuring Equipment (DME), Non-Directional Beacon (NDB), LOng

RANge Navigation (LORAN), dan Global Positioning System (GPS).

Page 21: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

21Kalau empat sensor yang pertama disebutkan di atas adalah

terrestrial (ada di muka bumi), yang terakhir dikenal dengan sebutan

Global Navigation Satellite System (GNSS). GPS adalah GNSS milik

Amerika. Beberapa GNSS milik negara lain adalah GLONAS(Rusia)

dan Galileo (Uni Eropa). Ini mengidentifikasikan bahwa Indonesia

sudah saatnya memanfaatkan dan menghasilkan terobosan serupa demi

kemajuan dan tidak menggantungkan penggunaan GPS dan GNSS

milik negara lain. Hal ini, juga memicu negara-negara lain untuk

segera berlomba melakukan inovasi.

Navigasi sebenarnya adalah bidang yang cukup "straight-forward",

jelas, karena metode di dalam bidang ini sudah lumayan

"mature"/dewasa. Permasalahan utama yang terus menjadi bahan

pemikiran dan penelitan banyak orang adalah dikarenakan tidak ada

sensor yang sempurna. Setiap sensor memiliki karakteristik

error/kesalahan masing-masing. Contohnya pada dead-reckoning

system adalah error terakumulasi seiring dengan berjalannya waktu.

Namun dead-reckoning system sendiri memiliki keunggulan bahwa

system ini tidak tergantung dengan sensor di luar system ini (misalnya

sinyal satelit GPS). Metode position fixing tidak memiliki karakteristik

21 Situs Ilmuterbang, Ibid, 2012

Page 22: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

error yang tergantung dengan waktu, namun sinyalnya tidak selalu ada

karena system ini membutuhkan anda dalam jangkauan line-of-sight

sinyal radio mereka. Bagaimana menggabungkan berbagai macam

keunggulan dan kelemahan masing-masing system inilah yang terus

mengisi perkembangan di komunitas navigasi. Nantinya suatu konsep

navigasi yang baik akan berperan aktif dalam pendeteksian keadaan

suatu benda atas cuaca yang terjadi di sekitar lokasi tersebut.

Dalam menghadapi perubahan iklim, beberaa upaya yang

memanfaatkan teknologi adalah dengan merubah secara morfologis

dari bentuk badan dan sistem pada pesawat. Teknologi

penerbangan/pesawat udara telah berkembang dengan sangat cepat

mengarah kepada Radar cross section/ RCS reductions (memperkecil

penampang pantul pada badan pesawat) dengan fokus tiga hal

yaitu airfoil, material dan avionics dalam rangka mengurangi

kemungkinan dideteksi oleh Radar pertahanan udara.

Pertama adalah melaksanakan pengembangan airfoil (bentuk

pesawat). Pesawat dibentuk lengkung dan prisma sedemikian rupa,

untuk mengurangi pantulan gelombang elektromagnit yang

dipantulkan oleh badan pesawat. Perkembangan kedua adalah material

pesawat, material pesawat dibuat agar gelombang elektromagnit yang

dipancarkan Radar tidak secara sempurna dipantulkan oleh badan

pesawat, dengan mengembangkan cat dan material badan pesawat

yang dapat mengurangi pantulan gelombang elektromagnit. Ketiga

adalah dengan mengembangkan peralatan avionics (instrument/

peralatan elektronik) pesawat dalam bentuk peralatan pengganggu

Radar (jammer).

Negara-negara maju telah melakukan riset untuk mengembangkan

teknologi penerbangan/pesawat terbang dengan melakukan Radar

cross section (RCS) reductions yang disebut Stealth Technology.

Karena hasil deteksi Radar menjadi kurang memuaskan, dengan

berkembangnya teknologi stealth dan bahkan sangat-sangat sulit

Page 23: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

mendeteksi UAV, maka dikembangkan peralatan sensor pasif (passive

sensor) atau sebagian orang menyebut Radar Pasif yaitu suatu

peralatan penerima (receiver) dari semua frekuensi yang dipancarkan

oleh pesawat/UAV, antara lain komunikasi HF/VHF/UHF,

Radaraltimeter (ketinggian), Radar cuaca dan Radar deteksi, peralatan

navigasi (TACAN, DME), IFF (identification friend or foe), berbagai

komunikasi data dan kontrol, semua gelombang elektromagnit yang

dipantulkan oleh badan pesawat dan peralatan lain di pesawat/UAV

yang memancarkan gelombang elektromagnit, bahkan beberapa

literatur menyatakan bahwa sensor pasif mampu mendeteksi hasil

interferensi engine dan exhaust pesawat yang telah tersimpan polanya

dalam data base. Sensor pasif tersebut merupakan suatu solusi untuk

membangun sistem deteksi yang handal dalam pertahanan udara, guna

mendeteksi pesawat berteknologi Stealth dan UAV. Namun, hal ini

adalah hasil pengembangan negara lain, dan belum teraplikasi untuk

penerbangan yang terdapat di Indonesia.

Salah satu pencapaian atas perkembangan teknolgi yang telah

dilakukan di Indonesia serta negara-negara lain yang bisa

dikomparasikan adalah dengan penggunaan data mining. Kajian

mengenai data mining untuk prakiraan cuaca telah banyak di lakukan.

Pemilihan teknik Data mining atau sering disebut sebagai knowledge

discovery in database (KDD) adalah kegiatan yang meliputi

pengumpulan, pemakaian data historis untuk menemukan keteraturan,

pola atau hubungan dalam data berukuran besar. Keluaran data mining

ini bisa dipakai untuk membantu pengambilan keputusan di masa

depan. Data mining menggunakan Association Rule dengan algoritma

Apriori menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal kebenaran,

proses komputasi, dan terminasi. Metode data mining lainnya yakni

Random Forest memiliki kemampuan memprediksi turbulensi dan

formasi tornado di wilayah benua Amerika dan kejadian badai dalam

satu jam pertama di setiap piksel data.

Page 24: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

Saat ini banyak sekali data mining tool dikembangkan oleh

lembaga riset, universitas atau perusahaan yang bergerak di bidang

teknologi informasi. Pada penelitian ini penulis menggunakan

perangkat lunak Orange Ailab sebagai tool data mining13). Orange

Ailab adalah perangkat lunak open source yang memungkinkan

pengguna yang tidak memahami sedikitpun tentang pemrograman

dapat melakukan visualisasi dan analisis data. Fitur-fitur yang dimiliki

diantaranya scatterplots, bar charts, trees, dendrograms, networks dan

heatmaps.

C. Rumusan Intervensi Kepada Pemerintah Dalam Menciptakan

Suatu Peran Berbasis Teknologi Guna Kemajuan Kedirgantaraan

Dan Dalam Menghadapi Perubahan Iklim.

Di Indonesia sendiri upaya perubahan cuaca juga dikembangkan.

Penulis mengambil contoh terhadap salah satu lembaga yang akan

bertugas menangani kedirgantaraan dan akan memberikan suatu

terobosan upaya pengembangan atas inovasi deteksi perubahan cuaca,

adalah LAPAN adalah Lembaga Pemerintah non-Kementerian yang

diberi tugas di bidang kedirgantaraan. LAPAN harus mampu

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan dan

membina berbagai instansi baik instansi pemerintah maupun instansi

swasta sehingga negara Indonesia mampu mengambil manfaat sebesar-

besarnya dari pengelolaan berbagai sumberdaya dirgantara dan dapat

melakukan deteksi secara dini, melakukan langkah-langkah mitigasi,

dan beradaptasi terhadap berbagai fenomena dirgantara yang

mempunyai potensi bencana dan merugikan negara. Dalam

pelaksanaan tugasnya ini, LAPAN harus mampu menggalang

kerjasama international sehingga negara RI dapat berpartisipasi aktif

dalam setiap pengelolaan dirgantara.22

22 Mujiasih. Op.cit, 2011

Page 25: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

Dalam menghadapi perubahan cuaca yang begitu cepat, maka

terdapat titik yang akan dikembangkan sebagai empat kegiatan utama

yaitu pengembangan teknologi kedirgantaraan yang difokuskan pada

empat pilar berikut:

1. Pengembangan satelit beserta berbagai komponennya di ruas bumi

dan antariksa, pengembangan roket peluncur satelit, spin off ilmu

dan teknologi peroketan untuk kegiatan pertahanan dan keamanan,

serta pengembangan teknologi pesawat terbang yang mampu

berperan mengisi konektivitas antar daerah di Nusantara serta

berbagai pesawat untuk kepentingan trasportasi, pertahanan, olah

raga, pengembangan ilmu pengetahuan, serta survey dan pemetaan.

2. Pengembangan kemampuan nasional dalam pemanfaatan teknologi

penginderaan jauh untuk pemantauan bumi dan pemantauan

atmosfer.

3. Pengembangan kemampuan nasional dalam memantau dinamika

yang terjadi di antariksa dengan fokus pada pemantauan aktivitas

matahari dan dampaknya terhadap kegiatan telekomunikasi,

navigasi, dan berbagai kegiatan lainnya di bumi serta pemantauan

benda jatuh antariksa.

4. Penyusunan kebijakan untuk pengelolaan sumberdaya dirgantara

dan memperkuat kegiatan nasional dan kerjasama internasional

dalam bidang kedirgantaraan.

Dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim, Pemerintah

akan lebih menekankan dan mengintegrasikan kebijakan program

untuk perubahan iklim ke dalam sistem perencanaan pembangunan

perencanaan pembangunan nasional dan kebijakan keuangan Negara,

serta memobilisasi sumber pendanaan terutama dari hibah luar negeri.

Untuk menyatukan dan meningkatkan efektifitas dukungan yang akan

disampaikan oleh mitra kerjasama pembangunan pemerintah, perlu

dikembangkan mekanisme pendanaan untuk perubahan iklim yang

secara efektif dapat memberikan dukungan terhadap program yang

Page 26: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

dilaksanakan oleh Pemerintah. Struktur mekanisme pendanaan dari

dukungan mitra kerjasama pembangunan dari luar negeri tersebut akan

sepenuhnya dipimpin oleh Pemerintah Indonesia dan mengikuti

program-program perubahan iklim yang disusun oleh Indonesia.

Dalam kaitan itu, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan

beberapa mitra (bilateral dan multilateral) akan membentuk

mekanisme pendanaan yang dikelola secara terpadu sebagai salah satu

alternatif mekanisme pendanaan dalam mendukung program

perubahan iklim di Indonesia. Mekanisme ini telah dibicarakan dengan

beberapa mitra kerjasama pembangunan Indonesia, diantaranya

Belanda, Norwegia, EU, dan Bank Dunia untuk mendukung program

kebijakan perubahan iklim di Indonesia. Pemerintah akan mengundang

mitra kerjasama pembangunan lainnya juga untuk berpartisipasi dalam

mendukung program perubahan iklim di Indonesia.

Page 27: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam penerapan langkah mitigasi dan adaptasi sangat mutlak

diperlukan landasan pengetahuan tentang iklim bumi secara menyeluruh

dan mendasar, disarankan pembelajaran (state of the art) iklim dan

lingkungan dalam pengelolaan dampak pemanasan dan perubahan iklim

global pada kegiatan transportasi di Indonesia.

Perkembangan teknologi penerbangan/ pesawat memaksa untuk

mendesain ulang (gelar dan komposisi serta jenis) sistem deteksi pesawat

dalam pertahanan udara sesuai dengan arah perkembangan teknologi

penerbangan. Suatu bentuk implementasi guna menghadapi perubahan

iklim bagi penerbangan Indonesia harus mengalami benturan dengan

keterbatasan anggaran dan memaksa untuk berinovasi dengan standar yang

belum dapat berasaing dengan negara-negara lain. Karenanya, agar dalam

membangun sistem deteksi pertahanan udara dalam hal deteksi atas

perubahan iklim, maka suatu regulasi kebijakan dari pemerintah harus

dapat turut berperan aktif, dan dapat tetap handal, namun dengan anggaran

yang tidak terlalu besar. Penggunaan sistem deteksi Radar dan sensor

pasif secara sinergi dapat menekan anggaran, namun sistem deteksi tetap

handal dan memiliki kemampuan untuk mendeteksi perubahan iklim

adalah sangat dibutuhkan.

B. Saran

Kajian terhadap apa yang ada, mengungkapkan harus dilakukan

terus menerus seiring dengan perkembangan teknologi. Diperlukan suatu

komitmen yang tinggi bagi semua pihak untuk dapat melaksanakan alih

Page 28: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

teknologi, guna membangun sistem pertahanan atas perubahan iklim bagi

penerbangan suatu negara secara lebih mandiri.

Salah satu bentuk upaya yang bisa menjadi rekomendasi adalah

peran serta Forum Ilmiah Perubahan Iklim yang dibentuk pemerintah pada

Juni 2012 yang juga dipastikan akan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan dan peran Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan

peneliti-peneliti lain di perguruan tinggi sangat luar biasa guna membahas

permasalahan perubahan iklim. Hal ini diharapkan menghasilkan

rekomendasi dan dasar ilmiah kuat bagi Indonesia untuk bernegosiasi di

kancah internasional.

Page 29: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2012. Iptek Menjadi Faktor Penting

Dalam Mitigasi Perubahan Iklim dan Bencana Alam,. Jakarta: BPPT.

Badan Pengkajian dan Peneapan Teknologi. 2012 Teknologi Modifikasi Cuaca

Tanggulangi Bencana. Jakarta: BPPT.

Huang, Jing-Lin, Fang-Chen Kao, Justine Chang and Shang-Ping Lin. 2012 Why

Can Technology Continue To Be Innovated?, (Amerika: The

International Journal Of Organizational Innovation: Volume 4 Number 3.

Intergovermental Panelon Climate Change. 2012. Living With Climate Change.

Journal of IPCC.

Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional. 2012. Perubahan Iklim dan

Peran LAPAN.

Miarso, Yusufhadi. 2012. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Penerbit Kencana.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. 2012. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Subekti, Mujiasih. 2011 Pemanfaatan Data Mining Untuk Prakiraan Cuaca.

Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Volume 12 Nomor 2 September 2011.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Supangat, Agus dkk. 2011. Memahami dan Mengantisipasi Dampak perubahan

Iklim Pada Pesisir dan Laut di Indonesia bagian Timur. (Jakarta: Jurnal

Meteorologi dan Geofisika,Volume 12 Nomor 1 Mei.

Winarso, Paulus Agus. 2012. Pemanasan/Perubahan Iklim Global dan

Dampaknya Di Indonesia. Sains Dasar Badan Meteorologi dan

Geofisika.

Page 30: Teknologi Dan Perubahan Iklim Kajian Ilmu Geografi

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/ diakses

pada 20 September 2012 pukul 21.00 WIB

http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teknologi-penerbangan-

mainmenu-50/46-teknik-penerbangan/482-guidance-navigation-and-

control diakses pada 20 September 2012 pukul 21.45 WIB