survial strategy komunitas makam gunung brintik...

16
53 Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang Sejarah Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang Pada mulanya wilayah Gunung Brintik atau lebih tepat dikatakan bukit di wilayah pegunungan Bergota itu “kosong”. Gunung Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk lereng selatan dan lereng Utara adalah wilayah Kabupaten Jepara, pada jaman dahulu merupakan Pulau Muria. Ada tanda-tanda, sudah sejak jaman kerajaan-kerajaan tertua di Jawa, Mataram Hindhu sekitar abad ke-4 sampai ke-7 dan sekitar abad ke-8/9 yaitu masa Sanjaya-wamsa dan Syaelen-drawamsa daerah itu sering dilewati para pelaku perjalanan jarak jauh. Ada tanda-tanda perahu juga berlabuh di “Teluk Bergota” ditepi Gunung Brintik. Lokasi Gunung Brintik, ini pada saat penelitian dilakukan berada di wilayah RW 3 Kampung Wonosari Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Gunung Brintik berasal dari nama seorang wanita yang dimakamkan disitu yaitu Nyai Brintik. Di kemudian hari dinamakan Gunung Brintik, karena ada makam Nyai Brintik. Berdasar wawancara 8 Maret 2010 dengan Pak Yanto, Bu Umi, Pak Rochmad Bu Yati, Bu Yohana (nama samaran): “…Kampung Gunung Brintik menurut para sesepuh, pada zaman dahulu merupakan pintu utama Kerajaan Bergota. Nyai Brintik menjadi penguasa Kerajaan Bergota selama puluhan tahun. Bahkan makamnya pun sampai sekarang masih ada di Taman Pemakaman Umum Bergota dan dianggap keramat oleh warga Semarang, khususnya

Upload: dinhcong

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

53

Bab 4

Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang

Sejarah Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang

Pada mulanya wilayah Gunung Brintik atau lebih tepat dikatakan bukit di wilayah pegunungan Bergota itu “kosong”. Gunung Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk lereng selatan dan lereng Utara adalah wilayah Kabupaten Jepara, pada jaman dahulu merupakan Pulau Muria.

Ada tanda-tanda, sudah sejak jaman kerajaan-kerajaan tertua di Jawa, Mataram Hindhu sekitar abad ke-4 sampai ke-7 dan sekitar abad ke-8/9 yaitu masa Sanjaya-wamsa dan Syaelen-drawamsa daerah itu sering dilewati para pelaku perjalanan jarak jauh. Ada tanda-tanda perahu juga berlabuh di “Teluk Bergota” ditepi Gunung Brintik. Lokasi Gunung Brintik, ini pada saat penelitian dilakukan berada di wilayah RW 3 Kampung Wonosari Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang.

Menurut cerita masyarakat setempat, nama Gunung Brintik berasal dari nama seorang wanita yang dimakamkan disitu yaitu Nyai Brintik. Di kemudian hari dinamakan Gunung Brintik, karena ada makam Nyai Brintik. Berdasar wawancara 8 Maret 2010 dengan Pak Yanto, Bu Umi, Pak Rochmad Bu Yati, Bu Yohana (nama samaran):

“…Kampung Gunung Brintik menurut para sesepuh, pada zaman dahulu merupakan pintu utama Kerajaan Bergota. Nyai Brintik menjadi penguasa Kerajaan Bergota selama puluhan tahun. Bahkan makamnya pun sampai sekarang masih ada di Taman Pemakaman Umum Bergota dan dianggap keramat oleh warga Semarang, khususnya

Page 2: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

54

penduduk di sekitar Bergota. Berdasarkan cerita, Nyai Brintik telah mengucap janji bahwa semua warga Bergota mulai dari daerah Kalisari hingga Randusari merupakan keturunan dari Nyai Brintik. Penduduk Bergota sekarang ini yang merupakan keturunan dari penduduk asli masih mempercayai kesaktian dari Nyai Brintik.

Karena itu nama Gunung Brintik diambil dari nama seorang penguasa kerajaan yang dulu berdiri di daerah tersebut, yakni bernama Nyai Brintik. Karena tempat tersebut berada di dataran tinggi, sehingga dianggap menyerupai gunung. Seiring berjalannya waktu daerah tersebut dialihfungsikan menjadi Tempat Pemakaman Umum Kota Semarang, meskipun masih ada penduduk yang tinggal di daerah tersebut….”

Sumber : Ali, Mohamad dalam Daldjuni, Nathan 1976: 36-46

Gambar 4.1 Peta Geohistory Gunung Brintik sekitar abad ke-10

Sejarah Komunitas Makam Gunung Brintik tidak lepas dari Sejarah Kabupaten dan Kota Semarang itu sendiri. Sejarah Semarang berawal dari daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi

Page 3: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

55

Bergota) dan merupakan bagian dari Mataram kuno. Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang yang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang jarang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu). Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II. Menurut beberapa orang yang telah lebih dari 10 tahun tinggal di Gunung Brintik dalam wawancara dengan Pak Parman, Pak Rudi, Bu Waluyo (nama samaran) tanggal 20 April 2010 menceritakan:

“…Mbah Brintik berasal dari Demak. Kalau ceritanya itu Nyai Brintik, suaminya ada di Sayung Demak, cerita rakyatnya Mbah Brintik hidup pada masa kedatangan Pangeran Pandanaran I ketika terjadi perebutan kekuasaan oleh sunan kalijaga Made Pandan dimakam di Mugas sedangkan Mbah Brintik tetap di Gunung Brintik. Gunung Mugas dan Gunung Brintik hanya dibatasi oleh suatu lembah. Makamnya Pandaran I ada di Gunung Mugas kemudian Nyai Brintik ada di Gunung Brintik (interload: yang selatan gunung apa), ujung dari bukit bergota adalah Gunung Brintik. Gunung Brintik adalah dataran tertinggi

Page 4: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

56

yang di pusat kota jadi ujung dari Bukit Bergota adalah Gunung Brintik itu, dan ada lembah ada puncak lagi namanya Bukit Mugas. Cerita rakyatnya memang dulu menjadi pusat Pandaran I. Yang ada di Gunung Brintik hanya petilasan dan didatangi orang-orang untuk bertapa. Gunung Brintik dulu adalah pulau, ketika masa-masa itu yg namanya daerah gedung batu masih laut. Gunung Brintik dahulu adalah pulau/pantai.”

Kabupaten Semarang pertama kali didirikan oleh Raden Kaji Kasepuhan (dikenal sebagai Ki Pandan Arang II) pada tanggal 2 Mei 1547 dan disahkan oleh Sultan Hadi-wijaya. Kata "Semarang" konon merupakan pemberian dari Ki Pandan Arang II, ketika dalam perjalanan ia menjumpai deretan pohon asam (Bahasa Jawa: asem) yang berjajar secara jarang (Bahasa Jawa: arang-arang), sehingga tercipta nama Semarang. Tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Pembuatan jalan, perumahan, pusat perdagangan dan pasar seperti misalnya Pasar Johar yang juga berada di pinggir Kali Semarang, erat kaitannya dengan mobilitas sosial geografis dan aktivitas ekonomi Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang. Dalam Wijanarka. (2007) dikaji perkembangan Kota Semarang. Data diperoleh dari peta-peta Semarang mulai yang tertua hingga terbaru dan pengamatan lapangan. Peta-peta Semarang tersebut meliputi peta Semarang tahun 1695, 1719, 1741, 1800, 1811, 1813, I825, 1847, 1866, 1892, 1909, 1941, dan 1946. Dengan mengkaji perkembangan Kota Semarang tersebut disimpulkan bahwa perkembangan Kota Semarang terbentuk karena: 1). Kali Semarang; 2). Jalur tradisional; 3). Pola diagonal; dan 4). Pola kontur tanah. Kegiatan Komunitas Makam Gunung Brintik saat ini sangat berkaitan dengan alasan-alasan tersebut.

Ada sejarawan dan perencana kota yang berpendapat bahwa Kali Semarang merupakan dasar pembentukan embrio Kota Semarang. Komunitas Makam Gunung Brintik berada di tepi Kali Semarang ini.

Page 5: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

57

Awal mula. Kota Semarang berada di kawasan yang sekarang menjadi kawasan Pasar Johar yang juga di pinggir Kali Semarang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dalam peletakan unit-unit rumah tinggal, Thomas Karsten merupakan konseptor dalam hal ini.

Kabupaten Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan provinsi Jawa Tengah).

Pada masa Orde Baru, tahun 1969, gencar dilakukan pembangunan seiring dengan “Modernisasi Desa” yang dikumandang-kannya. Saat itu saya siswa SMP St.Yoris Semarang. Ada sepenggal syair lagu yang sering dinyanyikan dalam setiap upacara yang mengerahkan pelajar dengan mengambil lokasi upacara di Tugu Muda, begini syair itu:

“…Desaku sumber hidup Negara, wajib kubangun scara baru, tuk menentukan hari depan, bagi nusa dan bangsa….”.

Pada saat itu berbagai lagu diciptakan untuk membangkitkan semangat membangun di Jawa Tengah umumnya dan Semarang pada khususnya. Seniman kondang kota Semarang “Ki Narto Sabdo” ikut juga menyemarakkan gelora semangat pembangunan itu dengan lagu Jawa :

“ …Ayo ayo…kanca tilingana…kanca miyarsakno…enggal katindakno. Desa kuwi wus kuno wus mesti…tansah dadi obyek ning sak iki ganti…Modernisasi desa pembangunan desa …ya tegese kuwi co…kudu dadi subyek melu nemtokake ing bab politik ekonomi lan sosial ……..”

Gencarnya modernisasi yang dilakukan di kota Semarang, berimbas pada hiruk pikuk masyarakat kota Semarang, di mana komunitas Gunung Brintik berada berdekatan dengan pusat berbagai kegiatan. Bersebelahan dengan Gereja Randusari Keuskupan Agung Semarang, berdekatan dengan Tugu Muda Semarang, pusat peme-rintahan kota Semarang dan kegiatan pemerintahan serta kegiatan perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Gunung Brintik berada di

Page 6: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

58

pinggiran (pinggir kali Semarang, pingggir Jl. Dr. Sutomo, dan masyarakatnya di pinggir berbagai kegiatan di kawasan Tugu muda itu).

Peta dan Kondisi Kependudukan Wilayah Gunung Brintik

Sumber : data primer tahun 2013

Gambar 4.2 Citra Satelit Wilayah Gunung Brintik dan Sekitarnya Tahun 20131

Areal pemukiman makam Gunung Brintik dapat dilokalisir menjadi empat lokal:

1. Hampir sepertiga wilayah itu berada di lereng dan dataran dekat dengan Tugu Muda dimanfaatkan untuk bangunan Gereja dan sekolah milik Yayasan Pangudi Luhur, SMP Dominico Savio, dan TK/SD Bernardus. Di lingkungan Gereja ada bangunan pelayanan kesehatan Yayasan Sosial Soegijapranata, dan Unit Penjahitan.

1 Wilayah Pemakaman Gunung Brintik berada di antara Kuburan

Bergota yang berwarna hijau, dan wilayah bangunan sekolah dan gereja di pojok lingkaran Tugu Muda yang diapit oleh sudut segi tiga Jl.Pandanaran dan Jl. Dr. Sutomo.

Page 7: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

59

2. Areal Makam berpenghuni jarang (rencana menjadi RT 10 (kondisi awal tahun 2010).

3. Areal pemukiman padat penghuni berbatasan dengan areal makam Bergota di dekat RS. Dr. Karyadi Semarang.

4. Areal tepian dan di atas sungai di antara Gunung Brintik dan Jl. Dr. Sutomo.

Ada empat kelompok penduduk areal makam Gunung Brintik ini:

1. Areal Makam berpenghuni jarang (rencana menjadi RT 10) Komunitas yang bertempat tinggal di lereng puncak kearah tenggara ini sebagian besar belum memiliki KTP. Gunung Brintik termasuk di dalam RW 03, Kampung Wonosari. Penduduk secara umum, dari RT 01 sampai RT 09 ditambah rencana RT 10 kurang lebih 400 KK. Cukup padat, setiap RT rata-rata 40 KK lebih. RT 04 yang sangat padat , lebih dari 57 KK. Gunung Brintik mulai RT 06 sampai RT 10.

Mata pencaharian yang paling banyak dilakukan mereka di daerah puncak Gunung Brintik paling banyak secara umumnya serabutan, mulai dari yang paling sederhana pengemis, kemudian sampai dengan buruh yang secara pasti tidak setiap hari. Buruh pembuat bunga, tukang becak juga ada. Hanya sangat sedikit yang punya pekerjaan tetap baik swasta maupun PNS bahkan di atas itu tidak ada PNS, jadi semua serba serabutan. Yang di puncak itu penduduknya keluar masuk tetapi semua punya KTP

Sampai tahun 2008 yang sempat tidak punya KTP adalah RT 10, karena saat itu RT 10 bekas hutan dan menempel dengan daerah makam, tetapi secara pelan tapi pasti itu beberapa tanah dibuat supaya pajaknya dibayar. Semula mereka tidak membayar pajak. Karena syarat di kelurahan membayar pajak maka RT 10 adalah RT terakhir dan KK nya juga masih sedikit. Akhirnya bisa dikatakan semua mendapat KTP, dan KTP menjadi penduduk setempat dan rata-rata setelah menjadi

Page 8: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

60

penduduk disitu dan relatif jarang ada yang pindah. Alamatnya RT bukan jalan apa, nomer berapa (karena dimakam) tetap ada nomernya. Yang pasti ada RT dan RW.

2. Areal pemukiman padat penghuni berbatasan dengan areal makam Bergota di dekat RS Dr.Karyadi Semarang.

Kawasan ini telah cukup lama berdiri, mereka telah mampu mengangkat dirinya dari lapisan paling bawah, dan banyak yang survive. Ada PNS, ada Guru, Dosen, pedagang dan menetap di kawasan itu. Mereka telah memiliki KTP. Menurut mantan Ketua RT I :

”...Setiap bantuan selalu ada kerjasama dengan pihak RT dan RW seijin lurah dan biasanya sudah dikoordinasikan dalam pertemuan dengan RT dan RW. Beberapa LSM ataupun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembinaan memang sebenarnya sudah dijelaskan di forum RW. Mereka punya program dan kemudian dari RW, RT akan menyetujui dan kemudian baru mereka dari pihak luar melakukan kegiatan.” (wawancara tanggal 10 Mei 2010)

Dari pengamatan yang saya lakukan, keluarga itu dan beberapa keluarga yang lain memang walaupun mereka telah sekolah tinggi dan secara ekonomi agak mapan secara umum masih bertempat tinggal disana. Ada keluarga yang sudah di perumahan Puri Anjasmoro masih juga rumah di Kawasan Gunung Brintik masih dipertahankan. Motivasi terbesarnya adalah ikatan keluarga dan ketenangan. Walapun di ling-kungan yang secara geografis berat karena memang lereng-lereng, namun motiviasi spiritual semacam itu ada. Kebersamaan, ketenangan disamping memang akses untuk keluar dan sebagainya memang praktis karena memang di pusat kota. Walaupun tadi pekerjaannya serabutan tapi bisa dikatakan mereka juga mendapat semuanya katakanlah tidak pernah ada yang kelaparan Mereka mendapatkan semua yang dibutuhkannya.

Di dalam data tahun 2008 ada BLT di RW 03 tapi tidak terlalu banyak yang mendapat, karena walaupun tidak punya pekerjaan yang

Page 9: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

61

dikatakan sebagai karyawan atau pegawai, mereka serabutan tapi setiap hari ada pekerjaan. Bagi yang pekerja tetap mungkin ada suatu penilaian bahwa ketika mempunyai ekonomi yang cukup lumayan dan hidup di kampung dia merasa menjadi orang penting sehingga merasa persaingan ekonomi tidak tinggi. Barangkali merasa lebih tenang ketika lingkungan ekonomi tidak terlalu tinggi. Mereka tidak kemrungsung, merasa tidak bersaing bahkan mereka menjadi ”golongan” seperti orang yang dihargai. Itu kenyamanan sosial. Selain itu anggota keluarga mereka keluarga sebagian besar umumnya ”jadi”.

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Gambar 4.3 Deretan Rumah di Lereng Barat Gunung Brintik Menghadap Jl. Dr.

Sutomo Semarang

Beberapa orang yang sempat punya kedudukan-kedudukan juga masih punya keluarga di Gunung Brintik. Bahkan kadang-kadang masih membeli rumah yang memang dijual. Ada juga keluarga yang sudah puluhan atau bahkan lebih dari 50 tahun di luar kota dan ini anaknya kembali di gang 3, bekerja di Kejaksaan Tinggi Jateng. Menantu dan anaknya kembali ke sini walaupun orang tuanya di Bandung dan pakde-pakdenya di Jakarta. Karena beliau itu termasuk salah satu orang yang sangat sukses di RT 01.

Page 10: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

62

3. Areal tepian sungai di antara Gunung Brintik dan Jl.Dr.Sutomo bagian selatan

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Gambar 4.4 Kios Pedagang dan Jasa di tepian sungai dan jalan

Menurut penuturan mantan Ketua RT I dalam wawancara tanggal 4 Januari 2010:

“……..Awalnya dulu disitu ,saya tahun 2000 di tempat RT 01, kebetulan kalau di lingkungan bawah istilah secara umum, pendatang lebih banyak dan penduduk asli yang awal membuka lingkungan itu memang di bawah sementara di atas itu berupa relokasi. Relokasi dari para gelandangan, kemudian orang-orang yang memang dipindahkan dari tempat lain kemudian dikola oleh pihak yayasan Soegiyapranata dan diberikan semacam rumah-rumah sederhana itu awalnya tahun 80 an informasinya dan dari situlah kemudian tempat-tempat lain ditempati oleh para pendatang yang mempunyai pekerjaan serabutan.”

4. Areal tepian di atas sungai di antara Gunung Brintik dan Jl. Dr.

Sutomo bagian bagian Utara.

Page 11: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

63

Sumber: data primer tahun 2010

Gambar 4.5 PKL Jl. Dr. Sutomo

Ada dua kelompok usaha. Pertama, kelompok kios-kios bunga yang dianggap sebagai pedagang kaki lima (PKL) mulai gang lima sampai delapan, kemudian antara gang lima sampai gang satu namanya pedagang dan jasa, jadi ada warung-warung mulai gang lima sampai satu. Sebagian besar bertempat tinggal di sana, sementara antara gang lima sampai delapan tidak bertempat tinggal di kios itu. Sore tutup. Ada Kopaja (Koperasi Pedagang dan Jasa) yang satu lagi koperasi PKL. Mereka ada iuran, ada pengurusnya sehingga kalau kelurahan akan berhubungan ya dengan pengurusnya Mereka beriuran juga untuk jaga keamanan sehingga setiap malam ada HANSIP (Pertahanan Sipil) yang berjaga jaga di pos HANSIP gang 5 yang dibiayai warga termasuk Kopaja dan PKL melalui RT setempat.

Modal Komunitas (Community Capital) Komunitas Makam Gunung Brintik Semarang

Komunitas Makam Gunung Brintik memiliki modal komunitas (Community Capital) untuk survive dan memiliki strategi menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta strategi yang

Page 12: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

64

digunakan untuk dapat berhasil mengatasi kemiskinan di Gunung Brintik .

Modal komunitas berupa; moral/spiritual (spiritual capital) Modal ekonomi (economic capital), Modal Manusia (human capital), modal intelektual (intelektual capital), modal emosional (emotional capital termasuk ketabahan /adversity Capital), serta modal moral, dan modal kesehatan. Modal tersebut dapat dikelompokkan seperti yang disampaikan oleh Jeffrey Sachs (2005) sebagai berikut: Human capital-kesehatan, nutrisi, dan keahlian dibutuhkan setiap orang untuk menjadi produktif secara ekonomi; Business capital: teknologi atau permesinan, berbagai fasilitas, alat-alat transportasi bermotor sangat diperlukan dalam pertanian, industri dan jasa; Infrastructure capital: pembangunan jalan-jalan, air dan sanitasi, bandara dan pelabuhan, dan sistem telekomunikasi, adalah penting demi produktivitas bisnis; Natural capital. Sumber daya alam; Public institutional capital: hukum komersial, sistem yudisial, berbagai pelayanan dan kebijakan pemerintah dibutuhkan menjadi penopang pembagian kerja yang penuh damai dan makmur; Knowledge capital: pengetahuan saintifik dan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dalam bisnis dan mempromosikan physical dan natural capital.

Sumber Daya Alam di Kawasan Gunung Brintik ini tersedia air ada sumur dan atau ledeng untuk lereng di bawah pinggir Kali Semarang.

“…Kalau untuk saya untuk mandi itu sumur tapi untuk keperluan lain ada ledeng dari PAM (Perusahaan Air Minum/ Ledeng), sampai dengan agak tinggi kemudian ada sumur umum yang dibangun oleh Belanda jaman dulu, dan disalurkan-salurkan kemudian ada sumur umum yang dibuat warga di puncak di Gunung Brintik disalurkan ke warga untuk semuanya kalau yang bawah karena airnya agak rembes dari sungai memang masyarakat tidak memanfaatkan untuk keperluan memasak tetapi di atas airnya sangat jernih karena kedalamannya mendekati 50 sampai 70 meter, jadi memang itu disalurkan…” (Wawancara dengan warga RT 01, 10 Februari 2011)

Page 13: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

65

Ada beberapa sumur umum yang dibangun oleh RW yang kemudian disalurkan ke beberapa warga, jadi ada pengurus sumur umum yang mengatur pembayaran tiap bulan. Ada juga warga yang memang membuat sumur sendiri kemudian disalurkan dan membayar, airnya bagus dan ada tetangga saya sumur saya tidak begitu bagus tetapi tetangga di rumah pakde saya itu sumur yang dibangun Belanda sangat bagus cuma bedanya air yang dibuat Belanda sangat dalam, yang mencarikan sumur umum semacam orang pintar zaman dulu sehingga tidak boleh ditutup jadi ada beberapa sumur salah satunya di Pojok rumah keluarga besar istri mantan Ketua RT I.

Pada jaman dulu ada peminta-minta yang kadang-kadang agak kasar, membarut/menggores kendaraan dan lain-lain. Sekarang keliatannnya itu tidak ada lagi. Pada kawasan ada beberapa kepedulian masyarakat sekitar, misalnya yayasan PS GARAM, Yayasan Penyelenggara Illahi, Yayasan Pangudi Luhur, dan Yayasan Sosial Sugiyopranoto

Ada juga yang mengelola anak-anak jalanan. Ada kerjasama yayasan Sosial Sugiyopranoto dengan LSM dari Jerman kemudian mendirikan rumah singgah. Ada juga yayasan Pelita Harapan. Mereka ngontrak rumah lima tahun. Dari situlah anak-anak dari kawasan Gunung Brintik mendapat pembekalan termasuk etika-etika. Para pengemis memang sampai sekarang masih ada khususnya pada hari-hari tertentu tetapi kalau perilaku yang bisa dikatakan merugikan dalam pengertian merusak barang dalam hal ini sudah tidak ada. Selain pengimis ada anak jalanan tetapi kalau sudah didampingi relatif sedikit dan nampaknya tidak ada perilaku-perilaku yang bersifat merusak. Kemudian kepedulian-kepedulian yang lain itu dari pihak warga yang telah maju selain dari pihak gereja dan ada juga pihak yayasan Islam. Ada beberapa TPQ yang memang membina anak-anak supaya tumbuh menjadi anak-anak yang lebih berguna. TPQ mengajarkan norma-norma nilai-nilai. Ada di sana TPQ Nurul Hidayah, TPQ Al Huda, kemudian ada SD Istiqomah selain SD Gunung Brintik yang memang didirikan oleh Yayasan Sugiyopranoto, atau oleh Pangudi Luhur atau

Page 14: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

66

Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur, menjadi satu Yayasan dengan yayasan pengelola SMP Dominico Savio

Perkembangan yang positif terjadi karena adanya kepedulian sosial, penanaman nilai-nilai sopan santun dan seterusnya, seperti contohnya Pak Rom yang relatif berhasil dan dari kawasan situ yang sedikit banyaknya memberikan supporting, keliatannya memang benar ada pengaruh dari nilai-nilai sopan santun, tata krama keikutsertaan handarbeni di kawasan itu sehingga banyak orang-orang yang singgah di puncak tadi itu (maksudnya Puncak Gunung Brintik) yang gelandangan, pengemis sekarang ada perubahan tingkah laku menjdi lebih baik.

Di RT memang pengurus lingkungan dalam hal ini RW setiap bulan mengadakan pertemuan kemudian setiap RT mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut selain dihadiri oleh beberapa pihak yang peduli, itu sering kali dari pihak keluruhanan, selain babinkamtibmas dan babinsa memang hadir kemudian di pihak RT diminta mendata warga-warga yang terlibat kasus dan sebagainya. Bagi pihak kepolisian hal itu dapat digunakan sebagai bahan pemetaan, dan bagi kelurahan untuk pembinaan supaya tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Warga supaya peduli terhadap kampung, dan sadar sebagai pendatang beserta keturunan dan warga asli setempat. Penghuni pertama, kemudian keluarga besar dari mbah-mbahnya, pak de, pak lik ada di sana semua bisa dikatakan penguasa asli tempat jadi memang ada pengaruh yang cukup untuk mengajak warga sehingga bila dibandingkan tahun 2000 anak jalanan masih banyak. Kerjasama dengan tokoh dengan kamtibmas boleh dikatakan di atas 2005 tidak dijumpai lagi anak-anak atau pemuda, warga yang mabuk di jalan ini, sehingga nampak mulai ada indikator perubahan, walaupun kalau sepenuhnya memang belum bisa tapi perbuatan-perbuatan yang merusak dirasa telah tidak terjadi lagi. Sudah aman, gotong royong dan kerjasama relatif bagus, apalagi bantuan dari pemerintah dana-dana pembangunan relatif baik karena daerah itu merupakan daerah perhatian tokoh politik sebagai lumbung suara. Tokoh tersebut me-manfaatkan untuk memperbaiki fasilitas yang ada disitu.

Page 15: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

Bab 4 Komunitas Makam Gunung Brintik

67

Makam Gunung Brintik. Makam itu sudah di kapling-kapling oleh pengelola makam dan Dinas/ Pemerintah. Makam-makam itu sudah ada petugas yang membersihkan. Mereka menguasai misalnya Blok K, misalnya K5, J5, D7 dan sebagainya. Masing-masing sudah ada kapling sendiri dan itu sudah ada petugasnya sehingga bila ada yang berziarah maka sesuai dengan kapling itu akan memberikan sedikit dana untuk kebersihan. Bila sampai bertahun-tahun paling pinggir tidak dibersihkan ahli waris/ tidak datang, akan hilang atau justru ditanami dengan patok baru bila suatu hari ada orang yang minta itu akan digunakan lagi. Yang paling tahu mana tanah yang kosong adalah mereka atau para penguasa (yang membersihkan) saja. Juru kunci, lain lagi. Ia adalah penguasa seluruhnya, sedangkan mereka hanya penguasa wilayah

Menurut kepercayaan, Mbah Brintik dianggap yang Mbahu Rekso. Banyak warga yang merasa diimpeni (bermimpi). Wujud dari kepercayaan itu setiap warga yang punya gawe (pesta/selamatan) itu bisa dikatakan pasti dari Mbah Brintik (mengunjungi makam). Kalau tidak, maka dianggap warga itu sudah melepaskan diri dari budaya setempat.

Selanjutnya dijelaskan :2

“….. ketika saya mau mengkhitankan anak oleh warga disarankan untuk sowan ke Mbah Brintik kemudian oleh juru kuncinya dido’a di makam itu dengan harapan semacam restu, tidak hanya orang yang dikatakan tinggal di puncak sampai RT 01 masih melaksanakan itu (interload: RT 01 di dekat Pak Rom) dekat jalan Dr. Sutomo RT 01, RT 03 dekat jalan raya (interload: yang atas yang SD RT 10) RT 10 yang turun ke punggung kea rah keluruhan, puncak RT 07, RT 08 turun sebelah kanan, RT 09, 10 ke kanan. Di puncak ada semacam gaji dari Pemkot ada beberapa memang petugas kata orang yang mendapat gaji, jadi ada yang honorer ada yang PNS, jadi memang penduduk setempat ada yang honorer kemudian ada yang PNS yang sebenarnya mereka

2 Wawancara tanggal 15 Mei 2012 dengan mantan Ketua RT 01, Romadi,S.Pd.M.Hum.

Page 16: Survial Strategy Komunitas Makam Gunung Brintik Semarangrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9266/4/D_902007007_BAB IV.pdf · Muria yang saat ini berada di Kabupaten Kudus untuk

SURVIVAL STRATEGY KOMUNITAS MAKAM GUNUNG BRINTIK SEMARANG

68

ngantornya tidak selalu disitu jadi di dinas kalau tidak salah di pertamanan dan pemakaman, yang sekarang dinas pemakaman tapi kan gabungan dengan dinas pertamanan kalau tidak keliru dan itu sebenarnya statusnya pegawai itu. Cuma kantornya di Bergota jadi kalau bicara tingkat kehadiran ya karena pekerja di lingkungan sendiri ya relatif selalu ada tetapi tidak di tempat, tidak di kantor tetapi di rumah dan itu memang beberapa ada yang dapat pensiun.”

Ada semacam penanaman nilai-nilai katakanlah moral, spiritual, sikap yang membuat ketenangan. Ada semacam istilah eman-eman kalau harus meninggalkan kampung, ada nilai spiritual, ada semacam senang, ketenangan, kecocokan.

Para penjual bunga secara umum dari modal sendiri. Awalnya modal sendiri, secara pelan-pelan pada tahun-tahun 2000-an bunga agak sempat melonjak. Mereka berkembang secara mandiri, setelah berkembang baru bank menawarkan pinjaman. Awalnya bank memang sulit masuk. Sekarang selain bank-bank pemerintah juga ada bank-bank kecil yang beraktivitas di kawasan Gunung Brintik.