surakarta choir center - digilib.uns.ac.id filesurakarta choir center - digilib.uns.ac.id

114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i DESAIN INTERIOR SURAKARTA CHOIR CENTER DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh : CHRISTOFER BINTANG PERMANA C 0807014 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: haanh

Post on 27-Jun-2019

259 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

DESAIN INTERIOR

SURAKARTA CHOIR CENTER

DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR

Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Unversitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh :

CHRISTOFER BINTANG PERMANA

C 0807014

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Christofer Bintang Permana

NIM : C 0807014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir

berjudul “Desain Interior Surakarta Choir Center Dengan Pendekatan History

of Choir Di Surakarta” adalah benar- benar karya sendiri, bukan plagiat dan

dibuatkan orang lain. Hal- hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas

Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akrir dan

gelar yang diperoleh.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Christofer Bintang Permana

NIM. C 0807014

Page 5: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Jangan kau tanyakan apa yang diberkan negara kepadamu, namun

bertanyalah apa yang sudah kau berikan pada negaramu”

-John F. Kennedy-

“Kesempatan tidak hanya datang satu kali,manfaatkan setiap kesempatan

yang datang kepadamu”.

-Penulis-

Page 6: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karunia kepada umat-

Nya.

2. Kedua orangtua dan seluruh keluarga

besar yang senantiasa memberikan

doa, dukungan dan semangat yang

tidak pernah putus kepada penulis.

3. PSM UNS Voca Erudita, Teman-

teman dan para sahabat yang selalu

mendukung penulis.

4. Dosen pembimbing dan seluruh

jajaran dosen jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Page 7: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan karunia dan berkah yang melimpah, sehingga penulis bisa

menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang

dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik

berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima

kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Anung B Studyanto, S. Sn, MT, selaku Ketua Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah

Tugas Akhir.

4. Ambar Mulyono, S.Sn, M.T , selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah

Tugas Akhir .

5. Orang tua tercinta FX.Pribadi dan Brigita Renny S, atas kasih sayang dan

pengorbanan yang diberikan kepada kami anak – anaknya.

6. Kakak – kakak saya, Ade Surya, Christina Tanjung Sari, Alexander Surya

atas dukungan dan kasih sayang nya.

7. Keluarga besar Supingi Pudjo Karjono dan R. Troesto atas doa, kasih

sayang, dukungan dan semangat yang tidak pernah putus.

8. Belahan jiwa saya PSM UNS “ Voca Erudita “ terimakasih atas

kebersamaan 5 tahun ini, prestasi, pengalaman, pembelajaran, suka, duka,

air mata,canda dan tawa telah berjalan seirama nada yang kita lantunkan.

Salam hangat untuk team voyage, piccc, dikti, wcg, bicc, pattaya dan team

paris.Terima kasih.

Page 8: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

9. Special saya ucapkan terima kasih sebesar – besarnya untuk sahabat saya “

d’Cost “ Isabel, candra rifqi, bintang dan bayu atas semangat dan

suportnya selama proses penyusunan tugas akhir ini.

10. Teman-teman 2007 seperjuangan di VE, terima kasih untuk mathilda, puri,

yohana, santhi dan teman seperjuangan tugas akhir, Mas Muhibudin,

teman – teman angkatan 2007 yang tersisa dan angkatan 2008 yang

banyak membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini

masih terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka

penulis mengharapkan saran, masukan dan kritikan demi kesempurnaannya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 9: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DESAIN INTERIOR

SURAKARTA CHOIR CENTER

DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR

1 Christofer Bintang P,

Drs. Rahmanu Widayat., M.Sn2, Ambar Mulyono, S.Sn, M.T

3

ABSTRAK

2012.Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana

mendesain interior pusat seni paduan suara yang memiliki fungsi edukatif,

informatif dan entertainment?. (2) Bagaimana menciptakan system akustik

gedung pertunjukan yang tepat dan baik ? (3) Bagaimana menerapkan desain

dengan pendekatan historycal berdasar sejarah perkembangan seni paduan

suara yang sesuai untuk Surakarta Choir Center ?

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : (1) Merancang Interior pusat

kesenian paduan suara ( choir center ) yang memiliki fungsi edukatif,

informatif dan entertainment. (2) Menciptakan sistem akustik yang baik di

dalam pusat kesenian paduan suara ( choir center ) . (3) Merancangan pusat

kesenian paduan suara ( choir center ) yang dapat menghadirkan atmosfer

interior berdasar sejarah perkembangan seni paduan suara.

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode

pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang digunakan oleh

peneliti, yaitu : melalui proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan,

abstraksi data. Kemudian penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah

kesimpulan dari penelitian yang dilakukann dan sejak awal penelitian data

penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola

pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi-proporsi.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal : (1).Perancangan Interior

Surakarta Choir Center sebagai pusat edukatif, informatif dan entertainment

bagi para penggemar musik paduan suara dibangun dengan estetis tinggi agar

banyak menarik pengunjung. (2) Perancangan sistem akustik yang baik demi

terwujudnya kualitas akustik yang memadahi bagi pengguna. (3) Karakter

ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi

pengunjung.

1 Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C0807014

2 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2

Page 10: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

INTERIOR DESIGN OF

SURAKARTA CHOIR CENTER

IN SURAKARTA

WITH HISTORY OF CHOIR APPROACH

1 Christofer Bintang P,

Drs. Rahmanu Widayat., M.Sn2, Ambar Mulyono, S.Sn, M.T

3

ABSTRACT

2012. Problems which discussed in this research are: (1) How to design an

interior of choir center which has an educative, informative, and entertaining

functions. (2) How to design a good and proper accoustic system of an

exhibition center. (3) How to apply historycal approach design based on the

history of choir development for Surakarta Choir Center properly.

The aims of this research are: (1) To design an interior of a choir center which

has an educative, informative, and entertaining functions. (2) To design a

good and proper accoustic system of a choir center. (3) To design a choir

center whose interior can give an atmosphere of the history of choir

development.

A method which used in the problem discussion is an interactive analysis

method in which three main stages are used by the researcher. They are

selecting, focusing, and simplifying the abstarction data. Compiling

information was done before compiling conclusion of the research. From the

very beginning of this research, note taking of rules, question formations,

cause-effect guidance, and proporsion must be done.

From the analysis, it can be concluded that: (1) The interior design of

Surakarta Choir Center as an educative, informative, and entertaining center

for choir enthusiasts is made aesthetically pleasing to attract more visitors. (2)

Accoustic system has to be well-designed to fulfil the needs of the users. (3)

Room characteristic is so helful in creating comfort and secure of the visitors.

1Student, Interior Design Program with student number C 0807014

2First Supervisor

3Second Supervisor

Page 11: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ vii

ABSTRAKSI .......................................................................................... ix

ABSTRACT ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR BAGAN ................................................................................. xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Perancangan ....................................................... 1

B. Batasan Perancangan .................................................................. 2

C. Permasalahan Perancangan ......................................................... 3

D. Tujuan Perancangan .................................................................... 3

E. Sasaran Perancangan ................................................................... 3

F. Manfaat Perancangan .................................................................. 4

G. Metode Desain ............................................................................ 4

H. Sistematika Penulisan ................................................................. 7

I. Pola Pikir Perancangan ............................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 10

A. Pengertian Judul .......................................................................... 10

1. Judul ........................................................................................ 10

2. Definisi Judul .......................................................................... 10

B. Tinjauan Tentang Paduan Suara ................................................. 12

1. Pengertian Paduan Suara ......................................................... 12

Page 12: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

C. Tinjauan Khusus Gedung Pertunjukan ....................................... 17

1. Tinjauan Gedung Pertunjukan ................................................ 17

2. Akustik Ruang ........................................................................ 18

3. Interior Gedung Pertunjukan ................................................... 20

D. Tinjauan Kota Surakarta ............................................................. 26

E. Tinjauan Tentang Desain Interior ............................................... 27

1. Organisasi Ruang .................................................................. 27

2. Hubungan Antar Ruang ........................................................ 30

3. Pola Sirkulasi ........................................................................ 31

4. Elemen Pembentuk Ruang .................................................... 33

5. Furniture …………………………………………………… 36

6. Warna ……………………………………………………… 37

7. Interior Sistem …………………………………………….. 38

8. Sistem Keamanan .................................................................. 55

BAB III. STUDI LAPANGAN .............................................................. 58

A. Studi Choir Hall .......................................................................... 58

1. Usmar Ismail Hall ................................................................... 58

2. China Hall ............................................................................... 60

3. Mont evray ............................................................................ 61

B. Studi Galeri ................................................................................. 62

C. Studi Studio ................................................................................. 63

BAB IV. DESAIN INTERIOR SURAKARTA CHOIR CENTER DI

SURAKARTA

(DENGAN PENDEKATAN HISTORYCAL CHOIR) ........................ 65

A. Analisa Existing .......................................................................... 65

1. Asumsi Lokasi ........................................................................ 65

2. Potensi Lingkungan ................................................................ 66

B. Programming ............................................................................... 67

1. Status Kelembagaan ................................................................ 67

2. Struktur Organisasi ................................................................. 67

3. Sistem Operasional ................................................................. 68

4. Program Kegiatan ................................................................... 69

Page 13: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

5. Fasilitas Ruang ........................................................................ 71

6. Sistem Organisasi Ruang ........................................................ 72

7. Sistem Sirkulasi ...................................................................... 73

8. Hubungan Antar Ruang .......................................................... 74

9. Zoning dan Grouping .............................................................. 75

C. Konsep ........................................................................................ 77

1. Ide Gagasan Perancangan ....................................................... 77

2. Tema Perancangan .................................................................. 77

3. Atmosfer Desain Interior ........................................................ 78

4. Pola Penataan Layout .............................................................. 80

5. Desain Pembentuk Ruang ....................................................... 80

6. Desain Interior Sistem ............................................................. 84

7. Desain Furniture ...................................................................... 87

8. Desain Elemen Estetis ............................................................. 88

9. Sistem Keamanan .................................................................... 91

BAB V PENUTUP ................................................................................. 94

A. Kesimpulan ....................................................................................... 94

B. Saran ................................................................................................ 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 96

LAMPIRAN ............................................................................................ 97

Page 14: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman

GAMBAR II.1. Peta Kota Surakarta ................................................. 26

GAMBAR II.2. Organisasi Ruang Terpusat ....................................... 27

GAMBAR II.3. Organisasi Ruang Linier ........................................... 27

GAMBAR II.4. Organisasi Ruang Radial .......................................... 28

GAMBAR II.5. Organisasi Ruang Cluster ......................................... 29

GAMBAR II.6. Organisasi Ruang Grid ............................................. 29

GAMBAR II.7. Pola Sirkulasi Linier ................................................. 31

GAMBAR II.8. Pola Sirkulasi Radial ................................................. 31

GAMBAR II.9. Pola Sirkulasi Spiral ................................................. 32

GAMBAR II.10. Pola Sirkulasi Grid .................................................... 32

GAMBAR II.11. Pola Sirkulasi Network ............................................. 32

GAMBAR II.12. Sistem Akustika ........................................................ 46

GAMBAR II.13. Sistem Akustika 2 ..................................................... 47

GAMBAR II.14. Sistem Akustika 2 ..................................................... 48

GAMBAR II.15. Hidrant Kebakaran .................................................... 56

GAMBAR III.1. Kursi Penonton Usmar Ismail Hall ........................... 59

GAMBAR III.2. Usmar Ismail Hall …………………………………. 59

GAMBAR III.3. China Hall …………………………………………. 60

GAMBAR III.4. China Hall 2 .............................................................. 60

GAMBAR III.5. Mont Evray Hall …………………………………… 61

GAMBAR III.6. Mont Evray Hall ....................................................... 61

GAMBAR III.7. Gallery Usmar IsmailHall ........................................ 62

GAMBAR III.8. Gallery Usmar IsmailHall ......................................... 63

GAMBAR III.9. Studio Talenta Suara Bertha ..................................... 64

GAMBAR III.10. Studio Talenta Suara Bertha ..................................... 64

GAMBAR IV.1. Site Plan Lokasi ....................................................... 66

GAMBAR IV.2. Organisasi Ruang Radial ......................................... 72

GAMBAR IV.3. Hubungan Antar Ruang ............................................ 74

GAMBAR IV.4. Zoning ...................................................................... 75

GAMBAR IV.5. Grouping .................................................................. 76

Page 15: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

GAMBAR IV.6. Cathedrale Saint Andre de Bordeaux ...................... 78

GAMBAR IV.7. Cathedral of the Assumption University,Bangkok ... 79

GAMBAR IV.8. Usmar Ismail Hall ..................................................... 80

GAMBAR IV.9. Desain Furniture 1 .................................................... 87

GAMBAR IV.10. Desain Furniture 2 .................................................... 88

GAMBAR IV.11. Desain Furniture 3 .................................................... 88

GAMBAR IV.12. Warna Pokok .......................................................... 89

GAMBAR IV.13. Garis Dominan ....................................................... 90

Page 16: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

BAGAN

halaman

BAGAN I.1. Bagan Pola Pikir Perancangan ................................. 8

BAGAN IV.1 Struktur Organisasi .................................................. 67

BAGAN IV.2 Pola Kegiatan Pengelola .......................................... 69

BAGAN IV.3 Pola Kegiatan Pengunjung Alternatif 1 .................... 70

BAGAN IV.4 Pola Kegiatan Pengunjung Alternatif 2 .................... 70

BAGAN IV.5 Pola Kegiatan Penampil …………………………… 71

Page 17: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

TABEL

Halaman

TABEL IV.1. Sistem Operasional Surakarta Choir Center ............ 68

TABEL IV.2. Program Fasilitas ..................................................... 69

TABEL IV.3. Analisa Spesifikasi Lantai ........................................ 80

TABEL IV.4. Analisa Spesifikasi Dinding ..................................... 82

TABEL IV.5. Analisa Spesifikasi Ceiling ....................................... 83

TABEL IV.6. Analisa Kriteria Pencahayaan ................................... 84

TABEL IV.7. Analisa Kriteria Penghawaann ................................. 85

TABEL IV.8. Analisa Kriteria Akustik Ruang ................................ 86

Page 18: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

INTERIOR DESIGN OF

SURAKARTA CHOIR CENTER

IN SURAKARTA

WITH HISTORY OF CHOIR APPROACH

Christofer Bintang P,1

Drs. Rahmanu Widayat., M.Sn2, Ambar Mulyono, S.Sn, M.T

3

ABSTRACT

2012. Problems which discussed in this research are: (1) How to

design an interior of choir center which has an educative,

informative, and entertaining functions. (2) How to design a good

and proper accoustic system of an exhibition center. (3) How to

apply historycal approach design based on the history of choir

development for Surakarta Choir Center properly.

The aims of this research are: (1) To design an interior of a choir

center which has an educative, informative, and entertaining

functions. (2) To design a good and proper accoustic system of a

choir center. (3) To design a choir center whose interior can give

an atmosphere of the history of choir development.

A method which used in the problem discussion is an interactive

analysis method in which three main stages are used by the

researcher. They are selecting, focusing, and simplifying the

abstarction data. Compiling information was done before

compiling conclusion of the research. From the very beginning of

this research, note taking of rules, question formations, cause-

effect guidance, and proporsion must be done.

From the analysis, it can be concluded that: (1) The interior design

of Surakarta Choir Center as an educative, informative, and

1 Student, Interior Design Program with student number C0807014 2 First Supervisor 3 Second Supervisor

entertaining center for choir enthusiasts is made aesthetically

pleasing to attract more visitors. (2) Accoustic system has to be

well-designed to fulfil the needs of the users. (3) Room

characteristic is so helful in creating comfort and secure of the

visitors.

Page 19: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan

istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-

penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut.

Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan

suara yang terdiri atas beberapa bagian suara (bahasa Inggris: part, bahasa

Jerman: Stimme). Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen

atau choirmaster yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara

tersebut. Umumnya paduan suara terdiri atas empat bagian suara (misalnya

sopran, alto, tenor, dan bas), walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada

batasan jumlah suara yang terdapat dalam paduan suara. Selain empat

suara, jumlah jenis suara yang paling lazim dalam paduan suara adalah

tiga, lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi dengan satu suara, paduan

suara tersebut diistilahkan menyanyi secara unisono.

Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat

musik. Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai

bernyanyi a cappella. Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring

paduan suara dapat terdiri atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau

bahkan suatu orkestra penuh. Terdapat banyak pandangan mengenai

bagaimana masing-masing kelompok bagian suara dalam paduan suara

ditempatkan di panggung pada suatu penampilan. Pada paduan suara

simfonik, biasanya bagian-bagian suara diatur dari suara tertinggi ke suara

terendah (misalnya sopran, alto, tenor, dan kemudian bas) dari kiri ke

kanan, bersesuaian dengan penempatan bagian alat musik gesek

umumnya. Pada penampilan a cappella atau dengan iringan piano,

umumnya pria ditempatkan di belakang dan wanita di depan; penempatan

kelompok bas di belakang kelompok sopran disukai oleh beberapa dirijen

Page 20: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dengan alasan bahwa kedua bagian suara ini harus saling menyesuaikan

nada.

Berawal dari keprihatinan terhadap kurang nya fasilitas yang dapat

menjadi wadah atau pusat kesenian dalam hal seni music,khusunya jenis

music paduan suara. Kemudian muncul ide untuk mendirikan suatu tempat

yang dapat menampung aspirasi masyarakat pecinta paduan suara. Dimana

kita dapat saling berbagi pengalaman, ilmu music,menyalurkan hobi,

bahkan menikmati pertujukan paduan suara secara langsung, baik dalm

wujud konser maupun kompetisi.

Gedung yang ditujukan untuk Komunitas paduan suara di

Surakarta ini diarahkan pada wilayah kota Surakarta sendiri, kelompok

paduan suara ada beberapa jenis, seperti padus

anak,remaja,mahasiswa,gereja hingga vocal group instansi,perusahaan

atau partai.Pemanfaat proyek : tempat latihan, sekolah music, pertunjukan,

pameran sampai galang dana serta Komunitas paduan suara Nasional dan

Internasional.

B. BATASAN PERANCANGAN

Surakarta Choir Center adalah sebuah konsep gedung kegiatan terpusat

dari suatu komunitas, dimana di dalam nya menjadi tempat untuk

menampung berbagai kegiatan yang berhubungan dengan seni paduan

suara, music, dan hal yang menunjang lainnya. Misalnya adanya hall atau

gedung pertunjukan yang di desain bagi pagelaran paduan suara, sekolah

vocal, ruang seminar dan galeri.

Perancangan Interior gedung ini di batasi pada:

1. Perancangan interior choir hall ( gedung pertunjukan )

2. Perancangan akustik ruang pada choir hall dan sekolah music

Page 21: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

C. PERMASALAHANPERANCANGAN

a. Bagaimana mendesain interior pusat seni paduan suara yang memiliki

fungsiedukatif, informatif dan entertainment?

b. Bagaimana menciptakan system akustik gedung pertunjukan yang

tepat dan baik?

c. Bagaimana menerapkan desain dengan pendekatan historycal berdasar

sejarah perkembangan seni paduan suara yang sesuai untuk Surakarta

Choir Center ?

D. TUJUAN PERANCANGAN

a. Merancang Interior pusat kesenian paduan suara ( choir center )

yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment.

b. Menciptakan sistem akustik yang baik di dalam pusat kesenian

paduan suara ( choir center ).

c. Merancangpusat kesenian paduan suara ( choir center )yang dapat

menghadirkan suasana ruang bernuansa historic terkait sejarah

perkembangan seni paduan suara.

E. SASARAN PERANCANGAN

Sasaran utama perancangan Surakarta Choir Center ini adalah

kalangan pecinta paduan suara, baik dari kalangan umum, mahasiswa,

gereja, remaja ataupun anak – anak .Secara detail, sasaran perancangan

diarahkan pada

1. Pengunjung

2. Pengelola dan karyawan

3. Owner ( pemilik )

Diharapkan dengan adanya festival hall ini dapat menarik

pengunjung untuk mengadakan sebuah konser, kompetisi atau sekedar

Page 22: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menonton yang dimana pengunjung ditargetkan berasal dari dalam

kota, luar kota dan sampai luar negeri

F. MANFAAT PERANCANGAN

1. Bagi Penulis/ Desainer

a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan

pusat kegiatan kesenian.

b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai

system interior yang berkaitan dengan bangunan berakustik detail

yang memiliki nilai edukatif, informatif dan entertainment.

c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan.

2. Bagi Dunia Akademik

a. Memberikan informasi mengenai pengetahuan fasilitas pusat

paduan suara.

b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain.

3. Bagi Masyarakat

a. Memberikan solusi tempat rekreasi edukatif serta informatif

tentang seni paduan suara.

G. METODE DESAIN

1. Melakukan survei sebagai bahan acuan perancangan

2. Melakukan kajian literature terkait.

3. Pendekatan permasalahan

4. Brainstorming ide – ide gagasan perancangan.

5. Memecahakn permasalahan yang muncul.

Page 23: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Lokasi Survei

Penelitian dilakukan di beberapa negara yang pernah di kunjungi peneliti

untuk kegiatan paduan suara, seperti China, Thailand, Perancis dan Jakarta,

untuk Jakarta lokasi yang dipilih adalah di Usmar Ismail Hall, yang

berada di Komplek Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jl. Rasuna

Said, Kuningan, Jakarta.

Bentuk Survei

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian

yang memerlukan data-data kualitatif (tidak berupa angka-angka)

maka bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Bentuk ini mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa

daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif

mempersyaratkan suatu usaha dengan keterbukaan pikir untuk

menentukan obyeknya yang sedang dipelajari”. (HB. Sutopo, 2002).

Sumber Data

a. Informan

Terdiri dari pelaku utama atau penyanyi dalam sebuah paduan

suara dan informan lain yang dianggap mengetahui tentang bangunan

yang diteliti.

b. Tempat dan Peristiwa

Sebuah gedung pertunjukan paduan suara.

Page 24: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Jenis observasi yang digunakan adalah observasi berperan

aktif, yaitu peneliti tidak bersikap pasif sebagai pengamat, tetapi

memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi

yang berkaitan dengan observasinya dengan mempertimbangkan akses

yang bisa diperolehnya dan bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan

data.Peneliti bahkan bisa berperan yang tidak hanya dalam bentuk

berdialog atau bercakap-cakap yang mengarah pada pendalaman dan

kelengkapan datanya, tetapi juga bisa mengarahkan peristiwa-peristiwa

yang sedang dipelajari demi kemantapan datanya.

b. Metode Analisis

Yaitu menganalisa data yang diperoleh di lapangan,

menghubungkan dengan kajian teoritis, dan kemudian dianalisa

kembali, dari hasil analisa ini kemudian menghasilkan alternatif-

alternatif desain, yang selanjutnya disimpulkan menjadi kesimpulan

desain.

c. Metode Wawancara

Dilakukan secara langsung terhadap pihak-pihak yang

dianggap mempunyai keterkaitan terhadap proses perancangan interior

choir center.

Page 25: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

H. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, dan metode

desain.

BAB II KAJIAN TEORI

Uraian tentang landasan teori hasil proses pengumpulan data

dan studi literatur yang dijadikan untuk mencapai tujuan

perancangan.

BAB III STUDI LAPANGAN

Merupakan uraian tentang data-data hasil survei lapangan yang

digunakan sebagai acuan atau referensi juga pembanding dalam

proses perancangan nantinya.

BAB IV PEMBAHASAN

Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar

belakangi terciptanya karya desain interior.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan

keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai

Desain Interior Surakarta Choir Center di Surakarta.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 26: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

H. POLA PIKIR

Bagan 1.1

Pola Pikir Perancangan

Sumber : Analisa Penulis

Keterangan:

Proyek perancangan merupakan hal apa yang akan direalisasikan oleh penulis

sebagai wujud dari sebuah ide/gagasan. Dalam sebuah perancangan hal yang

perlu sebagai dasar atau study banding dari sebuah proyek adalah study

literature dan study lapangan ini sebagai acuan agar penulis mempunyai

gambaran mengenai proyek yang dikerjakan. Selain kedua hal itu harus ada

Data Informasi Proyek

Desain terpilih

Evaluasi Desain

DESAIN

Alternatif Desain

Sketsa Desain

Konsep Desain

Human Faktor

Aspek Ekonomi

Interior System

Aspek Tema

Norma Desain Aspek Budaya

Rumusan

Masalah

Studi

Lapangan

Studi

Literatur

Proyek

Perancangan

Aspek Keamanan Aspek Sosial

Page 27: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

juga sebuah rumusan. Bila study literature, study lapangan dan rumusan telah

dibuat maka akan memudahkan penulis mengali data informasi proyek dan

kemudian akan memudahkan dalam membuat konsep desain. Sebuah konsep

desainpun harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu human factor, aspek

ekonomi, aspek lingkungan, aspek budaya, aspek keamanan, interaksi system,

aspek tema, norma desain, aspek politik, aspek sosial. Setelah konsep desain

terbentuk maka langkah selanjutnya pembuatan sketsa desain dengan beberapa

alternatif yang kemudian diajajukan sebagai bahan pertimbangan hingga

disetujui desain terpilih. Perlu dilakukan evaluasi desain saat konsultasi.

Desain terpilih ini di evaluasi saat kosultasi dan akhirnya mendapatkan sebuah

desain yang sesuai dengan konsep yang telah dibuat.

Page 28: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN JUDUL

1. Judul

“Desain Interior SurakartaChoir Center Dengan Pendekatan

Historycal Choir di Surakarta”

2. Definisi Judul

a. Desain

Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebagainya.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)

Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis

perancangan dimana titik beratnya adalah melihat sesuatu

persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri melainkan

sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya

saling kait mengkait.

(Desain Interior, 1999 : 12)

b. Interior

Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan,

dsb) di ruang dalam gedung.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).

Ruang dalam suatu bangunan, yang mengungkapkan tata

kehidupan manusia melalui media ruang.

(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197)

c. Surakarta

Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang

terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk

Page 29: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km2.

Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara,

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah

timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan..

Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam

salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan

Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang

dipecah pada tahun 1755.

Nama Surakarta digunakan dalam konteks formal, sedangkan

nama Solo untuk konteks informal. Akhiran -karta merujuk

pada kota, dan kota Surakarta masih memiliki hubungan

sejarah yang erat dengan Kartasura. Nama Solo berasal dari

nama desa Sala. Ketika Indonesia masih menganut Ejaan

Repoeblik, nama kota ini juga ditulis Soerakarta.

Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat

pemerintahan baru ini. Namun, sejumlah catatan lama

menyebut bentuk antara "Salakarta

( http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta )

d. Choir

Choir merupakan bahasa inggris dari paduan suara yang artinya

Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan

istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas

penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel

tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara membawakan

musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara

(bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme).

Page 30: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

e. Center

Pokok, pangkal, titik tengah

(www.artikata.com/pusat, 27 Oktober 2011)

f. History of

Berhubungan dengan sejarah

( kamus bahasa Inggris – Indonesia halaman 299, John M.Echils

dan Hasan Shadily )

B. TINJAUAN TENTANG PADUAN SUARA

a. Pengertian Seni Paduan Suara

Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan

istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas

penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh

ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan suara

membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa

bagian suara (bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme).

Dalam pengertian ini, paduan suara juga mencakup kelompok

vokal (vocal group), walaupun kadang kedua istilah ini saling

dibedakan.

Musik paduan suara adalah musik yang dilantunkan oleh suatu

paduan suara atau koor. Koor adalah bahasa Belanda, yang

berasal dari bahasa Yunani choros (di dalam bahasa Inggeris

disebut pula sebagai choir), yang berarti gabungan sejumlah

penyanyi di mana mereka mengkombinasikan berbagai suara

mereka ke dalam suatu harmoni.

Page 31: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka

di dalam suatu harmoni yang terdiri dari empat bagian, yaitu

sopran (suara tinggi wanita), alto (suara rendah wanita), tenor

(suara tinggi pria) dan bas (suara rendah pria).

Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula

ditulis atau diaransir di dalam lebih dari empat bagian tadi.

Musik paduan suara dapat digubah dengan iringan instrumen

maupun tanpa iringan instrumen atau biasa disebut sebagai a

cappella. Tetapi sebagian besar karya-karya musisi terkemuka

ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen.

Sebenarnya paduan suara sudah mempunyai suatu sejarah yang

cukup panjang, karena paduan suara ini sudah dikenal dan

membawakan lagu-lagu pujian di kenisah-kenisah Sumeria

pada kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi. Di Yunani kuno,

paduan suara bahkan diajarkan di sekolah-sekolah, di mana

pada masa itu juga sering berlangsung berbagai macam lomba

paduan suara, seperti yang ada di negeri kita.

Paduan suara juga dikenal di sinagoga Yahudi, di mana di

sinagoga ini paduan suara dibagi ke dalam beberapa kelompok

dan mereka bernyanyi bersautan dengan para penyanyi solo

atau cantor. Hampir sebagian besar dari nyanyian dan pujian di

sinagoga-sinagoga ini diambil dari Alkitab, terutama sekali dari

Kitab Mazmur.

Jenis-jenis paduan suara

Kelompok paduan suara dapat dikategorikanberdasarkan

jumlah penyanyi di dalamnya, misalnya:

Ensembel vokal atau kelompok vokal (3-12 penyanyi)

Page 32: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28

penyanyi)

Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi)

Paduan suara juga dapat dikategorikan menurut jenis atau genre

karya yang dibawakannya, misalnya:

Paduan suara simfonik

Paduan suara opera

Paduan suara lagu keagamaan (musica sacra)

Paduan suara lagu popular

Paduan suara jazz

Paduan suara lagu rakyat

Paduan suara pertunjukan (show choir), yang anggota-

anggotanya menyanyi dan menari dalam penampilan yang

seringkali menyerupai pertunjukan musical.

Perkembangan Dunia musik terbagi menjadi 6 zaman, yaitu

1. Zaman Abad Pertengahan

Zaman Abad Pertengahan sejarah kebudayaan adalah Zaman

antara berakhirnya kerajaan Romawi (476 M) sampai dengan

Zaman Reformasi agama Kristen oleh Marthen Luther

(1572M).perkembangan Musik pada Zaman ini disebabkan

oleh terjadinya perubahan keadaan dunia yang semakin

meningkat, yang menyebabkan penemuan-penemuan baru

dalam segala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Perubahan

dalam sejarah musik adalah bahwa musik tedak lagi

dititikberatkan pada kepentingan keagamaan tetapi

dipergunakan juga untuk urusan duniawi, sebagai sarana

hiburan.

Page 33: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Zaman Renaisance

Zaman Renaisance adalah zaman setelah abad Pertengahan,

Renaisance artinya Kelahiran Kembali tingkat Kebudayaan

tinggi yang telah hilang pada Zaman Romawi.Musik dipelajari

dengan cirri-ciri khusus, contoh nyanyian percintaan, nyanyian

keperwiraan.Sebaliknya musik Gereja mengalami

kemunduran.Pada zaman ini alat musik Piano dan Organ sudah

dikenal, sehingga munculah musik Instrumental. Di kota

Florence berkembang seni Opera. Opera adalah sandiwara

dengan iringan musik disertai oloeh para penyanyinya.

3. Zaman Barok dan Rokoko

Kemajuan musik pada zaman pertengahan ditandai dengan

munculnya aliran-aliran musik baru, diantaranya adalah aliran

Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini hamper sama sifatnya,

yaitu adanya pemakaian Ornamentik (Hiasan Musik).

Perbedaannya adalah bahwa musik Barok memakai

Ornamentik yang deserahkan pada Improvisasi spontan oleh

pemain, sedangkan pada musik Rokoko semua hiasan

Ornamentik dicatat.

Jenis lagu yang diterapkan dalam format paduan suara yaitu

jenis lagu gospel spiritual

4. Zaman Klasik 91750 – 1820)

Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah

berakhirnya musik Barok dan Rokoko.

Jenis lagu yang diterapkan dalam format paduan suara yaitu

jenis lagu musica sacra.

Page 34: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

5. Zaman Romantik (1820 – 1900)

Musik romantic sangat mementingkan perasaan yang subyaktif.

Musik bukan saja dipergunakan untuk mencapai keindahan

nada-nada, akan tetapi digunakan untuk mengungkapkan

perasaan. Oleh karena itu, dinamika dan tempo banyak dipakai.

6. Zaman Modern (1900 – sekarang)

Musik pada Zaman ini tidak mengakui adanay hokum-hukum

dan peraturan-peraturan, karena kemajuan ilmu dan teknologi

yang semakin pesat, misalnya penemuan dibidang teknik

seperti Film, Radio, dan Televisi.Pada masa ini orang ingin

mengungkapkan sesuatu dengan bebas.

Hampir semua jenis music dapat dibawakan secara format

paduan suara, jenis – jenis lagu dalam pengkategorian musik

paduan suara yaitu

1. Musica sacra, merupakan kategori lagu dengan jenis music

religi ( nasrani )

2. Classic

3. Gospel spiritual,Kategori lagu jenis music zaman perbudakan

kulit hitam.

4. Jazz

5. Pop ( musica provana )

6. Folklore

Page 35: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

C. TINJAUAN KHUSUS GEDUNG PERTUNJUKAN

1. Tinjauan gedung pertunjukan

Unsur – unsur teaternya menurut urutan sebagai berikut (Pramana

Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, Balai Pustaka Jakarta, 1988 :

21) :

a. Tubuh manusia sebagai alat/ media utama (pemeran/ pemain)

b. Gerak sebagai unsur penunjang (gerak, tubuh, suara, bunyi,

rupa)

c. Suara sebagai unsur penunjang (kata atau ucapan pemeran)

d. Bunyi sebagai unsur penunjang (efek bunyi benda, musik)

e. Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, sinar lampu, skeneri,

kostum, tata rias)

Sedangkan pengertian teater dalam arti luas adalah segala bentuk

tontonan yang dipertunjukkan banyak orang. Misalnya wayang orang,

ketoprak, lenong, dan lain sebagainya. Sebagai seni yang

dipertunjukkan, teater paling tidak harus memiliki tiga elemen pokok,

yaitu :

Penonton, dalam pentas teater tidak mengenal kedudukan pria,

wanita , tua, muda, dan anak – anak. Secara naluriah, manusia

dipengaruhi oleh sikap dan tindakannya. Kemauan pergi ke teater

karena mereka ingin mengetahui. Berawal dari sinilah mereka

pergi untuk melihat, menghayati, serta menikmati pertunjukan

yang disajikan. Karena ia menikmati, menyaksikan dan melihat

maka ia disebut sebagai penonton. Pertunjukan teater tidak lengkap

tanpa adanya penonton, karena pokok dari penyajian adalah untuk

mengubah, mempengaruhi, membawa penonton kesuasana

kehidupan yang sebenarnya dan diharapkan dapat terlihat langsung

dalam pertunjukan.

Page 36: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Tempat, jika dilihat dari perkembangannya teater pada mulanya

merupakan wujud pemujaan/ upacara sakral. Hingga

perkembangan selanjutnya berubah dari upacara pemujaan menjadi

akting, dengan sendirinya berpengaruh juga pada bentuk ruang

teater. Mula – mula tapal kuda atau setengah lingkaran, sering

disebut “theatre in the round”. Tempat pementasan yang baik

adalah adanya hubungan yang baik antara pemain dengan

penonton. Tempat pertunjukan yang dipilih pada ruang tertutup

atau terbuka. Tempat merupakan elemen kedua yang harus ada.

Penyaji, elemen ini merupakan elemen yang paling penting karena

tanpa penyaji pertunjukan tidak pernah ada. Penyaji adalah semua

orang yang terlibat dalam pertunjukan. Biasanya mereka terdiri

dari penata lampu, penata laku, penata kostum, penata panggung,

perancang dekorasi, dan masih banyak lainnya.

Bentuk fisik ruang teater sekarang ini mengacu pada perkembangan

teater di Eropa. Sejarah yang panjang mengenai ruang pertunjukan

dapat dilihat pada sejarah perkembangan teater atau ruang pertunjukan.

2. Akustik Ruang

Waktu Dengung

Sebuah gedung konser, menurut Prof. Soegijanto, mempunyai

beberapa persyaratan dan kondisi berbeda dengan gedung

bioskop. Untuk mendapat suasana yang lebih hidup, suara yang

datang harus memiliki waktu dengung (reverberation time)

lebih lama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat

bunyi terdengar hingga melenyap. Untuk gedung konser, waktu

dengung ideal adalah sekitar 1,6 detik.

Waktu dengung yang berlebihan akan mengakibatkan

bertumbukannya antara satu not yang telah dimainkan dengan

Page 37: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

not yang sedang dimainkan. Betumbukannya dengung not-not

itu akan mengganggu penikmatan hadirin dan memecah

konsentrasi musisi. Usmar Ismail Hall dirancang untuk

menghasilkan waktu dengung yang ideal.

Selain itu, medan suara harus dibuat menyebar (diffuse) secara

merata. Caranya dengan membuat dinding dan langit-langit

sedemikian rupa sehingga suara terpantul dan tersebar merata

ke seluruh posisi penonton. Denga demikian, suara yang datang

akan melingkupi pendengar atau penonton di dalam gedung

tersebut.

Begitu pula langit-langit gedung dibuat tidak rata, tetapi

dirancang dengan model bergelombang. Rancang artistik

dinding dengan bentuk prisma dan langit-langit yang

menggelombang itu sudah diperhitungkan dengan kaidah-

kaidah akustik.

Untuk meminimalisasi penyerapan suara, gedung tidak

seluruhnya dilapisi karpet. Karpet hanya dipasang di gang

tengah yang membelah gedung dan sedikit pada bagian depan

panggungsekitar 1,6 detik. Sedangkan untuk gedung bioskop

sekitar 1,1 detik.

Pada gedung bioskop, suara yang datang memiliki waktu

dengung lebih pendek dibandingkan dengan suara di gedung

konser musik. Karena itu, pantulan suara harus diminimalisasi.

Penyerapan suara disiasati dengan pemasangan kain tirai

seberat 0,6 kg/m2.

Untuk urusan penyerapan suara, bahan jok dan sandaran kursi

harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat

penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau

diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama.

Page 38: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Potensi suara dari luar justru datang dari bagian belakang

gedung yang merupakan lapangan sepak bola. Jika ada aktifitas

di lapangan, suara gemuruh sorak berpotensi merambat ke

dinding gedung. Untuk itu, dinding pada bagian belakang

gedung dibuat dari bata tebal &rockwool yang meredam suara

luar.

3. Interior Gedung Pertunjukan

Interior secara etimologis mempunyai arti tata ruang dalam.

Sedangkan pengertian tata ruang yang dimaksud adalah

pengembangan atas unsure – unsure ruang antara lain mencakup :

Flooring (lantai)

Wall Covering (dinding akustik)

Ceilling (langit – langit)

Decoration (hiasan /dekorasi)

Illumination (pencahayaan)

Ventilation(penghawaan)

Sound system (suara)

Maintenance (perawatan)

Unsur – unsur tersebut mempunyai potensi untuk diubah, dirancang

dan dipadukan bersama dalam warna, tekstur, dan sebagainya sehingga

perencanaan tata ruang dalam memenuhi persyaratan. (Pamuji

Suptandar, 198 : 45-46)

Pengertian desain interior adalah suatu seni rupa yang mempelajari dan

merencanakan ruang dalam dan segala aktifitas pendukungnya dalam

sebuah bangunan.

Selanjutnya dijelaskan pula profesi desainer nterior bukan sekedar

memberi rupa suatu lingkungan agar tampak lebih indah melainkan

bagaimana memecahkan suatu permasalahan secara benar dengan

Page 39: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

bertitik tolak dari estetika. Pekerjaan ini dilandasi oleh petimbangan –

pertimbangan seperti : fungsional, ekonomis, kelayakan, teknologi,

social budaya, serta tidak terlepas dari lingkungan.

Teater yaitu gedung dimana didalamnya digunakan sebagai tempat

pertunjukan dimana pelaku – pelaku bermain disaksikan oleh

penonton. Jadi, pengertian interior teater yaitu suatu ruang bagian

dalam dari gedung pertunjukan, tempat dimana pelaku – pelaku

bermain dengan segala fasilitas pendukungnya dan disaksikan oleh

penonton.

Secara fungsional, organisasi ruang teater dikelompokkan menjadi tiga

bagian sebagai berikut :

a. Ruang utama, yaitu ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk

menampung penonton.

b. Ruang penunjang, berupa reception (bagan penerimaan) yang

terdiri dari kantor, tempat penyimpanan pakaian dan

sebagainya.

c. Ruang perlengkapan, berupa panggung utama, panggung

sayap, daerah belakang panggung, gudang layer pertunjukan,

bengkel kerja, ruang latihan, dan sebagainya.

Adapun kebutuhan ruang teater secara umum dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Perangkat ruang pentas, yang terdiri dari :

Ruang Persiapan (Auxillary Working Space), ruang yang

berfungsi sebagai tempat pengontrol suara dan cahaya untuk

daerah panggung yang biasanya digunakan untuk mengawasi

suara pemain dalam pertunjukan yaitu agar pemain tersebut

dapat mengetahui bagaimana suara sesungguhnya dapat

diterma penonton dan dapat digunakan untuk mengatur cahaya

yang ditujukan ke panggung.

Ruang Tata Rias, yaitu ruang yang berfungsi sebagai ruang

pengarahan dan merupakan daerah lounge untuk para pemain

Page 40: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

juga digunakan untuk berlatihsementara menunggu untuk

tampil.

Ruang Pementasan, yaitu ruang yang disebut panggung yang

dipakai pemain atau aktor dalam pementasan. Panggung ini

terpisah dan mempunyai bukaan bertingkat, dari sinilah

penonton melihat pertunjukan telah berlangsung (proscenium).

Sedangkan apron adalah penggabungan antara panggung awal,

panggung berbingkai dengan panggung terbuka.

Ruang Pengiring, yaitu ruangan yang berfungsi untuk

menampung pemain, musik atau orkestra yang mengiringi actor

/pemain dalam pementasannya. (Pramana Padmodarmaya, Tata

dan Teknik Pentas, Balai Pustaka, Jakata, 198 : 40-44).

b. Perangkat Ruang Penonton

Ruang Tunggu, ada batasan yang menjelaskan pengertian foyer

atau serambi. Seperti yang dijelaskan oleh H. Saylor sebagai

berikut :

“A subordinate space between on entrance and the man floor to

which it leads in a theatre, hotel, or apartement”

yang artinya kurang lebih bahwa serambi adalah suatu ruangan

penghubung antara pintu masuk dan lantai utama penunjuk ke

suatu teater, hotel, atau apartemen. (Henry H. Saylor, 1964 : 75).

Selanjutnya dijelaskan oleh John Flemming, Hugh dan Nicoulaus

Peusner bahwa “the vestibule or entrance hall of theatre” yang

artinya kurang lebih adalah serambi merupakan ruangan besar atau

aula masuk dari sebuah gedung pertunjukan. Pada dasrnya kedua

batasan tersebut tidak terdapat perbedaan yang mendasar. Dari

kedua batasan tadi dapat diartikan bahwa serambi merupakan

ruang yang menghubungkan pintu masuk dengan ruang utama

dalam suatu bangunan. Selanjutnya dijelaskan Harold Burris

bahwa serambi merupakan ruang yang menghubungkan daerah

pedestrian dan pintu masuk sebuah teater. Di daerah serambi ini

Page 41: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

bias dilengkapi dengan karcis sehingga berfungsi sebagai ruang

daerah sirkulasi. Bentuk dan luas serambi ditentukan pada

kepadatan sirkulasi yang terjadi disekitar pintu masuk. Kepadatan

sirkulasi itu sendiri dipengaruhi jumlah penonton yang dapat

ditampung di ruang auditorium. Faktor lain yang menentukan

bentuk dan besaran ruang serambi adalah hubungan kedudukan

serambi tersebut dengan ruang – ruang lainnya. Bahan yang

digunakan untuk menyelesaikan dinding, langit – langit, dan lantai

serambi sebaiknya merupakan bahan yang tidak banyak

membutuhkan banyak perawatan, penerapan bahwa yang besifat

menyerap suara akan sangat bermanfaat untuk mengurangi

kebisingan. Hal – hal lain yang pentng untuk dipertimbangkan

adalah penampilan penyelesaian bahan – bahan tersebut.

Penyelesaian bahan yang menarik akan tururt menunjang

penampilan interior serambi sehingga mengundang minat dan

perhatian penonton.

Pintu masuk (entrance dan lobby), menurut Poerwodarminto pintu

berarti gerbang atau lawang yang digunakan untuk menunjukkan

arah keluar atau masuk. Dalam hal ini membawa kearah keluar dan

bebas dari halangan dan dapat dilalui dengan cepat untuk

keamanan darurat /kebakaran. Sedangkan batasan lobby secra

umum dijelaskan dalam Ensiklopedi Britanica sebagai berikut “A

corridor or passage, an anteroom or entrance hall building…” yang

artinya kurang lebih bahwa lobby secara umum merupakan suatu

koridor atau lorong suatu ruang depan dengan aula masuk suatu

bangunan. Selanjutnya dijelaskan oleh Burris, Meyer, dan Cole

dalam “Theatre and Auditorium” sebagai berikut “The lobby is

principally a distribution area….” Yang artinya bahwa lobby pada

dasarnya merupakan ruang distribusi. Sebagai ruangan distribusi,

lobby memungkinkan pencapaian ketiap ruang yang ada dalam

suatu teater. Pada dasarnya, pengertian ini tidak berbeda dengan

dua batasan sebelumnya yang menjelaskan fungsi lobby sebagai

Page 42: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

daerah sirkulasi. Seperti halnya serambi, bentuk dan besaran lobby

sebagai daerah sirkulasi. Seperti halnya serambi, bentuk dan

besaran lobby ditentukan oleh keadaan srkulasi yang langsung

antara pintu masuk utama, serambi dan pintu – pintu auditorium.

Kemudian dijelaskan oleh Roderick Ham dalam “Theatre

Planning” bahwa suasana tenang sangat diperlukan dalam sebuah

lobby. Karena itu penggunaan bahan bahan yang menyerap suara

akan sangat menguntungkan. Penyelesaian semacam ini sangat

diperlukan mengingat di lobby banyak pengunjung berlalu lalang

sehingga cenderung timbul suara bising. Dengan adanya bahan –

bahan yang menyerap bunyi akan mengurangi kebisingan.

(Roderick Ham, Theatre Planning, 1972 : 213). Pencahayaan

dalam lobby hendaknya dapat menciptakan suasana hangat dan

menarik. Secara fungsional pencahayaan masih cukup terang untuk

memungkinkan orang untuk dapat membaca /mengenali karcis dan

juga mengetahui ruang – ruang yang akan mereka masuki. Setiap

elemen yang ada di lobby ditampilkan secara menarik yaitu untuk

menghadirkan citara yang berkesan megah. Pada sebuah teater,

citra semacam ini dicapai dengan ruangan yang besar dan langit –

langit yang tinggi. Pada keadaan tertentu, lobby ditampilkan dalam

ruang yang kecil namun cukup memadahi untuk daerah sirkulasi.

Ruang duduk, menurut Roderck Ham dalam “Theatre Planning”

bahwa ruang duduk dalam ruang pertunjukan merupakan ruang

yang memungkinkan penonton untuk bersantai, duduk atau

berbincang – bincang dengan san tai sambil menunggu pertunjukan

dimulai. Oleh karenanya ruang duduk perlu ditampilkan dalam

suasana akrab dan menarik agar penonton dapat bersantai sejenak

sambil menunggu dimulainya pertunjukan.

Ruang auditorium, pada adsarnya auditorium merupakan suatu

ruang dimana sejumlah besar penonton dapat ditampung

menikmati suatu pertunjukan dengan kenyamanan visual dan

Page 43: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

auditori yang memadai. Seperti dijelaskan oleh Leslei L. Doelle

sebagai berikut :

- Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin

dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak

yang harus ditempuh sumber bunyi.

- Sumber bunyi dinaikkan agar sebanyak mungkin sehingga

menjamin aliran bunyi yang bebas ke pendengar.

- Lantai dimana penonton dengan sinar dating miring (grasing

incidence). (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 54)

Desain interior auditorium banyak dipengaruhi pertimbangan –

pertimbangan yang berhubungan dengan akustik, tata cahaya, tata

suara yang jernih dan beberapa aspek penunjang lainnya.

Ruang loket karcis, merupakan sarana pelengkap yang selalu ada

pada setiap gedung pertunjukan. Seperti dijelaskan oleh Roderick

Ham dalam “Theatre Planning” bahwa hal terpenting yang

memungkinkan loket karcis dapat segera dikenali adalah cara

penempatannya tergantung pada keadaan ruang, jumlah, dan

perilaku pembeli karcis serta pola sirkulasi yang terjadi di

sekelilingnya. Loket karcis dapat berupa bagian yang berdiri sendri

(island ticket box), bagian dari pintu masuk atau meja layar

(counter) terbuka. Adapun jenis loket yang digunakan harus

memungkinkan pelayanan yang baik dan cepat.

Page 44: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

D.TINJAUAN KOTA SURAKARTA

Gambar 2.1

Peta Kota Surakarta

www.wikipedia.com

Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di

provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010)[1]

dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km

2 ini berbatasan

dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara,

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat,

dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.[2]

. Sisi timur kota ini dilewati

sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.

Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram

yang dipecah pada tahun 1755.

Nama Surakarta digunakan dalam konteks formal, sedangkan nama

Solo untuk konteks informal. Akhiran -karta merujuk pada kota, dan kota

Surakarta masih memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Kartasura.

Nama Solo berasal dari nama desa Sala. Ketika Indonesia masih menganut

Ejaan Repoeblik, nama kota ini juga ditulis Soerakarta.

Page 45: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan

baru ini. Namun, sejumlah catatan lama menyebut bentuk antara "Salakarta"

D. TINJAUAN DESAIN INTERIOR

1. Organisasi ruang

Berbagai macam pengorganisasian ruang menurut Francis.D.K. Ching

antara lain sebagai berikut :

a. Terpusat

Sumber : Ching, 2000, hal 190

Gambar2.2

Organisasi ruang Terpusat

Sumber : Ching, 2000, hal 189

Suatu ruang dominant, dimana pengelompokan sejumlah ruang

sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat merupakan komposisi

terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder,

dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan

dominan

b. Linier

Gambar2.3

Organisasi ruang Linier

Sumber : Ching, 2000, hal 189

Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan

ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu

dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang

berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-

ruang yang berulang serupa dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi.

Page 46: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Organisasi ini juga dapat terdiri dari ruang linier tunggal yang

menurut panjangnya mengorganisir sederetan ruang-ruang

sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi.

Dalam kedua kasus di atas, tiap-tiap ruang di sepanjang rangkaian

tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar.

c. Radial

Gambar2.4

Organisasi ruang Radial

Sumber : Ching, 2000, hal 190

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang

yang linier berkembang menurut bentuk jari-jari.

Organisasi ruang radialmemadukan unsur-unsur baik

organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang

pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linierberkembang

menurut arah jari-jarinya. Apabila suatu organisasi terpusat adalah

sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan pandangannya ke

dalam ruang pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah

sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar

lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat

meluas dam menggabungkan dirinya pads unsur-unsur atau benda-

benda tertentu pada tapaknya.

Page 47: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

d. Cluster

Gambar2.5

Organisasi ruang Cluster

Sumber : Ching, 2000, hal 190

Ruang-ruang dikelompokan berdasarkan adanya hubungan

atau bersama-sama memanfaatkan ciri atau hubungan visual.

Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian Organisaai

dalam bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan

pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang

lainnya. sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang selular

yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki

sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. sebuah

organisasi kelompok juga dapat menerima di dalam komposisinya,

ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi

berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau

alat penata visual seperti kesimetrisan atau sebuah sumbu.

e. Grid

Gambar 2.6

Organisasi ruang Grid

Sumber : Ching, 2000, hal 190

Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid struktural atau

grid tiga dimensi lain.Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk

dan ruang-ruang dimana posisinya dalam ruangan dan hubungan antar

ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga dimens

Page 48: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2. Hubungan antar ruang

a. Ruang di dalam ruang

Sebuah bangunan yang luas dapat

melingkupi dan memuat sebuah ruangan lain

yang lebih kecil di dalamnya.

b. Ruang-ruang yang saling berkaitan

Suatu hubungan ruang yang saling

berkaitan terdiri dari 2 buah ruang yang

kawasannya membentuk volume berkaitan.

c. Ruang-ruang yang bersebelahan

Bersebelahan adalah jenis hubungan

ruang yang paling umum. Hal tersebut

memungkinkan definisi dan respon masing-

masing ruang menjadi jelas terhadap fungsi dan

persyaratan simbolis menurut cara masing-

masing simbolisnya.

d. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama

2 buah ruang yang terbagi oleh jarak

dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain

oleh ruang ketiga yaitu ruang pertama.

Hubungan akan kedua ruang tersebut

menempati satu ruang bersama-sama.

Page 49: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3. Pola sirkulasi

Sirkulasi menurut Francis.D.K. Ching dalam bukunya “Bentuk

Ruang dan Susunannya”, adalah :

a. Linear

Gambar2.7

Pola Sirkulasi Linear

Sumber : Ching, 2000, hal 221

semua jalan adalah linier, jalan-jalan yang lurus dapat

menjadi unsur pengorganisir yang utama untuk satu deretan

ruang. Sebagai tambahan, jalan dapat melengkung atau terdiri

atas segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang-cabang,

membentuk kisaran.

b. Radial

Gambar2.8

Pola Sirkulasi Radial

Sumber : Ching, 2000, hal 221

Bentuk Radial memiliki jalan yang berkembang dari atau

berhenti sebuah pusat, titik bersama.

Page 50: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Spiral

Gambar2.8

Pola Sirkulasi Spiral

Sumber : Ching, 2000, hal 221

Sebuah bentuk Spiral adalah sesuatu jalan yang menerus

yang berasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dengan

jarak yang berubah.

d. Grid

Gambar2.9

Pola Sirkulasi Grid

Sumber : Ching, 2000, hal 221

Bentuk Grid terdiri dari dua set jalan-jalan sejajar yang

saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan

bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat

e. Network

Gambar2.10

Pola Sirkulasi Network

Sumber : Ching, 2000, hal 221

Satu bentuk jaringan terdiri dari beberapa jalan yang

menggabungkan titik-titik tertentu didalam ruang.

Page 51: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

f. Komposit

Untuk menghindarkan orientasi yang membingungkan,

suatu susunan herarkis diantara jalur-jalur jalan bisa dicapai

dengan membedakan skala, bentuk dan panjangnya.

4. Elemen pembentuk ruang

a. Lantai

Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan

langsung dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek.

Karakter lantai harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam

mendukung beban-beban yang datang dari segala perabotan,

aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus

bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun, 1994, hal.6).

Persyaratan lantai:

1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.

2) Mudah dibersihkan

3) Kedap suara

4) Tahan terhadap kelembaban

5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya

Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat,

yaitu :

1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.

Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan

bunyi, sbb:

Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada

penyerapan bunyi.

Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles)

memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan

dengan tumpukan lembaran (loop piles).

Page 52: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam

tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan

bertambah.

Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi

penyerapan bunyi.

Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti

vinyl, aspal dan cor.

Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam

yang dipakai sebagai bahan lantai.

Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif

bahan lantai yang terbuat dari kayu.

b. Dinding

Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur

atau hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem

struktur yang dipakai dalam perencanaannya

(Djoko Panuwun, 1995 : 56).

Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :

1) Struktur, misalnya :

Bearing wall

dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari

tumpukan/ urugan tanah.

Load bearing wals

dinding untuk menyokong/ menopang balok, lantai, atap

dan sebagainya.

Foundation wall

dinding yang dipakai di bawah lantai, tingkat dan untuk

menopang balok-balok lantai pertama.

Page 53: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Non struktural, misalnya :

Party wall

dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar

pada masing-masing bangunan.

Fire wall

dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran

kobaran api.

Certain or Panels wall

dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu

konstruksi rangka baja atau beton.

Partition walL

dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk

ruang yang lebih kecil didalam ruang yang besar.

( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )

c. Langit-langit (ceiling)

Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup

bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang,

berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC,

sprinkler head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau

akustik (John F. Pile, 1995, hal. 250).

Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit

adalah:

1) Fungsi langit-langit

Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga

sebagai pengatur udara dan ventilasi.

2) Penentuan ketinggian

Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi,

proporsi ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan

ceiling.

Page 54: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Bentuk penyelesaian

Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan

fungsinya seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan

struktur, dan sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72)

Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu

pendapat yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar

ceilingnya berbentuk sederhana, tidak menyolok karena akan

mengganggu konsentrasi. Pada ruang pamer, agar menarik

pengunjung, dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk

dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah. Dengan melajunya

kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di bidang

industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling yang

memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang

antara lain :

1) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan,

dan lain-lain.

2) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif

3) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling),

kain beludru.

4) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks

(multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile.

5) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed

6) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass

sebagai skylight, kaca timah pada gereja-gereja.

(Pamudji Suptandar, 1999 : 166)

5. Furniture

Penyusunan furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan

guna kenyamanan pemakai. Fungsi furniture tidak dapat dipisahkan

dengan faktor estetika. Dalam perencanaan kita harus mengetahui

Page 55: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terlebih dahulu jenis aktivitas, sehingga kita tahu bentuk furniture yang

akan dibuat terhadap luasan ruang, system pencahayaan, pemilihan

warna serta kondisi-kondisi lainnya.

Penyusunan furniture akan menimbulkan berbagai aspek yang

berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi visual.

Semua ini memiliki kaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang

lain. Setelah semua factor tersebut terperhatikan kemudian meningkat

pada tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam

desain.

Desain furniture dibagi atas dua kategori :

1) Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chest, meja tulis,

lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe

furniture semacam ini di Indonesia masih dibuat dari kayu

walaupun bahan-bahan lain bertambah populer.

2) Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang

seluruhnya atau sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-

perlengkapan tidur.

(Desain Interior, 1999 : 172)

6. Warna

Warna suatu unsur penting yang telah memberikan perannya

dalam kehidupan ini. Menurut Helen Graham (seorang dosen psikologi

di Keele University) dalam bukunya “Penyembuhan dengan Warna”,

warna adalah kebutuhan kita yang mendasar. Nenek moyang kita

menyadari hal ini, dan banyak tradisi penyembuhan kuno dari berbagai

kebudayaan mencerminkan adanya kesadaran ini. Penggunaan warna

dalam penyembuhan bukanlah hal yang baru. Sekarang bidang ini

disebut terapi warna, yang merupakan penemuan kembali dari

beberapa prinsip dan praktek yang sudah diketahui sejak zaman dahulu

kala. (Helen Graham, Penyembuhan Dengan Warna, 1998, hal 4).

Page 56: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

7. Interior Sistem

a. Pencahayaan

Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu :

7) Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal

dari sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber

lain dari alam (fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita

gunakan dalam perancangan ruang dalam pada umumnya

dipakai pencahayaan sinar matahari.

Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua

macam:

Pencahayaan langsung

berasal dari matahari/ secara langsung melalui atap/ vide,

jendela, gebting kaca dan lain-lain.

Pencahayaan tidak langsung

berasal dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem

pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya

dalam perancangan ruang dalam melalui skylight,

permainan bidang kaca dan lain-lain.

8) Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal

dari cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar

lampu dan lain-lain.

Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima

macam, yaitu :

Pencahayaan langsung

Adalah semua sinar yang langsung memancar dari

pusatnya ke arah objek yang disinari. Sistem tersebut

banyak menggunakan lampu-lampu sorot untuk

menyinari unsur-unsur dekorasi dalam ruang, dapur dan

Page 57: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

toko-toko (etalase-etalase toko) dan juga lampu-lampu

meja/ lantai.

Pencahayaan tidak langsung

Adalah jika sumber pencahayaan disembunyikan dari

pendangan mata kita sehingga cahaya yang kita rasakan

adalah hasil pantulannya.

Pencahayaan setempat

Adalah pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi ke

suatu tempat atau obyek.

Pencahayaan yang membias (diffused)

Adalah jika sinar yang memancar langsung dari

sumbernya terlebih dahulu melalui suatu bahan atau

material yang akan menyebarkan sinar tersebut dalam

area lebih besar dari sumbernya sendiri.

Pencahayaan khusus

Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis

pekerjaan-pekerjaan tertentu. Misalnya pencahayaan di

ruang operasi, lampu sorot di ruang pameran, dan

sebagainya. (Pamudji Suptandar, 1999 )

Contoh sumber cahaya, antara lain adalah :

Lampu Pijar (Incandescent)

Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen

(benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya

yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang menyala

tergantung pada suhu filamennya. Dengan memperbesar

input tenaga, suhu filamen meningkat, radiasi bergeser

ke arah gelombang cahaya lebih pendek dan lebih

banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu

pijar sebagai sumber cahaya umumnya dengan melapisi

Page 58: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

bola lampu dengan maksud mendifusikan cahaya dan

diperoleh cahaya.

Lampu halogen

Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam

lampu pijar karena prinsip kerjanya mirip dengan lampu

pijar. Dengan daya yang sama dengan lampu pijar,

cahaya yang dihasilkan lampu halogen lebih terang dan

lebih putih dibandingkan dengan lampu pijar. Oleh

karena itu cahaya lampu halogen dapat memunculkan

warna asli dari objek yang dikenai cahaya.

Lampu Fluorecent

Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola.

Lampu jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik

yang berisi gas air raksa bertekanan rendah. Lampu

fluoresent generasi terbaru penggunaan listriknya

semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan

distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang

cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak

terjadi penyimpangan warna.

Lampu HID (Hide Intensity Discharge )

Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat

logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari

lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap

merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40-60

lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk

menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya

maksimal. Karena hal itulah, disebut lampu metal halid

Lampu metal halide

Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan

kualitas warna yang baik dan terseedia dalam berbagai

ukuran. Lampu metal halide standar cenderung memiliki

Page 59: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

temperatur warna dari 3700 hingga 4100K dan tampak

terlihat dingin dan sedikit kehijauan. Indeks penampilan

warnanya adalah 65 hingga 70. Lampu metal halide

standar khususnya digunakan dimana warna bukanlah hal

yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir,

pencahayaan taman, dan lampu sorot.

Lampu sodium

Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan

tinggi/ high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium

bertekanan rendah/ low-pressure sodium (LPS). Warna

cahaya lampu sodium cenderung kekuningan. Lampu

HPS menampilkan warna cahaya merah jambu keemasan

yang cenderung menciptakan ruang dengan warna yang

sangat coklat atau warna berkualitas rendah.

Lampu uap merkuri

Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama

dari jenis lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai

lampu jalan dan lampu keamanan. Akan tetapi,

dibandingkan dengan lampu HID lainnya, lampu uap

merkuri relatif kurang dalam segi warna cahaya dan

efisiensi energi yang rendah. Lampu ini hampir tidak

pernah digunakan dalam konstruksi bangunan baru.

( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10)

Atribut yang paling penting dari pencahayaan pada

sebuah restoran/ cafe adalah kemampuan untuk

menciptakan karakter atau suasana. Tujuan ini

biasanya berjalan bersamaan dengan desain interior

restoran/cafe, yang seringkali cenderung

mengekspresikan tema atau suasana khusus. Pada

restoran/ cafe bertema, kecenderungannya adalah

menggunakan banyak pencahayaan dekorasi bertema

seperti lentera, lampu gantung dan chandelier. Gaya

Page 60: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

masa kini pada desain restoran/ cafe menggunakan

chandelier tradisional atau teknik pencahayaan eksotik

lainnya dalam desain yang disukai banyak orang.

( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106)

Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan

prioritas utama, karena merupakan salah satu unsur

yang dapat memberikan kesan menarik pada

obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan pada

display biasanya menggunakan teknik pancahayaan

yang dibuat-buat dan memberikan efek yang dapat

menambah suatu obyek yang dipamerkan menjadi lebih

indah. Untuk memberikan efek yang menarik, maka

pencahayaan buatan baik secara langsung maupun tidak

langsung di dalam ruang menggunakan berbagai macam

jenis lampu khusus.

Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan

buatan di dalam merchandise shop sangat efektif,

namun tidak lepas dari standar penerangan yaitu cara

penyinaran. Macammacam cara pemasangan lampu

sebagai berikut :

1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang

mengarah ke bawah.

Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan

lampu yang teratur di langit-langit yang akan memberikan

kesan berbeda-beda sesuai dengan ruangan yang diberi

penerangan.

2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran

Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang

pameran dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal

sebesar 50 lux dan 300 lux yang harus dicapai sebagai

spesifikasi khusus di daerah pameran. Untuk pemilihan

Page 61: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

lampunya, digunakan lampu pijar dan lampu bahan

bercahaya.

3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran

Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut

penyinaran yang lebih disukai yaitu 10o, 30

o, 90

o (lampu

sorot) yang dilindungi IR dan UV serta memiliki filter

warna.

4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai

dengan keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu

dengan sudut 30o (optimum) dan 40

o. Pemasangan lampu

tersebut dapat dilihat gambar di (Ernst Neufert, 1996 :

131)bawah ini, antara lain sebagai berikut :

b. Penghawaan

Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses

pergantian udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih

melalui pintu dan jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat

dicapai dari proses mendinginkan udara mencapai temperatur dan

kelembaban distribusi udara dalam ruang dapat diperhatikan pada

tingkat keadaan yang diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414)

Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam,

yaitu :

1) Penghawaan Alami

Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural).

Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus

diperhatikan ventilasi silang, yang merupakan ventilasi

horizontal yang terbuka dari 2 arah yang berhadapan. Untuk itu

perlu direncanakan secara cermat dan baik agar penghawaan

alami yang dipergunakan ini sesuai dengan kebutuhan.

Page 62: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2) Penghawaan Buatan

Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan

manusia. Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna

karena tidak memungkinkan perlubangan-perlubangan yang

dapat mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi

akustik yang tidak baik. Penghawaan buatan dalam hal ini

adalah penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya

terdiri dari :

Window Unit

yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil dimana

sistem mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak

Split Unit

yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang.

Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada

tiap ruang

Central AC

yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan

perlengkapan keseluruhannya terletak di luar ruangan,

kemudian didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting

dan berakhir dengan aliran diffuser

(Pamuji Suptandar, 1982, hal.85)

Penggunaan AC bertujuan menjaga temperatur,

kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat

dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan.

(John F. Pile, 1980, hal.414)

c. Sistem Akustika

Akustika adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki

dan mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian,

penerimaan, dan pengaruh bunyi. Sedang bunyi adalah gelombang

Page 63: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

getaran-gataran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih

bisa ditangkap oleh telinga manusia yang memiliki frekwensi antara

16-20.000 Hz.

Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab

kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan

seperti bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan

yang terjadi dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas

akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah

teknis yang berhubungan langsung dengan suatu desain interior,

antara lain tingkat bunyi yang berlebihan, perlindungan privasi

ruang, tingkat kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara

dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan situasi tertentu

(John F. Pile, 1980, hal. 421).

Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi

bunyi yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi

tata suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa

gangguan, serta menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya

dalam ruang-ruang khusus yang menghendaki sistem akustik

spesifik.

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu

ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang

terjadi.Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat

pantul benda atau objek pasif dari alam.

Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara,

misalnya dalam gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi

dan kejelasan pembicara.

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

Perubahan suara karena pemantulan dan

Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

Page 64: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan

pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal,

seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang

pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.

Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan

dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk

mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan,

sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang

digunakan.

.

Gambar2.12

Sistem Akustika

Sumber : jokosarwono.wordpress.com

Page 65: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Akustik ruang

Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan,

misalnya TraFlex. Mempunyai banyak variant produk yang

memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex

10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif

jika digunakan untuk memperjelas suara.

Gambar2.13

Sistem Akustika 2

Sumber : jokosarwono.wordpress.com

Dalam sebuah ruangan tertutup, jalur perambatan energi akustik adalah

ruangan itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan tentang fenomena

suara yang terjadi dalam ruangan akan sangat menentukan pada saat

diperlukan pengendalian kondisi mendengar pada ruangan tersebut

sesuai dengan fungsinya. Fenomena suara dalam ruangan dapat

digambarkan pada sketsa berikut:

Page 66: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar2.14

Sistem Akustika 3

Sumber : jokosarwono.wordpress.com

Dari sketsa tersebut, dapat dilihat bahwa pada setiap titik pengamatan

atau titik dimana orang menikmati suara (pendengar) akan dipengaruhi

oleh 2 komponen suara, yaitu komponen suara langsung dan

komponen suara pantul. Komponen suara langsung adalah komponen

suara yang sampai ke telinga pendengar langsung dari sumber.

Besarnya energi suara yang sampai ke telinga dari komponen suara ini

dipengaruhi oleh jarak pendengar ke sumber suara dan pengaruh

penyerapan energi oleh udara. Komponen suara pantul merupakan

komponen suara yang sampai ke telinga pendengar setelah suara

berinteraksi dengan permukaan ruangan disekitar pendengar (dinding,

lantai dan langit-langit). Total energi suara yang sampai ke telinga

pendengar dan persepsi pendengar terhadap suara yang didengarnya

Page 67: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

tentu saja akan dipengaruhi kedua komponen ini. Itu sebabnya

komponen suara pantul akan sangat berperan dalam pembentukan

persepsi mendengar atau bias juga disebutkan karakteristik akustik

permukaan dalam ruangan akan sangat mempengaruhi kondisi dan

persepsi mendengar yang dialami oleh pendengar.

Ada 2 ekstrim yang berkaitan dengan karakteristik permukaan dalam

ruangan, yaitu apabila seluruh permukaan dalam ruangan bersifat

sangat menyerap dan seluruh permukaan dalam ruangan bersifat sangat

memantulkan energi suara yang sampai kepadanya. Bila permukaan

dalam ruang seluruhnya sangat menyerap, maka komponen suara yang

sampai ke pendengar hanyalah komponen langsung saja dan ruangan

yang seperti ini disebut ruang anechoic (anechoic chamber).

Sedangkan pada ruang yang seluruh permukaannya bersifat sangat

memantulkan energi, maka komponen suara pantul akan jauh lebih

dominant dibandingkan komponen langsungnya, dan biasa disebut

sebagai ruang dengung (reverberation chamber) . Ruangan yang kita

gunakan pada umumnya berada diantara 2 ekstrim itu, sesuai dengan

fungsinya. Ruang Studio rekaman misalnya lebih mendekati ruang

anechoic, sedangkan ruangan yang berdinding keras lebih menuju ke

ruang dengung.

Desain akustik ruangan tertutup pada intinya adalah mengendalikan

komponen suara langsung dan pantul ini, dengan cara menentukan

karakteristik akustik permukaan dalam ruangan (lantai, dinding dan

langit-langit) sesuai dengan fungsi ruangannya. Ada ruangan yang

karena fungsinya memerlukan lebih banyak karakteristik serap (studio,

Home Theater, dll) dan ada yang memerlukan gabungan antara serap

dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang kelas, dsb). Dengan

mengkombinasikan beberapa karakter permukaan ruangan, seorang

desainer akustik dapat menciptakan berbagai macam kondisi

mendengar sesuai dengan fungsi ruangannya, yang diwujudkan dalam

bentuk parameter akustik ruangan.

Page 68: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Karakteristik akustik permukaan ruangan pada umumnya dibedakan

atas:

Bahan Penyerap Suara (Absorber) yaitu permukaan yang

terbuat dari material yang menyerap sebagian atau sebagian

besar energi suara yang datang padanya. Misalnya glasswool,

mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang

berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber

(fabric covered absorber, panel absorber, grid absorber,

resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic tiles,

dsb).

Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang

terbuat dari material yang bersifat memantulkan sebagian besar

energi suara yang datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan

bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius: sudut datang =

sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik, marmer,

logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb.

Bahan pendifuse/penyebar suara (Diffusor) yaitu permukaan

yang dibuat tidak merata secara akustik yang menyebarkan

energi suara yang datang kepadanya. Misalnya QRD diffuser,

BAD panel, diffsorber dsb (www.rpginc.com) .

Dengan menggunakan kombinasi ketiga jenis material tersebut dapat

diwujdukan kondisi mendengar yang diinginkan sesuai dengan

fungsinya.

Parameter akustik yang biasanya digunakan dalam ruangan tertutup

secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu parameter yang

bersifat temporal monoaural yang bisa dirasakan dengan

menggunakan satu telinga saja (atau diukur dengan menggunakan

single microphone) dan parameter yang bersifat spatial binaural yang

hanya bisa dideteksi dengan 2 telinga secara simultan (atau diukur

menggunakan 2 microphone secara simultan).

Page 69: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Yang termasuk dalam parameter tipe temporal-monoaural diantaranya

adalah:

Waktu dengung (T atau RT), yaitu waktu yang diperlukan

energi suara untuk meluruh (sebesar 60 dB) sejak sumber suara

dimatikan. Parameter ini merupakan parameter akustik yang

paling awal digunakan dan masih merupakan parameter yang

paling populer dalam desain ruangan tertutup. Waktu dengung

yang digunakan dalam desain misalnya RT60, T20, T30

(subscript menunjukkan rentang decay yang digunakan untuk

mengestimasi peluruhan energinya) dan EDT (yang berbasis

pada peluruhan pada 10 dB awal). Parameter terakhir lebih

sering digunakan karena mengandung informasi yang

signifikan dari medan suara yang diamati. Harga parameter ini

akan dipengaruhi oleh fungsi ruangan, volume dan luas

permukaan ruangan serta berbeda-beda untuk setiap posisi

pendengar. Misalkan untuk ruangan studio perlu < 0.3 s, ruang

kelas 0.7 s, ruang konser 1.6 – 2.2 s, masjid 0.7 – 1.1 s,

katedral 2 s dsb.

Clarity, yaitu perbandingan logaritmik energi suara pada awal

50 atau 80 ms terhadap energi suara sesudahnya. Diwujudkan

dalam parameter C80 untuk musik dan C50 untuk speech.

Parameter ini berkaitan dengan tingkat kejernihan sinyal suara

yang dipersepsi oleh pendengar dalam ruangan. (standard yang

digunakan berharga -2 sd 8 dB)

Intelligibility, yaitu perbandingan energi awal 50 ms terhadap

energi totalnya. Biasa dinyatakan sebagai D50 dan lebih

banyak digunakan untuk menyatakan kejelasan suara

pengucapan (speech). Harga yang disarankan adalah > 55%.

(parameter terkait adalah STI atau RASTI atau %Alcons).

Intimacy, yang ditunjukkan dengan perbedaan waktu datang

suara langsung dengan pantulan awal pada setiap titik

pendengar. Dinyatakan dalam Initial Time Delay Gap (ITDG).

Page 70: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Harga yang disarankan secara umum adalah < 35 ms (yang

paling disukai 15-20 ms). Nilai tersebut masih dipengaruhi juga

oleh cepat lambatnya (rhytm) sumber suaranya..

Yang termasuk dalam parameter type spatial-binaural adalah LEF dan

IACC. LEF didapatkan dengan membantingkan pengukuran Impulse

Response ruangan menggunakan 2 buah microphone yang diletakkan

secara berdekatan, satu microphone dengan patern omnidirectional dan

yang lainnya berpola Figure of Eigth. Sedangkan IACC didapatkan

dengan pengukuran impulse response menggunakan 2 microphone

yang ditanamkan dalam 2 telinga manusia (atau kedua telinga tiruan

kepala manusia, dummy head). Dari kedua parameter ini dapat

diturunkan parameter envelopment dan lebar staging/sumber (apparent

source width).

Konsep diatas biasanya lebih banyak diterapkan dalam ruangan besar.

Untuk ruangan kecil seperti studio, sebuah parameter lagi perlu

diperhatikan yaitu distribusi modes (frekuensi resonansi) ruangan

terutama pada frekuensi-frekuensi rendah .

Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat

3 faktor yang harus diperhatikan yaitu :

1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara

yang berjalan langsung mencapai pendengaran

2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang

dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu

mengenai bidang pantul

3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena

material absorbsi

(Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)

Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,

yaitu:

Page 71: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

1) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan

benda-benda dalam ruang.

2) Konstruksi dan bahan bangunan.

3) Luas dan fungsi ruang.

4) Pengaruh lingkungan.

Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat

mengunakan peredam suara yaitu dengan cara menggunakan

perangkat alat untuk mengurangi arau menghambat getaran

suara. Saat ini cara yang paling efektif atau umum untuk

meredam kebisingan adalah dengan mencegat atau memutus

perambatan bunyi. Meskipun demikian baru-baru ini telah

diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi justru

dengan menimbulkan bunyi lain.

Akustik Studio

Akustik studio membutuhkan perhatian khusus karena

sangat berpengaruh pada pembentukan ruang sehingga

dapat menghasilkan studio yang baik dalam bentuk

layout, volume ruang, maupun dalam penentuan

material akustik yang dapat menyesuaikan diri dengan

peralatan dan persyaratan akustik yang dituntut oleh

masing-masing jenis kegiatan.

Batas-batas dan Persyaratan Kenikmatan

Audio

Hubungan empiris antara volume ruang

auditorium , jumlah penyerapan oleh

material bangunan dan kuantitas waktu

reverberant bunyi, yaitu :

RT = k(V/Sa)

Dalam penanganan desain akustik dalam

ruangan ada beberapa faktor yang

seharusnya diperhatikan untuk

Page 72: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

mendapatkan kenyamanan

akustik,diantaranya adalah :

1) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu

dinding, lantai ataupun langit-

langitnya.

2) Bahan bidang pembatas ruang,

terutama untuk mengenal karakter

bahan yang kita akan pergunakan

dalam ruang tersebut perlu untuk

dimengerti. Secara umum dibedakan

:

Penyerapan nada-nada tinggi

Yaitu Bahan-bahan yang mengandung

banyak hawa udara atau berpori-pori- lembut.

Misalnya serabut gelas, serabut kayu, serabut

kelapa, bahan sintesisi berbentuk busa dan

sebagainya. Semakin berpori semakin ringanlah

bahan dan semakin bagus sebagai penyerap nada-

nada tinggi.

Penyerapan nada-nada menengah dan rendah

Penyerap nada-nada menengah dan rendah

(gelombang panjang) bekerja pada prinsip

pengubahan energi bunyi ke energi mekanis, yaitu

gerak getaran suatu selaput, membran atau pelat

yang relatif tipis tetapi padat dan karenanya bisa

bergetar secepat mungkin, sehingga banyak energi

bunyi diubah menjadi getaran selaput/resonator.

Page 73: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

8. Sistem Keamanan

Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung

menggunakan sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television )

dan Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu).

CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi

untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang

menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada

setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh

bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus.

Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa

pengamanan terhadap bahaya kebakaran.

1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah :

a) Sistem pendeteksi awal

Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu

mencapai700C.

Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi

jika ada api atau panas pada suhu 1350C - 160

0C

b) Fire estinguisher

c) Sprinkler

Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan

standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap

sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m dengan

ketinggian ruang 3 m. Ada beberapa cara pemasangan

sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang

pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat

dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari

2,25m dari dinding

d) Hidrant Kebakaran

Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan

kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat

baku air.

Page 74: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar2.15

Hidrant kebakaran

Sumber :www.webdesign.com

Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang

harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap

kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :

a) Fire damper

Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara

supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini

bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera

menutup pipa-pipa tersebut.

b) Smoke & heat ventilating

Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan

udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera

dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam

kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.

c) Vent & exhaust

Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi

menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan

dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara

otomatis berfungsi memasukkan udara untuk memberikan

tekanan pada udara di dalam ruang tangga.

Page 75: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Macam-macam system pemadaman yaitu sebagai berikut:

a) Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda

yang dapat terbakar.

b) Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang

terbakar.

c) Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan

kimia CO2.

Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan

yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak

2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia

Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian)

diterapkan dengan :

Sistem sekuriti

CCTV (Close Circuit Television) dan CCTV putar

Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada

pintu).

Signal sensor

Page 76: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB III

STUDI LAPANGAN

A.Studi Choir Hall

Studi lapangan mengenai choir hall yang berkaitan dengan akustik,

suasana, penghawaan dan pencahayaan dilakukan dengan metode

observasi langsung pada saat penulis mengikuti lomba di lokasi –

lokasi tersebut. Dalam karya ini, tidak semua lokasi digunakan sebagai

bahan studi lapangan,hanya beberapa tempat saja diantara nya :

Usmar Ismail Hall

Gedung ini merupakan gedung pusat perfilman yang sering digunakan

juga sebagai gedung pertunjukan music dan teater. Terletak di jalan

H.R, Rasuna Said kav C 22, Jakarta 12940.

Penulis melakukan observasi langsung dan merasakan kualitas akustik

gedung ini. Dengan area yang cukup luas, hall nya bisa menampung

penonton, dilengkapi dengan layar untuk menyaksikan pemutaran film

membuat gedung ini semakin special.

Page 77: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 3.1

Kursi penonton Usmar Ismail Hall

Sumber : http://remedy2011.wordpress.com

Gambar 3.2

Usmar Ismail Hall

Sumber : http://remedy2011.wordpress.com

Page 78: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

China Hall ( World Choir Games )

Gedung ini direnovasi khusus untuk penampilan paduan suara, dalam

rangka menyambut kejuaraan dunia World Choir Games di

Shaoxing,China pada 2010 yang lalu. Penulis juga mendapat

kesempatan secara langsung untuk berada di gedung ini pada saat

mengikuti kompetisi tersebut. Kulaitas akustik ruangan sangat baik

dan memenuhi standar.

Gambar 3.3

China Hall

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.4

China Hall

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 79: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Mont evray ( Perancis )

Salah satu gedung pertunjukan yang ada di perancis, yang sempat

penulis kunjungi pada saat masa pembuatan tugas akhir ini, bisa

menjadi referensi untuk penataan kursi penonton.

Gambar 3.5

Mont Evray Hall

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.6

Mont Evray Hall

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 80: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

B. Studi Galeri

Studi lapangan tentang galeri seni yang berhubungan dengan gedung

pertunjukan paduan suara ini dilakukan di gedung Usmar Ismail yang

merupakan gedung pertunjukan. Dengan studi lapangan ini, penulis

dapat mengetahui kebutuhan area yang diperluakn untuk sebuah galeri

seni. Galeri seni ini nantinya akan menampilkan segala hal yang

berkaitan dengan paduan suara , baik itu sejarah, prestasi, lagu dan

rutinitas kegiatan

Gambar 3.7

Usmar Ismail Hall

Sumber : http://remedy2011.wordpress.com

Page 81: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Gambar 3.8

Usmar Ismail Hall

Sumber : http://remedy2011.wordpress.com

C. Studi studio ( class room )

Studi lapangan untk area class room dilakukan di salah satu sekolah

music dan vocal yang ada di kota Surakarta, Talenta Suara Bertha

yang terletak di jalan raya baturan, fajar indah Surakarta. Studi

lapangan difokuskan pada dinding akustik kedap suara dan fasilitas

penunjang di dalam sebuah studi music.

Page 82: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gambar 3.9

Talenta Suara Bertha

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.10

Talenta Suara Bertha

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 83: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

BAB IV

DESAIN INTERIOR

SURAKARTA CHOIR CENTER

DI SURAKARTA

DENGAN PENDEKATAN HISTORY OF CHOIR

A. ANALISA EKSISTING

1. Asumsi Lokasi

Lokasi proyek Desain Interior Surakarta Choir Center

diasumsikan berada di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Tepatnya

berada di perempatan Purwosari, berhadapan dengan Solo Center

Point. Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut:

Belum adanya fasilitas khusus bagi seni paduan suara di wilayah

regional jawa tengah, dimana jawa tengah sebenarnya memiliki

daya tarik yang sangat besar bagi pecinta paduan suara.

Surakarta dipilih karena letaknya yang strategis, berada di tengah

– tengah pulau jawa, sehingga akses dari area Indonesia timur

dan barat tidak terlalu jauh.

Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota warisan budaya

Indonesia dan masih kental dengan budaya, alangkah indahnya

jika seni paduan suara menambah keanekaragaman di kota ini.

Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama di kota Surakarta,

letak nya sangat strategis dan menjadi pusat kegiatan masyarakat

baik dalam maupun luar kota. Lokasi ini terintegrasi dengan

transportasi masal seperti Batik Solo Trans dan kereta pramex.

Page 84: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Gambar 4.1

Site Plan Lokasi

Sumber : www.skyscrapercity.com

2. Potensi Lingkungan

Perencanaan Surakarta Choir Center yang diasumsikan di Jalan

Slamet Riyadi memiliki potensi yang sangat baik, baik dilihat dari

segi ekonomi, social dan budaya. Kawasan ini termasuk dalam

lingkungan laweyan yang merupakan pusat daerah batik di kota

solo, dimana menjadi pusat kunjungan wisatawan dari dalam dan

luar negeri. Mobilitas masyarakat di kawasan ini juga baik,

tebukti dengan adanya integrasi transportasi, diuntungkan pula

dengan lokasi yang berdekatan dengan stasiun Purwosari.

Page 85: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

B. PROGRAMING

1. Status Kelembagaan

Surakarta Choir Center ini memiliki status kelembagaan mandiri

yakni seluruh pihak administrasi dan operasionalnya dikelola oleh

swasta. Modal didapat melalui modal sendiri dan sistem tanam

saham dari para investor yang berminat.

2. Struktur Organisasi

Bagan 4.1

Strukutr Organisasi

Sumber : analisis pribadi

MANAGER

OPERASIONAL

MARKETING ADMINISTRASI PERSONALIA

STAF STAF STAF

MAINTENANCE SECURITY

BUILDING

SERVICE

MECHANICAL

ELEKTRICAL INTERNAL

EKSTERNAL

Page 86: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

3. Sistem Operasional

Surakarta Choir Center ini memiliki tiga pusat area yakni area

informatif dengan fasilitas lobby, souvenir dan partitur book store dan

gallery. Area terkait lainnya adalah area entertainment dengan fasilitas

lobby, choir hall ( gedung pertunjukan ). Area terakhir adalah area

edukatif dengan fasilitas ruang latihan, ruang kelas music dan ruang

seminar. Dari tiga pembagian area tersebut, nantinya akan ada dua

sasaran pengunjung yakni non member (pengunjung umum) dan

member (mendaftar sebagai anggota).

Sistem operasional Surakarta Choir Center buka hari Senin –

Minggu, operasional dibagi berdasarkan area terkait.

EDUCATIF AREA

( RUANG LATIHAN, KELAS

MUSIK & RUANG SEMINAR )

INFORMATIF AREA

( LOBBY, SOUVENIR &

PARTITUR STORE,

GALLERY )

ENTERTAINMENT

AREA

( CHOIR HALL )

WEEKDAYS

( SENIN –

JUMAT )

10.00 – 20.00 WIB 10.00 – 21.00 WIB

10.00 – 21.00

WIB

WEEKEND

( SABTU –

MINGGU )

09.00 – 20.00 WIB 09.00 – 21.00 WIB

09.00 – 21.00

WIB

BOOKING RUANG SEMINAR _ CHOIR HALL

Tabel 4.1

Tabel sistem operasional

Sumber : analisa pribadi

Page 87: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

4. Program Kegiatan

a. Program Fasilitas

Surakarta Choir Center memiliki tiga pusat area yakni area

informatif , edukatif area dan area entertainment yang saling

terkait. Dari pembagian tiga fasilitas tersebut dengan dua sasaran

pengunjung yakni member (mendaftarkan diri sebagai murid

sekolah music di area Surakarta Choir Center ini ) dan non

member (umum) memiliki perbedaan fasilitas

PEMBAGIAN RUANG MEMBER NON MEMBER

AREA EDUCATIF

RUANG LATIHAN UMUM &

BOOKING

UMUM &

BOOKING

RUANG SEMINAR UMUM &

BOOKING

UMUM &

BOOKING

RUANG KELAS

MUSIK MURID -

LOBBY UMUM UMUM

AREA

INFORMATIF

GALLERY UMUM UMUM

SOUVENIR &

PARTITUR STORE UMUM UMUM

AREA

ENTERTAINMENT CHOIR HALL

UMUM &

BOOKING

UMUM &

BOOKING

Tabel 4.2

Tabel Program Fasilitas

Sumber : analisa pribadi

b. Kegiatan Manusia

Kegiatan Pengelola

Bagan 4.2

Tabel Pola Kegiatan

Sumber : analisa pribadi

DATANG OFFICE KEGIATAN

OPERASIONAL

LAVATORY

PULANG

Page 88: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Kegiatan Pengunjung

Alternatif 1

Bagan 4.3

Tabel Pola Kegiatan

Sumber : analisa pribadi

Alternative 2

Bagan 4.4

Tabel Pola Kegiatan

Sumber : analisa pribadi

CHOIR

HALL

RUANG SEMINAR

TIKET BOX

SOUVENIR & PARTITUR STORE

GALLERY

GALLERY

LOBBY DATANG

LAVATORY

LAVATORY

EXIT

EXIT LAVATORY

KELAS MUSIK

RUANG LATIHAN

ABSEN DATANG

CHOIR HALL

Page 89: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Kegiatan Penampil

Bagan 4.5

Tabel Pola Kegiatan

Sumber : analisa pribadi

5. Fasilitas Ruang

1) Fasilitas Penerimaan

Lobby

2) Fasilitas Informatif

Gallery

Tiket Box

Kasir

Office

3) Fasilitas Penjualan

Souvenir Store

- Display Kaset dan CD

- Display Kaos dan Merchandise

- Display Koleksi Komersil

Partitur Book store

- Display majalah

- Diplay partitur

- Display alat musik

4) Fasilitas Entertaiment

Choir Hall

- Kursi penonton ( kapasitas 500 penonton )

- Stage

- Backstage

- Control area

- Ruang ganti

- Ruang Make Up

EXIT RUANG

LATIHAN

CHOIR

HALL

RUANG

LATIHAN

DATANG

Page 90: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

- Kamar mandi

5) Fasilitas Admistrasi

Office

- Area tunggu tamu

- Ruang Manager

- Ruang kerja management

- Ruang kerja staf pengajar

- Gudang

6. Sistem Organisasi Ruang

Organisasi ruang adalah dasar dasar cara menghubungkan

ruang-ruang suatu bangunan sehingga terorganisir menjadi pola-pola

bentuk ruang yang koheren (Francis DL Ching,1996,hal. 194)

Mempertimbangkan perencanaan bentuk organisasi ruang perlu adanya

1. Pengelompokan ruang yang akan dilihat dari karakter dan macam

kegiatan yang diwadahi

2. Karakter yang ditampilkan denga bentuk-bentuk dinamis sehingga

turut mendukung dan membangun dari tema yang akan diangkat

sehingga menjadi kesatuan

Sistem organisasi ruang menggunakan bentuk radial

Gambar 4.2

Organisasi ruang Radial

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisai ruang yang

linier berkembang menurut bentuk jari-jari.

Page 91: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Organisasi ruang radialmemadukan unsur-unsur baik organisasi

terpusat maupun linier.

Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana

sejumlah organisasi linierberkembang menurut arah jari-jarinya.

Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang

introvertyang memusatkan pandangannya ke dalam ruang

pusatnya, maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk

yang ekstrovert yang mengembang keluar lingkupya. Dengan

lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dam meng-

gabungkan dirinya pads unsur-unsur atau benda-benda tertentu

pada tapaknya.

7. Sistem Sirkulasi

Dasar pertimbangan yang digunakan antara lain berdasar pada

sistem pelayanan, aktivitas pengunjung, dan pencapaian tujuan atau

tema yang diangkat, maka secara analisis sistem sirkulasi yang tepat

adalah:

a. Sirkulasi Pengunjung

Menggunakan sistem sirkulasi radial (radiating sirkulation) yaitu

sirkulasi alternative dengan arah keluar acces point sehingga

pengunjung lebih leluasa memilih fasilitas yang mereka inginkan.

b. Sirkulasi Pengelola

Menggunakan sistem sirkulasi linier yaitu sirkulasi dengan system

langsung dari access point menuju ke akhir sirkulasi.

Page 92: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

8. Hubungan Antar Ruang

ZONA RUANG

PUBLIK

SOUVENIR & PARTITUR

STORE

LOBBY & GALLERY

SEMI

PUBLIK

CHOIR HALL

RUANG SEMINAR

TIKET BOX & KASIR

PRIVAT

RUANG KELAS

RUANG LATIHAN

KANTOR

CONTROL AREA

BACKSTAGE

SERVICE

LAVATORY

GUDANG

Gambar 4.3

Hubungan Antar Ruang

Sumber : analisa pribadi

Keterangan

Berhubungan langsung

Berhubungan tidak langsung

Tidak berhubungan

Page 93: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

9. Zoning dan Grouping

Zoning

Gambar 4.4

Zoning

Sumber : analisa pribadi

Privat

Semi Privat

Publik

Service

Page 94: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Grouping

Gambar 4.5

Grouping

Sumber : analisa pribadi

Surakarta Choir Center dibagi menjadi beberapa group

pengguna yang berhubungan dengan sifat ruang, kegiatan pengguna

dan penggunaannya yaitu :

a Publik

merupakan ruang yang langsung berhubungan dengan khalayak

ramai atau pengunjung umum tanpa dibatasi secara protokoler atau

administrasi

b Semi Publik

merupakan ruang yang bersifat resmi baik dari segi pengguna

maupun kegiatan penggunaannya.

c Privat

merupakan daerah yang tertutup untuk umum dan hanya

berhubungan dengan kegunaan dan pengguna ruang.

d Service

merupakan area dimana pengunjung dapat memanfaatkan ruangan

tersebut, seperti toilet maupun lavatory.

R.

Seminar

Servic

e

Gallery &

Store

R.Latiha

n

Offic

e

Class

Room

Backstage

Choir

hall

Page 95: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Dari pembagian beberapa jenis ruang diatas, maka dapat

dijadikan faktor pertimbangan dalam menentukan zoning dan

grouping.

C. KONSEP

1. Ide Gagasan Perancangan

Surakarta Choir Center adalah sebuah bangunan pusat paduan

suara, yang menjadi pusat segala kegiatan yang berkaitan dengan seni

paduan suara, mulai dari berlatih untuk acara harian sampai kegiatan

panggungt seperti kompetisi dan pertunjukan atau konser. Di dalam

bangunan ini sarana yang disiapkan bisa dikatakan kompleks meliputi

Gallery, Souvenir dan partitur Store, sekolah music, ruang latihan,

ruang seminar dan choir hall . bangunan yang dapat digunakan untuk

acara berkelas internasional ini akan dibalut dengan nuansa interior

modern mengikuti salah satu benang merah perjalanan perkermabngan

paduan suara, dari masa abad pertengahan sampai era modern melalui

pendekatan historical dengan memunculkan atmosfer historycal.

2. Tema Perancangan

Memunculkan atmosfer interior historycal dengan

mengaplikasikan sifat-sifat dari jenis lagu paduan suara sesuai

pembagian kategori yang ada. Tema ini akan diterapkan pada gaya

pencahayaan, pemilihan warna dan material dengan tetap memberikan

sentuhan sentuhan etnic dan natural sebagai ciri khas bangunan

Indonesia, khususnya daerah Solo.

Page 96: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

3. Atmosfer Desain Interior

Memunculkan atmosfer sejarah perkembangan music, terutama

music paduan suara yang ditinjau dari pembagian jenis lagu nya

sebagai pembentuk suasana interior pada tiap ruangnya. Atmosfer

utama yang akan ditampilakan adalah armosfer perkembangan paduan

suara saat berkembangnya jenis lagu classic dan modern.

a. Classic

Perkembangan jenis lagu classic di dalam dunia paduan

suara di bedakan menjadi lagu classic sekuler dan non

sekuler. Lagu classic sekuler juga disebut jenis lagu

musica sacra, yaitu lagu – lagu yang berhubungan

dengan gerejawi, biasa di bawakan dalam misa gereja

katholik roma,sebagai ordinarium. Berdasar pada

criteria tersebut, maka akan diadaptasi aspek – aspek

musica sacra dan lagu classic non sekuler ke dalam

interior ruang Surakarta Choir Center.

Proses adaptasi jenis lagu classic

Gambar 4.6

Cathedrale Saint Andre de Bordeaux

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 97: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 4.7

Cathedral of the Assumption University, Bangkok

Sumber : dokumentasi pribadi

Dari bangunan gereja tersebut, akan diadaptasi bentuk dan

warna untuk interior bangunan , seperti pada bentuk ceiling

area hall, dinding pada area galeri dan aplikasi pemilihan

flooring. Bentuk lain yang akan diwujutkan adalah pada

furniture ruang galeri.

b. Modern

Perkembangan paduan suara pada era modern diikuti pula

dengan jenis music yang muncul. Paduan suara sudah mulai

keluar dari lingkup gerejawi dan menjadi bagian dari

masyarakat luas. Mulai dari jenis lagu jazz, pop hingga lagu

kedaerahaan yang dikenal dengan istilah folklore. Paduan suara

sudah mulai sering di bawakan diluar gereja danmulai masuk

dalam gedung opera dan bahkan mulai di ciptaka gedung

khusus untuk pertunjukan paduan suara.

Page 98: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Gambar 4.8

Usmar Ismail Hall

Sumber : dokumentasi pribadi

Atmosfer yang akan diwujudkan juga diadaptasi dari alat music

yang mulai digunakan pada jaman modern, seperti castanet, garpu tala

dan garis para nada.

4. Pola Penataan Ruang

Penataan layout terarah dengan adaptasi sistem sirkulasi radial.

Tiga area pusat yakni area informatif (Lobby, Souvenir Store dan

Gallery) akan dihubungkan melalui selasar melingkar menuju area

entertainment ( Choir Hall) dan menuju area edukatif ( class room

music )

5. Desain Pembentuk Ruang

a) Lantai ( flooring )

Analisa criteria bahan dan alternative bahan lantai :

RUANG KRITERIA

BAHAN

ALTERNATIF

BAHAN

LOBBY &

GALLERY

Mudah perawatan Keramik tile

Tahan lama

Tidak licin

Tahan gores

Sesuai konsep

Page 99: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

SOUVENIR

STORE

Mudah perawatan Keramik Tile

Tahan lama

Tidak licin

Tahan gores

Sesuai konsep

CLASS ROOM

Mempunyai sifat

akustik

Karpet wall to wall

Mudah perawatan

Tahan lama

Tidak licin

Tahan gores

Sesuai konsep

CHOIR HALL

Mempunyai sifat

akustik

Parquet

Mudah perawatan Karpet wall to wall

Tahan lama Wood Laminated

Tidak licin

Tahan gores

Sesuai konsep

RUANG

SEMINAR

Mempunyai sifat

akustik

Parquet

Mudah perawatan Wood laminated

Tahan lama

Tidak licin

Tahan gores

Sesuai konsep

Tabel 4.3

Analisa Spesifikasi Lantai

Sumber : analisa pribadi

Page 100: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

b) Dinding

Analisacriteria bahan dan alternatif dinding :

RUANG KRITERIA BAHAN ALTERNATIF BAHAN

LOBBY & GALLERY

Mudah perawatan Dinding bata

Tahan lama Plywood dan HPL

Tahan kelembaban wallpapaer

Sesuai konsep

SOUVENIR STORE

Mudah perawatan Glass

Tahan lama

Tahan kelembaban

Sesuai konsep

CHOIR HALL

Mempunyai sifat akustik Dinding bata plester

Tidak mudah bergetar Dinding Camport semen

Mudah perawatan Gypsum

Tahan lama Panel akustik

Tahan kelembaban Wallpaper

Sesuai konsep

CLASS ROOM

Mempunyai sifat akustik Dinding bata plester

Tidak mudah bergetar Dinding Camport semen

Mudah perawatan Gypsum

Tahan lama Panel akustik

Tahan kelembaban Wallpaper

Sesuai konsep

RUANG SEMINAR

Mudah perawatan Dinding bata

Tahan kelembaban Plywood dan HPL

Sesuai konsep wallpapaer

Tabel 4.4

Analisa Spesifikasi Dinding

Sumber : analisa pribadi

Page 101: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

c) Langit – langit ( Ceiling )

Analisa criteria bahan dan alternative bahan langit – langit :

RUANG KRITERIA BAHAN ALTERNATIF BAHAN

LOBBY & GALLERY

Mudah perawatan Gypsumboard

Tahan api Plywood dan HPL

Tahan kelembaban Glasswool

Sesuai konsep

SOUVENIR STORE

Mudah perawatan Gypsumboard

Tahan api

Tahan kelembaban

Sesuai konsep

CHOIR HALL

Mempunyai sifat akustik Gypsumboard

Tidak mudah bergetar Plywood dan HPL

Mudah perawatan Glasswool

Tahan api Panel akustik

Tahan kelembaban Karpet wall to wall

Sesuai konsep

CLASS ROOM

Mempunyai sifat akustik Gypsumboard

Tidak mudah bergetar Plywood dan HPL

Mudah perawatan Glasswool

Tahan api Panel akustik

Tahan kelembaban Karpet wall to wall

Sesuai konsep

RUANG SEMINAR

Mudah perawatan Gypsumboard

Tahan kelembaban Plywood dan HPL

Sesuai konsep

Tabel 4.5

Analisa Spesifikasi Ceiling

Sumber : analisa pribadi

Page 102: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

6. Desain Interior System

a). Pencahayaan

Analisa criteria pencahayaan yang dibutuhkan :

RUANG

KRITERIA

ANALISA

PENCAHAYAAN

ALAMI

PENCAHAYAAN

BUATAN

LOBBY&

GALLERY

Mudah pemasangan Downlight

Tahan lama Spotlight

Sesuai konsep

SOUVENIR

STORE

Mudah pemasangan Downlight

Tahan lama Spotlight

Sesuai konsep

CHOIR HALL

Mudah pemasangan Downlight

Tahan lama Spotlight

Sesuai konsep Follow light

CLASS ROOM

Mudah pemasangan Downlight

Tahan lama

Sesuai konsep

RUANG

SEMINAR

Mudah pemasangan Downlight

Tahan lama

Sesuai konsep

Tabel 4.6

Analisa Kriteria Pencahayaan

Sumber : analisa pribadi

Page 103: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

b). Penghawaan

RUANG

KRITERIA

ANALISA

PENGHAWAAN

ALAMI

PENGHAWAAN

BUATAN

LOBBY&

GALLERY

Mudah pengoperasian Grid ventilasi AC Central

Tidak memakai

instalasi khusus

Difuser AC

Menjaga temperature

udara

SOUVENIR

STORE

Mudah pengoperasian Grid ventilasi AC Central

Tidak memakai

instalasi khusus

Difuser AC

Menjaga temperature

udara

CHOIR HALL

Mudah pengoperasian Grid ventilasi AC Central

Tidak memakai

instalasi khusus

Difuser AC

Menjaga temperature

udara

CLASS ROOM

Mudah pengoperasian Grid ventilasi AC Central

Tidak memakai

instalasi khusus

Difuser AC

Menjaga temperature

udara

RUANG

SEMINAR

Mudah pengoperasian Grid ventilasi AC Central

Tidak memakai

instalasi khusus

Difuser AC

Menjaga temperature

udara

Tabel 4.7

Analisa Kriteria Penghawaan

Sumber : analisa pribadi

Page 104: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

c). Akutik Ruang

Analisa criteria akustik ruang yang dibutuhkan

RUANG ANALISA KRITERIA AKUSTIK

LOBBY &

GALLERY

Tingkat kebisingan 40 – 55 dBA -

tidak membutuhkan isolasi

bunyi

Sesuai konsep

SOUVENIR

STORE

Tingkat kebisingan 40 – 55 dBA -

tidak membutuhkan isolasi

bunyi

Sesuai konsep

CHOIR

HALL

Tingkat kebisingan 40 – 60 dBA

Lantai akustik ( Glasswool

)

Membutuhkan isolasi bunyi

Dinding akustik (

Glasswool )

Sesuai konsep

Ceiling akustik (

Glasswool )

CLASS

ROOM

Tingkat kebisingan 40 – 60 dBA

Lantai akustik ( Glasswool

)

Membutuhkan isolasi bunyi

Dinding akustik (

Glasswool )

Sesuai konsep

Ceiling akustik (

Glasswool )

RUANG

SEMINAR

Tingkat kebisingan 40 – 55 dBA

Tingkat kebisingan 40 – 55

dBA

tidak membutuhkan isolasi

bunyi

tidak membutuhkan isolasi

bunyi

Tabel 4.8

Analisa Kriteria Akustik

Sumber : analisa pribadi

Page 105: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

7. Desain Furniture

Pertimbangan furniture yang akan digunakan dalam Desain Interior

Surakarta Choir Centeradalah :

Fungsi (sebagai ruang multi fungsi, furniture diharapkan

bersifat fleksible dan moveable)

Faktor kenyamanan dan keselamatan ergonomic

Ketahanan, baik secara konstruksi maupun terhadap

perubahan temperature

Nilai estetis, disesuaikan dengan tema yang akan

ditampilkan adalah Histori Choir

Mudah dalam perawatan maupun kebersihan

Gambar 4.9

Desain Furniture 1

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 106: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Gambar 4.10

Desain Furniture 2

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 4.11

Desain Furniture 3

Sumber : dokumentasi pribadi

8. Desain Elemen estetis

a. Fungsi, Bahan dan Teknis

Dalam menentukan ketiga unsur yang saling berkaitan

ini perlu adanya pertimbangan akankah solusi yang diambil

akan mendukung terciptanya atmosfer yang mengacu pada

terwujudnya tema yang diangkat.

Dalam menentukan ketiga hal diatas perlu

dipertimbangkan pula bahwa alternatif yang dipilih harus :

Mendukung tema yang diangkat

Mudah perawatan

Tahan dalam cuaca dan kelembapan

Mendukung akustik

Page 107: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b. Estetis

Fungsi dari elemen estetis adalah untuk menambah

keindahan suatu benda pada bangunan. Penerapan elemen

estetis harus dapat diatur dengan bentuk, fungsi dan

strukturalnya agar dapat mencapai suasana yang diinginkan.

Dalam perancangan suatu ruangan, hubungan antar unsur-

unsur dekorasi dalam interior harus terpadu dengan

eksteriornya .unsur-unsur ini antara lain proporsi, warna,

garis dan tekstur.

Warna

Sebagai komponen seni ,warna memegang

peranan yang kuat dan mutlak selalu berhadapan dengan

indera penglihatan manusia yang selalu mempunyai

penilaian hal tentang warna diungkap oleh Neufert Ernst

: warna pada bangunan sangat membantu penampilan

bangunan, terutama bagi para arsitek, warna adalah alat

bantu untuk dapat merancang suatu keindahan dan

kenyamanan, juga dapat menjadi alat pemacu

penampilan suatu rancangan dengan

mempertimbangkan konsep pendekatan historical choir

yang diangkat

Gambar 4.8

Warna Pokok Gedung

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 4.12

Warna Pokok

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 108: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Garis

Salah satu unsur penentu terwakilinya tema

adalah garis ,garis yang terbentuk akan memberikan

efek psikologis. Garis menentukan bentuk dan dimensi

dari ruang yang dibentuk, tentu saja memberi efek

psikologis.

1) Garis horisontal memberi kesan membumi, hal yang

tidak bergerak dan memuaskan .

2) Garis vertikal memberi kesan kewibawaan dan

megah.

3) Garis diagonal memberi kesan ketidakstabilan atau

suatu yang bergerak

Aplikasi pada perancangan Surakarta Choir

Centerialah garis-garis lengkung, , oval, bulat dan

melingkar .

Gambar 4.13

Garis dominan

Sumber : dokumentasi pribadi

Tekstur

Pengertian tekstur adalah rasa permukaan atau

penggambaran dari sifat permukaan dari suatu objek

(benda atau bidang). Tekstur dapat memberikan

pengaruh dari pandangan atau sentuhan dan

Page 109: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

memberikan kesan atau pesan dari permukaan yang

ditampilkannya :

1) Halus, memberi kesan menyenangkan dan tidak

mempengaruhi dominasi ruang .

2) Kasar, memberi kesan keras, kuat dan

mendominasi penampilan bentuk. Untuk

membangun suasana atau membentuk image dari

suatu desain tekstur merupakan salah satu unsur

pendukung yang memegang peranan, sehingga

penggunaan tekstur pada tiap eleman pembentuk

interior juga berbeda tergantuang pada kesan

atau image yang akan ditampilkan .

Pengertian Pemilihan tekstur untuk Surakarta

Choir Center ini adalah tekstur halus, lembut, memberi

kesan empuk dan nyaman guna menerapkan konsep

romantic.

9. Sistem Keamanan

a. Bahaya Pencurian

Dasar pertimbangan ;

1) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki

kemampuan tinggi untuk melindungi bangunan

2) Tidak mengganggu penampilan bangunan

3) Bentuk dan luasan bangunan

4) Jenis sistem yang digunakan :

a. Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah

yang digunakan untuk memantau atau memonitor

kegiatan yang sedang berlangsung dengan

menggunakan camera TV sebagai alat monitoring

Page 110: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

b Sistem door and exit control

Merupakan sistem dengan pemakaian pintu sebagai

alat untuk mengatasi bahaya yang datang dari luar

bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan

luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat

alat pendeteksi elektronik.

Metal Detector

Signal Sensor

Infrared Camera

b. Bahaya Kebakaran

Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan

masalah keamanan dari segi fisik bangunn dan terutama

yang menyangkut kenyamanan pengunjung dari hal-hal

yang mengganggu serta membahayakan jiwa seseorang.

Maka diperlukan sarana peralatan yang berhubungan

dengan keamanan yang dapat diletakkan paada titik utilitas

bangunan.

Peralatan tersebut dapat berupa :

1) Hidran air : pipa dengan kran air dimana tersedia selang

dan alat semprot air dengan lampu kontrol guna

mengantisipasi bahaya kebakaran

2) Sprinklers : alat kran air yang dipasang dengan jarak

tertentu dihubungkan dengan pipa air diatasnya,

dipasang satu sistem dengan heat detektor, sehingga jika

kondisi panas dengan suhu tertentu atau terjadi

kebakaran alat tersebut otomatis menyemprotkan air

3) Tabung gas berisi gas CO2 atau obat kimia anti api yang

dilengkapi dengan alat penyemprot ( liquid foam )

4) Tersedia tangga penyelamat sebagai jalur alternatif

Page 111: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

5) Sistem keamanan dengan alarm, barcode detektor,

kamera dan layar pengawas, satuan keamanan yang

dilengkapi dengan alat komunikasi yang beroperasi

selama 24 jam

Page 112: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Surakarta Choir Centeradalah pusat kegiatan seni paduan suara

yang meliputi area hall sebagai tempat lomba, konser dan pertunjukan.

Gedung ini dilengkapi pula dengan ruang kelas music dan vocal, galeri

seni, ruang seminar dan souvenir store.Fasilitas yang ada tersebut

dapat dinikmati oleh masyarakat pecinta seni paduan suara, baik dari

kalangan singer, conductor, arranger, pengelola indsutri music serta

masyarakat dari segala lapisan usia. Dengan fasilitas yang ada tersebut,

diharapkan Surakarta Choir Center dapat memenuhi fungsi edukatif

yang di wujutkan dengan adanya sekolah music paduan suara, ruang

seminar, galeri dan gedung pertunjukan. Kemudian memenuhi pula

fungsi informative, melalui segala macam hal tentang paduan suara

yang di sajikan di dalam area galeri, dan memberikan fungsi hiburan

atau entertainmet bagi masyarakat luas.

Dalam perencanaan Surakarta Choir Center ini digunakan

pendekatan historycal yang berkaitan dengan sejarah music paduan

suara yang mengarah pada jenis aliran musiknya. classic, kategori

jenis music ini diaplikasikan sebagai ide gagasan pencipta atmosfer

interior sebagian besar bangunan ini, terutama pada area galeri dan

souvenir store. Pop dan jazz diaplikasikan sebagai ide gagasan

pencipta atmosfer interior ruang kelas music dan vocal dan ruang

Page 113: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

seminar.Musica sacra diaplikasikan sebagai ide gagasan pencipta

atmosfer interior choir hall. Konsep tersebut dirancang sebagai wujud

penghargaan terhadap music paduan suara dan perkembangannya.

Sebagai sebuah gedung pertunjukan, Surakarta Choir Center

memiliki system akustik yang memadai untuk sebuah gedung hiburan,

mulai dari desain hall choir sampai panel akustik sudah didesain

sedetail mungkin demi tercapainya desain yang diharapkan.kemudian

untuk site plan Surakarta Choir Center akan diasumsikan di daerah

Laweyan, Surakarta tepatnya di lahan di depan Solo Center Point,

Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Lokasi ini dipilih karena sangat

strategis dan berada di jantung kota Solo. Kawasan laweyan ini erat

sebagai kawasan wisata turis domestik maupun mancanegara karena

merupakan salah satu pusat batik di kota Solo, yang dikenal dengan

kawasan kampong batik laweyan.

B. SARAN

Desain Interior Surakarta Choir Centerini diharapkan mampu

memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya serta dapat

dijadikan sebagai tolak ukur ataupun pertimbagan-pertimbangan dalam

meningkatkan perkembangan apresiasi desain interior.

Page 114: SURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id fileSURAKARTA CHOIR CENTER - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis DL 1996,Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga.

Daryanto, S.S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya :Apollo

Helen Graham, 1998. Penyembuhan Dengan Warna.

Mediastika, Christina E. 2009. Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi

Pada Bangunan. Yogyakarta: Andi.

Neufert, Ernst. 1987. Data Arsitek (edisi terjemahan Sjamsu Amri). Jakarta :

Erlangga.

Panero, Julius dan Zelnik, Martin. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior

(edisi terjemahan D. Kurniawan). Jakarta : Erlangga.

Panuwun, Joko. 1994. Konstruksi Bangunan I. Surakarta : UNS.

Pramana Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, Balai Pustaka, Jakata, 198 :

40-44

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas

Maret UIniversity Press.

Sumber Internet :

jokosarwono.wordpress.com

http://remedy2011.wordpress.com

www.skyscrapercity.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta

www.artikata.com/pusat, 27 Oktober 2011

www.rpginc.com