supervisi pembelajaran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru - stain salatiga

184
i SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU (STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA) oleh oleh WAHID HASIM NIM.M1.11.044 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013

Upload: malays

Post on 22-Nov-2015

534 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru - Stain SalatigaSupervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru - Stain Salatiga

TRANSCRIPT

  • i

    SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH

    DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

    (STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP

    ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA)

    oleh

    oleh

    WAHID HASIM

    NIM.M1.11.044

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan Islam

    PROGRAM PASCA SARJANA

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2013

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH

    DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

    (STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP

    ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA)

    oleh

    WAHID HASIM

    NIM.M1.11.044

    Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

    Sekolah Tingggi Agama Islam Negeri Salatiga

    sebagai pelengkap persyaratan untuk

    gelar Magister Pendidikan Islam

    Salatiga, 30 Agustus 2013

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  • iii

    PROGRAM PASCASARJANA

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    LEMBAR PENGESAHAN TESIS

    Nama : Wahid Hasim

    NIM : M1.11.044

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Tanggal Ujian : 30 September 2013

    Judul Tesis : Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam

    Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus Di

    MTs Negeri dan SMP Al-Azhar 18 Kota Salatiga)

    Panitia Munaqosah Tesis

    1. Ketua Penguji : Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. -------------------

    2. Sekretaris : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. --------------------

    3. Penguji I : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. --------------------

    4. Penguji II : Pof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag --------------------

    5. Penguji III : Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd --------------------

  • iv

    PERNYATAN KEASLIAN TESIS

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil

    karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencamtumkan

    tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh

    orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada

    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.

    Salatiga, Agustus 2013

    Yang membuat pernyataan

    Materai 6000

    Wahid Hasim

  • v

    ABSTRAK

    Wahid Hasim, 2013. Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru(Studi Multi Kasus Di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

    Kata kunci: supervisi pembelajaran, kepala sekolah, kompetensi guru.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan supervisi pembelajaran oleh

    kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dalam

    meningkatkan kompetensi guru. Fokus pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana

    pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah/madrasah, (2) Bagaimana pelaksanaan

    supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari teori-teori supervisi,(3) Bagaimana

    dampak supervisi dalam pengembangan profesional guru,(4) Bagaimana perbedaan

    pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs N dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

    Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan

    analisa model interaktif. Rancangan yang digunakan adalah studi multi kasus dengan

    seting penelitian dilakukan pada dua sekolah/madrasah di Salatiga yaitu MTs Negeri

    dan SMP Islam Al-Azhar 18 dengan informan kunci yaitu kepala sekolah/madrasah,

    kemudian informan lain adalah wakil kepala sekolah/madrasah, beberapa guru,

    kepala staf tata usaha. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan

    observasi.

    Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian pada sekolah dan

    madrasah sebagai berikut (1) pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan

    oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui membuat perencanaan jadwal

    supervisi, pelaksanaannya menggunakan model, pendekatan dan teknik supervisi,

    observasi kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti

    supervisi. (2) Pelaksanaan supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua

    sekolah/madrasah tersebut hanya sebagian yang dilaksanakan (3) Dampak supervisi

    dapat meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru

    dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. (4) Perbedaan pelaksanaan supervisi

    di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala madrasah dan guru senior, sedangkan

    di SMP Islam Al-Azhar telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan

    dampaknya dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.

  • vi

    ABSTRACT

    Wahid Hasim, 2013. Supervision Learning Principals in Increasing

    Teacher Competency (Multi Case Study in MTs and SMP Islam Al-Azhar 18

    Salatiga). Thesis, Islamic Religious Education Program, Graduate School of

    Islamic Studies Salatiga.

    Keywords: instructional supervision, school principal, teacher competence.

    This study aimed to describe the instructional supervision by the principal at

    MTs and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga in improving teacher competence. The

    focus in this study are: (1) How does the implementation of supervision by the head

    of school/madrasah, (2) How does the implementation of the supervision by the

    principal theories in terms of supervision, (3) What is the impact of supervision in the

    professional development of teachers, (4) What is the difference implementation and

    impact of supervision on MTs N and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

    This is a qualitative study with a phenomenological approach to the analysis

    of interactive models. The design used was a multi-case study research conducted by

    the settings on the two schools/madrasah in Salatiga ie MTs and SMP Islam Al-Azhar

    18 key informant is a school/madrasah, then another informant was vice

    principal/madrasah, some teachers, head of the administrative staff. Data was

    collected through interviews, documentation and observation.

    Based on the analysis of data obtained by the research findings on schools and

    madrasas as follows (1) the implementation of instructional supervision is carried out

    by the principal/madrasah marked with supervision schedule through planning,

    implementation using models, approaches and techniques of supervision, classroom

    observations conducted using instruments, and follow-up supervision. (2) The

    implementation of supervision in terms of the theory of supervision in both school/

    madrasah only partially implemented (3) Impact of supervision can improve

    professional competence shown by the teacher in making syllabi and lesson plans

    independently. (4) Differences in the implementation of supervised MTs not involve

    vice principal and senior teachers, while at SMP Islam Al-Azhar has involved deputy

    principals and senior teachers, and its effects can enhance the professional

    competence of teachers.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

    taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis yang

    berjudul Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan

    Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18

    Kota Salatiga).

    Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusannya sebagai

    insan manusia berkualitas banyak ditentukan oleh kemampuan para pengelolanya.

    Dalam hal ini, kepala sekolah/madrasah dituntut untuk memiliki kompetensi

    profesional dan personal yang sedemikian rupa untuk menunjang kegiatan proses

    pembelajaran .

    Melalui peranannya kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor membantu

    para guru melancarkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan supervisi

    pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor terhadap

    guru-guru akan banyak membantu keberhasilan proses pembelajaran di

    sekolah/madrasah tersebut. Sehubungan dengan itu penelitian ini ingin

    mengungkapkan pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah dalam

    meningkatkan kompetensi guru di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18

    Salatiga.

  • viii

    Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat bantuan dan dorongan yang

    sangat konstruktif dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, secara tulus dari lubuk

    hati yang terdalam penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

    Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga.

    Bapak Prof. Dr. Budihardjo dan bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd yang

    dengan tekun dan ketulusan hati membimbing penyelesaian tesis ini. Kedua beliau

    telah menambah pandangan, pendapat dan meningkatkan wawasan penulis dalam

    mengkaji kegiatan permasalahan supervisi pembelajaran.

    Bapak Dr. Saadi M.Ag, selaku direktur Program Pasca Sarjana STAIN Kota

    Salatiga, yang telah memberi kemudahan, menyelesaikan kesulitan dalam

    penyelesaian penulisan tesis ini.

    Demikian juga kepada semua dosen yang telah memberikan kemudahan

    selama penulis mengikuti kuliah pada program Pasca sarjana. Isteriku tercinta Esti

    Yunaeni yang telah memberikan dorongan semangat dan percaya diri kepada

    penulis. Kepada anak-anakku Annida Khaerunnisa dan Anwar Rasyid yang

    waktunya tersita selama penulis mengikuti pendidikan di Pasca Sarjana merupakan

    dorongan batin yang luar biasa bagi penulis dalam penyelesaian studi ini.

    Ibu Dra Zayinatun, M.Pd selaku kepala madrasah MTs Negeri Salatiga dan

    kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sebagai tempat penelitian, dan pihak-pihak

    lain yang ikut membantu terlaksananya penelitian ini, penulis sampaikan

    penghargaan yang tinggi.

  • ix

    Ssemoga karya ilmiah yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat bagi

    penulis khususnya dan bagi semua pihak.

    Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, oleh

    karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

    Salatiga, 30 Agustus 2013

    Wahid Hasim

  • x

    DAFTAR ISI

    halaman

    HALAMAN JUDUL . i HALAMAN PERSETUJUAN .......... ii HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .... iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR . vii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I. PENDAHULUAN ... 1

    A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah . 11 C. Signifikansi Penelitian .. 12

    1. Tujuan Penelitian 12 2. Kegunaan Penelitian ... 12

    D. Sistematika Penelitian .. 13

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16 A. Kajian Teori 16

    1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran ... 16 2. Tujuan Supervisi Pembelajaran ... 20 3. Fungsi Supervisi Pembelajaran ... 22 4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran ... 24

    B. Perencanaan Program Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah ... 26 1. Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Perencanaan Supervisi .... 26 2. Faktor-Faktor Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Supervisi ... 28

    C. Model Supervisi, Pendekatan Supervisi, Metode dan Teknik Supervisi . 30 1. Model Supervisi Pembelajaran . 30 2. Pendekatan Supervisi Pembelajaran . 36 3. Teknik Supervisi Pembelajaran ... 42

    D. Tindak Lanjut Supervisi Pembelajaran .. 48 E. Tinjauan Kompetensi Guru .. 49

    1. Pengertian Kompetensi Guru ... 49 2. Ruang Lingkup Kompetensi Guru ... 51

    F. Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi guru .....54

  • xi

    G. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu .... 59

    BAB. III METODOLOGI PENELTIAN .. 63 1. Jenis Penelitian 63 2. Pendekatan Penelitian . 63 3. Sumber Data 65 4. Teknik Pengumpulan Data . 66 5. Validitas Data 68 6. Analisa Data 69 7. Keabsahan Data .. 74

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 79 A. Profil MTs Negeri Salatiga . 79

    1. Sejarah berdirinya MTs Negeri Salatiga 79 2. Lokasi . 80 3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Salatiga 81 4. Keadaan Madrasah .. 82

    B. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 87 1. Sejarah berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga . 87 2. Lokasi . 89 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 90 4. Keadaan Sekolah 95

    C. Temuan Penelitian Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru .. 102 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs

    Negeri Salatiga 102 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs

    Negeri Salatiga Ditinjau Dari Segi Teori-Teori Supervisi 110 3. Dampak Supervisi terhadap Pengembangan Profesional Guru .. 113

    D. Temuan Penelitian Supervisi Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam meningkatkan Kompetensi Guru .. 117 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP

    Islam Al-Azhar 18 Salatiga 117 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP

    Islam Al-Azhar 18 Salatiga Ditinjau Dari Teori-Teori Supervisi 121 3. Dampak Supervisi Pembelajaran terhadap Pengembangan Profesional

    Guru .. 124 4. Perbedaan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran dan Dampak Supervisi

    Pembelajaran Di MTs Negeri Salatiga dan Di SMP Islam Al-Azhar 18

    Salatiga .. 128 E. Pembahasan Lintas Kasus Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri

    Salatiga dan Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam

    Meningkatkan Kompetensi Guru 132

  • xii

    BAB V. PENUTUP 138 A. Kesimpulan . 138 B. Saran 140

    DAFTAR PUSTAKA . 142 LAMPIRAN 144 BIOGRAFI PENULIS . 166

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 3.1. Pengkodean .. 70 Tabel 4.1. Data Tenaga Pendidik MTs N Salatiga.... 84 Tabel 4.2. Data Tenaga Kependidikan MTs N Salatiga ... 84 Tabel 4.3. Data Peserta Didik MTs N Salatiga .. 85 Tabel 4.4. Data Prestasi Bidang Akademik ... 85 Tabel 4.5. Data Prestasi Bidang Non Akademik . 86 Tabel 4.6. Data Tenaga Pendidik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ... 98 Tabel 4.7. Data Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga .. 98 Tabel 4.8. Data Peserta Didik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga . 99 Tabel 4.9. Data Prestasi Bidang Akademik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga .. 100

    Tabel 4.10. Data Prestasi Bidang Non Akademik SMP Islam Al-Azhar 18 101 Tabel 4.11. Perbedaan Supervisi di MTs N dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.131

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1. Tujuan Supervisi Akademik (Pembelajaran) ...57 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model) .... 69 3.2. Langkah-langkah Analisis data kasus Individu .. 72 3.3. Langkah-langkah Analisis Data Lintas Kasus .... 73

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Intrumen Pedoman Wawancara ....144 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi . 147 3. Jadwal Kunjungan Supervisi Kelas ...... 148 4. Instrumen Pengamatan Pembelajaran .. 149 5. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran .. 152 6. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Kepala MTs N 156 7. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Guru Aqidah ... 156 8. Dokumentasi Pelaksanaan Observasi Kepala MTs N di Kelas .. 157 9. Dokumentasi Tindak lanjut Supervisi Kepala MTs N . 157 10. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala SMP Islam Al-zhar 18

    Salatiga . 158 11. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala Plt SMP Islam

    Al-Azhar 18 Salatiga 158 12. Dokumentsi Wawancara Peneliti dengan Guru PAI SMP Islam Al-Azhar 18

    Salatiga . 159 13. Dokumentsi Wawancara Peneliti dengan Guru Matematika SMP Islam

    Al-Azhar 18 Salatiga .. 159 14. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan guru di SMP Islam Al-Azhar... 160 15. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan guru di MTs N . 160 16. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Wakil Kepala MTs N....161 17. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan TU MTs N ... 161 18. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan TU SMP Islam Al-Azhar

    Salatiga .... 162 19. Dokumen Pengamatan Penelti pada Guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18

    Salatiga .... 162 20. Dokumen Pengamatan Guru Bahasa Arab dalam Pembelajaran di MTs N

    Salatiga ... 163 21. Dokumen Oservasi Peneliti dalam Pembelajaran Guru Bahasa Inggris ... 163 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di MTs N Salatiga.. 164 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga . 165 24. Biografi Penulis .... 166

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan

    untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sistem pendidikan menurut

    Peter F. Oliva terdiri dari 4 sistem: administrative behavior system (sistem

    penyelenggara sekolah), teacher behavior system (sistem guru),

    supervisory behavior system (sistem pengawasan), dan counselor behavier

    system (penasehat). Dan semua sistem itu berhubungan satu sama lainya.1

    Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya

    manusia di sekolah/madrasah peran yang sangat menonjol dilakukan oleh

    kepala sekolah/madrasah adalah peran supervisi pembelajaran memegang

    peranan penting, karena berhasil tidaknya program pengajaran di

    sekolah/madrasah banyak ditentukan oleh kepala sekolah/madrasah

    sebagai pemimpinnya. Kepala sekolah/madrasah mengatur kebijaksanaan

    dan pelaksanaan program pendidikan secara keseluruhan.

    1 Oliva, Peter F., Supervision for Todays Schools (secon edition), New York & London:

    Longman, 1984, 30.

  • 2

    Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor mempunyai

    kemampuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar sedemikian rupa

    sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Tanggungjawab pembinaan

    guru atau supervisi banyak berada ditangan kepala sekolah/madrasah

    disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa kepala sekolahlah/madrasahlah

    yang setiap hari bergaul dan bekerja sama dengan guru-guru. Kepala

    sekolah/madrasah bertanggungjawab penuh terhadap kelancaran

    pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah/madrasah.

    Menurut Azis Wahab, bahwa dalam perannya sebagai supervisor

    kepala sekolah diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru secara

    profesional untuk mengatasi berbagai persoalan belajar mengajar2

    Kepala sekolah/madrasah sebagai orang yang berwenang dan

    bertanggung jawab terhadap keberhasilan Proses Belajar Mengajar, dapat

    membaca dan mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga guru

    terlepas dari kemelut yang dapat mempengaruhi kelancaran tugasnya.

    Lebih lanjut Azis Wahab mengemukakan bahwa kemampuan membantu

    rekan guru mengatasi persoalan mengajar yang dihadapi di kelas dengan

    human resource supervison akan dapat membantu memelihara

    kewibawaan kepala sekolah.3

    2 Azis Wahab, Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah, Mimbar Pendidikan,

    No.3, 1996, 35. 3 Azis Wahab, Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah,, Mimbar Pendidikan,

    No.3, 1996, 35.

  • 3

    Kepala sekolah/madrasah selaku supervisor pembelajaran dalam

    usahanya memberikan bantuan atau pelayanan profesional kepada guru

    selalu menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek-aspek

    yang dapat mengganggu tugas guru dalam proses belajar mengajar. Dalam

    hal ini, kepala sekolah/madrasah senantiasa mempelajari secara obyektif

    dan terus menerus masalah-masalah yang dihadapi guru dalam

    pelaksanaan tugasnya.

    Dengan demikian kepala sekolah/madrasah yang efektif adalah

    kepala sekolah/madrasah yang memahami permasalahan yang dihadapi

    guru, selanjutnya memberikan bantuan dan pelayanan yang sesuai dengan

    kebutuhan dan masalah yang dihadapi itu, baik secara individu maupun

    kelompok. Kemudian memberi kesempatan kepada guru-guru untuk

    mengembangkan kreativitas dan mendorong guru ke arah ide-ide yang

    baik bagi perbaikan tugasnya.

    Sebagai supervisor, kepala sekolah/madrasah berkewajiban

    menjaga agar tiap-tiap bawahan tetap melaksanakan tugasnya sesuai

    dengan tanggung jawab yang diemban, bekerja melaksanakan tugas

    semata-mata datang dari bawahan itu sendiri. Kepala sekolah/madrasah

    bertindak sebagai konsultan yang dinamis, mampu menyiapkan dan

    mendorong bawahannya (guru-guru) dalam meningkatkan kemampuan

    melaksanakan tugas dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang

    terjadi.

  • 4

    Kedudukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dan

    pemimpin pendidikan tidak diganti oleh pengawas atau pejabat lain yang

    bertugas khusus di bidang supervisi yang ditetapkan untuk tugas itu.

    Pengawas atau pejabat lain bisa memberikan pelayanan melalui bantuan

    tak langsung, sedangkan kepala sekolah/madrasah memberikan bantuan

    kepada guru secara langsung melalui kunjungan kelas, wawancara

    (pembicaraan individual), pemberian saran tentang cara-cara memajukan

    proses balajar mengajar, membantu merencanakan satuan pelajaran.

    Wahju Sumidjo menyatakan bahwa apabila seorang kepala sekolah

    ingin berhasil menggerakkan para guru, maka :

    1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan memaksa atau bertindak keras terhadap guru.

    2. Harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap guru

    dengan: menyakinkan (persuade) dan membujuk (induce) bahwa apa

    yang dilakukan adalah benar.4

    Keinginan guru untuk tumbuh dan berkembang dalam kompetensi

    profesionalnya menuntut perhatian dari kepala sekolah/madrasah untuk

    dapat menjaring dan memenuhi kebutuhan tersebut. Kepala

    sekolah/madrasah dituntut membantu menciptakan iklim yang kondusif

    bagi pertumbuhan profesional guru sehingga guru terbebas dari rasa takut,

    ancaman atau paksaan. Untuk itu kepala sekolah/madrasah dapat

    4 Wahju Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999,

    105.

  • 5

    menggunakan pola pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan

    karakteristik guru.

    Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka peranan kepala

    sekolah sebagai supervisor dan pemimpin pendidikan akan efektif apabila

    (1) melakukan program intruksional pengajaran secara efektif, (2) melalui

    kepemimpinan yang dinamis, (3) mengacu proses pembelajaran guru, (4)

    membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan

    profesional guru, (5) menggunakan pola pendekatan yang sesuai

    kebutuhan dan karakteristik guru, (6) dan memberikan bantuan kepada

    guru secara langsung melalui kunjungan kelas, pembicaraan/bimbingan

    individual pemberian petunjuk tentang cara memajukan proses belajar

    mengajar.

    Faktor kemampuan atau kompetensi kepala sekolah/madrasah

    dalam supervisi sangat menentukan terlaksananya kegiatan supervisi di

    sekolahnya masing-masing. Kompetensi itu meliputi pengetahuan tentang

    supervisi, kemampuan dalam hubungan antar pribadi dan keterampilan

    teknis dalam supervisi. Ketiga hal tersebut merupakan faktor kemampuan

    yang mutlak dimiliki oleh setiap kepala sekolah/madrasah sebagai

    supervisor pembelajaran.

    Timbul pertanyaan, apakah kepala sekolah/madrasah cukup

    mampu, atau cukup kompeten dalam menjalankan fungsinya sebagai

    supervisor pembelajaran. Dalam buku The Principalship : Concepts,

  • 6

    Competencies, and Ceses, James A. Lipham menyebutkan bahwa :

    Principals cannot be leaders in staff improvement because they are not

    technically competent in all teaching fields. In this regard, however,

    principals should be able to mobilize and capitalize on the services of

    subject supervisors and coordinators from inside and outside the school

    district5

    Berdasarkan kutipan di atas, secara teknis kepala sekolah/madrasah

    sebagai supervisor sangat terbatas kemampuannya di bidang studi yang

    diajarkan guru di kelas. Oleh karena itu kepala sekolah/madrasah

    semestinya menggunakan pendekatan supervisi yang sedemikian rupa

    sehingga dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri secara

    mandiri. Para kepala sekolah/madrasah dapat memobilisasi dan

    menggunakan tugas-tugas dari para supervisor dan koordinator dari dalam

    dan luar lingkungan sekolah/madrasah. Selanjutnya Glickman menyebut

    pelaksanaan supervisi yang bersifat mengembangkan (Developmental

    Supervision), yaitu : The scope for understanding instructional

    supervision is therefore reduce to the theory and findings about human

    learning. The goals of instructional supervision is to help teachers learn

    5 James A. Lipham, The Principalship Concepts, Competencies, and Cases, New York:

    Longmars, 1985, 177.

  • 7

    how to increase their own capacity to achieve professed learning goals for

    their students6

    Pendapat Glickman di atas menyatakan bahwa ruang lingkup

    pemahaman supervisi pengajaran berorientasi kepada teori dan temuan

    lapangan tentang pembelajaran. Tujuan supervisi pengajaran adalah untuk

    menolong para guru belajar, sebagai upaya meningkatkan kapasitas

    mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang nyata bagi para

    siswanya.

    Sally J. Zepeda menyebutkan Instructional supervision aims to

    promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving,

    and a commitment to build capacity in teachers7. Supervisi pembelajaran

    bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi,

    pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan

    kapasitas guru-guru.

    Supervisi terhadap guru bidang studi, merupakan supervisi yang

    sedemikian rupa dapat mengembangkan para guru baik profesi maupun

    pribadinya. Dalam aspek profesi, memerlukan kemampuan supervisor

    untuk mengembangkan kualitas profesional para guru, khususnya yang

    berkaitan dengan penguasaan materi bidang studi, metode mengajar,

    6 Carl D. Glickman, Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers,

    Improve Instruction, ASCD (Association for Supervision and Curriculum Developmen), Alexandria,

    Virginia, 1981, 3. 7 Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education,

    Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003, 19.

  • 8

    ketrampilan melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam aspek pribadi,

    supervisor diharapkan mampu mengembangkan aspek-aspek kepribadian

    guru seperti moral, kreativitas, dan sebagainya.

    Berdasarkan realita secara umum pelaksanaan supervisi

    pembelajaran oleh kepala sekolah/madrasah cukup baik dan sepenuhnya

    tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh kepala

    sekolah/madrasah, karena kepala sekolah/madrasah tidak menguasai

    seluruh bidang studi yang ada di sekolahnya/madrasahnya. Oleh karena itu

    kepala sekolah/madrasah mutlak mengembangkan strategi supervisi yang

    sebaik-baiknya, dalam bentuk supervisi langsung maupun tidak langsung.

    Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan

    untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan

    pekerjaan mereka secara efektif.8 Supervisi juga dimaknai sebagai usaha

    memberi layanan kepada guru-guru baik secara kelompok maupun

    individual dalam memperbaiki pengajaran.9 Dengan demikian, pada

    hakikatnya supervisi adalah kegiatan pembinaan terhadap para guru dan

    tenaga kependidikan melalui teknik-teknik tertentu dengan tujuan untuk

    menciptakan efektivitas kinerja mereka dalam menjalankan tugasnya.

    8 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004,

    76.

    9 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 19.

  • 9

    Peningkatan kinerja guru melalui supervisi dan monitoring

    pengawas bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat

    aspek-aspek administratif kepegawaian tetapi harus lebih kepada

    peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai

    seorang guru.10

    Supervisi terhadap guru dimaksudkan untuk melakukan

    pembinaan dan pengembangan terhadap guru sebagai salah satu

    komponen sekolah/madrasah.11

    Hasil penelitian Liphan sebagai mana

    yang dikutip oleh Syaiful Sagala berkaitan dengan kinerja kepala sekolah

    menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala yang

    memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran.

    Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dan kemampuan

    melakukan monitoring pada semua aktivitas personel sekolah. Misalnya

    dalam pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu-waktu dan

    proses pengajaran di kelas.12

    E. Mulyasa mengemukakan bahwa guru memegang peranan utama

    dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara

    formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta

    10

    E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

    Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, 13.

    11 Abdul Choliq MT, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2011, 1.

    12 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,

    2010, 134.

  • 10

    didik terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar.13

    Apalagi

    pekerjaan dan dan tanggung jawab guru makin hari bukan makin ringan.

    Sejalan dengan meningkatnya pengakuan dan penghargaan masyarakat

    dan pemerintah terhadap profesi guru, maka ekspektasi mereka pun makin

    tinggi. Guru diharapkan bekerja sungguh-sunguh dan profesional.14

    Maka

    salah satu untuk meningkatkan kompetensi guru profesional di

    madrasah/sekolah, guru sangat memerlukan bantuan dan bimbingan dari

    kepala sekolah/madrasah salah satu diataranya adalah dalam bentuk

    kegiatan supervisi pembelajaran.

    Dalam pelaksanaannya, supervisi pembelajaran bukan semata-mata

    mengawasi para guru atau tenaga kependidikan menjalankan tugas dengan

    sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan, tetapi

    juga berusaha bersama guru-guru mencari solusi bagaimana cara

    memperbaiki proses pembelajaran. Ini berarti bahwa dalam kegiatan

    supervisi pengajaran, guru-guru tidak dianggap sebagai subyek pasif,

    melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide,

    pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan

    dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan,

    terutama perbaikan proses pembelajaran di sekolah/madrasah.

    13 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2008, 5. 14 Jurnal Attarbiyah Kajian Agama, Budaya, Kependidikan No 1 Tahun XXI, Januari-Juni

    2011, Rahmat Hariyadi, Tuntutan Pofesionalisme Guru di Era Globalisasi,STAIN Salatiga, 2011,

    46.

  • 11

    Berdasarkan pengamatan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga

    dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga bahwa kinerja guru cukup baik,

    salah satunya disebabkan oleh supervisi kepala madrasah/sekolah telah

    melaksanakan supervisi pembelajaran.

    Atas dasar ini peneliti ingin mengungkap kelebihan dan

    keberhasilan Kepala Sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18

    Kota Salatiga tentang Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam

    Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan

    SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga)

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut :

    1. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di MTs

    Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga?

    2. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari

    teori-teori supervisi?

    3. Bagaimanakah dampak supervisi terhadap pengembangan

    profesionalisme guru?

    4. Bagaimanakah perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs

    dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?

  • 12

    C. Signifikansi Peneltian

    1. Tujuan Penelitian.

    Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah :

    a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi oleh kepala

    sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota

    Salatiga.

    b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah

    ditinjau dari teori-teori supervisi.

    c. Untuk mendeskripsikan dampak supervisi terhadap pengembangan

    profesionalisme guru.

    d. Untuk mendeskripsikan perbedaan pelaksanaan dan dampak

    supervisi di MTs dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Kegunaan Teoritis.

    1) Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan tentang

    supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam

    meningkatan komptensi guru Madrasah Tsanawiyah Negeri

    Salatiga dan SMP Islam AL-Azhar 18 Salatiga.

    2) Memberi rangsangan untuk melakukan penelitian lebih

    mendalam tentang supervisi pembelajaran kepala

    madrasah/sekolah dalam meningkatan kompetensi guru di

  • 13

    Madrasah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18

    Kota Salatiga.

    b. Kegunaan Praktis

    1) Hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu rujukan

    pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah

    dalam meningkatkan kompetensi guru di Madrasah

    Tsanawiyah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18

    Kota Salatiga

    2) Menambah wawasan penulis terutama yang berhubungan

    dengan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah

    dalam meningkatan kompetensi guru Madrasah Tsanawiyah

    Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota

    Salatiga.

    D. Sistematika Penelitian

    Penulisan Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab Pertama:

    Pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah; Rumusan masalah;

    Signifikansi Penelitian yang meliputi: Tujuan Penelitian dan Manfaat

    Penelitian; Sisitematika Penelitian.

    Bab Kedua: Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi tujuh sub bab. Sub

    bab pertama tentang Kajian Teori yang meliputi: Peran Kepala Sekolah

  • 14

    sebagai Supervisor Pembelajaran; Tujuan Supervisi Pembelajaran; Fungsi

    Supervisi Pembelajaran; Prinsip supervisi Pembelajaran. Sub bab kedua

    tentang Perencanaan Progam Supervisi Pembelajaran yang meliputi:

    Yang harus diperhatikan dalam menyusun perencanaan supervisi; Faktor

    faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi. Sub bab ke tiga

    Model Supervisi, Pendekatan Supervsi, Metode dan Teknik Supervisi

    Pebelajaran, yang meliputi: Model Supervisi Pembelajaran; Pendekatan

    Supervisi Pembelajaran meliputi: Pendekatan Supervisi Direktif,

    Pendekatan Supervisi Kolaboratif, Pendekatan Supervisi Non Direktif;

    Teknik Supervisi Pembelajaaran. Sub Bab ke empat Tindak lanjut

    supervisi pembelajaran terhadap guru dalam rangka meningkatkan

    kompetensi guru. Sub bab ke lima Tinjauan Tentang Kompetensi Guru

    yang membahas tentang: Pengertian Kompetensi; Ruang lingkup

    kompetensi Guru. Sub Bab ke enam Supervisi Pembelajaran Kepala

    Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Sub Bab ke tujuh Studi

    Terdahulu yang Relevan.

    Bab Ketiga: Metodologi Penelitian. Terdiri dari: Jenis Penelitian,

    Pendekatan Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Validasi

    Data, Analisa Data, Keabsahan Data. Gambaran Umum MTs Negeri

    Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga yang meliputi: Profil

    data MTs Negeri dan Profil data SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga.

  • 15

    Sub Bab berikutnya yang membahas pelaksanaan Supervisi Pembelajaran

    Kepala Madrasah/ Sekolah di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18

    Kota Salatiga.

    Bab Keempat: Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi

    lima sub bab antara lain; Sub bab pertama Profil MTs Negeri Salatiga

    yang melipuiti: Sejarah Berdirinya MTs Negeri Salatiga, Lokasi, Visi dan

    Misi MTs Negeri Salatiga, Keadaan Madrasah. Sub bab ke dua: Profil

    SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga yang dibahas Sekolah, Lokasi, Visi dan

    Misi SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, Keadaan Sekolah. Sub bab ke tiga

    Pembahasan Temuan Penelitian Supervisi Pembelajaran kepala MTs

    Negeri Salatiga. Sub bab ke empat Pembahasan Temuan Penelitian

    supervisi pembelajaran kepala SMP Isla Al-Azhar 18 Salatiga. Sub Bab ke

    lima Pembahasan Lintas Kasus

    Bab Kelima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

    Akhirnya tulisan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan beberapa

    lampiran yang mendukung terhadap validitas data serta biografi peneliti.

  • 16

  • 16

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori.

    1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran

    Kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran mempunyai peran

    yang sangat strategis untuk meningkatkan kompetensi profesional guru

    sebagai salah satu tugas kepemimpinannya yaitu sebagai supervisor dalam

    memajukan pendidikan melalui pembelajaran. Bimbingan profesional

    yang dilakukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor terhadap guru

    adalah sebagai usaha yang memberikan kesempatan bagi guru untuk

    berkembang secara profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam

    melaksanakan tugas pokoknya. Para guru tersebut menjadi mampu dan

    mau memperbaiki dan meningkatkan kemampuan belajar peserta

    didiknya. Mengingat pentingnya bimbingan profesional ini bagi guru,

    maka kepala sekolah/madrasah harus meningkatkan dan menyegarkan

    pengetahuannya beberepa tingkat lebih baik dibanding guru, karena jika

    kemampuan kepala sekolah itu sama atau bahkan dibawah guru

    kualitasnya, maka tugas bimbingan dan pemberian bantuan bagi guru

    tidak berarti. Maka kepala sekolah dituntut sebagai supervisor dalam

    melakukan supervisi harus mengetahui secara jelas apa saja yang harus

    disupervisi dan bagaimana teknik yang digunakan.

  • 17

    Secara bahasa, kata Supervisi merupakan kata serapan dari bahasa

    Inggris supervision yang terdiri atas dua kata yaitu super dan vision. Super

    berarti atas, atau lebih, sedangkan vision berarti melihat, memandang atau

    meninjau. Oleh karena itu, secara etimologi kata supervisi (supervision)

    berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas

    yang dilakukan pihak atasan (orang yang memiliki struktur jabatan lebih

    tinggi) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.1

    Menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan dalam bentuk

    inspeksi atau mencari kesalahan guru dalam melaksanakan tugas

    mengajar. Sedangkan dalam pandangan modern supervisi adalah usaha

    untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai

    bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk

    membentu peserta didik agar lebih baik dalam belajar.2

    Menurut Piet A Sahertian Supervisi adalah suatu usaha

    menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu

    pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara

    kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh

    fungsi pengajaran.3

    1 Hadari Nawawi. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, 103.

    2 Syaiful Sagala. Supervisi Pembelajaran dalam Provesi Pendidikan, Alfabeta Bandung:

    2010, 88-89. 3 Piet A Sahertian. Konsep dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, 17.

  • 18

    Menurut Ibrahim Bafadal, supervisi pengajaran adalah

    Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya

    mengelola proses belajar mengajar demi mencapai tujuan pengajaran.4

    Selanjutnya Alfonso dan kawan-kawan mengemukakan:

    Instructional supervision is herein defined as : Behavior officially

    designated by the organization that directly affects teacher behavior in

    such a way as to facilitate pupil learning and achieve the goals of the

    organization5 Ungkapan ini mengandung makna bahwa : supervisi

    pembelajaran adalah perbuatan yang secara langsung mempengaruhi

    prilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses

    belajar mengajar, dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk

    mempertinggi kualitas belajar murid demi pencapaian tujuan organisasi

    (sekolah) yang tinggi pula.

    Disamping itu Oteng Sutrisna mengutip pendapat Kimball Wiles

    menjelaskan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi

    mengajar-belajar yang lebih baik dan suatu kegiatan pelayanan yang

    disediakan untuk membantu para guru menjalankan pekerjaan mereka

    4 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional

    Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 2. 5 Allan A Glatthorn. Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision,

    Printed in The United States of America: Harper Collins Plublisers, 1990, 84.

  • 19

    dengan lebih baik.6 Itu sebagai salah satu peran kepala sekolah/madrasah

    untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada guru-guru,

    sebagaimana firman Allah surat As-Sajdah/32: 24.

    Artinya: Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-

    pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah

    Kami selama mereka sabar (As-Sajdah: 24)7

    Berdasarkan beberapa rumusan pengertian supervisi seperti

    disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan

    pelayanan atau bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan dan

    pelayanan profesional dimaksud adalah segala bentuk usaha yang sifatnya

    memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan kepada guru-guru untuk

    meningkatkan kompetensi profesinya agar mereka dapat melaksanakan

    tugas mengajarnya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar

    mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Kualitas

    hasil belajar peserta didik ini erat kaitannya dengan kemampuan dan

    ketrampilan mengajar guru yang bersangkutan.

    Dengan demikian kegiatan supervisi pembelajaran diarahkan untuk

    meningkatkan kompetensi (kemampuan) dan keterampilan mengajar guru.

    Hal ini sesuai dengan rumusan supervisi pengajaran yang dikemukakan

    6 Oteng Sutrisna. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesinal,

    Bandung: Angkasa, 1989, 264. 7 Kementerian Agama RI. Al Quran dan Terjemahannya, Jakarta: PT Sinergi Pustaka

    Indonesia, 2012, 589.

  • 20

    oleh Alfonso, bahwa dengan meningkatnya kemampuan guru akan

    mempertinggi kualitas belajar peserta didik sehingga tujuan sekolah/

    madrasah akan tercapai. Peningkatan kualitas mengajar guru tersebut

    dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : penataran, lokakarya,

    seminar, kunjungan kelas, pertemuan individual, pemberian brosur-brosur

    dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan meningkatkan kompetensi

    guru.

    Dengan demikian dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa peran

    kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran adalah membantu dan

    menfasilitasi guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan

    melakukan penilaian menggunakan teknik-teknik supervisi sesuai

    kebutuhan sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan kompetensi.

    2. Tujuan Supervisi Pembelajaran.

    Untuk memahami tujuan supervisi pengajaran, berikut ini

    dikemukakan pandangan beberapa pakar :

    Oteng Sutisna dalam bukunya Supervisi dan Administrasi

    Pendidikan mengemukakan tujuan supervisi adalah: Membantu para guru

    memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah

    yang mereka hadapi, dan mendorong mereka kepada kegiatan-kegiatan

  • 21

    untuk menciptakan situasi-situasi dimana murid dapat belajar dengan lebih

    efektif.8

    Dari ungkapan ini dapat disimak bahwa tujuan supervisi

    pengajaran adalah untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan serta

    ketrampilan mengajar guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar

    dengan baik. Tujuan supervisi pengajaran juga tercermin pada definisi

    supervisi pengajaran yang dikemukakan Alfonso sebagaiaman telah

    dikutip pada sub bahasan pengertian supervisi pengajaran di muka yang

    mengandung makna : (1) bahwa supervisi pengajaran adalah perbuatan

    secara langsung mempengaruhi prilaku guru dalam melaksanakan

    tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar, (2) bahwa supervisi

    pengajaran melalui pengaruhnya terhadap prilaku guru, bertujuan untuk

    mempertinggi mutu belajar murid demi mencapai hasil yang tinggi pula.

    Sally J. Zepeda menyebutkan Instructional supervision aims to

    promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving,

    and a commitment to build capacity in teachers9. Supervisi pembelajaran

    bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi,

    pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan

    kapasitas guru-guru.

    8 Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi, Bandung: Jemmars, 1979, 69. 9 Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education,

    Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003, 19.

  • 22

    Adapun tujuan supervisi pendidikan, seperti telah dijelaskan, kata

    kunci dari supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-

    guru. Maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan

    untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di

    kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah memberikan

    layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas

    yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa

    3. Fungsi Supervisi Pembelajaran.

    Made Pidarta, membagi fungsi supervisi ke dalam dua bagian,

    yaitu fungsi utama dan fungsi tambahan, yaitu:

    a. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu

    membantu perkembangan individu para siswa.

    b. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan

    kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri

    dengan tuntutan masyarakat serta memelopori kemajuan

    masyarakat.10

    Wiles dan Lovell mengemukakan tujuh macam supervisi, yaitu:

    1) Goal development.

    2) Program development.

    3) Control and Coordination.

    4) Motivation.

    5) Problem Solving.

    6) Profesional development.

    7) Evaluation of education outcome.11

    10 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervis Pendidikani, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 15. 11 Kimbal Wiles dan John T. Lovell, Supervision for Better School, New Yersey: Pritice-

    Hall, Inc. Englewood-Cliffs, , Fourth Edition, 1975, 8.

  • 23

    Ketujuh sasaran kegiatan supervisi yang dikemukakanWilles di

    atas adalah : (1) pengembangan tujuan, (2) pengembangan program,

    (3) kontrol dan koordinasi, (4) motivasi, (5) pemecahan masalah, (6)

    pengembangan profesi, dan (7) evaluasi hasil pendidikan.

    Sahertian dan Mataheru yang mengutip pendapat Swaeringen,

    mengemukakan delapan fungsi supervisi, yaitu:

    1. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah.

    2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.

    3. Memperluas pengalaman guru-guru.

    4. Menstimulasikan usaha-usaha yang kreatif.

    5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus

    6. Menganalisa situasi belajar mengajar.

    7. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota

    staf.

    8. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu

    meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.12

    Selain pendapat di atas, Oteng Sutisna mengelompokkan

    fungsi supervisi kepada empat macam, yaitu: (a) supervisi sebagai

    penggerak perubahan, (b) supervisi sebagai program layanan untuk

    memajukan pengajaran, (c) supervisi sebagai ketrampilan dalam

    hubungan manusia, dan (d) supervisi sebagai kepemimpinan

    kooperatif.13

    12 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya:

    Usaha Nasional, 1981, 26. 13 Oteng Sutisna. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,

    Bandung: Angkasa, 1989, 277-284.

  • 24

    Dengan demikian fungsi supervisi pembelajaran adalah bukan

    saja memperbaiki pembelajaran akan tetapi mengkoordinasi,

    menstimulasi dan mendorong kearah pertumbuhan profesi guru.

    Dengan kata lain fungsi dasar supervisi pembelajaran adalah

    memeperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah/madrasah sehingga

    kompetensi guru dapat meningkat dalam pembelajaran di kelas.

    4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran

    Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dalam melaksanakan

    supervisi pembelajaran di sekolah/madrasah harus menciptakan situasi

    dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai

    subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi pembelajaran

    dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif. Maka dalam

    melaksanakan supervisi pembelajaran harus bertumpu pada prinsip

    supervisi sebagai berikut :

    a. Prinsip Ilmiah (scientific)

    Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

    1). Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif

    yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar-

    mengajar.

    2). Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data,

    seperti angket, observasi , percakapan pribadi dan seterusnya

  • 25

    3). Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sisematis,

    berencana, dan kontinu

    . b. Prinsip Demokratis

    Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan

    hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga

    guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya

    Demokratis mengandung makna menjujung tinggi harga diri dan

    martabat guru bukan bedasarkan atasan dan bawahan tapi

    berdasarkan rasa kesejawatan

    c. Prinsip Kerja Sama

    Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah

    supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi

    support mendorong, menstimulasi guru sehingga mereka merasa

    tumbuh bersama

    d. Prinsip Konstruktif dan kreatif

    Setiap guru akan merasa termotivasi dalam

    mengembangkan potensi kreatifitas kalau supervisi mampu

    menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui

    cara-cara menakutkan14

    14 Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknk Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

    Pegembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 20.

  • 26

    B. Perencanaan Program Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah.

    Kata perencanaan selalu berkaitan dengan pemikiran pada apa yang

    akan dilakukan. Merencanakan program supervisi pembelajaran berarti

    memperkirakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan

    supervisi pembelajaran.

    Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat pokok dan penting

    dalam mencapai suatu tujuan. Supervisi sebagai usaha untuk mendorong para

    guru mengembangkan kompetensinya agar dapat mencapai tujuan yang lebih

    baik. Tanpa perencanaan yang baik jangan diharapkan tujuan pendidikan akan

    tercapai, maka program supervisi pembelajaran harus dibuat sebagai pedoman

    dalam melaksanakan tugas.

    1. Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Perencanaan Supervisi

    Pembelajaran.

    a. Tidak ada rencana yang stardar dalam supervisi

    Setiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan berbeda-beda,

    maka memerlukan bantuan yang berbeda dari guru lainnya dalam

    keadaan yang tidak sama dengan guru lainnya. Supervisi merupakan

    usaha untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya sesuai

    dengan kebutuhannya dalam situasi bekerja. Karena itu setiap bantuan

    harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi

    tersebut.

  • 27

    b. Perecanaan supervisi memerlukan kreatifitas

    Di setiap sekolah/madrasah mempunyai cara tersendiri dengan

    keaadaan yang berbeda dan masalah yang berlaianan. Peningkatan

    pendidikan di sekolah/madrasah harus disesuaikan denga kebutuhan

    perserta didik dengan tujuan khusus di sekolah/madrasah itu, dengan

    keadaan dan kemampuan anggota staf lainnya dengan kemampuan

    sekolah/madrasah untuk mengadakan fasilitas yang diperlukan. Semua

    hal-hal tersebut harus diperhatikan dan dijadikan faktor-faktor penentu

    dalam mennyusun program suprvisi di sekolah/madrasah.

    Dalam hal ini apakah kegiatan supervisi yang akan dilakukan

    atau ditujukan kepada memperkaya pengalaman belajar pesert didik,

    apakah untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memilih dan

    menggunakan alat pelajaran dan apakah dalm peningkatan didsiplin

    dan sikap profesional anggota stafnya dan sebagainya, harus

    ditentukan berdasarkan kretifitas supervisor dengan memperhatikan

    kebutuhan dan situasi setempat.

    c. Perencanaan Supervisi harus secara Konprehensif

    Upaya peningkatan kegiatan pembelajaran mencakup berbagai

    segi antara satu dengan yang lain tidak bisa dipisah-pisahkan. Guru,

    alat, metode, keadaan fisik, siswa, sikap kepala sekolah/madrasah.

    Semuai itu saling mempengaruhi. Maka supervisor harus dapat

  • 28

    mengatur kegiatan supervisinya agar tujuan supervisi dapat tercapai,

    tahap demi tahap dilalui dan semua segi dan tahapan yang akan

    dicapai harus mencakup keseluruhan satu kesatuan yang menyeluruh.

    d. Perencanaan Supervisi harus Fleksibel15

    Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk

    melaksanakan sesuatu sesuai keadaan dan perubahan yang terjadi.

    Seorang supervisor yang bijaksana tidak terpaku pada cara-cara

    pencapain tujuan yang telah direncanakan, akan tetapi selalu berusaha

    menyesuaiakan pada situasi dan kondisi. Bukan berarti sifat

    perencanaan yang fleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang telah

    dirumuskan tidak boleh jelas dan kongkrit. Tapi tujuan harus jelas dan

    kongkrit terperinci, cara pencapaiannya harus diperhitungkan secara

    saksama. Untuk itu pada waktu menyusun perencanaan sudah harus

    difikirkan berbagai alternatif pemecahannya. Dan untuk itu pula

    perlunya pemecahan yang kooperatif agar terhimpun ide sebanyak-

    banyaknya.

    2. Faktor-faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi

    pembelajaran

    Dalam berbagai pengetahuan dan ketrampilan diperlukan

    penyusunan rencana supervisi yang efektif dan efisien. Faktor mana yang

    15 Moh. Rifai, Administrasi dan Supervisi Penididkan, Bandung: Jemmars, 1987, 81-84.

  • 29

    lebih baik diperlukan tergantung dari situasi dan kondisi dan tujuan yang

    akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya, apakah

    sebagai kepala sekolah/madrasah, sebagai pengawas atau pemegang

    otoritas administratif. Maka setiap supervisor dapat menentukan faktor

    mana yang sesuai dengan situasi dan tujuan yang akan dicapainya.

    Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi antara lain

    adalah :

    a. Kejelasan tujuan pendidikan sekolah/madrasah

    b. Pengetahuan tentang pembelajaran yang efektif

    c. Pengetahuan tentang peserta didik

    d. Pengetahuan tentang Guru

    e. Pengetahuan tentang sumber-sumber potensi untuk kegiatan

    supervisi

    f. Kemampuan memperhatikan faktor waktu

    Dengan adanya perencanan tersebut diatas maka tujuan

    supervisi pembelajaran akan berjalan efektif dan dapat mencapai

    tujuan yang diharapkan.

  • 30

    C. Model Supervisi, Pendekatan Supervisi, Metode dan Tenik Supervisi

    Pembelajaran.

    1. Model Supervisi Pembelajaran

    Yang dimaksud model dalam uraian ini adalah suatu pola, contoh,

    acuan dari supervisi pembelajaran yang diterapkan. Ada berbagai model

    supervisi yang berkembang.

    a. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional)

    Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada

    suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal akan

    berpengaruh pada sikap pemimpin yang otoriter dan korektif .

    Pemimpin yang cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Prilaku

    supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan

    menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai.

    Mencari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan

    prinsi-prinsip dan tujuan supervisi pembelajaran. Akibatnya guru-guru

    merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru:

    1) Acuh tak acuh (masa bodoh)

    2) Menantang (agresif)16

    16 Piet A Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 35.

  • 31

    b. Model Supervisi yang bersifat Ilmiah

    Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut:

    1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu

    2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu

    3) Menggunakan instrumen pengumpulan data

    4) Ada data yang obyektif yang diperoleh dari keadaan yang

    riil.17

    Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau chek

    list lalu para peserta didik menilai proses pembelajaran di kelas. Hasil

    penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik terhadap

    penampilan mengajar guru pada semester yang lalu. Data ini tidak

    berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan.

    Penggunan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian.

    Walaupun demikian hasil perekam data secara ilmiah belum

    merupakan jaminan untuk melaksanakan suprvisi yang lebih bersifat

    manusiawi.

    c. Model Supervisi Klinis

    Supervisi klinis sebagai suatu sistem instruksional yang

    menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan erat secara

    17 Piet A Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 36.

  • 32

    langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan

    dukungan, membantu, melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja

    guru dalam memdidik para siswa.18

    Supervisi klinis difokuskan pada

    perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari

    tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap

    penmpilan pembelajarannya dengan tujuan memeperbaiki proses

    pembelajaran. Beberapa alasan mengapa supervisi klinis diperlukan,

    diantaranya:

    1) Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauhmana

    praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan

    kode etik

    2) Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran

    3) Kehilangan identitas profesi

    4) Kejenuhan profesional (bornout)

    5) Pelanggaran kode etik yang akut

    6) Mengulang kekeliruan secara masif

    7) Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan

    prajabatan

    8) Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana

    mestinya

    18 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,

    2010, 194.

  • 33

    9) Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan

    pemberi pekerjaan

    Secara umum tujuan supervisi klinis untuk:

    1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya

    terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.

    2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan

    meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

    3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis

    masalah yang muncul dalam proses pembelajaran

    4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan

    masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran

    5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam

    mengembangkan diri secara berkelanjutan.

    Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1) Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru

    mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku

    berdasarkan keterampilan tersebut.

    2) Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa

    keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses

  • 34

    pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan

    mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran,

    (3) keterampilan dalam proses pembelajaran.

    Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran,

    (2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi

    keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk

    dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan

    pengalaman masa lampau.

    Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan

    supervisi klinis, adalah:

    1) Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah

    dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja

    yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.

    2) Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan

    didasarkan pada data hasil pengamatan.

    3) Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat

    menyalahkan.

    4) Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.

    5) Hasil tidak untuk disebarluaskan

  • 35

    6) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru,

    dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran.

    7) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap

    perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus

    balikan.

    Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang

    terdiri dari tiga tahap berikut :

    1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang

    harus diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim

    dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi

    tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-

    lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus

    obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan

    (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.

    2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang

    harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak

    mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai,

    (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses

    pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan

    teknik pelaksanaan observasi.

  • 36

    3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang

    harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2)

    mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali

    hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil

    pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil

    pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari

    saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali

    kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses

    perbaikan.19

    2. Pendekatan Supervisi Pembelajaran

    Supervisor semestinya membantu menciptakan iklim yang

    kondusif bagi pertumbuhan profesioanal guru. Iklim atau suasana yang

    diciptakan harus bebas dari rasa takut, acaman, atau paksaan. Agar guru

    terhindar dari rasa takut, terancam atau paksaan, maka supervisor perlu

    menggunakan pola pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan

    karateristik guru, dimana masing-masing guru memiliki kebutuhan dan

    karakteristik yang tidak sama. Orientasi atau pendekatan dalam

    pelaksanaan supervisi, diantaranya didasarkan atas tingkat perkembangan

    19http://akhmdsudrajat.wordpress.com supervisi/2008/03/01/supervisi-klinis/, diakses pada

    tanggal 8 juni 2013.

  • 37

    guru. Glickman mendasarinya dari tingkat perkembangan berfikir abstrak

    (level of abstrack thinking) dan komitmen (commitment) menetapkan teori

    pendekatan supervisi menjadi tiga kelompok, yaitu pendekatan direktif

    (directive orientation), pendekatan nondirektif (non-directive orientation)

    dan pendekatan kolaboratif (collaborative orientation).20

    Dalam kegiatan supervisi dimana seorang guru dianggap sebagai

    seorang yang sedang belajar, tentunya senantiasa memperhatikan

    kebutuhan dan karakteristik guru. Selanjutnya, guru harus diperhatikan

    sebagai individu dan diperlakukan sesuai dengan orientasi atau

    pendekatan yang cocok bagi guru tersebut. Dengan pendekatan yang

    sesuai maka para guru akan mampu meningkatkan kompetensi profesional

    secara mandiri.

    Berikut ini penjelasan ketiga kategori pendekatan dalam supervisi

    pengajaran tersebut, yaitu :

    a. Pendekatan Supervisi Direktif

    Supervisi dengan pendekatan direktif mengasumsikan bahwa

    mengajar terdiri dari sejumlah ketrampilan tehnis yang sesuai dengan

    kompetensi profesional guru bagi semua guru supaya mampu mengajar

    atau menampilkan unjuk kerja yang efektif. Glickman mengemukakan

    20 Carl D. Glickman. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers

    Improve Instruction, ASCD ( Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria,

    Virginia : 1981, 40.

  • 38

    perilaku supervisor dalam pendekatan direktif yaitu menjelaskan

    (clarifying), menunjukkan (presenting), Latar standart (setting the

    standard), dan memberikan penilaian (reinforcing).21 Glickman

    menemukan bahwa guru baru lebih suka disupervisi dengan

    pendekatan direktif sebab dengan melalui pendekatan direktif maka

    guru itu merasakan manfaatnya untuk memperbaiki prilaku

    mengajaranya. Guru baru lebih suka apabila supervisor menjelaskan

    masalahnya yang diikuti dengan menunjukkan cara pemecahannya.

    Dengan melihat cara ini tampak bahwa pendekatan direktif lebih

    bermanfaat untuk memecahkan masalahmasalah khusus.

    S. Nasution mengemukakan percobaan yang dilakukan D.F.

    Skinner yang menggambarkan sebagai berikut :

    Ia memberi stimulus (S1) tertentu dan bila binatang itu

    memberi respons yang menuju ke arah bentuk kelakuan yang

    diharapkan maka respons (R1) itu diperkuat atau reinforcement,

    sehingga terjadi ikatan yang erat antara S1 dan R1. Kemudian R1

    menjadi stimulus (S2) yang dapat menimbulkan respons (R2). Yang

    diberi reinforcement atau penguatan. Demkianlah berangsur-angsur

    binatang itu diajar memperoleh rentetan bentuk kelakuan sehingga tercapai bentuk kelakuan yang kita inginkan.

    22

    Bila hal itu berhasil pada binatang maka dapat berhasil pula

    pada manusia. Peran dari si pemberi stimulus begitu besar dimana

    21

    Carl D. Glickman. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers

    Improve Instruction, ASCD ( Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria,

    Virginia: 1981, 23. 22 S. Nasution. Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1987, 65.

  • 39

    perilaku dari penerima stimulus atau pemberi respons sangat

    ditentukan oleh pemberi stimulus tadi, disini tampak betapa pasifnya

    pemberi respons tadi. Demikian pula halnya bila diterapkan dalam

    pendekatan supervisi yang disebut dengan pendekatan direktif, dimana

    supervisor berperan aktif sedangkan guru berperan pasif; perilaku guru

    dinilai, dikritik berdasarkan standard kompetensi profesional yang

    telah ditetapkan. Dengan demikian, pola ini dianggap kurang efektif

    dan mungkin kurang manusiawi sebab guru tidak diberi kesempatan

    untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya.

    b. Pendekatan Supervisi Kolaboratif

    Gagasan pendekatan supervisi kolaboratif ini diilhami atas

    gerakan hubungan insani (the human relation movement). Dalam

    dunia usaha atau bisnis, pendekatan hubungan insani mengacu kepada

    masalah kepuasan kerja dan produktifitas pegawai, dimana hal ini

    tinggi rendahnya dipengaruhi oleh hubungan antar manusia (baik

    hubungan antara pekerja, antara pimpinan, atau antara pimpinan

    dengan pekerja). Gaya kepemimpinan yang dimunculkan dalam

    pendekatan hubungan insani demokratis atau partisipatif. Gagasan

    pendekatan supervisi kolaboratif juga merupakan respons dari praktek

    pola supervisi klasik yang bersifat otoriter (inspeksi).

    Jika dilihat dari tanggungjawabnya maka tampak bahwa

    pendekatan supervisi kolaboratif merupakan perpaduan antara

  • 40

    pendekatan supervisi direktif dan pendekatan.supervisi non direktif.

    Posisi supervisor adalah sebagai seorang pendengar yang baik, dimana

    ia mendengarkan segala keluhan dan memberikan pujian kepada guru

    bilamana perlu. Bila supervisor tidak memahami apa yang

    diungkapkan oleh guru maka supervisor meminta untuk dijelaskan

    lagi. Selanjutnya, supervisor mendorong guru untuk memecahkan

    masalahnya sendiri, mendorong kegiatan kreatif dan eksprimen yang

    dilakukan guru tersebut. Dengan demikian, guru merasa bebas

    menerapkan ide, metode baru yang telah mendapat dukungan dari

    sekolah.

    Implikasi dari konsep kolaboratif dalam proses supervisi, yaitu

    bahwa supervisor pengajaran dihadapan pada satu situasi dimana ia

    sendiri hanya memiliki wewenang terbatas untuk mengontrol

    sejauhmana upaya yang telah dilakukannya dalam membantu guru

    untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar benar-benar

    dilaksanakan oleh guru di kelas.

    Oleh karena itu agar proses supervisi dapat berjalan secara

    efektif, maka supervisor harus bekerja sama dengan guru-guru

    sedemikian rupa, sehingga guru-guru memandang supervisor sebagai

    sumber bantuan, dan oleh karena itu guru-guru senantiasa bersedia

    bahkan meminta bantuan supervisor untuk bersama-sama dalam

    melihat pekerjaan mereka di kelas.

  • 41

    c. Pendekatan Supervisi Non Direktif

    Pendekatan supervisi non direktif berangkat dari premis bahwa

    belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga individulah

    yang mampu memecahkan masalahnya sendiri. S. Nasution

    mengemukakan bahwa dalam psiko-terapinya Carl R. Rogers

    memberi kebebasan kepada kliennya untuk mengeluarkan segala isi

    hatinya sepuas-puasnya tentang yang baik maupun yang buruk dengan

    metode non directive counseling.23

    Pendekatan supervisi non direktif lebih banyak diserahkan

    kepada guru untuk menganalisa dan memecahkan masalah

    pengajarannya sendiri, supervisor hanya bertindak sebagai fasilitator.

    Sebagai supervisor, ia membiarkan guru melakukan penemuan,

    menentukan langkah-langkah, mendorong inisiatif guru, melibatkan

    diri pada waktu dan jika diperlukan saja.

    Guru-guru yang berpengalaman tidak memandang positif

    terhadap prilaku yang mengarah, terhadap sikap supervisor yang terlalu

    memaksakan kehendak, karena dengan sikap seperti itu para guru tidak

    berani mengemukakan pendapat, merasa serba salah. Sebaliknya jika

    supervisor memberikan kebebasan kepada guru, membiarkan guru-

    guru menemukan sendiri masalah pengajaran mereka, hal itu lebih

    23 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bina Aksara,

    1987, 80.

  • 42

    mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan supervisi

    pengajaran.

    Perbaikan pengajaran mempunyai arti yang benar apabila guru

    melihat sendiri kebutuhan untuk merubah dan kemudian berusaha

    melaksanakannya, supervisor memberikan pengarahan sedikit

    mungkin.

    3. Teknik Supervisi Pembelajaran

    Untuk mencapai tujuan supervisi yang telah ditentukan, maka

    seorang supervisor dapat menggunakan berbagai macam teknik. Piet A.

    Sahertian mengelompokkan teknik supervisi menjadi dua macam, yaitu:

    teknik yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.

    a. Teknik yang bersifat individual, yang meliputi: (1) kunjungan kelas,

    (2) observasi kelas, (3) percakapan pribadi, (4) intervisitasi. (5) menilai

    diri sendiri.

    b. Teknik yang bersipat kelompok, meliputi: (1) pertemuan orientasi pada

    guru-guru, (2) panitia penyelenggara, (3) rapat guru, (4) studi

    kelompok, (5) diskusi, (6) tukar menukar pengalaman, (7) loka karya

    (workshop), (8) simposium, (9) demonstrasi mengajar (10)

  • 43

    perpustakaan jabatan, (11) buletin supervisi, (12) mengikuti kursus,

    (13) organisasi jabatan, (14) perjalanan sekolah untuk anggota staf.24

    Dalam pembahasan ini akan penulis paparkan beberapa teknik

    supervisi yang penulis anggap penting dari berbagai teknik di atas.

    1) Kunjungan Kelas

    Maksudnya kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke ruang

    kelas dimana seorang guru sedang mengajar atau pada waktu kelas

    kosong, berisi sarana kelas ketika guru tidak ada.25

    Tujuan mengunjungi

    kelas diantaranya: (a) untuk mengamati (mengetahui secara langsung guru

    dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, menggunakan alat

    peraga, metode dan teknik mengajar), (b) untuk mengetahu kelebihan dan

    kelemahan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, (c) untuk

    memperoleh data yang diperlukan supervisor dalam menentukan cara-cara

    yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar

    mengajar, (d) untuk merang-sang para guru agar mereka mau

    meningkatkan kemampuannya.26

    24 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 53, 86.

    25 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 54.

    26 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Srategi dan Imlementasi, Bandung: 2003, 260.

  • 44

    Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan teknik; (a) dengan

    pemberitahuan, (b) tanpa pemberitahuan, atau (c) atas undangan guru.27

    2) Observasi Kelas.

    Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke

    sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yag

    sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan.28

    Ada bermacam-macam cara mengobservasi kegiatan guru dan siswa

    di kelas. Seorang supervisor dapat menggunakan cara langsung masuk

    kelas atau cara tidak langsung, yaitu orang yang diobservasi dibatasi oleh

    ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya. Dalam

    mengobservasi perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: tujuan

    yang hendak dicapai, apa yang akan diobservasi, kreteria yang dipakai

    dalam observasi serta alat-alat yang digunakan dalam observasi.29

    3) Percakapan Pribadi

    Percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru. Tujuan

    percakapan pribadi antara lain; (a) untuk saling mengenal lebih jauh antara

    supervisor dengan guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai petugas

    27 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan

    Jakarta, 2003, 47.

    28 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 55.

    29 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 54.

  • 45

    profesional, (b) untuk membantu guru mengenal kemampuan dirinya,

    mem-bantu guru menyadari kelebihan dan kekurangannya, (c) memupuk

    dan mengembangkan mengajar yang lebih baik, (d) menghilangkan dan

    meng-hindari prasangka buruk antara supervisor dengan guru.30

    4) Orientasi Bagi Guru Baru

    Sebelum seorang guru menilai tugas-tugasnya di lingkungan yang

    baru secara intensif, perlu diberi kesempatan kepada mereka untuk

    menyesuaikan diri dalam rangka mengenal dan memahami tugas-tugas

    yang dipikulnya. Orientasi pada saat permulaan bekerja antara lain bisa

    mengenai orientasi personal, orientasi terhadap program, orientasi

    terhadap fasilitas dan orientasi terhadap lingkungan.31

    Untuk itu, kepala sekolah/madrasah, guru, dan supervisor

    semestinya sudah menyusun rencana atau program orientasi bagi guru

    baru. Jika orientasi tersebut disusun dan dilaksanakan secara efektif,

    hasilnya pasti tampak dalam hal mengajar guru tersebut.32

    30 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 73-74.

    31 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, 106 -107.

    32 Abdul Choliq MT, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 33.

  • 46

    5) Rapat Guru

    Yaitu pertemuan antara staf sekolah terutama guru-guru untuk

    mengembangkan dan meningkatan kemampuan mereka. Rapat guru

    menurut tingkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatannya

    ada bermacam-macam: (a) staffmeeting, yaitu rapat guru-guru dalam satu

    sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut,

    (b) rapat guru bersama orang tua murid dan perwakilan murid, (c) Rapat

    guru sekota, sewilayah, serayon dari sekolah-sekolah sejenis dan

    setingkat.33

    6) Studi Kelompok

    Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk

    mempelajari suatu masalah atau bahan pelajaran. Pokok bahasan telah

    ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk perta-

    nyaan pokok yang disusun secara teratur.34

    7) Diskusi

    Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan

    bersama. Diskusi merupakan cara mengembangkan ketrampilan anggota-

    33 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 87.

    34 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 , 95.

  • 47

    anggotanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar

    pikiran. Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin

    diskusi guru-guru, supervisor harus memiliki kemampuan menggerakkan

    kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan

    pekerjaan-pekerjaan kelompok.35

    8) Tukar menukar pengalaman

    Penataran sering merupakan sesuatu yang membosankan. Dikatakan

    membosankan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah

    dimiliki, atau mungkin cara penyajiannya kurang menarik, karena tidak

    bersumber pada kebutuhan profesi meraka. Oleh karena itu suatu teknik

    perjumpaan yang dinamakan sharing of experience adalah cara yang

    bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah

    orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui pertemuan diadakan

    tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar

    satu dengan yang lain.36

    35 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 96.

    36 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka

    Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 103.

  • 48

    D. Tindak lanjut Supervisi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kompetensi

    Guru.

    Supervisi Pembelajaran terlaksana dengan terprogram, terarah dan

    berkesinambungan. Oleh karena itu supervisi pembelajaran sangat perlu untuk

    ditindak lanjuti. Kegiatan dalam rangka menindak lanjuti kegiatan supervisi

    pembelajaran adalah sebagai berikut:

    1. Menyusun kreteria keberhasilan supervisi pembelajaran.

    2. Merumuskan kreteria keefektifan proses pelaksanaan supervisi

    pembelajaran.

    3. Merumuskan kreteria pencapaian tujuan supervisi pembelajaran

    4. Merumuskan kreteria pencapaian dampak supervisi pembelajaran.

    5. Menusun instrumen supervisi pembelajaran

    6. Mengembangkan instrumen pengumpulan data dalam rangka

    identifikasi dan analisis masalah/kebutuhan pengembangan

    pembelajaran.

    7. Mengembangkan instrumen pengukuran keefektifan proses

    pelaksanaan supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang

    digarap, pendekatan dan teknik supervisi yang diterapkan.

    8. Mengembangkan instrumen pengukuran pencapaian hasil langsung

    (out put) supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang

    digarap.

  • 49

    9. Mengembangkan instrumen pengukuran dampak supervisi

    pembelajaran sesuai dengan kawasan yang digarap.

    E. Tinjauan Kompetensi Guru

    1. Pengertian Kompetensi Guru.

    Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal

    dari bahasa Inggris competence sama dengan being competen dan

    competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge,

    attitude, etc.37

    Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan

    kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu

    adalah sesorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras

    dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkuatan.38

    Dalam hal ini adalah

    kompetensi Guru. Sedangkan dalam Undang-Undang Replublik

    Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan

    bahwa:kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan

    prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen

    dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.39

    Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa kompetensi guru

    mengandung berbagai pengertian. Pertama, kemampuan guru untuk

    37 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di

    Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, 62. 38 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di

    Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, 62. 39 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2008, 25.

  • 50

    untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kedua, ciri hakiki dari

    kepribadian guru yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan

    pendidikan yang telah ditentukan. Ketiga, perilaku yang dipersyaatkan

    untuk mencapai tujuan pendidikan.40

    Dari pengertian tersebut ada tiga aspek dari kompetensi guru,

    yaitu aspek personel, aspek sosial dan aspek profesional. Dalam banyak

    analisis tentang kompetensi guru, aspek personal dan aspek sosial

    umumnya disatukan. Hal ini dikarenakan solidaritas manusia, termasuk

    guru dapat dipandang sebagai pengejawantahan dari pribadinya.

    Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

    bahwa pengertian kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan dan

    kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari

    dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan

    psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi mengacu pada

    kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

    Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari dari suatu upaya melainkan

    suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong

    learning proces).

    40 Piet A. Sahartian, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, 56.

  • 51

    2. Ruang Lingkup Kompetensi Guru

    Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang

    Stndar Nasional Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa Ada empat

    kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat

    kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi

    kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi