subsequent events

52
SIFAT DAN CONTOH SUBSEQUENT EVENTS • Subsequent Events adalah : – Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit – Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan – Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut • Dua jenis Subsequent Events (PSA No.46) : 1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan 2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca • Menurut Sukrisno Agoes (2004:138) subsequent event yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah : 1. Subsequent Collection • Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan lapangan/audit field work • Dilaksanakan dalam pemeriksaan Piutang, dan Barang Dalam Perjalanan 2. Subsequent Payment • Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work • Dilaksanakan dalam pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar TUJUAN PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS Untuk : 1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan 2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang 3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal neraca, masih di perjalanan Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat : Barang Dalam Perjalanan xxx Kas xxx Hutang Dagang xxx Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat : Persediaan xxx Hutang Dagang xxx Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua kali pencatatan hutang dagang : Persediaan xxx

Upload: zahar-kaur-bhullar

Post on 24-May-2015

2.397 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Subsequent events

SIFAT DAN CONTOH SUBSEQUENT EVENTS• Subsequent Events adalah :– Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit– Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan– Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut• Dua jenis Subsequent Events (PSA No.46) :1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca• Menurut Sukrisno Agoes (2004:138) subsequent event yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah :1. Subsequent Collection• Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan lapangan/audit field work• Dilaksanakan dalam pemeriksaan Piutang, dan Barang Dalam Perjalanan2. Subsequent Payment• Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work• Dilaksanakan dalam pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar

TUJUAN PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTSUntuk :1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal neraca, masih di perjalananSaat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat :Barang Dalam Perjalanan xxxKas xxxHutang Dagang xxxSaat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat :Persediaan xxxHutang Dagang xxx

Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua kali pencatatan hutang dagang :Persediaan xxxBarang Dalam Perjalanan xxxPada saat hutang tersebut dilunasi :Hutang Dagang xxxKas xxx4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal neraca)5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

PROSEDUR PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati tanggal selesainya audit field work (lihat Exhibit 19-1 dan 19-2)2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai

Page 2: Subsequent events

mendekati tanggal selesainya audit field work3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan (lihat Exhibit 19-3 dan 19-4)4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah tanggal neraca6. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, mengenai :a. Ada/tidaknya contingent liabilitiesb. Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neracac. Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan7. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan8. Analisa perkiraan profesional fees9. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter)

PENYELESAIAN PEMERIKSAAN AKUNTAN• Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan akuntan dinyatakan selesai :1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan direview oleh atasannya.2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus dijawab oleh staf yang direview (reviewee) secara tertulis3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working papernya, diskusikan dengan klien4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas kerja yang berkaitan5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh audit manager dan audit partner6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager dan audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to PPM (catatan untuk Partner, Principal dan Manager)7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika klien setuju, buat final audit report.8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter final untuk klien10. tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee (ditambah 10% PPN, dikurangi PPh 23 7,5%)11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun berikutnya”.12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar “Audit Working Papers Review Guide”Diposkan oleh auditing di 21.27 Tidak ada komentar: 

RABU, 16 JUNI 2010

PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGISIFAT DAN CONTOH PERKIRAAN LABA RUGI

• Perkiraan Laba Rugi (Profit and Loss Accounts) terdiri dari :

– Perkiraan pendapatan operasi, Harga pokok penjualan, Beban operasi, Pendapatan dan beban diluar operasi, Pos luar biasa

Page 3: Subsequent events

• Definisi Penghasilan Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK No. 23, IAI, 2002:23.1) :

– Peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

– Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain)

– Pendapatan penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa

• Keuntungan (gain) berasal dari penjualan aktiva tetap (gain on sale of fixed asset), tukar tambah aktiva tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign exchange gain)

• Pos Luar Biasa kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi

• Harga Pokok Penjualan jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk memproduksi barang yang terjual (cost of goods sold).

• Perhitungan Cost of merchandise sold (physical system) :

Persediaan awal barang dagangan Rp. Xxx

+/+Pembelian bersih Rp. xxx

Barang dagangan yang tersedia untuk dijual Rp. xxx

-/-Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx

Harga Pokok Penjualan Rp. xxx

(cost of merchandise sold)

• Perhitungan Cost of goods sold (physical system) :

Persediaan awal bahan baku Rp. xxx

+/+ Pembelian bersih RP. xxx

Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp. xxx

-/- Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx

Pemakaian bahan baku Rp. xxx

Upah langsung Rp. xxx

Overhead pabrik Rp. xxx

Page 4: Subsequent events

Biaya produksi (cost of production) Rp. xxx

+/+ Persediaan awal Barang Dalam Proses Rp. xxx

-/- Persediaan akhir Barang Dalam Proses Rp. xxx

Biaya Pabrikasi (cost of good manufactured) Rp. xxx

+/+ Persediaan awal Barang Jadi Rp. xxx

-/- Persediaan akhir Barang Jadi Rp. xxx

Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) Rp. Xxx

• Beban operasi (operating expenses) beban penjualan (selling expenses) dan beban umum dan administrasi (general and administrative expenses)

• Selling Expenses gaji bagian penjualan, komisi salesman, biaya iklan, promosi,entertainment, transposrt dll

• General dan administrative expenses gaji bagian akuntansi dan keuangan, personalia dan umum, biaya sewa, listrik, air, telepon, entertainment, perjalanan dinas, penyusutan inventaris kantor dll

PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

1. Prinsip konservatisme (conservatism) dalam pengakuan pendapatan dan beban

a. Beban yang belum pasti terjadi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup material, harus dicatat sebagai beban

b. Pendapan yang pasti terjadi, belum boleh dicatat sebagai pendapatan perusahaan.

Pengecualian :

o Pengakuan saat penerimaan uang (penjualan tunai dan kredit)

o Untuk perusahaan kontraktor, ada 2 metode : metode kontrak selesai (completed contract method) dan metode presentase penyelesaian (percentage of completion method)

o Barang jenis tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti terjual atau cepat rusak, pendapatan diakui saat selesainya produksi

o Lihat PSAK No. 23 (Penjualan Barang, Penjualan Jasa, Bunga, Royalti dan Dividen)

2. Konsep matching cost against revenue

• Harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam periode yang diperiksa dengan biaya yang menjadi beban perusahaan untuk periode yang sama (tanpa memperhatikan apakah uangnya sudah diterima untuk pendapatan dan dibayarkan/belum untuk biaya

Page 5: Subsequent events

• Menurut PSAK/PABU, pendapatan dan beban harus dicatat dengan dasar akrual (accrul basis) bukan dasar kas (cash basis)

• Periksa pendapatan/biaya, perhatikan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan beban.

3. Waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan bebas (pos Laba Rugi) tidak sebanyak waktu untuk pos Neraca, karena :

• Pada waktu memeriksa pos neraca, sekaligus sudah diperiksa (dikaitkan dengan) pos laba rugi ybs.

• Pada waktu melakukan test transaksi, sekaligus diperiksa pos laba rugi

• Prosedur audit atas perkiraan laba rugi yang biasa disajikan :

o Analytical review procedure

o Analisa beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang ada kaitannya dengan perhitungan pajak (untuk koreksi fiskal)

o Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal neraca) dan subsequent collection (penagihan sesudah tanggal neraca)

TUJUAN PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

Untuk memeriksa :

1. Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan secara accrual basis terhadap pendapatan dan beban

2. Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan menggunakan cut-off tepat

3. Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran pendapatan dan beban

4. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan

PROSEDUR PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

1.Pelajari dan evaluasi internal control pendapatan dan biaya, termasuk transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham (lihat Exhibit )2.Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review procedure (analisa rasio, ROI dan ROE) dengan membandingkan rasio tahun lalu dan rasio industri3.Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa, bandingkan dengan budget untuk periode yang sama. Hitung variance (dalam Rp. maupun %)4.Minta rincian penjualan per jenis barang/area yang mencantumkan quantitybarang yang dijual dan nilai uangnya selama setahun (dibuat per bulan).

Page 6: Subsequent events

Bandingkan quantity yang dijual (secara test basis) dengan pengeluaran barang pada kartu persediaan5.Periksa cut-off penjualan (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan penjualan) dan cut –off pembelian (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan pembelian)6.Periksa subsequent payment (ada tidaknya unrecorded liabilities) dansubsequent collection (ada tidaknya unrecorded receivables)7.Buat analisa perkiraan biaya/pendapatan yang kemungkinan ditanyakan pihak pajak atau untuk keperluan pengisian SPT, koreksi fiskal dan kemungkinan timbulnya contingent liability.

8. Periksa kepatuhan peraturan perpajakan tentang biaya dan pendapatan

9.Periksa daftar gaji, test kesesuaian perhitungan PPh 21 dengan peraturan pajak10. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan Laba Rugi dengan SPT PPh 2111. Bandingkan data yang ada dalam daftar gaji, secara test basis, dengan personnel file12. Lakukan observasi saat pembayaran gaji

10. Periksa keseusian penyajian pos laba rugi dengan PSAK

Diposkan oleh auditing di 21.55 Tidak ada komentar: 

MINGGU, 13 JUNI 2010

P.EkuitasSIFAT DAN CONTOH PERMODALANModal :o Perusahaan à kewajiban perusahaan kepada pemilikPemilik perusahaan à bagian hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban)• Perusahaan perorangan à modal pemilik tunggal• Perusahaan firma (partnership) à modal lebih dari satu partner• Koperasi à simpanan pokok anggota merupakan modal pokok (diambil saat anggota mengundurkan diri) dan kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, pinjaman, penyisihan hasil usaha dan cadangan• Pemeriksaan Permodalan pada PT (Perseroan Terbatas) :1. Modal menurut akte pendirian à harus disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM UUPT No.1 1995 (berlaku 7 Maret 1996), jika belum, maka transaksi/ perjanjian perusahaan belum dianggap sah, terdiri dari :a. Modal dasar (authorized capital)b. Modal ditempatkan (issued capital) à tidak dapat melebihi modal dasarc. Modal disetor (paid up/paid in capital) modalal disetor (paid up/paid in capital) merupakan :Jumlah yang harus tercantum di Neraca Modal dari sumbangan (do Dilaporkan sebagai tambahan modal disetornated capital) Tidak dapat melebihI modal dasar Jika melebihi modal dasar, harus dilakukan perubahan akte pendirian yang disahkan Selama perubahan akte belum disahkan, kelebihan modal dasar dilaporkan sebagai hutang pemegang saham Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 50% dari modal disetor à harus melapor ke Pengadilan Negeri untuk diumumkan dalam Berita Negara Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor :o Secara hukum harus dibubarkan

Page 7: Subsequent events

o Jika diteruskan, manajer yang bertanggungjawab atas kewajiban kepada pihak ketigao Terkait dengan kelangungan hidup perusahaan (going concern), maka mempengaruhi opini yang diberikan KAP2. Treasury stock à saham perusahaan yang sudah beredar dibeli kembali oleh perusahaanTujuan:o Meningkatkan harga pasar saham perusahaano Dibagikan sebagai saham bonus kepada manajer dan pegawai• Tidak berhak atas pembagian dividen3. Premium (Agio) atau Discount (Disagio)à dari penjualan saham (saham biasa/common stock maupun saham preferen/preferred stock)4. Selisih kurs atas modal disetor à Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng) harus menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati oelh Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang5. Selisih penilaian kembali aktiva tetap :• Untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva tetap berdasarkan peratuan pemerintah• Nilai aktiva tetap akan meningkat, dan dicatat sebagai “Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap” (Kredit)• Atas persetujuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dikonversikan sebagai modal (selisih yang terjadi dikenakan PPh 10%)6. Retained earning (Laba Ditahan/Sisa Laba tahun lalu) atau Deficit/Accumulated losses (Sisa rugi tahun lalu) :• Adjustment yang dilakukan hanya menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) dan pembayaran pajak dari STP (Surat Tagihan Pajak) atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun jumlahnya kecilTUJUAN PEMERIKSAAN PERMODALAN/EKUITASUntuk memeriksa :1. Keberadaan internal control permodalan/ekuitas, termasuk transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham2. Kesesuaian struktur ekuitas yang tercantum di neraca dengan akte pendirian perusahaan3. Kepemilikan izin yang diperlukan dari pemerintah (dari Departemen Kehakiman dan HAM, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden)4. Otorisasi perubahan permodalan dari pejabat yang berwenang (direksi, dewan komisaris), RUPS maupun instansi pemerintah5. Bukti yang sah setiap perubahan Retained Earnings atau Accumulated Losses6. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuanganPROSEDUR PEMERIKSAAN PERMODALAN/EKUITAS1. Pelajari dan evaluasi internal control permodalan transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham (Exhibit 17-1)2. Minta copy akte pendirian, SK Pengesahan MenKeh dan HAM, SK BKPM/BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden untuk disimpan dalam permanent file3. Cocokkan data akte pendirian dengan modal yang tercantum di neraca dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan yang mempunyai tambahan setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran, dan pembukuan lainnya,otorisasi dari pejabat berwenang dan instansi pemerintah5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan (Exhibit 17-2 dan 17-3) :• Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan discount dari penjualan saham• Jenis saham yang dimiliki (jumlah lembar dan nominal)• Rincian pemegang saham6. Periksa dokumen pendukung setiap ada perubahan dalam perkiraan retained earnings deficit (lihat Exhibit 17-4)

Page 8: Subsequent events

7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa :• Bentuk pembagian dividen (cash, stock, atau property dividen)• Kebenaran pencatatan• Otorisasi pejabat yang berwenang• Kesesuaian aspek perpajakan dengan peraturan perpajakan8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sudah melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemgang saham atau Biro Aministrasi Efek (Stock Transfer Agent)10. Seandainya ada treasury stock, periksa :• Bukti pembelian dan otorisasinya• Bukti penjualan dan otorisasinya (jika treasury stock dijual kembali)• Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock11. Periksa penyajian ekuitas di neraca (lihat Exhibit 17-5)Diposkan oleh auditing di 11.18 Tidak ada komentar: 

PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (Long Term Liabilities)SIFAT DAN CONTOH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG•Kewajiban Jangka Panjang à kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun yang akan datang Contoh : 1.Kredit Investasi (Long Term Loan) (lihat Exhibit 16-5)Yaitu : pinjaman dari bank/non bank untuk pembelian Aktiva Tetap, kecuali tanah •Jika pinjaman berasal dari luar negeri à off-shore loan (lihat Exhibit 16-6)•Tingkat bunga off-shore loan à lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman dalam negeri •Tingkat bunga kredit investasi à lebih rendah dari tingkat bunga kredit modal kerja (working capital loan)•Jumlah kredit investasi à lebih besar dari jumlah kredit modal kerja •Kredit investasi digunakan untuk pembelian aktiva tetap •Jangka waktu pengembalian kredit investasi à lebih dari satu tahun 2.Hutang Obligasi (Bond Payable)Yaitu : pinjaman jangka panjang dengan menjual obligasi, baik didalam maupun di luar negeri Contoh : Registered Bonds, Coupon Bonds atau Bearer Bonds, Term Bonds, Serial Bonds, Convertible Bonds, Callable Bonds, Secured Bonds, Unsecured Bonds3.Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun Yaitu : pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar jumlah, tanggal dan tingkat bunga tertentu 4.Hutang kepada Pemegang Saham atau kepada Perusahaan Induk (Holding Company) atau kepada Perusahaan Afiliasi (Affiliated Company)Yaitu : pinjaman untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan afiliasi yang baru mulai beroperasi dan membutuhkan pinjaman (lihat Exhibit 16-7)5.Hutang Subordinasi (Subordinated Loan)Yaitu : hutang kepada pemegang saham atau perusahaan induk, yang tanpa bunga, dibayar kembali pada saat perusahaan telah mempunyai kemampuan untuk membayar kembali hutangnya (lihat Exhibit 16-8)6. Bridging LoanYaitu : pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit investasi yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh • Tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat bunga pasar • Dapat berupa short term loan atau long term loan7.Hutang Leasing (hutang dalam rangka sewa guna)•Yaitu : hutang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian aktiva tetap tetap (dalam bentuk capital lease atau sales and lease back)•Dicicil dalam jangka panjang 

Page 9: Subsequent events

•Hutang leasing yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun dikelompokkan sebagai kewajiban jangka pendek, dan sebaliknya TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANGUntuk memeriksa :1. Keberadaan internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1)2.Pencatatan dan otorisasi kewajiban jangka panjang per tanggal neraca 3.Pencatatan kewajiban jangka panjang di Neraca betul-betul merupakan kewajiban perusahaan (lihat Exhibit 16-4)4.Kewajiban jangka panjang yang berasal dari legal claim atau asset yang dijaminkan sudah diidentifikasi 5.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam kurs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan 6.Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga serta amortisasi dari premium/discount per tanggal neraca 7.Keterjadian biaya bunga hutang jangka panjang pada tanggal neraca dicatat dan dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan 8.Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi “Bank Default”9.Bagian dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebagai kewajiban lancar 10.Kesesuaian penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan PABU/PSAKPROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG1.pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1)2.Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan kewajiban jangka panjang berikut discount, premium dan bunga selama periode yang diperiksa 3.Kirim konfirmasi kepada Bank (lihat Exhibit 16-2)4.Minta copy perjanjian kredit permanent file (Exhibit 16-3)5.Periksa otorisasi perolehan/penambahan kewajiban jangka panjang 6.Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium dari obligasi 7.Tie-up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/ premium obligasi dengan jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi 8.Discount/premium yang belum diamortisasi dilaporkan sebagai pengurang/penambah dan nilai nominal obligasi 9.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang dan wesel bayar yang direnewed (diperpanjang) setelah tanggal neraca, untuk mengetahui penyajian kewajiban sebagai kewajiban jangka panjang atau kewajiban lancar.10.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang atau wesel bayar yang (telah) dilunasi setelah tanggal neraca (walaupun belum jatuh tempo), untuk mengetahui perlu tidaknya reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek 11.Kewajiban dari pemegang saham atau direksi dari perusahaan afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan periksa pembebanan bunga atas pinjaman tsb.12.Sesuaikan pencatatan dan penyajian di Neraca tentang hutang leasing dengan PSAK No. 30 (sewa guna usaha). 13.Periksa kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun y.a.d, sehingga harus di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek 14.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam kurs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan 15.Lakukan penelaahan analitis (Analytical Review Procedure) kewajiban jangka panjang dan biaya bunga, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan pencatatan biaya bunga 16.Sesuaikan penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan PABU/PSAKDiposkan oleh auditing di 10.54 Tidak ada komentar: 

Page 10: Subsequent events

P.jangka pendekPEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK (Current Liabilities)

SIFAT DAN CONTOH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK• Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,

yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta lancar (current assets) perusahaan

• Contoh :1. Hutang Dagang (Accounts Payable)2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)3. Bagian dari Kredit Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Dalam Waktu Kurang atau

Sama Dengan Satu Tahun (Current Portion of Long Term Loan)4. Hutang Pajak (Taxes Payable)5. biaya Yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses)6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher system)7. Hutang Dividen (Dividen Payable)8. Pendapatan Yang Diterima Dimuka (Unearned Revenue)9. Uang Muka Penjualan, Hutang Pemegang Saham9. Hutang Leasing yang Jatuh Tempo satu tahun yang akan datang10. Hutang Bunga11. Hutang Perusahaan12. Hutang Perusahaan Afiliasi (Hutang Dalam Rangka Hubungan Khusus)

Perusahaan cenderung mencatat kewajibannya lebih rendah dari yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang sebenarnya (praktek income smoothing/earning management) auditor harus melakukan prosedur pemeriksaan sesudah tanggal neracaaPerbedaan account payable dan accrued expenses :

• Account payable angkanya lebih pasti ( perusahaan mencatat hutangnya berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier)

• Accrued expenses angkanya didasarkan pada estimasi (jumlahnya kurang pasti dibandingkan account payable)

TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEKUntuk memeriksa :1. Keberadaan internal control kewajiban jangka pendek (lihat Exhibit 15-1)

2. Keterjadian dan kelengkapan bukti kewajiban jangka pendek yang tercantum di neraca3. Pencatatan kewajiban jangka pendek per tanggal neraca4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil).

• Jumlah terlalu besar laba dilaporkan terlalu kecil (understated).• Jumlah terlalu kecil laba dilaporkan terlalu besar (overstated)

5. Pencatatan kewajiban leasing sudah sesuai dengan PSAK6. Kewajiban jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal neraca sudah dikonversikan

kedalam rupiah dengan kurs tengah BI per tanggal neraca, selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.

7. Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga per tanggal neraca8. Keterjadian biaya bunga hutang jangka pendek pada tanggal neraca dicatat dan dihitung

secara akurat dan merupakan beban perusahaan

Page 11: Subsequent events

9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi “Bank Default”

10. Memeriksa kesesuaian penyajian kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangan dengan PAB

U/PSAKPROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

1. Pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka pendek (lihat Exhibit 15-1)2. Minta perincian kewajiban jangka pendek,periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan

saldonya dengan saldo hutang di buku besar (controlling account) (lihat Exhibit 15-5 dan 15-6)

3. Untuk hutang dagang, cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary ledger hutang dagang

4. Secara test basis (sampling) periksa kecocokkan bukti pendukung saldo hutang kepada supplier (purchase requisition, purchase order, receiving report dan supplier invoice) perhitungan matematis (mathematical accuracy) dan otorisasi

5. Jika terdapat monthly statement of account dari supplier, lakukan rekonsiliasi saldo hutang menurut dokumen tersebut dengan saldo subsidiary ledger hutang

6. Kirim konfirmasi ke beberapa supplier baik yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya

7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment), apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorded liabilities) dan kewajaran saldo hutang per tanggal neraca

8. Jika ada hutang dari bank/pemegang saham/direksi/ perusahaan afiliasi kirimkan konfirmasi, periksa pembebanan bunga atas pinjaman dan surat perjanjiannya, buatkan excerpt perjanjian kredit dan periksa otorisasinya

9. Pencatatan hutang leasing harus sesuai dengan PSAK No. 30 (sewa guna usaha), dan pencatatan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang (reklasifikasi)

10. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga (keakuratan dan tie up beban bunga dengan yang tercantum pada laporan laba rugi) dan aspek pajaknya.

11. Telusuri asal saldo debit hutang dagang (apakah dari uang muka pembelian atau pengembalian barang yang dibeli tapi sudah dilunasi sebelumnya). Reklasifikasi sebagai piutang jika jumlahnya besar (material)

12. Periksa bukti pendukung uang muka penjualan per tanggal neraca dan apakah sudah diselesaikan diperiode berikutnya (subsequent clearance).

13. Periksa kredit jangka panjang dan apakah bagian yang jatuh tempo 1 tahun yang akan datang sudah di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek

14. Periksa kewajiban dalam mata uang asing, apakah sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI per tanggal neraca dan selisih kurs dibebankan/di kreditkan pada laba rugi tahun berjalan

15. Periksa pelunasan hutang PPh 21 dan PPN periode berikutnya (hutang PPh 21 dan PPN per 31 Desember harus dilunasi bulan Januari tahun berikutnya) (lihat Exhibit 15-9 &15-11)

Periksa PPh Badan, apakah saat mengisi dan memasukkan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran akhir) (lihat Exhibit 15-10)

16. Periksa dasar perhitungan accrued expenses perusahaan, apakah reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya dan periksa pembayaran sesudah tanggal neraca

Page 12: Subsequent events

17. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham, dan perjanjian yang dibuat dengan pihak ketiga, untuk mengatahui pencatatan per tanggal neraca semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut

18. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan (Exhibit 15-4)19. Periksa kesesuaian penyajian kewajiban jangka pendek dengan PSAK/PABU

Diposkan oleh auditing di 10.18 1 komentar: Label: audit 2

Beranda

Langganan: Entri (Atom)

BAB IPENDAHULUAN

A.    LatarBelakangMasalahSubsequent event adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit.Mempunyai akibat yang material terhadap laporan audit.Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut.Olehkarenaitu, penulismenulismakalah yang berjudul “Pemeriksaan Subsequent Event“.Semoga makalah ini berguna bagi para pembacadanterutama bagi penulis.    

B.    PermasalahanDilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan bentuk dan tujuan dari pemeriksaan subsequent event serta prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan subsequent event. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita tentang “Pemeriksaan Subsequent Event”C.    Tujuan penulisan    Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :1.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.2.    Mampu menjelaskan tentang sifat dan contoh Subsequent Event.3.    Mampu menjelaskan tentang tujuan pemeriksaan Subsequent Event.4.    Mampu menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan Subsequent Event.5.    Mampu menyelesaikan pemeriksaan Subsequent Event.

D.    Manfaat Penulisan    Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :1.    Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.2.    Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai PemeriksaanSubsequent Event

BAB IIPEMBAHASANPemeriksaan Subsequent EventA.SifatdanContohSubsequent  Event•    Subsequent event adalahperistiwaatautransaksi yang terjadisetelahtanggalneracatetapisebelumditerbitkannyalaporan audit.•    Mempunyaiakibat yang material terhadaplaporan audit•    MemerlukanpenyesuaianataupengungkapandalamlaporantersebutDuajenis subsequent event ( PSA No. 46 )1.    Peristiwa yang memberikantambahanbukti yang

Page 13: Subsequent events

berhubungandengankondisiyangadapadatanggalneracadanberdampakterhadaptaksiran yang melekatdalam proses penyusunanlaporankeuangan.2.    Peristiwa yang menyediakantambahanbukti yang berhubungandengankondisi yang tidakadapadatanggalneraca, namunkondisitersebutadasesudahtanggalneraca.MenurutSukrisnoAgoes (2004:138) subsequent event yang harusdiauditolehakuntan public adalah :1.    Subsequent Collection adalahPenagihansesudahtanggalneraca, sampaimendekatiselesainyapekerjaanlapangan/audit field work. DilaksanakandalampemeriksaanPiutang, danBarangDalamPerjalanan.2.    Subsequent Payment adalahPembayaransesudahtanggalneracasampaimendekatiselesainya audit field work. Dilaksanakandalampemeriksaanhutangdanbiaya yang masihharusdibayar. 

B. TujuanPwmeriksaan Subsequent Event1.    Menentukankeberadaankejadianpentingsesudahtanggalneraca yang membutuhkanpenyesuaianterhadaplaporankeuanganataumemerlukanpengungkapandalamcatatanataslaporankeuangan agar tidakmenyesatkanpenggunalaporankeuangan. 2.    Menentukankemungkinantertagihnyapiutang3.    Memastikanbahwa “barangdalamperjalanan” yang tercantum di neraca per tanggalneracamasihdiperjalanan.•    Saatmembayaruangmukapembelian L/C perusahaanmencatat :Barangdalamperjalanan    XX    Kas                XX    Hutangdagang        XX•    Saatpenerimaanbarangsebelumtanggalneracaperusahaanmencatat :Persediaan    XX    Hutangdagang    XX•    Akibatnyaper tanggalneracatetapterlihatsaldobarangdalamperjalanandanterjadidua kali pencatatanhutangdagang :Persediaan    xx    Barangdalamperjalanan    xx•    Padasaathutangtersebutdilunasi :Hutangdagang    xx    Kas            xx4.    Untukmemastikankewajibandanbeban yang masihharusdibayar yang tercantum di neraca per tanggalneraca, merupakankewajibanperusahaan yang akandilunasipadasaatjatuhtemponya( sesudahtanggalneraca ).5.    Memastikanbahwatidakadakewajibanperusahaan yang belumdicatat per tanggalneraca.

C. ProsedurPemeriksaan Subsequent Events1.    Periksapengeluarandanpenerimaankassesudahtanggalneraca, sampaimendekatitanggalselesainya audit field work.2.    Periksabuktipengeluarandanpenerimaanbarangsesudahtanggalneraca, sampaimendekatitanggalselesainya audit field work.3.    Periksa cut-off pembeliandanpenjualan.4.    Review laporankeuangan interim untukperiodesesudahtanggalneraca5.    Minta copy notulenrapatdireksi, dewankomisaris, pemegangsaham, periksaapakahada commitment dariperusahaan yang barudipenuhipadaperiodesesudahtanggalneraca6.    Lakukantanyajawabdenganpejabatperusahaan yang berwenang, mengenai :

Page 14: Subsequent events

a.    Ada/tidaknya contingent liabilitiesb.    Ada/tidaknyaperubahandalam modal saham, kewajibanjangkapanjangataukredit modal kerjadalamperiodesesudahtanggalneracac.    Ada/tidaknyakejadianpentingsesudahtanggalneraca yang memerlukan adjustment terhadaplaporankeuanganataupenjelasancatatanlaporankeuangan7.    Kirimkonfirmasikepenasihathukumperusahaan8.    Analisaperkiraanprofesional fees9.    Dapatkansuratpernyataanlangganan (client representation letter)

D. PenyelesaianPemeriksaan Subsequent Event    Beberapahal yang harusdilakukanakuntanpublik, sebelumsuatupemeriksaanakuntandinyatakanselesai :1.    Seluruhkertaskerjapemeriksaanharusdiparafolehpembuatnyadandireviewolehatasannya.2.    Hasil review harusdidokumentasikandalamsuatu review notes danharusdijawabolehstaf yang direview (reviewee) secaratertulis3.    Daftar audit adjustment harusdisusun, lengkapdengan index working papernya, diskusikandenganklien4.    Audit adjustment yang sudahdisetujuiklienharusdipostingkemasing-masingkertaskerja yang berkaitan5.    Draft report disusunoleh auditor in-charge (pimpinantim audit), direviewoleh audit manager dan audit partner6.    Sebelumkertaskerjapemeriksaandan draft report di review oleh audit manager dan audit partner, maka audit supervisor harusmenyusun notes to PPM (catatanuntuk Partner, Principal dan Manager)7.    Setelah draft report direviewdandisetujui PPM, diskusikandenganklien. Jikakliensetuju, buat final audit report.8.    Sebelumlaporan audit diserahkankepadaklien, auditor harusmemintaSuratPernyataanLangganandariklien. Tanggalsuratharussamadengantanggalselesainya audit field work dantanggallaporan audit.9.    Auditor membuat draft management letter, setelahdireviewdandisetujui PPM, diskusikandenganklien. Kliensetuju, buat management letter final untukklien10.    tahapakhir, selesaikanurusanpelunasan audit fee (ditambah 10% PPN, dikurangiPPh 23 7,5%).11.    Dalam audit working papers, cantumkan “catatanuntuk audit tahunberikutnya”.12.    Opini yang diberikan, tergantunghasilpemeriksaan.13.    Dalammereviewkertaskerjapemeriksaan, KAP sebaiknyamempunyaidaftar “Audit Working Papers Review Guide

    

Page 15: Subsequent events

BAB IIIPENUTUPA.    Kesimpulan

•    Subsequent event adalahperistiwaatautransaksi yang terjadisetelahtanggalneracatetapisebelumditerbitkannyalaporan audit.•    Mempunyaiakibat yang material terhadaplaporan audit•    MemerlukanpenyesuaianataupengungkapandalamlaporantersebutDuajenis subsequent event ( PSA No. 46 )1.    Peristiwa yang memberikantambahanbukti yang berhubungandengankondisiyangadapadatanggalneracadanberdampakterhadaptaksiran yang melekatdalam proses penyusunanlaporankeuangan.2.    Peristiwa yang menyediakantambahanbukti yang berhubungandengankondisi yang tidakadapadatanggalneraca, namunkondisitersebutadasesudahtanggalneraca.MenurutSukrisnoAgoes (2004:138) subsequent event yang harusdiauditolehakuntan public adalah :1.    Subsequent Collection2.    Subsequent Payment

B.    SaranAdapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan  penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca,  penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua. 

 

 

 

 

 

Page 16: Subsequent events

Dalam penyelesaian proses audit, ada situasi dimana auditor harus memperhatikan peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor. Hal ini bertujuan untuk mencari bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan auditor dapat menemukan bukti baru yang sebelum nya tidak dapat ditemukan. Karena terdapat kemungkinan terjadi peristiwa penting selama tanggal audit atau tanggal sesudah tanggal neraca. Secara termonologis, “subsequent event” adalah peristiwa / transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkan nya laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian / pengungkapan dalam laporan tersebut. Kebutuhan akan pemahaman yang memadai mengharuskan auditor untuk memeriksa setiap kejadian yang terjadi kepada perusahaan auditee. Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 46 terdapat dua jenis subsequent event yang dapat ditemukan dalam suatu proses audit, yaitu :

1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. (Memerlukan penyesuaian)

2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. (Memerlukan pengungkapan)

Dapat dilihat bahwa terdapat peristiwa yang berhubungan dengan tanggal neraca dan peristiwa yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal neraca. Peristiwa seperti inilah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam melakukan audit di suatu perusahaan, karena bisa saja hal tersebut berdampak material bagi laporan keuangan. Berikut merupakan contoh peristiwa yang memerlukan penyesuaian dan pengungkapan :

1. Penyesuaian

Auditor perlu melakukan penyesuaian terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi pada tanggal sesudah tanggal neraca, yang berkaitan dengan akun yang ada pada laporan keuangan tanggal neraca. Hal ini dapat membuat terjadinya perbedaan angka antara laporan keuangan dengan keadaan yang sebenarnya.

Contoh : “Pengakuan Penjualan”

Pada akhir Desember 2013 perusahaan melakukan penjualan kepada klien yang berada di luar negeri. Di karenakan jarak tempuh yang jauh, barang tersebut diestimasikan baru sampai sekitar awal januari. Dalam hal ini perusahaan “belum mengakui penjualan” tersebut dalam buku besar atau tidak terjadi penjurnalan terhadap transaksi tersebut, di karenakan barang yang dijual belum sampai di gudang pembeli. Awal Januari 2014, barang tersebut baru tiba di gudang pembeli, dan perusahaan baru bisa mengakui nya sebagai penjualan dan mencatat transaksi tersebut dalam jurnal. Disini terdapat perbedaan nominal “penjualan” dan “persediaan barang dagang” antara laporan keuangan tanggal neraca dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini lah yang menyebabkan dibutuhkan “penyesuaian” terhadap peristiwa tersebut agar nominal yang tercantum di dalam laporan keuangan sama dengan jumlah penjualan yang sebenarnya.

2. Pengungkapan

Auditor perlu melakukan pengungkapan terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi di perusahaan auditee pada tanggal sesudah tanggal neraca. Di karenakan tidak adanya hal tersebut dalam laporan keuangan tanggal neraca.

Contoh : “Debitor Bangkrut”

Di akhir tahun 2013, perusahaan X memiliki piutang dari perusahaan Y senilai Rp 100 juta. Pada Januari 2014, terdapat kabar bahwa debitor (perusahaan Y) tersebut mengalami “kebangkrutan” dan sudah diputuskan oleh pengadilan. Dari data kreditor yang harus di dahulukan dalam pembayaran utang perusahaan, perusahaan X tidak termasuk dalam daftar kreditor yang didahulukan dikarenakan asset perusahaan Y yang sedikit. Hal ini

Page 17: Subsequent events

menyebabkan piutang yang dimiliki perusahaan X senilai Rp 100juta tidak dapat ditagih semuanya. Kejadian luar biasa seperti ini memerlukan “pengungkapan” di karenakan peristiwa tersebut tidak terdapat dalam laporan keuangan tanggal neraca.

Sumber : Boynton. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh Jilid 2. Jakarta : Erlangga

About these ads

Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Kejadian ini untuk selanjutnya disebut "peristiwa kemudian (subsequent events)."

Ada dua tipe peristiwa kemudian yang membutuhkan perhatian manajemen dan memerlukan evaluasi auditor.

Tipe pertama meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. Semua informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan harus digunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi kondisi yang digunakan sebagai dasar estimasi. Laporan keuangan harus disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi sebagai akibat dari penggunaan bukti tersebut.

Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan menurut kriteria di atas membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi yang ada. Contoh, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju ke kebangkrutan sesudah tanggal neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, oleh karena itu membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Di lain pihak, kerugian yang sama namun sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal neraca, sehingga penyesuaian laporan keuangan bukan merupakan tindakan yang semestinya dilakukan. Penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah utang yang sudah dicatat membutuhkan penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut (seperti pelanggaran hak paten) telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca.

Tipe kedua meliputi peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca yang dilaporkan, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. Peristiwa-peristiwa ini tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan.1 Namun, beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya. Kadang-kadang peristiwa tersebut sedemikian signifikan sehingga pengungkapannya yang terbaik dapat dilakukan dengan menambahkan data keuangan proforma terhadap laporan keuangan historis yang menjelaskan dampak adanya peristiwa tersebut seandainya peristiwa tersebut terjadi pada tanggal neraca. Hal ini mungkin membutuhkan penyajian laporan proforma, biasanya hanya neraca proforma, dalam bentuk kolom yang disajikan bersamaan dengan laporan keuangan historis. Lihat SAT Seksi 300 [PSAT No. 03] Pelaporan Informasi Keuangan Proforma.

Page 18: Subsequent events

Contoh peristiwa yang dikelompokkan ke dalam tipe kedua, yaitu peristiwa yang. memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan (tetapi tidak memerlukan penyesuaian), adalah:a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru. b. Pembelian bisnis.c. Terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca.d. Kerugian aktiva tetap atau sediaan yang diakibatkan oleh kebakaran, ataue. Kerugian piutang yang diakibatkan oleh kondisi (seperti penyebab utama kebangkrutan pelanggan) yang terjadi sesudah tanggal neraca.

Peristiwa kemudian yang mempengaruhi realisasi aktiva seperti piutang dan sediaan atau penyelesaian suatu taksiran utang pada umumnya memerlukan penyesuaian laporan keuangan (lihat paragraf 03), karena peristiwa tersebut merupakan pencerminan titik akhir kondisi-kondisi yang berlangsung atau ada sejak beberapa periode sebelumnya. Peristiwa kemudian seperti perubahan harga pasar surat berharga yang sudah ditetapkan (quoted marketprices) biasanya tidak memerlukan penyesuaian laporan keuangan (lihat paragraf 05), karena peristiwa seperti itu mencerminkan evaluasi atas kondisi-kondisi baru.

Bila laporan keuangan diterbitkan kembali, seperti untuk laporan yang ditujukan kepada Bapepam atau badan berwenang lainnya, peristiwa penting yang terjadi

Peristiwa Kemudian sesudah penerbitan pertama laporan keuangan, perlu diungkapkan dalam laporan keuangan yang diterbitkan kembali, untuk mencegah disajikannya laporan keuangan yang menyesatkan pemakainya. Peristiwa yang terjadi dalam periode antara saat penerbitan pertama dan saat penerbitan kembali tidak mengakibatkan penyesuaian laporan keuangan,2 kecuali jika penyesuaian itu memenuhi kriteria untuk koreksi kekeliruan atau kriteria untuk penyesuaian periode sebelumnya yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Demikian juga, untuk laporan keuangan yang diterbitkan kembali, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan keuangan periode-periode sesudahnya, tidak memerlukan penyesuaian yang diakibatkan

oleh peristiwa yang terjadi sesudah penerbitan pertama, kecuali jika penyesuaian tersebut memenuhi kriteria tersebut di atas.

Kadang-kadang tipe kedua peristiwa kemudian berdampak material terhadap entitas, sehingga mungkin mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporannya dengan tujuan untuk mengarahkan perhatian pemakai laporan keuangan terhadap peristiwa tersebut beserta akibat yang ditimbulkan. Lihat SA Seksi 508 [PSA No. 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan paragraf 19

PROSEDUR AUDIT DALAM PERIODE KEMUDIAN

Sesudah tanggal neraca, auditor masih membutuhkan waktu untuk melengkapi berbagai tahap pekerjaan audit. Periode ini disebut periode kemudian (subsequent period) dan diperluas sampai saat atau tanggal diterbitkannya laporan audit. Lama periode ini tergantung atas praktik pelaksanaan audit dan bervariasi mulai dari periode yang relatif singkat (pendek) sampai ke periode satu atau beberapa bulan. Tidak semua prosedur audit dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dan beberapa tahap audit dilaksanakan selama periode kemudian, sedangkan tahap-tahap lain sebagian besar telah dilaksanakan pada atau sebelum tanggal neraca. Pada saat audit mendekati tahap penyelesaian, auditor akan memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah auditing dan pelaporan yang belum dapat diselesaikan dan auditor sudah tidak diharapkan untuk melaksanakan review lanjutan

Page 19: Subsequent events

atas berbagai masalah yang sudah dapat diselesaikan melalui penerapan prosedur audit sebelumnya.

Beberapa prosedur khusus diterapkan untuk transaksi yang terjadi sesudah tanggal neraca seperti (a) pengujian data untuk meyakinkan bahwa penentuan pisah batas (cutoff) telah dilakukan dengan semestinya dan (b) pengujian data yang memberikan informasi yang dapat membantu auditor dalam mengevaluasi aktiva dan utang pada tanggal neraca.

Di samping itu, auditor harus melaksanakan prosedur audit lain dalam hubungannya dengan periode sesudah tanggal neraca dengan tujuan untuk memastikan terjadinya peristiwa kemudian yang mungkin memerlukan penyesuaian atau pengungkapan yang cukup penting untuk kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Prosedur ini harus dilaksanakan pada saat atau mendekati saat penyelesaian pekerjaan lapangan. Secara umum auditor harus:a. Membaca laporan keuangan interim yang terakhir; membandingkan laporan keuangan interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan; dan membuat berbagai perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam rangka menjadikan pelaksanaan prosedur tersebut bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut, auditor harus meminta keterangan kepada pejabat atau eksekutif lain yang bertanggung jawab atas masalah akuntansi dan keuangan mengenai apakah laporan keuangan interim telah disusun dengan menggunakan dasar seperti yang telah digunakan untuk menyusun laporan keuangan auditan.b. Meminta keterangan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang bertanggung jawab atas masalah keuangan dan akuntansi (terbatas pada lokasi utama, jika semestinya demikian) tentang:(i) Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi pada tanggal neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan.(ii) Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang jangka panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan.(iii) Status sekarang mengenai unsur, dalam laporan keuangan yang dilaporkan, yang dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data yang tidak konklusif.(iv) Apakah penyesuaian (adjustment) yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selama periode dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan.c. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya; apabila notulen rapat tidak tersedia, auditor meminta keterangan mengenai masalah yang dibicarakan dalam rapat tersebut.d. Meminta keterangan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.e. Mendapatkan surat representasi dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal laporan audit, tentang apakah setiap peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para eksekutif tersebut akan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Auditor dapat memilih untuk meminta klien memasukkan representasi mengenai pengungkapan masalah yang signifikan kepada auditor dalam pelaksanaan prosedur-prosedur dari subparagraf (a) dan (b) di atas serta (f) di bawah ini. Lihat SA Seksi 333 [PSA No. 17] Representasi Manajemtnf. Meminta keterangan tambahan atau melaksanakan beberapa prosedur yang dipertimbangkan perlu dan semestinya untuk menjawab pertanyaan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan prosedur, permintaan keterangan, dan pembicaraan yang telah dilaksanakan..

Posted 28th May 2011 by Sich Jerry MatanariLabels: Auditing

Page 20: Subsequent events

  

0 Add a comment

Contoh Kasus dan Pembahasan Audit: Subsequent EventPada tanggal 20 Juni 2011, auditor menemukan bahwa salah satu debitur PT “XX” bangkrut pada tanggal 1 April 2011. Penjualan kepada debitur dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2010. Jumlah tersebut tertagih pada tanggal 31 Desember 2010 dan 10 Februari 2011.

Jawaban:

Tidak perlu melakukan apa-apa

Menurut SA Seksi 560 tentang peristiwa kemudian, menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggung jawab tertentu atas kejadian dan transaksi yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan (tanggal laporan audit).

Pada kasus ini piutang atas salah satu debitur tersebut telah tertagih tanggal 31 Desember 2010 dan 10 Februari 2011, artinya kejadian ini tentunya telah dilakukan revisi atas laporan keuangan PT “XX” dan telah dilakukan penyesuaian oleh auditor. Karena pekerjaan lapangan selesai tanggal 10 Februari 2011 dan laporan auditor keluar tanggal 2 Maret, artinya kebangkrutan salah satu debitur PT “XX” tanggal 1 April 2011 tidak menjadi tanggung jawab Auditor.

Pada tanggal 3 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 26 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah adanya kerugian tak terduga akibat tuntutan hukum pada tanggal 10 Januari 2011, karena adanya tuntutan dari pelanggan lainnya mengenai kualitas produk.

Jawaban:

Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31 Desember 2010

Apabila posisi keuangan debitur yang bersangkutan per tanggal 31 Desember 2010 berada dalam keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian

Page 21: Subsequent events

tak terduga akibat tuntutan hukum yang terjadi tanggal 10 Januari 2011 dimana terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan per 31 Desember 2010.

Pada tanggal 5 Februari 2011, Auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 26 Januari 2011. Penjualan terakhir terjadi tanggal 7 Desember 2010 dan sejak tanggal itu tidak ada penerimaan kas dari debitur tersebut.

Jawaban:

Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010

Apabila dalam mereview peristiwa kemudian, auditor berkesimpulan bahwa kebangkrutan debitur disebabkan akibat kesulitan keuangan yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan, dimana sejak penjualan terakhir terjadi tanggal 7 Desember 2010 dan sejak tanggal tersebut tidak ada penerimaan kas dari debitur tersebut, maka klien diminta untuk melakukan penyesuaian atas laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui kerugian yang diderita.

Pada tanggal 6 Agustus 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 20 Februari 2011 karena buruknya kondisi keuangannya. Penjualan kepada debitur tersebut terjadi pada tanggal 14 Juni 2010.

Jawaban:

Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010

Apabila dalam me-review peristiwa kemudian, kebangkrutan debitur disebabkan memburuknya posisi keuangan yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan, maka klien diminta untuk melakukan penyesuaian atas laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui kerugian yang diderita.

Pada tanggal 2 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 30 Januari 2011 atas penjulan yang terjadi pada tanggal

Page 22: Subsequent events

6 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah terjadinya kerugian kebakaran pada tanggal 15 Januari 2011 yang tidak diasuransikan.

Jawaban:

Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31 Desember 2010

Apabila posisi keuangan debitur per tanggal 31 Desember 2010 berada dalam keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian kebakaran yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan.

Pada tanggal 18 Januari 2011, PT “XX” diajukan dalam tuntutan hukum akibat transaksi yang terjadi pada tahun 2008 dan masih diakui sebagai kewajiban kontinjensi.

Jawaban:

Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31 Desember 2010

Standar Akuntansi Keuangan mengharuskan kewajiban kontinjensi untuk diperlakukan sebagai salah satu kemungkinan dicatat sebagai utang bersyarat, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Pada tanggal 20 Maret 2011, PT “XX” kalah dalam kasus pengadilan yang berjalan sejak tahun 2009 dengan jumlah kerugian tepat sebesar tuntutan. Pada tanggal 31 Desember 2010, penjelasan tambahan menunjukkan opini penasehat hukum yang menyatakan bahwa perusahaan kemungkinan besar memenangkan kasus ini.

Jawaban:

Meminta klien untuk merevisi laporan keuangan 31 Desember 2010

Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan jika pada saat penyusunan laporan keuangan per 31 Desember 2010, PT “XX” belum mencatat jumlah kerugian tuntutan tersebut.

Page 23: Subsequent events

Dalam hal ini, PT “XX” harus melakukan revisi atas laporan keuangannya karena tututan tersebut telah terjadi sebelum tanggal laporan posisi keuangan dan jumlahnya tepat tidak ada perubahan. Jika jumlahnya berbeda baru dilakukan penyesuaian atas laporan keuangan per tanggal 31 Dessember 2010.

Pada tanggal 16 Februari 2011, tuntutan hukum diajukan kepada PT “XX” karena kasus pelanggaran paten yang terjadi pada awal tahun 2010. Penasehat hukum berpendapat bahwa mungkin klien akan kalah.

Jawaban:

Tidak perlu melakukan apa-apa

Klaim terhadap pelanggaran hak paten menurut Standar Akuntansi Keuangan, tidak akan dicatat sampai benar-benar hal tersebut telah direalisasikan.

Pada tanggal 31 Mei 2011, Auditor menemukan adanya tuntutan hukum yang tak lazim kepada PT “XX” yang terjadi pada tanggal 20 Juni 2010.

Jawaban:

Tidak perlu melakukan apa-apa

Karena temuan terjadi setelah laporan audit dikeluarkan, maka auditor tidak perlu melakukan apa-apa lagi karena tanggung jawab auditor terletak sejak dilakukannya pemeriksaan sampai dengan laporan audit dikeluarkan. Jika ada kejadian yang terjadi setelah tanggal laporan audit, maka bukan lagi menjadi tanggung jawab auditor.

 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: Auditing

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

PENYELESAIAN AUDIT/TANGGUNG JAWAB SESUDAH AUDIT

MENYELESAIKAN PEKERJAAN LAPANGAN

Page 24: Subsequent events

Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedurnya adalah :

Melaksanakan Review Atas Peristiwa Kemudian

Tanggung jawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas pada pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi hingga tanggal neraca. AU 560,Subsequent Events, menyatakan bahwa auditor juga mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang :

a. Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan

b. Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor

Jenis Peristiwa

Berikut adalah dua jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 :

a. Peristiwa Kemudian Jenis 1

Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan. Peristiwa jenis 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan.

b. Peristiwa Kemudian Jenis 2

Memberikan bukti berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal tersebut. Peristiwa jenis 2 tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan, atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data pro-forma pada laporan keuangan.

Prosedur Audit Dalam Periode Setelah Tanggal Neraca

Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan auditor. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut :

a. Mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantive akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum tercatat.

b. Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12 atau mendekati akhir pekerjaan lapangan.

Pengaruh Terhadap Laporan Auditor

Kelalaian untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa kemudian dalam laporan keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari laporan standar auditor

Membaca Notulen Rapat

Page 25: Subsequent events

Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite keuangan dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit. Contohnya : dewan komisaris dapat mengotorisasi penerbitan obligasi baru,pembelian saham treasuri,dll. Pembacaan notulen rapat biasanya dilakukan segera setelah hal itu tersedia, guna memberikan auditor kesempatan maksimum untuk menilai signifikansi auditnya. Misal : informasi yang dipelajari dari catatan tersebut menyebabkan auditor untuk mengubah pengujian substantif. Dan pembacaan notulen rapat oleh auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja.

Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian

FASB dalam SFAS 5, mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan keuntungan (kontinjensi keuntungan) dan kerugian (kontinjensi kerugian). Kontinjensi keuntungan hanya akan menimbulkan masalah yang relatif kecil, sedangkan kontinjensi kerugian seringkali merupakan masalah yang signifikan bagi auditor. Kontinjensi kerugian meliputi kewajiban yang potensial dari perselisihan pajak penghasilan,klaim,dll. mempersyaratkan bahwa kontinjensi kerugian harus :

a. Dicatat sebagai kewajiban

b. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

c. Diabaikan

Pertimbangan Audit

SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti- bukti tentang :

a. Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan ketidakpastian mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas dari litigasi, klaim, dan penilaian (LCA).

b. Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi.

c. Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.

d. Jumlah atau rentang kerugian yang potensial.

Surat Pertanyaan Audit

AU 337.08 menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hokum klien merupakan sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang diserahkan oleh manajemen. Surat tersebut harus dikirimkan oleh manajemen kepada setiap ahli hukum yang telah ditugaskan oleh klien.

Pengaruh Jawaban Terhadap Laporan Auditor

Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor. Yaitu, auditor dapat mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa

Page 26: Subsequent events

pengecualian. Hal ini dapat terjadi apabila jawabannya menunjukkan bahwa berdasarkan penyelidikan yang layak atas masalah yang dihadapi, terdapat :

a. Probabilitas yang tinggi atas hasil yang menguntungkan

b. Masalah yang dihadapi adalah tidak material

Mendapatkan Surat Representasi Klien

Auditor diwajibkan untuk mendapatkan representasi tertulis tertentu dari manajemen dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat dicapai melalui surat representasi klien, yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333, Management Representations, menjelaskan bahwa representasimerupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak atas suatu pendapat. Representasi manajemen harus dapat :

a. Mengkonfirmasikan representasi lisan yang diberikan kepada auditor

b. Mendokumentasikan kelayakan yang berkelanjutan dari representasi tersebut

c. Mengurangi kemungkinan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen

Isi Surat Representasi

Menurut AU 333.06 terdapat empat kategori utama dari representsi spesifik yang harus termasuk dalam surat rep. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai :

a. Laporan keuangan

b. Kelengkapan informasi

c. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

d. Peristiwa kemudian

Pengaruh Terhadap Laporan Auditor

Apabila auditor menerima surat rep dan mampu mendukung representasi manajemen, maka suatu laporan audit standar dapat dikeluarkan. Tetapi, jika ada keterbatasan pada lingkup audit jika auditor tidak dapat :

a. Memperoleh surat rep

b. Mendukung representasi manajemen yang bersifat material bagi laporan keuangan dengan prosedur audit lainnya

Pembatasan lingkup tersebut akan mengakibatkan penyimpangan dari laporan standar auditor baik melalui pendapat wajar dengan kualifikasi maupun penolakan pemberian pendapat.

Melaksanakan Prosedur Analitis

Page 27: Subsequent events

Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas laporan keuangan. SAS 56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajianlaporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review keseluruhan, auditor membaca laporan keuangan dan catatan serta mempertimbangkan kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang :

a. Diantisipasi dalam perencanaan audit

b. Diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantif

MENGEVALUASI TEMUAN

Terdapat dua tujuan auditor dalam mengevaluasi temuan-temuan, yaitu :

a. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan

b. Menentukan apakah GAAS telah dipenuhi dalam audit

Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor menyelesaikan langkah-langkah berikut :

Membuat Penilaian Akhir Atas Materialitas Dan Risiko Audit

Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan adalah penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini adalah menjumlahkan salah saji-salah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun yang belum dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor atas salah saji dalam suatu akun dapat mencakup komponen berikut :

a. Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian substantive atas rincian transaksi dan saldo

b. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik sampling audit

c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi oleh prosedur audit lainnya

Semua komponen yang terdapat dalam suatu akun dikenal sebagai salah saji yang mungkin , sementara jumlah salah saji yang mungkin dalam semua akun disebut sebagai salah saji agregat yang mungkin . Penilaian auditor atas salah saji agregat yang mungkin dapat mencakup pengaruh dari semua salah saji yang mungkin belum dikoreksi selama periode sebelumnya terhadap laporankeuangan periode berjalan. Data yang telah diakumulasi kemudian dibandingkan dengan pertimbanga pendahuluan auditor mengenai materialitas yang dibuat ketika merencanakan audit. Dalam merencanakan audit, auditor menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Jika salah saji agregat meningkat, maka risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang material juga meningkat. Jika auditor merasa bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka auditor harus:

a. Melaksanakan pengujian substantif tambahan

Page 28: Subsequent events

b. Meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang diperlukan untuk mengurangi risiko salah saji yang material

Mengevaluasi Kelanjutan Usaha

AU 341 menetapkan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama suatu periode waktu yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang akan menimbulkan keraguan yang substansial tentang asumsi kelanjutan usaha berkaitan dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo tanpa diposisi aktiva yang besar di luar arah bisnis yang biasa, merestrukturisasi hutang, merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau melakukan tindakan yang serupa. Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelanjutan usahanya , maka auditor harus :

a. Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi pengaruh kondisi atau peristiwa tersebut

b. Menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara efektif Tetapi jika auditor menyimpulkan terdapat keraguan yang substansial mengenai kelanjutan usaha, maka auditor harus :

a. Mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai kemungkinan ketidakmampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak

b. Menyertakan suatu paragraf penjelasan Jika auditor menyimpulkan tidak ada keraguan yang substansial, maka auditor tetap harus mempertimbangkan kebutuhan akan pengungkapan.

Melakukan Review Teknis Atas Laporan Keuangan

Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka, review teknis juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota tim audit. Daftar periksa tersebut mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masing-masing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang disyaratkan.

Merumuskan Pendapat Dan Menulis Naskah Laporan Audit

Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan mengikhtisarkan dan mengevaluasinya untuk tujuan menyatakan pendapat ataslaporan keuangan secara keseluruhan. Tanggung jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner yang melakukan penugasan itu. Sebelum mengambil keputusan akhir tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi dengan klien

Melakukan Review Akhir Atas Kerja

Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat oleh penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat dilakukan pada akhir pekerjaan lapangan oleh anggota tim audit.

Page 29: Subsequent events

MENGKOMUNIKASIKAN DENGAN KLIEN

Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan komite audit dan manajemen. Komunikasi komite audit membicarakan hal-hal berkenaan dengan:

a. Pengendalian internal klien

b. Pelaksanaan audit

Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Pengendalian Internal

AU 325 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan, yang didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang signifikan dalam perancangan atau operasi pengendalian internal, yang dapat berpengaruh buruk terhadap kemampuan organisasi untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. AU 325.11 menyatakan bahwa setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus :

a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal

b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan

c. Menyertakan pembatasan pembagian

Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Audit

AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan dengan pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan keuangan. AU 380.06-14 menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit dapat mencakup hal-hal berikut :

a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS

b. Kebijakan akuntansi yang signifikan

c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas

d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi

e. Penyesuaian audit yang signifikan

f. Ketidak sepakatan dengan manajemen

g. Konsultasi dengan akuntan lain

h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri

i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit

Menyiapkan Surat Manajemen

Page 30: Subsequent events

Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat untuk menulis surat kepada manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen, yang memuat rekomendasi yang tidak termasuk dalam komunikasi yang disyaratkan dengan komite audit. Surat manajemen dapat mencakup komentar tentang :

a. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak di pertingbangkan sebagai kondisi yang dapat di laporkan

b. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah yang tercatat selama audit

c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak

TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT

Peristiwa Kemudian Yang Terjadi Antara Tanggal Dan Penerbitan Laporan Auditor

SAS 1 (AU 530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang paling umum karena member tanggal kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan di luar penyelesaian pekerjaan lapangan

Penemuan Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan

Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit pada tanggal laporan audit. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa jika (1) auditor menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas informasi itu. Jika klien menolak untuk mengungkapkan fakta yang baru ditemukan, maka auditor harus member tahu setiap anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut penyelidikan yang memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi spesifik, auditor harus (1) menunjukkan tidak adanya kerjasama itu dan (2) menyatakan bahwa jika informasi itu benar, laporan audit tidak dapat lagi diandalkan.

Penemuan Prosedur Yang Dihilangkan

Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas pendapatnya. Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu untuk mencegah ketergantungan

Page 31: Subsequent events

selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.

Diposkan oleh megawaty anwar   di 06.58 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

1.A LATAR BELAKANGJika semua unsur laporan keuangan telah selesai diaudit, auditor telah sampai pada

tahap akhir auditnya. Sebelum ia meninggalkan perusahaan klien, ia harus me-reviewkertas kerja yang telah dibuatnya dengan cara membandingkannya dengan kuesioner pengedalian intern dan program pengujian kepatuhan dan program pengujian substantif, untuk memperoleh keyakinan bahwa semua informasi yang diperlukannya sebagai dasar penyusunan laporan audit telah terkumpul semua.

Tanggung jawab auditor menelaah peristiwa kemudian biasanya dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal  laporan audit. Kerena tanggal alporan audit berhubungan dengan penyelesaian prosedur auditing yang penting di kantor klien, penelaah peristiwa kemudian seharusnya diselesaikan mendekati akhir penugasan.1.B RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah yakni:

1.      Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, bagaimana auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan?

2.      Peristiwa kemudian apa saja yang perlu dijelaskan dalam laporan audit?3.      Bagaimana prosedur audit terhadap peristiwa kemudian.

1.C TUJUAN1.      Untuk mengetahui dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, bagaimana auditor

melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan.2.      Mengetahui peristiwa kemudian apa saja yang perlu dijelaskan dalam laporan audit.3.      Mengetahui bagaimana prosedur audit terhadap peristiwa kemudian.

BAB IIPEMBAHASAN

2.A PENYELESAIAN PEKERJAAN LAPANGANMenyelesaikan pekerjaan lapangan

Page 32: Subsequent events

Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedurnya adalah :1. Melakukan review atas peristiwa kemudian

a.       Mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan.

b.      Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor.Peristiwa-peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa kemudian.Jenis-jenis peristiwa kemudian :

a.       Peristiwa kemudian jenis 1 yaitu memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan.

b.      Peristiwa kemudian jenis 2 yaitu memberikan bukti yang berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal itu.

Prosedur audit dalam periode setelah tanggal neraca

Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan auditor yang biasanya merupakan akhir dari pekerjaan lapangan, tanggung jawab ini dilaksanakan dalam 2 cara :

a.       Dengan mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantive akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum dicatat.

b.      Melaksanakan prosedur audit yang mendekati akhir pekerjaan lapangan2. Membaca notulen rapat

Notulen rapat, pemegang saham, dewan komisaris dan subkomitenya seperti komite keuangan dan komite audit dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikasi audit. Sebagai auditor harus menentukan bahwa semua notulen rapat dewan yang diadakan selama periode yang sedang diaudit dan selama periode dari tanggal neraca samapai akhir pekerjaan lapangan harus diserahkan padanya untuk direview. Pembacaan notulen rapat oleh auditor biasanya dilakukan secara segera setelah hal itu tersedia.3. Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim, dan penilaian

Mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi yang ada yang melibatka ketidakpastian keuangan (kontinjensi keuntungan) atau kerugian.

a.       Kontinjensi keuntungan seperti klaim oleh klien terhadap pihak lain atas pelanggaran paten.

b.      Kontinjensi kerugian merupakan masalah yang signifikan bagi auditor yang tergantung pada evaluasi yang subjektif atas kemungkinan pembayaran masa depan.4. Mendapatakan surat representasi klien

Representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak untuk suatu pendapat.

Page 33: Subsequent events

Surat rep dapat menjadi pelengkap bagi prosedur audit yaitu sebagai sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan bukti mengenai ICA.Isi surat representasi :

1.      Laporan keuangan2.      Kelengkapan informasi3.      Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan4.      Peristiwa kemudian

5. Melaksanakan prosedur analitisProsedur analitis juga diisyaratkan sebagai review keseluruhan atas laporan

keuangan. Tujuan review keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review auditor mwmbaca laporan keuangan dan catatan yang menyertai serta mempertimbangakan kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang diantisipasi dalam perencanaan audit atau diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantive.

Mengevaluasi temuanLangkah-langkah dalam evaluasi temuan yaitu :

1.      Membuat penilaian akhir atas meterialitas dan resiko audit2.      Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemampuan entitas untuk

mempertahankan kelanjutan usahanya3.      Melakukan review teknis atas laporan keuangan4.      Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit5.      Melakukan review akhir atas kertas kerja

Komunikasi dengan klien1. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internalSetiap laporann yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus :

a.       Menunjukan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal.

b.      Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan.c.       Menyertakan pembatasan pembagian

2. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan auditMempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tetentu berkenaan dengan

pelaksaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan keuangan. Biasanya tanggung jawab ini dibebankan ke suatu komite audit dari dewan komisaris atau kesatu kelompok dengan wewenang yang sama seperti komite keuangan.Komunikasi dalam komite audit dapat mencakup hal-hal berikut :

a.         Tanggung jawab auditor menurut GAASb.         Kebijakan akuntansi yang signifikanc.         Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitasd.        Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansie.         Penyesuaian audit yang signifikanf.          Ketidaksepakatan dengan manajemeng.         Konsultasi dengan akuntan lainh.         Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan dirii.           Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaa audit

Tanggung jawab setelah auditMencakup pertimbangan atas :

1.      Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan audit

Page 34: Subsequent events

2.      Penemuan fakta yang ada3.      Penemuan prosedur yang dihilangkan

Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan yang dilakukan oleh auditor meliputi:1. Membuat skedul pendukung.2. Membuat skedul utama.3. Membuat working trial balance.4. Membuat ringkasan jurnal adjustment.5. Membuat laporan keuangan auditan.Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam mereview jurnal adjustment:

1.      Kebenaran akun yang didebit dan dikredit serta ketelitian penghitungan jurnal adjustment yang akan diusulkan tersebut.

2.      Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment.3.      Reaksi klien yang timbul atas adjustment yang diusulkan tersebut.

Auditor membicarakan berbagai jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan tersebut dengan klien, untuk diusulkan bagi adjustment terhadap catatan akuntansi dan penjelasan laporan keuangan klien. Jika klien menyetujui semua jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor, dan menyetujui semua penjelasan yang diusulkan oleh auditor di dalam penjelasan laporan keuangan, maka laporan keuangan auditan dan penjelasan laporan keuangan akan disajikan sebagai bagian dari laporan audit. Jika tidak semua jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan disetujui oleh klien, auditor dapat mengubah pendapatnya sedemikian rupa sehingga mencerminkan hasil auditnya terhadap laporan keuangan auditan.2.2 PERISTIWA KEMUDIAN

Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah peristiwa kemudian yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent period) kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material terhadap penyajian informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya peristiwa kemudian ini di dalam laporan auditornya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan aufitan material, sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian, pemakai laporan keuangan akan melakukan keputusan yang salah.

Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit:1.      Peristiwa yang jumlahnya material.2.      Peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.3.      Peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal

selesainya pekerjaan lapangan.Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien dibagi menjadi dua golongan:

1.      Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien.2.      Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien,

namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu.Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien.

Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen untuk menentukan saldo akun penilaian (misalnya akun Cadangan Kerugian Piutang) pada tanggal neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun tersebut. Sebagai contoh, auditor menghadapi kesulitan dalam menentukan penilaian yang wajar terhadap sediaan karena terjadinya keusangan dalam kondisi sediaan tersebut. Penjualan sediaan tersebut sebagai barang rongsokan dalam periode setelah tanggal neraca dapat dipakai oleh auditor sebagai dasar untuk menentukan nilai yang wajar bagi sediaan tersebut pada tanggal neraca. Nilai jual rongsokan yang diketahui oleh auditor setelah tanggal neraca tersebut dipakai oleh auditor untuk membuat jurnal adjusment yang diusulkan kepada klien sebagai nilai sediaan tersebut di dalam catatan dan laporan keuangan klien.Contoh peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien:

Page 35: Subsequent events

1.      Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan keuangan debitur tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut melebihi jumlah cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk oleh klien.

2.      Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan jumlah yang telah dicatat di dalam buku klien.

3.      Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha klien, dengan harga dibawah nilai bukunya kini.

4.      Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos yang dicatat di dalam buku klien.

Peristiwa kemudia yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu. Penyebab terjadinya peristiwa kemudian dalam golongan ini tidak ada sebuah tanggal neraca,tetapi peristiwa ini sangat penting sehingga memerlukan penjelasan, meskipun tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien. Umumnya peristiwa kemudian ini sudah cukup jika dijelaskan dalam catatan kaki, tetapi kadang-kadang peristiwa ini sangat penting artinya sehingga memerlukan tambahan penjelasan riwayat terjadinya dan pernyataan akibat peristiwa ini seandainya terjadi pada tanggal neraca.

Contoh peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu, misalnya sebagai catatan kaki atau penjelasan di dalam laporan audit:

1.      Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara.2.      Pengeluaran obligasi atau saham.3.      Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah tanggal

neraca.4.      Penurunan nilai pasar persediaan sebagai akibat larangan pemerintah terhadap penjualan

suatu produk.5.      Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan.

Akun yang Terpengaruh Peristiwa KemudianKas Bank klien bangkrut.

Keputusan pengadilan yang menyita data klien.Perampokan, pencurian dan penggelapan kas yang jumlahnya melebihi ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi.

Piutang Usaha Kegagalan, penagihan piutang usaha kepada sebagian besar pelanggan yang tidak diperkiraka sebelumnya.

Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga.Kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan yang mengeluarkan surat berharga yang dimiliki oleh klien sebagai investasi.Kegagalan pembayaran bunga dan pokok pinjaman oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi.Penjualan surat berharga pada harga yang jauh diatas atau di bawah kosnya.

Sediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain, yang tidak diasuransikan.Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar sediaan.Perubahan metode penentuan harga sediaan.Penggunaan sediaan yang bersifat luar biasa sebagai jaminan penarikan kredit.

Aktiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain, yang tidak diasuransikan.Rencana perluasan usaha atau pengurangan dana.Penilaian aktiva tetap.

Page 36: Subsequent events

Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang mendadak pada permintaan atau produk yang dihasilkan.

Utang Lancar Komitmen pembeliaan yang bersifat luar biasa, yang disertai dengan penurunan harga jual barang dagangan.Pembatalan kontrak pembelian.Kegagalan dalam pemabayaran utang wesel.

Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka panjang.Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman.

Modal Saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham yang beredar.Transaksi pembelian saham sebagai treasury treasury stock yang bersifat luar biasa.Reorganisasi struktur modal saham.Pengubahan utang obligasi menjadi saham biasa.Perubahan bentuk badan usaha, misalnya dari badan usaha berbentuk persekutuan (CV atau Firma) menjadi perseroan terbatas (PT) atau sebaliknya.

Saldo Laba (Retained Earnings)

Pembagian dividen yang bersifat luar biasa, yang mengganggu  modal kerja.Penyisihan saldo laba yang bersifat luar biasa.Laba atau rugi yang jumlahnya material, yang dikreditkan atau didebitkan langsung kedalam saldo laba.

Unsur lain Perubahan pimpinan puncak.Perubahan kebijakan manajemen.Perubahan undang-undang.Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan penggantian pajak (tax refund) yang bersifat luar biasa.Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal.

Prosedur audit terhadap peristiwa kemudian:1.      Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang

dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca.2.      Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu antara tanggal neraca

auditan sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit.3.      Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai peristiwa yang kemungkinan

berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan.4.      Lakukan wawancara dengan penasihat hokum klien.5.      Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca.6.      Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi penerimaan kas dari

penarikan kredit atau dari penjualan aktiva tetap yang jumlahnya material.7.      Review transaksi yang material jumlahnya yang dicatat dalam buku jurnal material.

Penjelasan prosedur audit terhadap Peristiwa kemudianPelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca. Tujuan prosedur audit ini 1a]d1al1ah nn1a

Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, efeknya terhadap penyajian laporan keuanganLaporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan

keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut.

Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai

Page 37: Subsequent events

akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut.

Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007 tersebut.

Peristiwa atau transaksi tersebut di atas merupakan “Peristiwa Kemudian atau Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.Ada dua jenis peristiwa setelah tanggal neraca seperti yang diatur dalam PSAK dan SPAP, yaitu :(1) peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaianContoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan adalah :1. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca

2. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca

3. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak benar

(2) peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaianUntuk peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian atas

penyajian laporan keuangan, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa tertentu yang mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya.

Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk setiap peristiwa tersebut :1. Jenis peristiwa yang terjadi;

2. Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat dibuat.

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetapi diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah :1. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru

2. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca

3. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilalihan aset oleh pemerintah

4. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal neraca

Page 38: Subsequent events

5. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan kewajiban pajak kini dan tangguhan

6. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran

Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan atau tidak ataupun yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan auditan membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi yang ada.

Misalnya, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan sesudah tanggal neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, sehingga membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Namun, apabila kerugian yang sama terjadi sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal neraca, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian atas laporan keuangan (Hrd).

BAB IIIPENUTUP

3.A KesimpulanAuditor diwajibkan untuk berkomunikasi dengan klien mengenai kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan pengendalian internal dan

hal-hal lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan audit. Selain itu, auditor juga mengkomunikasikan rekomendasi mengenai efisiensi dan efektivitas

operasi klien dalam surat manajemen. Terakhir, auditor mempunyai tanggung jawab tertentu setelah audit berkaitan dengan peristiwa kemudian yang terjadi

antara tanggal laporan audit dan penerbitannya, penemuan selanjutnya atas fakta yang ada pada tanggal laporan, dan penemuan selanjutnya atas prosedur

yang dihilangkan.