strategi pengelolaan wakaf tunai pada tabung wakaf...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGELOLAAN WAKAF TUNAI PADA
TABUNG WAKAF INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
Arief Wibawa Mukti
NIM: 11140530000009
KONSETRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
STRATEGI PENGELOLAAN WAKAF TUNAI PADA
TABUNG WAKAF INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
Arief Wibawa Mukti
NIM: 11140530000009
Di Bawah Bimbingan:
Lili Bariadi, M.Si
NIP. 19740519 199803 1 004
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
i
ABSTRAK
Arief Wibawa Mukti, 11140530000009, Strategi Pengelolaan
Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia. Dibawah
bimbingan Lili Bariadi, M.Si. 1440 H/2018 M.
Banyaknya masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya
menarik perhatian Negara untuk mengatur dan mengelolanya.
Dengan wakaf dikelola secara baik, maka masyarakat akan
sejahtera. Oleh karenanya, strategi pengelolaan wakaf yang baik
perlu diciptakan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Mengelola wakaf di Indonesia tentu tidak akan berjalan
baik tanpa nazhir yang professional. Sebagai sumberdaya
manusia yang mengelola wakaf, nazhir mampu meningkatkan
potensinya guna menciptakan pengelolaan wakaf yang baik.
Tabung Wakaf Indonesia sebagai lembaga wakaf yang pertama
kali berdiri di Indonesia tentu memiliki strategi khusus untuk
mengoptimalkan wakaf tunai.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan survey ke
Tabung Wakaf Indonesia dengan melakukan wawancara dan
pengumpulan-pengumpulan literatur-literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Kemudian teknik analisa yang digunakan adalah
deskriptif analisis yang menggambarkan fakta dan kejadian
yang kemudian hasilnya dianalisis bedasarkan kesesuain fakta
atau data yang terjadi dilapangan. Dalam penelitian ini, data
primer diperoleh dari wawancara kepada pihak TWI khususnya
kepada Manejer Asset. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
literatur-literatur kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian maka memperoleh fakta
bahwa strategi pengelolaan wakaf tunai pada Tabung wakaf
Indonesia menggunakan metode langsung dan tidak langsung.
tunai di TWI. Sehingga mengetahui bagaimana strategi
pengelolaan wakaf tunai pada Tabung wakaf Indonesia.
Kata kunci: Strategi, Pengelolaan, Wakaf Tunai
ii
KATA PENGANTAR
حيـــــــــم حمن الر بســـــــــم للا الر
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Strategi Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf
Indonesia”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarganya,
sahabat dan para pengikutnya.
Penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada
orang tua penulis yaitu, Ayahanda Hasan Basri dan Ibunda Sri
Mulyati (Almh) beserta keluarga yang telah memberikan kasih
sayang, do’a dan semangat yang menjadi motivasi bagi penulis
untuk dapat menyelesaikan pendidikan di kampus tercinta ini.
Selanjutnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak.
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arif Subhan, MA. sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed,
Ph.D. sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr.
iii
Roudhonah, MA. sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si.
sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. sebagai Ketua Program
Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Sugiharto, MA. sebagai Sekretaris Program Studi
Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Noor Bekti Negoro, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Lili Bariadi, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
membimbing penulis dari awal sampai akhir penelitian
skripsi ini selesai.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen
Dakwah yang telah memberikan Pengajaran dan
Pembelajaran teori maupun pengalaman hidup yang luar
biasa.
8. Seluruh Pimpinan dan Jajaran Tabung Wakaf Indonesia
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian
skripsi ini.
9. Kakakku Fitri Purnamasari dan Annisa Nur Oktaviana
yang tiada henti memberikan motivasi moril ataupun
iv
materil yang tak terhingga disaat penulis menuntut ilmu di
UIN Syarif Hidayatullah.
10. Sahabat-sahabat terbaik Konsentrasi Manajemen
ZISWAF 2014 dan teman-teman terbaik Program Studi
Manajemen Dakwah Angkatan 2014 yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, Semoga silaturahmi
tetap terjaga. Aamiin.
11. Keluarga besar Persatuan Mahasiswa Bekasi (PERMASI)
Jakarta Raya yang telah mendukung penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
12. Kawan kesetiakawanan sosial Karang Taruna unit 10
Jaticempaka, Karang Taruna Kecamatan Pondok Gede
yang telah memberikan pengalaman yang berarti buat
penulis.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai
manusia biasa, mungkin mempunyai kekurangan atau
kelemahan. Begitupun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
masih banyak yang harus diperbaiki dan diperbaharui oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan untuk kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga berharap, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.
Billahittaufiq Wal Hidayah.
Jakarta, 10 Oktober 2018
Arief Wibawa Mukti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 8
D. Metodologi Penelitian ............................................ 9
E. Tinjauan Kajian Pustaka ......................................... 14
F. Sistematika Penulisan ............................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Wakaf .................................................................... 17
1. Pengertian Wakaf ............................................. 17
2. Dasar hukum Wakaf ......................................... 20
3. Wakaf Tunai ..................................................... 23
4. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai ........................ 26
5. Macam-macam Wakaf ...................................... 33
6. Tujuan dan Manfaat Wakaf Tunai .................... 34
B. Strategi ................................................................... 37
1. Pengertian Strategi ........................................... 37
2. Tahapan Strategi ............................................... 39
C. Pengelolaan Wakaf................................................. 41
1. Pengertian Pengelolaan..................................... 41
vi
2. Bentuk Pengelolaam …………………………. 43
a. Fundraising/Penghimpunan ……………….43
b. Pendayagunaan ……………………………45
3. Dasar Hukum Pengelolaan Wakaf …………….48
BAB III SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF
INDONESIA
A. Gambaran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia ....... 51
1. Latar Belakang Tabung Wakaf Indonesia ......... 51
2. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia
......................................................................... 53
3. Visi, Misi dan Tujuan didirikanya Tabung Wakaf
Indonesia .......................................................... 54
B. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia ......... 55
C. Program Tabung Wakaf Indonesia ......................... 56
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tabung Wakaf Indonesia …………………..……..65
1. Pengertian …………………………….……….65
2. Bentuk dan Badan Hukum TWI ……......…….65
3. Tujuan TWI ……………………………..…….66
B. Program Wakaf Tunai TWI ……………………….66
1. Program Sosial …………………………..…….67
2. Program Produktif ………………………...…..70
BAB V STRATEGI PENGELOLAAN WAKAF TUNAI
PADA TABUNG WAKAF INDONESIA
vii
A. Strategi Pengelolaan Wakaf Tunai .......................... 75
B. Analisis SWOT Tabung Wakaf Indonesia ............. 83
C. Penghimpunan dan Pendistribusian ……………….89
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................ 95
B. Saran ...................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………99
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amalan wakaf sangat besar bagi kehidupan sosial
ekonomi, kebudayaan, keagamaan dan struktur masyarakat
luas. Oleh sebab itu Islam meletakkan amalan wakaf sebagai
salah satu macam ibadah yang amat digembirakan.1
Masyarakat sebelum Islam telah mempraktikkan sejenis
wakaf, sebab pada masa itu telah dikenal praktik sosial yang
diantaranya adalah menderma sesuatu dari seseorang untuk
kepentingan umum atau dari satu orang untuk semua
keluarga.
Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7
Masehi, perwakafan tanah telah ada dan berlaku dalam
masyarakat Indonesia berdasarkan hukum Islam dan hukum
adat, meski belum ada peraturan perundingan tertulis yang
mengaturnya.2 Adapun benda yang di wakafkan pada waktu
itu pada umumnya adalah benda-benda tak bergerak (seperti
tanah) dan eksistensi wujudnya akan terus ada hingga akhir
zaman.
1Ahmad Azhar Basyir M.A., Hukum Islam Tentang Wakaf,
Ijarah,Syirkah,cet. Ke-1 (Bandung: PT al-maarif,1977),h.7. 2 Imam Suhadi, Wakaf Untuk Kesejahteraan Ummat,cet. Ke-1
(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,2002),h.39.
2
Biasanya wakaf ini berupa properti seperti Masjid, Tanah,
bangunan Sekolah, Pondok pesantren, dan lain-lain.
Sementara, kebutuhan masyarakat saat ini sangat besar
sehingga mereka membutuhkan dana tunai untuk
meningkatkan kesejahteraan. Berdasarkan prinsip wakaf
tersebut dibuatlah inofasi produk wakaf yaitu wakaf tunai,
yakni wakaf yang tidak hanya berupa properti tetapi wakaf
dengan dana (uang) secara tunai.3 Usaha untuk merevitalisasi
unsur wakaf guna memberikan berbagai macam ekonomi
memerlukan trobosan pemikiran tentang konsep tersebut yang
sesuai dengan perkembangan yang ada, tetapi tidak
meninggalkan unsur syari’ah.4
Banyaknya masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya
menarik perhatian Negara untuk mengatur dan
mengelolahnya. Dengan wakaf yang dikelola secara baik,
maka masyarakat akan sejahtera. Oleh karenanya, strategi
pengelolahan wakaf yang baik perlu diciptakan untuk
mencapai tujuan yang maksimal.
Di Indonesia, bentuk wakaf tunai belum dikenal secara
luas. Wakaf tunai memperoleh fatwa halal oleh majlis ulama’
Indonesia (MUI) pada tahun 2002. Menyusul kemudian UU
No.41 Tahun 2004 tentang wakaf dan peraturan pemerintah
3 Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual (Jakarta: Gema insani press,
2003),h.155. 4 M.A. Mannan, sertifikat wakaf tunai sebuah inovasi instrument
keuangan islam (Jakarta; CIBER-PKTI-UI,t.t),h.94.
3
RI No.42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang didalamnya
mengatur tentang wakaf benda bergerak telah disahkan.
Dalam UU wakaf, wakif dapat mewakafkan benda
bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang
ditunjuk oleh mentri.5 Namun pada saat ini beberapa lembaga
amil zakat di Indonesia telah ada yang mulai menghimpun
wakaf tunai. Dari fenomena tersebut ada hal yang kurang
sesuai antara lembaga keuangan syariah (LKS) sebagai tempat
penerimaan wakaf tunai yang ditentukan oleh pemerintah
dengan adanya lembaga lain non LKS yang juga menerima
wakaf tunai semisal lembaga amil zakat.
Wakaf tunai dalam bentuknya, di pandang sebagai salah
satu solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih
produktif. Karena uang di sini tidak lagi dijadikan sebagai alat
tukar menukar saja, lebih dari itu, ia merupakan komoditas
yang siap memproduksi,. dalam hal pengembangan lain. Oleh
sebab itu, sama dengan jenis komoditas yang lain, wakaf uang
juga dipandang dapat memunculkan sesuatu hasil yang lebih
banyak. Uang, sebagai nilai harga sebuah komoditas, tidak
lagi di pandang semata-mata sebagai alat tukar, melainkan
sebagai komoditas yang siap dijadikan alat produksi. Ini dapat
diwujudkan dengan misalnya, memberlakukan sertifikat
wakaf uang yang siap disebarkan ke masyarakat.
5 Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, pasal 28.
4
Model ini memberikan keuntungan bahwa wakif dapat
secara fleksibel mengalokasikan hartanya dalam bentuk
wakaf. Demikian wakif tidak memerlukan jumlah uang yang
besar untuk selanjutnya dibelikan barang produktif. Juga,
wakaf seperti ini dapat diberikan dalam satuan yang lebih
kecil.
Wakaf uang juga memudahkan mobilisasi uang di
masyarakat melalui sertifikat tersebut karena beberapa hal.
Pertama, lingkup sasaran pemberi wakaf (wakif) bisa menjadi
lebih luas dibanding dengan wakaf biasa. Kedua, dengan
sertifikat tersebut, dapat dibuat berbagai macam pecahan yang
disesuaikan dengan segmen muslim yang dituju yang
dimungkinkan memiliki kesadaran beramal tinggi.6
Wakaf benda bergerak, seperti dengan uang telah
dikembangkan oleh M. A. Manan dengan formulasi sertifikat
wakaf tunai, telah memberikan rangsangan untuk keluar dari
kebekuan pemikiran tentang wakaf. Sertifikat wakaf tunai
merupakan usaha inovasi financial di bidang perwakafan yang
kalau berhasil dijalankan dengan baik maka akan memberikan
implikasi ekonomi yakni mampu meningkatkan kesejahteraan
umat.
Dalam hal ini, Indonesia harus belajar dari Bangladesh,
tempat kelahiran instrument eksperimental melalalui Social
6 HM Cholil Nafis, “Menggali Sumber Dana Umat Melalui Wakaf
Uang,” Artikel diakses pada 21 Maret 2018 dari www.nu.or.id
5
Invesment Bank Limited (SIBL) yang menggalang dana dari
orang-orang kaya untuk dikelola dan disalurkan kepada rakyat
dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteran sosial
lainnya melalui mekanisme produk funding baru berupa
Sertifikat Wakaf Tunai (Cash Certificate Waqf) yang akan
dimiliki oleh pemberi dana tersebut. Dalam instrumen
keuangan baru ini, Sertifikat Wakaf Tunai merupakan
alternative pembiayaan yang bersifat sosial dan bisnis serta
partisipasi aktif dari seluruh warga negara yang kaya untuk
berbagi kebahagian dengan saudaranya dalam menikmati
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial lainnya
dengan baik.
Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah saat ini
untuk menyediakan dana bagi pengentasan kemiskinan,
peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat
Indonesia, maka usaha meningkatkan gerakan wakaf tunai
dirasakan perlu dan mendesak sebagai instrumen keuangan
alternatif yang dapat mengisi kekurangan-kekurangan badan
sosial yang telah ada.7
Terdapat empat manfaat utama dari wakaf tunai. Pertama,
wakaf tunai jumlahnya lebih bervariasi sehingga seseorang
yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan
dana wakafnya tanpa harus mnunggu menjadi tuan tanah
7 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf
Tunai (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyrakat Islam, 2006),
h.75
6
terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf tunai asset-asset wakaf
yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan
dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan
pertanian. Ketiga, dana wakaf tunai juga bisa membantu
sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terkadang
kembang kempis dan menggaji civitas akademika ala
kadarnya. Keeempat, umat Islam dapat lebih mandiri dalam
mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung
pada anggaran pendidikan negara yang semakin lama semakin
terbatas.8
Sesuai dengan Undang-undangan Nomor 41/2004;
Tabung Wakaf Indonesia (adalah Nazir Wakaf) berbentuk
Badan Hukum. oleh karenanya, pengurus badan hukum
Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi persyaratan sebagai
Nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat
(1) Undang-undangan Wakaf Nomor 41/2004. badan hukum
ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan
keagamaan islam.
Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau
badan otonom, dan dengan landasan Badan Hukum Dompet
Dhuafa, Sebagai sebuah badan hukum yayasan yang telah
8Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Islam dan
Penyelenggaraan Haji, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia
(Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2005), h.19
7
kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir Wakaf
sebagaimana dimaksud undang-undang Wakaf tersebut.
Melihat hal tersebut, penulis akhirnya berupaya untuk
meneliti masalah dengan judul “Strategi Pengelolaan Wakaf
Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah dan
terperinci, penulis membatasi permaslahan yang akan dibahas
pada “Strategi Pengelolaan Wakaf Tunai pada Lembaga
Tabung Wakaf Indonesia”.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana strategi pengelolaan wakaf tunai pada lembaga
Tabung Wakaf Indonesia?
b. Bagaimana Analisis SWOT Tabung Wakaf Indonesia?
c. Bagaimana Penghimpunan dan Pendistribusian dana
Wakaf?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf tunai pada lembaga
Tabungan Wakaf Indonesia.
b. Untuk mengetahui analisis SWOT Tabung Wakaf
Indonesia.
8
c. Untuk mengetahui penghimpunan dan pendistribusian
dana wakaf.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Bagi Akademis, menambah dan memperluas ilmu
pengetahuan tentang Lembaga Amil Zakat atau Baitul
Maal, terutama bagaimana pendayagunaan zakat, infak,
sedekah yang diberikan untuk kepentingan ekonomi
masyarakat.
b. Bagi Pedoman, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk pihak-pihak terkait yang membutuhkan.
c. Bagi Rekomendasi atau lembaga, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat
bagi perusahaan atau lembaga untuk dimasa yang akan
datang, dalam melayani masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan
tentang langkah-langkah sistematis dan logis, tentang
pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk
diolah, dianalisa, dan diambil kesimpulan.
Dalam teknik pengumpulan data, penulis mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
9
1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif-
deskriptif yang menggambarkan secara sistematis mengenai
apa yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisis kembali
untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian.
Menurut Strauss dan Corbin yang dikutip oleh Wiratna dalam
bukunya Metodologi Penelitian, yang dimaksud penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-
cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). 9
Metode kualitatif-deskriptif ini penulis lakukan dengan
terjun langsung ke lapangan kemudian mendeskripsikannya
secara sistematis, mengenai masalah yang diteliti dan
menganalisisnya kembali untuk mendapatkan hasil.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian
adalah dari mana data dapat diperoleh langsung oleh
pengumpul data dari objek risetnya.10
Informan dalam
data premier ini adalah Bapak Parmiji selaku Manajer
Asset Wakaf di Tabungan Wakaf Indonesia.
9V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Yogyakarta:
Pustakabaru, 2014, h. 6. 10Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2009), h. 157
10
b. Data Sekunder
Adalah semua data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek yang diteliti merupakan data tambahan yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Berupa
beberapa dokumen-dokumen, surat kabar, jurnal, buku-
buku perpustakaan serta buku-buku koleksi penulis.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Tabungan Wakaf
Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah Pengelolaan
wakaf tunai pada Tabungan Wakaf Indonesia
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan April –
Oktober 2018 Penelitian ini dilakukan pada Tabungan Wakaf
Indonesia, yang berlokasi di Komplek Perkantoran Graha
Tunas Kav.E Lt.4 Jl. Warung Jati Barat No. 63, Buncit –
Jakarta Selatan. Telp. 021 7947617 Fax. 021 7984887, Email:
[email protected], website: www.tabunganwakaf.
Com.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, Teknik pengumpulan data
dilakukan sebagaiberikut:
a. Wawancara
11
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematis dan berlandaskan dengan tujuan penelitian.11
metode ini dilakuakan oleh peneliti dengan cara meminta
informasi atau menggali informasi baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada responden (orang yang
diwawancara atau yang dimintai informasi) dari pihak
Kantor Tabungan Wakaf Indonesia Jakarta Selatan Yakni
Bapak bapak Parmiji selaku Manajer Asset Wakaf.
b. Observasi
Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemusatan perhatian sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera, dapat dilakukan melalui
pengelihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan
pengecap, dan juga dilakukan dengan tes, kuesioner,
rekaman gambar atau rekaman suara.12
Dalam hal ini peneliti terjun langsung dan melakukan
observasi ke kantor Tabung Wakaf Indonesia
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. dokumentasi dapat berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
11DSutrisno Hadi, Metode Research III, (Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h. 193 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Prakteki, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h.128
12
seseorang. pada penelitian ini peneliti mengumpulkan,
membaca, memperoleh, dan mempelajari berbagai macam
bentuk data melalui pengumpulan dokumen-dokumen
yang ada di, serta data-data lain dari perpustakaan yang
dapat dijadikan Analisa untuk hasil pada penelitian ini.
6. Sumber dan Teknik Analisis Data
Dalam kaidah metodelogi penelitian, menurut cara
perolehanya sumber data dibagi menjadi dua, yakni data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan,
kelompok, atau organisasi. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau
tersedia melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkab
berbagai organisasi atau perusahaan.
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif
yaitu penulis mencoba memaparkan semua data informasi
yang diperoleh, kemudian menganalisa data serta
menggambarkan objek penelitian dengan apa yang ada sesuai
dengan kenyataan. Adapun yang dijadikan subjek penelitian
adalah kantor Tabungan Wakaf Indonesia Jakarta Selatan.
7. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis. Maksudnya adalah analisis gambaran
secara objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan
13
kualitatif, datanya diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
ini adalah model analisis data mengalir (flow model). Adapun
langkah analisis dalam metode ini, yakni pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
8. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi kali ini penulis berpedoman pada
buku pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang
diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2017.
E. Tinjauan Kajian Pustaka
Tinjauan studi terdahulu dari penelitian ini antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan Wakaf Tunai
Pada Lembaga Wakaf dan Pertanahan Pengurus Besar
Nahdhlatul Ulama (LWP PBNU)” karya Abdurohman
Wahid, konsentrasi Manajemen Zakat, Infaq, Shadaqoh
dan Wakaf. Program studi Manajemen Dakwah, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakata, tahun 2017. Skripsi ini menjelaskan
bagaimana gambaran pengelolaan wakaf tunai pada
Lembaga Wakaf dan Pertanahan Pengurus Besar
Nahdhlatu Ulama (LWP PBNU).
14
2. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Dana dan Hasil Wakaf
Tunai Tabung wakaf Indonesia untuk Pengembangan
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)” karya Nur Aini,
konsentrasi Perbankan Syariah, program studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2011. Skripsi ini menjelaskan bagaimana
pengelolaan hasil wakaf tunai yang dipergunakan untuk
program kesehatan yang ada di Tabung Wakaf Indonesia
yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
3. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan wakaf Tunai Pada
Tabung Wakaf Indonesia Untuk Pemberdayaan Bidang
Pendidikan” karya Holiah, program studi Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Skripsi ini
menjelaskan tentang pengelolaan dana wakaf untuk
pemberdayaan bidang pendidikan yang ada di Tabung
Wakaf Indonesia. Dalam skripsi ini, penulis memberikan
gambaran yang jelas mengenai pengelolaan dana wakaf
pada bidang pendidikan yaitu SMART Ekselensia
Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, skripsi ini dibagi dalam
lima bab yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi
lagi menjadi sub-sub bab yang mempertajam ide-ide pokok,
15
sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang saling
menjelaskan sebagai satu pemikiran.
BAB I Pendahuluan
Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai
acuan pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus
mencerminkan isi global skripsi yang berisi tentang latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,
kerangka teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan
teori mengenai pengertian wakaf dan wakaf tunai, dan
manajemen pengelolaan wakaf.
BAB III Gambaran Umum Tabung Wakaf Indonesia
Menjelaskan gambaran umum Tabung Wakaf Indonesia.
Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi Kerja, Dasar
Hukum dan Produk-produk Tabung Wakaf Indonesia.
BAB IV Data dan Temuan
Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil data dan
temuan penelitian.
BAB IV Analisis dan Penelitian
16
Merupakan pembahasan dan analisis Tabung Wakaf
Indonesia dari data-data yang diperoleh dari penelitian hingga
diketahui hasilnya, yang kemudian dilakukan analisis
terhadap hasil guna mendapatkan kesimpulan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian dan saran-saran baik untuk
lembaga dalam mengoptimalkan pengelolaan dan
pengaplikasian wakaf tunai agar hasilnya lebih efisien.
Berikutnya disebutkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Wakaf secara bahasa berasal dari kata waqofa-yaqifu yang
artinya berhenti, lawan dari kata istamara. Kata ini ini sering
disamakan dengan al- tahbis atau al-tasbil yang bermakna al-
habs „an tasarruf, yakni mencegah dari mengelolah.1
Perkataan wakaf juga dikenal dalam istilah ilmu tawid yang
bermakna menghentikan bacaan, baik seterusnya mapun untuk
mengambil nafas sementara. Bahkan wakaf dengan makna
berdiam ditempat juga dikaitkan dengan wukuf yakni berdiam di
arafah pada tanggal 9 dzulhujjah ketika menunaikan ibadah haji.2
Wakaf menurut istilah adalah penahanan harta yang diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang
mubah serta dimaksudkan untuk mendapatkan ridho Allah SWT.3
Sedangkan dalam buku- buku fiqh, para ulama berbeda
pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut
membawa akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan.
Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut:
a. Wakaf menurut Abu Hanifah adalah menahan suatu benda
yang menurut hokum, tetap milik si wakif dalam rangka
1 Muhammad bin Ismail Al-amir Ash-Shan‟ani, Subulus Salam III,Cet.I,
(Surabaya; Al-ikhlas,1995), h.315 2 Farid wajdy dan mursyid, wakaf dan kesejateraan umat (filantroppi
islam yang hamper terlupakan), (pustaka pelajar,2007), h.29. 3 Depag RI, pedoman pengelolaan dan pengembangan wakaf, h.25
18
mempergunakan manfaatnya untuk kebijakan. Berdasarkan
definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si
wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh
menualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta
warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf
hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab
hanafi mendefinisikan wakaf adalah : “tidak melakukan suatu
tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak
milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu
pihak kebijakan (sosial),baik sekarang maupun akan datang”.
b. Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif,
namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan
yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut
kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan
manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakifnya.
Maka dalam hal ini wakaf tersebut mencegah wakif
menggunakan harta wakafnya selama masa tertentu sesuai
dengan keinginan wakif ketika mengucapkan akad (sighat).
Jadi pada dasarnya perwakafan ini berlaku untuk suatu masa
tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf
kekal (selamanya).
c. Mazhab Syafi‟i dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa
wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan.
Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang
diwakafkan, seperti perlakuan pemilik dengan cara
19
pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau
tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak
dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan
manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf alaih
(yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana
wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya
tersebut.
Apabila wakif melarangnya, maka qadli berhak
memaksanya agar memberikannya kepada mauquf „alaih.
Karena itu mazhab syafi‟i mendefinisikan wakaf adalah:
“Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang
berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan
manfaatnya kepada suatu kebijakan (sosial)”.4
Sementara wakaf dalam undang-undang no.41 tahun 2004
tentang wakaf, disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan
hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut
syariah.5
Sebagai konsep sosial yang memiliki dimensi ibadah,
wakaf juga disebut amal shdaqah jariyah, dimana pahala
yang didapat oleh wakif akan selalu mengalir selama harta
tersebut masih ada dan bermanfaat. Dengan demikian, harta
wakaf tersebut menjadi amanat Allah kepada orang atau
4 Fiqih wakaf, (Direktorat pemberdayaan wakaf, direktorat jendral
bimbingan masyarakat islam departemen agama RI.Jakarta;2007),h.1.3 5 Undang-Undang No.41 Tahun 2004, tentang wakaf Bab 1 pasal 1.
20
badan hukum (sebagai nazir) untuk mengurus dan
mengelolahnya.6
Wakaf tunai (cash wakaf) sudah dipraktekkan sejak awal
abad kedua hijriyah. Imam az-zuhri (wafat 124 H)
memfatwakan, dianurkan wakaf dinar dan dirham untuk
pembangunan saranah dakwah, sosial, dan pendidikan ummat
Islam. Adapun caranya adalah dengan menadikan uang
tersebut sebagai modal usaha kemudian menyalurkan
keuntungannya sebagai wakaf.7
2. Dasar Hukum Wakaf
Secara umum tidak terdapat ayat Al-Quran yang
menerangkan konsep wakaf secara jelas . Oleh karena wakaf
termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para
ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-quran yang menjelaskan tentang
infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Surat Al-Hajj ayat 77 yang berbunyi:
يا أيها الريه آمىىا ازكعىا واسجدوا واعبدوا زبكم وافعلىا الخيس
تفلحىن لعلكم
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,
6 Fiqih wakaf,cet.ke-4 (Jakarta; Direktorat Pemberdayaan Wakaf
Direktorat Jendral Bimbingan Islam Departemen Agama RI,2006),h.69. 7“wakaf tunai‟‟ investasi abadi manfaatnya mengalir tiada henti,‟‟
http://www.hidayatullah.com, akses 5 September 2018
21
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan.”(Q.SAl-Hajj:77)
b. Surat Ali-Imran ayat 92 yang berbunyi
له تىالىا البس حت ا تحبىن وما تىفقىا مه شيء فإن للا تىفقىا مم
به عليم
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.”(Qs. Ali-Imran 3:92).
c. Surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi:
كمثل حبة أوبتت سبع سىابل مثل الريه يىفقىن أمىالهم في سبيل للا
واسع عليم في كل سىبلة مائة حبة يضاعف لمه يشاء وللا وللا
Artinya: “Perumpaman orang-orang yang menafkahkan
hartanya mereka di jalan Allah adalah serupa dengan butir benih
yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji.
Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha luas (karuniaNya) Lagi Maha
Mengetahui.” (Al-Baqarah 2:261).
Selain itu juga ada beberapa sumber hokum yang berasal
dari hadits yang berkaitan dengan wakaf,diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Hadits yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang
22
menceritakan tentang kisah umar bin al-khatab ketika
memperoleh tanah di khaibar8 setelah ia meminta petunuk nabi
tentang tanah tersebut, nabi menganjurkan untuk menahan asal
tanah dan menyedekahkan hasilnya.
“Umar memperoleh tanah di khaibar, lalu dia bertanya
kepada nabi dengan berkata: wahai rosulullah, saya telah
memperoleh tanah di khaibar yang nilainya tinggi dan tidak
pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya dari padanya.
Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk
melakukaknnya? Sabda rosulullah: “kalau kamu mau, tahan
sumbernya dan sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu
umar menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan,
atau dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir
miskin, untuk keluarga, untuk memerdekakakn budak, untuk
orang yang berperang dijalan Allah, orang musafir dan para
tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara yang
sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti memakan atau
memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber
pendapatan.” (H.R. Muslim)
b. Hadits lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang
diceritakan oleh imam muslim dari Abu Hurairah. Nash hadis
tersebut adalah9:
8 Ibnu hajar al-asqolani, terjemah bulughul maram,cet.XXXVII,
Diterjemahkan oleh A.Husnan, (Bandung: CV.Penerbit Diponegoro, 2006),
h.410 9 Muhammad Nashirudin Al-Albani, Mukhtassar shahih muslim, cet
I.Diterjemahkan oleh KMCP dan Imron Rosadi,(Jakarta; Pustaka Azzam
Anggota IKAPI DKI,2003),h.701
23
“Apabila seorang manusia itu meninggal dunia, maka
terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber,
yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan yang bias
diambil manfaatnya, dan anak sholeh yang mendoakannya.”
(H.R.Muslim)
3. Wakaf Tunai
Wakaf tunai (cash waqf atau waqf al-nuqud) merupakan salah
satu wakaf benda bergerak yang dispesifikasi berupa uang.
Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan sesorang, kelompok
orang, lembaga atau badan hokum dalam bentuk uang tunai,
termasuk dalam pengertian uang adalah surat berharga. Wakaf
tunai merupakan bentuk wakaf produktif dengan mekanisme
investasi dana wakaf dan menyalurkan hasil dari pokok modal
yang diinvestasikan.
Membandingkannya dengan wakaf tanah misalnya, wakaf
tanah hanya dinikmati oleh masyarakay yang berdomisili di
sekitar harta wakaf tersebut berada. Semantrara masyarakat
miskin berdomisili diberbagai tempat, sehingga dibutuhkan
sumber pendanaan baru yang tidak terkait tempat dan waktu.
Sebab uang bersifat fleksibel dan tidak mengenal batas wilayah
pendistribusian.
Adapun dalil Al-Qur‟an yang menjadi landasan hukum bagi wakaf
tunai ini adalah Al-Qur‟an Surat Ali Imron ayat 92
24
ا تحبىن وما تىفقىا مه شيء له تىالىا البس تىفقىا مم حت فإن
به عليم للا
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (Q.S Ali-Imron ayat 92)
كمثل حبة أوبتت سبع مثل الريه يىفقىن أمىالهم في سبيل للا
يضاعف لمه يشاء سىابل في كل سىبلة مائة حبة وللا وللا
واسع عليم
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S Al-Baqarah
ayat 262)
ثم ل يتبعىن ما أوفقىا مىا ول الريه يىفقىن أمىالهم في سبيل للا
م عىد زبهم ول خىف عليهم ول هم يحزوىن أذي لهم أجسه
Artinya: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan
dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
25
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (Q.S Al-Baqarah ayat 262).
Berdasarkan ayat tersebut, maka wakaf uang hukumnya
jawaz (boleh) dengan ketentuan:
a. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan sacara syara‟.
b. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
Terdapat beberapa aturan dalam wakaf benda bergerak berupa
uang (wakaf tunai) antara lain:
a. Wakaf tunai melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk
oleh mentri.
b. Pernyataan kehendak wakif tentang wakaf tunai harus tertulis.
c. Lembaga keuangan syariah menerbitkan sertifikat wakaf uang
yang disampaikan kepada wakif dan nadzir sebagai bukti
penyerahan harta benda wakaf.
d. Lembaga keuangan syariah atas nama nadzir mendaftarkan
benda wakaf berupa uang kepada mentri (Ali Amin Isfandiar).
Di Indonesia, pada tanggal 11 mei 2002 komisi fatwa majlis ulama
Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa tentang wakaf uang, yang
isinya sebagai berikut:10
a. Wakaf uang (cash waqf atau waqf al-nuqud) adalah wakaf
yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau
badan hokum dalam bentuk uang tunai. Termasuk kedalam
10 Helmi Abidin, Sertifikat Wakaf Tunai Sebagai Suatu Alternatif
Komoditas Wakaf: Sebuah Studi Eksplorasi, Skripsi (Malang: UIN Malang),
2004, h.45
26
pengertian uang adalah surat-surat berharga. Wakaf uang
hukumnya jawaz (boleh).
b. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk
hal-hal yang diperbolehkan secara syar‟i
c. Nilai pokok wakaf uang harus di jamin kelestariannya, tidak
boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
Sedangkan model pengelolaan wakaf tunai menurut monzer
kahf ada dua, yaitu model pembiayaan harta wakaf tradisional
(misalnya; pinjaman dan persewaan) dan model pembiayaan
secara institusional (diinvestasikan guna membiyai proyek-
proyek yang menguntungkan).
4. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai
Dalam bahasa arab kata rukun memiliki makna yang sangat
luas. Secara etimologi rukun biasa diterjemahkan dengan sisi
yang terkuat. Karenanya, kata “rukn al-syai” kemudian diartikan
sebagai sisi dari sesuatu yang menjadi tempat bertumpu. Adapun
dalam terminolog fikih rukun adalah sesuatu yang dianggap
menentukan suatu disiplin tertentu, dimana ia merupakan bagian
integral dari disiplin itu sendiri atau dengan kata lain rukun
adalah penyempurna sesuatu dimana ia merupakan bagian dari
sesuatu itu.11
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan
syaratnya. Rukun wakaf ada empat (4), yaitu :
11 Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf Kajian
Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf
serta Penyelesaian atas sengketa Wakaf, cet.1, (Ciputat : Dompet Dhuafa
Republika, 2004), h.87.
27
a. Wakif (orang yang mewakafkan harta)
b. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan)
c. Mauquf alaih (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf)
d. Shigat (pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak
untuk mewakafkan sebagian harta bendanya).12
Adapun syarat dari rukun-rukun tersebut:
a. Syarat Wakif
Orang yang mewakafkan (wakif) disyaratkan memiliki
kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent)
dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan bertindak disini
meliputi empat (4) kriteria, yaitu :
1) Merdeka
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba
sahaya) tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak
milik dengan cara memberikan hak milik itu kepada orang
lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak
milik, dirinya dan apa yang dimiliki adalah kepunyaan
tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah mengatakan bara
para fuqaha sepakat, budak itu boleh mewakafkan
hartanya bila ada ijin dari tuannya, karena ia sebagai
wakil darinya. Bahkan Adz-Zahiri (pengikut Daud adz-
Dzahiri) menetapkan bahwa budak dapat memiliki sesuatu
yang diperoleh dengan jalan waris atau „tabarru‟. Bila ini
dapat memiliki sesuatu berarti ia dapat pula
membelanjakan miliknya itu. Oleh karena itu ia boleh
12 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 21-23.
28
mewakafkan, walaupun hanya sebagai tabarru‟ saja.
2) Berakal sehat
Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah
hukumnya, sebab ia tidak berakal, tidak mumayyiz dan
tidak cakap melakukan akad serta tindakan lainnya.
Demikian juga wakaf orang lemah mental (idiot), berubah
akal karena faktor usia, sakit atau kecelakaan,
hukummnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan
tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.
3) Dewasa (baligh)
Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa
(baligh) hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak
cakap melakukan akad dan tidak cakap pula untuk
menggugurkan hak mlikknya.
4) Tidak berada dibawah pengampuan (boros/lalai)
Orang yang berada dibawah pengampuan dipandang tidak
cakap untuk berbuat kebaikan (tabarru‟), maka wakaf
yang dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi berdasarkan
ihtisan, wakaf orang yang berada dibawah pengampuan
terhadap dirinya sendiri selama hidupnya hukumnya sah.
Karena tujuan dari pengampuan ialah untuk menjaga harta
wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu yang
tidak benar, dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi
beban orang lain
29
b. Syarat Mauquf Bih (harta yang diwakafkan)
Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama
tentang syarat sahnya harta yang diwakafkan, kedua tentang
kadar benda yang diwakafkan.
1) Syarat sahnya harta wakaf
Harta yang akan diwakafkan harus mutaqawwam.
Pengertian harta yang mutaqawwam (al-mal al
mutaqawwam) menurut madzhab Hanafi ialah segala
sesuatu yang dapat disimpan dan halal digunakan dalam
keadaan normal (bukan dalam keadaan darurat). Karena
itu madzhab ini memandang tidak sah mewakafkan :
a) Sesuatu yang bukan harta, seperti mewakafkan
manfaat dari rumah sewaan untuk ditempati.
b) Harta yang tidak mutaqawwam, seperti alat-alat musik
yang tidak halal digunakan atau buku-buku anti Islam,
karena dapat merusak Islam itu sendiri.
c) Harta yang diwakafkan harus diketahui dengan yakin
(„ainun ma‟lumu), sehingga tidak akan menimbulkan
persengketaan. Karena itu tidak sah mewakafkan yang
tidak jelas seperti satu dari dua rumah.
d) Milik wakif
Hendaklah harta yang diwakafkan milik penuh dan
mengikat bagi wakif ketika ia mewakafkannya. Untuk
itu tidak sah mewakafkan sesuatu yang bukan milik
wakif.
e) Terpisah, bukan milik bersama (musya‟)
30
Milik bersama itu adakalanya dapat dibagi, juga
adakalanya tidak dapat dibagi.
2) Kadar harta yang diwakafkan13
Sebelum undang-undang wakaf diterapkan, Mesir
masih menggunakan pendapatnya mazhab Hanafi tentang
kadar harta yang diwakafkan. Yaitu harta yang akan
diwakafkan seseorang tidak dibatasi dalam jumlah
tertentu sebagai upaya menghargai keinginan wakif,
berapa saja yang ingin diwakafkan.
Sehingga dengan penerapan pendapat yang demikian bisa
menimbulkan penyelewengan sebagai wakif, seperti
semua harta pusakanya kepada pihak kebajikan dan lain-
lain tanpa memperhitungkan derita atas keluarga yang
ditinggalkan.
Pembatasan kadar harta yang diwakafkan cukup
relevan diterapkan di Indonesia, yaitu tidak melebihi
sepertiga harta wakif untuk kepentingan kesejahteraan
anggota keluarganya. Konsep pembatasan harta yang
ingin diwakafkan oleh seorang wakif selaras dengan
peraturan perundangan dalam intruksi presiden RI No.1
tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) bab
wasiat, pasal 201.
13 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h 39.
31
c. Syarat Mauquf „Alaih (Penerima Wakaf)14
Yang dimaksud dengan mauquf „alaih adalah tujuan
wakaf (peruntukan wakaf). Wakaf harus dimanfaatkan dalam
batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan Syariat Islam.
Karena pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang
mendekatkan diri manusia kepeda Tuhan. Karena itu mauquf
alaih (yang diberi wakaf) haruslah pihak kebajikan. Para
faqih sepakat berpendapat bahwa infaq kepada pihak
kebajikan itulah yang membuat wakaf sebagai ibadah yang
mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.
Namun terdapat perbedaan pendapat antara para faqih
mengenai jenis ibadat disini, apakah ibadat menurut
pandangan Islam ataukah keyakinan wakif atau keduanya,
yaitu menurut pandangan Islam dan keyakinan wakif.
1) Madzhab Hanafi mensyaratkan agar mauquf „alaih (yang
diberi wakaf) ditunjukan untuk ibadah menurut
pandangan Islam dan menurut keyakinan wakif. Jika tidak
terwujud salah satunya, maka wakaf tidak sah. Karena itu:
a) Sah wakaf orang Islam kepada semua syi‟ar-syi‟ar
Islam dan pihak kebajikan, seperti orang-orang
miskin, rumah sakit, tempat penampungan dan
sekolah. Adapun wakaf selain syi‟ar-syi‟ar Islam dan
pihak-pihak kebajikan hukumnya tidak sah, seperti
klub judi.
14 Depag RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: direktorat pemberdayaan wakaf
dirjen bimas Islam depag RI, 2006), h 46
32
b) Sah wakaf non muslim kepada pihak kebajikan umum
seperti tempat ibadat dalam pandangan Islam seperti
pembangunan masjid, biaya masjid, bantuan kepada
jamaah haji dan lain-lain. Adapun kepada selain pihak
kebajikan umum dan tempat ibadat dalam pandangan
agamanya saja seperti pembangunan gereja, biaya
pengurusan gereja hukumnya tidak sah.
2) Madzab Maliki mensyaratkan agar mauquf „alaih
(peruntukan wakaf) untuk ibadat menurut pandangan
wakif. Sah wakaf muslim kepada semua syi‟ar Islam dan
badan-badan sosial umum. Dan tidak sah wakaf non
muslim kepada masjid dan syiarsyiar Islam.
3) Madzhab syafi‟i dan Hambali mensyaratkan agar mauquf
„alaih adalah ibadat menurut pandangan Islam saja, tanpa
memandang keyakinan wakif. Karena itu sah wakaf
muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial
seperti penampungan, tempat peristirahatan, badan
kebajikan dalam Islam seperti masjid. Dan tidak sah
wakaf muslim dan non muslim kepada badan-badan sosial
yang tidak sejalan dengan Islam seperti gereja
d. Syarat Shigat (Ikrar Wakaf)
Shigat wakaf ialah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari
orang yang berakad untuk menyatakan kehendak dan
menjelaskan apa yang diinginkannya. Status shigat secara
umum adalah salah satu rukun wakaf. Wakaf tidak sah tanpa
shigat. Setiap shigat mengandung ijab, dan mungkin
33
mengandung qabul pula. Dasar (dalil) perlunya shigat
(pernyataan) ialah karena wakaf adalah melepaskan hak milik
dan benda dan manfaat atau dari manfaat saja dan
memilikkan kepada yang lain.
5. Macam-macam Wakaf 15
Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan,
batasan waktunya, dan penggunaan barangnya :
a. Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga:
1) Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi); yaitu
apabila tujuan wakafnya untuk kepentingan umum.
2) Wakaf keluarga (dzurri); yaitu apabila tujuan wakaf untuk
memberi manfaat kepada wakif, keluarganya,
keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat
apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat, dan tua atau
muda.
3) Wakaf gabungan (musytarak); yaitu apabila tujuan
wakafnya untuk umum dan keluarga secara bersamaan.
b. Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua
macam:
1) Wakaf abadi; yaitu apabila wakafnya berbentuk barang
yang bersifat abadi, seperti tanah dan bangunan dengan
tanahnya, atau barang bergerak yang ditentukan oleh
wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana sebagian
hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan
15 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar Grup, 2006), h.161-162.
34
sisanya untuk biaya perawatan wakaf dan mengganti
kerusakannya.
2) Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwakafkan
berupa barang yang mudah rusak ketika dipergunakan
tanpa memberi syarat untuk menggganti bagian yang
rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan oleh
keinginan wakif yang memberi batasan waktu ketika
mewakafkan barangnya.
c. Berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagi menjadi dua
macam:
1) Wakaf langsung; yaitu wakaf yang pokok barangnya
digunakan untuk mencapai tujuannya, seperti masjid
untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar,
rumah sakit untuk mengobati orang sakit dan lain
sebagainya.
2) Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya
digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan
sesuai dengan tujuan wakaf.
Tiga pembagian wakaf diatas sudah mencakup jenis
keseluruhan wakaf, baik berdasarkan tujuan, batasan
waktunya, maupun penggunaannya. Pembagian wakaf diatas
juga sejalan dengan pendapat ahli fikih, bahkan mereka
menyepakati semua macam wakaf yang telah disebut diatas,
kecuali wakaf sementara karena keinginan wakaf yang kita
temukan hanya dalam fikih madzhab Maliki saja.
35
6. Tujuan dan Manfaat Wakaf Tunai
a. Tujuan Wakaf Tunai
Tujuan wakaf tunai yang pasti adalah untuk mendapatkan
ridho dari Allah SWT. Wakaf tunai merupakan ibadah
ma‟aliyah untuk mendekatkan diri kepada Allah, berbentuk
sedekah jariyah, yaitu sedekah yang terus mengalir pahalanya
untuk orang yang menyedekahkannya selama harta yang
diwakafkan itu masih ada dan dimanfaatkan. Selain itu, wakaf
tunai juga memiliki beberapa tujuan sosial, yaitu:
1) Membantu penggalangan tabungan sosial melalui wakaf
tunai yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal sehingga
dapat memperkuat integrasi kekeluargaan antar umat.
2) Mendistribusikan kekayaan secara adil dan kemudian
berujung pada kesejahteraan bersama.
3) Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan
tabungan sosial menjadi modal sosial dan membantu
pengembangan pasar modal sosial.
4) Menggali tanggung jawab sosial orang-orang kaya atau
berkecukupan terhadap masyarakat miskin disekitarnya.
5) Meningkatkan investasi sosial.
6) Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya
orang kaya atau berkecukupan terhadap masyarakat
miskin disekitarnya.16
16 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 264.
36
Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan utama wakaf tunai
adalah untuk mendapatkan ridho Allah SWT sedangkan
tujuan sosialnya adalah untuk membantu penggalangan
tabungan sosial guna membantu masyrakat miskin yang
membutuhkan.
b. Manfaat Wakaf Tunai
Menurut M. Syafi‟i Antonio ada empat manfaat wakaf
tunai, yaitu:17
1) Seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa
memulai memberikan dana wakafnya tanpa harus
menunggu lama.
2) Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-
tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan
pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian.
3) Dana wakaf tunai dapat dimanfaatkan untuk membantu
sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4) InsyaAllah, umat Islam dapat lebih mandiri dalam
mengembagkan dunia pendidikan tanpa harus bergantung
pada anggaran pendidikan negara yang memang semakin
lama semakin terbatas.18
Dapat disimpulkan bahwa manfaat wakaf tunai adalah
mempermudah masyarakat untuk berwakaf tanpa harus
17 M. Syafi‟i Antonio, Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Wakaf
Produktif, (Makalah Workshop Internasional, Wisma Haji Batam, 7-8 Januari
2002) 18 M. Syafii Antonio, Cash Waqf dan Anggaran Pendidikan (Kumpulan
Hasil Seminar Perwakafan), (Jaksarta: Bimas dan Haji DEPAG RI, 2004), h.
212.
37
menunggu lama, membantu dalam pemanfaatan aset-aset
tanah wakaf, serta membantu pengembangan pendidikan-
pendidikan Islam.
B. Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara etimology, strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Stratos yang berarti pasukan dan agein yang berarti memimpin.
Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu strategi
adalah ilmu tentang memimpin pasukan.19
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti strategi adalah ilmu
siasat perang; akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu
maksud dan tujuan yang telah direncanakan.20
Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan
bahwa strategi adalah keahlian mengatur atau merencanakan
tentang suatu kegiatan guna meraih suatu target atau sasaran.21
Jadi strategi dapat juga diartikan sebagai suatu siasat meminpin
dan merencanakan suatu kegiatan untuk mencapai target yang
sudah ditetapkan. Sedangkan secara terminology, strategi dapat
didefenisikan sebagai berikut :
a. Menurut J L Thompson strategi adalah cara untuk mencapai
sebuah hasil akhir. Hasil akhir menyangkut tujuan dan
sasaran organisasi. Bennett menggambarkan organisasi
19 Ali Murtopo, Strategi Kbeudayaan, (Jakarta: Center for Strategic and
Internasional Studies-CSIS 1978), h.7 20 Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru,
(Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix, 2008), h. 825. 21 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
Edisi Pertama, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1463.
38
sebagai arah yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam
mencapai misinya.22
b. Menurut Onong Uchana Effendy, strategi adalah perencanaan
dan manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk
mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan taktik operasionalnya.23
c. Menurut Sthepanie K. Marrus, strategi adalah sebuah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dicapai.24
d. Menurut Stainer dan Mineer, strategi adalah penempatan misi
perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga sasaran organisasi
akan tercapai.25
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi adalah suatu keahlian atau cara mengenai
pengaturan dan perencanaan suatu kegiatan untuk meraih target
atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mintzberg ada lima
22 Sandra Oliver, Strategi Public relations, (Jakarta : Penerbit Erlangga,
2006), h. 2. 23 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cetakan ke-21, h.32. 24 Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 31. 25 George Steiner & John Mineer, Manajemen Strategik, (Jakarta :
Erlangga), h. 20.
39
kegunaan dari strategi, yaitu :
a. Sebuah rencana, merupakan suatu arah tindakan yang
diinginkan secara sadar.
b. Sebuah cara, merupakan suatu manuver spesifik yang
dimaksudkan untuk mengecoh lawan atau kompetitor.
c. Sebuah pola, dalam suatu rangkaian tindakan.
d. Sebuah posisi, merupakan suatu cara untuk menempatkan
organisasi dalam sebuah lingkungan.
e. Sebuah perspektif, merupakan suatu cara yang terintegrasi
dalam memandang dunia.26
Dengan demikian, kegunaan dari strategi adalah sebuah
perencanaan serangkaian tindakan yang diinginkan secara sadar
untuk mengecoh kompetitor dan menempatkan organisasi dalam
sebuah lingkungan yang terintegrasi dalam memandang dunia.
2. Tahapan Strategi
Dalam menentukan suatu strategi maka dibutuhkan proses
dan tahapan-tahapan yang jelas, sehingga dalam penentuanm
strategi tidak salah dalam menentukan langkah yang tepat
pada penentuannya.
Strategi juga melalui tida tahap dalam prosesnya, secara
garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu :27
a. Perumusan Strategi
26 Sandra Oliver, Strategi Public relations, h. 2. 27
Stainer, George dan Johm Miller, Manajemen Strategi, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h.
65.
40
Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ialah
pengemban tujuan, mengenali peluang dan ancaman
eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal,
menghasilkan strategi alternative, dan memilih strategi
tertentu yang akan dilaksanakan.
Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan
menjadi kerangka kerja diantaranya :
1) Tahap Input (masukan atau saran)
Tahap ini proses yang dilakukan ialah meringkas
informasi, sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan
untuk merumuskan strategi.
2) Tahap Pencocokan atau Penyesuaian
Tahap selanjutnya yang dilakukan ialah memfokuskan
dan menghasilkan strategi alternative yang layak dengan
memadukan faktor-faktor eksternal serta internal.
3) Tahap Keputusan
Tahap berikutnya yang dilakukan ialah mengambil dan
menggunakan satu macam teknik setelah diperoleh dari
input secara sasaran dalam mengevaluasi strategi
alternatif yang telah diidentifikasi dalam tahap ke-2.
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya
dalam mendukung strategi, menciptakan unsur strategi yang
efektif, merubah arah, menyiapkan anggaran,
mengembangkan dan memanfaatkan system informasi
41
masuk.28
Implementasi sering juga disebut sebagai tindakan dalam
strategi, karena implementasi berarti memobilisasi untuk
merubah strategi dirumuskan menjadi tindakan.
.
c. Evaluasi Strategi
Selanjutnya untuk melengkapi tahap akhir dalam strategi
ialah evaluasi strategi. Dan berikut tahapan dalam
mengevaluasi strategi ialah:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman)
dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang
menjadi dasar asumsi pembuatan strategi.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan). Meninjau ulang atau
menyelediki penghimpunan dari rencana, mengevaluasi
prestasi individu dan menyimak kemajuan yang dibuat
kearah penyampaian sarana yang dinyatakan. Kriteria
untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan
dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting
dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah
terjadi.
d. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan
strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi sesuatu yang
28 Fred. R. David, Manajemen Strategi Konsep,(Jakarta: Prenhalindo,
2002), h.183
42
mempengarruhi kinerja lingkungan organisasi.
Secara garis besar analisis suatu organisasi mencangkup dua
komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan
analisis lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal
dengan analisis SWOT (Stength, Weakness, Oportunity,
Thteats).
C. Pengelolaan Wakaf
1. Pengertian Pengelolaan
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, pengelolaan
berasal dari kata “kelola” yaitu mengendalikan,
menyelenggarakan, dan mengurus.
Pengelolaan adalah diartikan sebagai suatu rangkaian
pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan
tertentu.29
Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan –
perbedaan, hal ini disebabkan karena para ahli meninjau
pengertian dari sudut yang berbeda- beda. Ada yang meninjau
pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang
meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika
dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut
mengandung pengertian dan tujuan yang sama.
Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni
menurut Wardoyo memberikan definisi sebagai berikut
29 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), Cet. Ke-9, h.623
43
pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan
perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan pengawasan
dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan sebelumnya.30
Menurut Harsoyo pengelolaan adalah suatu istilah yang
berasal dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha
yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan
sebelumnya.31
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian
kegiaran yang berintikan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan
memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
2. Bentuk Pengelolaan
a. Fundraising/Penghimpunan
Penghimpunan dana dalam kamus Indonesia-Inggris
adalah Fundraising, sedangkan orang yang
mengumpulkan dana disebut Fand- Raiser.32
Sedangkan
dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
30 Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,
Djambatan, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.201 31 ZulfikarPutra “Pengertian pengelolaan,” artikel diakses pada 28
Agustus 2018 dari http://id.shvoong.com/writing-and-
speaking/presenting/2108155-pengertian- pengelolaan/#ixzz1I9KwZrTC 32 Peter Salim, Salim‟s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary,
(Jakarta: Erlangga),h.20
44
dengan penghimpunan adalah Proses, cara, perbuatan
mengumpulkan, penghimpunan, pengerahan.33
Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya
lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok,
organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan
digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
operasional. lembaga yang pada akhirnya adalah untuk
mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. Dan juga
Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari
individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising
juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat.34
Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak
metode dan teknik yang dapat dilakukan. Pada dasarnya
ada dua jenis yang bisa digunakan, yaitu langsung (direct
fundraising) dan tidak langsung (indirect). Metode
langsung adalah metode yang menggunakan teknik-
teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi wakif
secara langsung. Yakni bentuk-bentuk fundraising di
mana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap
respon wakif bisa seketika (langsung) dilakukan.
Misalnya melalui direct mail, direct advertising,
telefundraising dan presentasi langsung. Metode
fundraising tidak langsung, merupakan suatu metode yang
33 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), Cet. Ke-9, h.612 34 Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: 2006) Cet 1, h. 11
45
menggunakan teknik atau cara yang tidak melibatkan
partisipasi wakif secara langsung.
Metode ini dilakukan dengan metode promosi yang
mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat,
tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu.
Misalnya advertorial, image campaign dan
penyelenggaraan suatu kegiatan melalui perantara,
menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi para
tokoh.35
b. Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “Guna” yang
berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri
menurut kamus besar bahasa Indonesia :
1) Pengusaha agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat
2) Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar mampu
menjalankan tugas dengan baik.36
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan
adalah bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan
hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik.
Menurut M.Daud Alipemanfaatan/Pendayagunaan
dana dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya
dalam kategori ini penyaluran diberikan kepada orang
35
Rozalinda “Pengelolaan Wakaf Uang Pada Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) Dompet Dhuafa Republika,” artikel diakses pada 04 Mei 2018 dari
http://rozalinda.wordpress.com 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indoonesia, h. 189
46
yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung
oleh yang bersangkutan seperti: zakat fitrah yang
diberikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari atau zakat harta yang di berikan kepada korban
bencana alam.
b) Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya
penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa
dan lain-lain.
c) Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya
penyaluran dalam bentuk barang-barang produktif,
misalnya kambing, sapi, alat-alat pertukangan, mesin
jahit, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah
untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan
lapangan kerja bagi fakir-miskin
d) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini
mewujudkan dalam bentuk modal yang dapat
dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek
sosial maupun untuk membantu atau menambah modal
seorang pedagang atau pengusaha kecil.37
Aktivitas pendayagunaan harta, sebagaimana
biasanya, akan menemui dua hal, yaitu keuntungan atau
kerugian; dan mayoritas kegiatan pendayagunaan harta,
baik yang dilakukan oleh Negara ataupun badan usaha
milik Negara, jika tidak sampai rugi berat maka
keadaannya tidak seperti yang diharapkan dan tidak pula
37 Muhamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta:
UI h.62-63
47
mencapai keadaan istimewa; dan karena harta wakaf
adalah temasuk harta ummat yang memiliki fungsi sosial
umum. Oleh karena itu, seluruh Fuqaha mensyaratkan
kegiatan pendayagunaan harta wakaf dengan syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Memilih jenis usaha yang paling aman dan tingkat
resikonya paling kecil, mencari yang ada system
penjaminnya secara syariah. Sudah dikemukakan
bahwa majma Al-Fiqhiy Al-Islami Internasional
membolehkan adanya penjaminan dari pihak ketiga
terhadap saham- saham sektor bisnis. maka pengelola
wakaf atau Nazhir harus mencari pihak-pihak seperti
ini sebagai penjamin sebaik mungkin. jika tidak ada
pihak penjamin, maka mengusahakan kepada
pemerintah agar bertindak sebagai penjaminnya.
2) Mempercayakan kepada disiplin ilmu kontemporer
dan metode- metode atau teknik-teknik terbaru serta
berbagai hasil penelitian dan telaah para ahli
dibidangnya secara matang, agar dikelola oleh orang-
orang yang ikhlas, kreadibel, dan professional dalam
bidang usaha atau bisnis.
3) Melalui planning atau perencanaan, antisipasi,
supervisi, dan kontrol atau audit internal terhadap
kegiatan bisnis tersebut.
4) Memperhatikan fiqh Aulawiyat (Fiqh apa yang
terpenting dan penting serta apa yang mesti
didahulukan) dan fiqh tentang tingkatan-tingkatan
48
resiko dalam kegiatan bisnis, serta Fiqh tentang
bagaimana bermuamalah/bekerja sama dengan
perbankan dan perusahaan bisnis, dimana pengelola
wakaf tidak boleh bekerja sama kecuali dengan
perbankan islami dan perusahaan bisnis yang
memenuhi persyaratan keamanan, skuritas keuangan
(liquid) dan penjaminan. Dari titik ini pengelola wakaf
wajib untuk mengarahkan harta wakaf, jika ingin di
dayagunakan, dalam kegiatan bisnis yang tetap lebih
aman dan tingkat resiko kecil.38
3. Dasar Hukum Pengelolaan Wakaf
Perwakafan di Indonesia telah melembaga di masyarakat
semenjak awal masuknya Islam ke Nusantara akan tetapi belum
diatur dalam peraturan perundang-undangan sehingga belum
dilindungi oleh kekuasaan. Setelah Indonesia merdeka wakaf
mulai diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang. Adapun
hukum positif Indonesia yang mengatur tentang wakaf dapat
dilihat dari beberapa peraturan di bawah ini, yaitu:
a. Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, dimana Negara secara resmi
menyatakan perlindungan terhadap harta wakaf. Kemudian
ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1961
tentang perwakafan tanah milik.
38 Helza “Fiqh Wakaf,” artikel ini akses pada tanggal 12 Agustus 2018
dari http://lazissyuhada.wordpress.com/category/fiqh-zakat-infaq-sodaqoh-
wakaf-fidyah/
49
b. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997 tentang Perwakafan
Tanah Milik. Peraturan ini mengatur tentang proses terjadinya
wakaf tanah milik dan Istibdal tanah wakaf.
c. Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam. Instruksi tentang pembaharuan dalam
pengelolaan wakaf.
d. Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Undang-
Undang wakaf ini merupakan penyempurnaan dari beberapa
peraturan perundang-undangan wakaf yang sudah ada dengan
menambahkan hal-hal baru yang merupakan upaya
memberdayakan wakaf secara produktif dan akuntabel.
e. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang
meliputi ketentuan umum nadzir, jenis harta benda wakaf,
akta ikrar wakaf dan pejabat pembuat akta wakaf.
Seperti halnya Indonesia, Praktek wakaf sudah ada sejak
masa penjajahan negara Inggris di Brunei Darussalam. Namun
baru pada tahun 1955 pratek perwakafan yang ada diatur di dalam
Undang-Undang Negara Brunei Darussalam dan Mahkamah-
Mahkamah Kadi Penggal 77 pada bahagian IV, Bab 98-111. Pada
bab tersebut dijelaskan tentang segala sesuatu yang berkaitan
tentang wakaf dipegang penuh oleh Majlis Ulama Islam.
51
BAB III
SISTEM ORGANISASI TABUNG WAKAF INDONESIA
A. Gambaran Lembaga Tabung Wakaf Indonesia
1. Latar Belakang Tabung Wakaf Indonesia
Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan secara terus menerus, menuntut kita untuk mencari
alternatif solusi yang dapat mendorongnya lebih cepat. Salah
satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi
peran wakaf secara efektif serta profesional.
Keberadaan undang-undang wakaf membuktikan bahwa
peran dan potensi umat dalam pembangunan sangatlah
potensial. Demikian pula dengan keberadaan lembaga wakaf.
Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan Nazhir Wakaf
(pengelola wakaf) yang amanah dan profesional sehingga
penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf
menjadi optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada tanggal 14 Juli
2005, Dompet Dhuafa tergerak untuk mengambil inisiatif
membentuk unit baru yang bernama Tabung Wakaf
Indonesia. berfungsi selaku pengelola wakaf (Nazir Wakaf)
khususnya wakaf uaang tuai, sekaligus mengalokasikannya
secara tepat dengan propesionalitas dan amanah, sebagai
solusi atas permasalahan wakaf. Diharapkan Tabung Wakaf
Indonesia dapat melakukan optimalisasi wakaf sehingga
wakaf menjadi penggerak ekonomi umat, seperti efek bola
salju, semakin lama semakin besar membawa kemaslahatan
52
untuk ummat, tentu dengan tuntunan Al-Quran dan hadis
Rosulullah Saw, serta pertimbangan kebutuhan ummat pada
umumnya.
Pengelolaan wakaf yang belum optimal berbanding
terbalik dengan potensi zakat yang sudah berjalan
sebelumnya, hari ini menjadi tantangan baru bagi Dompet
Dhuafa untuk lebih mengoptimalkan peran wakaf, karena
pemamfaatan wakaf lebih fleksible dibanding zakat yang
sudah dibatasi dengan 8 Asnaf. Pembangunan sosial dan
pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus,
menurut kita mencari arternatif solusi yang dapat
mendorongnya lebih cepat. Dan salah satu artenatifnya solusi
itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara
efektif serta professional.
Agar perkembangan wakaf lebih baik dan lancar, secara
pasti dibutuhkan peran Nazhir Wakaf yang amanah dan
professional sehingga menghimpun, pengelolaan dan
pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini,
kebutuhan akan adanya nazhir wakaf masih belum
mendapatkan perhatian utama dari umat. Bedasarkan kondisi
diatas dan melihat potensi wakaf yang sangat besar maka pada
tanggal 14 Juli 2005, Dompet Dhuafa melauncing unit baru
53
bernama Tabung Wakaf Indonesia (TWI), sebagai jawaban
dan solusi atas permasalahan wakaf.1
2. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia
Sesuai dengan UU RI No. 41 tahun 2004, Tabung Wakaf
Indonesia (adalah nazhir wakaf) berbentuk badan hukum, dan
karenanya persyaratan yang akan dipenuhi adalah:
a. Pengurus badan hukum Tabung Wakaf Indonesia ini
memenuhi persyaratan sebagai nazhir perseorangan
sebagaimana dimaksud pada pasal 9 (1) UU wakaf no. 41
tahun 2004.
b. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang
dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.
d. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau
badan otonom dari dan dengan landasan badan hukum
Dompet Dhuafa Republika, sebagai sebuah badan yayasan
yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai
1 Fitra Mizan, Efektifitas Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam
Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2007), h. 47-49.
54
nazhir wakaf sebagaiamana dimaksud UU wakaf
tersebut.2
3. Visi, Misi dan Tujuan didirikanya Tabung Wakaf
Indonesia
Atas dasar yang kuat mendirikan lembaga untuk
mengelola harta wakaf sekaligus beribadah serta
melaksanakan pengabdian kepada agama yaitu dengan
berdakwah melalui lembaga pengelola wakaf. Visi dapat
diartikan sebagai “indra penglihatan, kemampuan untuk
melihat sampai pada inti atau pokok dari suatu hal atau
persoalan.
Adapun Visi dari Tabung Wakaf Indonesia adalah“
Menjadi lembaga unggul dalam membangkitkan peran
wakaf sebagai donasi abadi dan pembangkit ekonomi umat”
Misi adalah tugas yang dirasakan sebagai kewajiban yang
harus dilakukan demi agama, idiologi, dan sebagainya.
Adapun Misi Tabung Wakaf Indonesia adalah:
a. Mendorong peran wakaf sebagai donasi yang memberikan
manfaat mengalir abadi.
b. Mendorong pertumbuhan ekonomi umat.
c. Optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan
ekonomi produktif.
2 Dompet Dhuafa Republika, Profil Tabung Wakaf Indonesia, (Jakarta
: Tabung Wakaf Indonesia, 2006)
55
Sedangkan Tujuan Tabung Wakaf Indonesia adalah:
Mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf dengan model
suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan mobilisasi
penghimpunan harta benda dan dana wakaf guna memenuhi
tuntunan kebutuhan masyarakat sekaligus ikut mendorong
pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi.
B. Struktur Organisasi Tabung Wakaf Indonesia
Dalam suatu organisasi dikenal dengan adanya struktur
organisasi. Ini diatikan sebagai hubungan antara satu
tingkatan atau divisi yang memiliki tugas masing-masing erat
kaitannya dalam mencapai keberhasilan organisasi tersebut.
Direktur Eksekutif
DD
Direktur TWI
Asset Development Supervisor
Assets Maintenance
Officer
Business Dev Officer
Legal Supervisor
Fundraising Supervisor
Fundraising Officer
Finance & Opration
Supervisor
HRD Officer
56
C. Program Tabung Wakaf Indonesia
Wakaf dapat dilihat dari segi subtansi ekonominya terbagi
dalam dua bagian, Pertama, Wakaf lansung (Al-Waqf Al-
Mubasyir) yaitu harta wakaf yang langsung memberikan
pelayanan kepada ummat seperti masjid, sekolah, rumah
sakit, jembatan, WC umum, dan lain-lain.
Jenis wakaf seperti ini memang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai fasilitas umum yang bisa di akses oleh
siapa saja, namun kadang harta wakaf langsung seperti ini
khususnya harta wakaf yang memerlukan biaya biaya
pengelolaan seperti sekolah dan rumah sakit misalnya,
menjadi “beban” ummat karena pengelolaannya menyerap
dana yang tidak sedikit. Nazhir dari harta wakaf seperti ini
harus memiliki kemampuan manejerial yang tinggi, sehingga
harta wakaf itu benar-benar dirasakan manfaatnya oleh
ummat sebagai jaminan sosial mereka sebagai mana fungsi
wakaf sebenarnya.
Kedua, Wakaf Produktif (Al-Waqf Al-Istitsmar) yaitu
harta wakaf yang digunakan untuk kepentingan produksi atau
investasi baik dibidang perdagangan, industri dan jasa yang
pemanfaatannya bukan pada harta wakaf secara langsung
tetapi dari hasil produksi tadi. Wakaf Produktif harus terus
dikembangkan agar bisa menopang wakaf-wakaf yang
konsumtif (sosial). masyarakat harus didorong agar mau
berwakaf produktif agar wakaf tidak lagi menjadi “beban”
umat
57
Dalam pengelolaanya, wakaf langsung (sosial) relatif
berat karena akan terus menyerap biaya, solusinya adalah
wakaf-wakaf sosial harus dipadukan dengan harta wakaf
prodktif. orang yang akan berwakaf jenis wakaf langsung
sebaiknya juga memikirkan untuk memadukannya dengan
wakaf produktif, sehingga harta wakaf langsung itu bisa
dijamin kejariahannya.
Program yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia ada dua
macam yaitu:
1. Program Sosial
a. SMART Ekselensia
Yaitu sekolah berasrama bebas biaya merupakan
setingkat SMP-SMA yang khusus diperuntukan bagi
generasi penerus bangsa diseluruh pelosok tanah air yang
memilki potensi intelektual tinggi namun lemah dalam
ekonomi keluarga. SMART El telah membuktikan diri
sebagai lembaga pendidikan berkualitas yang memihak
pada kaum dhuafa.
b. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)
Klinik gratis yang mendekati rumah sakit mini
dibangun atas keprihatinan terhadap tidak terjangkaunya
layanan kesehatan bagi kaum dhuafa. LKC diresmikan
pada 06 November 2001 oleh wakil presiden yaitu
Hamzah Haz. dulu LKC hanya punya satu gedung
dikawasan ciputat, tak jauh dari lokasi gedung lembaga
indukya, Dompet Dhuafa. kini LKC melebarkan sayap
sampai ke bekasi, dengan gerai sehat bekasinya, dan LKC
58
Sunda kelapa yang diresmikan penggunaanya pada
september 2007.
c. Institut Kemandirian
Komitmen Tabung Wakaf indonesia untuk
berkontribusi dalam membangkitkan kejayaan ummat
diwujudkan dalam Institute Kemandirian yang hadir
dalam metode pelatihan praktis kewirausahaan dan ini,
diharapkan Tabung Wakaf indonesia dapat berperan serta
dalam mengentaskan permasalahan bangsa yang tak
kunjung terselasaikan, yaitu permasalahan pengangguran.
d. Rumah Cahaya (Depok Waqf Junction)
Rumah Cahaya (Rumah Baca dan Menghasilkan
Karya) yang membuka perpustakan gratis dan program
pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah
Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai dan keterampilan
serta pendampingan bagi pengembangan bisnis para
pengusaha kecil. dengan menjadi salah satu penyokong
lembaga dikombinasikan dengan aset properti. Lantai
pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan di
sewakan. Sedangkan lantai 2 diperuntukkan untuk
ruangan perpustakaan dan pelatihan menulis.
Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut
surplus wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan
program sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta
program pendidikan untuk kaum dhuafa.
e. Masjid Al Madinah
Masjid Al Madinah merupakan sarana iconic Dompet
59
Dhuafa yang dibangun dalam kawasan Zona Madina,
Parung Kab.Bogor. tidak hanya untuk sarana menunaikan
ibadah shalat, masjid ini juga dibangun untuk menjadi
pusat aktivitas sosial dakwah Islam.
Diharapkan, masjid ini dapat menjadi salah satu
tempat kegiatan dakwah tingkat nasional yang menjadi
referensi kegiatan syiar Islam serta pusat kajian ilmu dan
pengetahuan.
f. Wisma Muallaf
Wisma Muallaf adalah salah satu program Dompet
Dhuafa yang digulirkan untuk menampung mullaf yang
tersuir dari keluarganya, di wisma muallaf para muallaf
akan diberikan pembekalan ilmu agama dan bantuan
hukum.
Wisma Muallaf mulai beroperasi pada tanggal 31
Agustus 2008 dan sampai saat ini sudah membina lebih
dari 700 orang muallaf. Saat ini Wisma Muallaf dikelola
oleh pihak ketiga yaitu Yayasan Sabilul Muhtadin.
2. Program Wakaf Produktif
a. Countrywood Waqf Junction
Countrywood Waqf Junction ini merupakan kawasan
ekonomi terpadu yang akan didirikan di atas tanah wakaf
dari Ibu Eni Nuraeni. CWJ terdiri dari area komersial dan
area sosial.
Area komersial yang didirikan berupa lapangan futsal,
foodcourt, serta lahan parkir. Sedangkan area sosial
60
berupa musholla, playground, serta lahan terbuka untuk
berjualan para pedagang kaki lima.
Surplus dari kegiatan produktif di CWJ ini, akan
menjadi sedekah jariyah yang akan disalurkan untuk
program pendidikan berkualitas untuk kaum Dhuafa,
bekerja sama dengan SMART Ekselensia Indonesia.
b. Depok Waqf Junction
Depok Waqf Juntion (DWJ) ini berdiri di Jl.
Keadilan, Depok, di atas tanah wakaf dari Bapak Agus
Murdianto. Awalnya Depok Waqf Junction adalah
perpustakaan bertajuk Rumah Cahaya (Rumah Baca dan
Menghasilkan Karya) yang membuka perpustakan gratis
dan program pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh
TWI, Rumah Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai dan
dikombinasikan dengan aset properti. Lantai pertama
dipugar menjadi 3 buah toko yang akan
disewakan.Sedangkan lantai kedua diperuntukkan untuk
ruang perpustakaan dan pelatihan menulis.
Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut
surplus wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan
program sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta
program pendidikan untuk kaum dhuafa.
c. Gedung Wakaf Wardah
Gedung Wakaf Wardah ini merupakan wakaf dari
Almarhum Bapak Amir Batubara yang berlokasi di Jl.
Zaitun Raya, Islamic Village, Karawaci. Gedung 2 lantai
ini disewakan untuk pelatihan, workshop, dan seminar.
61
Surplus dari hasil penyewaan gedung ini akan disalurkan
untuk program sosial.
d. Foodcourt Zamrud
Foodcourt Zamrud adalah sebuah area pusat jajanan
yang berlokasi di pintu masuk perumahan Zamrud Bekasi
Timur. Foodcourt Zamrud terdiri atas tujuh kios, dengan
ukuran 3m x 3.5 m.
Dengan program ini, Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
ingin membuka ruang usaha bagi para pedagang kecil,
sekaligus mendayagunakan harta wakaf. Jadi, ada dua
manfaat yang didapat dari program ini. Pertama, para
pedagang kecil memperoleh ruang usaha yang strategis
dan baik. Kedua, harta wakaf yang diamanahkan oleh para
wakif kepada TWI akan mendatangkan surplus. Surplus
inilah yang nantinya disalurkan untuk mereka yang
membutuhkan. Dengan demikian aset wakaf ini akan
menghasilkan manfaat yang lestari, dan pahala yang
abadi.
e. Daya Mart
Daya Mart adalah sebuah minimart unik semacam
“Toko One Stop One Service “ menerapkan system
swalayan yang menjual segala macam barang dan
makanan (consumer good) serta jasa. (service handphone,
pulsa token dan yang lainnya).
Minimart yang memfasilitasi trading area dan menjual
produk UKM local ini juga sebagai membuka peluang
62
penjualan produk-produk barang atau makanan local
semacam “Trading Micro-Small Area” bagi pelaku
UKM.
f. Gedung Pilantrophy
Gedung Pilantrophy terdiri dari 5 lantai yang
disewakan untuk perkantoran dengan biaya sewa lantai 1-
3 seharga Rp. 215.000,-/m dan lantai 4-5 seharga Rp.
165.000,-/m sudah termasuk service charge.
Mulai disewakan pada 14 Agustus 2013 sampai tahun
2015 telah menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp
1.371.798.500,-
g. Rumah Sewa Ciater
Terdiri dari 12 unit rumah sewa tipe 36 dengan harga
sewa Rp 1.500.000/bulan. Mulai disewakan pada bulan
April 2015 dan baru menghasilkan surplus wakaf sebesar
Rp 75.750.000,-
h. Rumah Sewa Ciledug
Terdiri dari 14 rumah petak dengan harga Rp
700.000/ bulan. Mulai disewakan pada tanggal 23
September 2013 dan sampai tahun 2015 sudah
menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp 157.776.000,-
i. Ruko Zona Madinah
Terdiri dari 6 unit ruko 2 lantai dengan harga sewa Rp
80.000.000,-/ tahun. Ruko Zona Madinah mulai
disewakan pada tanggal 26 September 2014 dan sampai
tahun 2015 sudah menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp
400.087.300,-
63
j. Ruko Keadilan Depok
Sampai saat ini telah menghasilkan surplus wakaf
sebesar Rp 164.465.100,-
k. Lapangan Futsal DD
DD Futsal hadir sebagai lapangan futsal pertama yang
dibangun dengan wakaf. Diatas lahan sebesar 840 meter
persegi. Lapangan Futsal DD bertempat di jalan
Menjangan Ciputat. DD Futsal akan disalurkan guna
program pendidikan berkualitas bagi masyarakat dhuafa
yang dijalankan oleh Dompet Dhuafa.
Seluruh penyewa yang bermain futsal di sana
otomatis telah bersedekah bagi kemajuan pendidikan
mereka yang membutuhkan. DD Futsal mulai disewakan
pada Februari 2012 dan sampai tahun 2015 sudah
menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp 401.665.200,-.
65
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Tabung Wakaf Indonesia
1. Pengertian
Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan
unit atau badan otonom dari dan dengan landasan
badan hukum Dompet Dhuafa Republika.
2. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia
Sesuai dengan UU RI No. 41 tahun 2004,
Tabung Wakaf Indonesia (adalah nazhir wakaf)
berbentuk badan hukum, dan karenanya persyaratan
yang akan dipenuhi adalah:
a. Pengurus badan hukum Tabung Wakaf Indonesia
ini memenuhi persyaratan sebagai nazhir
perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9
(1) UU wakaf no. 41 tahun 2004.
b. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia
yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan
Islam.
d. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit
atau badan otonom dari dan dengan landasan
66
badan hukum Dompet Dhuafa Republika, sebagai
sebuah badan yayasan yang telah kredibel dan
memenuhi persyaratan sebagai nazhir wakaf
sebagaiamana dimaksud UU wakaf tersebut.
3. Tujuan Tabung Wakaf Indonesia
Mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf
dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat
melakukan mobilisasi penghimpunan harta benda dan
dana wakaf guna memenuhi tuntunan kebutuhan
masyarakat sekaligus ikut mendorong pembangunan
sosial dan pemberdayaan ekonomi.
B. Program Wakaf Tunai pada TWI
Wakaf dapat dilihat dari segi subtansi
ekonominya terbagi dalam dua bagian, Pertama,
Wakaf lansung (Al-Waqf Al-Mubasyir) yaitu harta
wakaf yang langsung memberikan pelayanan kepada
ummat seperti masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan, WC umum, dan lain-lain.
Jenis wakaf seperti ini memang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat sebagai fasilitas umum yang bisa di
akses oleh siapa saja, namun kadang harta wakaf
langsung seperti ini khususnya harta wakaf yang
memerlukan biaya biaya pengelolaan seperti sekolah
dan rumah sakit misalnya, menjadi “beban” ummat
karena pengelolaannya menyerap dana yang tidak
sedikit. Nazhir dari harta wakaf seperti ini harus
67
memiliki kemampuan manejerial yang tinggi,
sehingga harta wakaf itu benar-benar dirasakan
manfaatnya oleh ummat sebagai jaminan sosial
mereka sebagai mana fungsi wakaf sebenarnya.
Kedua, Wakaf Produktif (Al-Waqf Al-Istitsmar)
yaitu harta wakaf yang digunakan untuk kepentingan
produksi atau investasi baik dibidang perdagangan,
industri dan jasa yang pemanfaatannya bukan pada
harta wakaf secara langsung tetapi dari hasil produksi
tadi. Wakaf Produktif harus terus dikembangkan agar
bisa menopang wakaf-wakaf yang konsumtif (sosial).
masyarakat harus didorong agar mau berwakaf
produktif agar wakaf tidak lagi menjadi “beban” umat
Dalam pengelolaanya, wakaf langsung (sosial)
relatif berat karena akan terus menyerap biaya,
solusinya adalah wakaf-wakaf sosial harus dipadukan
dengan harta wakaf prodktif. orang yang akan
berwakaf jenis wakaf langsung sebaiknya juga
memikirkan untuk memadukannya dengan wakaf
produktif, sehingga harta wakaf langsung itu bisa
dijamin kejariahannya.
Program yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia ada dua
macam yaitu:
1. Program Sosial
a. SMART Ekselensia
Yaitu sekolah berasrama bebas biaya merupakan
setingkat SMP-SMA yang khusus diperuntukan bagi generasi
68
penerus bangsa diseluruh pelosok tanah air yang memilki
potensi intelektual tinggi namun lemah dalam ekonomi
keluarga. SMART El telah membuktikan diri sebagai
lembaga pendidikan berkualitas yang memihak pada kaum
dhuafa.
b. Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)
Klinik gratis yang mendekati rumah sakit mini
dibangun atas keprihatinan terhadap tidak terjangkaunya
layanan kesehatan bagi kaum dhuafa. LKC diresmikan pada
06 November 2001 oleh wakil presiden yaitu Hamzah Haz.
dulu LKC hanya punya satu gedung dikawasan ciputat, tak
jauh dari lokasi gedung lembaga indukya, Dompet Dhuafa.
kini LKC melebarkan sayap sampai ke bekasi, dengan gerai
sehat bekasinya, dan LKC Sunda kelapa yang diresmikan
penggunaanya pada september 2007.
c. Institut Kemandirian
Komitmen Tabung Wakaf indonesia untuk
berkontribusi dalam membangkitkan kejayaan ummat
diwujudkan dalam Institute Kemandirian yang hadir dalam
metode pelatihan praktis kewirausahaan dan ini, diharapkan
Tabung Wakaf indonesia dapat berperan serta dalam
mengentaskan permasalahan bangsa yang tak kunjung
terselasaikan, yaitu permasalahan pengangguran.
d. Rumah Cahaya (Depok Waqf Junction)
Rumah Cahaya (Rumah Baca dan Menghasilkan
Karya) yang membuka perpustakan gratis dan program
pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah
69
Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai dan keterampilan serta
pendampingan bagi pengembangan bisnis para pengusaha
kecil. dengan menjadi salah satu penyokong lembaga
dikombinasikan dengan aset properti. Lantai pertama dipugar
menjadi 3 buah toko yang akan di sewakan. Sedangkan
lantai 2 diperuntukkan untuk ruangan perpustakaan dan
pelatihan menulis.
Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut surplus
wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan program
sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta program
pendidikan untuk kaum dhuafa.
e. Masjid Al Madinah
Masjid Al Madinah merupakan sarana iconic Dompet
Dhuafa yang dibangun dalam kawasan Zona Madina, Parung
Kab.Bogor. tidak hanya untuk sarana menunaikan ibadah
shalat, masjid ini juga dibangun untuk menjadi pusat
aktivitas sosial dakwah Islam.
Diharapkan, masjid ini dapat menjadi salah satu tempat
kegiatan dakwah tingkat nasional yang menjadi referensi
kegiatan syiar Islam serta pusat kajian ilmu dan pengetahuan.
f. Wisma Muallaf
Wisma Muallaf adalah salah satu program Dompet
Dhuafa yang digulirkan untuk menampung mullaf yang
tersuir dari keluarganya, di wisma muallaf para muallaf akan
diberikan pembekalan ilmu agama dan bantuan hukum.
Wisma Muallaf mulai beroperasi pada tanggal 31
Agustus 2008 dan sampai saat ini sudah membina lebih dari
70
700 orang muallaf. Saat ini Wisma Muallaf dikelola oleh
pihak ketiga yaitu Yayasan Sabilul Muhtadin.
2. Program Wakaf Produktif
a. Countrywood Waqf Junction
Countrywood Waqf Junction ini merupakan kawasan
ekonomi terpadu yang akan didirikan di atas tanah wakaf dari
Ibu Eni Nuraeni. CWJ terdiri dari area komersial dan area
sosial.
Area komersial yang didirikan berupa lapangan futsal,
foodcourt, serta lahan parkir. Sedangkan area sosial berupa
musholla, playground, serta lahan terbuka untuk berjualan
para pedagang kaki lima.
Surplus dari kegiatan produktif di CWJ ini, akan menjadi
sedekah jariyah yang akan disalurkan untuk program
pendidikan berkualitas untuk kaum Dhuafa, bekerja sama
dengan SMART Ekselensia Indonesia.
b. Depok Waqf Junction
Depok Waqf Juntion (DWJ) ini berdiri di Jl. Keadilan,
Depok, di atas tanah wakaf dari Bapak Agus Murdianto.
Awalnya Depok Waqf Junction adalah perpustakaan bertajuk
Rumah Cahaya (Rumah Baca dan Menghasilkan Karya) yang
membuka perpustakan gratis dan program pelatihan menulis
untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah Cahaya ini dipugar
menjadi dua lantai dan dikombinasikan dengan aset properti.
Lantai pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan
disewakan.Sedangkan lantai kedua diperuntukkan untuk
71
ruang perpustakaan dan pelatihan menulis.
Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut surplus
wakaf dari DWJ akan disalurkan untuk pendanaan program
sosial di perpustakan Rumah Cahaya serta program
pendidikan untuk kaum dhuafa.
c. Gedung Wakaf Wardah
Gedung Wakaf Wardah ini merupakan wakaf dari
Almarhum Bapak Amir Batubara yang berlokasi di Jl. Zaitun
Raya, Islamic Village, Karawaci. Gedung 2 lantai ini
disewakan untuk pelatihan, workshop, dan seminar.
Surplus dari hasil penyewaan gedung ini akan disalurkan
untuk program sosial.
d. Foodcourt Zamrud
Foodcourt Zamrud adalah sebuah area pusat jajanan yang
berlokasi di pintu masuk perumahan Zamrud Bekasi Timur.
Foodcourt Zamrud terdiri atas tujuh kios, dengan ukuran 3m
x 3.5 m.
Dengan program ini, Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
ingin membuka ruang usaha bagi para pedagang kecil,
sekaligus mendayagunakan harta wakaf. Jadi, ada dua
manfaat yang didapat dari program ini. Pertama, para
pedagang kecil memperoleh ruang usaha yang strategis dan
baik. Kedua, harta wakaf yang diamanahkan oleh para wakif
kepada TWI akan mendatangkan surplus. Surplus inilah yang
nantinya disalurkan untuk mereka yang membutuhkan.
Dengan demikian aset wakaf ini akan menghasilkan manfaat
yang lestari, dan pahala yang abadi.
72
e. Daya Mart
Daya Mart adalah sebuah minimart unik semacam “Toko
One Stop One Service “ menerapkan system swalayan yang
menjual segala macam barang dan makanan (consumer good)
serta jasa. (service handphone, pulsa token dan yang
lainnya).
Minimart yang memfasilitasi trading area dan menjual
produk UKM local ini juga sebagai membuka peluang
penjualan produk-produk barang atau makanan local
semacam “Trading Micro-Small Area” bagi pelaku UKM.
f. Gedung Pilantrophy
Gedung Pilantrophy terdiri dari 5 lantai yang disewakan
untuk perkantoran dengan biaya sewa lantai 1-3 seharga Rp.
215.000,-/m dan lantai 4-5 seharga Rp. 165.000,-/m sudah
termasuk service charge.
Mulai disewakan pada 14 Agustus 2013 sampai tahun
2015 telah menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp
1.371.798.500,-
g. Rumah Sewa Ciater
Terdiri dari 12 unit rumah sewa tipe 36 dengan harga
sewa Rp 1.500.000/bulan. Mulai disewakan pada bulan April
2015 dan baru menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp
75.750.000,-
h. Rumah Sewa Ciledug
Terdiri dari 14 rumah petak dengan harga Rp 700.000/
bulan. Mulai disewakan pada tanggal 23 September 2013 dan
73
sampai tahun 2015 sudah menghasilkan surplus wakaf
sebesar Rp 157.776.000,-
i. Ruko Zona Madinah
Terdiri dari 6 unit ruko 2 lantai dengan harga sewa Rp
80.000.000,-/ tahun. Ruko Zona Madinah mulai disewakan
pada tanggal 26 September 2014 dan sampai tahun 2015
sudah menghasilkan surplus wakaf sebesar Rp 400.087.300,-
75
BAB V
STRATEGI PENGELOLAAN WAKAF TUNAI
PADA TABUNG WAKAF INDONESIA
A. Strategi Pengelolaan Wakaf Tunai
Pengumpulan wakaf tunai Tabung Wakaf Indonesia sudah
dimulai sejak Tabung Wakaf Indonesia masih bergabung
dengan Dompet Dhuafa Republika yaitu dengan menerbitkan
sertifikat wakaf tunai bagi masyarakat umum. Lembaga amil
zakat ini mengeluarkan dua kategori yaitu Sertifikat Wakaf
Uang (SWU) Atas Nama dan Atas Unjuk. Sertifikat Wakaf
Uang Atas Nama dan Atas Unjuk merupakan akad wakaf
yang dilakukan langsung oleh muwakif dengan nilai minimal
Rp. 5.000.000,- sedangkan sertifikat Uang Atas Unjuk
merupakan wakaf yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung oleh muwakif dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,-
(satu juta rupiah) dari sertifikat tersebut akhir tahun 2013
dmpet dhuafa telah mengumpulkan dana sebesar Rp.
6.087.428.313,00.1
Tahun 2004 mulai menggunakan peran lembaga keuangan
syariah untuk memudahkan penghimpunan dan meningkatkan
kualitas muwakif. Lembaga ini telah bekerjasama dengan BII
syariah meluncurkan kartu wakaf Investasi Dompet Dhuafa
1 Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum
Positif, dan Manajemen, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 65.
76
BII Syariah. Produk ini berfungsi sebagai kartu anggota
Dompet Dhuafa, ATM Debet dan diskon yang dapat diterima
diseluruh dunia dalam jaringan master card. Selain itu,
Dompet Dhuafa juga bekerjasama dengan batasan capital
telah meluncurkan “Wakaf Investasi Dompet Dhuafa Batasan
Syariah” sebuah produk baru yang bertujuan untuk
mensinergikan investasi dengan charity.
Diawal peluncurannya produk reksadana wakaf dengan
nilai investasi minimal Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) ini
telah medapatkan dana sponsor dari BII Syariah platinum dan
Asuransi Bringin Life senilai Rp. 2.500.000.000,- (dua
setengah miliar rupiah) dan donatur perorangan Rp.
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).2
Fasilitas yang diberikan Tabung Wakaf Indonesia
untuk mempermudah proses penghimpunan antara lain
melalui :
1. Tunai dikantor Dompet Dhuafa
2. Transfer melalui bank yang telah ditentukan lembaga
3. Dana wakaf dijemput oleh karyawan
4. Konsultasi melalui e-mail on line langsung
Dengan spirit mengoptimalkan potensi dan
kemaslahatan wakaf, Tabung Wakaf Indonesia telah
mendistribusikan titipan wakaf para muwakif dan telah
dijalankan aneka program. Setelah Tabung Wakaf Indonesia
2 Eva Marta Rahayu, Instrumen Amal Inovatif ala Dompet Dhuafa
Swasembada, (Jakarta:2004)
77
bekerja sendiri dana wakaf tersebut dialokasikan lebih kepada
usaha produktif.
Perjalanan Tabung Wakaf Indonesia sudah cukup lama
karena Tabung Wakaf Indonesia sudah merayakan miladnya
yang ke-13 pada bulan Juli lalu. Bagi sebuah institusi, masa
yang panjang ini tentu sudah cukup lama melewati masa
formatifnya.
Kepercayaan masyarakat terhadap Tabung Wakaf
Indonesia pun terus meningkat. Dilihat dari jumlah dana
wakaf yang Tabung Wakaf Indonesia (TWI) kumpulkan
terjadi kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya,
terkumpul dengan total dana :
No Tahun Dana Terkumpul
1 2012 Rp. 8.337.052.106
2 2013 Rp. 17.949.360.913
3 2014 Rp 10.142.158.379
4 2015 Rp 15.310.288.506
5 2016 Rp 12.489.046.248
Berdasarkan tabel diatas, bahwasanya penghimpunan
wakaf tunai pada Tabung Wakaf Indonesia mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya mengalami kenaikan dan
penurunan. Maka Tabung Wakaf Indonesia bergerak dan
bekerja lebih keras lagi. Tabung Wakaf Indonesia bercita-cita
78
ingin membangkitkan peran wakaf sebagai penegak dan
pembangkit ekonomi ummat. Adapun misi dari Tabung
Wakaf Indonesia adalah mendorong pertumbuhan ekonomi
ummat serta optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan
ekonomi produktif. Kemudian, tujuan Tabung Wakaf
Indonesia adalah mewujudkan sebuah lembaga nadzir wakaf
dengan model lembaga keuangan yang dapat melakukan
kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana
wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat
sekaligus ikut mendorong membangunan sosial dan
pemberdayaan ekonomi. Sasaran yang digarap adalah seluruh
lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan berwakaf dan
masyarakat yang menjadi sasaran program pemberdayaan
Tabung Wakaf Indonesia.
1. Pengelolaan Wakaf Tunai pada Tabung Wakaf
Indonesia Ada dua unsur dalam pengelolaan wakaf tunai, yaitu:
Fundraising/penghimpunan dana .Menurut Hendra Jatnika, Strategi
yang dilakukan TWI dalam pemberdayaan dana wakaf yang
dihimpun itu dialokasikan untuk kepentingan social seperti
pembiayaan LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma), SMART El
dan Wisma Mualaf dan lain-lain.
Kemudian strategi yang digunakan dalam penghimpunan dana
oleh TWI adalah dengan cara sosialisasi, ada 2 (dua) strategi yaitu
tulisan dan diskusi. strategi melalui tulisan yaitu seperti Brosur,
News letter, Wibesite, Iklan, Counter, dll. sedangkan yang melalui
79
diskusi yaitu, Seminar, persentasi, pengajian, diskusi. dua inilah
yang digunkan dalam penghimpunan wakaf uang tunai oleh TWI.
Agar lembaga pengelola wakaf dapat berdaya guna, maka
pengelolaan atau manajemennya harus berjalan dengan baik.
Lembaga pengelola wakaf harus memiliki sistem pengelolaan yang
baik. Unsur- unsur yang harus diperhatikan adalah lembaga
pengelola wakaf harus memiliki, yaitu:
a. Sistem, prosedur, dan aturan yang jelas.
b. Manajemen terbuka.
c. Mempunyai activity plan.
d. Mempunyai lending commite.
e. Memiliki sistem akuntansi dan manajemen
keuangan.
f. Publikasi, dan
g. Perbaikan terus menerus
Mekanisme yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia
(TWI) dalam mengelola dana wakaf tunai dapat dilihat dari
beberapa aspek yakni penghimpunan dana wakaf, manajemen
investasi serta pendistribusiannya kepada mauquf alaih.
3). Manajemen Fundraising Dana Wakaf
Penghimpunan dana fundraising merupakan kegiatan
penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun
badan hukum. Fundraising termasuk proses
mempengaruhi masyarakat (calon wakif) agar mau
melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan uang
sebagai wakaf maupun untuk sumbangan pengelolaan
80
harta wakaf. Kegiatan fundraising ini Tabung Wakaf
Indonesia mendatangi kantor-kantor untuk menawarkan
sebuah acara yang dikemas dalam pengajian atau
pelatihan, pembukaan counter dimal, penyebaran brosul,
Penjaringan dana Corporate Social Responsbility (CSR).
4). Manajemen investasi
Ada pun garis-garis besar operasional wakaf sertifikat
wakaf tunai yang merupakan standar operasional wakaf
uang yang diterapkan SIBL. Wakaf uang yang dikelola
oleh lembaga ini dilakukan dengan jalan
menginvestasikannya, baik dengan prinsip bagi hasil
mudhârabah dan musyârakah, sewa ijârah, maupun
murâbahah. Mengacu pada manajemen keuangan,
nampaknya dalam manajemen investasi wakaf,
memobilisasi dana funding lebih mudah dari pada
menginvestasikan dana investment. Seperti yang
ditegaskan Monzer Kahf, bentuk baru pengembangan
wakaf tunai adalah melalui perusahaan investasi. Merujuk
pada manajemen investasi wakaf uang dalam wacana fiqh,
wakaf tunai dapat dikelola dengan skema investasi
mudhârabah, musyârakah, ijârah maupun murâbahah.
Dalam melaksanakan kewajibannya selaku nazhir,
Tabung Wakaf Indonesia melakukan pengelolaan dan
pengembangan atas harta benda wakaf yang dihimpunnya
sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya dengan
prinsip-prinsip syariah Islam. Pengelolaan wakaf tunai
81
yang dicanangkan Tabung Wakaf Indonesia dilakukan
berdasarkan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produktif,
nonproduktif dan terpadu (gabungan pendekatan produktif
dan non produktif pada satu objek wakaf).
5). Pendistribusiannya kepada mauquf alaih
Dalam melaksanakan pendistribusian, Tabung Wakaf
Indonesia harus mendistribusikan harta benda wakaf yang
dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi, dan
peruntukkanya dengan prinsip- prinsip syariah Islam,
dimana pengelolaanya dilakukan berdasarkan dua
pendekatan, yaitu : pertama, Pendekatan Produktif, yaitu
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) akan mengelola harta
wakaf untuk hal-hal yang sifatnya produktif dan
menghasilkan keuntungan. Lalu keuantungan ini akan
dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat banyak
dengan tetap mempertahankan nilai pokok dari harta
wakaf yang bersangkutan, Contohnya Tabung Wakaf
Indonesia (TWI) mengalokasikan dana wakafnya untuk
investasi pendirian rumah sakit komersial. Dari hasil
rumah sakit tersebut, keuntungannya dapat digunakan
untuk membiayai rumah sakit yang gratis. Kedua,
Pendekatan Non Produktif, yaitu Tabung Wakaf Indonesia
akan mengelola harta wakaf untuk hal-hal yang sifatnya
tidak menghasilkan keuntungan (non produktif). Manfaat
yang ditimbulkan dari harta benda bersangkutan adalah
nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat
82
sebagai pemetik manfaat. Contohnya Tabung Wakaf
Indonesia (TWI) mengalokasikan dana wakafnya untuk
investasi pendirian sebuah rumah sakit Cuma-Cuma alias
gratis. Ini berarti tidak ada pemasukan sama sekali dan
dengan demikian biaya operasional rumah sakit Cuma-
Cuma tersebut harus dicarikan dari sumber lainnya.
Secara organisasi, Tabung Indonesia masih berada di
bawah naungan Yayasan Dompet Dhuafa Republika.
Pelaksanaan program pada Tabung Wakaf Indonesia
masih disenergikan dengan dengan skema kegiatan
Dompet Dhuafa lainnya, yakni mengikuti skema dana dari
zakat infak dan sedekah. Begitu juga secara administrasi
keuangan, Tabung Wakaf Indonesia hanya berfungsi
sebagai penghimpunan dana wakaf. Setiap program yang
telah direncanakan Tabung Wakaf Indonesia harus
diusulkan dan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Dompet Dhuafa. Seperti yang diakui Destria Meriana,
Manajer Database Tabung Wakaf Indonesia, setiap
program yang memerlukan investasi wakaf uang di atas
100 juta harus mendapat persetujuan dari Dompet Dhuafa.
Dalam melakukan pengelolaan wakaf uang untuk
sektor produktif, Tabung Wakaf Indonesia lebih
cenderung melakukan investasi secara langsung (direct
investment) ke objek wakaf . Di samping ke sektor ril
dengan menggunakan akad mudhârabah, muzara‟ah, dan
ijârah. Di antara bentuk pengelolaan wakaf produktif yang
83
dilakukan TWI adalah dengan menyalurkan dana wakaf
ke berbagai sektor yakni wakaf peternakan, pertanian,
perkebunan, perdagangan, wakalah (penjualan dinar dan
dirham), dan sarana niaga. Dari semua keuntungan yang
didapatkan dari semua bidang usaha akan dimanfaatkan
untuk beragam layanan sosial, yaitu:
1) Pengelolaan masjid
2) Pendidikan untuk kaum dhuafa
3) Rumah sehat
4) Taman bermain, dan lain-lain.
Dalam mengelola wakaf tunai, Tabung Wakaf
Indonesia bekerja sama dengan mitra-mitra nazir, yaitu :
1) Program Wakaf Wisma Muamalat bekerja sama
dengan Arimatea
2) Program Wakaf Perkebunan bekerjasama dengan
Lembaga Perkebunan Umat (LPU)
3) Program Wakaf Pohon Coklat bekerjasama dengan
Saudara Zulfan
4) Program Rumah makan yaitu Foodcort Zamrud\
5) Countrywood Waqf Junction
6) Rumah Cahaya
Dalam melaksanakan kewajibanya selaku nazhir,
Tabung Wakaf Indonesia harus melakukan pengelolaan
atas harta benda wakaf yang dihimpunya sesuai dengan
tujuanya, fungsi, dan peruntukanya dengan prinsip-prinsip
syariah Islam.
84
Tabung Wakaf Tunai telah banyak membuat program
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, seperti
pembentukan rumah sakit, sekolah, dan kampung
peternakan yang berpotensi mengembangkan wakaf tunai
secara luas dan berkesinambungan. Beberapa bukti
kongrit program wakaf tunai yang dilakukan Tabung
Wakaf Indonesia antara lain adalah :
1) Layanan kesehatan Cuma-Cuma untuk kesehatan
kaum dhuafa yang berbentuk rumah sakit mini dengan
pelayanan 24 jam
2) Sekolah Smart Ekselensia, sekolah menengah yang
dirancang secara khusus untuk menampung anak dari
kaum dhuafa yang mempunyai potensi dengan sistem
penyaringan yang sangat ketat dan dilakukan diseluruh
provinsi.
3) Wisma Mualaf, sebagai tempat pembinaan para
mualaf yang teralienasi dari keluarga mereka, para
mualaf ini dapat mendalami aqidah, syariah, ibadah
serta pembekalan kewirausahaan.
4) Rumah Baca Lingkar Pena, gedung berlantai 3
terletak disektor 9 Bintaro Rumah Baca, merupakan
wadah pengemblengan bagi anak dan remaja dalam
mengoptimalkan kemampuan menulis, membaca puisi
85
dan berdongeng.3
5) Zona Madinah, Sebuah kawasan terpadu yang
memadukan fasilitas pelayanan sosial dan area bisnis
dalam satu kawasan dengan nuansa Islam yang kental,
saat ini baru berdiri pelayanan sosial yang telah
berjalan berupa lembaga dan laboratorium
pendidikan. Model yang digagas oleh Tabung Wakaf
Indonesia ini akan mampu menjadi model
pengembangan wakaf city di Indonesia.
Dari paparan diatas, sudah jelas bahwa terobosan
Tabung Wakaf Indonesia dalam mengembangkan wakaf
tunai telah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi
masyarakat. Dengan begitu, wakaf tunai akan menjadi
salah satu andalan untuk mensejahterakan umat melalui
kekuatan wakaf tunai.
B. Analisis SWOT Tabung Wakaf Indonesia
1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan terbesar yang dimiliki Tabung Wakaf Indonesia
adalah adanya kridibilitas Tabung Wakaf Indonesia. Hal ini
tidak lepas dari keberadaan Tabung Wakaf Indonesia yang
merupakan jejaring Dompet Dhuafa (DD).
Dompet Dhuafa sebagai institusi yang cukup
berpengalaman dalam pengelolaan filantropi Islam sering
3 Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan
Manajemen, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 74-75.
86
disebut sebagai pionir dalam penggalangan dan pemberdayaan
dana umat, khususnya wakaf tunai. Dengan kualitas Sumber
Daya Manusia yang mampu, Dompet Dhuafa (DD) dapat
dikatakan telah mengelola dana masyarakat secara profesional
karena telah mendapat sertifikasi manajemen, jam terbang
yang tinggi, jaringan yang luas dan memiliki tim yang sangat
solid.
Dompet Dhuafa tidak mengandalkan pada kekuatan
seorang tokoh tetapi lebih menekan kepada mekanisme
organisasi. Tabung Wakaf Indonesia yang merupakan bagian
integral Dompet Dhuafa mendapat keuntungan secara
langsung dari pencitraan Dompet Dhuafa yang positif. Tabung
Wakaf Indonesia berusaha menerapkan sistem organisasi yang
telah lebih dahulu dilaksanakan di Dompet Dhuafa.
Selain faktor pendukung diatas menurut Pak Parmuji
selaku manajer aset Tabung Wakaf Indonesia mengatakan
Tabung Wakaf Indonesia mempunyai tim yang sangat solid
yaitu Tabung Wakaf Indonesia mempunyai tim yang sesuai
dengan struktur yang ada, ada devisi aset dan devisi
fundraising. Satu dengan yang lainnya saling berkaitan kita
mempunyai suasana kerja yang harmonis artinya sering
melakukan sharing membuka koordinasi terkait dengan
pekerjaan masing-masing serta fasilitas yang ada di Dompet
Dhuafa terkait kebutuhan stransportasi operasional sebagai
87
pendukung kerja yang profesional.4
2. Weakness (Kelemahan)
Pada Tabung Wakaf Indonesia terdapat beberapa titik yang
bisa disampaikan. Tabung Wakaf Indonesia merupakan
lembaga yang hanya diurus oleh segelintir orang. Tidak lebih
dari 6 orang (direktur, devisi litbang, devisi Fundraising,
devisi pengelolaan aset, devisi keuangan, front desk dan office
boy). Hal ini tentu menjadi kendala ketika Tabung Wakaf
Indonesia ingin mengembangkan sayapnya untuk menjangkau
wilayah yang lebih luas, sesuai dengan jaringan Dompet
Dhuafa yang merupakan LAZ tingkat nasional. Ke depan,
Tabung Wakaf Indonesia harus menambah sejumlah
karyawan yang memiliki keahlian di bidang wakaf, baik dari
sisi keilmuan maupun teknis operasional.5
Adapun faktor penghambat yang lain yaitu wakaf tunai ini
masih sedikit yang mengetahui, masyarakat masih awam
dengan wakaf tunai. Sosialisasi yang kita lakukan masih
kurang sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui
apa itu wakaf tunai. Dan terkait dengan aturan yang dibuat
Badan Wakaf Indonesia (BWI) yaitu nadzir harus
menyetorkan hasil funding berupa uang ke rekening LKS-
4 Sudirman Hasan, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan
Manajemen, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 90.
5 Endang, Nopianti, Pengalaman Tabung Wakaf Indonesia
Dalam Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia,
2003).
88
PWU karna itu Tabung Wakaf Indonesia tidak bisa mengelola
sendiri wakaf tunai yang mereka himpun sendiri.6
3. Opportunity (Peluang)
Saat ini problem wakaf belum tertangani secara baik
padahal jika di lihat dari sisi potensinya, wakaf memiliki
peluang yang tak terbatas. Hingga saat ini, lembaga-lembaga
independen yang khusus menangani wakaf, apalagi wakaf
tunai belum maksimal kinerjanya. TWI meskipun saat ini
sedang dalam reformasi birokrasi dan manajemen, dengan
demikian berpeluang untuk menjadi pioneer lembaga
pengelola wakaf, khususnya wakaf tunai.
Semakin berkembangnya informasi teknologi seperti media
sosial yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat
memberikan peluang TWI untuk mempublikasikan program-
program wakaf melalui media sosial. Sebab masyarakat sudah
mulai terbuka hatinya kalau wakaf merupakan ibadah yang
besar manfaatnya untuk diri sendiri dan umat.
4. Threat (Tantangan)
Tantangan yang sedang menghadang TWI ialah kebijakan
pemerintah yang tidak ramah terhadap lembaga swasta.
Sering kali kebijakan pemerintah kurang menguntungkan
bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat, semisal TWI.
Contohnya, pemerintah mengharapkan investasi dana
6 Hasanah, Umrotul, Cash Wafq dan kontrobusinya dala
perekonomian Nasional, El- Qisth, Volume 1, Nomor 2 Tahun
2005
89
wakaf tunai dilakukan di LKS-PWU yang ditunjuk. Hal ini
jelas membatasi ruang gerak masyarakat yang ingin
melakukan wakaf tunai.
C. Penghimpunan dan Pendistribusian dana Wakaf
1. Penghimpunan Dana Wakaf
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang
filantropi, Tabung Wakaf Indonesia turut serta dalam
penggalangan dana. Untuk memudahkan penjaringan
dana, Tabung Wakaf Indonesia berupaya dalam
mengoptimalkan peningkatan penghimpunan wakaf tunai,
Tabung Wakaf Indonesia menawarkan berbagai produk
antara lain Wakaf Untaian Kasih, Wakaf Rindu Ilahi,
Wakaf Naungan Ilahi, dan Wakaf Syukur Nikmat. Dalam
hal ini, Tabung Wakaf Indonesia tidak memberikan
batasan minimal seseorang untuk berwakaf. Hanya saja,
jika jumlah wakaf kurang dari satu juta, maka wakif tidak
berhak mendapatkan Setifikat Wakaf Uang (SWU).
Banyak yang digunakan oleh Tabung Wakaf
Indonesia dalam penghimpunan dana dari para donatur.
Diantaranya sebagai berikut :7
• Membangun citra positif brand image Tabung Wakaf
Indonesia. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat
laporan keuangan yang baik. Agar donatur loyal, cara 7 Karim, A. Munchit, pengelolalan Wakaf dan Pemberdayaan di
Indonesia, (Jakarta: Puslibang Kehidupan Keagamaan).
90
yang di tempuh Tabung Wakaf Indonesia adalah
membuat laporan periodic 3 bulan sekali dalam bentuk
majalah ditambah lagi dengan laporan Dompet Dhuafa
dan konsolidasi. Namun, tidak dipungkiri bahwa
kepercayaan donatur menyalurkan dananya kepada
Tabung Wakaf Indonesia tidak lepas dari nama Dompet
Dhuafa.
• Website. Dalam dunia yang serba cepat dan instan,
informasi yang akurat dan mudah di akses merupakan
salah satu kebutuhan penting. Untuk itu, penyajian
informasi didunia maya menjadi pilar penunjang untuk
membangun kepercayaan masyarakat. Tabung Wakaf
Indonesia juga telah melakukan hal tersebut. Melalui
websitenya, Tabung Wakaf Indonesia berusaha
memberikan informasi seakurat mungkin tentang konsep
wakaf, khusunya wakaf kontemporer, dan juga laporan
dana yang masuk serta distribusinya. Dengan begitu,
masyarakat akan mudah mengetahui perkembangan
wakaf modern dan penggunaan dana yang mereka
serahkan.
• Silaturrahmi. Program ini dinilai efektif karena dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan
antara pengelola wakaf dan para donaturnya. Akan
tetapi Tabung Wakaf Indonesia melaksanakan
kegiatan ini hanya para donatur besar saja yang
diprioritaskan dalam silaturrahmi. Hal ini disebabkan
91
kurangnya waktu luang yang dimiliki para pengelola Tabung
Wakaf Indonesia yang memang jumlahnya masih terbatas.
• Media Republika. Karena Tabung Wakaf Indonesia
merupakan salah satu bagian jejaring Dompet Dhuafa
Republika, maka promosi melalui media masa Harian
Republika menjadi hal yang wajar dan mudah. Pembaca
Republika yang terdiri dari berbagai kalangan merupakan
modal tersendiri bagi Tabung Wakaf Indonesia untuk
menawarkan programnya. Selain itu, Tabung Wakaf Indonesia
juga bekerjasama dengan pertamina untuk memasang
spanduk dibeberapa pos pengisian bahan bakar. Tabung
Wakaf Indonesia juga menjalin komunikasi dengan
masyarakat melalui media Majalah Tabung Wakaf
Indonesia yang telah terbit dua edisi. Namun karena
pertimbangan teknisi, saat ini majalah tersebut tidak lagi
terbit karena langsung menyatu dengan majalah Dompet
Dhuafa yang bernama Majalah Sakinah.
• Auditing, baik internal maupun eksternal setiap tahun,
adapun audit internal dilakukan sendiri oleh manajemen
Dompet Dhuafa dan Tabung Wakaf Indonesia. Audit
yang trasparan dan akuntabel diakui dapat memberikan
pencintraan amanah bagi Tabung Wakaf Indonesia.
Sebagai efek positifnya, kepercayaan masyarakat,
khusunya para donatur dan calon donatur, akan
meningkat sebagaimana tercermin dalam jumlah
dana filantofi yang diterima oleh Tabung Wakaf
Indonesia yang selalu menunjukan peningkatan setiap
92
tahunnya.
• Wakif Gethering dan Program Launchimg. Wakif
gethring adalah sebuah acara yang dirancang untuk
media komunikasi antara Tabung Wakaf Indonesia dan
donatur, sekaligus sebagai wahana bertemunya para
donatur. Acara ini juga diharapkan dapat meningkatkan
emosi antara pengelola dan para dermawan. Acara ini
kadang dikemas dengan peluncuran produk baru Tabung
Wakaf Indonesia yang membutuhkan perhatian dan
dukungan dana dari donatur. Sayangnya, kegiatan ini
tidak berjalan sesuai rencana karena para wakif tidak
semuanya dapat hadir yang disebabkan oleh kesibukan
mereka.
• Retail. Yaitu pihak Tabung Wakaf Indonesia mendatangi
kantor-kantor untuk menawarkan sebuah acara yang
dikemas dalam pengajian atau pelatihan. Tujuannya tidak
lain adalah diseminasi wakaf dan penjaringan donatur
baru.
• Pembukaan counter di mall. Kegiatan ini biasanya
dilakukan pada even- even tertentu, misalnya bulan
ramadhan. Tujuannya tidak sepenuhnya ditunjukan untuk
penggalangan dana, namun lebuh ditekankan kepada
upaya promosi Tabung Wakaf Indonesia kepada
masyarakat ramai secara langsung dengan membagikan
brosur dan penyediaan meja informasi.
• Penyebaran brosur. Kegiatan ini pernah dilakukan di
93
bundaran Hotel Indonesia (HI) oleh relawan gerakan
wakaf. Mereka juga tidak segan menyebar brosur di bus
ataupun kereta.
• Penjaringan dana Corporate Social Responsbility (CSR).
Mengingat potensi CSR disetiap perusahaan cukup besar,
Tabung Wakaf Indonesia tidak ketinggalan mengajukan
beberapa program untuk mendapat dana sosial
perusahaan tersebut.
Melihat metode yang Tabung Wakaf Indonesia
terapkan, prinsip- prinsip good governance telah
diterapkan, aturan lain prinsip trasparansi dan system
informasi terbuka. Dari penerapan ini Tabung Wakaf
Indonesia mampu menghimpun dana dengan jumlah
besar. Masyarakat merasa aman dan percaya bahwa dana
yang mereka salurkan kepada Tabung Wakaf Indonesia
tidak akan disalah gunakan dan akan dikelola secara
professional sebagaimana yang mereka ketahui dari
sumber-sumber informasi yang disediakan untuk para
donatur.
2. Pendistribusian Dana Wakaf
Tabung Wakaf Indonesia memiliki strategi
pendayagunaan dalam mendistribusikan dan
mendayagunakan dana wakaf yang berhasil dihimpun.
pendayagunaan dan penyaluran hasil pengumpulan
wakaf untuk dihimpun dan dilakukannya pemberdayaan
serta pemanfaatan berdasarkan dengan undang- undang
94
No. 41/2004 Tentang Wakaf.
Tujuan akhir dari program wakaf produktif yang
TWI kelola adalah bagaimana surplus wakaf dapat
dirasakan manfaatnya oleh para mauquf „alaih
(penerima manfaat). berikut perolehan surplus wakaf
dari beberapa asset yang dikelola Tabung Wakaf
Indonesia pada tahun 2017, yang mana surplus dari
asset tersebut di salurkan untuk para mauquf „alaih.
Pengaliran surplus wakaf TWI kepada mauquf
„alaih meliputi beberapa program, selain untuk
pendidikan diantaranya untuk program kesehatan,
dengan bekerjasama dengan Layanan Kesehatan Cuma-
Cuma (LKC), dan untuk bidang sosial (Wisma Muallaf,
Rumah Cahaya, dan Pembangunan Masjid dan lain
sebagainya).
95
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan skripsi ini, penulis dapat
menjelaskan secara kongkrit alur pembahasan skripsi diatas,
hasil yang disimpulkan penulis adalah sebagai berikut:
1. Strategi Pengelolaan Wakaf Tunai pada Tabung
Wakaf Indonesia.
Pengumpulan wakaf tunai Tabung Wakaf Indonesia sudah
dimulai sejak Tabung Wakaf Indonesia bergabung dengan
Dompet Dhuafa Republika (DDR). Lembaga amil zakat ini
mengeluarkan dua katagori yaitu Sertifikat Wakaf Uang (SWU)
Atas Nama dan Atas Unjuk. Sertifikat Wakaf Uang Atas Nama dan
Atas Unjuk merupakan akat wakaf yang dilakukan lansung oleh
muwakif dengan nilai minimal Rp. 5.000.000,- sedangkan sertifikat
Uang Atas Unjuk merupakan wakaf yang dilakukan secara lansung
atau tidak lansung oleh Muwakif dengan nilai nominal Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah). Agar lembaga pengelolan wakaf
dapat berdaya guna, maka pengelolaan wakaf tunai memiliki:
a. System, prosedur, dan aturan yang jelas.
b. Manajemen yang terbuka dan trasfaran
c. Mempunyai activity plan
d. Mempunyai lending commite dan memiliki system akuntansi
dan manajemen keuangan yang di audit
e. Publikasi, dan perbaikan terus menerus. Mekanisme yang
dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia dalam
96
mengelolan dana wakaf tunai beberapa aspek yakni
penghimpunan dana wakaf, manajemen investasi serta
pendistribusiannya kepada mauquf alaih. Dari semua
keuntungan yang didapatkan dari semua bidang usaha
akan dimamfatkan. Program yang dijalankan memberikan
dampak sosial dan pemberdayaan yang cukup strategis
sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi bangsa.
Manajemen investasi wakaf tunai yang dilakukan di
Tabung Wakaf Indonesia lebih cenderung dalam bentuk di
rect investment. Lembaga ini menginvestasikan wakaf
secara lansung untuk pembelian rumah sakit gratis,
sekolah gratis, dan sarana sosial lainya. Cara mewujutkan
kesejahteraan masyarakat secara luas yaitu dengan cara
membuat Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma (LKC),
Sekolah Smart Ekselencia, Wisma Mualaf dan Rumah
Baca Lingkar Pena.
2. Analisis SWOT pada Tabung Wakaf Indonesia.
Kekuatan, tim yang solit, yaitu divisi asset dan fundraising
satu dan lainya saling berkaitan. Kita mempunyai suasana kerja
yang harmonis artinya kita sering melakukan sharing membuka
coordinasi terkait dengan pekerjaan -masing. Fasilitas yang
dibutuhkan seperti kendaraan disediakan oleh Dompet Dhuafa
dengan proses yang cepat.
Kelemahan, wakaf uang ini masih sedikit yang mengetahui,
masyarakat masih awam dengan wakaf tunai dan sosialisasi
yang kita lakukan masih kurang. Terkait dengan masalah aturan
yang dibuat BWI, maksutnya LKS-PWU salah satu factor
penghambat dikarenakan dengan adanya LKS-PWU nazhir
harus menyetorkan hasil panding kita berupa uang kerekening
LKS-PWU menghambat karena kita tidak bisa mengelola
sendiri (uang yang kita dapatkan).
Peluang, semakin berkembangnya informasi teknologi
seperti media sosial yang sudah banyak dimiliki oleh
masyarakat memberikan peluang TWI untuk
mempublikasikan program-program wakaf melalui media
sosial. Sebab masyarakat sudah mulai terbuka hatinya
kalau wakaf merupakan ibadah yang besar manfaatnya
untuk diri sendiri dan umat.
Tantangan yang sedang menghadang TWI ialah
kebijakan pemerintah yang tidak ramah terhadap lembaga
swasta. Sering kali kebijakan pemerintah kurang
menguntungkan bagi lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, semisal TWI. Contohnya, pemerintah
mengharapkan investasi dana wakaf tunai dilakukan di
LKS-PWU yang ditunjuk. Hal ini jelas membatasi ruang
gerak masyarakat yang ingin melakukan wakaf tunai
3. Penghimpunan dan Pendistribusian Dana Wakaf
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang filantropi,
Tabung Wakaf Indonesia turut serta dalam
penggalangan dana. Untuk memudahkan penjaringan
dana, Tabung Wakaf Indonesia berupaya dalam
mengoptimalkan peningkatan penghimpunan wakaf
98
tunai, Tabung Wakaf Indonesia menawarkan berbagai
produk antara lain Wakaf Untaian Kasih, Wakaf
Rindu Ilahi, Wakaf Naungan Ilahi, dan Wakaf Syukur
Nikmat. Dalam hal ini, Tabung Wakaf Indonesia tidak
memberikan batasan minimal seseorang untuk
berwakaf. Hanya saja, jika jumlah wakaf kurang dari
satu juta, maka wakif tidak berhak mendapatkan
Setifikat Wakaf Uang (SWU).
B. Saran
1. Bagi Tabung Wakaf Indonesia adanya usaha lain untuk
mengoptimalkan pengelolaan wakaf tunai, yaitu mencari
terobosan baru atau ide-ide baru untuk mengelola dan
mengembangkan harta wakaf menjadi lebih produktif
agar dapat mensejahterakan masyarakat khususnya umat
Islam yang membutuhkan mamfaat dari harta wakaf
tersebut, tanpa harus membebani umat.
2. Bagi masyarakat, agar dapat lebih responsive terhadap
pengelolaan wakaf dengan berfikiran wakaf adalah
sebuah kebutuhan investasi untuk dunia dan akhirat,
serta lebih selektif dalam menentukan dan memilih
lembaga agar harta yang dikeluarkan terkelola secara
baik dan produktif demi kemaslahatan umat Islam pada
khususnya
99
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Helmi, Sertifikasi Wakaf Tunai Sebagai Suatu
Alternatif Komoditas Wakaf, Skripsi (Malang: UIN
Malang)
Al-Albani, Muhammad Nashirudin, Mukhtassar shahih
muslim, cet I.Diterjemahkan oleh KMCP dan Imron
Rosadi,(Jakarta; Pustaka Azzam Anggota IKAPI DKI,
2003).
Al-asqolani, Ibnu hajar, terjemah bulughul maram,
cet.XXXVII, Diterjemahkan oleh A. Husnan,
(Bandung: CV.Penerbit Diponegoro, 2006).
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf Kajian
Kontemporer Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi
dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian atas
sengketa Wakaf, cet.1, (Ciputat : Dompet Dhuafa
Republika, 2004).
Antonio, M. Syafii, Cash Waqf dan Anggaran Pendidikan
(Kumpulan Hasil Seminar Perwakafan), (Jaksarta:
Bimas dan Haji DEPAG RI, 2004).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006)
Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Islam Tentang Wakaf,
Ijarah,Syirkah,cet. Ke-1 (Bandung: PT al-maarif,
1977).
David, Fred. R, Manajemen Strategi Konsep,(Jakarta:
Prenhalindo, 2002).
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2006, Paradigma
Baru Wakaf Di Indonesia, (Jakarta : Departemen
Agama, 2006).
100
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI, 2006).
Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).
Endang, Nopianti, Pengalaman Tabung Wakaf Indonesia
Dalam Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Tabung
Wakaf Indonesia, 2003).
Hadi, Dsutrisno, Metode Research III, (Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984).
Halim, Abdul, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Ciputat:
Ciputat Press, 2005).
Hasan, Sudirman, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum
Positif, dan Manajemen, (Malang: UIN Maliki Press,
2011).
Hasan, Sudirman, Wakaf Uang Perspektif Fiqih, Hukum
Positif, dan Manajemen, (Malang: UIN Maliki Press,
2011).
Hasanah, Umrotul, Cash Wafq dan kontrobusinya dala
perekonomian Nasional, El- Qisth, Volume 1, Nomor
2 Tahun 2005
Karim, A. Munchit, pengelolalan Wakaf dan Pemberdayaan
di Indonesia, (Jakarta: Puslibang Kehidupan
Keagamaan).
Mannan, M. A. Sertifikat Wakaf Tunai Sebuah Inovasi
Instrument Keuangan Islam (Jakarta; CIBER-PKTI-UI,t.t 2003).
Masyhud, M. Sulthon, Manajemen Pondok Pesantren,
(Jakarta, Diva Pustaka, 2003).
101
Mizan, Fitra, Efektifitas Tabung Wakaf Indonesia (TWI)
dalam Penghimpunan dan Pendayagunaan Wakaf,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007).
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009).
Muhammad, Abubakar. Subulus Salam III,Cet.I, (Surabaya;
Al-ikhlas,1995).
Murtopo, Ali, Strategi Kbeudayaan, (Jakarta: Center for
Strategic and Internasional Studies-CSIS 1978).
Oliver, Sandra, Strategi Public relations, (Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2006).
Qahaf, Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar Grup, 2006).
Rahayu, Eva Marta, Instrumen Amal Inovatif ala Dompet
Dhuafa Swasembada, (Jakarta:2004).
Sad, Ismail A, The Power of Wakaf, (Ciputat: Dompet
Dhuafa, 2013).
Salim, Peter, dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer Edisi Pertama, (Jakarta: Modern English
Press, 1991).
Steiner, George, & John Mineer, Manajemen Strategik,
(Jakarta : Erlangga).
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UI,
2003).
Suhadi, Imam. Wakaf Untuk Kesejahteraan Ummat,cet. Ke-1
(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2002).
102
Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Baru, (Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix, 2008).
Tim Penyusun Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan
dan Pengembangan Wakaf, Fiqih Wakaf, (Direktorat
pemberdayaan wakaf, direktorat jendral bimbingan
masyarakat islam departemen agama RI.Jakarta:2007).
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman
Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Jendral
Bimbingan Masyrakat Islam, 2006).
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf
Islam dan Penyelenggaraan Haji, Strategi
Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia (Jakarta:
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,
2005).
Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf,
Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif
Strategis Di Indonesia, Direktorat Jenderal Bimas
Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama
RI Tahun 2005
Umar, Husein, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001).
Undang-Undang No.41 Tahun 2004, tentang wakaf Bab 1
pasal 1.
Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, pasal
28.
Usman, Suparman, Hukum perwakafan di Indonesia, (Serang:
Darul Ulum Press, 1994).
Utomo, Setiawan Budi. Fiqih Aktual (Jakarta: Gema insani
press, 2003).
103
Wajdi, Farid dan mursyid, wakaf dan kesejateraan umat
(filantroppi islam yang hamper terlupakan), (Jakarta:
pustaka pelajar, 2007).
104
Internet
“wakaf tunai” investasi abadi manfaatnya mengalir tiada
henti,’’ http://www.hidayatullah.com, diakses 5
September 2018
Tamimmi, Tubagus Sukron, Pengelolaan Harta Wakaf dan
Syarat Pengelolaannya,
http://syirooz.blogspot.co.id/2012/11/pengelolaan-
harta-wakaf-dan-syarat.html diakses pada 8 April
2018
Nafis, M. Cholil. Menggali Sumber Dana Umat Melalui
Wakaf Uang, Artikel diakses pada 21 Maret 2018 dari
www.nu.or.id
LAMPIRAN - LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Parmuji
Jabatan : Manajer Asset
Tanggal Interview : 12 September 2018
Tempat interview : Komplek Perkantoran Graha Tunas
Waktu : 10.00 – Selesai
T : Tanya
J : Jawab
T :Bagaimana sejarah berdirinya TWI ?
J : http://tabungwakaf.com/profil-tabung-wakaf-indonesia/
T : Apa visi, misi, dan struktur organisasi yang terdapat
di TWI ?
J : http://tabungwakaf.com/profil-tabung-wakaf-indonesia/
T : Apa Fungsi Tabung Wakaf Dalam Pengelolaan
Wakaf Tunai?
J : Fungsi Tabung Wakaf Indonesia mengelola wakaf uang
dengan optimal. Kepercayaan masyarakat terhadap Tabung
Wakaf Indonesia pun terus meningkat. Dilihat dari jumlah dana
wakaf yang Tabung Wakaf Indonesia (TWI) kumpulkan terdapat
kenaikannya dan penurunan pada setiap tahunnya, terkumpul
dengan total dana yang sebagai berikut :
No Tahun Dana Terkumpul
1 2012 Rp. 8.337.052.106
2 2013 Rp. 17.949.360.913
3 2014 Rp 10.142.158.379
4 2015 Rp 15.310.288.506
5 2016 Rp 12.489.046.248
T : Bagaimana analisis AWOT dalam
pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan oleh TWI ?
J : 1. Pendukung : Tim yang solit, yaitu divisi asset dan
fundraising satu dan lainya saling berkaitan. Kita mempunyai
suasana kerja yang harmonis artinya kita sering melakukan
sharing membuka coordinasi terkait dengan pekerjaan -
masing. Fasilitas yang dibutuhkan seperti kendaraan
disediakan oleh Dompet Dhuafa dengan proses yang cepat. 2.
2. Penghambat : Wakaf uang ini masih sedikit yang
mengetahui, masyarakat masih awam dengan wakaf tunai dan
sosialisasi yang kita lakukan masih kurang. Terkait dengan
masalah aturan yang dibuat BWI, maksutnya LKS-PWU
salah satu factor penghambat dikarenakan dengan adanya
LKS-PWU nazhir harus menyetorkan hasil panding kita
berupa uang kerekening LKS-PWU menghambat karena kita
tidak bisa mengelola sendiri (uang yang kita dapatkan).
3. Peluang : Semakin berkembangnya informasi
teknologi seperti media sosial yang sudah banyak
dimiliki oleh masyarakat memberikan peluang TWI
untuk mempublikasikan program-program wakaf
melalui media sosial. Sebab masyarakat sudah mulai
terbuka hatinya kalau wakaf merupakan ibadah yang
besar manfaatnya untuk diri sendiri dan umat.
4. Tantangan : Tantangan yang sedang menghadang
TWI ialah kebijakan pemerintah yang tidak ramah
terhadap lembaga swasta. Sering kali kebijakan
pemerintah kurang menguntungkan bagi lembaga-
lembaga swadaya masyarakat, semisal TWI. Contohnya,
pemerintah mengharapkan investasi dana wakaf tunai
dilakukan di LKS-PWU yang ditunjuk. Hal ini jelas
membatasi ruang gerak masyarakat yang ingin
melakukan wakaf tunai.
T : Bagaimana meningkatkan pengelolaan wakaf tunai
di Tabung Wakaf Indonesia?
J : Banyak upaya yang dilakukan oleh Tabung Wakaf
Indonesia dalam meningkatkan dana dari donator
diantaranya:
a) Membangun citra positif Tabung Wakaf Indonesia
b) Dalam dunia yang serba cepat dan isntan,
impormasi yang akurat damn mudah di
aksesmerupakan salah satu kebutuhan penting
jadi Tabung Wakaf Indonesia membuat Website.
c) Menjalin silaturrahmi yang baik, jika menjalin
silaturrahmi dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kekeluargaan antara pengelola
wakaf dan para donaturnya.
d) Media Republika.
e) Auditing, audit yang transparan dan akuntabel
diakui dapat memberikan pencitraan amanah bagi
Tabung Wakaf Indonesia.
f) Wakif gethring, yaitu sebuah acara yang dirancang
untuk media komonikasi antara Tabung Wkaf
Indonesia dengan dan donator.
g) Retail, yaitu pihak Tabung Wakaf Indonesia
Mendatangi Kntor-kantor untuk menawarkan sebuah
acara yang dikemas dalam pengajian atau pelatihan.
h) Pembukaan counter di mall.
i) Program Radio Trijaya FM.
j) Menyebarkan brosur
k) Penjaringan dana Corporate Social Responsbility
(CSR).
T : Apakah program yang dibuat oleh TWI sudah
berjalan sesuai dengan rencana ?
J : Sudah. Karena yang telah kita rencanakan tiap
tahunya itu yang kita kerjakan
T : Adakah target yang ditentukan dalam
penghimpunan dana wakaf tiap tahunnya? Berapa besar
target yang ditentukan dan berapa jumlah yang
terkumpul? Dan siapa yang menentukan target
penghimpunan tersebut?
J : Tahun ini target TWI sebesar 14 miliyar
T : Adakah TWI mengalami peningkatan/
penyusutan yang drastis dalam kegiatan ini?
J : Pasti ada.
T : Strategi apasaja yang dilakukan oleh TWI untuk
meningkatkan pengelolaan wakaf tunai?
J : Strategi yang dilakukan TWI yaitu dengan cara
Sosialisasi, Promosi, Media Sosial, Media
Elektronik, dan Media Cetak.
T : Apa harapan TWI ke depan terkait wakaf
tunai?
J : Semakin banyak orang yang paham atau
masyarakat yang mengetahui tentang wakaf tunai.
Jika masyarakat banyak yang paham dengan wakaf
tunai maka masyarakat banyak yang mewakafkan
hartanya, sehingga wakaf tunai di Indonesi semakin
berkembang.
Jakarta, 12 September 2018
Parmuji
Manajer Asset
Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Wakaf 2012-2016
Wawancara dengan staff asset wakaf
Institut Kemandirian
RS AKA Sribhawono
Ruko Zona Madinah
Lapangan Futsal DD
Wakaf Perkebunan buah Naga dan Nanas di desa Cirangkong,
Subang