strategi penerapan program k3 menurut ilo

27
Mata Kuliah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Strategi Penerapan Program K3 Menurut ILO Kelompok 1: 1. Ririn Puji Iswari (K11108848) 2. Yustina Logen 3. Uswatun Khasanah (K11112104) 4. Farah Mitasari (K11112115) 5. Syahriani Rais (K11112279) 6. Citra Ayu Lestari Hanisu (K11112314) Fakultas Kesehatan Masyarakat i

Upload: citraayulestari

Post on 18-Jan-2016

339 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

strategi penerapan program K3 menurut ILO terdapat beberapa ketetapan yang didasari oleh UU

TRANSCRIPT

Page 1: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Mata Kuliah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Strategi Penerapan Program K3

Menurut ILO

Kelompok 1:

1. Ririn Puji Iswari (K11108848)

2. Yustina Logen

3. Uswatun Khasanah (K11112104)

4. Farah Mitasari (K11112115)

5. Syahriani Rais (K11112279)

6. Citra Ayu Lestari Hanisu (K11112314)

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin

Makassar

2014

i

Page 2: strategi penerapan program K3 menurut ILO

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi pertolongan

pada hamba-Nya dalam menyelesaikan tugas makalah Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat

menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai

rintangan. Namun atas kesabaran dan pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa

akhirnya makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini dapat terselesaikan.

Dalam makalah mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang

berjudul “Strategi Penerapan Program K3 Menurut ILO”.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu, saran dan kritikan dari segala pihak sangat kami

harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik kedepannya. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah ini yang

telah memberikan tugas kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan

kami khususnya mengenai bahan pengawet itu sendiri. Semoga makalah ini dapat

menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, September 2014

Penulis

ii

Page 3: strategi penerapan program K3 menurut ILO

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................i

Kata Pengantar ..........................................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)......................................4

B. Strategi Program K3 Depkes..........................................................................4

C. Tujuan Program K3 Depkes...........................................................................13

BAB III PENUTUP..................................................................................................14

A. Kesimpulan ...................................................................................................14

B. Saran...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

iii

Page 4: strategi penerapan program K3 menurut ILO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kepentingan

pengusaha,pekerja,dan pemerintah diseluruh dunia. Menurut perkiraan ILO,

setiap tahun diseluruh dunia sebanyak 2 juta orang meninggal karena

masalah. Masalah akibat kerja, dari jumlah ini, 354000 orang mengalami

kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang

mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat

kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya akibat kerja iini amat

besar. ILO memperkirakan kerugian yang alami sebagai akibat kecelakaan-

kecelakaan dan penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US $ 1.25 triliun

atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).

Perburuhan internasional (ILO) pada tahun 2003 membicarakan

standar-standar K3 sebagai bagian dari pendekatan yang berintegrasi dan

mencapai persetujuan mengenai strategi K3 global yang menghimbau

dilakukannya suatu aksi yang jelas dan terpusat untuk mengurangi angka

kematian, luka-luka, dan penyakit akibat kerja. ILO menghimbau adanya

usaha bersama untuk meningkatkan keselamatan para pekerja. Strategi global

mengenai terdiri dari terciptanya budaya keselamatan dan kesehatan kerja

yang kuat disemua perusahaan dan pengenalan dan pendekatan yang

sistematis terhadap manajemen K3 ditingkat perusahaan telah dikembangkan

dalam “panduan ILO mengenai system manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja (ILO-OSH-MS-2001)”.

Strategi-strategi untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja harus

diperluas agar mencakup semua pekerja, khususnya pekerja diperusahaan.

Perusahaan kecil dan menengah serta disektor ekonomi informal, juga

pekerja-pekerja dikelompok-kelompok rentan termasuk pekerja muda,

penyandang cacat, dan buruh migran, serta pekerja mandiri. Pekerja termasuk

kelompok rentan ini harus diberi pertimbangan khusus. Strategi yang

1

Page 5: strategi penerapan program K3 menurut ILO

dilakukan harus peka terhadap unsure gender untuk melindungi pekerja pria

maupun wanita.

ILO mendukung terciptanya mekanisme pelatihan K3 untuk mencapai

semua pekerja serta para pengusaha melalui paket-paket pelatihan seperti

peningkatan kerja diperusahaan kecil (WISE) dan pelatihan mengnai aksi

partisipasi (Participatory Action Training) untuk sector informal (PATRIS).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja ?

2. Apa saja strategi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja menurut

ILO (International Labour Organization) ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Mengetahui strategi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja

menurut ILO.

2

Page 6: strategi penerapan program K3 menurut ILO

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

1. Menrut ILO/WHO

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik, mental, dan

social yang setinggi-tingginya bagi pekerja disebua jabataan,pencegahan

penyimpanan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kerja yang

adaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi dan diringkaskan

sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada

jabatannya.

2. Menurut OSHA

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah multi disiplin ilmu yang

berfokus pada penerapan prinsip ilmu dalam memahami adanya resiko yang

memperngaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan

industry ataupun di luar lingkungan industri, selain itu, keselamatan dan

kesehatan manusia dalam bekerja marupakan profisionalisme dari berbagaai

disiplin ilmu yaitu, fisika, kimia, biologi, dan ilmu perilaku yang

diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dana, dan

penanganan bahan berbahaya.

3. Menurut Depnaker RI

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah segala daya upaya dan

pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi dan

menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-

langkah identifikasi, analisa dan pengendalian bahaya secara tepat dan

melaksanakan perundangan-undangan tentang keselamatan dan kesehatan

kerja.

3

Page 7: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 untuk

menjaga dan menentukan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi

dan terbebas dari factor-faktor lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan.

B. Strategi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja

Pilar-pilar dasar strategi OSH Global yang meliputi bangunan dan

pemeliharaan budaya keselamatan dan kesehatan preventif nasional dan

pengenalan pendekatan system manajemen OSH. Sebuah budaya keselamatan

dan kesehatan preventif nasional adalah satu dimana hak untuk lingkungan

kerja yang aman dan sehat melalui sistem hak yang ditetapkan, tanggung

jawab dan tugas, dan dimana prinsip pencegahan diberikan prioritas tertinggi

membangun dan memelihara pencegahan budaya keselamatan dan kesehatan

memerlukan pemanfaatan segala cara yang tersedia untuk meningkatkan

kesadaran umum, pengetahuan dan pemahaman tentang konsep bahaya dan

resiko, dan bagaimana mereka dapat dicegah dan dikendalikan. Pendekatan

sistem ini untuk manajemen OSH ditingkat perusahaan baru-baru ini

dikembangkan dalam pedoman ILO tentang keselamatan dan sistem untuk

pengelolaan sistem OSH nasional.

Strategi penerapan K3 merupakan alat untuk mencapai tujuan

kesehatan kerja berkaitan dengan pemerintah, pengusaha and masyarakat

(tenaga kerja). Oleh karena itu, diperlukan prinsip-prinsip pelaksanaan

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tingkat nasional, tingkat

perusahaan dan tempat kerja.

Berikut ini dapat ditampilan bagan upaya keselamatan dan ksehatan

kerja di tingkat nasional, perusahaan dan tempat kerja (kode praktis ILO-

2001;9-33)

Tingkat Nasional

Kebijakan K3 untuk

Industri

Jaminan Sosial Tenaga

Kerja

Kerangka Hukum dan

Perundang-undangan

4

Page 8: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Pengawasan

Ketenagakerjaan

Pedoman Sistem Pelatihan

Tingkat Perusahaan

Kebijakan K3 Sistem Manajemen K3

Tenaga Kerja yang

Kompeten

Penangkapan yang Aman Alat Pelindungan Diri

Tingkat Tenaga Kerja

Perencanaan Lokasi Seleksi Metode Kerja

Perlengkapan Aman Organisasi Kerja

Operasi Aman

(Genewa,ILO,1997 hal 5)

Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengeluarkan guideline untuk

manajemen mulai dari tingkat nasional sampai sampai pada tingkat

perusahaan menurut ILO-OSH guideline ini, kebijakan K3 ditingkat nasional

menekankan hal-hal berikut (ILO-OSH 2001) :

1. Managemen K3 harus merupakan bagian integral dari keseluruhan

managemen organisasi.

2. Menfasilitasi kegiatan K3 baik di tingkat nasional dan organisasi

3. Keterlibatan pekrja atau perwakilan pekerja pada tingkat organisasi

4. Melaksanakan perbaikan terus menerus terhadap birokrasi, administrasi

dan biaya.

5. Kerjasama antar instansi terkait dalam kerangka managemen K3.

6. Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas kebijakan K3 nasional.

7. Mempublikasikan managemen K3.

8. Memastikan managemen K3 diberlakukan sama terhadap kontraktor,

pekerjaa kontrak dan pekerja tetap.

Pada bulan juni 2003, konferensi perubahan internasional membahas

kegiatan standar terkait organisasi buruh dunia di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja. Diskusi berlangsung dalam konteks komite terpatrit pada

keselamatan dan kesehatan kesehatan kerja yang terdiri dari 104 anggota

5

Page 9: strategi penerapan program K3 menurut ILO

pemerintah, 37 anggota perusahaan dan 58 anggota pekerja. Sejak didirikan

pada tahun 1919, subjek keselamatan dan kesehatan kerja telah telah menjadi

inti atau pekerjaan ILO, termasuk kegiatan penetapan standarnya.

Strategi global keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bertujuan

untuk mempromosikan lebih dari pendekatan preventif untuk mengurangi

kecelakaan dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan untuk

mengurangi kecelakaan dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan

dan untuk melakukannya menggunakan promosi yang lebih luas dari

keamanan pencegahan dan budaya kesehatan dan managemen yang lebih baik

dari OSH ditingkat nasional dan tingkat perusahaan.

Kesimpulan konferensi mengurangi strategi global keselamatan dan

kesehatan kerja. Mereka mengkonfirmasi peran instrument ILO sebagi pilar

utama untuk promosi keselamatan dan kesehatan kerja . pada saat yang sama

mereka juga menyuarakan aksi yang terpada yang lebih baik untuk

menghubungkan standar ILO dengan cara lain sebagai advokasi , peningkatan

kesadaran, pengembangan pengetahuan, manajemen, penyebaran informasi

dan kerja sama teknis untuk memaksimalkan dampak.

1. Promosi, peningkatan kesadaran dan advokasi

Hari dunia untuk keselamatan dan kesehatan kerja diadakan pada

tanggal 28 april setiap tahun – kini telah menjadi salah satu peristiwa

internasional yang paling penting untuk mempromosikan OSH.

Pada tahun 2004, III Negara melaporkan berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan hari dunia, sedangkan pada tahun 2005 angka tersebut

meningkat menjadi 115 negara.

Pemerintah, pengusaha, dan pekerja berkomitmen untuk berbagi

macam kegiatan, dengan pemerintah dan pejabat lainnya, kepala eksekutif

pengusaha dan organisasi pekerja memainkan peran aktif.

Ada antusiasme yang cukup besar untuk meningkatkan OSH, semua

yang disajikan lebih lanjut untuk mempublikasikan manusia dan biaya

ekonomi dari kecelakaan dan penyakit ditempat kerja.

6

Page 10: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Konres dunia pada keselamatan dan kesehatan kerja, yang

diselenggarakan di Orlando dan Republik Korea – acara lain promosi

utama bagi keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, yang

diselenggarakan setiap tiga tahun.

ILO juga berusaha meningkatkan visitabilitas instrument sendiri.

Banyak konvensi di OSH dan topic terkait, seperti pengawasan

ketenagakerjaan, telah diratifikasi dalam beberapa tahun terakhir.

Banyak Negara anggota telah memperbaharui undang-undang mereka

pada OSH, penguatan sistem pemeriksaan, dan mengembangkan program

OSH nasional dan sistem untuk memberlakukan program ILO juga telah

aktif mendukung inisiatif di beberapa Negara untuk mengembangkan

kebijakan dan program nasional.

Pembinaan dan promosi pencegahan budaya keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan dasar fundamental untuk meningkatkan kinerja

OSH dalam jangka panjang. ILO harus memainkan peran advokasi yang

berkaitan dengan inisiatif yang berbeda. Oleh karena itu ILO harus :

Mendukung pembentukan secara tahunan internasional atau kampanye

yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran luas tentang

pentingnya OSH dan mempromosikan hak-hak pekerja untuk

lingkungan kerja yang aman dan sehat. Inisiatif harus menghormati

acara peringatan hari buruh yang terorganisir sejak tahun 1984 pada

tanggal 28 april.

Mencari cara untuk meningkatkan visibilitas ILO dan instrumen OSH-

nya.

Mempromosikan konsep managemen yang baik dari keselamatan den

kesehatan ditempat kerja sebagai cara efektif untuk mencapai

pencegahan budaya keselamatan dan kesehatan yang kuat dan

berkelanjutan baik ditingkat nasional dan perusahaan.

Strategi menggunakan pertemuan internasional untuk

mempromosikan pencegahan keselamatan dan kesehatan kerja

7

Page 11: strategi penerapan program K3 menurut ILO

termasuk world congress pada keselamatan dan kesehatan yang di

selenggarakan bersama ILO dan Asosiasi Jaminan social internasional

Menerapkan pedoman sistem manajemen OSH.

Mendorong peluncuran program OSH nasional oleh otoritas

pemerintah an tertinggi.

2. Pengembangan Instrumen Baru dan Bimbingan terkait

Konferensi ILO tahun 2003 menyerukan pegembangan baru untuk

membangun kerangka promosi untuk OSH. Tiga komponen utama yang

diusulkan Kerangka Konvensi Promosi :

Promosi, ratifikasi, adaptasi ke dalam sistem data dan pelaksanaan

instrumen ILO yang nasional, yaitu konvensi, rekomendasi, kaidah

dan pedoman.

Pembuatan sistem keselamatan kerja nasional, ketentuan hukum,

penegakan hukum, kepatuhan dan pegawasan ketenagakerjaan,

manajemen pengetahuan, pertukaran informasi, penelitian, dan

layanan dukungan.

Membangun program nasional dan strategi, yang memiliki target

terikat waktu dan indicator untuk terus menindaklanjuti dan mengukur

kemajuan melulai indicator yang dipilih.

Dengan maksud untuk meningkatkan relevansi instrument ILO,

pengembangan instrumenbaru di bidang ergonomic dan bahaya

biologis harus diberikan prioritas tinggi. Prioritas juga harus diberikan

untuk pengembangan instrumen baru pada pengadaan mesin dalam

bentuk psikososial untuk kegiatan ILO lebih lanjut.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah area yang dalam

evolusi teknis yang konstan. Instrument tingkat tinggi untuk

dikembangkan karena itu harus focus pada prinsip kunci. ILO harus

mengembangkan metodologi untuk memperbaharui sistematis kode

dan pedoman tersebut.

8

Page 12: strategi penerapan program K3 menurut ILO

3. Kerjasama Teknis

Konferensi ILO mendukung pentingnya diadakan program OSH

nasional oleh otoritas pemerintahan tertinggi, misalnya dengan kepala

Negara atau parlemen, untuk membantu tempat OSH dipuncak-puncak

agenda nasional.

Dalam rangka untuk memastikan bahwa isu-isu OSH nasional di

bahas di tingkat kebijakan , ILO telah mempromosikan dimasukkannya

aspek OSH dalam rencana aksi nasional untuk program pekerjaan yang

layak atau pekerjaan Negara yang layak di beberapa Negara.

Beberapa proyek telah menargetkan kebutuhan untuk memperkuat dan

memodifikasi inspektorat tenaga kerja untuk memastikan bahwa mereka

secara teknis kompeten dan lebih fokus pada pencegahan.

Perumusan program OSH nasional, yang telah dipromosikan oleh ILO

dalam beberapa tahun terakhir, adalah cara yang efektif untuk

mengkonsolidasikan upaya tripartite dalam meningkatkan sistem OSH

nasional. Dukungan dan peluncuran program OSH nasional oleh otoritas

pemerintahan tertinggi, misalnya dengan kepala Negara, pemerintah atau

perlemen, akan memiliki dampak yang signifikan pada penguatan

kapasitas OSH nasional dan mobilisasi sumber daya nasional dan

internasional. Hal ini penting untuk memastikan partisipasi aktif dari

pengusaha, pekerja dan semua lembaga pemerintah terkait dalam

perumusan dan peaksanaan program. Program ini harus dikembangkan

atau dasar prestasi dan kebutuhan masing-masing Negara mengarah pada

perbaikan sistem OSH nasional dna kapasitas mereka dan kinerja OSH.

4. Pengembangan Pengetahuan, Manajamen dan Aseminasi

Pusat informasi kesehatan dan keselamatan internasional (CIS) ILO,

memainkan peran penting dalam pertukaran informasi internasional OSH

melalui produk informasi jaringan sendiri dan dukungannya terhadap

proyek ILO dan para ahli di lapangan.

Dalam bidang OSH, kapasitas yang memadai untuk mengembangkan,

memproses dan menyebarkan pengetahuan yang memenuhi kebutuhan

9

Page 13: strategi penerapan program K3 menurut ILO

pemerintah, pengusaha dan pekerja-baik itu standar internasional,

perundang-undangan nasional, bimbingan teknis, metodologi, kecelakaan,

dan penyakit statistik, pendidikan dan pelatihan alat, penelitian atau

bahaya dan penilaian risika data, dalam media apapun, bahasa dan format

yang diperlukan merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi prioritas

utama, mengembangkan strategi koheren dan relevan, dan melaksanakan

program OSH nasional. ILO harus terus menerus meningkatkan

kemampuannya untuk membantu konstituen dalam mengembangkan

kapsitas mereka di daerah dan merespon kebeutuhan spesifik mereka,

terutama dalam pembentukan atau penguatan nasional dan kolaborasi ILO

dengan pusat informasi kesehatan dan keselamatan internasional (CIS) dan

menghubungkan pusat-pusat melalui internet untuk membentuk jaringan

regional dan sistem pertukaran informasi global OSH yang juga berfungsi

sebagai tulang punggung untuk sistem peringatan bahaya global.

ILO harus berkontribusi terhadap upaya internasional dan nasional

yang bertujuan untuk mengembangkan metode kharmonisasi untuk

pengumpulan dan analisis data kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Metodologi juga harus dirancang untuk membantu konstituen dalam

teknik pengumpulan informasi, analisi, pengolahan, dan penyebaran dan

penggunaan informasi yang dapat dipercaya dalam perencanaan, prioritas,

dan proses pengambilan keputusan.

ILO harus mengembangkan materi pelatihan praktis dan mudah

digunakan dan metode di fokuskan pada “melatih pelatih” pendekatan

pada aspek-aspek kunci dari keselamatan dan kesehatan ditempat kerja dan

meningkatkan kapasitas struktur langan ILO dibidang keselamatan dan

penyebaran informasi dan penyediaan pelatihan, khususnya orang-orang

dari pusat pelatihan ILO. ILO harus mendukung Negara-negara

berkembang dalam pembentukan mekanisme pelatihan OSH yang relevan

untuk mencapai semua pekerja dan perwakilan mereka. Pelatihan harus

mengutamakan upaya pencegahan tindakan dan mencari solusi praktis

pelatihan ILO tentang telah digunakan di banyak digunakan dibanyak

10

Page 14: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Negara menghasilkan perbaikan yang nyata di perusahaan. WISE dan

materi pelatihan lainnya harus lebih ditingkatkan dan dibuat tersedia

secarra luas dengan biaya rendah. Kurikulum pendidikan OSH harus

dikembangkan pada tingkat yang sesuai.

5. Kolaborasi Internasional

Salah satu mitra ILO yang paling penting dalam konteks ini adalah

WHO. Gabungan ILO dan kimite WHO tentang kesehatan telah

membahas cara-cara memperkuat kerjasama antara badan-badan dengan

topic seperti promosi pendekatan terpadu dalam sistem manajemen OSH,

OSH dan prioritasnya untuk tindakan dalam kesehatan kerja. Komite

merekomendasikan bahwa kolaborasi harus focus pada :

Bimbingan dan dukungan untuk program OSH nasional

Meningkatkan kerjasama regional dan koordinasi

Koordinasi dan peningkatan informasi dan pendidikan program

Peningkatan kesadaran kegiatan dan instrument melalui kampanye,

acara dan hari-hari khusus.

Kolaborasi dengan organisasi dan badan-badan yang terlibat dalam

berbagai kegiatan dengan OSH, khususnya dengan WHO, telah terbukti

menjadi gaya yang sangat efektif. ILO juga bekerja sama denga industri

internasional pengawasan ketenagakerjaan (IALI) untuk mempromosikan

strategi OSH global yang secara khusus menargetkan sector konstruksi

dan pekerja anak berbahaya. Kolaborasi dengan lembaga-lembaga

internasional lainnya, seperti badan energi ato innternasional, organisasi

maritime internasional, dan institute PBB untuk pelatihan dan riset

(UNITAR) berlanjut dibidangnya masing-masing.

Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut komite

gabungan ILO dan WHO untuk Occupational Health yaitu program K3

nasional harus memiliki tiga unsure yaitu program promosi budaya K3,

program pembuatan sistem manajemen K3 dan program sasaran

penerapan. Ketiga program tersebut harus didukung oleh advokasi

promosi, perundang-undangan, pengawasan, dan terasa ahli di bidang K3.

11

Page 15: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Dalam membuat kebijakan nasional, pemerintah harus bersatu pada

peraturan-peraturan internsional seperti WHO dan ILO. Pemerintah juga

harus membentuk dewan penasehat K3 untuk membantu membuat

kebiijakan atau program K3.

Meskipun sampai pada tahun 2004, Indonesia masih belum

meratifikasi konvensi-konvensi ILO yang berkaitan berkaitan dengan K3

kecuali konvensi ILO No 120/1964 tentang Higiene )(Konvensional dan

Perkantoran), tetapi hingga tahun 2000, Indonesia telah merotifikasi

seluruh konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya

berjumlah delapan. Kedelapan konversi tersebut adalah :

1. Konvensi No. 87 : Kebebasan berserikat dan perlindungan terhadap

hak berorganisasi, 1948.

2. Konvensi No.98 : Hak berorganisasi dan berunding bersama, 1949.

3. Konvensi No.29 : Kerja paksa, 1930.

4. Konvensi No.105 : Penghapusan Kerja paksa, 1950.

5. Konvensi No.100 : Imbalan yang setara, 1951.

6. Konvensi No. 111 : Diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan,1958.

7. Konvensi No.138 : Batas usia minimum, 1973.

8. Konvensi No.182 : bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak, 1999.

Beberapa factor yang menghambat atau menjadi kendala dalam

pelaksanan K3 dinegara-negara berkembang adalah

Akses terhadap informasi K3 yang sangat terbatas

Tingkat pengetahuan K3 para manajer dan pekerja yang rendah

Konflik regional, tekanan ekonomi, factor klimatologi dan pertukaran

tenaga asing yang sedikit sehingga mempersulit pelaksanaan K3

Jumlah tenaga kerja tinggi sementara laporan kerja sedikit

Untuk mengatasi masalh-masalah tersebut di atas, maka strategi yang

harus diterapkan harus melliputi strategi berkala internasional, nasional,

tempat kerja (organisasi) dan individual pekerja.

12

Page 16: strategi penerapan program K3 menurut ILO

Iintervensi dari pemerintah dalam menciptakan aturan dan sistem

ditempat kerja dalam bidang K3 sangatlah penting. Hal ini dibuktikan

oleh Negara-negara industry yang memiliki kerangka kebijakan K3 yang

kuat dan penegakan hokum secara tegas dapat memperbaiki situasi

ditempat kerja secara signifikan. Disamping itu control dari pemerintah

terhadap pelaksanaan K3 dilaporan lebih efektif untuk memperbaiki

kesehatan pekerja, hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan strategi

K3 untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

13

Page 17: strategi penerapan program K3 menurut ILO

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam mengembangkan dan menerapkan strategi global, ILO harus

membuat upaya khusus dalam kaitannya dengan Negara-negara dengan

kebutuhan khusus untuk bantuan dan bersedia untuk memperkuat kapasitas

OSH mereka. Cara lain yang dapat dipertimbangkan pada tingkat nasional

sebagai bagian ari strategi untuk meningkatkan kondisi kerja di tingkat

perusahaan, termasuk UKM dan usaha ekonomi informal, dan untuk pekerja

yang rentan dan mempfokuskan kapasitas ini terhadap penyediaan sarana

dan bantua teknis dibidang keselamatan, penggunaan insentif keuangan,

inisiatif untuk memperkuat hubungan antara sistem layann kesehatan primer

dan kesehatan kerja, pengenalaan bahaya, risiko dan pencegahan konsep

dalam kurikulum sekolah dan sistem pendidikan secara umum membangun

yang kuat dan berkelanjutan budaya keselamatan dan kesehatan preventif

secara terus-menerus. Pertimbangan lebih lanjut adalah kebutuhan untuk

mempertimbangkan factor-faktor tertentu gender dalan konteks standar

OSH, instrument lain, sistem manajemen dan praktek. Selain itu pendekatan

terpada harus progresif diterapkan untuk semua area lain dari kegiatan ILO.

Akhirnya, pertimbangan harus diberikan untuk penyediaan sumber daya

yang memadai untuk melaksanakan rencana aksi ini.

B. Saran

Keterlibatan pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja dalam usaha

untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan K3 secara tegas di

cantumkan dalam kebijakan pada tingkat nasional.

Diperlukan standar teknis untuk masing-masing sector dalam

mendukung program revitalisasi pengwasan ketenagakerjaan

SDM perlu ditingkatkan baik dari segi kuantitas dan kualitas dalam

menjalankan program pengawasan ketenagakerjaan.

Pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang lebih signifikan

untuk promosi K3.

14

Page 18: strategi penerapan program K3 menurut ILO

DAFTAR PUSTAKA

International Labour Organization (ILO).2004.Global Strategy on Occupational

Safety And Health.Swiss : Internasional Labour Office.

www.ilo.org/publns diakses pada 25 september 2014

International Labour Organization.2013.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana

untuk Produktivitas.Jakarta : ILO. www.ilo.org/bpblns diakses pada 25

september 2014

Markkanen, Pia.2004.Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia.

International Labour Organization Subregional Officer for South-East

Asia.

15