skripsi fadli ryan arikundo

98

Click here to load reader

Upload: fadli-ryan-arikundo

Post on 28-Oct-2015

189 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

solar drying

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi fadli ryan arikundo

i

RANCANG BANGUN PROTOTYPE KOLEKTOR SURYA TIPE

PLAT DATAR UNTUK PENGHASIL PANAS PADA

PENGERING PRODUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

FADLY RIAN ARIKUNDO

NIM. 080401091

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 2: Skripsi fadli ryan arikundo

ii

Page 3: Skripsi fadli ryan arikundo

iii

Page 4: Skripsi fadli ryan arikundo

iv

Page 5: Skripsi fadli ryan arikundo

v

Page 6: Skripsi fadli ryan arikundo

vi

Page 7: Skripsi fadli ryan arikundo

vii

Page 8: Skripsi fadli ryan arikundo

viii

Page 9: Skripsi fadli ryan arikundo

ix

Page 10: Skripsi fadli ryan arikundo

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul “RANCANG BANGUN

PROTOTYPE KOLEKTOR SURYA TIPE PLAT DATAR UNTUK

PENGHASIL PANAS PADA PENGERING PRODUK PERTANIAN DAN

PERKEBUNAN”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan

Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub bidang Konversi Energi,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa, nasihat dan bantuan baik materil,

maupun moril dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, M.sc selaku dosen pembimbing yang telah

membantu dalam bimbingan serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera dan sebagai dosen pembanding I yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembanding II yang

telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita ST, MT. sebagai dosen yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ir. Zaman Huri, M.T selaku dosen wali yang telah membimbing dan

memberikan nasihat selama penulis kuliah.

6. Kedua orang tua penulis, Alm. Suryana Hardjadinata dan Zuliani Yendani

yang tidak pernah putus-putusnya memberikan dukungan, do’a, nasihat

serta kasih sayangnya yang tidak terhingga kepada penulis.

7. Abang penulis, Hendra Indrawan, Riza Suryan Putra, SP., kakak penulis

Erica Dina M.Eng, adik penulis Indah Rizki Mahfira dan keluarga lainnya

Page 11: Skripsi fadli ryan arikundo

ii

yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

8. Ibu S. Farah Dina dan Bapak Haznam yang juga telah membantu penulis

selama proses penyusunan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir.

9. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang

telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis

kuliah.

10. Rekan-rekan satu tim skripsi yaitu Indra Gunawan dan Nehemia Sembiring

yang telah bersama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi dan saling

bertukar pikiran selama proses penyusunan skripsi

11. Eka Harditya Yonanda Srg ST., yang selalu senantiasa mengingatkan,

mendukung, dan memberi semangat kepada penulis.

12. Teman-teman penulis khususnya Fitra Ali, Zaki Miswari, Willy Erlangga,

Paramitha Rara, Nurul Aini, Qarina yang telah memberikan dukungan dan

doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Rekan-rekan khususnya Felix Asade, Ramadhan, Harry Pramana, Ari

Fadillah, yang bersama-sama dengan penulis menuntaskan kerja praktek.

14. Seluruh rekan mahasiswa angkatan 2008 khususnya, Ferdinand, Michael,

Joshua, Fauzi, Alexander, Howard Lee, Otto, Munawir, Sahir Bani, Frans,

Agorlif, Herto dan rekan-rekan lainnya, para abang senior dan adik-adik

junior semua yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis akan sangat berterimakasih dan

dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya

tulisan yang lebih sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat

memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, April 2013

FADLY RIAN ARIKUNDO

Page 12: Skripsi fadli ryan arikundo

iii

ABSTRAK

Proses pengeringan merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan

pada produk pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan kualitas dengan cara

menghilangkan sebagian kadar air sampai batas dimana mikroba tidak dapat

tumbuh. Untuk itu, pada tugas akhir ini dirancang sebuah ruang pengering

berukuran 0,5m x 0,5m x 0,7m yang menggunakan kolektor surya pelat datar

dengan ukuran 2m x 0,5m serta menggunakan ubi kayu sebagai sampel.

Perancangan alat pengeringan ini bertujuan untuk mengeringkan ubi kayu dari

kadar air awal ±60% menjadi >10%. Kolektor surya diisolasi dengan rockwoll,

sterofoam dan kayu sehingga kehilangan panas dapat diminimalisasi. Medium

pengering adalah udara panas yang dihasilkan melalui kolektor yang menangkap

radiasi sinar matahari dan dialirkan secara alamiah keruang ruang pengering

selanjutnya akan digunakan untuk mengeringkan ubi kayu. Setelah dilakukan

penelitian dengan metode eksperimen yakni dengan cara mengamati dan

mengukur langsung hal-hal yang dilakukan pada alat pengering tersebut kemudian

dilakukan pengolahan serta evaluasi data penelitian. Dari hasil penelitian dan

analisis yang dilakukan pada pukul 08:00–17:00 WIB pada saat kondisi cuaca

cerah, diperoleh panas radiasi rata-rata yang dapat diserap kolektor adalah 372,21

watt, kehilangan panas rata-rata pada kolektor adalah 161,32 watt dan efisiensi

rata-rata dari kolektor surya yang didapat selama proses pengujian adalah 40,13%.

Kata kunci : pengering, kolektor surya, perpindahan panas

Page 13: Skripsi fadli ryan arikundo

iv

ABSTRACT

The drying process is one of important activities on agricultural and

plantation products to increase quality by deaden water content partly till limit of

microbes can't grow. Therefore, in this final project designed a drying chamber

measuring 0.5 m x 0.5 m x 0.7 m using flat plate solar collector sized 2m x 0.5m

and used cassava as sample. Design of this drying tool aim to dry cassava from

the initial moisture content of ± 60% to >10%. Isolated solar collector with

rockwool, sterofoam and wood are used to isolate the solar collector to minimize

the heat loss. Medium dryer is hot air which produced through collector which

caught the solar radiation and flowed naturally to drying chamber. Furthermore

it will be used to dry the cassava. The research used experimental method, that is,

observe and quantify directly the drying tool. Then it will be processing and

evaluate the data. From research was conducted at 8 am until 5 pm in sunny

weather, the result show that the average radiation heat which can be absorbed

by the collector is 372.21 watt, the average heat loss is 161.32 watt and the

average efficiency from the solar collector during test is 40.13%.

Keywords: dryer, solar collectors, heat transfer

Page 14: Skripsi fadli ryan arikundo

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... iii

ABSTRACT ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. ix

DAFTAR SIMBOL ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3

1.3 Manfaat 3

1.4 Batasan Masalah 3

1.5 Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5

2.1 Pengeringan 5

2.2 Ubi (Cassava) 8

2.3 Kolektor dan Jenis Jenisnya 10

2.4 Pemanfaatan Energi Matahari 13

2.5 Tinjauan Perpindahan Panas 16

2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi 17

2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi Natural 18

2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 25

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian 25

3.2 Metode Desain 25

3.2.1 Perancangan Pelat Absorber 26

3.2.2 Perancangan Kaca Penutup 27

Page 15: Skripsi fadli ryan arikundo

vi

3.2.3 Perancangan Isolasi 27

3.2.4 Perancangan Rangka Mesin Pengering 27

3.2.5 Perancangan Boks Pengering ........................................................... 28

3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan 29

3.3.1 Peralatan Pengujian 29

3.3.2 Bahan Pengujian 36

3.4 Persiapan Pengujian 39

3.5 Prosedur Pengujian 41

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA ........................................................... 42

4.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari (Solar Radiation) 42

4.1.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran 43

4.1.2 Perbandingan Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran 43

4.2 Desain Kolektor Surya 46

4.3 Perhitungan Kehilangan Panas Kolektor Surya 47

4.3.1 Menghitung Kecepatan Profil Dalam Kolektor ( 48

4.3.2 Menghitung Kehilangan Panas Pada Dinding 51

4.3.3 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Alas 58

4.3.4 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Atas 60

4.3.5 Menghitung Kehilangan Panas Radiasi 62

4.3.6 Menghitung Kehilangan Panas Total Kolektor (Qtotal) 63

4.4 Efisiensi Kolektor Surya 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 76

5.1 Kesimpulan 76

5.2 Saran 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: Skripsi fadli ryan arikundo

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Komposisi Kimia Ubi (Cassava) 100 gr bahan ........................... 9

Tabel 3.1 Spesifikasi Pyranometer ......................................................................... 32

Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity Sensor ............................................................ 33

Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement Apparatus ....................................................... 33

Tabel 3.4 Spesifikasi T dan RH Smart Sensor......................................................... 34

Tabel 4.1 Data Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran 1 Maret 2013 .................. 42

Tabel 4.2 Perbandingan Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran................. 43

Tabel 4.3 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada

Tanggal 01 Maret 2013 ........................................................................... 67

Tabel 4.4 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada

Tanggal 02 Maret 2013 ........................................................................... 69

Tabel 4.5 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada

Tanggal 05 Maret 2013 .......................................................................... 72

Tabel 4.6 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada

Tanggal 06 Maret 2013 ........................................................................... 74

Page 17: Skripsi fadli ryan arikundo

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin Pengering 10

Gambar 2.2 Kolektor Surya Konsentrator, (a) Line Focus, (b) Point Focus 12

Gambar 2.3 Evacuated Tube Collector 12

Gambar 2.4 Hubungan Matahari Dan Bumi 13

Gambar 2.5 Energi Yang Masuk Bumi 14

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Pada Kolektor Surya Pelat Datar 16

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konduksi 17

Gambar 2.8 Perpindahan Panas Konduksi Pada Kolektor 18

Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konveksi Paksa dan Konveksi Natural. 19

Gambar 2.10 Konveksi Natural Dan Tebal lapisan Batas Pada Bidang Miring 21

Gambar 3.1 Kolektor 26

Gambar 3.2 Boks Pengering 28

Gambar 3.3 Alat Pengering 29

Gambar 3.4 Laptop 30

Gambar 3.5 Agilient 31

Gambar 3.6 Hobo Microstation data logger 32

Gambar 3.7 USB load cell 35

Gambar 3.8 Sampel Ubi Kayu 36

Gambar 3.9 Triplek 36

Gambar 3.10 Rockwool 37

Gambar 3.11 Kaca 37

Gambar 3.12 Sterofoam 38

Gambar 3.13 Pelat Seng 38

Gambar 3.14 Experimental Setup 39

Gambar 4.1 Rancangan Kolektor Surya 46

Gambar 4.2 Penampang Kolektor Surya 47

Gambar 4.3 Gradient Perpindahan Panas Pada Isolator 47

Page 18: Skripsi fadli ryan arikundo

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan

Pengukuran BMKG Pada Tanggal 01 Maret 2013 ................................. 43

Grafik 4.2 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan

Pengukuran BMKG Pada Tanggal 02 Maret 2013 ................................. 44

Grafik 4.3 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan

Pengukuran BMKG Pada Tanggal 05 Maret 2013 ................................. 44

Grafik 4.4 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan

Pengukuran BMKG Pada Tanggal 06 Maret 2013 ................................. 45

Grafik 4.5 Waktu vs Temperatur 1 Maret 2013 pukul 12.00-12.15 ........................ 48

Grafik 4.6 Grafik Waktu vs Itensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal 01

Maret 2013.............................................................................................. 68

Grafik 4.7 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 01 Maret 2013 .................. 68

Grafik 4.8 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Itensitas Radiasi Matahari

Pada Tanggal 01 Maret 2013 .................................................................. 68

Grafik 4.9 Grafik Waktu vs Itensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal 02

Maret 2013.............................................................................................. 68

Grafik 4.10 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 02 Maret 2013 .................. 69

Grafik 4.11 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Itensitas Radiasi Matahari

Pada Tanggal 02 Maret 2013 .................................................................. 70

Grafik 4.12 Grafik Waktu vs Itensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal 05

Maret 2013.............................................................................................. 71

Grafik 4.13 Grafik Waktu vs Temperatur PadaTanggal 05 Maret 2013 ................... 71

Grafik 4.14 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Itensitas Radiasi Matahari

Pada Tanggal 05Maret 2013 ................................................................... 73

Grafik 4.15 Grafik Waktu vs Itensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal 06

Maret 2013.............................................................................................. 73

Grafik 4.16 Grafik Waktu vs Temperatur PadaTanggal 06 Maret 2013 ................... 74

Grafik 4.17 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Itensitas RadiasiMatahari

Pada Tanggal 06 Maret 2013 .................................................................. 75

Page 19: Skripsi fadli ryan arikundo

x

DAFTAR SIMBOL

SIMBOL KETERANGAN SATUAN

A Luas Penampang m2

A Ketinggian Dari Permukaan Laut km

B Konstanta Hari

Panas Jenis kJ/kg K

E Faktor Persamaan Waktu menit

Eb Energi Matahari Yang Diterima Bumi kal/hari

F’ Faktor Efisiensi Kolektor

g Gravitasi m/s2

Radiasi Matahari Yang Jatuh Langsung

Ke Permukaan Bumi W/m2

Radiasi Difusi W/m2

Gon Radiasi Di Atmosfer W/m2

GrL Bilangan Grashof

Gsc Radiasi Rata-Rata Yang Diterima Bumi W/m2

Radiasi Total W/m2

h Koefisien Perpindahan Panas Konveksi W/m2

K

hw Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi W/m2C

I Itensitas Radiasi Matahari W/m2

k Konduktivitas Bahan Termal W/m K

Lloc Posisi Bujur o

Lst Standart Meridian o

Nu Bilangan Nusselt

.

Q Laju Energi Panas Watt

Ral Bilangan Rayleigh

Re Bilangan Reynold

S Konstanta Matahari Ly.menit-1

ST Waktu Matahari

STD Waktu Lokal

Page 20: Skripsi fadli ryan arikundo

xi

Tr Temperatur Udara Sekitar oC

sT

Temperatur Dinding oC

T∞ Temperatur Udara Lingkungan oC

Kecepatan Karakteristik m/s

Kecepatan Profil Kolektor m/s

wQ Nilai Ketidakpastian

Nilai Absorbsifitas

Koefisien Udara 1/K

δ Sudut Deklinasi o

δ Tebal Lapisan Batas m

ε Emisivitas Bahan

Efisiensi %

Massa Jenis kg/m3

ζ Kontanta Stefan Boltzomann W/m2 K

4

Laju Aliran Massa Udara kg/s

Nilai Transmisifitas

Temperatur Rata-Rata Keluar Dari Kolektor oC

Δt Selang Waktu Perhitungan s

Perbedaan Temperatur oC

φ Posisi Lintang o

Ө Kemiringan Kolektor o

Page 21: Skripsi fadli ryan arikundo

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena

tidak memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap

perubahan iklim seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang dihasilkan

dari matahari berarti kita telah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, dan

dengan demikian kita benar-benar telah mengurangi dampak perubahan iklim.

Penelitian terbaru melaporkan bahwa rata-rata sistem rumah surya mampu

mengurangi 18 ton emisi gas di lingkungan setiap tahunnya. Energi surya juga

tidak memancarkan oksida nitrogen atau sulfur dioksida yang berarti tidak

menyebabkan hujan asam atau kabut asap.

Kebutuhan energi semakin meningkat dengan adanya kemajuan teknologi.

Sumber energi yang banyak dipakai sampai saat ini adalah sumber yang dapat

habis yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, batubara dan gas bumi

(energi berbasis fosil). Karena kebutuhan energi meningkat maka usaha manusia

untuk mengeksploitasi sumber energi di atas turut meningkat. Mengingat

terbatasnya persediaan sumber energi tersebut, maka mulai dicari sumber energi

lain seperti energi matahari, energi gelombang, energi angin, energi pasang surut,

dll. Energi surya sebagai sumber energi utama di masa depan dan merupakan

sumber energi terbarukan. Matahari hampir tak terbatas sebagai sumber energi,

dan energi surya tidak dapat habis, tidak seperti bahan bakar fosil yang akhirnya

akan habis. Setelah bahan bakar fosil habis, dunia akan memerlukan alternatif

sumber energi yang baik, dan energi surya jelas terlihat sebagai salah satu

alternatif terbaik.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk

Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian, perkebunan ataupun

bercocok tanam. Namun kualitas produk pasca panen masih sangat rendah.

Sangat disayangkan para petani masih menjemur hasil panen secara langsung

dibawah sinar matahari dan udara terbuka.

Page 22: Skripsi fadli ryan arikundo

2

Proses pengeringan produk-produk hasil pertanian dan perkebunan, seperti

jagung, padi, singkong, kopi, karet, kakao, cengkeh, dan kemiri, ubi, kentang,

seringkali terkendala faktor cuaca. Kondisi cuaca yang tidak menentu, terutama

saat musim hujan, akan mengakibatkan proses pengeringan alami berlangsung

tidak optimal. Ditambah lagi ketiadaan alat pengering menjadikan hasil pertanian

berjamur dan rusak karena lembapnya udara. Akibatnya, harga jual produk-

produk itu rendah. Petani pun mengalami kerugian yang tidak sedikit. Untuk

mencegah kerugian yang dialami para petani, diperlukan suatu alat pengering.

Dengan alat itu, jamur dan mikroba yang bisa merusak produk-produk pertanian

dan perkebunan bisa dihilangkan.

Umumnya kadar air yang tinggi memicu berkembangnya jamur dan

mikroba. Tingkat kekeringan yang rendah berdampak pada kualitas dan harga

produk. Agar petani tidak dibebani ongkos pengeringan yang tinggi, bahan bakar

pengering harus berasal dari sumber yang ekonomis, ramah lingkungan, dan dapat

diperbarui. Sebagai jawaban atas melambungnya harga bahan bakar minyak, alat

tersebut harus hemat energi.

Mengingat wilayah Indonesia memiliki sinar matahari cukup melimpah,

terletak pada daerah khatulistiwa yang mempunyai iklim tropis dan radiasi surya

hampir sepanjang tahun, sehingga pengembangan teknologi tepat guna yang

memanfaatkan sinar matahari sebagai energi alternatif sangat sesuai aplikasinya

dalam bidang pengering berupa Pengering Tenaga Surya yang memanfaatkan

sinar matahari untuk memanaskan udara pengering.

Pemanfaatan energi sinar matahari dapat digunakan pada pengering untuk

mengurangi pemakaian energi berbasis fosil yang akan menyebabkan pemanasan

global. Pengolahan pasca panen hasil pertanian atau perkebunan mempunyai

peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang sekaligus juga

merupakan sumber pemasukan devisa negara yang cukup besar. Dengan

penerapan sistem energi sinar matahari pada teknologi ini, diharapkan akan

mempercepat proses pengeringan. Selain untuk mempercepat pengeringan, juga

dapat menjaga mutu dan kualitas produk pasca panen tersebut. Hal-hal inilah yang

melatarbelakangi penelitian ini.

Page 23: Skripsi fadli ryan arikundo

3

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pengujian ini adalah:

1. Merancang bangun satu unit alat pengering tenaga surya.

2. Mengetahui jumlah energi panas dan radiasi pada alat pengering tenaga

surya.

3. Mendapatkan efisiensi kolektor alat pengering tenaga surya.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Membantu proses pengeringan hasil produk pertanian agar lebih cepat.

2. Menjaga kualitas mutu dan meningkatkan harga jual produk pasca panen.

3. Mengurangi penggunaan energi listrik dan bahan bakar yang tidak dapat

diperbaharui.

4. Memberikan pemodelan alat pengering tenaga surya untuk pengembangan

dan pengaplikasian teknologi surya di Indonesia.

5. Agar dapat digunakan oleh masyarakat yang belum mendapatkan fasilitas

dan jaringan listrik yang memadai.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian di kota Medan yang terletak pada posisi 3,43 oLU–98,44

oBT dan ketinggian 37,5 meter dari permukaan laut.

2. Produk hasil pertanian yang dipakai sebagai sampel pengujian adalah ubi

kayu (cassava).

3. Pengujian dilakukan pada pukul 08.00–05.00 WIB.

4. Pengujian dilakukan pada kondisi cuaca cerah.

5. Sudut kemiringan kolektor yang dipakai dalam penelitian adalah 60o.

Page 24: Skripsi fadli ryan arikundo

4

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis dan mudah untuk

dipahami, maka skripsi ini disusun kedalam beberapa bagian. BAB I pendahuluan

yang membahas mengenai latar belakang dari judul skripsi, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II tinjauan

pustaka yang membahas mengenai dasar teori-teori yang berhubungan dengan

penulisan skripsi dan digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah.

Dasar teori diperoleh dari berbagai sumber dan literatur, diantaranya: buku-buku

literatur, jurnal, e-book, dan website. BAB III metodologi yang membahas

mengenai metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

Pada bab ini dibahas mengenai langkah-langkah penelitian data dan analisa data

yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dari topik yang

diangkat, dan beberapa aspek yang menunjang metode penelitian. BAB IV analisa

data dan pembahasan, pada bab ini akan dianalisa dan dibahas mengenai data-data

yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. BAB V

kesimpulan dan saran, di dalam bab ini berisi kesimpulan dari penulisan tugas

akhir dan saran-saran yang dapat digunakan sebagai tindaklanjut dari penelitian

yang telah dilakukan.

Page 25: Skripsi fadli ryan arikundo

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan

Teknologi pemrosesan bahan pangan terus berkembang dari waktu ke

waktu. Perkembangan teknologi ini didorong oleh kebutuhan pangan manusia

yang terus meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah

penduduk dunia. Pada saat yang sama, luas lahan pertanian dan perkebunan

makin menyempit. Hal tersebut menyebabkan dibutuhkannya teknologi-teknologi

pemrosesan produk pertanian dan perkebunan yang mampu meningkatkan

kualitas dan kuantitas produk tersebut, salah satunya adalah teknologi

pengeringan bahan pangan.

Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang

terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas

kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber

panas dan penerima uap cairan (Sumber: Treybal, 1980).

Pengeringan merupakan proses pemindahan panas dan uap air secara

simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang

dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang

biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan itu sendiri adalah untuk mengurangi

kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan

enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan

demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih

lama (Sumber: Thaib, 1999).

Metode pengeringan secara umum terbagi menjadi dua, pengeringan

alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami membutuhkan lahan yang luas,

sangat tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan sedangkan

pada pengeringan buatan kendala tersebut dapat diatasi. Kelemahan Pengeringan

buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih

tinggi dibanding pengeringan alami.

Mekanisme pengeringan ketika benda basah dikeringkan secara termal dan

berlangsung secara simultan ada dua. Mekanisme pertama perpindahan energi dari

Page 26: Skripsi fadli ryan arikundo

6

lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat.

Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi,

konveksi, radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh

temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas

permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses

penting selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan.

Penguapan yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa

difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara.

Mekanisme yang kedua perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke

permukaan. Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan

temperatur sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke

permukaan benda padat. Struktur benda padat tersebut akan menentukan

mekanisme aliran internal air.

Jenis-jenis pengeringan berdasarkan karakteristik umum dari beberapa

pengering konvensional dibagi atas 8 bagian, yaitu : (Arun S. Mujumdar, Chung

Lim Law. 2009)

1. Baki atau wadah

Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material

yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan

media pengering. Cara perpindahan panas yang umum digunakan adalah

konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan

dengan memanaskan baki tersebut.

2. Rotary

Pada jenis ini ruang pengering berbentuk silinder berputar sementara

material yang dikeringkan jaruh di dalam ruang pengering. Medium

pengering, umumnya udara panas, dimasukkan ke ruang pengering dan

bersentuhan dengan material yang dikeringkan dengan arah menyilang.

Alat penukar kalor yang dipasang di dalam ruang pengering untuk

memungkinkan terjadinya konduksi.

3. Flash

Pengering dengan flash (flash dryer) digunakan untuk mengeringkan

kandungan air yang ada di permukaan produk yang akan dikeringkan.

Page 27: Skripsi fadli ryan arikundo

7

Materi yang dikeringkan dimasukkan dan mengalir bersama medium

pengering dan proses pengeringan terjadi saat aliran medium pengering

ikut membawa produk yang dikeringkan. Setelah proses pengeringan

selesai, produk yang dikeringkan akan dipisahkan dengan menggunakan

hydrocyclone.

4. Spray

Teknik pengeringan spray umumnya digunakan untuk mengeringkan

produk yang berbentuk cair atau larutan suspensi menjadi produk padat.

Contohnya, proses pengeringan susu cair menjadi susu bubuk dan

pengeringan produk-produk farmasi. Cara kerjanya adalah cairan yang

akan dikeringkan dibuat dalam bentuk tetesan oleh atomizer dan

dijatuhkan dari bagian atas. Medium pengering (umumnya udara panas)

dialirkan dengan arah berlawanan atau searah dengan jatuhnya tetesan.

Produk yang dikeringkan akan berbentuk padatan dan terbawa bersama

medium pengering dan selanjutnya dipisahkan dengan hydrocyclone.

5. Fluidized bed

Pengeringan dengan menggunakan kecepatan aliran udara yang relatif

tinggi menjamin medium yang dikeringkan terjangkau oleh udara. Jika

dibandingkan dengan jenis wadah, jenis ini mempunyai luas kontak yang

lebih besar.

6. Vacum

Pengeringan dengan memanfaatkan ruangan bertekanan udara rendah.

Dimana pada ruangan tersebut tidak terjadi perpindahan panas, tetapi yang

terjadi adalah perpindahan massa pada suhu rendah.

7. Membekukan

Pengeringan dengan menggunakan suhu yang sangat rendah. Biasanya

digunakan pada produk-produk yang bernilai sangat tinggi, seperti produk

farmasi dan zat-zat kimia lainnya.

8. Batch dryer

Pengeringan jenis ini hanya baik digunakan pada jumlah material yang

sangat sedikit, seperti penggunaan pompa panas termasuk pompa panas

kimia.

Page 28: Skripsi fadli ryan arikundo

8

Pada bagian tugas akhir ini akan dilakukan simulasi pada pengeringan tipe

wadah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi pemanas udara

pengering.

2.2 Ubi (Cassava)

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk

Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Hal

ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari

31 juta ha yang telah siap tanam. Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai

macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-

sayuran, cabai, ubi, dan singkong.

Sampel yang dipakai dalam penelitian adalah ubi kayu atau singkong

(cassava) yang berkadar air 60% yang akan dikeringkan untuk mencapai kadar air

>10%, merupakan standar kering ubi kayu. Kemudian sampel di potong dadu 1cm

x 1cm x 1cm agar mudah dalam menghitung luasan sampel. Aplikasi dari

pengeringan ubi kayu dapat berupa tepung tapioka dan juga tepung mocaf

sehingga dapat menjadi nilai tambah dalam penjualan.

Ubi kayu (cassava) yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu

adalah pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.

Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya

sebagai sayuran. Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat

dimakan mentah. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg

HCN per kilogram umbi akar yang masih segar (PTP, 2008).

Ubi kayu (cassava) (Manihot utilissima) menghasilkan umbi setelah

tanaman berumur 6 bulan. Setelah tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan

umbi basah sampai 30 ton/ha. Kerusakan yang biasa timbul pada ubi kayu adalah

warna hitam yang disebabkan oleh aktivitas enzim polyphenolase atau biasa

disebut dengan kepoyoan.

Akar-akaran dan umbi-umbian kandungan patinya tinggi dan

kenyataannya bahwa ditanam secara melimpah, akar-akaran dan umbi-umbian

merupakan salah satu pangan pokok atau yang utama yang dimakan diberbagai

bagian Asia Tenggara. Di samping sayuran akar-akaran semacam itu seperti ubi

Page 29: Skripsi fadli ryan arikundo

9

kayu (cassava), talas, kentang, ubi jalar, buah-buahan yang berpati seperti pisang

untuk dimasak, sukun dan nangka dimasukkan dalam golongan pangan di atas.

Pangan tersebut merupakan sumber energi yang baik. Adapun komposisi kimia

ubi cassava dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Daftar Komposisi Kimia Ubi (Cassava) 100 gr bahan

Komponen Kadar

Kalori (kal)

146 Protein (gr)

1.2 Lemak (gr)

0.3 Karbohidrat (gr)

34.7 Kalsium (mg)

33 Fosfor (mg)

40 Besi (mg)

0.7 Vitamin A (S.I)

0 Vitamin B1 (mg)

0.06 Vitamin C (mg)

30 Air (gr)

62.5 BDD (%) 75

Sumber : Departemen Kesehatan R.I, (1992).

Secara alami ada tiga jenis karbohidrat, yaitu monosakarida, oligosakarida

dan polisakarida. Bentuk yang paling umum dari oligosakarida yaitu disakarida

yang terdiri dari dua monosakarida. Contoh yang paling umum dari disakarida

yaitu sukrosa. Bahan monosakarida yang terdapat diperdagangan umumnya dibuat

melalui proses hidrolisa bahan polisakarida. Bahan monosakarida untuk makanan

dan obat-obatan seperti glukosa dan fruktosa sering dibuat dari jagung, ketela

pohon, ubi jalar dan lainnya.

Pengeringan cassava membutuhkan waktu pengeringan lebih kurang 46 jam

atau dua hari hingga mendapatkan kadar air sebesar <14%, dengan temperatur

pengeringan berkisar diantara 30oC sampai dengan 60

oC . Konsep inilah yang

digunakan sebagai acuan untuk menciptakan Solar Dryers. Berikut mesin

pengering tenaga surya (solar dryers) yang menggunakan ubi kayu (cassava)

sebagai sampelnya.

Page 30: Skripsi fadli ryan arikundo

10

Gambar 2.1 Mesin Pengering

Mesin pengering tenaga surya (solar dryers) diatas menggunakan ubi kayu

(cassava) sebagai sampelnya. Mesin diatas memiliki effisiensi 17,33 % dan kadar

air akhir ubi kayu (cassava) 14%.

2.3 Kolektor dan Jenis-Jenisnya

Pengering surya adalah suatu sistem pengering yang memanfaatkan energi

surya. Sistem pengering surya terdiri dari dua bagian utama yaitu kolektor surya

dan ruang pengering. Kolektor surya adalah suatu alat yang dapat mengumpulkan

atau menyerap radiasi surya dan mengkonversikan menjadi panas

Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang

menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai

sumber energi utama. Kolektor surya yang pada umumnya memiliki komponen-

komponen utama, yaitu:

1. Cover berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju

lingkungan.

2. Absorber berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.

3. Kanal berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja .

4. Isolator berfungsi meminimalisasi kehilangan panas secara konduksi dari

absorber menuju lingkungan.

5. Frame berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor.

Page 31: Skripsi fadli ryan arikundo

11

Berdasarkan dimensi dan geometri dari receiver yang dimilikinya oleh

kolektor surya, pada umumnya kolektor surya dibagi atas 4 macam yaitu:

1. Flat-Plate Collectors ( Kolektor Pelat Datar )

Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya pelat datar adalah bahwa

memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung

dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena desainnya yang

sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan yang

murah. Pada umumnya kolektor jenis ini digunakan untuk memanaskan ruangan

dalam rumah, pengkondisian udara, dan proses-proses pemanasan dalam industri.

Tipe ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperatur di bawah 100°C. Spesifikasi tipe ini dapat dilihat dari absorber-nya

yang berupa pelat datar yang terbuat dari material dengan konduktivitas termal

tinggi, dan dilapisi dengan cat berwarna hitam. Aplikasi umum kolektor tipe ini

antara lain digunakan untuk pemanas air, pemanas gedung, pengkondisian udara,

dan proses panas industri.

2. Prismatic Solar Colector ( Kolektor Surya Prismatik )

Kolektor surya tipe prismatik dapat digolongkan dalam kolektor pelat

datar dengan permukaan kolektor berbentuk prisma yang tersusun dari 4 bidang

yang membentuk prisma, 2 bidang berbentuk segi-tiga sama kaki dan 2 bidang

yang lain berbentuk segi-empat siku-siku. Keunggulan dari kolektor surya tipe

prismatik ini adalah kemampuannya untuk dapat menerima energi radiasi

matahari dari segala posisi matahari.

3. Concentrating Collectors ( Kolektor Surya Konsentrasi )

Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada

temperatur antara 100° – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan

energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan

kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Berdasarkan komponen

absorber-nya jenis ini dikelompokan menjadi dua jenis yaitu line focus dan point

focus.

Page 32: Skripsi fadli ryan arikundo

12

(a) (b)

Gambar 2.2 Kolektor Surya Konsentrator, (a) Line Focus, (b) Point Focus.

(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Solar_thermal_collector)

4. Evacuated Tube Collectors

Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya

terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan

panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara

absorber dan cover-nya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu

meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari permukaan

luar absorber menuju lingkungan.

Gambar 2.3 Evacuated Tube Collector

(Sumber: http://www.greenspec.co.uk/solar-collectors.php)

Page 33: Skripsi fadli ryan arikundo

13

2.4 Pemanfaatan Energi Matahari

Matahari mempunyai diameter 1,39×109 m. Bumi mengelilingi matahari

dengan lintasan berbentuk ellipse dan matahari berada pada salah satu pusatnya.

Jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49×1011

m (Duffie &

Beckman, 1980).

Lintasan bumi terhadap matahari berbentuk ellipse, maka jarak antara

bumi dan matahari adalah tidak konstan. Karena adanya perbedaan jarak ini,

menyebabkan radiasi yang diterima atmosfer bumi juga akan berbeda (Duffle,

1980).

Gambar 2.4 Hubungan Matahari Dan Bumi

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk

mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an

mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping

jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi

yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi

menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2

atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar

10 MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi

surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah

sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran

potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa

datang.

Page 34: Skripsi fadli ryan arikundo

14

Matahari merupakan sumber energi yang benar-benar bebas untuk

digunakan oleh setiap orang. Tidak ada manusia yang memiliki Matahari, jadi

setelah menutupi biaya investasi awal, pemakaian energi selanjutnya dapat

dikatakan gratis. Kolektor surya beroperasi tanpa mengeluarkan suara (tidak

seperti turbin angin besar) sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Kolektor

surya biasanya memiliki umur yang sangat lama, dan biaya pemeliharaannya

sangat rendah karena tidak ada bagian yang bergerak. Kolektor surya juga cukup

mudah untuk diinstal. Energi surya adalah salah satu pilihan energi terbaik untuk

daerah-daerah terpencil, bilamana jaringan distribusi listrik tidak praktis atau tidak

memungkinkan untuk diinstalasi. Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru

mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah

daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik.

Sumber energi berjumlah besar dan kontinu terbesar yang tersedia bagi

umat manusia adalah energi yang dipancarkan oleh matahari. Energi matahari

sangat efektif karena tidak bersifat polutif dan tidak dapat habis.

Gambar 2.5 Energi Yang Masuk Bumi

Page 35: Skripsi fadli ryan arikundo

15

Setiap menit matahari meradiasikan energi sebesar 56 x 1026

kalori. Energi

matahari persatuan luas pada jarak dari permukaan bola dengan matahari sebagai

pusat bulatan dan jari-jari bulatan 150 juta km (jarak rata-rata bumi dengan

matahari) adalah :

( ........................................................... (2.1)

(

S = 2,0 Ly menit-1

, yang disebut konstana matahari

Maka energi matahari yang diterima bumi dengan jari-jari 6370 km adalah :

................................................................................. (2.2)

= 3,14 x (637 x 106cm)

2x 2 kal cm

-2menit

-1

= 2,55 x 1018

kal.menit-1

= 3,67 x 1021

kal/hari

Radiasi adalah proses perpindahan panas tanpa melalui media. Bila energi

radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan

(refleksi) , sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan

(transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal

sehingga penerapan transmisivitas dianggap nol.

Terdapat dua jenis pantulan radiasi yaitu spekular dan diffuse. Jika sudut

pantulan radiasi sama, maka pantulannya disebut spektular. Jika sudut

pantulannya beragam ke semua arah maka pantulannya adalah diffuse.

Atmosfer bumi terdiri atas empat lapisan dari yang terdekat dari

permukaan bumi yaitu troposfer (0-10 km), stratosfer (10-30 km), mesosfer (30-

50 km), dan thermosfer (50-400 km).

Radiasi yang sampai di lapisan thermosfer dilambangkan (Gon). Radiasi

yang diteruskan ke permukaan bumi dilambangkan (Gbeam). Radiasi akibat

pemantulan dan pembiasan dilambangkan (Gdiffuse).

Radiasi yang dapat ditangkap oleh luasan kolektor dengan asumsi

effisiensi kaca 90%, intensitas radiasi diperoleh dari alat ukur, dan dihitung

permenit, sehingga energi radiasi dapat di hitung mengunakan rumus (Duffie,

1980) :

Page 36: Skripsi fadli ryan arikundo

16

Q = Δt F’ ..................................................................... (2.3)

Dimana: Q = Energi Radiasi Masuk Kolektor (Watt)

I = Intensitas radiasi (W/m2)

A = Luas penampang kolektor(m2)

Δt = Selang waktu perhitungan (s)

F’ = Faktor efisiensi kolektor

= Transmisifitas kaca

= Absorbsifitas pelat

2.5 Tinjauan Perpindahan Panas

Dalam perencanaan suatu alat dengan pemanfaatan tenaga surya perlu

diketahui semua jenis perpindahan panas yang terjadi selama siklus terjadi.

Seperti ketika kolektor menerima panas dari matahari maka hal itu terjadi dengan

cara radiasi, kemudian panas dari pelat dan sisi kolektor berpindah secara

konveksi dan konduksi ke udara. Untuk lebih jelasnya dapat kita perhatikan

semua jenis perpindahan panas yang terjadi.

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Pada Kolektor Surya Pelat Datar

Page 37: Skripsi fadli ryan arikundo

17

2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi

Konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir dari benda yang

bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah melalui

benda penghubung yang diam (tidak dalam mengalir). Besar kecil perpindahan

panas ditentukan oleh karakteristik zat dan benda yang dilalui panas pada waktu

perpindahan dari satu benda ke benda lain. Dimana pada alat ini terjadi pada

peristiwa kehilangan panas dari kolektor surya.

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konduksi.

Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum

Fourrier.

.

dx

dTkAQc

......................................................................... (2.4)

Dimana, .

Qc = laju perpindahan panas (Watt)

k = konduktivitas thermal ( W /m.K)

A = luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2)

dx

dT = gradien temperatur dalam aliran panas (K/m)

Bahan yang mempunyai konduktifitas termal yang tinggi dinamakan

konduktor, sedangkan bahan yang konduktifitas termal rendah disebut isolator.

Page 38: Skripsi fadli ryan arikundo

18

Nilai angka konduktifitas termal menunjukan beberapa cepat kalor mengalir

dalam bahan tertentu.

Gambar 2.8 Perpindahan Panas Konduksi Pada Kolektor

Peristiwa perpindahan konduksi pada mesin pengering tenaga surya terjadi

pada sisi-sisi kolektor yang diisolasi oleh rockwoll, sterofoam dan kayu. Energi

panas hilang (Qloss) dan berpindah dari ruang dalam (kanal) kolektor menuju

temperatur yang lebih dingin (temperatur lingkungan).

2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi Natural

Konveksi merupakan proses perpindahan panas dari benda yang

bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah melalui

benda penghubung, dimana benda penghubung tersebut haruslah memiliki sifat

fluida (konduktivitas termal, kalor spesifik dan densitas). Syarat utama

mekanisme perpindahan panas konveksi adalah adanya aliran fluida. Perpindahan

panas konveksi pada pengering terjadi pada fluida kerja yang digunakan (udara).

Jika suatu pelat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber

gerakan dari luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akibat terjadinya gradien

densitas di dekat pelat itu, peristiwa ini dinamakan konveksi alamiah (natural

convection) atau konveksi bebas (free convection), untuk konveksi paksa (forced

convection) terjadi apabila udara itu dihembuskan pada pelat dengan fan.

kanal Lingkungan

Lingkungan

Page 39: Skripsi fadli ryan arikundo

19

Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konveksi Paksa dan Konveksi Natural.

Untuk laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai

berikut:

..

)( TThAQ sh ................................................................... (2.5)

Dimana, h = koefisien konveksi ( W / m2. K )

A = luas permukaan kolektor surya (m2)

sT = temperatur dinding ( K )

T∞ = temperatur udara lingkungan ( K )

.

Q = laju perpindahan panas ( Watt )

Korelasi yang sering digunakan dalam menentukan koefisien perpindahan

panas konveksi (hc) yaitu :

Grl = 𝜌 𝑔𝛽 (𝑇𝑠 𝑇𝑒 𝐿3

𝜇 .............................................................. (2.6)

Ral 𝐺𝑟𝑙 x 𝑃𝑟 ...................................................................... (2.7)

𝑁𝑢𝑥 𝑙 ℎ𝑐

𝑘 .............................................................................. (2.8)

Page 40: Skripsi fadli ryan arikundo

20

Dimana:

Grl = Bilangan Grashoff

= (kg/m3)

= (m/ )

= pada temperatur film (1/K)

= Panjang Kolektor (m)

= (N.s/m2)

Ral =

= Bilangan Prandt

= Bilangan Nusselt

= Lebar Kolektor (m)

= Koefisien konveksi (W/m2.K)

= Konduktivitas termal (W/m.K)

Penentuan kondisi aliran pada kasus konveksi natural adalah menggunakan

bilangan Ra yang telah didefenisikan pada persaman:

2

3)(

u

LTTgRa rs

L

............................................................ (2.9)

Menurut bidangnya, konveksi natural dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Bidang vertikal

Arah aliran fluida akibat konveksi natural pada bidang vertikal mempunyai

dua kemungkinan. Pertama temperatur bidang lebih tinggi dari temperatur fluida

sehingga fluidanya mengalir ke atas atau sebaliknya temperatur bidang lebih

rendah dari temperatur fluida, sehingga arah aliran ke bawah. Secara kuantitatif

persamaan mencari nilai bilangan Nu adalah sama, hanya arahnya saja yang

berbeda.

Parameter bilangan Rayleigh dihitung dengan menggunakan panjang

bidang L dan dinyatakan dengan L

Ra . Untuk kasus ini ada beberala alternatif yang

dapat digunakan. Persamaan yang paling sederhana dapat dijumpai pada

McAdams (1954), Warner dan Arpaci (1968), dan Bayley (1955), yaitu:

25,059,0Nu LRa untuk 94 1010 LRa …………………………… (2.10)

311,0Nu LRa untuk 139 1010 LRa ………………………………(2.11)

Page 41: Skripsi fadli ryan arikundo

21

2. Bidang miring

Bidang vertikal dapat dianggap sebagai bidang miring dengan kemiringan

90o. Dengan kata lain bidang miring adalah bidang vertikal yang sudut

kemiringannya kurang dari 90o. Jika fakta ini dibawa ke kasus konveksi natural,

maka semua persamaan pada bidang vertikal dengan satu catatan kemiringannya

harus diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya sebuah pelat yang panas dimiringkan

dengan sudut kemiringan 090 terhadap vertikal ditampilkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.10 Konveksi Natural Dan Tebal lapisan Batas Pada Bidang Miring

Pada ruang pengering (kanal) kolektor surya ini perpindahan panas yang

terjadi menuju ruang pengering (drying chamber) adalah perpindahan panas

konveksi natural, sehingga aliran udara bergerak yang terjadi melalui kolektor

adalah akibat perpindahan panas konveksi natural.

Perpindahan panas pada kolektor dianalisa dengan plat absorber adalah plat

miring dan dengan temperatur seragam.

Profil kecepatan dalam lapisan batas adalah:

(

(

)

.............................................................. (2.12)

Page 42: Skripsi fadli ryan arikundo

22

Dengan δ adalah tebal lapisan batas (m) adalah daerah yang mengalami

hambatan karena adanya tegangan geser pada permukaan plat dan kaca sehingga

partikel fluida terpaksa berhenti pada sekitar permukaan benda, baik di permukaan

plat maupun di permukaan kaca. Vc(y) adalah kecepatan karakteristik yang

merupakan fungsi jarak searah panjang plat (sumbu-y). Pada posisi y yang sama,

kecepatan karakteristik ini sama sepanjang x. persamaan untuk mencari kecepatan

karakteristik adalah:

(

3( ⁄ )

(

........................................... (2.13)

Dan tebal lapisan batas,

(

)

........................................ (2.14)

Konstanta gravitasi pada persamaan diatas adalah gravitasi yang searah dengan

plat miring (g cos Ө).

Pada gambar dapat dilihat bahwa pada bidang miring dengan sudut

kemiringan terhadap vertikal, percepatan gravitasi dapat diproyeksikan menjadi

cosg yang sejajar dengan bidang. Ini berarti bidang miring dapat dianggap

sebagai pelat vertikal tetapi percepatan gravitasinya menjadi cosg . Maka untuk

bidang miring semua persamaan pada kasus bidang vertikal dengan sT dan q

konstan dapat digunakan. Tetapi gravitasi g harus diganti menjadi cosg saat

menghitung bilangan Ra.

3)(cos LTTgRa rs

L

........................................................... (2.15)

Setelah menghitung bilangan Ra, maka semua persamaan untuk pelat vertikal,

persamaan (2.18) sampai dengan persamaan (2.19) dapat digunakan. Kita tinggal

memilih persamaan mana yang sesuai untuk kasus yang sedang dibahas.

Page 43: Skripsi fadli ryan arikundo

23

2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas dari benda bertemperatur tinggi

ke benda bertemperatur rendah dimana tidak diperlukan zat atau benda

penghubung, serta panas memancar dengan cara radiasi gelombang

elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi pada alat ini terjadi pada absorber

kolektor surya. Peristiwa radiasi yang dipancarkan oleh matahari, dan

dikonversikan dalam bentuk panas terjadi pada plat absorber serta adanya

pengaruh dari emisifitas permukaan benda hitam (plat absorber).

Perhitungan panas radiasi yang hilang pada kolektor surya adalah (Duffie

dan Backman,1980):

(

....................................................................... (2.16)

Dimana :

, ( Konstanta Stefan – Boltzmann)

q = Panas radiasi yang hilang (J)

A = Luas penampang (m²)

Tp = Temperatur Pelat (K)

Tc = Temperatur kaca (K)

= Emisivitas pelat

= Emisivitas kolektor

Perpindahan panas secara radiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Luas permukaan benda yang bertemperatur, yang akan menentukan besar

kecil jumlah pancaran yang akan dapat dilepaskan.

2) Sifat permukaan yang berhubungan dengan kemudahan memancarkan atau

menyerap panas.

3) Kedudukan masing-masing permukaan satu terhadap yang lain akan

menentukan besar fraksi pancaran yang dapat diterima oleh permukaan

lain.

Page 44: Skripsi fadli ryan arikundo

24

Karakteristik Radiasi dari Permukaan Benda Hitam:

1 Emisi Permukaan

Sifat dari permukaan radiasi (emisivitas) didefinisikan sebagai

perbandingan radiasi yang dihasilkan oleh permukaan benda hitam pada

temperatur yang sama. Emisivitas mempunyai nilai yang berbeda tergantung

kepada panjang gelombang dan arahnya. Nilai emisivitas bervariasi dari 0-1, di

mana benda hitam mempunyai nilai emisivitas 1.

2 Absorbsivitas (Penyerapan)

Absorbsi adalah proses pada saat suatu permukaan menerima radiasi.

Akibat langsung dari proses penyerapan ini adalah terjadinya peningkatan energi

dari dalam medium yang terkena panas tersebut.

3 Transmisivitas

Transmisivitas adalah fraksi dari jumlah energi radiasi yang

ditransmisikan perjumlah total energi radiasi yang diterima suatu permukaan.

Page 45: Skripsi fadli ryan arikundo

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

2013. Lokasi penelitian bertempat di Gedung Magister Pascasarjana Teknik

Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Metode Desain

Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu

produk yang kebutuhannya dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah perancangan

selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk. Cara merancang

terdiri dari 4 tahap atau fase, yang masing-masing terdiri dari beberapa langkah

(Pahl dan Beitz). Keempat fase tersebut adalah :

1. Fase Perumusan . (Formulation Phase)

2. Fase Fungsi (Functional Phase)

3. Fase Perancangan (Design Phase)

4. Hasil (Result)

Perencanaan alat pengering meliputi kolektor dan boks pengering.

Kolektor yang dipilih dalam perancangan ini adalah kolektor pelat datar, karena

tingkat kesulitan pembuatan yang rendah namun memiliki efisiensi yang cukup

baik dan sesuai dengan kebutuhan untuk penelitian. Perencanaan kolektor yang

akan dibahas meliputi pelat absorber, penutup transparan (kaca), dan isolasi pada

kolektor. Pada boks terdapat rak tray dan cerobong. Rak tray berfungsi sebagai

tempat meletakkan sampel, sementara cerobong berfungsi sebagai tempat

keluarnya udara dari boks.

Perencanaan alat pengering bertujuan untuk membantu para petani dalam

mengolah hasil produksi perkebunan dan pertanian. Oleh karena itu pertimbangan

yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengering yaitu: ekonomis,

produktifitas tinggi, mudah pembuatan, kuat dan mudah dioperasikan.

Page 46: Skripsi fadli ryan arikundo

26

Gambar 3.1 Kolektor

3.2.1 Perancangan Pelat Absorber

Pelat absorber berfungsi untuk menyerap radiasi surya dan

mengkonversikan menjadi panas. Energi dialirkan melalui fluida kerja udara

secara konveksi. Dengan mengacu fungsi absorber maka dipilih sifat bahan antara

lain:

Absorbsivitas tinggi (α)

Emisifitas panas rendah (ε)

Kapasitas panas kecil (Cp).

Konduktifitas besar (k)

Refleksi rendah (ρ)

Tahan panas dan tahan korosi

Kaku dan mudah dibentuk

Ada dipasaran

Bahan-bahan yang biasa dipakai untuk pelat pengumpul yaitu: seng, aluminium,

tembaga, kuningan, dan baja. Dalam perancangan ini digunakan seng sesuai

pertimbangan di atas. Seng yang digunakan mempunyai ketebalan 0,35 mm.

Permukaannya dilakukan pelapisan dengan cat semprot hitam kusam, agar jangan

terjadi refleksi dan mempunyai absorsivitas maksimum.

kayu

sterofoam

rockwool

kaca

Page 47: Skripsi fadli ryan arikundo

27

3.2.2 Perancangan Kaca Penutup

Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan radiasi surya dan mencegah

panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan

fungsi ini maka kaca penutup harus mempunyai sifat:

Transmisivitas tinggi ( )

Absorsivitas rendah (α)

Refleksivitas rendah (ρ)

Tahan panas

Ada dipasaran dan kuat

Dengan pertimbangan sifat di atas, maka digunakan dua lapis kaca bening dengan

ketebalan 5mm. Transmisivitas kaca ( )= 0,85, refleksi (ρ) = 0,09 dan absorsivitas

(α) = 0,06.

3.2.3 Perancangan Isolasi

Isolasi berfungsi untuk memperkecil panas yang hilang dari kolektor ke

lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor. Pada isolasi terjadi

perpindahan panas secara konduksi sehingga kehilangan panas dipengaruhi oleh

sifat-sifat bahan. Isolasi yang digunakan adalah:

Konduktifitas termal bahan (k) kecil.

Mudah dibentuk dan praktis

harga murah dan ada dipasaran

Tahan lama.

Isolator yang dipilih dalam perancangan terdiri dari tiga lapisan yaitu

rockwoll dimana kehantaran termalnya 0.042 W/moC, sterofoam dimana

kehantaran termalnya 0.036 W/ moC dan kayu dimana kehantaran termalnya 0.19

W/ moC.

3.2.4 Perancangan Rangka Mesin Pengering

Rangka mesin pengering terbuat dari besi siku 30 mm yang kemudian

dirangkai dan dilas agar bisa sebagai tumpuan absorber dan boks pengering.

Pemilihan rangka mesin pengering ini mempertimbangkan beban yang akan

Page 48: Skripsi fadli ryan arikundo

28

dipikul oleh rangka tersebut dengan kemiringan kolektor 60o agar dapat berdiri

kokoh.

3.2.5 Perancangan Boks Pengering

Boks pengering adalah tempat terjadinya proses pengeringan,dimana udara

panas yang dihasilkan oleh kolektor disalurkan ke dalam boks pengering untuk

mengeringkan produk yang akan dikeringkan.

Gambar 3.2 Boks Pengering

Boks pengering terbuat dari pelat seng dengan tebal 0.35 mm yang dicat

dengan warna hitam buram, agar dapat menyerap panas dengan lebih cepat. Untuk

dinding boks pengering sengaja tidak dibuat isolator, agar panas akibat radiasi

sinar matahari pada dinding dapat membantu proses pengeringan. Boks pengering

dirancang agar pada ruang boks pengering dapat berada pada suhu minimal 45o C

dan tidak lebih dari 80o C tujuannya untuk mendapatkan kualitas yang baik.

Pada boks pengering dilengkapi dengan pintu yang berguna untuk

memasukkan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Dibagian atas boks

pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara

pada proses pengeringan.

Rangka boks pengering terbuat dari besi siku 30 mm yang kemudian

dirangkai dan dilas agar bisa sebagai tumpuan boks pengering dan juga kolektor.

Pemilihan rangka kolektor ini mempertimbangkan beban yang akan dipikul oleh

rangka tersebut agar dapat berdiri kokoh.

Page 49: Skripsi fadli ryan arikundo

29

3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan

3.3.1 Peralatan pengujian

Adapun beberapa alat pengujian yang digunakan adalah :

1. Alat Pengering

Spesifikasi :

Kolektor :

Tipe = Pelat datar

Panjang kolektor = 2 m

Lebar kolektor = 0,5 m

Tinggi kolektor = 0,17 m

Luas kolektor = 1 m2

Kemiringan = 60o

Boks Pengering :

Panjang boks = 0,5 m

Lebar boks = 0,5 m

Tinggi boks = 0,7 m

Tinggi kaki boks = 1,12 m

Tinggi chimney boks = 0,198 m

Diameter chimney = 0,05 m

Gambar 3.3 Alat Pengering

Page 50: Skripsi fadli ryan arikundo

30

Rak Tray :

Panjang tray = 0,4 m

Lebar tray = 0,4 m

Mesh tray = 30

2. Laptop

Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan

dari Hobo Microstation data logger dan Agilient 34972 A.

Gambar 3.4 Laptop

Spesifikasi:

a. MSi VR440 series

b. Intel pentium dual-core processor

c. 14" widescreen

d. Os: Microsoft windows xp

3. Agilient 34972 A

Alat ini dihubungkan dengan termokopel yang dipasang pada titik-titik

yang akan diukur temperaturnya. Pencatatan data pengukuran disimpan

pada flashdisk yang dicolokkan pada bagian belakang alat ini.

Page 51: Skripsi fadli ryan arikundo

31

Gambar 3.5 Agilient 34972 A

Dengan Spesifikasi :

a. Daya 35 Watt

b. Jumlah saluran termokopel 20 buah

c. Tegangan 250 Volt

d. Mempunyai 3 saluran utama

e. Ketelitian termokopel 0.03o C

f. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik

g. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem kontrol

h. Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, Resistance

Temperature Detector (RTD), dan termistor, serta arus listrik AC

4. Hobo Microstation Data Logger

Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke

komputer untuk diolah datanya. Dengan Spesifikasi :

a. Skala pengoperasian: 20 o

C -50 o

C dengan baterai alkalin 40oC -70

o C

dengan baterai lithium

b. Input Processor: 3 buah sensor pintar multi channel monitoring

c. Ukuran: 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

d. Berat: 0,36 Kg

e. Memori: 512 Kb Penyimpanan data nonvolatile flash

f. Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam (tergantung pengguna)

g. Akurasi Waktu: 0 – 2 detik

Page 52: Skripsi fadli ryan arikundo

32

Terdapat beberapa alat ukur pada Hobo Micro station data logger yaitu :

Gambar 3.6 Hobo Microstation data logger

Keterangan

1) Pyranometer

Alat ini digunakan untuk mengukur radiasi matahari pada suatu lokasi.

Satuan alat ukur ini adalah W/m2.

Tabel 3.1 Spesifikasi pyranometer

Parameter

pengukuran intensitas radiasi dengan interval 1 detik

Rentang

Pengukuran 0 sampai 1280 W/m

2

Temperatur kerja Temperature: -40°C to 75°C (-40°F to 167°F)

Akurasi

±10.0 W/m2 or ±5% . Tambahan temperatur error

0.38 W/m2/°C from 25°C (0.21 W/m

2/°F from

77°F)

Resolusi 1.5 W/m2

Penyimpangan <±2% per Year

Panjang kabel 3 Meters (9.8 ft)

Berat 120 grams (4.0 oz)

Dimensi 41mm Height x 32mm Diameter (1 5/8" x 1 1/4")

1

2

3

4

Page 53: Skripsi fadli ryan arikundo

33

2) Wind Velocity Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan alat

ukur ini adalah m/s. Berikut adalah spesifikasi wind velocity sensor.

Tabel 3.2 Spesifikasi Wind Velocity Sensor

Parameter

pengukuran

Kecepatan angin rata-rata

Kecepatan angin terttinggi

Data Channels 2 Channel, 1 Port

Rentang pengukuran 0 to 45 m/s (0 to 100 mph)

Operasi kerja Temperatur: -40C to 75C (-40F to 167F)

Akurasi ±1.1 m/s (2.4 mph) atau 4%

Resolusi 0.38 m/s (0.85 mph)

Ambang batas awal 1 m/s (2.2 mph)

Kecepatan angin

maksimum

54 m/s (120 mph)

Radius pengukuran 3 Meter

Housing 3 buah Anemometer dengan bantalan

Teflon Bearings dan poros Hardened

Beryllium

Panjang kabel 3.0 Meters (10 ft)

Dimensi 190 cm x 51 cm (7.5" x 3.2")

Berat 300 gram (10 oz)

3) Ambient Measurement apparatus

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar.

Satuan alat ukur ini adalah °C. Dengan spesifikasi:

Tabel 3.3 Spesifikasi Measurement Apparatus

Rentang

pengukuran

-40°C to 125°C (-40°F to 257°F)

Akurasi ±0.22°C at 25°C (±0.4°F at 77°F) see

Diagram

Resolusi 0.02°C @ 25°C (0.04°F @ 77°F)

Page 54: Skripsi fadli ryan arikundo

34

Penyimpangan 0.05°C/yr + 0.1°C/1000 hrs above 100°C

Waktu Respon Water: 3.5 minutes to 90%

Air: 10 minutes to 90% ( Moving at 1m/sec)

Akurasi Waktu ±2 Minutes per Month at 25°C (77°F)

Sampling Rate 1 Second to 18 Hours

kapasitas

penyimpanan data

43,000 12-bit Samples/Readings

Konstruksi housing 316L Stainless Steel with O-ring seal

Tekanan/kedalaman

kerja

2200 psi (1500 m/4900 ft) maximum

Lingkungan kerja Air, Water, Steam (0 to 100% RH)

Berat 72 g (2.5 oz)

Dimensi 10.1cm long x 1.75cm diameter

4) T and RH Smart Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban. Besarnya nilai yang

diukur oleh alat ini dalam persen (%).

Tabel 3.4 Spesifikasi T dan RH Smart Sensor

Channel 1 Channel kelembapan

Rentang pengukuran -40°C - 100 °C (-40°F - 212°F)

Akurasi < ±0.2°C - 0°C sampai 50°C (< ±0.36°F @

32°C-122°F)

Resolusi < ±0.03°C dari 0 °C - 50°C

(< ±0.054°F dari 32°F - 122°F)

Penyimpangan < ±0.1°C (0.18°F)/tahun

Waktu Respon kurang 2.5 Menit sampai RH 90% dalam 1

m/det gerakan udara

Housing Stainless Steel Sensor Tip

Pilihan operasi pengukuran Tersedia

Kondisi Lingkungan Kabel dan Sensor Tahan air selama 1

tahun dengan Temperatur sampai 50°C

Page 55: Skripsi fadli ryan arikundo

35

Berat w/ 17 Meter Cable: 880 grams (12.0 oz)

Dimensi 7 mm x 38 mm (.28" x 1.50") - (Sensor

saja)

5) USB Load cell

Load Cell terhubung ke komputer dan digunakan untuk mengukur

berat produk yang akan dikeringkan secara real time. Pada komputer

terdapat software yang berfungsi mencatat hasil pengukuran selama

pengeringan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengurangan berat produk setelah mengalami proses pengeringan

dengan alat pengering.

(a) (b)

Gambar 3.7 (a) Weight Display (b) load cell

Spesifikasi

Material : Alloy steel atau stainless steel

Kapasitas : 5 kg

Temperatur kerja max : 60º C

Recommend excitation : 10v DC/AC

Page 56: Skripsi fadli ryan arikundo

36

3.3.2 Bahan Pengujian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian sebelumnya sudah

dibahas pada tahap perancangan. Bahan yang digunakan dalam pengujian ini

adalah:

1. Ubi Kayu

Sampel yang dipergunakan dalam proses pengeringan ini adalah ubi kayu

yang berkadar air 60% yang akan dikeringkan untuk mencapai kadar air

>10%, merupakan standar kering ubi kayu. Kemudian sampel di potong

dadu 1cm x 1cm x 1cm.

Gambar 3.8 Sampel Ubi Kayu

2. Triplek

Bahan ini digunakan sebagai kerangka luar dari pada solar collector yang

akan dibuat. Juga digunakan sebagai isolator, sehingga dapat

meminimalkan panas yang hlang.

Gambar 3.9 Triplek

Page 57: Skripsi fadli ryan arikundo

37

3. RockWool

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah

panas dari solar collector hilang keluar. Jenis Rockwool yang dipakai

adalah jenis Wire Mesh yang memiliki konduktivitas 0.043

.

Gambar 3.10 Rockwool

4. Kaca

Bahan ini digunakan sebagai jalur masuknya radiasi matahari. Digunakan

jenis double glasses, untuk meningkatkan performance dari solar

collector. Digunakan dua lapis kaca bening dengan ketebalan 5mm.

Transmisivitas kaca ( ) = 0,85, refleksi (ρ) = 0,09 dan absorsivitas (α) =

0,06.

Gambar 3.11 Kaca

Page 58: Skripsi fadli ryan arikundo

38

5. Sterofoam

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator, digunakan untuk mencegah

panas dari solar collector hilang keluar.

Gambar 3.12 Sterofoam

6. Pelat Seng

Bahan ini digunakan sebagai absorber. Pelat Seng yang memiliki

konduktivitas yang bagus dan di beri cat hitam agar radiasi yang masuk

pada solar collector akan diserap sepenuhnya oleh pelat seng.

Gambar 3.13 Pelat Seng

7. Cat

Bahan ini digunakan untuk mencat pelat seng. Cat yang digunakan adalah

cat berwarna gelap (hitam).

Page 59: Skripsi fadli ryan arikundo

39

3.4 Persiapan Penelitian

Penelitian dimulai dengan menghubungkan kabel-kabel termokopel antara

agilient dan parameter-parameter yang akan diukur temperaturnya. Flashdisk

dimasukkan ke agilient untuk pencatatan/penyimpanan data selama pengukuran.

Setelah agilient membaca temperatur selama waktu yang telah diatur, flashdisk

dicabut dan dibaca dalam bentuk Microsoft Excel pada komputer.

Gambar 3.14 Experimental Setup

Adapun beberapa parameter yang diukur ialah :

1. Temperatur Permukaan Kayu (T1)

2. Temperatur Ruang Kolektor (T2)

3. Temperatur Permukaan Kaca (T3)

4. Temperatur Lingkungan Sekitar (T4)

5. Temperatur Permukaan Plat (T5)

6. Intensitas Radiasi Matahari (Ga)

Parameter diatas digunakan untuk menghitung besarnya nilai energi panas

yang hilang pada kolektor surya dan nilai dari effisiensi kolektor surya.

Page 60: Skripsi fadli ryan arikundo

40

3.5 Prosedur Penelitian

Kolektor surya adalah alat untuk mengkonversikan energi surya ke dalam

energi panas. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor surya,

sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian

besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas. Pada absorber, radiasi

surya di serap, kemudian dilalui fluida kerja udara sebagai pembawa energi panas

menuju boks pengering.

Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah :

1. Alat pengering kolektor surya dipersiapkan (portable).

2. Pengering dipasang dalam posisi yang baik dan benar.

3. Semua alat ukur yang dibutuhkan selama pengujian dan ubi kayu

dipersiapkan.

4. Kabel-kabel termo couple dari agilient dipasang pada pelat absorber, boks

pengering dan inti ubi kayu.

5. Load cell dihidupkan, sebelum merekam data load cell ditare kan terlebih

dahulu agar di layar laptop massa berada pada posis 0 gr.

6. Ubi kayu ditimbang dan dimasukkan kedalam boks pengering.

7. Proses perekaman data dimulai.

8. Pengeringan dilakukan sampai massa ubi kayu mencapai titik equilibrium.

9. Hasil dari pengujian dianalisis.

Page 61: Skripsi fadli ryan arikundo

41

Berikut diagram alir tahapan dalam pengerjaan tugas akhir :

Perhitungan dan Diskusi Perancangan Pengering

Pabrikasi dan Memodifikasi Pengering

Pengukuran Data Awal Sampel

Pengambilan Data Mesin Pengering

Hasil

Pengambilan data

HOBO dan Agilent

Analisa hasil

percobaan

Kesimpulan

Selesai

Mulai

Studi Literatur Buku Referensi,

Jurnal, Internet, dll

Validasi

Tidak

Page 62: Skripsi fadli ryan arikundo

42

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

4.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari (Solar Radiation)

4.1.1 Analisa Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran

Kita dapat menghitung data intensitas radiasi matahari secara pengukuran

dengan menggunakan sensor radiasi. Sensor radiasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah Hobo Micro station Data Logger. Alat ukur Hobo Micro

station Data Logger ini dapat menghitung data intensitas radiasi matahari,

kecepatan angin, temperatur, dan RH. Sehingga kita dapat melihat data-data dari

sensor tersebut secara bersamaan dalam bentuk Microsoft Excel. Sensor ini dapat

mencatat data-data dalam interval waktu 1 menit. Alat ukur Hobo Micro station

Data Logger ini berada di Laboratorium Teknik Pendingin Departemen Pasca

Sarjana Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin. Berikut data intensitas radiasi

matahari per 15 menit pada tanggal 1 Maret 2013.

Tabel 4.1 Data Intensitas Radiasi Matahari Pengukuran (Hobo) 1 Maret 2013

Waktu

(WIB)

I= Radiation

W/m²

Waktu

(WIB)

I = Radiation

W/m²

Waktu

(WIB)

I = Radiation

W/m²

8:00 85.6 11:15 640.6 14:30 176.9

8:15 114.4 11:30 574.4 14:45 151.9

8:30 133.1 11:45 531.9 15:00 183.1

8:45 228.1 12:00 866.9 15:15 159.4

9:00 326.9 12:15 926.9 15:30 173.1

9:15 315.6 12:30 248.1 15:45 171.9

9:30 764.4 12:45 443.1 16:00 175.6

9:45 654.4 13:00 263.1 16:15 173.1

10:00 731.9 13:15 250.6 16:30 176.9

10:15 749.4 13:30 215.6 16:45 56.9

10:30 776.9 13:45 120.6 17:00 59.4

10:45 278.1 14:00 144.4

11:00 455.6 14:15 145.6

Dari data intensitas radiasi matahari pengukuran, radiasi rata-rata pada tanggal 1

Maret 2013 mulai pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB adalah 337.6148 W/m2.

Page 63: Skripsi fadli ryan arikundo

43

4.1.2 Perbandingan Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran

Perbandingan antara intensitas radiasi matahari dengan menggunakan hasil

pengukuran hobo dan pengukuran dari BMKG wilayah Medan pada tanggal 1

Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Perbandingan Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan

BMKG Selama Penelitian

Waktu

Intensitas Radiasi Matahari (W/m2)

1 Maret 2013 2 Maret 2013 5 Maret 2013 6 Maret 2013

BMKG HOBO BMKG HOBO BMKG HOBO BMKG HOBO

8:00 - 50.940 80 99.127 130 105.165 30 90.122

9:00 270 170.210 220 178.527 390 308.085 170 265.853

10:00 750 449.412 350 379.643 510 447.522 490 353.578

11:00 800 513.792 790 684.653 390 517.752 590 617.102

12:00 860 585.438 770 750.455 450 621.788 750 721.877

13:00 200 605.103 750 417.773 800 381.482 500 432.897

14:00 840 214.877 780 238.145 670 284.273 300 206.833

15:00 730 163.772 680 449.818 600 399.625 670 301.272

16:00 430 173.007 370 361.792 520 415.702 210 246.875

17:00 270 191.433 100 169.520 200 105.813 170 51.292

Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran

Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 1

Maret 2013.

Grafik 4.1 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran

BMKG Pada Tanggal 01 Maret 2013

Page 64: Skripsi fadli ryan arikundo

44

Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran

Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 02

Maret 2013.

Grafik 4.2 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran

BMKG Pada Tanggal 02 Maret 2013

Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran

Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 05

Maret 2013.

Grafik 4.3 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran

BMKG Pada Tanggal 05 Maret 2013

Page 65: Skripsi fadli ryan arikundo

45

Berikut grafik perbandingan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran

Hobo dan intensitas radiasi matahari hasil pengukuran BMKG pada tanggal 06

Maret 2013.

Grafik 4.4 Intensitas Radiasi Matahari Hasil Pengukuran Hobo dan Pengukuran

BMKG Pada Tanggal 06 Maret 2013

Dari grafik 4.1 sampai dengan grafik 4.4 diatas menunjukkan adanya bias

antara hasil pengukuran intensitas radiasi matahari oleh alat pengukur Hobo dan

hasil pengukuran intensitas radiasi matahari dari alat ukur solarmeter oleh Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah Medan. Terdapatnya

bias pengukuran disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya

perbedaan tempat pengukuran atau letak alat ukur, dimana pengukuran oleh Hobo

dilakukan di gedung Magister Teknik Mesin USU lantai empat sedangkan

pengukuran oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

dilakukan di kantor BMKG Sampali. Faktor lain diantaranya adalah ketinggian

pengukuran.

Page 66: Skripsi fadli ryan arikundo

46

4.2 Desain Kolektor Surya

Desain Kolektor Surya adalah tipe boks bentuk persegi panjang tanpa

dengan mengunakan penutup yang berlapiskan dua kaca. Berikut adalah gambar

Kolektor Surya beserta ukurannya dengan satuan cm.

Gambar 4.1 Rancangan Kolektor Surya

Kolektor Surya diisolasi dengan empat lapisan dinding berupa kayu,

sterofoam, rockwool dan seng. Berikut dimensi dan ukuran dari Kolektor Surya:

Diketahui :

A = Luas ; p = panjang ; l = lebar ; t = tebal

3 3 3

m

3

Page 67: Skripsi fadli ryan arikundo

47

Gambar 4.2 Penampang Kolektor Surya

Konduktivitas bahan (Sumber: Incropera, 1985).

= 0.19

= 0.042

= 0.036

= 116

4.3 Perhitungan Kehilangan Panas Kolektor Surya

Pada perhitungan kehilangan panas berikut digunakan data pengujian pada

sampel satu tanggal 1 Maret 2013 pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul

12.15 WIB. Temperatur permukaan plat, permukaan kayu, permukaan kaca dan

temperatur dalam kolektor diperoleh dari data agilent rata-rata. Temperatur

lingkungan dan intensitas radiasi matahari diambil dari data Hobo rata-rata.

Page 68: Skripsi fadli ryan arikundo

48

Gambar 4.3 Gradient Perpindahan Panas Pada Isolator

Berikut adalah grafik temperatur permukaan kaca, temperatur dalam ruang

kolektor, temperatur permukaan kayu, temperatur lingkungan dan temperatur

permukaan plat pada tanggal 1 Maret 2013 pukul 12.00 WIB – 12.15 WIB.

Grafik 4.5 Waktu vs Temperatur 1 Maret 2013 pukul 12.00-12.15

4.3.1 Menghitung Kecepatan Profil Dalam Kolektor (

Perhitungan kecepatan profil didalam kolektor ( digunakan untuk

menentukan nilai koefisien udara yang dipengaruhi kecepatan angin (hw) pada

rumus perhitungan kehilangan panas pada sisi atas Q3. Temperatur lingkungan

(Tr) vs Temperatur plat (Tp).

Diketahui:

Temperatur Lingkungan (Tr) = 32.48 oC = 305.48

oK

Temperatur Plat (Ta) = 80.42 oC = 353.41

oK

Temperatur Film (Tf) =

= 56.44

oC

Sifat fisik pada temperatur 56.449 oC:

Tr

(oK)

ρ

(kg/m3)

Cp

(J/kg K)

x 10-5

(N.s/m2)

k x10-2

(W/m.k)

α x10-5

(m2/s)

Pr

305.48

1.060834

1006.596

1.44

2.86

2.67558

0.7006726

Page 69: Skripsi fadli ryan arikundo

49

Menghitung bilangan Grashof (GrL):

Rumus:

2

32 )(cos

LTTgGr rs

L

Dengan :

= = 1.060834 (kg/m3)

= = 9.81(m/ )

Ө = Kemiringan kolektor = 60o

= Koefisien udara =

=

3 = 0.003273543 (1/

oK)

L = Panjang kolektor = 2 (m)

= Viskositas = 1.44x10-5

(N.s/m2)

Maka :

GrL = 3

3 3 3 ( (3 3 3

(

GrL= 3.323 x 10+10

Menghitung tebal lapisan batas (

Rumus:

(

)

( (

)

( x

= 0.02497 m

Menghitung kecepatan karakteristik ( ( :

Rumus:

(

3( ⁄ )

(

Page 70: Skripsi fadli ryan arikundo

50

(

( ⁄ )

3 x

x x ( x (

( x (

( 4.9830

Diperoleh persamaan profil kecepatan kolektor ( :

Rumus:

(

(

)

(

)

(

Menghitung laju aliran massa keluar kolektor (

Rumus:

∫ (

Dengan D = Lebar kolektor = 0.5 m

x ∫ (

ṁ = 0.0055007 kg/s

Menghitung Kecepatan profil kolektor ( :

Rumus:

A (D .

=

3

0.415246632 m/s

Page 71: Skripsi fadli ryan arikundo

51

4.3.7 Menghitung Kehilangan Panas Pada Dinding

1. Menghitung Koefisien Konveksi Permukaan Luar

Koefisien konveksi melalui udara lingkungan terhadap permukaan kayu,

h1 (koefisien konveksi natural). Temperatur lingkungan (Tr) vs Temperatur

permukaan kayu (Ts).

Penyelesaian :

Diketahui :

Temperatur Lingkungan (Tr) = 32.48 oC = 305.48

oK

Temperatur Kayu (Ts) = 55.39 oC = 328.39

oK

Temperatur Film (Tf) =

= 43.93

oK

Sifat fisik udara pada temperatur 43.93 oC :

Menghitung bilangan Grashof (GrL):

Rumus:

2

32 )(cos

LTTgGr rs

L

Dimana :

= = 1.100848 (kg/m3)

= = 9.81(m/ )

Ө = Kemiringan kolektor = 60o

= Koefisien udara =

=

3 = 0.0032735 (1/

oK)

L = Panjang kolektor = 2 (m)

= Viskositas = 1.3856 x 10-5

(N.s/m2)

Maka :

GrL =

3 3 ( (3 3 3

( 3

GrL= 1.8574 x 10+10

Tr

(oK)

ρ

(kg/m3)

Cp

(J/kg K)

x 10-5

(N.s/m2)

k x10-2

(W/m.k)

α x10-5

(m2/s)

Pr

305.48 1.100848 1005.765 1.3856 2.7603 2.49302 0.7032482

Page 72: Skripsi fadli ryan arikundo

52

Menghitung bilangan Rayleigh (RaL):

Rumus:

RaL = GrL x Pr

Dimana:

RaL =

GrL = Bilangan Grashoff = 1.8574 x 10+10

= Bilangan Prandt = 0.7032482

Maka:

RaL = 1.8574 x10+10

x 0.7032482

RaL = 1.3062 x10+10

Menghitung bilangan Nusselt (Nux):

Rumus:

25,059,0Nu Lx Ra

untuk 94 1010 LRa

311,0Nu Lx Ra untuk

139 1010 LRa

Karena RaL diantara 109 < RaL < 10

13 maka bilangan Nusselt yang dipakai

adalah:

Nux = 0.1 RaL1/3

Dimana:

Nux = Bilangan Nusselt

RaL =

Maka:

Nux = 0.1 x (1.3062 x10+10

) 1/3

Nux = 235.5071562

Page 73: Skripsi fadli ryan arikundo

53

Menghitung koefisien konveksi (h1):

Rumus:

=

Dimana :

Nux = Bilangan Nusselt = 235.5071562

= Lebar penampang kayu = 0.17 (m)

= Konduktivitas termal udara = 2.7603x10-2

(W/m.K)

Maka:

h1 = 3 3 (

(

h1 = 38.2388952 W/m2K

2. Menghitung Koefisien Konveksi Permukaan Dalam

Koefisien konveksi melalui udara dalam kolektor terhadap permukaan

plat, h2 (koefisien konveksi natural). Temperatur udara dalam kolektor (Tr) vs

Temperatur permukaan Plat (Ts).

Penyelesaian :

Diketahui :

Temperatur Udara Kolektor (Tr) = 62.01oC = 335.013

oK

Temperatur Plat (Ts) = 80.42oC = 353.419

oK

Temperatur Film (Tf) =

= 71.216

oC

Sifat fisik udara pada temperatur 71.216 oC :

Tr

(oK)

ρ

(kg/m3)

Cp

(J/kg K)

x 10-5

(N.s/m2)

k x10-2

(W/m.k)

α x10-5

(m2/s)

Pr

353.419 1.017210 1007.787 1.51199 2.96998 2.89716 0.69789

h1 𝑁𝑢𝑥 𝑘

𝑙

Page 74: Skripsi fadli ryan arikundo

54

Menghitung bilangan Grashof (GrL):

Rumus:

2

32 )(cos

LTTgGr rs

L

Dimana :

= = 1.017210 (kg/m3)

= = 9.81(m/ )

Ө = Kemiringan kolektor = 60o

= Koefisien udara =

=

3 3 = 0.002984956 (1/

oK)

L = Panjang kolektor = 2 (m)

= Viskositas = 1.51199 x 10-5

(N.s/m2)

Maka :

GrL =

( (3 3 33 3

(

GrL= 9.7578 x 10+9

Menghitung bilangan Rayleigh (RaL):

Rumus:

RaL = GrL x Pr

Dimana:

RaL =

GrL = Bilangan Grashoff = 9.4969 x 10+9

= Bilangan Prandt = 0.69789

Maka:

RaL = 9.7578x10+9

x 0.69789

RaL = 6.8099 x 10+9

Page 75: Skripsi fadli ryan arikundo

55

Menghitung bilangan Nusselt (Nux):

Rumus:

25,059,0Nu Lx Ra

untuk 94 1010 LRa

311,0Nu Lx Ra untuk

139 1010 LRa

Karena RaL diantara 109 < RaL < 10

13 maka bilangan Nusselt yang dipakai

adalah:

Nux = 0.59 RaL0.25

Dimana:

Nux = Bilangan Nusselt

RaL =

Maka:

Nux = 0.59 x (6.8099 x 10+9

) 0.25

Nux = 169.48732

Menghitung koefisien konveksi (h2):

Rumus:

=

Dimana :

Nux = Bilangan Nusselt = 169.48732

= Lebar penampang plat = 0.10035 (m)

= Konduktivitas termal udara = 2.96998x10-2

(W/m.K)

Maka:

h2 = 3 (

3 (

h2 =

h2 𝑁𝑢𝑥 𝑘

𝑙

Page 76: Skripsi fadli ryan arikundo

56

3. Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Dinding

Rumus:

(

Dimana :

h1 = Koefisien konveksi permukaan luar (W/m2.K)

kkayu = Konduktifitas termal kayu (W/m.K)

ksterofoam = Konduktifitas termal sterofoam (W/m.K)

krockwoll = Konduktifitas termal rockwoll (W/m.K)

kseng = Konduktifitas termal seng (W/m.K)

h2 = Koefisien konveksi permukaan dalam (W/m2.K)

t1 = Tebal kayu (m)

t2 = Tebal sterofoam (m)

t3 = Tebal rockwoll (m)

t4 = Tebal plat seng (m)

A = Luas total sisi dinding

Penyelesaian :

Keterangan :

=

ℎ =

3 3 3 = 0.0769016 K/W

=

3 = 0.108359 K/W

=

=

3 3 = 2.1302 K/W

=

=

3

= 3.24793 K/W

=

=

3

= 1.50336x10-5

K/W

=

ℎ =

= 0.09933 K/W

Page 77: Skripsi fadli ryan arikundo

57

Maka :

3 3 3

3

3

3 3

33

33

Karena bagian dinding boks terdiri dari 2 sisi maka total kehilangan panas

dinding adalah x 2 = = 16.93166411 Watt

(Tiap 15 menit).

Ketidakpastian Pengukuran

(

=

(

=

= 0.17659 watt

=

(

=

= - 0.17659 watt

Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q dinding :

wQ = √( ( ( (

wQ =

maka total kehilangan panas Q1 pada dinding adalah

.

Page 78: Skripsi fadli ryan arikundo

58

4.3.3 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Alas

Pada perhitungan kehilangan panas pada sisi alas, nilai koefisien konveksi

permukaan luar (h1) dan koefisien konveksi permukaan dalam (h2) diasumsikan

sama dengan koefisien konveksi pada dinding.

Rumus:

(

Dimana :

h1 = Koefisien konveksi permukaan luar (W/m2.K)

kkayu = Konduktifitas termal kayu (W/m.K)

ksterofoam = Konduktifitas termal sterofoam (W/m.K)

krockwoll = Konduktifitas termal rockwoll (W/m.K)

kseng = Konduktifitas termal seng (W/m.K)

h2 = Koefisien konveksi permukaan dalam (W/m2.K)

t8 = Tebal kayu (m)

t7 = Tebal sterofoam (m)

t6 = Tebal rockwoll (m)

t5 = Tebal plat seng (m)

A = Luas total sisi alas

Penyelesaian :

Keterangan :

=

ℎ =

3 3 = 0.020888 K/W

=

= 0.029427 K/W

=

=

3 = 0.60282 K/W

=

=

3

= 0.895175 K/W

Page 79: Skripsi fadli ryan arikundo

59

=

=

3

= 3.01724x10-6

K/W

=

ℎ =

= 0.019936 K/W

Maka :

3 3 3

3

3

Ketidakpastian Pengukuran

(

=

(

=

= 0.63766 watt

=

(

=

= - 0.63766watt

Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q pada alas :

wQ = √( ( ( (

wQ = 0.18326 watt

maka total kehilangan panas Q2 pada alas adalah 0.18326

watt.

Page 80: Skripsi fadli ryan arikundo

60

4.3.4 Perhitungan Kehilangan Panas Pada Sisi Atas

Rumus:

Q3 = Ua. A. (Tp-Ta)

Dimana:

N = Jumlah penutup / kaca = 2

Tp = Temperatur plat absorber = 80.42 oC

ζ = Konstanta Stefan-Boltzman = 5.67x10-8

W/m.C4

Ta = Temperatur lingkungan = 32.48 oC

C = 520(1 - 0,000051β2 ) untuk 0° ≤ β ≤ 70° = 424.528

e = 0.43 (1 - (100/Tp)) = 0.30833147

εk = Emisivitas Kaca = 0.88

εp = Emisivitas Plat = 0.97

hw = Koefisien perpindahan kalor konveksi 2.8+3v = 4.04573989 W/m2C

f = (1 + 0.089 hw – 0.1166 hw . εp)(1 + 0,07866N) = 0.66942376

A = Luas permukaan = 1 m2

Penyelesaian:

Ua = a + b

Ua = 2.483357853 W/m2C + 0.010739635 W/m

2C

Ua = 2.494097488 W/m2C

Ua= 𝑁

𝐶

𝑇𝑝 *(𝑇𝑝 𝑇𝑎

(𝑁+𝑓 +𝑒

ℎ𝑤

+ 𝜎(𝑇𝑝 𝑇𝑎 (𝑇𝑝 𝑇𝑎

(𝜀𝑝 𝑁 𝑤 𝑁+𝑓 +0 𝜀𝑝

𝜀𝑘 𝑁

𝑎

0 *( 0

( +0 9 +0 0

2.483357853

𝑏 ( ( 𝑇𝑎 ( 3 )

( ( ( 3 ( +0 9 +0 (0 9

0 0.010739635

Page 81: Skripsi fadli ryan arikundo

61

Maka:

Q3 = Ua. A. (Tp-Tu)

Q3 = 2.494097488 W/m2C x 1m

2 x (80.42

oC - 32.48

oC )

Q3 =119.566701 Watt

Ketidakpastian Pengukuran

3 (

= (

=

= 2.494097488 watt

= (

=

= - 2.494097488 watt

Maka ketidakpastian pengukuran untuk Q pada alas :

wQ = √( ( ( (

wQ = 0.716787 watt

maka kehilangan panas Q3 pada sisi bagian atas adalah 3

.

Page 82: Skripsi fadli ryan arikundo

62

4.3.5 Menghitung Kehilangan Panas Radiasi

Rumus:

(

(

) (

)

Dimana:

Tp = Temperatur plat = 353.419 oK

Tk = Temperatur kaca = 335.29 oK

= Emisifitas plat = 0.97

= Emisifitas kaca = 0.88

=

A = Luas penampang Kolektor = 1 m2

Maka:

(3 3 33

(

0 9

0 ) (

0

0 )

68.86878164 Watt

Ketidakpastian Pengukuran

( ) (

)

=

(

) (

)

(

=

(

) (

)

( 3

= 4.1031 watt

Page 83: Skripsi fadli ryan arikundo

63

=

(

(

) (

)

=

(

( ) (

)

= - 3.50347 watt

Maka ketidakpastian pengukuran untuk Qradiasi:

wQ = √( ( ( (

wQ = 0.16186 watt

maka kehilangan panas Qradiasi adalah .

4.3.6 Menghitung Kehilangan Panas Total Kolektor ( Qtotal )

Rumus:

Qtotal = Qdinding + Qalas + Qatas + Qradiasi

Qt = Q1 + Q2 + Q3 + Q4

= (16.93166411 + + 118.699129 + 68.86878164) Watt

235.93627 Watt

Total kehilangan panas dari kolektor pada pengering surya adalah

235.93627 Watt.

4.4 Efisiensi Kolektor Surya

Pada perhitungan efisiensi kolektor surya, nilai dari faktor efisiensi

kolektor (F’) diasumsikan adalah 90%. Nilai absorbsifitas dari plat yang dicat

hitam di asumsikan 0.97.

Page 84: Skripsi fadli ryan arikundo

64

Rumus:

Dimana:

F' = Faktor Efisiensi Kolektor = 90%

I = Intensitas Radiasi Matahari (Hobo) = 887.04 W/m2

A = Luas penampang Kolektor = 1 m2

= Transmisivitas kaca = 0.85

α = Absorbsivitas Plat = 0.97

Qloss = Total kehilangan panas kolektor = 235.93627 Watt

Qin kolektor= Total panas yang masuk kolektor (Watt)

Qu = Total panas yang digunakan (Watt)

Penyelesaian:

Menghitung energi panas (kalor) masuk (Qin kolektor):

Qin kolektor =

Qin kolektor = (

( ( (

Qin kolektor = 731.3644 Watt

Ketidakpastian Pengukuran

Qin kolektor =

= (

ƞ 𝐹′ (𝐼 𝐴 τ α (𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠

𝐼 𝐴

ƞ 𝑄𝑢

𝑄𝑖𝑛 ℎ𝑜𝑏𝑜

Page 85: Skripsi fadli ryan arikundo

65

=

= ( ( (

= 0.8245

Maka ketidakpastian pengukuran untuk Qin:

wQ = √( (

wQ = 8.245 watt

maka energi panas (kalor) masuk adalah .

Menghitung energi panas (kalor) yang digunakan (Qu):

Qu = (

Qu = ( ( 731.3644 Watt - 235.93627 Watt)

Qu = 445.8853 Watt

Menghitung efisiensi kolektor:

ƞ

ƞ 3

(

)(

ƞ 50.26%

Page 86: Skripsi fadli ryan arikundo

66

Selanjutnya perhitungan kehilangan panas dan efisiensi pada kolektor

surya dilakukan setiap 15 menit. Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi

matahari dan grafik waktu vs temperatur pada sampel pertama, pada tanggal 01

Maret 2013 (hari pertama) pukul 10:16-13:42 WIB.

Grafik 4.6 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal

01 Maret 2013

Grafik 4.7 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 01 Maret 2013

Page 87: Skripsi fadli ryan arikundo

67

Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 1 Maret 2013

pada pukul 10:16 WIB sampai dengan pukul 13:42 WIB diperoleh effisiensi

kolektor rata-rata pada sampel pertama (hari pertama) adalah ƞ = 45.29 %.

Dimana :

T1 : Temperatur Permukaan Kayu (◦C)

T2 : Temperatur Dalam Kolektor (◦C)

T3 : Temperatur Permukaan Kaca (◦C)

T4 : Temperatur Lingkungan (◦C)

T5 : Temperatur Permukaan Pelat (◦C)

I : Intensitas Radiasi Matahari (W/m2)

Qloss : Total kehilangan panas kolektor (Watt)

Qin : Total panas yang masuk kolektor (Watt)

ƞ : Efisiensi (%)

Tabel 4.3 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 01

Maret 2013

No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I Qloss Qin ƞ

1 10:16-10:30 36.29 35.41 31.88 30.91 39.46 666.87 48.77 549.83 67.62

2 10:31-10:45 38.53 40.38 34.68 30.97 44.83 415.87 75.56 342.88 57.85

3 10:46-11:00 44.57 48.12 40.21 30.18 52.08 373.97 111.36 308.33 47.40

4 11:01-11:15 45.07 53.53 42.75 31.14 54.60 653.45 117.19 538.76 58.06

5 11:16-11:30 47.14 55.99 46.13 31.64 59.95 480.04 142.25 395.79 47.53

6 11:31-11:45 52.67 60.25 52.80 31.47 69.71 498.47 191.98 410.99 39.54

7 11:46-12:00 54.73 62.05 57.49 31.57 75.24 709.79 217.03 585.22 46.63

8 12:01-12:15 55.39 62.01 62.29 32.48 80.42 887.04 235.94 731.36 50.26

9 12:16-12:30 53.44 59.66 62.89 32.57 80.66 746.71 235.46 615.65 45.82

10 12:31-12:45 49.24 64.95 63.69 32.55 84.21 493.29 259.59 406.72 26.84

11 12:46-13:00 41.01 62.35 60.42 32.15 74.17 293.37 196.44 241.88 13.94

12 13:01-13:15 39.07 58.19 55.77 31.84 63.79 304.62 137.97 251.15 33.44

13 13:16-13:30 37.96 46.93 42.97 31.27 47.10 245.38 65.50 202.31 50.17

14 13:31-13:42 36.37 41.79 39.53 31.23 43.27 181.35 50.94 149.52 48.92

Rata-Rata 45.11 53.69 49.54 31.57 62.11 496.44 149.00 409.31 45.29

Page 88: Skripsi fadli ryan arikundo

68

Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel

pertama, pada tanggal 01 Maret 2013 (hari pertama) pukul 10:16-13:42 WIB.

Grafik 4.8 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada

Tanggal 01 Maret 2013

Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi matahari dan grafik waktu vs

temperatur pada sampel pertama, pada tanggal 02 Maret 2013 (hari kedua) pukul

08:42-16:16 WIB.

Grafik 4.9 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal

02 Maret 2013

Page 89: Skripsi fadli ryan arikundo

69

Grafik 4.10 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 02 Maret 2013

Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 02 Maret 2013

pada pukul 08:42 WIB sampai dengan pukul 16:16 WIB diperoleh effisiensi

kolektor rata-rata pada sampel pertama (hari kedua) adalah ƞ = 40.88 %.

Tabel 4.4 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 02

Maret 2013

No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I Qloss Qin ƞ

1 08:42-08:56 36.29 30.95 31.88 27.65 39.46 202.72 60.90 167.14 47.16

2 08:57-09:11 38.53 37.03 34.68 27.77 44.83 270.95 87.82 223.40 45.03

3 09:12-09:26 44.57 41.29 40.21 29.04 52.07 354.62 115.81 292.38 44.81

4 09:27-09:41 45.07 43.67 42.75 29.44 54.60 348.21 124.13 287.09 42.12

5 09:42-09:56 47.14 46.87 46.13 30.05 59.95 452.79 148.75 373.32 44.63

6 09:57-10:11 52.67 52.43 52.80 30.72 69.70 588.21 195.04 484.98 44.36

7 10:12-10:26 54.73 55.55 57.49 31.46 75.25 651.13 217.56 536.85 44.13

8 10:27-10:41 55.39 59.47 62.29 32.88 80.43 759.87 234.38 626.51 46.44

9 10:42-10:56 53.44 61.29 62.89 32.47 80.67 670.64 235.74 552.94 42.56

10 10:57-11:11 50.47 62.72 63.69 32.26 84.20 759.37 260.87 626.10 43.28

11 11:12-11:26 42.24 58.65 60.42 32.60 76.00 618.70 208.33 510.11 43.90

12 11:27-11:41 41.49 63.77 66.55 33.62 88.82 833.12 280.89 686.90 43.86

13 11:42-11:56 41.76 64.75 69.03 33.73 88.93 892.54 272.13 735.89 46.76

14 11:57-12:11 42.23 61.59 58.56 33.17 71.32 363.79 177.70 299.94 30.24

15 12:12-12:26 40.18 51.66 50.49 32.73 58.38 240.22 113.63 198.06 31.63

16 12:27-12:41 39.13 50.18 52.04 32.29 63.88 580.05 149.03 478.24 51.08

17 12:42-12:56 40.25 56.29 57.90 32.91 76.69 547.29 220.74 451.24 37.90

18 12:57-13:11 37.75 50.45 45.40 31.64 54.49 176.63 106.74 145.63 19.81

Page 90: Skripsi fadli ryan arikundo

70

19 13:12-13:26 36.85 44.84 41.48 31.67 47.28 127.71 69.84 105.29 24.99

20 13:27-13:41 35.63 41.20 39.05 31.29 42.97 115.71 50.13 95.40 35.21

21 13:42-13:56 35.74 41.39 40.45 31.57 51.09 368.36 98.61 303.71 50.11

22 13:57-14:11 35.39 37.55 44.17 32.36 63.85 547.88 172.79 451.72 45.82

23 14:12-14:26 35.28 34.31 49.84 31.89 63.61 410.37 155.69 338.34 40.06

24 14:27-14:41 37.28 35.11 53.28 31.95 69.87 555.22 189.59 457.77 43.47

25 14:42-14:56 36.29 35.07 50.81 31.78 62.11 397.55 142.55 327.78 41.93

26 14:57-15:11 35.65 34.33 48.55 31.71 57.85 292.13 120.07 240.84 37.21

27 15:12-15:26 36.12 35.34 49.50 31.85 60.51 445.19 135.13 367.06 46.88

28 15:27-15:41 36.48 35.23 51.34 31.95 63.87 433.05 152.59 357.04 42.49

29 15:42-15:56 35.25 33.84 46.51 31.12 55.48 301.21 112.31 248.35 40.64

30 15:57-16:11 32.23 34.14 45.91 31.29 55.02 302.38 110.09 249.31 41.43

31 16:12-16:16 31.64 33.70 45.24 31.16 53.38 194.36 101.29 160.24 27.30

Rata 40.75 45.96 50.37 31.55 63.44 445.22 155.51 367.08 40.88

Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel

pertama, pada tanggal 02 Maret 2013 (hari kedua) pukul 08:42-16:16 WIB.

Grafik 4.11 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada

Tanggal 02 Maret 2013

Page 91: Skripsi fadli ryan arikundo

71

Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi matahari dan grafik waktu vs

temperatur pada sampel kedua, pada tanggal 05 Maret 2013 (hari pertama) pukul

08:48-14:05 WIB.

Grafik 4.12 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal

05 Maret 2013

Grafik 4.13 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 05 Maret 2013

Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 05 Maret 2013

pada pukul 08:48 WIB sampai dengan pukul 14:05 WIB diperoleh effisiensi

kolektor rata-rata pada sampel kedua (hari pertama) adalah ƞ = 36.12 %.

Page 92: Skripsi fadli ryan arikundo

72

Tabel 4.5 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 05

Maret 2013

No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I Qloss Qin ƞ

1 08:48 - 09:02 37.01 41.02 44.46 28.10 49.46 385.87 89.46 318.15 53.33

2 09:03 - 09:17 31.15 47.45 47.36 28.31 56.31 416.39 126.32 343.31 46.90

3 09:18 - 09:32 31.27 50.11 49.07 28.83 59.66 432.03 142.20 356.21 44.58

4 09:33 - 09:47 31.61 53.75 48.67 29.01 64.05 471.88 173.66 389.06 41.08

5 09:48 - 10:02 32.93 55.71 48.87 29.49 66.39 486.70 187.93 401.28 39.45

6 10:03 - 10:17 33.37 56.34 48.15 29.83 68.51 525.95 204.12 433.64 39.27

7 10:18 - 10:32 34.28 58.25 47.89 30.73 70.15 570.80 213.22 470.62 40.58

8 10:33 - 10:47 34.99 59.28 45.89 31.29 72.23 562.54 232.31 463.81 37.03

9 10:48 - 11:02 34.20 55.05 40.29 30.82 63.71 444.21 189.01 366.25 35.91

10 11:03 - 11:17 37.20 60.59 41.83 31.56 76.37 689.11 274.01 568.17 38.41

11 11:18 - 11:32 37.17 60.89 41.92 32.14 75.57 643.05 265.38 530.19 37.06

12 11:33 - 11:47 36.96 61.84 41.36 31.73 74.00 590.71 257.02 487.03 35.04

13 11:48 - 12:02 36.36 60.05 41.27 32.26 72.00 527.29 240.32 434.75 33.18

14 12:03 - 12:17 35.53 55.91 39.75 31.87 63.70 401.71 186.30 331.20 32.46

15 12:18- 12:32 37.01 56.98 40.81 33.04 68.99 521.71 216.62 430.15 36.83

16 12:33 - 12:47 34.74 52.03 38.89 32.18 56.73 214.96 138.81 177.23 16.08

17 12:48 - 13:02 35.42 47.25 38.41 31.99 54.76 355.13 127.52 292.80 41.88

18 13:03 - 13:17 34.79 47.68 38.35 32.25 52.09 247.54 108.53 204.09 34.74

19 13:18 - 13:32 34.63 48.48 37.05 31.91 54.01 287.96 126.47 237.42 34.67

20 13:33 - 13:47 34.39 47.69 36.78 31.61 54.01 267.13 128.40 220.25 30.94

21 13:48 - 14:02 34.21 47.77 36.05 31.39 54.48 387.96 128.40 220.25 30.94

22 14:03 - 14:05 34.07 50.70 36.63 32.08 60.03 253.13 168.35 208.70 14.34

Rata-Rata 34.70 53.40 42.26 31.02 63.06 440.17 178.38 358.39 36.12

Page 93: Skripsi fadli ryan arikundo

73

Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel

kedua, pada tanggal 05 Maret 2013 (hari pertama) pukul 08:48-14:05 WIB.

Grafik 4.14 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada

Tanggal 05 Maret 2013

Berikut grafik waktu vs intensitas radiasi matahari dan grafik waktu vs

temperatur pada sampel kedua, pada tanggal 06 Maret 2013 (hari kedua) pukul

08:58-15:34 WIB.

Grafik 4.15 Grafik Waktu vs Intensitas Radiasi Matahari Pada Tanggal

06 Maret 2013

Page 94: Skripsi fadli ryan arikundo

74

Grafik 4.16 Grafik Waktu vs Temperatur Pada Tanggal 06 Maret 2013

Perhitungan efisiensi kolektor tiap 15 menit pada tanggal 06 Maret 2013

pada pukul 08:58 WIB sampai dengan pukul 15:34 WIB diperoleh effisiensi

kolektor rata-rata pada sampel kedua (hari kedua) adalah ƞ = 38.25 %.

Tabel 4.6 Data Perhitungan Efisiensi Kolektor Tiap 15 Menit Pada Tanggal 06

Maret 2013

No Waktu T1 T2 T3 T4 T5 I Qloss Qin ƞ

1 08:58 - 09:12 37.66 39.91 37.29 28.40 46.67 310.97 90.33 256.39 48.06

2 09:13- 09:27 38.76 40.27 34.10 28.64 45.81 226.78 92.40 186.98 37.53

3 09:28 - 09:42 39.79 41.02 34.01 28.92 46.33 281.54 94.98 232.12 43.84

4 09:43 - 09:57 34.97 50.50 42.09 30.83 61.69 582.87 169.56 480.57 48.02

5 09:58 - 10:12 34.84 50.15 41.88 30.53 62.01 512.71 173.64 422.72 43.72

6 10:13 - 10:27 35.40 54.37 42.83 30.41 67.14 595.45 207.96 490.94 42.77

7 10:28 - 10:42 36.71 56.38 42.45 31.34 70.43 668.37 229.21 551.06 43.34

8 10:43 - 10:57 36.37 56.55 39.94 30.69 71.55 681.13 247.20 561.59 42.52

9 10:58 - 11:12 35.87 55.54 37.34 31.31 68.45 642.05 229.40 529.36 42.04

10 11:13 - 11:27 36.19 57.43 36.66 31.62 73.19 767.79 264.73 633.04 43.17

11 11:28 - 11:42 38.45 59.95 38.60 31.90 74.56 717.20 268.44 591.33 40.51

12 11:43 - 11:57 38.30 60.67 38.27 32.46 76.43 786.21 281.04 648.23 42.03

13 11:58 - 12:12 37.58 56.29 37.43 32.31 68.63 676.79 226.56 558.01 44.07

14 12:13 - 12:27 39.29 58.08 38.97 32.36 72.39 663.96 249.48 547.43 40.38

15 12:28 - 12:42 38.85 47.99 36.40 31.78 53.09 246.45 122.61 203.20 29.42

16 12:43 - 12:57 34.80 44.24 34.87 31.49 48.08 171.38 94.31 141.30 24.67

17 12:58 - 13:12 34.38 42.39 35.01 31.07 45.99 183.13 81.76 150.99 34.02

Page 95: Skripsi fadli ryan arikundo

75

18 13:13 - 13:27 34.16 42.56 35.55 31.05 47.26 216.79 88.74 178.74 37.36

19 13:28 - 13:42 33.61 43.18 34.62 30.62 47.20 204.21 92.45 168.37 33.46

20 13:43 - 13:57 32.80 40.74 33.57 30.22 44.63 200.62 79.92 165.41 38.35

21 13:58 - 14:12 32.37 40.54 33.31 29.78 46.48 218.88 94.46 180.46 35.36

22 14:13 - 14:27 33.58 39.93 32.63 29.27 46.17 235.20 96.19 193.92 37.39

23 14:28 - 14:42 33.53 42.92 33.35 29.72 51.31 345.37 126.83 284.76 41.15

24 14:43 - 14:57 34.54 45.56 33.82 29.86 54.08 351.30 143.83 289.64 37.35

25 14:58 - 15:12 34.24 53.73 36.05 30.98 66.41 524.95 219.55 432.82 36.56

26 15:13 - 15:27 33.90 51.05 35.81 30.80 60.30 367.05 177.61 302.62 30.65

27 15:28 - 15:34 33.24 47.71 34.60 30.80 54.66 215.44 141.85 177.63 14.94

Rata-Rata 35.71 48.88 36.72 30.71 58.18 429.43 162.41 354.06 38.25

Berikut hubungan efisiensi dan intensitas radiasi matahari pada sampel

kedua, pada tanggal 06 Maret 2013 (hari kedua) pukul 08:58-15:34 WIB.

Grafik 4.17 Grafik Waktu vs Efisiensi dan Intensitas Radiasi Matahari Pada

Tanggal 06 Maret 2013

Hasil analisis selama empat hari pada cuaca cerah diperoleh panas radiasi

rata-rata yang dapat diserap kolektor adalah 372.21 watt. Kehilangan panas rata-

rata pada kolektor adalah 161.32 watt. Efisiensi teoritis rata-rata dari kolektor

surya 40.13%.

Page 96: Skripsi fadli ryan arikundo

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari pengujian ini adalah :

1. Telah dirancangbangun sebuah ruang pengering berukuran 0.5m x 0.5m x

0.7m yang menggunakan kolektor surya pelat datar sebagai sumber

panasnya dengan ukuran 2m x 0.5m dan menggunakan panas matahari

sebagai sumber energinya serta menggunakan ubi (cassava) sebagai

sampelnya.

2. Dari perhitungan diperoleh panas radiasi rata-rata yang dapat diserap

kolektor adalah 372.21 watt. Kehilangan panas rata-rata pada kolektor

adalah 161.32 watt.

3. Efisiensi teoritis rata-rata dari kolektor surya 40.13%.

4. Adanya bias intensitas matahari antara pengukuran Hobo dan pengukuran

di BMKG diakibatkan karena adanya perbedaan letak dan tempat

pengukuran.

5.2 Saran

Adapun saran untuk perbaikan skripsi ini adalah:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui besar nilai

absorbsifitas pada jenis cat yang digunakan pada pelat absorber pada

kolektor.

2. Diperlukan penelitian terhadap jenis kaca, jumlah kaca dan jarak antara

kaca yang baik digunakan pada kolektor.

3. Menambah roda pada kaki-kaki mesin pengering agar mempermudah

dalam proses pemindahan.

4. Menambahkan lapisan isolasi pada bagian ruang box pengering untuk

mengurangi panas yang hilang.

Page 97: Skripsi fadli ryan arikundo

77

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ambarita, Himsar. 2011. Perpindahan Panas Konveksi dan Pengantar

Alat Penukar Kalor. Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.

[2] Bostan, Ion. et al. 2012. Resilent Energy System: Renewables: Wind,

Solar, Hydro. Springer Dordrecht Heidelberg: New York.

[3] Camacho, F Eduardo. 2012. Control of Solar Energy Systems. Springer

London Dordrecht Heidelberg: New York.

[4] Chen, Julian C. 2011. Physics of Solar Energy. John Wiley and Sons,

Inc: Canada.

[5] Duffie A. John, Beckman A. William.1980. Solar Of Thermal

Processes, Second Editions. John Wiley & Sons, Inc: New York.

[6] Holman, J.P. 1986. Heat Transfer, Sixth Edition. Mc Graw-Hill, Book

Company, Inc : Singapore.

[7] Incropera, Frank P., David P. Dewitt. 1985. Fundamentals of Heat and

Mass Transfer, Second Edition. John Wiley & Sons Inc. : New York.

[8] Jansen, J. Ted. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Alih bahasa,

Arismunandar, Wiranto, Prof. Cetakan Pertama.Jakarta: Pradnya

Paramita.

[9] Pahl, G. Beitz. 1998. Engineering Design A Systematic Approach

(English Edition). Springer-Verlag: London.

[10] Reddy, T.A., Bouix, Ph. 1985. Solar thermal component and system

testing. Division of Energy Technology Asian Institute of Technology

Bangkok : Thailand.

[11] S.V. Jangam, Law Lim Chung, Mujumdar S. Arun. 2009. Drying Of

Foods, Vegetables And Fruits. ISBN- 978-981-08-6759-1, Published in

Singapore.

[12] T.Y. Tunde-Akintunde and A.A. Afon. 2009. Modelling of Hot-Air

Drying of Pretreated Cassava Chips. Agricultural Engineering

International: the CIGR Ejournal. Manuscript 1493 Vol. August, 2009.

Page 98: Skripsi fadli ryan arikundo

78

[13] Tambunan, H. Armansyah, dkk. 2001. Panduan praktis mujumdar untuk

pengeringan industrial. Seri Pustaka IPB Press 2001: Bogor.

[14] Thaib, Gumbira Said dan Suteja Wiraatmadja. S. 1988. Operasi

Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediatama Sarana

Perkasa: Jakarta

[15] Treybal, E. Robert. 1980. Mass-Transfer Operations. Mc Graw-Hill,

Book Company, Inc: Singapore.

[16] Weiss, Werner and Josef Buchinger. 2010. Esthablishment Of A

Production, Sales And Consulting Infrastructure For Solar Thermal

Plants In Zimbabwe. AEEINTEC: Austria.

[17] Yunus, A. Cengel. 2002. HeatTransfer A Practical Approach, Second

Edition. Mc Graw-Hill, Book Company, Inc: Singapore.