skripsi a. syamsul bakhri n11107054

90
PENGARUH EMULGATOR NOVEMER ® DAN VISCOLAM ® TERHADAP KESTABILAN FISIK KRIM DARI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL AKAR MURBEI (Morus alba L.) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.) ANDI SYAMSUL BAKHRI N111 07 054 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Upload: same

Post on 04-Aug-2015

1.266 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

PENGARUH EMULGATOR NOVEMER® DANVISCOLAM® TERHADAP KESTABILAN FISIK KRIM

DARI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL AKARMURBEI (Morus alba L.) DAN BUAH MAHKOTA

DEWA (Phaleria macrocarpa Boerl.)

ANDI SYAMSUL BAKHRIN111 07 054

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2011

Page 2: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

PENGARUH EMULGATOR NOVEMER® DAN VISCOLAM® TERHADAPKESTABILAN FISIK KRIM DARI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL

AKAR MURBEI (Morus alba L.) DAN BUAH MAHKOTA DEWA(Phaleria macrocarpa Boerl.)

SKRIPSI

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhisyarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

ANDI SYAMSUL BAKHRIN111 07 054

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2011

Page 3: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

iii

PENGARUH EMULGATOR NOVEMER® DAN VISCOLAM® TERHADAPKESTABILAN FISIK KRIM DARI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL AKAR

MURBEI (Morus alba L.) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleriamacrocarpa Boerl.)

ANDI SYAMSUL BAKHRI

N111 07 054

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pertama,

Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M.Si., Apt. Dra. Rosany Tayeb, M.Si, Apt..NIP. 19541117 198301 2 001 NIP. 19561011 198603 2 002

Pada tanggal 2011

Page 4: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

iv

PENGESAHAN

PENGARUH EMULGATOR NOVEMER® DAN VISCOLAM® TERHADAPKESTABILAN FISIK KRIM DARI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL AKAR

MURBEI (Morus alba L.) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleriamacrocarpa Boerl.)

Oleh :ANDI SYAMSUL BAKHRI

N111 07 054

Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada tanggal : 2011

Panitia Penguji Skripsi :

1. Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CES., Apt. : ..........................

(Ketua)

2. Drs. Ermina Pakki, M.Si., Apt. : ..........................

(Sekretaris)

3. Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. : ..........................

(Anggota)

4. Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M.Si., Apt. : ..........................

(Ex Officio)

5. Dra. Rosany Tayeb, M.Si, Apt. : ..........................

(Ex Officio)

Mengetahui :Dekan Fakultas FarmasiUniversitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt.NIP. 19560114 198601 2 001

Page 5: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya sayasendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolehgelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuansaya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atauditerbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalamnaskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar,maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, Mei 2011

Penyusun

ANDI SYAMSUL BAKHRI

Page 6: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt karena atas

berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di Fakultas

Farmasi, Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak

rintangan dan hambatan yang dihadapi, namun dengan doa dan bantuan

dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada Ibu Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M.Si, Apt.

selaku pembimbing utama, dan Ibu Dra. Rosany Tayeb, M.Si, Apt. selaku

pembimbing pertama yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu dan

pikirannya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga

penulis sampaikan kepada ; Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. selaku

Dekan Fakultas Farmasi, lbu Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. selaku

penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukan

yang bermakna selama hampir empat tahun ini. Penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh staf Fakultas

Farmasi yang telah banyak memberikan dukungan, petunjuk dan

bimbingannya kepada penulis terkhusus untuk Kak Sumiati.

Page 7: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

vii

Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan

kepada ayahanda terhormat H. Habib A.P. dan ibunda tersayang Hj. St.

Bone yang telah banyak memberikan pengorbanan baik moril maupun

materil yang tidak akan mampu penulis balas sampai akhir hayat, di dalam

doa yang senantiasa dipanjatkan sebagai pemacu penulis dalam

menghadapi tantangan maupun rintangan selama ananda menjalani dunia

perkuliahan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kakanda

dan Adinda Syam Sofyan dan A. Sri Handayani yang selalu memberikan

curahan kasih sayang yang sebesar-besarnya dan tak henti-henti

memberikan semangat. Tak lupa mereka yang menjadi teman

seperjuangan dalam penelitian ini Sjalri Achmad Ariendi dan Isma Aziza

serta yang terkhusus Andi Irna Sari yang selalu hadir menemani dan tak

henti memberikan semangat.

Kepada teman-teman mixtura 07, khususnya Sherwin Armanda,

Ardian, Alfian Partang, Erzam Fauzan, Rangga Meidianto, Rizky Amalia

Salam, Dewita Fatiah, Achmad Himawan, Wiwi Hasmita, dan Kak Andi

Arjuna, S.Si, Apt., Kak Andi Dian Permana, S.Si., Kak Armini Syamsidi,

S.Si serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima

kasih atas bantuan dan kebersamaannya dalam suka dan duka selama

penulis menuntut ilmu serta dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih

untuk segala sesuatu yang pernah kita lewati bersama baik suka maupun

duka.

Page 8: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

banyak kekurangan dan kelemahan. Di dunia tak ada satupun yang

sempurna karena kesempurnaan hanya milik-Nya. Maka dari itu saran dan

kritik membangun sangat penulis harapkan guna tambahan wawasan agar

dalam pengerjaan penelitian selanjutnya dapat lebih baik.

Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang farmasi, amin.

Makassar, 2011

Penulis

Page 9: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

ix

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi emulgatorNovemer® dan Viscolam® terhadap kestabilan fisik krim pemutih tipe m/adari kombinasi ekstrak etanol akar murbei (Morus alba L) dan ekstraketanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.). Penelitian inibertujuan untuk mendapatkan formula krim tipe m/a yang stabil secarafisik. Pada penelitian ini akar murbei diekstraksi menggunakan etanol 70%dengan cara refluks sedangkan buah mahkota dewa menggunakan etanol70% dengan cara maserasi. Selanjutnya diformulasi menjadi sediaan krimtipe m/a menggunakan emulgator Novemer® dengan konsentrasi berturut-turut 0,5%; 1%; dan 2% dan emulgator Viscolam® dengan konsentrasiberturut-turut 2%, 3%, dan 4% terhadap bobot total krim. Evaluasikestabilan fisik krim meliputi uji organoleptis, viskositas, dan inversi fasesebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat selama 24 jamsecara bergantian pada suhu 4oC dan 40oC sebanyak 6 siklus. Untuk krimdengan emulgator Novemer® dengan konsentrasi 1% dan 2%memperlihatkan tidak adanya perubahan warna, bau, pemisahan fase,dan inversi fase sedangkan untuk konsentrasi 0,5% terjadi pemisahanfase. Untuk krim dengan emulgator Viscolam® dari ketiga formulamemperlihatkan adanya pemisahan dan dinyatakan tidak stabil secarafisik. Formula krim yang paling stabil secara fisik adalah krim denganemulgator Novemer® 2%.

.

Page 10: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

x

ABSTRACT

A research of influence emulsifying agent Novemer® and Viscolam®

concerning physic stability o/w type whitening cream from combinationMorus alba root extract and Phaleria macrocarpa fruit extract have beenconducted. The aim of this research was to obtain cream formula of whichtype o/w which is physically stable. In this research, Morus alba root wasextracted using 70% ethanol by reflux while Phaleria macrocarpa fruitusing 70% ethanol by maceration. Furthermore, type cream formulatedinto m/a type by emulsifying agent Novemer® with consecutiveconcentration 0.5%, 1% and 2% and emulsifying agent Viscolam® withconsecutive concentrations of 2%, 3% and 4% of the total weight cream.Evaluation of physical stability of creams include organoleptic test,viscosity, and the phase inversion before and after accelerated storageconditions for 24 hours alternately at 4C and 40C for 6 cycles. Foremulsifying agent Novemer® cream with a concentration of 1% and 2%showed no change in color, odor, breaking, and phase inversion while forconcentration of 0.5% the phase separation or breaking occurs. For thecream with emulsifying agent Viscolam® of the three formulas showed theexistence of breaking and otherwise physically unstable. Formula cream isthe most physically stable is cream with emulsifying agent Novemer® 2%.

Page 11: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................ iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 5

II.1 Uraian tentang Murbei ........................................ 5

II.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................ 5

II.1.2 Nama Lain ........................................................... 5

II.1.3 Morfologi Tanaman .............................................. 6

II.1.4 Kandungan Kimia ................................................ 6

II.1.5 Khasiat Tanaman ................................................ 7

II.2 Uraian tentang Mahkota Dewa ........................... 8

II.2.1 Klasifikasi Tanaman ............................................ 8

II.2.2 Nama Lain ........................................................... 8

II.2.3 Morfologi Tanaman .............................................. 9

Page 12: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xii

II.2.4 Kandungan Kimia ................................................ 10

II.2.5 Khasiat Tanaman ................................................ 10

II.3 Uraian Kulit .......................................................... 10

II.3.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................. 10

II.3.2 Hubungan Melanin dengan Pigmentasi ............... 17

II.4 Kosmetik .............................................................. 20

II.5 Pengertian Krim ................................................... 24

II.6 Emulgator ............................................................ 24

II.6.1 Pengertian Emulgator ......................................... 24

II.6.2 Pembagian Emulgator ........................................ 25

II.6.3 Mekanisme Emulgator ........................................ 27

II.7 Kondisi Penyimpanan Dipercepat ....................... 28

II.8 Kestabilan Emulsi ................................................ 29

II.8.1 Kriming dan Sedimentasi .................................... 29

II.8.2 Viskositas ............................................................ 30

II.8.3 Perubahan Ukuran Tetes Terdispersi ................. 31

II.8.4 Inversi Fase ......................................................... 31

II.9 Uraian Bahan Tambahan .................................... 33

II.9.1 Emulgator Novemer® ........................................... 33

II.9..2 Emulgator Viscolam® ........................................... 34

II.9.3 Asam Stearat ....................................................... 35

II.9.4 Setil Alkohol ......................................................... 35

II.9.5 Gliserin ................................................................ 36

Page 13: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xiii

II.9.6 Propilenglikol ....................................................... 37

II.9.7 Metil Paraben ...................................................... 37

II.9.8 Propil Paraben ..................................................... 38

II.9.9 Isopropil Meristat ................................................. 38

II.9.10 Alfa Tokoferol ...................................................... 39

II.9.11 Oleum Jasmin ...................................................... 40

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................... 41

III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ......................... 41

III.2 Prosedur Kerja .................................................... 41

III.2.1 Pengambilan Sampel .......................................... 41

III.2.2 Pengolahan Sampel Penelitian ............................ 41

III.2.3 Ekstraksi .............................................................. 42

III.2.4 Formulasi Krim .................................................... 42

III.2.5 Pembuatan Formula ............................................ 44

III.2.6 Penentuan Tipe Krim ........................................... 45

III.2.6.1 Daya Hantar Listrik .............................................. 45

III.2.6.2 Metode Dispersi Larutan Zat Warna .................... 45

III.2.7 Evaluasi Kestabilan ............................................. 45

III.2.7.1 Pemeriksaan Organoleptis .................................. 45

III.2.7.2 Pengukuran pH Krim ........................................... 45

III.2.7.3 Pengukuran Viskositas ........................................ 45

III.2.7.4 Pengukuran Tetes Terdispersi ............................ 46

III.2.7.5 Inversi Fase ........................................................ 46

Page 14: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xiv

III.2.8 Pengumpulan dan Analisis Data .......................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 47

IV.1 Hasil Penelitian .................................................... 47

IV.2 Pembahasan ....................................................... 48

BAB V PENUTUP .......................................................................... 54

V.1 Kesimpulan .......................................................... 54

V.2 Saran ................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 56

LAMPIRAN ...................................................................................... 59

Page 15: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xv

DAFTAR TABEL

TABEL halaman

1. Rancangan Formula Dengan Emulgator Novemer® ...................... 41

2. Rancangan Formula Dengan Emulgator Viscolam® ...................... 41

3. Hasil Pengamatan Sampel (Ekstrak akar murbei) ........................ 60

4. Hasil Pengamatan Sampel (Ekstrak buah mahkota dewa) ........... 60

5. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim (emulgator Novemer®) ....... 60

6. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim (emulgator Viscolam®) ...... 60

7. Hasil Pengamatan Tipe Emulsi (emulgator Novemer®) ................ 60

8. Hasil Pengamatan Tipe Emulsi (emulgator Viscolam®) ................ 61

9. Hasil Pengukuran viskositas (cps) (emulgator novemer®) ............ 61

10. Hasil Pengukuran viskositas (cps) (emulgator Viscolam®) ........... 61

11. Hasil Pengukuran pH krim (emulgator Novemer®) ....................... 62

12. Hasil Pengukuran pH krim (emulgator Viscolam®) ....................... 62

Page 16: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xvi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR halaman

1. Penampang anatomi kulit ....................................................... 14

2. Proses melanogenesis di dalam epidermal melanosom ......... 18

3. Gambar struktur asam sterat .................................................. 35

4. Gambar struktur setil alkohol .................................................. 35

5. Gambar struktur gliserin ......................................................... 36

6. Gambar struktur propilenglikol ................................................ 37

7. Gambar struktur metil paraben ............................................... 37

8. Gambar struktur propil paraben .............................................. 38

9. Gambar struktur isopropil meristat .......................................... 38

10. Gambar struktur alfa tokoferol ................................................ 39

11. Sediaan krim variasi konsentrasi emulgator Novemer®sebelum kondisi penyimpanan dipercepat dan setelahpenyimpanan dipercepat ....................................................... 62

12. Sediaan krim variasi konsentrasi emulgator viscolam®

sebelum kondisi penyimpanan dipercepat dan setelahpenyimpanan dipercepat ........................................................ 63

13. Hasil uji tipe emulsi M/A emulgator Novemer® denganmetode daya hantar listrik sebelum kondisi penyimpanandipercepat ............................................................................... 63

14. Hasil uji tipe emulsi M/A emulgator Novemer® denganmetode daya hantar listrik setelah kondisi penyimpanandipercepat ............................................................................... 63

15. Hasil uji tipe emulsi M/A emulgator Viscolam® denganmetode daya hantar listrik sebelum kondisi penyimpanandipercepat ............................................................................... 64

Page 17: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xvii

16. Hasil uji tipe emulsi M/A metode pengenceran air sebelumdan setelah kondisi penyimpanan dipercepat denganmenggunakan emulgator Novemer® ....................................... 64

17. Hasil uji tipe emulsi M/A metode dispersi warna sebelumkondisi dan setelah penyimpanan dipercepat denganmenggunakan emulgator Novemer® ........................................... 64

18. Hasil uji tipe emulsi M/A metode pengenceran air sebelumkondisi penyimpanan dipercepat dengan menggunakanemulgator Viscolam® ..................................................................... 65

19. Hasil uji tipe emulsi M/A metode dispersi warna sebelumkondisi penyimpanan dipercepat dengan menggunakanemulgator Viscolam® .............................................................. 65

20. Histogram pH krim sebelum dan setelah kondisipenyimpanan dipercepat. ....................................................... 66

21. Histogram perubahan pH krim setelah kondisipenyimpanan dipercepat ........................................................ 66

22. Histogram viskositas krim (cps) sebelum dan setelahkondisi penyimpanan dipercepat ............................................ 67

23. Histogram perubahan kekentalan krim (cps) setelahkondisi penyimpanan dipercepat ............................................ 67

24. Hasil pengamatan tetes tedispersi sebelum dan setelahkondisi penyimpanan dipercepat menggunakanemulgator Novemer® .............................................................. 68

25. Hasil pengamatan tetes tedispersi sebelum kondisipenyimpanan dipercepat menggunakan emulgatorViscolam® ............................................................................... 69

26. Tanaman murbei (Morus alba L.) ........................................... 70

27. Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) ................ 70

Page 18: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Skema Kerja Pembuatan Krim ............................................... 58

2. Skema Kerja Pengujian Krim .................................................. 59

Page 19: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

1

BAB I

PENDAHULUAN

Produk pemutih kulit, yang merupakan produk cosmetic medic,

sekarang ini sangat diminati di Wilayah Asia. Penelitian menunjukkan

bahwa 55% dari 85% wanita Indonesia yang berkulit gelap ingin agar

kulitnya menjadi lebih putih. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 70%-

80% perempuan di Asia (yaitu : Cina, Thailand, Taiwan, dan Indonesia)

ingin mempunyai kulit yang lebih putih. Perempuan Asia dan khususnya

Indonesia ingin mempunyai kulit putih dengan anggapan kulit putih lebih

baik dari kulit yang gelap, dan anggapan kulit yang cantik adalah kulit

yang putih (1).

Sediaan pemutih biasanya bekerja secara langsung dengan jalan

menghambat produksi melanin dalam melanosit, mengurangi jumlah

melanin yang sudah terbentuk dalam melanosit, merangsang ekskresi

melanin dalam epidermis, memutus rantai oksidasi, mereduksi dopakuinon

kembali menjadi DOPA, meracuni melanosit secara selektif dan competitif

inhibitor dengan DOPA serta menghambat enzim tirosinase (2).

Salah satu bentuk sediaan pemutih di pasaran dalam bentuk krim.

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Salah satu tipe krim yang sering digunakan adalah krim tipe m/a yang baik

untuk sistem penghantaran obat, menyenangkan dalam penampilannya

Page 20: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

2

dan rasa yang nyaman selama penggunaan serta lebih mudah dicuci

dengan air (3).

Krim pemutih kulit dapat mengandung bahan-bahan berbahaya

seperti merkuri, hidrokuinon, kortikosteroid, asam kojat, asam azelik yang

dapat menggangu kesehatan. Ahli dermatologi sudah sering kali

mendapatkan kejadian yang diakibatkan penggunaan krim pemutih dari

bahan tersebut. Efek samping yang dihasilkan antara lain dermatitis,

melasma, keracunan merkuri, gagal ginjal hingga kanker kulit (4).

Untuk itu perlu dilakukan pencarian bahan aktif alternatif yang

memiliki efek samping yang lebih kecil. Salah satu bahan alam yang

memiliki aktivitas sebagai pemutih adalah akar murbei (Morus alba L.).

Ekstrak akar dari murbei pada konsentrasi 500 ppm telah menghambat

60% aktivitas enzim tirosinase. Oksiresveratrol merupakan senyawa yang

ditemukan dalam ekstrak akar tersebut (5).

Penggunaan krim tipe m/a yang umumnya lebih disukai memiliki

risiko pemaparan sinar matahari yang besar. Pemaparan terhadap sinar

dengan panjang gelombang dalam daerah UV A (320 – 400 nm) akan

menstimulasi pembentukan melanin pada lapisan dermis yang bekerja

sebagai lapisan pelindung pada kulit sehingga menyebabkan pigmentasi.

UVA dapat berpenetrasi ke dalam dermis menyebabkan elastosis

(kehilangan struktur pendukung dan elastisitas kulit) (6).

Untuk itu perlu dilakukan kombinasi krim pemutih tipe m/a dengan

tabir surya. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai tabir

Page 21: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

3

surya adalah buah mahkota dewa. Buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa Boerl.) mengandung phalerin, suatu senyawa benzofenon

yang diketahui dapat menyerap sinar UVA. Melyati telah melakukan

penelitian aktivitas ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

Boerl.) sebagai tabir surya dengan memperoleh rata-rata persen transmisi

eritema sebesar 0,14 dimana suatu bahan dikatakan sebagai sunblock

total apabila harga % transmisi eritema < 1 (7).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka akar murbei (Morus alba L.)

berpotensi diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetik pemutih

berbentuk krim tipe m/a dengan kombinasi ekstrak buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa Boerl.) sebagai tabir surya. Krim membutuhkan

kestabilan fisik selama penggunaan dan untuk mendapatkan kestabilan

emulsi maka dibutuhkan emulgator yang tepat.

Saat ini telah diperdagangkan emulgator Novemer® sebagai bahan

multifungsi yaitu pemodifikasi aliran, penstabil, pengemulsi, dan co-

emulsifies. Novemer® merupakan emulgator mengandung kombinasi air

45-51%, acrylates/acrylamide copolymer 26-28%, mineral oil 22-24%,

polysorbate85 1-3%). Kelebihannya adalah memudahkan proses

emulsifikasi, stabil untuk emulsi tipe m/a, tidak memerlukan perhitungan

HLB, dapat diformulasi pada suhu rendah, dapat mempertahankan

kualitas produk dibawah kondisi penyimpanan dipercepat dan efisien pada

penggunaan konsentrasi rendah (8).

Page 22: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

4

Selain emulgator Novemer®, terdapat pula Viscolam® yang

mengandung sodium polyacrylatdimetyl taurate, hidrogeneted polidecene,

dan tridecet 10 yang dapat digunakan sebagai emulgator. Bahan ini

sering digunakan sebagai polimer cair didasarkan pada konsep “Hydro

Swelling Droplets” dimana pada proses pembuatan emulsi secara

langsung dapat terjadi pembesaran ukuran tetesan air tanpa perlu

pemanasan atau modifikasi pH (29).

Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih

berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu

penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama

dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Ketidakstabilan fisika dari

sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna, timbul bau,

perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, perubahan

konsistensi, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya (25).

Permasalahan yang timbul adalah apakah krim dari ekstrak murbei

(Morus alba L.) dengan kombinasi ekstark buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa Boerl.) yang diformulasikan menggunakan emulgator

novemer® dan Viscolam® memenuhi kestabilan fisik suatu krim. Untuk itu,

telah dilakukan penelitian pengaruh variasi emulgator novemer® dan

Viscolam® terhadap kestabilan fisik krim dari ekstrak murbei (Morus alba

L.) dengan kombinasi ekstark buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

Boerl.) sehingga diperoleh emulgator dan konsentrasi yang sesuai untuk

memformulasikan krim yang stabil secara fisik.

Page 23: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tentang Murbei (Morus alba L.)

II.1.1Klasifikasi Tanaman (9)

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Dialypetalae

Bangsa : Urticales

Suku : Moraceae

Marga : Morus

Jenis : Morus alba L.

II.1.2Nama Lain (9)

Sumatera : Kerta, kitau

Jawa : Murbai, besaran, lampaung

Sulawesi Selatan : Pappanre Ulle’, Daun Sabbe

Cina : Sangye

Vietnam : Maymon, dau tam

Inggris : Morus leaf, morus fruit, mulberry leaf, mulberry

bark, mulberry twigs, white mulberry, mulberry.

Page 24: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

6

II.1.3Morfologi Tanaman (9)

Tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl. dan

memerlukan cukup sinar matahari. Tumbuhan yang sudah dibudidayakan

ini menyukai daerah-daerah yang cukup basah seperti di lereng gunung

dan pada tanah yang berdrainase baik. Kadang ditemukan tumbuh liar.

Pohon, tinggi sekitar 9 m, percabangan banyak, cabang muda berambut

halus. Daun tunggal, letak berseling, bertangkai yang panjangnya 4 cm.

Helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal

tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan

atas dan bawah kasar, panjang 2,5 – 20 cm, lebar 1,5 – 12 cm, warnanya

hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, mahkota

bentuk taju, warnanya putih. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan,

bunga betina, dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei berbunga

sepanjang tahun. Buahnya banyak berupa buah buni, berair, dan rasanya

enak. Buah muda warnanya hijau, setelah masak menjadi hitam. Biji kecil,

warna hitam. Tumbuhan ini dibudidayakan karena daunnya digunakan

untuk makanan ulat sutera. Daun muda enak disayur dan berkhasiat

sebagai pembersih darah bagi orang yang sering bisulan. Perbanyakan

dengan setek dan okulasi.

II.1.4 Kandungan Kimia (9)

1. Daun

Daun mengandung ecydsterone, inokosterone, lupeol,

betasitosterol, rutin, moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin, alfa

Page 25: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

7

betahexenal, cis beta hexenol, cis lamda hexenol, benzaidehide, eugenol,

lanaloolbenzyl alkohol, butylamine, aseton, trigonelline, kolin, adenin,

asam amino, tembaga, zink, vitamin (A, B1, C dan kareton), asam

klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam formyltetrahydrofolik, dan

mioinositol, juga mengandung phytoestrogens.

2. RantingRanting mengandung tanin dan vitamin A.

3. BuahBuah mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat,

asam stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C).

4. Kulit batangKulit batang mengandung triterpenoids : α, β- amyrin, sitosterol,

sitosterol- α - glucoside. Flavanoids : morusin, cyclomorusin, kuwanone A,

B, C, oxydihyromorusin. Coumarins : umbelliferone dan scopoletin.

5. Kulit akarKulit akar mengandung derivat flavone mulberrin,

mulberrochromene, cyclomulberrin, cyclomulberrochromene, morussin,

dan mulberofuran A.

6. BijiBiji mengandung urease.

II.1.5 Khasiat Tanaman (9)

Murbei (Morus alba L) banyak dimanfaatkan untuk pengobatan

Demam, Flu, Malaria, Batuk, Rematik, Darah tinggi (hipertensi), Kencing

manis (diabetes melitus), Kaki gajah (elephantiasis), Radang mata merah

(conjunctivitis acute), Memperbanyak ASI, Keringat malam, Muntah darah,

Page 26: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

8

Batuk darah, Batuk berdahak, Kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia),

Tidak datang haid, Gangguan saluran cerna, Sesak napas (asma),

Cacingan, Muka bengkak (edema), Sukar kencing (disuria), Neurastenia,

Jantung berdebar (palpitasi), Rasa haus dan mulut kering, Sukar tidur

(insomnia), Telinga berdenging (tinnitus), Sembelit, Tuli, Vertigo, Hepatitis,

Kurang darah (anemia), Rambut beruban, Sakit kepala, Sakit

tenggorokan, Sakit gigi, Sakit pinggang (lumbago), dan Menyuburkan

pertumbuhan rambut.

II.2 Uraian Tentang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Boerl)

II.2.1Klasifikasi Tanaman (10)

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Dialypetalae

Bangsa : Thymelaeales

Suku : Thymelaeaceae

Marga : Phaleria

Jenis : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl

II.2.2 Nama Lain (11)

Inggris : The crown of God

Cina : Pau

Page 27: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

9

Jawa Tengah : Makuto Mewo, Makuto Rojo, Makuto Ratu

Banten : Raja Obat

Jawa Barat : Buah Simalakama

II.2.3 Morfologi Tanaman (11)

Berupa tanaman perdu, tajuk tanaman bercabang-cabang, tinggi

sekitar 1,5-2,5 meter, namun bisa mencapai 5 meter. Akarnya berupa akar

tunggang. Batangnya terdiri atas kulit dan kayu, dengan kulit batang

berwarna coklat kehijauan, kayunya berwarna putih, batang bergetah.

Diameter batang mencapai 15 cm, percabangan batang cukup banyak.

Daunnya merupakan daun tunggal, bentuk lonjong langsing, memanjang

berujung lancip, warna hijau, permukaan licin, panjang daun bisa

mencapai 7-10 cm, dengan lebar 3-5 cm. Bunga majemuk tersusun dalam

kelompok 2-4 bunga. Pertumbuhannya menyebar di batang atau ketiak

daun, berwarna putih, bentuk seperti terompet kecil, baunya harum,

ukurannya kira-kira sebesar bunga tanaman cengkeh, bunganya ke luar

sepanjang tahun. Buah berbentuk bulat, ukurannya bervariasi dari

sebesar bola pingpong sampai sebesar apel merah, berwarna merah

menyala, buah terdiri atas kulit buah, daging, cangkang dan biji. Kulit buah

pada waktu muda berwarna hijau, dan setelah tua menjadi merah marun,

ketebalan kulit buah sekitar 0,5-1 mm. Daging buah berwarna putih.

Cangkang buah berwarna putih. Biji buah bulat, berwarna putih,

diameternya mencapai 1 cm.

Page 28: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

10

II.2.4 Kandungan Kimia (11)

Di dalam daun dan kulit buah, tanaman ini mengandung alkaloid,

terpenoid, saponin, flavonoid, polifenol dan senyawa resin

II.2.5Khasiat Tanaman (11)

Sampai saat ini banyak penyakit yang berhasil disembuhkan dengan

mahkota dewa, yaitu beberapa fungsi penyakit berat seperti sakit lever,

kanker, sakit jantung, kencing manis, asam urat, reumatik, sakit ginjal,

tekanan darah tinggi, lemah syahwat, dan ketagihan narkoba, serta

penyakit ringan seperti eksim, jerawat, dan luka gigitan serangga.

Tanaman ini mampu berperan sebagai oxytosin atau sintosinon yang

dapat memacu kerja otot rahim.

I.3 Uraian Kulit

II.3.1Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan bersambung

dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang

masuk. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat

badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan

cermin kesehatan dan kehidupan (12,13).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan yaitu:

1) Lapisan epidermis atau kutikula

Struktur kimia dari sel-sel epidermis manusia terdiri dari protein

27%, lemak 2%, garam mineral 0,5%, air dan bahan-bahan larut air

70,5%. Protein terpenting adalah albumin, globulin, musin, elastin,

Page 29: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

11

kolagen dan keratin. Secara kasar 40% dari bahan-bahan yang larut air

terdiri dari asam amino bebas (14).

Epidermis terbagi menjadi 5 lapisan yaitu (15);

a. Stratum korneum, selnya tipis, datar seperti sisik dan terus menerus

dilepaskan. Sel pada stratum korneum tersusun oleh keratin yang

berasal dari protein, juga merupakan penyusun utama rambut dan kuku

manusia.

b. Stratum lusidum, selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada

intinya.

c. Stratum granulosum, selapis sel yang jelas tampak berisi inti dan juga

granulosum.

d. Stratum spinosum, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel

yang satu dengan yang lainnya di dalam lapisan ini.

e. Sel basal, yaitu sel yang terus menerus memproduksi sel epidermis

baru. Sel basal terdiri sel-sel yang kolumnar dengan protoplasma

basofilik inti lonjong dan besar yang dihubungkan satu dengan yang

lain oleh jembatan antar sel, dan sel pembentuk melanin yang

merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti

gelap dan mengandung butir pigmen (melanosom).

2) Lapisan dermis

Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni pars papilare,

yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan

pembuluh darah dan pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang

Page 30: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

12

menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut

penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin (12).

Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas (12) :

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu (14,12):

1. Kelenjar keringat ekrin terletak dangkal di dermis yang salurannya

bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

Bentuknya kecil, langsing, bergulung-gulung dan sekresinya

dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stress emosional.

Sekretnya berupa cairan encer dan jernih, yaitu keringat yang

mengandung 95-97% air dan mengandung beberapa mineral seperti

garam, NaCl, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism

seluler. Terdapat di seluruh badan sekitar 2 juta, dan terbanyak di

seluruh di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksilia serta menghasilkan

keringat 14 liter dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.

2. Kelenjar keringat apokrin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di

daerah tertentu yang mensekresikan sedikit cairan dan muaranya

berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut

seperti aksila, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Sekresinya

dipengaruhi oleh oleh saraf adrenergik dan menghasilkan cairan yang

agak kental dan berbau khas pada setiap orang.

Page 31: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

13

b. Kelenjar palit (glandula sebasea)

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak kaki

dan tangan. Kelenjar ini biasanya terdapat di samping akar rambut dan

muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut) yang dapat

bersama kelenjar keringat apokrin dan sekresinya dipengaruhi oleh

hormon androgen. Berfungsi menghasilkan minyak kulit (sebasea) yang

berguna meminyaki kulit dan rambut agar tidak kering. Sifat sekresinya

adalah holokrin artinya mensekresikan bersama-sama dengan sel-sel

yang dilepaskan dari dindingnya (14,12).

3) Lapisan subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel

bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang

bertambah (12).

Vasikularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang

terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di

subkutis (pleksus profunda). Pleksus superfisial mengadakan anastomosis

di papil dermis, sedangkan pleksus profunda juga mengadakan

anastomosis di bagian pembuluh darah berukuran lebih besar.

Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening

(12).

Page 32: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

14

Gambar 1. Gambar anatomi kulit (Sumber : Light D, 2004. Cells, Tissues, and Skin.Chelsea House Publishers, Philadelphia, pg. 95).

Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,

pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen,

pembentukan vitamin D dan keratinisasi. (12) :

1. Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau

mekanis, misalnya tekanan; gesekan; tarikan; gangguan kimiawi, misalnya

zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam

dan alkali kuat lannya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi,

sengatan sinar ultraviolet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri

maupun jamur.

Stratum spinosumStratum basale

Kelenjar sebaseus

Kelenjar keringat

Saluran keringat

Epidermis

Dermis

Stratum granulosumStratum lusidum

Stratum korneum (lapisan tanduk)

Daerah membran paling dasar

Pembuluh darah

Folikel rambut

Subkutan (hypodermis)jaringan adiposa

Sel yang lepas daristratum korneum

Pembukaan darisaluran keringat

Batang rambut

Page 33: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

15

Perlindungan tersebut dimungkinkan karena adanya bantalan

lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang

berperanan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.

Selain itu, adanya fungsi “mantel asam” yang dapat berfungsi

sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang

terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit, membunuh dengan

sifat asamnya atau setidaknya menekan pertumbuhan mikroorganisme

yang membahayakan kulit, dan dengan sifat lembabnya sedikit banyaknya

mencegah kekeringan kulit (14).

2. Fungsi absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu

pun yang larut lemak. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara

sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar;

tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui

muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau

sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia.

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan

ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-

Page 34: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

16

badan Krause yang terletak di dermis, rabaan oleh badan taktil Meissner

terletak di papilla dermis dan tekanan oleh badan Paccini di epidermis.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Mekanismenya yaitu mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot

berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah

sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik

6. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel

ini berasal dari rigi saraf dimana jumlah melanosit serta besarnya butiran

pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.

7. Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu

keratinosit, sel langerhans dan melanosit. Keratinosit akan mengadakan

pembelahan, memperbanyak diri, berdiferensiasi, terdesak menuju ke

permukaan kulit sehingga terjadi perputaran perubahan dari sel basal

menjadi spinosum dan seterusnya terdegradasi menjadi lapisan tanduk

(14,12).

Proses pendewasaan dari stratum germinativum sampai menjadi

sel tanduk dalam stratum korneum dinamakan keratinisasi yang lamanya

14-21 hari dan sering disebut juga Cell Turn Over Time (14).

8. Fungsi pembentukan vitamin D

Dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan bantuan sinar

matahari.

Page 35: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

17

II.3.2 Hubungan Melanin dengan Pigmentasi

Melanin adalah pigmen pembangun warna kulit yang paling

menentukan warna kulit. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen

melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan

bangsa di dunia. Melanin disintesis dalam dua bentuk yaitu eumelanin

yang memberikan warna gelap, terutama hitam, coklat dan variasinya.

Pigmen ini tidak larut hampir disemua macam pelarut, mempunyai berat

molekul yang tinggi, mengandung nitrogen, terjadi karena oksidasi

polimerisasi dari bentuk intermediate yang berasal dari DOPA. Sedangkan

pheomelanin yang memberikan warna cerah, kuning sampai merah, larut

dalam alkali, mengandung nitrogen dan sulfur. Terutama terdiri dari

Benzotiazin dan Benzotiazol, berasal dari sistenildopa, misalnya terdapat

pada rambut manusia dan melanoma. Batasan kecepatan aktivitas

katalisis dalam produksi kedua tipe melanin adalah oksidasi tirosin oleh

tirosinase. In vivo, tirosinase mengubah tirosin menjadi DOPAkuinon

dengan produk antara DOPA yang tetap terikat pada bagian aktif.

DOPA dibutuhkan untuk aktivitas tirosinase karena DOPA

memungkinkan pengikatan oksigen pada bagian aktif dari tirosinase.

Proses ini meliputi oksidasi katalisis dari DOPA menjadi DOPAkuinon. Jika

sisteina atau glutation hadir, maka bereaksi dengan DOPAquinone untuk

menghasilkan cysteinylDOPA dan derivatnya benzothiazine dari

pheomelanin. Seperti sisteina disusutkan, DOPAquinone menyiklik ke

dalam DOPAchrome. TYRP-2 mengkatalisasi tautomerisasi dari

Page 36: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

18

DOPAchrome ke 5,6-dihydroxyindole-2-carboxylic (DHICA), yang

dioksidasi kemudiannya ke subunit DHICA-melanin. Oksidasi DHICA ke

eumelanin dianggap sebagai katalisasi oleh TYRP-1. Ketidakhadiran dari

TYRP-2 menyebabkan separuh asam karbon dari DOPAchrome akan

lepas dan berubah secara spontan menjadi 5,6-dihydroxyindole (DHI).

DHICA bersama dengan DHI meliputi subunit-subunit dari eumelanin

(14,16).

Sifat utama dari melanin adalah kemampuannya untuk menyerap

dan memantulkan radiasi sinar UV (280-400 nm) dan melindungi

kerusakan DNA. Hasil antara pada biosintesis melanin dapat juga

membahayakan, kuinon yang dihasilkan oleh reaksi tirosinase adalah

sitotoksik dan perantara kematian sel bila terakumulasi dalam jumlah

Gambar 2. Proses melanogenesis di dalam epidermal melanosom (Sumber :Ebanks, Jody P., dkk., Department of Pharmaceutical Sciences, University ofCincinnati College of Pharmacy, USA).

Page 37: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

19

yang banyak. Lebih lanjut melanin juga meningkatkan radiasi UVA

(320-400 nm) yang menginduksi perombakan DNA. Melanin bereaksi

dengan DNA yaitu fotoreaktif dan mampu menghasilkan oksigen reaktif

yang merusak respon terhadap UVA. Berdasarkan panjang

gelombang, sinar UV dibagi menjadi 3 yaitu: UVA (320-400 nm), UVB

(290-320 nm), dan UVC (200-290 nm) (17).

Radiasi UVA dalam jumlah besar dapat menyebabkan pigmentasi

baik pigmentasi yang segera (immediate tanning atau immediate pigment

darkening) atau pigmentasi yang lambat (delayed tanning reaction). Pada

pigmentasi cepat terjadi perubahan-perubahan pada melanosom yang

ada pada melanosit dan keratinosit akibat reaksi foto-oksidasi, sehingga

melanin yang tidak berwarna atau berwarna merah muda dioksidasi

menjadi lebih gelap. Pada pigmentasi lambat terjadi peningkatan jumlah

melanosit, ukuran melanosit, aktivitas melanosit dan aktivitas enzim

tirosinase sehingga dihasilkan melanin baru yang ditransfer ke keratinosit.

Radiasi sinar UVC mempunyai efek pigmentasi yang lemah (18).

Bahan-bahan depigmentasi mungkin bekerja dengan satu dari

beberapa cara berikut (19):

1. Dengan menghancurkan atau dekarakterisasi melanosit

2. Dengan mengganggu biosintesis melanin dan prekursor.

3. Dengan menginaktivasi atau mencegah biosintesis dari enzim

tirosinase

4. Dengan mengganggu transfer granul melanin pada sel Malpighi.

Page 38: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

20

5. Dengan mengubah melanin pada melanosom dari bentuk teroksidasi

berwarna hitam menjadi bentuk reduksi yang berwarna cerah.

Bahan depigmentasi yang ideal harus mempunyai kemampuan

yang cepat dan efek pemutihan yang selektif, pada melanosit yang

hiperaktif, tanpa efek samping yang singkat atau jangka panjang, dapat

melenyapkan pigmen yang tidak diinginkan secara permanen, beraksi

pada satu atau lebih langkah-langkah dari proses pigmentasi (20).

II.4 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Menurut JELLINEX, kosmetologi

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia, fisika,

biologi dan mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan

penggunaan bahan kosmetika. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau

paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan

(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi dan

rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki

bau badan tetapi tidak dimasukkan untuk mengobati atau menyembuhkan

suatu penyakit. Dalam defenisi kosmetik diatas, yang dimaksud dengan

“tidak dimaksudkan untuk mengobati ayau menyembuhkan suatu

penyakit” adalah sediaan tersebut seyogianya tidak mempengaruhi

struktur dan faal kulit (14).

Page 39: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

21

Namun bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia –

meskipun berasal dari alam– dan organ tubuh yang dikenai (ditempeli)

adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetik itu akan mengakibatkan

reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut. Tak ada bahan kimia yang

bersifat indeferens (tidak menimbulkan efek apa-apa) jika dikenakan pada

kulit (Lubowe, 1955, Kligman, 1982, Celleno, 1988). Karena itu, pada

tahun 1955 Lubowe menciptakan istilah “Cosmedics” yang merupakan

gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi faal

kulit secara positif, namun bukan obat. Pada tahun 1982 Faust

mengemukakan istilah “Medicated Cosmetics” (14).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit

diperlukan jenis kosmetik tertentu – bukan hanya obat. Selama kosmetik

tersebut tidak mengandung bahan berbahaya yang secara farmakologis

aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan

dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri (14).

Penggolongan kosmetika antara lain : (14)

A. Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I., berdasarkan

kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan

menjadi 13 golongan.

1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain lain.

2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain-lain.

3. Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dan lain-lain.

4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water dan lainlain.

Page 40: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

22

5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut

dan lain-lain.

6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dan lain-lain.

7. Preparat make up (kecuali mata); pemerah bibir, pemerah pipi,

bedak muka dan lain-lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pastagigi, breath

freshener dan lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan; deodoran, feminism hygiene

spray dan lain-lain.

10. Preparat kuku; cat kuku, krem dan lotion kuku, dan lain-lain.

11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dan lain-lain.

12. Preparat perawatan kulit; pembersih, pelernbab, pelindung dan lain-

lain.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen; suntan gel, sunscreen

foundation dan lain-lain.

B. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan :

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara

modern (termasuk antaranya adalah cosmedics)

2. Kosmetik tradisional :

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari

bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-

temurun.

Page 41: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

23

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan

pengawet agar tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-

benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan

tradisional.

C. Penggolongan menurut kegunaanya bagi kulit :

1. Kosmetika perawatan kulit (skin-care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.

Termasuk di dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing

cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya

moisturizer cream, night cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),

misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang

berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).

2. Kosmetika riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit

sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta

menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self

Page 42: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

24

confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan pewangi

sangat besar.

II.5 Pengertian Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu

atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan

setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi

sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini,

batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi

minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol

berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih

ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika (22).

Krim m/a merupakan krim yang bagus untuk sistem penghantaran

obat, menyenangkan dalam penampilannya dan rasa yang nyaman

setelah penggunaan. Krim ini tidak berminyak dan bersifat dapat dicuci

baik untuk tujuan topikal, menyebar lebih cepat dan area fase air

menguap dari kulit sehingga menyejukkan jaringan yang terinflamasi

(3,23).

II.6 Emulgator

II.6.1 Pengertian Emulgator (27)

Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka

antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan terdispersi dengan

Page 43: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

25

lapisan yang kuat yang mencegah koalisensi dan pemecahan fase

terdispersi.

II.6.2 Pembagian Emulgator (27)

1. Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film

monomolekuler

a) Anionik

Aktivitas permukaan bahan pengemulsi ini terletak pada anion yang

bermuatan negatif. Contoh bahannya yaitu kalium, natrium dan garam

ammonium dari asam laurat dan asam oleat yang larut dalam air dan

merupakan bahan pengemulsi m/a yang baik. Bahan ini mempunyai rasa

yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran cerna sehingga

membatasi penggunaannya hanya untuk penggunaan luar. Contoh

lainnya yaitu garam yang dibentuk dari asam lemak dengan amin organik

seperti trietanolamin yang juga adalah pengemulsi m/a yang dibatasi

untuk sediaan luar. Emulgator ini kurang mengiritasi jika dibandingkan

dengan sabun alkali.

b) Kationik

Aktifitas permukaan bahan kelompok ini terletak pada kation yang

bermuatan positif. Bahan ini juga memiliki sifat bakterisida yang khas,

sehingga cocok untuk produk emulsi antibakteri seperti lotio dan krim kulit.

pH dari sediaan emulsi dengan pengemulsi kationik yaitu antara 4 - 8.

Rentang pH ini juga menguntungkan karena termasuk dalam pH normal

kulit. Contohnya yaitu senyawa amonium kuarterner.

Page 44: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

26

c) Nonionik

Surfaktan yang luas penggunaannya sebagai bahan pengemulsi

karena memiliki keseimbangan lipofilik dan hidrofilik dalam molekulnya.

Selain ini tidak seperti tipe anionik dan kationik, emulgator nonionik tidak

dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit. Sifat yang

paling penting adalah efek yang ringan pada tubuh; surfaktan nonionik

jarang mengiritasi dibanding surfaktan anionik. Pada umumnya surfaktan

nonionik tidak bereaksi dengan asam, basa dan garam. Contoh yang

paling banyak digunakan yaitu ester gliseril, ester polioksietilenglikol, ester

asam lemak sorbitan (Span) dan turunan polioksietilennya (Tween).

2. Emulgator alam (27)

Kebanyakan derivat emulgator ini berasal dari alam (seperti hewan

dan tumbuhan) antara lain akasia, gelatin, lesitin, dan kolesterol.

Kebanyakan bahan alam lainnya cukup aktif digunakan sebagai pembantu

emulgator atau penstabil.

a) Akasia

Adalah gom karbohidrat yang larut dalam air dan membentuk

emulsi m/a. Emulsi yang dibuat dengan emulgator akasia stabil pada

jarak pH yang luas. Karena mengandung karbohidrat, maka perlu

diperhatikan penggunaan pengawet pada emulsi akasia untuk

melawan serangan mikroba dengan memilih pengawet yang sesuai.

Page 45: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

27

b) Gelatin

Sebuah protein yang telah digunakan selama bertahun-tahun

sebagai emulgator. Gelatin memiliki dua titik isoelektrik, tergantung dari

metode preparasinya. Disebut gelatin tipe A, derivat dari prekursor yang

diberi perlakuan asam, yang memiliki titik isoelektrik antara pH 7 dan 9.

Gelatin tipe B, diperoleh dari prekursor yang diberi perlakuan alkali,

memiliki titik isoelektrik kira-kira pada pH 5. Gelatin tipe A bekerja baik

sebagai emulgator pada pH sekitar 3 dimana emulgator ini bermuatan

positif. Sedangkan gelatin tipe B paling baik digunakan pada pH sekitar 8

dimana emulgator ini bermuatan negatif.

c) Lesitin

Emulgator yang berasal dari tanaman (seperti kacang kedelai) dan

hewan (seperti kuning telur) dan mengandung berbagai fosfat. Komponen

utama dari kebanyakn lesitin adalah fosfatidilikolin dan istilah lesitin juga

sering digunakan untuk menggambarkan sampel fosfatidilikolin. Lesitin

dapat menjadi emulgator yang paling baik untuk pembentukan minyak

secara alami seperti kedelai dan jagung. Kestabilan tinggi emulsi m/a

dapat dibentuk dengan minyak ini. Lesitin murni dari kedelai atau kuning

telur secara prinsipil digunakan sebagai emulgator untuk emulsi intravena.

II.6.3 Mekanisme Emulgator (27)

1. Lapisan Monomolekuler

Surfaktan atau ampifil menurunkan tegangan antarmuka karena

teradsorbsi pada antarmuka minyak air membentuk film monomolekuler.

Page 46: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

28

Film ini membungkus tetes terdispersi dengan suatu lapisan tunggal yang

seragam berfungsi mencegah bergabungnya tetesan. Idealnya film ini

harus fleksibel sehingga dapat terbentuk kembali jika pecah atau

terganggu. Tipe emulsi yang dibentuk dapat berupa tipe m/a atau a/m,

tergantung pada sifat emulgator yang digunakan.

2. Lapisan Multimolekuler

Koloid hidrofil terhidrasi dapat dianggap sebagai bahan aktif

permukaan karena terdapat pada antarmuka minyak-air tetapi berbeda

dengan surfaktan sintetik, koloid hidrofilik tidak menyebabkan penurunan

tegangan antarmuka yang nyata tetapi membentuk film multimolekuler

pada antarmuka tetesan. Aksi sebagai emulgator terutama disebabkan

film yang dibentuknya kuat sehingga mencegah koalesensi. Film

multimolekuler ini bersifat hidrofilik sehingga cenderung membentuk

emulsi tipe m/a.

3. Lapisan Partikel Padat

Partikel padat yang terbagi halus yang terbasahi oleh minyak dan

air dapat bertindak sebagai emulgator dengan membentuk suatu film

partikel halus di sekeliling tetes terdispersi pada antarmuka sehingga

mencegah koalesensi. Serbuk yang lebih mudah terbasahi oleh air

membentuk emulsi tipe m/a sedangkan yang lebih terbasahi oleh minyak

membentuk emulsi tipe a/m.

II.7 Kondisi Penyimpanan yang Dipercepat

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang

Page 47: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

29

diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan

sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya

perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal. Cara khusus ini

berguna untuk mengevaluasi ”shelf life” emulsi dengan siklus antara 2

suhu. Pengujian tersebut dilakukan dengan freez-thaw test yaitu

penggunaan siklus suhu 4°C dan 40°C atau 45°C selama 24 jam

sebanyak 6 siklus (25).

Efek normal penyimpanan suatu emulsi pada suhu yang lebih tinggi

adalah mempercepat koalesensi atau terjadinya kriming dan hal ini

biasanya diikuti dengan perubahan viskositas. Kebanyakan emulsi

menjadi lebih encer pada suhu tinggi dan menjadi lebih kental bila

dibiarkan mencapai suhu kamar. Pembekuan dapat merusak emulsi

daripada pemanasan, karena kelarutan emulgator baik dalam fase air

maupun fase minyak, lebih sensitif pada pembekuan daripada pada

pemanasan sedang (23).

II.8 Kestabilan Emulsi (23)

Sebelum penyimpanan, kestabilan emulsi dipengaruhi oleh suhu

dan waktu. Bentuk ketidakstabilan emulsi selama penyimpanan

ditunjukkan dengan terjadinya kriming, perubahan viskositas, perubahan

ukuran tetes terdispersi serta inversi fase.

II.8.1 Kriming dan Sedimentasi

Kriming atau sedimentasi terjadi ketika tetesan terdispersi atau

flokulat terpisah dibawah pengaruh gravitasi untuk membentuk lapisan

Page 48: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

30

emulsi yang lebih terkonsentrasi (krim). Proses ini yang pasti terjadi dalam

setiap emulsi cairan bila ada perbedaan densitas antar fase sebagai

konsekuensi dari Hukum Stokes. Sebagian besar minyak kurang padat

dibanding air sehingga tetesan minyak dalam emulsi m/a naik ke

permukaan untuk membentuk lapisan atas krim. Dalam emulsi a/m, krim

berasal dari sedimentasi tetesan air dan membentuk lapisan bawah.

Menurut Hukum Stokes, tingkat kriming dapat diminimalkan dengan

mengurangi ukuran tetesan dan/atau mengentalkan fase kontinu (3).

Dasar dari hubungan tetesan atau partikel sedimen dalam cairan

diatur dengan Hukum Stokes. Persamaan lainnya dapat dikembangkan

melalui sistem bulk, tetapi persamaan Stokes masih tetap digunakan

karena faktor titik luaran yang mempengaruhi angka sedimentasi atau

kriming. Poin tersebut adalah diameter dari tetesan terdispersi, viskositas

dari medium pendispersi, dan perbedaan kerapatan antara fase

terdispersi dan fase pendispersi (27).

II.8.2 Viskositas

Viskositas emulsi merupakan kriteria yang penting untuk

mempelajari kestabilan emulsi dan tidak berhubungan dengan viskositas

absolut tetapi dengan perubahan kekentalan pada berbagai periode

waktu.

Tetesan-tetesan pada emulsi yang baru dibuat tergabung dengan

segera dan menunjukkan peningkatan kekentalan. Setelah perubahan ini

kebanyakan emulsi menunjukkan perubahan viskositas yang

Page 49: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

31

berhubungan dengan waktu. Jika viskositas tidak berubah dengan waktu

emulsi dianggap ideal meskipun kebanyakan sistem masih dapat diterima

kestabilannya bila menunjukkan sedikit kenaikan viskositas dalam waktu

antara 0,04 dan 400 hari. Kebanyakan emulsi menjadi encer pada suhu

tinggi dan mengental kembali bila ditempatkan pada suhu kamar.

II.8.3 Perubahan Ukuran Tetes Terdispersi

Perubahan rata-rata ukuran tetes terdispersi atau distribusi ukuran

tetes terdispersi merupakan parameter yang penting untuk mengevaluasi

suatu emulsi. Analisis ukuran tetes terdispersi dapat dilakukan dengan

beberapa metode. Salah satunya adalah pengukuran diameter tetes

terdispersi dengan mikroskop yang memberikan nilai rata-rata tergantung

pada jumlah tetes untuk setiap ukuran.

II.8.4 Inversi Fase

Emulsi dikatakan mengalami inversi ketika perubahan emulsi dari

M/A ke A/M atau sebaliknya. Inversi dapat dilihat ketika emulsi disiapkan

dengan pemanasan dan pencampuran dua fase kemudian didinginkan.

Hal ini terjadi karena adanya daya larut bahan pengemulsi tergantung

pada perubahan temperatur. Telah ditunjukkan bahwa nilai ini

dipengaruhi oleh nilai HLB dari surfaktan. Semakin tinggi nilai HLB,

semakin besar tahanan untuk berubah (inversi) (27).

Perbandingan volume fase dari suatu emulsi mempunyai

pengaruh sekunder terhadap kestabilan produk. Hal ini dikenal dengan

volume relatif dari air dan minyak dalam emulsi. Partikel-partikel

Page 50: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

32

berbentuk bulat yang sama besar dalam suatu susunan yang longgar

mempunyai porositas 48% dari total volume sediaan. Ostwald dan

teman-temannya telah membuktikan bahwa jika seseorang berusaha

untuk menggabungkan lebih dari 74% minyak dalam suatu emulsi M/A,

bola-bola minyak seringkali menggabung dan emulsi tersebut pecah.

Harga ini dikenal sebagai titik kritis yang didefenisikan sebagai

konsentrasi dari fase dimana zat pengemulsi tidak dapat menghasilkan

suatu emulsi yang stabil dari tipe yang diinginkan. Dalam beberapa

emulsi yang stabil harga tersebut mungkin lebih besar dari 74% yang

disebabkan karena bentuk dan ukuran bola yang tidak beraturan. Tetapi

umumnya suatu perbandingan fase volume 50/50 menghasilkan emulsi

yang paling stabil (27).

Kemungkinan besar faktor yang paling penting dalam

menstabilkan suatu emulsi adalah sifat fisik dari lapisan pengemulsi

pada antarmuka. Suatu lapisan pengemulsi harus kuat dan elastis dan

harus terbentuk dengan cepat selama proses pengemulsian agar

menjadi efektif. Suatu zat pengemulsi atau kombinasi zat pengemulsi

yang baik mengakibatkan penurunan tegangan antarmuka awal untuk

menghasilkan bola-bola kecil yang sama dan terbentuk dengan cepat

sehingga melindungi bola-bola tersebut untuk tidak berkumpul kembali

selama pembuatan. Lapisan tersebut kemudian perlahan-lahan

meningkat kekuatannya setelah beberapa hari atau beberapa minggu

(27).

Page 51: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

33

II.9 Uraian Bahan Tambahan

II.9.1 Emulgator Novemer®

Emulgator novemer® terdiri atas air 45 – 51%, acrylat/ acrylamid

kopolimer 26 – 28%, mineral oil 22 – 24% dan polisorbat 85 1 – 3% yang

dirancang untuk mengeraskan, mensuspensikan, menstabilkan,

mengemulsi dan memberikan rasa sejuk pada kulit. pH kestabilan

pada rentang 5.5 - 11.0 (8).

Kelebihan - kelebihan novemer® yaitu dapat diformulasi pada

suhu rendah, tidak menggunakan perhitungan HLB, dapat

mempertahankan kualitas produk dibawah kondisi penyimpanan

dipercepat, stabil pada emulsi yang mengandung bahan aktif berupa

elektrolit, dapat mensuspensikan bahan seperti zink oksida,

memberikan rasa lembut pada kulit, emulsifikasi yang singkat, dan

efisien pada konsentrasi rendah. Konsentrasi yang direkomendasikan

untuk sistem emulsi adalah 1-4% (8).

1. Polisorbat 85

Polisorbat 85 merupakan surfaktan nonionik yang berfungsi

sebagai bahan pengemulsi. Dikenal dengan nama kimia polyoxyethylene

20 sorbitan trioleate, penampakan fisik berupa cairan kuning sawo. Larut

dalam etanol, tidak larut dalam parafin, agak larut dalam minyak sayur dan

terdispersi dalam air. Rumus molekul : C100H188O28 dan berat molekul :

1839 (26).

Page 52: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

34

2. Acrylate copolymer

Penampakannya berupa cairan kental, kerapatan relatif 1.00 kg/L

to 1.04 kg/L, tidak reaktif, terhidrolisis pada pH 10 dan memiliki berat

molekul : 5,700. Avcrylate copolymer mengandung > 98% monomer

acrylic hidrofobik yang memberikan kemampuan daya larut air

diperkirakan kurang dari 1 ppm dan 2 % diethylamino etil methacrylate

yang memberikan gaya adhesi yang bagus serta menjaga penyelubungan

formula (8).

3. Mineral oil

Berupa cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak

berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Praktis

tidak larut dalam air dan etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan

dalam eter P. Digunakan dalam kosmetik dan sering ditambahkan pada

emulsi m/a (26).

II.9.2 Emulgator Viscolam®

Viscolam® mengandung sodium polyacrylatdimetyl taurate,

hidrogeneted polidecene, dan tridecet 10 yang dapat digunakan sebagai

emulgator. Sodium polyacrylatdimetyl taurate merupakan bahan yang

tidak berwarna atau berwarna putih kekuningan yang dapat meningkatkan

viskositas dari fase air. Emulgator Viscolam® ini sering digunakan sebagai

polimer cair didasarkan pada konsep “Hydro Swelling Droplets” dimana

pada proses pembuatan emulsi secara langsung dapat terjadi

Page 53: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

35

pembesaran ukuran tetesan air tanpa perlu pemanasan atau modifikasi

pH (29).

II.9.3 Asam stearat

Rumus molekul : C18H36O2, Berat molekul : 284.47

Gambar 3. Rumus struktur asam stearat (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Asam stearat berupa zat padat keras mengkilap menunjukkan

susunan hablur; kuning pucat atau putih; mirip lemak lilin. Praktis tidak

larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian

kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Memiliki titik lebur tidak kurang

dari 54° C. Asam stearat adalah bahan yang stabil; perlu diberi

tambahan antioksidan. Asam stearat digunakan sebagai emolien dalam

kosmetika, sebagai emulgator dalam sediaan krim bila sebagian

dinetralkan dengan basa atau trietanolamin, pemadat (26).

II.9.4 Setil alkohol

Rumus molekul : C16H34O, Berat molekul : 242.44

Gambar 4. Rumus struktur setil alkohol (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Page 54: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

36

Setil alkohol berupa serpihan putih, berbentuk kubus atau granul

dengan bau khas yang lemah. Setil alkohol praktis tidak larut dalam air,

mudah atau sedikit larut dalam alkohol, larut dalam eter, bercampur bila

dilebur bersama minyak hewani atau nabati, paraffin cair dan lemak bulu

domba cair. Memiliki titik lebur 45° - 52° C. Setil alkohol digunakan

sebagai emolien, stabil terhadap asam, basa, cahaya dan udara dan

tidak menjadi tengik. Konsentrasi sebagai emolien 2-5% (26).

II.9.5 Gliserin

Rumus molekul : C3H8O3, Berat molekul : 92.09

Gambar 5. Rumus struktur gliserin (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Gliserin berupa cairan bersih, tidak berwarna, tidak berbau,

kental, higroskopis, memiliki rasa manis, sekitar 0,6 kali sukrosa.

Gliserin sukar larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzen,

kloroform, dan minyak, larut dalam air, metanol, dan etanol 95%.

Memiliki titik lebur 17,8° C. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%),

dan propylen glikol membentuk campuran yang stabil. Gliserin terutama

digunakan sebagai humektan dan emolien. Gliserin juga digunakan

sebagai pelarut atau kosolven dalam krim dan emulsi (26).

Page 55: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

37

II.9.6 Propilenglikol

Rumus molekul : C3H8O2, Berat molekul : 76.09

Gambar 6. Rumus struktur propilenglikol (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Propilenglikol berupa cairan kental yang jernih, tidak berwarna,

praktis tidak berbau dengan sedikit rasa manis menyerupai gliserin.

Propilenglikol digunakan sebagai humektan dalam sediaan kosmetik

dengan konsentrasi hingga 15% (26).

II.9.7 Metil paraben

Rumus molekul : C8H8O3, Berat molekul : 152.15

Gambar 7. Rumus struktur metil paraben (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Metil paraben berupa serbuk hablar halus, putih; hampir tidak

berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa

tebal. Dapat larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah

larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60

bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas,

Page 56: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

38

jika didinginkan larutan tetap jernih. Mempunyai titik lebur 125-128°C.

Metil paraben (0,18%) dikombinasikan dengan propil paraben (0,02%)

sebagai pengawet pada beberapa formulasi. Metil paraben dan golongan

paraben lainnya incomp dengan surfaktan nonionik, dan cara

mengatasinya dengan penambahan propilenglikol 10% (26).

II.9.8 Propil paraben

Rumus molekul : C10H12O3, Berat molekul : 180.20

Gambar 8. Rumus struktur propil paraben (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Propil paraben berupa serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak

besar. Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P

clan dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam

minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Memiliki titik

lebur 95-98°C. Digunakan sebagai pengawet (26).

II.9.9 Isopropil meristat

Rumus molekul : C17H34O2, Berat molekul : 270.5

Gambar 9. Rumus struktur isopropil meristat (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk.,2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Page 57: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

39

Isopropil miristat berupa cairan bersih, tidak berwarna, praktis

tidak berbau pada cairan viskositas rendah. Terdiri dari ester dari

propan-2-ol dan asam lemak jenuh berat molekul tinggi, terutama

asam miristat. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), etil asetat,

lemak, alkohol lemak, minyak, hidrokarbon cair, toluena, dan lilin. Banyak

melarutkan lilin, kolesterol, atau lanolin. Praktis tidak larut dalam gliserin,

glikol, dan air. Digunakan sebagai emolien, pembawa minyak, penetran

kulit, dan pelarut. Stabil pada campuran air dan gliserin (26).

II.9.10 Alfa tokoferol

Rumus molekul : C29H50O2, Berat molekul : 430.72

Gambar 10. Rumus struktur alfa tokoferol (Sumber : Rowe, Raymond C, dkk., 2009,Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition, American PharmaceuticalAssociation. Washington DC.).

Berupa cairan seperti minyak, kuning jernih, tidak berbau atau

sedikit berbau. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P

dan dapat bercampur dengan eter P dengan aseton P, dengan minyak

nabati dan dengan kloroform P. Tidak stabil terhadap cahaya dan udara.

Tokoferol digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan kosmetik (26).

Page 58: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

40

II.9.11 Oleum jasmin

Minyak essensial yang berasal dari tanaman J.grandiflorum yang

mengandung metil antranilat, benzil alkohol, benzil asetat, dan terpen

linalol, dan linalil asetat.

Page 59: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

41

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, homogenizer

(Turrax®) lemari pendingin, mikroskop (L-301A®), penangas air, pengaduk

elektrik (Philips®), perangkat uji konduktivitas (bola lampu, kabel, sumber

arus listrik), pH meter (Lutron®), termometer, timbangan analitis

(Sartorius®), viskometer (Brookfield®).

Bahan-bahan yang digunakan adalah alfa tokoferol, air suling,

asam stearat, ekstrak akar murbei dan buah mahkota dewa, emulgator

novemer® dan viscolam®, gliserin, isopropil meristat, metil paraben,

oleum jasmin, propilenglikol, propil paraben, setil alkohol.

III.2 Prosedur Kerja

III.2.1 Pengambilan sampel

Sampel akar murbei (Morus alba L) diperoleh dari Kecamatan

Sabbangparu, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan dan sampel buah

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) diperoleh dari Djogyakarta

dalam bentuk simplisia kering.

III.2.2 Pengolahan Sampel

Akar murbei dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan dipotong

kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan cara dipanaskan menggunakan

oven.

Page 60: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

42

III.2.3 Ekstraksi

Sampel akar yang telah kering sebanyak 100 gram direndam

dengan heksan 1000 ml dalam labu alas bulat. Labu alas bulat

disambungkan ke kondensor kemudian direfluks selama 2-4 jam.

Selanjutnya disaring dengan kain lalu ekstrak heksan yang diperoleh

kemudian dikumpulkan dan diuapkan cairan penyarinya dengan

menggunakan rotavapor dan diangin-anginkan sampai diperoleh ekstrak

heksan kental. Selanjutnya residu dikeringkan pada suhu kamar sampai

bebas heksan, kemudian direndam dengan 1000 ml etanol 70% dalam

labu alas bulat. Disambungkan ke kondensor kemudian direfluks selama

2-4 jam. Selanjutnya disaring lalu ekstrak etanol yang diperoleh kemudian

diuapkan penyarinya dengan menggunakan rotavapor dan diangin-

anginkan sampai diperoleh ekstrak etanol kering. Diperoleh rendamen

sebesar 12,532%.

Simplisia buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) ditimbang 150

gram dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi, lalu direndam dengan 1

liter etanol 70% sampai semua simplisia terendam, didiamkan selama 3-5

hari sambil sesekali diaduk, kemudian filtrat disaring. Ulangi perlakuan

yang sama sebanyak 2-3 kali dan filtrat yang terkumpul dipekatkan

dengan rotavapor. Diperoleh rendamen sebesar 11,2357%.

III.2.4 Formulasi Krim

Dibuat masing-masing 3 rancangan formula krim tipe m/a dari

kombinasi ekstrak akar murbei dan buah mahkita dewa yang terdiri dari

Page 61: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

43

formula yang menggunakan variasi emulgator novemer® 0.5%, 1%, dan

2% dan variasi emulgator viscolam® 2%, 3%, dan 4%. Rancangan formula

lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Rancangan Formula Dengan Emulgator Novemer®

No. Nama Bahan Formula Krim (% b/b)I II III

1. Ekstrak etanol akar murbei 0,1 0,1 0,1

2. Ekstrak etanol buah mahkotadewa 0,5 0,5 0,5

3. Asam stearat 2 2 24. Setil alkohol 3 3 35. Gliserin 5 5 56. Isopropil meristat 2 2 27. Propilenglikol 10 10 108. Novemer® 0,5 1 29. Metil paraben 0,2 0,2 0,2

10. Propil paraben 0,02 0,02 0,0211. α-tokoferol 0,05 0,05 0,0512. Oleum jasmin 0,005 0,005 0,00513. Air suling 76,625 76,125 75,125

Tabel 2. Rancangan Formula Dengan Emulgator Viscolam®

No. Nama Bahan Formula Krim (% b/b)I II III

1. Ekstrak etanol akar murbei 0,1 0,1 0,1

2. Ekstrak etanol buah mahkotadewa 0,5 0,5 0,5

3. Asam stearat 2 2 24. Setil alkohol 3 3 35. Gliserin 5 5 56. Isopropil meristat 1 1 17. Propilenglikol 10 10 108. Viscolam® 2 3 49. Metil paraben 0,2 0,2 0,2

10. Propil paraben 0,02 0,02 0,0211. α-tokoferol 0,05 0,05 0,0512. Oleum jasmin 0,005 0,005 0,00513. Air suling 75,125 74,125 73,125

Page 62: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

44

III.2.5 Pembuatan Formula

Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan.

Dibuat fase minyak dengan cara melebur asam stearat, setil alkohol,

secara berturut-turut dalam cawan porselen di atas penangas air. Setelah

melebur sempurna, dilarutkan propil paraben serta ditambahkan isopropil

meristat sambil diaduk hingga homogen dan dibiarkan hingga suhunya 70

0C. Dibuat fase air dengan cara mencampurkan metil paraben dan air

suling dalam gelas piala, lalu dipanaskan di atas penangas air. Kemudian

ditambahkan propilenglikol dan gliserin sambil diaduk. Dibiarkan sampai

suhu mencapai 70 0C. Setelah suhu kedua fase mencapai 700C, krim

dibuat dengan cara menambahkan fase minyak ke dalam fase air sambil

diaduk dengan pengaduk elektrik. Setelah suhu mencapai 500 C,

ditambahkan emulgator novemer®/viscolam®. Setelah itu diaduk dengan

mixer (untuk emulgator novemer®) secara berselang (intermitten shaking :

2 menit pengadukan dengan selang waktu istirahat 20 detik) dan dengan

homogenaizer (untuk emulgator viscolam®) pada kecepatan 4000 rpm

hingga terbentuk basis krim. Ditambahkan ekstrak akar murbei dan

ekstrak buah mahkota dewa serta oleum jasmin dan alfa tokoferol sambil

terus diaduk sampai homogen.

Page 63: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

45

III.2.6 Penentuan Tipe Krim

III.2.6.1 Daya Hantar Listrik

Krim yang telah dibuat dimasukkan dalam gelas piala, kemudian

dihubungkan dengan rangkaian arus listrik, apabila lampu menyala maka

tipe krim adalah m/a (minyak dalam air) .

III.2.6.2 Metode Dispersi Larutan Zat Warna

Krim yang telah dibuat dimasukkan dalam vial, kemudian ditetesi

beberapa tetes metilen biru. Jika metilen biru terdispersi secara dominan

pada krim maka tipe krim adalah m/a.

III.2.7 Evaluasi Kestabilan

III.2.7.1 Pemeriksaan Organoleptik

Krim yang telah dibuat diperiksa warna, bau, dan tekstur sebelum

dan sesudah dilakukan penyimpanan yang dipercepat.

III.2.7.2 Pengukuran pH krim

Dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter yang

meliputi pH krim sebelum dan sesudah dilakukan kondisi penyimpanan

yang dipercepat.

III.2.7.3 Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sediaan krim yang telah

dibuat sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat.

Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield

pada 50 putaran per menit (rpm), menggunakan spindle no.7.

Page 64: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

46

III.2.7.4 Pengukuran Tetes Terdispersi

Sediaan yang telah jadi dilakukan pengukuran tetes terdispersi

sebelum dan sesudah diberi kondisi penyimpanan dipercepat.

Pengamatan ukuran tetes terdispersi dilakukan menggunakan mikroskop.

III.2.7.5 Inversi Fase

Sediaan yang telah jadi, diuji inversi fase sebelum dan setelah

kondisi penyimpanan dipercepat menggunakan metode daya hantar listrik

dan metode dispersi zat warna.

III.2.8 Pengumpulan dan Analisa Data

Data dari hasil penelitian dikumpulkan dan dilakukan analisis data

Page 65: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini mengenai pengaruh variasi konsentrasi emulgator

Novemer® dan Viscolam® terhadap kombinasi ekstrak etanol akar murbei

(Morus alba L.) dan ekstark buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl.) dengan tipe krim minyak dalam air (m/a) untuk melihat

kestabilan dari krim pemutih tersebut. Dari penelitian sebelumnya

terhadap aktivitas penghambatan enzim tirosinase dari ekstrak etanol akar

murbei (Morus alba L.) menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar murbei

(Morus alba L.) memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim

tirosinase dengan nilai IC50 yang diperoleh adalah sebesar 1,39 bpj.

Sedangkan penelitian sebelumnya terhadap aktivitas ekstrak buah

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) sebagai tabir surya

menunjukkan rata-rata persen transmisi eritema sebesar 0,14 dimana

suatu bahan dikatakan sebagai sunblock total apabila harga % transmisi

eritema < 1. Akar murbei yang telah dikeringkan direfluks dengan etanol

70% sedangkan buah mahkota dewa dimaserasi dengan etanol 70%

dimana masing-masing menghasilkan estrak kering.

Hasil pengamatan dan pengujian yang dilakukan lebih lengkap

dapat dilihat pada tabel 3 – 12.

Page 66: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

48

IV.2 Pembahasan

Bahan pengemulsi atau emulgator merupakan bahan yang

digunakan dalam emulsi untuk menjaga kestabilan fisik sediaan dengan

mencegah terjadinya koalesensi atau menyatunya tetesan-tetesan dari

masing-masing fase.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Isma Aziza yang

mengukur aktivitas penghambatan enzim tirosinase menggunakan ekstrak

etanol akar murbei (Morus alba L.) dengan berbagai konsentrasi

diperoleh IC50 sebesar 1,39 bpj. Berdasarkan hal tersebut maka

ditentukan konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam krim sebesar 0,1%.

Untuk penentuan konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa sebagai

tabir surya berdasarkan pada penelitian Melyati yang menggunakan 0,5%

ekstrak yang menghasilkan krim tabir surya yang stabil secara fisik

dengan rata-rata persen transmisi eritema sebesar 0,14 dimana suatu

bahan dikatakan sebagai sunblock total apabila harga % transmisi eritema

< 1 (7).

Untuk pembuatan krim diformulasikan dalam tipe minyak dalam air

(m/a) dengan kombinasi ekstrak akar murbei (Morus alba L.) dan ekstrak

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) menggunakan variasi

emulgator Novemer® 0,5%; 1%; dan 2% serta Viscolam® 2%; 3%; dan 4%.

Untuk pemilihan konsentrasi Novemer® 0,5% diambil dibawah konsentrasi

yang ada pada literatur (1-4%) dengan alasan ingin membuktikan apakah

Page 67: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

49

pada konsentrasi tersebut krim yang dihasilkan masih dapat stabil secara

fisik. Untuk konsentrasi Viscolam® diambil sesuai literatur (2-5%).

Setelah diformulasikan dalam bentuk krim tipe m/a, dilakukan

pengujian kestabilan fisik krim yang diformulasi menggunakan variasi

konsentrasi emulgator Novemer® dan Viscolam®. Pengujian ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variasi konsentrasi emulgator

Novemer® dan Viscolam® terhadap kestabilan fisik krim.

Hasil pengamatan organoleptis terhadap krim I, II, dan III yang

diformulasikan dengan emulgator Novemer® dengan konsentrasi

berturut-turut 0,5%, 1%, dan 2% tidak menunjukkan perubahan warna

dan tekstur. Hal ini disebabkan karena dasar krim bersifat inert sehingga

tidak terjadi interaksi antara basis dengan emulgator Novemer® yang

mengandung acrylat yang memiliki reaksi netral dan polisorbat 85

yang merupakan surfaktan nonionik, yang pada umumnya tidak bereaksi

dengan asam, basa dan garam. Untuk pengamatan organoleptis terhadap

krim I, II, dan III yang diformulasikan dengan emulgator Viscolam®

dengan konsentrasi berturut-turut 1%, 2%, dan 3% menunjukkan

perubahan warna dan tekstur serta mengalami pemisahan fase setelah

kondisi penyimpanan dipercepat.

Hasil pengujian tipe emulsi krim dengan emulgator

Novemer® sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat

memperlihatkan bahwa semua krim mempunyai tipe emulsi m/a, baik

dengan uji pengenceran, uji dispersi zat warna menggunakan metilen biru

Page 68: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

50

dan uji daya hantar listrik. Pada krim dengan emulgator Viscolam® hasil uji

tipe emulsi sebelum penyimpanan dipercepat memperlihatkan bahwa

semua krim mempunyai tipe emulsi m/a yaitu pada uji pengenceran, uji

warna menggunakan metilen biru, dan uji daya hantar listrik sedangkan

sesudah penyimpanan dipercepat tidak dilakukan uji tipe emulsi karena

krim telah mengalami pemisahan fase. Hasil pengujian tipe emulsi dapat

dilihat pada gambar 5-11. Uji pengenceran memperlihatkan bahwa

emulsi dapat diencerkan dengan air suling. Hal ini disebabkan karena

volume fase terdispersi (fase minyak) yang digunakan dalam krim ini lebih

kecil dari fase pendispersi (fase air), sehingga jumlah fase air yang

dominan membuat krim dapat terencerkan maka krim dikatakan emulsi

tipe m/a. Uji dispersi warna memperlihatkan metilen biru dapat

terdispersi ke dalam krim. Hal ini disebabkan metilen biru dapat larut

pada fase pendispersi (fase air) yang jumlahnya lebih dominan dari

fase minyak sehingga krim dikatakan tipe m/a. Uji daya hantar listrik

menunjukkan hasil positif berupa nyala lampu. Uji ini didasarkan

pada prinsip bahwa air menghantarkan arus listrik sedangkan minyak

tidak, sehingga dapat disimpulkan tipe emulsi m/a (23).

Hasil pengukuran pH krim menunjukkan adanya perubahan pH

krim sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Sebelum kondisi

penyimpanan dipercepat, pada konsentrasi formula krim dengan

emulgator Novemer® 0,5%; 1%; dan 2% diperoleh nilai pH berturut-turut

sebesar 6,75; 6,87; 6,95. Sesudah kondisi penyimpanan dipercepat,

Page 69: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

51

mempunyai pH berturut-turut sebesar 6,95; 7,01; 7,08. Untuk formula krim

dengan emulgator Viscolam® diperoleh pH sebelum penyimpanan

dipercepat berturut-turut 6,37; 6,43; 6,53. Untuk pH setelah penyimpanan

dipercepat tidak dilakukan pengukuran karena pada krim terjadi

pemisahan fase atau breaking. Hasil pengukuran pH setelah kondisi

penyimpanan dipercepat pada krim dengan emulgator Novemer®

menunjukkan peningkatan pada semua formula krim. Adanya

peningkatan pH pada sediaan dapat diakibatkan oleh adanya reaksi-

reaksi kimia yang terjadi dalam sediaan dalam proses penyimpanan. pH

krim yang diperoleh mendekati pH fisiologis kulit, yaitu antara 4,5 – 6,5

(pH-balanced) dimana sediaan kosmetik yang dibuat harus mendekati

pH fisiologis kulit atau sama dengan pH tersebut. Semakin alkalis atau

semakin asam bahan yang mengalami kontak dengan kulit, semakin

sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan menjadi lelah karenanya dan

dapat menyebabkan kulit menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, dan

mudah terkena infeksi (14).

Viskositas krim merupakan kriteria penampilan pokok,

penggunaannya tidak berkenaan dengan nilai viskositas absolut, tetapi

melihat pada perubahan viskositas selama penyimpanan. Semakin kecil

perubahan viskositas maka semakin stabil krim tersebut. Pengamatan

viskositas krim sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat

menunjukkan terjadinya kenaikan viskositas pada semua variasi

konsentrasi. Hal ini merupakan efek normal penyimpanan suatu emulsi

Page 70: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

52

pada suhu yang lebih tinggi adalah mempercepat koalesensi dan hal ini

biasanya diikuti dengan perubahan viskositas. Selain itu, perbedaan

temperatur secara bergantian pada saat proses penyimpanan dipercepat

dapat menyebabkan terjadinya penguapan air dari sediaan sehingga

viskositas krim meningkat. Kebanyakan emulsi menjadi lebih encer pada

suhu tinggi dan menjadi lebih kental bila dibiarkan mencapai suhu dingin.

Dari histogram perubahan viskositas menggunakan emulgator

Novemer® (Gambar 12-15) memperlihatkan dari ketiga formula krim yang

memiliki perbedaan viskositas krim sebelum dan sesudah kondisi

penyimpanan dipercepat paling kecil adalah krim dengan konsentrasi

emulgator novemer® 2% sehingga krim ini yang paling stabil secara fisik.

Untuk krim dengan emulgator Viscolam® memperlihatkan adanya

pemisahan atau breaking sehingga ketiga formula krim dinyatakan tidak

stabil secara fisik.

Pada pengamatan tetes terdispersi (Gambar 16-17) dapat

menunjukkan kestabilan suatu krim. Rentang ukuran tetes terdispersi

suatu emulsi adalah 0,1 – 100 µm, semakin kecil ukuran tetes terdispersi

suatu emulsi maka semakin stabil pula emulsi tersebut . Hasil pengamatan

tetes terdispersi tidak dilakukan perhitungan ukuran tetes terdispersi. Hal

ini dikarenakan ukuran tetes terdispersi dari semua krim sangat kecil baik

sebelum maupun setelah diberi kondisi penyimpanan dipercepat.

Dari pembahasan di atas maka diketahui bahwa ada pengaruh

penggunaan variasi emulgator Novemer® 1% dan 2% terhadap

Page 71: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

53

kestabilan fisik krim dengan bahan aktif dari kombinasi ekstrak akar

murbei (Morus alba S.) dan ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa Boerl.) yaitu berpengaruh terhadap perubahan kekentalan

namun tidak berpengaruh terhadap pemisahan fase atau dapat

dinyatakan stabil secara fisik. Untuk krim dengan emulgator

Novemer® 0,5% dinyatakan tidak stabil secara fisik karena terjadi

pemisahan fase setelah kondisi stres. Hal ini terjadi karena konsentrasi

emulgator yang digunakan terlalu rendah sehingga pembentukan

emulsinya tidak stabil. Untuk krim dengan emulgator Viscolam® dengan

konsentrasi 2%, 3%, dan 4% dinyatakan tidak stabil secara fisik karena

terjadi pemisahan fase setelah kondisi penyimpanan dipercepat. Hal ini

terjadi dikarenakan surfaktan nonionik yang sering digunakan adalah

suatu ester yang dapat terhidrolisis atau berinteraksi dengan

komponen lain dari emulsi. Setelah terhidrolisis surfaktan nonionik

akan menghasilkan asam lemak yang merupakan bagian dari fase

minyak dan akan menambah jumlah fase minyak sehingga

menyebabkan kurang tertutupnya tetesan minyak yang dapat

menyebabkan terjadinya pemisahan fase (25). Selain itu, konsentrasi

yang terlalu rendah dapat mengakibatkan emulsi yang terbentuk tidak

stabil dalam kondisi penyimpanan dipercepat.

Page 72: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Kombinasi ekstrak akar murbei (Morus alba L.) dan ekstrak buah

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.) yang diformulasikan

dalam bentuk sediaan krim menggunakan variasi konsentarasi

emulgator Novemer® mengalami peningkatan pH dan viskositas setelah

kondisi penyimpanan dipercepat.

2. Krim dengan emulgator Viscolam® dengan konsentrasi 2%, 3%, dan

4% serta krim dengan konsentrasi emulgator Novemer® 0,5%

mengalami pemisahan fase setelah kondisi penyimpanan dipercepat

dan dinyatakan tidak stabil secara fisik.

3. Untuk krim dengan emulgator Novemer® dengan konsentrasi 1% dan

2% memperlihatkan tidak adanya perubahan warna, bau, pemisahan

fase, dan inversi fase

4. Krim dengan emulgator Novemer® 2% merupakan krim yang paling

stabil secara fisik.

Page 73: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

55

V.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan :

1. Sebaiknya dilakukan uji iritasi terhadap krim dari kombinasi ekstrak

akar murbei (Morus alba L.) dan ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa Boerl.)

2. Sebaiknya dilakukan uji aktivitas penghambatan enzim tirosinase dari

ekstrak akar murbei (Morus alba L.) setelah menjadi krim.

3. Dilakukan uji lanjutan terhadap krim karena mengalami kenaikan pH

untuk mengetahui interaksi yang terjadi.

Page 74: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

56

DAFTAR PUSTAKA

1. Nandityasari, Ika. 2009. Hubungan Antar Ketertarikan Iklan Pond’s diTelevisi Dengan Keputusan Membeli Produk Pond’s Pada Mahasiswa.Surakarta : Universitas Muhammadiyah

2. Djajadisastra, Joshita., Pemutih yang tepat dan aman bagi wanitaIndonesia, Departemen Farmasi FMIPA UI. 2004

3. Swarbrick J, editor. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology3 ed. Informa Healthcare USA. New York. Hal 1548 – 1561. Availableas PDF file.

4. Arbab, A.H.H. and Mahmoud M.E. (2010), Review on Skin WhiteningAgents, Khartoum Pharmacy Journal, 13, 5-9

5. Luanratana, O and Panwipa G (2005), Anti – Tyrosinase Activities ofThe Extracts From Thai Mulberry Twigs and The Whitening Cream.Journal of The National Research Council of Thailand, 37(2).

6. Lowe, N.J., & Shaath, N.A. 1990. Sunscreens : Development,Evaluation, and Regulatory Aspects. Marcel Dekker, Inc. New York.215

7. Fatmawaty, A. 2007, Evaluasi Kestabilan Fisik KrimTabir Surya Campuran Ekstrak Buah Mahkota Dewa (PhaleriaMacrocarpa (Scheff.) Boerl.) Dan Rimpang Kencur (KaempferiaGalanga L) Menggunakan Surfaktan Nonionik. Makassar, FakultasFarmasi, 7-8

8. The Lubrizol Corporation. Personal Care. NovemerTM* EC-1 Polymer.[serial on internet]. 23 November 2010. pg 1. Avalaibel from:http://www.lubrizol.com/PersonalCare/Products/Novemer/NovemerEC-1.html.

9. Dalimarta, S., Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, TrubusAgriwidya, Jakarta. 2000, 163.

10.Winarto, W.P. 2003. Mahkota dewa Budi Daya dan PemanfaatanUntuk Obat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 3,9

11.Harmanto, N. 2001. Mahkota dewa Obat Pusaka Para Dewa. Jilid 3.Puspa Swara. Jakarta. 62,63

Page 75: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

57

12.Pearce, E. Anatomi dan Fisologi untuk Paramedis. Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2005. hal. 239-241.

13.Freedberg, I.M. Dermatology in General Medicine. Volume I. Ed. 6.McGraw Hill Medical Publishing Division. New York. 2002. hal 133-141.

14.Tranggono, R.I., dan Fatma L. Buku Pegangan ilmu PengetahuanKosmetik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2007.

15.Freedberg, I.M. Dermatology in General Medicine. Volume I. Ed. 6.McGraw Hill Medical Publishing Division. New York. 2002. hal 133-141.

16.Ebank, J.P., Randall W. and Raymond E.B. Z. Mekanisme PewarnaanKulit. Department of Dermatology, University of Cincinnati College ofMedicine. USA. 2009.

17.Briganti, S., Camera, E., & Picardo, M.,. J Pigment Cell Res. InnovativeTechnology Chemical and Instrumental Approaches to TreatHyperpigmentation. 2003. hal. 16: 101 -110.

18.Liebermen, H.A. Pharmaceutical Dosage Forms, Disperse System. VolII. Marcel Dekker Inc. New york. 1988. 233, 234

19.Draelos, Z.D. dan Lauren A. Thaman. Cosmetic Formulation of SkinCare Products. Vol. 30. Taylor and Francis Group. New York. 2006.hal. 209-205.

20.Sriwidodo. Cermin Dunia Kedokteran. PT. Kalbe Farma. PusatPenelitian dan Pengembangan. Available as PDF file.

21.Parrott, E.L., Pharmaceutical Technology. FundamentalPharmaceutics. [Third Revition]. Burgess Publishing Company.Minneapolis. 1971. hal. 313.

22.Baumann, L. Cosmetic Dermatology Principles and Practice. The McGraw Hill Companies. New York. 2002. hal. 29-30.

23.Lachman,L. ,Herbert A. L., dan Joseph L.K. Teori dan Praktek FarmasiIndustri. Ed. 2. Penerbit Universitas Indonsia Press. Jakarta. 1994. Hal.1029-1044, 1102-1105.

24.Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. FarmakopeIndonesia. Ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta. 1995. Hal.

Page 76: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

58

25.Djajadisastra, Joshita. Cosmetic Stability. [book on internet]. 2004.[accessed 13 Desember 2010]. Pg 21 [31]. Avalaibel from:http://eprints.ui.ac.id/3512/1/eb9ed76c0b741237c496cf55275ef17bb7e2bc41.pdf

26.Rowe, R.C., Paul J.S and Sian C.O. Handbook of PharmaceuticalExcipients. Ed. 6. Pharmaceutical Press and the AmericanPharmacists Association. 2009. Available as PDF file.

27.Gennaro, A.R., et al. Remingtons Pharmaceutical Sciences. 21thEdition. Mack Publishing Company. Easton. Pennysylvania. 2005.Hal.327-331, Available as PDF file.

28.Martin, A., Swarbrick, J., an Cammarat, A.Farmasi Fisika, Dasar-DasarKimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Keempat. UI Press. Jakarta.1993.

29.SNF Cosmetics. Flocare. [book on internet]. 2008. [accessed 07 Mei2011]. Pg 4 [11]. Availaibel from: http://www.carbocel.cn/products/TDS.cfm?nav=020500&CatTDS=54

Page 77: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

59

Lampiran ISkema Kerja Pembuatan Krim

a. Skema Kerja Pembuatan Krim

- Disiapkan- Ditimbang sesuai perhitungan

Dilebur hingga 70C Dipanaskan hingga 700Ckemudian ditambahanpropilenglikol dan gliserin

Fase air dicampur ke fase minyak Untuk Emulgator Viscolam®

Novemer® ditambahkan pada suhu 50C diaduk menggunakan homogenaizer(pengadukan secara intermitten shaking) dengan kecepatan 4000 rpm

Ditambahkan sejumlah basis denganekstrak akar murbei & ekstrak buahmahkota dewa dan dihomogenkan

Ditambahakan oleum jasmin, dan α-tokoferol

Dasar Krim

Alat dan Bahan

Fase Minyakasam stearat, setil alkohol,

isopropil meristat, propil paraben

Sediaan Krim dari Ekstrakakar murbei

Fase AirMetil paraben

Pengujian

Page 78: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

60

Lampiran IISkema Pengujian Krim

Freez-ThawTest padaSuhu 40C dan400C Selama24 Jam

Analisis Secara Organoleptis

Sediaan Krim

Uji Tipe Emulsi Uji Kestabilan Fisik

MetodeDispersiWarna

MetodePengenceran

MetodeHantaran Listrik

Setelah 6 Siklus

TetesTerdispersi

Viskositas InversiFase

Analisis Data

Pembahasan Kesimpulan

Pemisahanfase

Page 79: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

61

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sampel (Ekstrak akar murbei)Pengamatan Hasil

Warna Kuning

Bau Tidak berbau

Tabel 4. Hasil Pengamatan Sampel (Ekstrak buah mahkota dewa)Pengamatan Hasil

Warna Kuning

Bau Tidak berbau

Tabel 5. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim (emulgator Novemer®)Kondisi

Krim

PengamatanSebelum Penyimpanan

DipercepatSetelah Penyimpanan

DipercepatWarna Tekstur Warna Tekstur

0,5% krem halus krem halus1% krem halus krem halus

2% krem halus krem halus

Tabel 6. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim (emulgator Viscolam®)Kondisi

Krim

PengamatanSebelum Penyimpanan

DipercepatSetelah Penyimpanan

DipercepatWarna Tekstur Warna Tekstur

2% krem halus - -3% krem halus - -

4% krem halus - -(-) : Krim mengalami pemisahan fase (breaking)

Tabel 7. Hasil Pengamatan Tipe Emulsi (emulgator Novemer®)

Krim

Tipe EmulsiSebelum Penyimpanan Dipercepat Setelah Penyimpanan Dipercepat

Uji HantaranListrik

UjiPengenceran

Uji DispersiWarna

Uji HantaranListrik

UjiPengenceran

Uji DispersiWarna

0,5% M/A M/A M/A M/A M/A M/A1% M/A M/A M/A M/A M/A M/A2% M/A M/A M/A M/A M/A M/A

Page 80: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

62

Tabel 8. Hasil Pengamatan Tipe Emulsi (emulgator Viscolam®)

Krim

Tipe EmulsiSebelum Penyimpanan Dipercepat Setelah Penyimpanan Dipercepat

Uji HantaranListrik

UjiPengenceran

Uji DispersiWarna

Uji HantaranListrik

UjiPengenceran

Uji DispersiWarna

2% M/A M/A M/A - - -3% M/A M/A M/A - - -4% M/A M/A M/A - - -

(-) : Krim mengalami pemisahan fase (breaking)

Tabel 9. Hasil Pengukuran viskositas (cps) (emulgator Novemer®)

Tabel 10. Hasil Pengukuran viskositas (cps) (emulgator Viscolam®)

(-) : Krim mengalami pemisahan fase (breaking)

Tabel 11. Hasil Pengukuran pH krim (emulgator Novemer®)Kondisi

KrimBasis tanpa

penambahanekstrak

Sebelum kondisidipercepat

Sesudah kondisiDipercepat

0,5% 6,80 6,75 6,951% 6,88 6,87 7,012% 7,04 6,95 7,08

KondisiKrim

Sebelum PenyimpananDipercepat

Sesudah PenyimpananDipercepat

0,5%7200 128006400 124007600 12000

1%12800 1920012000 1960012000 18400

2%16000 2080016800 2160016800 21600

KondisiKrim

Sebelum PenyimpananDipercepat

Sesudah PenyimpananDipercepat

2%3200 -3200 -2400 -

3%4000 -5200 -3200 -

4%5200 -5600 -4800 -

Page 81: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

63

Tabel 12. Hasil Pengukuran pH krim (emulgator Viscolam®)Kondisi

KrimBasis tanpa

penambahanekstrak

Sebelum kondisidipercepat

Sesudah kondisiDipercepat

2% 6,36 6,37 -3% 6,42 6,43 -4% 6,50 6,53 -

Keterangan : (-) : Krim mengalami pemisahan fase (breaking).

Gambar 11. Sediaan krim variasi konsentrasi emulgator novemer® sebelum kondisipenyimpanan dipercepat (A) dan setelah penyimpanan dipercepat (B). Krim (I) dengankonsentrasi 0,5%, krim (II) dengan konsentrasi 1%, dan krim (III) dengan konsentrasi 2%.

Gambar 12. Sediaan krim variasi konsentrasi emulgator viscolam® sebelum kondisipenyimpanan dipercepat (A) dan setelah penyimpanan dipercepat (B). Krim (I) dengankonsentrasi 2%, krim (II) dengan konsentrasi 3%, dan krim (III) dengan konsentrasi 4%.

I II IIII II III

IIIIII I II III

A B

Page 82: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

64

Gambar 13. Hasil uji tipe emulsi M/A emulgator Novemer® dengan metode dayahantar listrik sebelum kondisi penyimpanan dipercepat. Krim (I) dengan konsentrasi0,5%, krim (II) dengan konsentrasi 1%, dan krim (III) dengan konsentrasi 2%.

Gambar 14. Hasil uji tipe emulsi M/A emulgator Novemer® dengan metode dayahantar listrik setelah kondisi penyimpanan dipercepat. Krim (I) dengan konsentrasi0,5%, krim (II) dengan konsentrasi 1%, dan krim (III) dengan konsentrasi 2%.

Gambar 15. Hasil uji tipe emulsi M/A emulgator Viscolam® dengan metode dayahantar listrik sebelum kondisi penyimpanan dipercepat. Krim (I) dengan konsentrasi 2%,krim (II) dengan konsentrasi 3%, dan krim (III) dengan konsentrasi 4%.

I II III

I II III

I II III

Page 83: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

65

Gambar 16. Hasil uji tipe emulsi M/A metode pengenceran air sebelum (I) dansetelah (II) kondisi penyimpanan dipercepat dengan menggunakan emulgator Novemer®

0,5% (A), 1% (B), dan 2% (C).

Gambar 17. Hasil uji tipe emulsi M/A metode dispersi warna sebelum kondisi (I)dan setelah (II) penyimpanan dipercepat dengan menggunakan emulgator Novemer®

0,5% (A), 1% (B), dan 2% (C).

Gambar 18. Hasil uji tipe emulsi M/A metode pengenceran air sebelum kondisipenyimpanan dipercepat dengan menggunakan emulgator Viscolam® 2% (A), 3% (B),dan 4% (C).

Gambar 19. Hasil uji tipe emulsi M/A metode dispersi warna sebelum kondisipenyimpanan dipercepat dengan menggunakan emulgator Viscolam® 2% (A), 3% (B),dan 4% (C).

I II

I II

I II

A B CA B C

A BC A

BC

A B C

A B C

Page 84: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

66

0

2

4

6

8

0,5 1 2

pHKr

im

Konsentrasi Emulgator (%)

Histogram pH Krim Dengan EmulgatorNovemer®

Basis tanpa ekstrak

Sebelum penyimpanandipercepat

Setelah penyimpanandipercepat

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,5 1 2Peru

baha

n pH

kri

m

Konsentrasi emulgator (%)

Histogram Perubahan pH Krim DenganEmulgator Novemer®

Histogram pH, Viskositas, dan Tetesan Terdispersi Krim

Gambar 20. Histogram pH Krim Sebelum dan Setelah Kondisi Penyimpanan Dipercepat.

Gambar 21. Histogram Perubahan pH Krim Setelah Kondisi Penyimpanan Dipercepat.

Page 85: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

67

010002000300040005000600070008000

0,5 1 2

Peru

baha

n V

isco

sita

s Kr

im (c

ps)

Konsentrasi emulgator (%)

Histogram Perubahan Viscositas (cps) Krimdengan emulgator Novemer®

0

5000

10000

15000

20000

25000

0,5 1 2Vis

cosi

tas

krim

(cps

)

Konsentrasi emulgator (%)

Histogram Viscositas (cps) Krim DenganEmulgator Novemer®

Sebelum penyimpanandipercepat

Setelah penyimpanandipercepat

Gambar 22. Histogram Viskositas Krim (cps) Sebelum dan Setelah Kondisi PenyimpananDipercepat.

Gambar 23. Histogram Perubahan Kekentalan Krim (cps) Setelah Kondisi PenyimpananDipercepat.

Page 86: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

68

Gambar 24. Hasil pengamatan tetes tedispersi sebelum dan setelah kondisipenyimpanan dipercepat menggunakan emulgator Novemer® dengan konsentrasi 0,5%(A), 1% (B), dan 2% (C).

A

Sebelum penyimpanan dipercepat Setelah penyimpanan dipercepat

B

Sebelum penyimpanan dipercepat Setelah penyimpanan dipercepat

Sebelum penyimpanan dipercepat Setelah penyimpanan dipercepat

C

Page 87: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

69

Gambar 25. Hasil pengamatan tetes tedispersi sebelum kondisi penyimpanan dipercepatmenggunakan emulgator Viscolam® dengan konsentrasi 2% (A), 3% (B), dan 4% (C).

A

Sebelum penyimpanan dipercepat

B

Sebelum penyimpanan dipercepat

Setelah penyimpanan dipercepat

C

Page 88: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054

70

Gambar 26. Tanaman Murbei (Morus alba L.)

Gambar 27. Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl.)

Page 89: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054
Page 90: Skripsi a. Syamsul Bakhri N11107054