skenario kasus b blok 10 fixx

39
Skenario B blok X 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Kardio Serebro Vaskular adalah blok kesepuluh pada semester III dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus skenario B yang memaparkan kasus Atrial septal defect. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakults Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis pembelajran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Upload: rahmania-prama-oktina

Post on 20-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kardio Serebro Vaskular adalah blok kesepuluh pada semester III dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus skenario B yang memaparkan

kasus Atrial septal defect.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakults Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

pembelajran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Page 2: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : Dr. Azmi Rosya Farayoga Sp.B

Moderator : Faldi Pramayudha

Sekertaris meja : Rahmania Prama Oktina

Sekertaris papan : Alfreda Devina Susanti

Waktu : 1. Senin, 13 Januari 2014

2. Rabu, 15 Januari 2014

Pukul. 08.00 – 10.00 WIB..

Rule : : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan

pendapat/ aktif

3. Mengacungkan tangan saat akan mengutarakan

pendapat,

4. Izin terlebih dahulu saat akan keluar ruangan,

5. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

pada saat proses tutorial berlangsung

6. Dilarang memotong pembicaraan ketika ada

yang sedang memberikan pendapat

7. Dilarang berbisik-bisik dengan teman

Page 3: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 3

2.2 Skenario Kasus

Duta, anak laki-laki, usia 5 tahun dating ke Puskesmas karena sering batuk pilek.

Sejak kecil, Duta sudah sering mengalami batuk pilek, namun menjadi lebih sering

daripada biasanya sejak 1 tahun terakhir. Perawakan tubuh Duta lebih kecil dari teman

seusiannya, padahal nafsu makan seperti biasa. Duta tampak cepat lelah bia sedang

bermain. Duta lahir dengan berat badan 3 kg, cukup bulan, lahir langsung menangis.

Pertumbuhannya normal, hanya sampai usia 3 tahun, dan menjadi lebih lamat setelahnya.

Perkembangan Duta normal.

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umun: baik

Tanda vital : nadi: 100 x/ menit, regular, isi sekuncup, pernafasan 22x/menit, suhu:

36,80C

BB 15 kg, TD 95 cm.

Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5+0 cm H2O

Thoraks : simetris, retraksi intercoyal -/-

Pulmo : vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing -/-

Cor: BJ 2 wided fixed split, murmur ejeksi sistolik grade 3/6 di ICS 2-3 linea

parasternalis sinistra, murmur mid diastolic grade 3/6 di ICS 4-5 linea parasternalis

sinistra

Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas: edema -/-, sianosis -/-, jari tubuh -/-

Pemeriksaan penunjang : Foto ronsen thoraks: kesan kardiomegali dengan

peningkatan corakan vascular paru, pulmonal prominen, EKG: kesan hipertrofi Atrium

kanan, hiperterofi venttrikel kanan, IRBB.

Page 4: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 4

2.2 Klarifikasi Istilah:

1. Batuk

Ekspulsi udara dari dalam paru yang tiba-tiba sambil mengeluarakn suara berisik.

2. Pilek

Infeksi virus akut pada saluran pernafasan disebabkan oleh influenza virus disertai dengan

peradangan mukosa nasal, faring, dan konjungtiva

3. Perawakan

Bentuk badan atau sikap badan

4. Ronkhi

Suara pernafasan yang kasar dan kering terus menerus di tengggorokan atau saluran

bronkus karena obstruksi parsial

5. Wheezing

Jenis bunyi kontinu seperti bersiul

6. Wide fixed split

Bunyi jantung II terdengar terpecah lebar dan menetap

7. Perkembagan

Pertumbuhan progresid dan kontinu yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan

yang berlangsung secara sistematis baik menyangkut fisik atau pisikis.

8. Pertumbuhan

Keadaan yang menjadi tumbuh.

9. JVP

Tekanan sistem vena yang diamati secara tidak langsung melalui visualisasi vena

jugularis interna.

10. Murmur ejeksi sistolik

Jenis murmur sistolik yang terutama terdenganr pada midsistol, ketika volume ejeksi dan

kecepatan aliran darah pada keadaan maksimum, seperti pada stenosis aorta dan

pulmonal.

11. Murmur mid diastolic

Murmur jantung yang terdengar selama periode diastolic biasanya akibat regurgitasi katup

semilunaris, atau perubahan aliran darah melalui katup atrioventikular

12. Edema

Page 5: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 5

Pengumpulan cairan secara abnormal di ruang interselular tubuh

13. Sianosis

Warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang

rendah dalam darah.

14. Kardiomegali

Pembesaran jantung yang abnormal

15. Konjungtiva anemis

Keadaan membran halus kelopak mata yang menujukkan penurunan eritrosit kuantitas hb

/ volume packed re cells

16. Sklera ikterik

Warna kekuningan pada sel lendir mata akibat peningkatan bilirubin

17. Jari tabuh

Yaitu hilangnya sudut antara kuku dan falang terminal.

18. Retraksi intercostalis

Kontraksi otot-otot intercostalis pada saat respirasi dan ekspirasi

19. Pulmonal prominen

Pada bagian paru tampak adanya tonjolan dikarenakan peningkatan aliran darah arteri

pulmonalis

20. Hipertrofi atrium kanan

Merupakan kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor

neurohormonal yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung pada vebtrikel

kanan.

21. Hipertrofi ventrikel kanan

Merupakan kompensasi jantung menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor

neurohormonal yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung pada vebtrikel

kanan.

22. IRBB

Incomplete right bundle block

Page 6: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 6

2.4 Identifikasi masalah:

1. Duta, anak laki-laki, usia 5 tahun dating ke Puskesmas karena sering batuk pilek. Sejak

kecil, Duta sudah sering mengalami batuk pilek, namun menjadi lebih sering daripada

biasanya sejak 1 tahun terakhir.

2. Perawakan tubuh Duta lebih kecil dari teman seusiannya, padahal nafsu makan seperti

biasa. Duta tampak cepat lelah bia sedang bermain.

3. Duta lahir dengan berat badan 3 kg, cukup bulan, lahir langsung menangis.

Pertumbuhannya normal, hanya sampai usia 3 tahun, dan menjadi lebih lamat setelahnya.

Perkembangan Duta normal.

4. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umun : baik

Tanda vital : nadi: 100 x/ menit, regular, isi sekuncup, pernafasan 22x/menit, suhu:

36,80C

BB 15 kg, TD 95 cm.

Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5+0 cm H2O

Thoraks : simetris, retraksi intercoyal -/-

Pulmo: vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing -/-

Cor: BJ 2 wided fixed split, murmur ejeksi sistolik grade 3/6 di ICS 2-3 linea

parasternalis sinistra, murmur mid diastolic grade 3/6 di ICS 4-5 linea parasternalis

sinistra

Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas: edema -/-, sianosis -/-, jari

tubuh -/-

5. Pemeriksaan penunjang : Foto ronsen thoraks: kesan kardiomegali dengan

peningkatan corakan vascular paru, pulmonal prominen, EKG: kesan hipertrofi Atrium

kanan, hiperterofi venttrikel kanan, IRBB

Page 7: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 7

2.5 Analisis masalah

1. Duta, anak laki-laki, usia 5 tahun dating ke Puskesmas karena sering batuk pilek. Sejak

kecil, Duta sudah sering mengalami batuk pilek, namun menjadi lebih sering daripada

biasanya sejak 1 tahun terakhir.

A. Bagaimana anatomi dan fisioogi dari system pernafasan?

Jawab: Anatomi sistem pernafasan

Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas

tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang

nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu

bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan,

sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang

ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan

maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang

maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah

dibatasi oleh septum nasalis.

Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis

superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga

tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan

dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat

Page 8: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 8

membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung

terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini

berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya

sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan

masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari

akan melewati hidung.

Faring (Pharynx)

Faring / tekak terletak di belakang hidung, mulut dan tenggorokan di depan

ruas tulang belakang. Faring berupa saluran dengan panjang sekitar 7 cm.

Faring berbentuk kerucut terdiri dari muskulo membranosa dan

tersambung dengan esofagus dan trakhea. Tersusun atas lapisan mukosa,

fibrosa dan otot, dimana otot utamanya adalah otot konstriktor yang

berkontraksi pada saat makanan masuk ke faring dan mendorongnya ke

esofagus.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe

yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan

rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.

Pada pangkal faring, terdapat katup pernapasan yang disebut epiglotis.

Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar

makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.

Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:

1) Faring nasalis (nasofaring), terletak di belakang hidung dimana

terdapat tuba eustachius, kelenjar adenoid.

2) Faring oralis (orofaring), terletak di belakang mulut, terdapat tonil

(amandel).

Page 9: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 9

3) Faring laryngeal (gofaring), merupakan bagian terendah dari faring

yang terletak di bagian laring.

Pangkal Tenggorokan (Larynx)

Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau

disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang

membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang

rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.

Bagian dalam dinding laring digerakan oleh otot untuk menutup serta

membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang menghubungkan

faring dengan trakea.

Laring dapat ditutup oleh epiglotis (katup pangkal tenggorokan). Saat

menelan makanan, epiglotis menutupi pangkal tenggorokan. Saat bernapas,

epiglotis tersebut akan membuka.

Pada Laring terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya.

Misalnya saja saat kita berbicara.

Batang Tenggorokan (Trachea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di

leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku,

dikelilingi oleh cincin tulang rawan. Pada bagian dilapisi oleh selaput lendir

dan mempunyai lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia. Silia-silia ini

berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

Cabang Tenggorokan (Bronchus)

Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan

trakea. Bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya terdiri

dari otot halus.

Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak

bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada

Page 10: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 10

kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan

benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah

terserang penyakit bronkhitis.

Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan

membentuk bronkiolus. Dinding bronkiolus tipis dan tidak bertulang rawan.

Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah

anggur.

Paru-Paru (Pulmo)

Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada,

tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang

membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian,

paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir

(lobus) yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang

memiliki dua gelambir (lobus).

Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura.

Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura

dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang

bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil

yang disebut alveolus (jamak : alveoli). Dinding alveolus sangat tipis namun

elastis dan mengandung kapiler-kapiler darah. Jumlah alveolus pada paru-paru

kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-

paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paru-paru sekitar 160 m2.

Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih

luas daripada luas permukaan tubuh.

(Snell, Richard S.2006)

Fisiologi dari sistem pernafasan

Page 11: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 11

Fungsi utama sistem respirasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen jaringan

tubuh dan membuang karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta berperan dalam

menjaga keseimbangan asam dan basa. Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan

yaitu :

Ventilasi

Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli.

Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi

(keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan

tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah

dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-

paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi

dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.

Difusi

Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan

darah pada kapiler paru. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan

dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Saat

difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan.

Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi

karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer.

Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen

dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

Transportasi

Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel

yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa

metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97-98,5% Oksigen ditransportasikan dengan

cara berikatan dengan Hb (Hb O2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma.

Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23–30% berikatan dengan Hb

(Hb CO2/karbaminahaemoglobin) dan 65–70% dalam bentuk HCO3 (ion

bikarbonat).

Perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel-sel tubuh dan keluarnya

karbondioksida (CO2) dari sel-sel menuju udara bebas

Page 12: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 12

1. Pernafasan eksternal (Difusi O2 dan CO2 melaluimembran kapiler alveolus)

2. Pernafasan internal (proses transfer O2 dan CO2 antara kapiler-kapiler dan sel

tubuh)

Tempat pertukaran gas

1. Paru-paru

Oxygen memiliki tekanan tinggi di dalam paru-paru dan mengalir ke dalam

darah

CO2 memiliki tekanan tinggi di dalam darah dan akan mengalir keluar

2. Jaringan

Oksigen berpindah menuju jaringan

CO2 pindah ke dalam Darah

(Guyton. Arthur C, Hall. John E.2012)

b. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan yang dialami?

Jawab: Pada anak-anak sistem kekebalan tubuh belum sepenuhnya sempurna terbentuk

jadi lebih mudah terpajan mikrorganisme , sedangkan jenis kelamin tidak ada

hubungannya, karena hampir semua pria dan wanita angka kejadiannya hampir sama.

(Nelson, dkk. 2012)

c. Bagaimana mekanisme dari batuk pilek?

Jawab: Mekanisme batuk

• Saluran pernafasan terdiri atas laring, trakea, dan bronkus dimana terdapat jaringan

epitel yang dilapisi mucus bersilia bersel goblet. Di jaringan epitel tersebut terdapat

reseptor batuk yang peka terhadap rangsangan.

• Saat benda asing masuk ke saluran pernafasan, akan menempel di mucus saluran

pernafasan. Selanjutnya akan terjadi iritasi pada reseptor batuk, sehingga terjadi

aktifasi pusat batuk. Fase ini disebut fase iritasi

• Reseptor batuk dan medulla spinalis dihubungkan oleh serat aferen non myelin.

Medula Spinalis akan memberikan perintah balik berupa kontraksi otot abductor,

kontraksi pada kartilago di laring seperti kartilago aritenoidea yang akan menyebabkan

kontraksi diafragma sehingga terjadi kontraksi dan relaksasi intercosta pada abdominal.

Page 13: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 13

• Hal ini akan menyebabkan glottis terbuka karena medulla spinalis juga merespon

terjadinya inspirasi sehingga akan terjadi inspirasi yang cepat dan dalam. Fase ini

disebut fase Inspirasi

• Saat bernafas paru memiliki daya kembang paru yang akan menyebabkan glottis

menutup selama 0,2 detik

Saat glottis menutup tekanan intratorak naik sampai 300cmH20. Fase ini disebut fase

kompresi

Mekanisme pilek

• Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan

lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cells

(APC).

• Setelah alergen diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut, alergen

dipresentasikan ke sel Th. Sel APC melalui penglepasan interleukin I (II-1)

mengaktifkan sel Th. Melalui penglepasan Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yang

diaktifkan, kepada sel B diberikan signal untuk berproliferasi menjadi sel plasthma dan

membentuk IgE.

• IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan

basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut

pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil, makrofag dan

trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah.

• Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang

sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan

mastofit dan basofil. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan

terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.

• Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses

degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah

terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam sitoplasma yang mempunyai

sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil

Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh mediator

tersebut ialah obstruksi oleh

Page 14: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 14

histamin.

(Price, Sylvia A. 2012)

Mekanisme batuk pilek pada kasus:

Pada kelainanan jantung bawaan dapat menyebabkan batuk pilek yang

mengambarkan kondisi dari infeksi saluran pernafasan, hal ini terjadi dengam

mekanisme sebagai berikut.

Penyakit Jantung Bawaan

Peningkatan darah yang masuk ke paru

Peningkatan tekanan hidrostatik

Terjadi perpindahan atau transusdasi cairan dari interstisial ke alveoli

Peningkatan Volume paru; dapat menyebabkan Edema paru

Rentan mengalami infeksi Refleks pembersihan saluran pernafasan

Batuk dan pilek

Infeksi saluran napas berulang gejala ini timbul akibat meningkatnya lairan darah ke

paru sehingga mengganggu system pertahanan paru. Seiring pasien dirujuk ke ahli

jantung anak karena anak seiring menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak

sedikit pasien PJB ang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberculosis sebelum dirujuk

ke ahli jantung anak.

(Nelson, dkk. 2012)

Page 15: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 15

d. Apa etiologi dari batuk pilek?

Jawab: Secara umum etiologi batuk pilek:

- ISPA

- Alergi

- Asma, TBC, Bronkitis, Penyakit Paru Supuratif

- Masuknya benda asing

- Perubahan suhu lingkungan

- Radang edema mukosa

- Gangguan imunitas

- Tekanan paru meningkat

- Tractus respiratorius yang lembab

Virus, alergi, infeksi, penyakit jantung lemah, sistem imun balita belum adekuat.

Benda asing , Cairan ,Iritan ( asap rokok,gas dan polutan).

(Price, Sylvia A. 2012)

e. Apa makna batuk pilek lebih sering daripada bisanya sejak satu tahun terakhir?

Jawab: Pada kasus, pasien mengalami gangguan jantung bawaan (ASD) yang

mengakibatkan penurunan aliran darah melalui aorta, dan terjadinya transmisi darah

secatra langsung melalui defek interatrial (karena pengaruh beda tekanan) sehingga

volume darah yang mengalir pada arteri pulmonalis meningkat, lambat laun (setelan 1

tahun) dapat menyebabkan kongesti pada paru dan dilatasi vena pulmonal yang

selanjutnya menyebabkan edema pada paru dan dapat menekan bronkus sehinggan

fungsi penyaringan pada paru terganggu yang berakibat terjadinya infeksi saluran nafas

yang berulang. Pada sebagaian kasus edema paru juga di tengarai sebagai penyebab

terjadinya infeksi (pilek), meningkatkan tekanan darah di paru-paru akibat edema juga

dapat menyebabkan iritasi dinding paru-paru.Iritasi tersebut menyebabkan

mikrooraganisme mudah tumbuh di daerah yang teriritasi. Serta pada edema paru juga

cairan yang berlebih akan menyebabkan timbulnya refleks di paru untuk mengeliminir

cairan tersebut dengan cara batuk. Oleh karena itu pasien dapat mengalami batuk pilek

yang sering sejak 1 tahun terakhir.

(Nelson, dkk. 2012)

Page 16: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 16

2. Perawakan tubuh Duta lebih kecil dari teman seusiannya, padahal nafsu makan seperti

biasa. Duta tampak cepat lelah bila sedang bermain.

A. Apa makna perawakan tubuh lebih kecil padahal nafsu makan seperti biasa?

Jawab: Perawakan tubuh kecil adalah gambaran klinis dari penyakit jantung bawaan

non sianostik.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya gangguan perfusi nutrisi dan oksigen sehingga

tidak mencapai organ target serta kebutuhan basal yang meningkat sehingga

pertumbuhannya menjadi terhambat (perawakan tubuh kecil).

Kebutuhan energi namun adanya defek/lubang pada septum atrium

tekanan ventrikel kiri dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi

dibandingkan resistensi pulmonal darah mengalir ke arteri pulmonalis volume

atrium dan ventrikel dextra volume atrium dan ventrikel sinistra Cardiac

Output aliran darah ke sistemik perfusi O2 dan nutrisi pada organ target

metabolisme basal terganggu pertumbuhan terhambat.

(Nelson, dkk. 2012 dan Guyton. Arthur C, Hall. John E.2012)

b. Mengapa duta tampak cepat lelah bila sedang bermain?

Jawab: Adanya defek pada atrium kanan darah mengalir ke arteri pulmonalis

pasokan darah ke sistem sistemik menurun penururnan perfusi ke organ dan

jaringan perifer O2 dan nutrien menurun cepat lelah.

(Nelson, dkk. 2012 dan Guyton. Arthur C, Hall. John E.2012)

c. Bagaimana perawakan tubuh normal anak laki-laki usia 5 tahun?

Jawab:

Indonesia Eropa

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Umur Berat

(kg)

Panjang

(cm)

Berat

(kg)

Panjang

(cm)

Berat

(kg)

Panjang

(cm)

Berat

(kg)

Panjang

(cm)

1 th 8,1 71,3 7,6 71,3 8,9 74,4 8,3 72,2

Page 17: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 17

2 th 9,6 79,4 9,3 78,4 11,0 83,6 19,1 81,0

3 th 11,4 86,4 11,0 85,3 12,9 91,5 12,2 87,9

4 th 13,0 93,5 12,6 92,5 14,5 97,0 13,9 98,2

5 th 14,4 101,9 14,2 100,0 16,1 107,9 15,7 101,9

(Nelson, dkk. 2012)

d. Apakah hubungan batuk pilek dengan perawakan tubuh kecil dan cepat lelah?

Jawab: ASD (atrial septum defect) aliran darah atrium kiri ke atrium kanan

volume atrium dan ventikel kanan meningkat tekanan diventrikel kanan membesar

peningkatan aliran darah paru arteri pulmonalis dan pletora pulmonal meningkat

edema paru aliran darah pada vena pulmonary meningkat dilatasi vena

pulmonary penekanan pada bronkus gangguan fungsi penyaringan serta

pernafasan terjadi ispa.

Sedangkan pada saat terjadinya volume ventrikel meningkat mengakibatkan perlu

kontraksi secara adekuat sehingga memerlukan metabolisme yang tinggi namun pada

kasus ini terjadi ASD akibatnya aliran darah ke sirkulasi sedikit yang mengakibatkan

mudah lemas serta penggunaan energi yang tinggi pada cor.

(Nelson.2012)

3. Duta lahir dengan berat badan 3 kg, cukup bulan, lahir langsung menangis.

Pertumbuhannya normal, hanya sampai usia 3 tahun, dan menjadi lebih lamat setelahnya.

Perkembangan Duta normal.

A. Mengapa pertumbuhan lebih lambat, sedangkan perkembangannya normal?

Jawab: Pertumbuhan dipengaruhi genetik dan nutrisi sedangakan pada kasus aliran

sistemik yang rendah mengakibatkan nutrisi yang sampai ke sel berkurang. Namun,

untuk perkembangan dipengaruhi genetik dan lingkungan.

(Moersinto B,dkk. 2008)

b. Apa hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan yang dialami?

Page 18: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 18

Jawab: Tidak ada. Riwayat kelahiran Duta normal. Duta lahir dengan berat badan 3 kg,

cukup bulan, lahir langsung menangis. Bayi baru lahir normal memiliki berat badan 2,5

– 4 Kg, Duta lahir 3kg umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, cukup bulan.

(Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)

c. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan anak?

Jawab: 1.faktor internal

a. perbedaan ras/etnik

b.keluarga

c.umur

d.jenis kelamin

e.kelainan genetik

f.kelainan kromosom

2.faktor eksternal/lingkungan

a.faktor pranatal

b.faktor persalinan

c.pasca natal

(Moersinto B,dkk. 2008)

d. Bagaimana pertumbuhan normal pada anak laki-laki usia 5 tahun?

Jawab:

Penambahan

berat badan

harian (g)

Penambahan

berat badan

bulanan

Pertumbuhan

panjang

(cm/bulan)

Lingkar

kepala

perbulan

(cm/bulan)

Kalori/hari

(Kkal/kg/ha

ri)

0-3 bulan

3-6 bulan

6-9 bulan

9-12 bulan

1-3 tahun

30

20

15

12

8

13 oz

8 oz

3,9

2,0

1,5

1,2

1

2,0

1,1

0,5

0,5

0,25

115

110

100

100

100

Page 19: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 19

4-6 tahun 6 6 oz 3 cm/th 1 cm/th 90-100

(Nelson, dkk. 2012)

e. Bagaimana tahap-tahap perkembangan anak usia 1-5 tahun?

Jawab:

1. Bayi usia 0 sampai dengan 1 bulan biasanya bayi lebih banyak tidur , di saat yang

bersamaan indera pendengaran mulai berkembang, indera perasa, penyentuh dan

indera penglihatan. Di saat usia 2 bulan Mereka akan mulai melihat warna dan

mengembangkan berbagai suara. Dan mereka juga sudah mulai bermain

menggunakan otot, dan mata lebih banyak berkedipnya. Tumbuh kembang Bayi

terjadi di tahapan yang berbeda beda pada setiap anak. Beberapa anak akan

tampak lebih maju dan mulai merangkak lebih awal dari bayi lain, tapi rata-rata

seorang bayi duduk dimulai pada usia sekitar 6 bulan dan merangkak dimulai

sekitar usia sembilan bulan.

2. Anak Usia 1 sampai dengan 2 tahun. Pada usia 1 tahun anak akan mulai belajar

berjalan perlahan, belajar mengenali tentang apa saja di sekitarnya. Kontrol

motoriknya sudah mulai berkembang dan anak sudah mulai bisa belajar

memegang krayon dan belajar seni lainnya. Mereka akan marah ketika mereka di

ambil dari orang tua mereka, sudah mulai juga bisa makan sendiri dan mereka

tidak mau mendengarkan perintah terlalu banyak.

3. Anak usia 18 bulan, mereka pada umumnya sudah mulai mantap berjalan

menggunakan kedua kaki mereka, dan dalam beberapa kasus merekapun ada yang

sudah dapat menendang bola, perkembangan kosa katanya juga sudah meningkat.

4. Anak usia 3 tahun, mereka sudah mulai dapat menaiki sepeda beroda tiga, kosa

katanyapun akan selalu meningkat dan struktur kalimatnya juga sudah mulai

terbentuk, inilah sebabnya mengapa buku sangat penting pada tahapan usia 3

tahun, mereka pun sudah mulai dapat melihat logika, dan akalnya pun sudah mulai

berjalan ketika mereka mulai melakukan hal2 seperti membangun logo, dan

meletakkan sesuatu bersama sama, dan kita pun akan melihat bahwa mereka akan

berpikir panjang dan keras tentang tugas tugas tertentu.

Page 20: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 20

5. Anak usia 4 tahun, di tahapan usia ini, mereka seringnya merasa ketakutan,

misalnya mereka mungkin menjadi takut gelap, dan mereka pun akan mulai belajar

untuk berbagi dan bermain dengan anak anak lainnya.

6. Anak usia 5 tahun, perkembangan motoriknya akan mulai meningkat, seperti cara

mereka melompat, dan menjalankan mainan akan berbeda di setiap tahapan

tumbuh kembangnya. Mereka sudah mempunyai rasa tanggung jawab, rasa

penyesalan dan rasa bangga pada diri sendiri.

(Moersinto B,dkk. 2008)

f. Bagaimana perkembangan embriologi jantung?

Jawab:

1. Berkembang pada pertengahan minggu ke-3, yaitu pada hari ke 18 atau 19 setelah

fertilisasi, dimana pada saat itu embrio tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan akan

nutrisi dan oksigen hanya melalui difusi saja.

2. Sistem cardiovascular terutama berkembang dari splanchnic mesoderm, paraxial &

lateral mesoderm, dan sel-sel neural crest.

3. Pada ujung cranial dari embrio, jantung berkembang dari sekelompok sel-sel

mesoderm yang disebut cardiogenic area.

Page 21: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 21

4. Di atas cardiogenic area, terdapat pericardial coelom yang akan

berkembang menjadi pericardium cavity.

5. Sebagai respon terhadap sinyal dari lapisan endoderm di bawahnya,

mesoderm pada cardiogenic area membentuk sepasang untaian

memanjang yang disebut cardiogenic (angioblastic) cord.

6. Sesaat kemudian, cardiogenic cord mengalami kanalisasi membentuk

endocardial tube yang berdinding tipis.

7. Akibat pertumbuhan otak dan embrio yang melipat secara sefalokaudal,

jantung dan pericardium cavity pertama kali terletak di daerah leher, dan

akhirnya di dada.

Page 22: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 22

8. Pada hari ke-21, akibat embrio yang melipat secara lateral, kedua

endocardial tube saling mendekat satu sama lain dan bersatu membentuk

tabung tunggal yang disebut primitive heart tube.

9. Bersamaan dengan penyatuan endocardial tube, terbentuk 3 lapisan

jantung, yaitu :

Endocardium membentuk lapisan di bagian dalam jantung

Myocardium mesoderm di sekeliling tabung endocardium berangsur-angsur

menebal membentuk myocardium yang membentuk dinding otot

Epicardium sel-sel mesotel dari daerah sinus venosus bermigrasi ke atas

jantung membentuk epicardium yang melapisi bagian luar jantung

10. Pada hari ke-22, primitive heart tube berkembang menjadi 5 regio yang

berbeda dan mulai memompa darah (mulai berfungsi). Sesuai dengan

aliran darah, dari ujung kaudal ke ujung cranial, kelima regio itu adalah :

Sinus venosus : - menerima darah dari seluruh vena pada embrio

- kontraksi jantung dimulai pada regio ini, kemudian diikuti

oleh regio lainnya secara berurutan

- berkembang menjadi atrium kanan, coronary sinus,

sinoatrial (SA) node, vena cava superior, dan vena cava inferior

Page 23: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 23

Atrium berkembang menjadi atrium kanan dan kiri

Ventricle berkembang menjadi ventricle kiri

Bulbus cordis berkembang menjadi ventricle kanan

Truncus arteriosus berkembang menjadi ascending aorta dan pulmonary trunk

11. Pada hari ke-23, primitive heart tube memanjang. Akibat bulbus cordis &

ventricle tumbuh lebih cepat dari pada regio lainnya, dan akibat atrial &

venous end dari tabung dibatasi oleh pericardium, primitive heart tube

mulai berputar dan melipat. Bagian cranial bergerak ke arah ventral,

kaudal, dan kiri. Sedangkan bagian kaudal beregak ke arah dorsal, cranial,

dan kanan. Pertama-tama, heart tube berbentuk seperti huruf U, kemudian

menjadi berbentuk huruf S. Pergerakan ini berakhir pada hari ke-28, dan

pergerakan ini menentukan posisi akhir atrium dan ventricle.

12. Perkembangan selanjutnya adalah pembentukan septum & katup jantung

untuk membentuk 4 ruang jantung.

13. Pembentukan sekat jantung terjadi antara hari ke-27 dan hari ke-37, dan

selesai pada akhir minggu ke-5.

Page 24: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 24

14. Cara pembentukan sekat :

1. 2 massa jaringan yang sedang tumbuh aktif saling mendekat hingga menjadi satu,

sehingga membagi lumen menjadi 2 saluran yang terpisah.

2. Pertumbuhan aktif 1 massa jaringan saja yang terus meluas hingga mencapai sisi

lumen diseberangnya.

3. Segaris kecil jaringan di dinding atrium atau ventricle gagal tumbuh, sedangkan

daerah di kanan-kirinya meluas dengan cepat, maka akan terbentuk sebuah rigi

yang sempit di antara kedua bagian yang sedang meluas tersebut. Nantinya rigi

tersebut akan membentuk sekat, namun sekat semacam ini tidak memisahkan 2

rongga secara sempurna.

15. Pada hari ke-28, lapisan endocardium menebal membentuk endocardial

cushion yang akan membentuk atrioventricular canal, interatrial septum,

dan interventricular septum.

16. Pembentukan katup jantung :

Setelah endocardial cushion bersatu, masing-masing atrioventricular canal

dikelilingi oleh proliferasi setempat jaringan mesenkim. Jaringan mesenkim tersebut

berproliferasi membentuk katup, yang menempel pada dinding ventricle melalui tali-

tali otot yang nantinya akan berdegenerasi diganti jaringan ikat padat dan dibungkus

endocardium.

Katup yang terbentuk adalah katup bicuspid (mitral) pada atrioventricular canal

kiri, dan katup tricuspid pada atrioventricular kanan.

Selain itu, pada truncus arteriosus akan tampak tonjolan-tonjolan kecil yang

nantinya akan membentuk katup semilunaris.

Page 25: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 25

17. Perkembangan septum jantung atrial

Pada akhir minggu ke-4, dari atap atrium kommunis tumbuh suatu krista berbentuk

bulan sabit ke dalam lumen. Krista ini adalah bagian pertama dari septum primum.

Kedua kaki dari septum ini meluas ke arah bantalan endokardium dikanalis

atrioventrikularis. Lubang antara batas bawah septum primum dan bantalan

endokardium adalah ostium primum. Seiring dengan perkembang selanjutny, perluasan

dari bantalan endokardium superior dan inferior tumbuh disepanjang tepi septum

primum, menutup ostium primum. Namun, sebelumnya penutupan ini sempurna,

terjadi kematian sel yang menyebabkan terbentuknya lubang-lubang dibagian atas

septum primum . penyatuan lubang-lubang ini menghasilkan ostium sekundum yang

memastikan darah mengalir secara bebas dari atrium primitif kanan ke kiri.

Ketika lumen atrium kanan membesar akibat menyatunya kornu sinus, muncul

suatu lipatan berbentuk bulan sabit. Lipatan baru ini, septum sekundum tidak pernah

membentuk sekat pemisah yang sempurna dirongga atrium. Bagian kaki anteriornya

meluas kebawah menuju septum dikanalis atrioventrikular. Ketika katup vena kiri dan

septum spurium menyatu dengan sisi kanan septum sekundum, tepi konkaf bebas

septum sekundum . lubang tersisa oleh septum sekundum disebut foramen ovale.

Ketika bagian atas septum primum berangsur menghilang, bagian yang tersisa menjadi

katup foramen ovale.

(T.W. Salder.2012)

4. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umun : baik

Tanda vital : nadi: 100 x/ menit, regular, isi sekuncup, pernafasan 22x/menit, suhu:

36,80C

BB 15 kg, TB 95 cm.

Kepala : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5+0 cm H2O

Thoraks : simetris, retraksi intercoyal -/-

Pulmo: vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing -/-

Page 26: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 26

Cor: BJ 2 wided fixed split, murmur ejeksi sistolik grade 3/6 di ICS 2-3 linea

parasternalis sinistra, murmur mid diastolic grade 3/6 di ICS 4-5 linea parasternalis

sinistra

Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas: edema -/-, sianosis -/-, jari

tubuh -/-

A. Bagaimana intepretasi dan mekanisme dari hasil pemeriksaan fisik?

Jawab:

NO Hasil pemeriksaan fisik Nilai Normal Interpretasi

1 Tanda Vital

Nadi : 100 x/menit

Pernafasan : 22 x/mmenit

Suhu : 36,80C

BB : 15 kg

TD : 95 cm

IMT : 0, 0016

60-100 x/menit

16-24 x/menit

36,50-37,5

0 C

Normal

Normal

Normal

Berat Badan

2 Cor

- BJ 2 wided fixed split

- Murmur ejeksi sistolik

grade 3/6 di ICS 2-3 linea

parasternalis sinistra

- Murmur mid diastolic grade

3/6 di ICS 4-5 linea

parasternalis sinistra

Abnormal

Abnormal

Abnormal

Mekanisme berat badan menurun:

Adanya defek pada atrium kanan darah mengalir ke arteri pulmonalis

pasokan darah ke sistem sistemik menurun penururnan perfusi ke organ dan

jaringan perifer O2 dan nutrien yang didistribusi ke sel menurun berat badan

menurun.

(Nelson, dkk. 2012 dan Guyton. Arthur C, Hall. John E.2012)

Page 27: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 27

Mekanisme BJ 2 wided fixed:

BJ 2 wided fixed split : Suara jantung II membelah lebar (wide split) selama 0,05

detik atau lebih secara konstan (tak berubah dengan respirasi). Ini adalah khas

untuk khas untuk kelainan defek sekat atrium yang cukup besar. Pembelahan lebar

itu disebabkan oleh pengosongan beban-berlebih ventrikel kanan yang tertunda.

Bila penyakit telah berlanjut hingga terjadi Eisenmenger‟s complex dapat terdengar

suara jantung II yang mengeras. Ini merupakan tanda telah terjadinya hipertensi

pulmonal yang permanen/ irreversible.

(Bates B. 1997)

Mekanisme Murmur ejeksi sistolik:

Bising sistolik ejeksi karena aliran yang cepat melewati katup pulmonal . Bising ini

dapat didengar paling jelas (punctum maximum) pada sela iga 2-3 di linea

parasternal kiri. Saat telah terjadi hipertensi pulmonal, suara bising akan

memendek. Jika terjadi pirau yang besar maka terdengar bising mid diastolic dari

katup tricuspid.

(Wahab, Prof dr. A. Samik.2009)

Mekanisme Murmur mid diastolic:

Bising mid-diastolik juga mungkin terjadi jika terjadi pirau yang besar maka

terdengar bising mid diastolic dari katup trikuspidalis.

(Wahab, Prof dr. A. Samik.2009 )

b. Apa yang menyebabkan berat badan menurun pada kasus ini?

Jawab: Adanya defek pada atrium kanan darah mengalir ke arteri pulmonalis

pasokan darah ke sistem sistemik menurun penururnan perfusi ke organ dan

jaringan perifer O2 dan nutrien menurun berat badan menurun.

(Nelson, dkk. 2012 dan Guyton. Arthur C, Hall. John E.2012)

Page 28: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 28

c. Ada berapa jenis pembagian murmur?

Jawab:

A. Murmur sistolik

Suatu murmur yang terjadi antara buni jantung I dan II (lub-murmur-dub, lub-

murmur-dub)

1. tipe ejeksi mid sistolik tidak mulai pada awal sistol ventrikel (S1) karena

kontraksi terjadi sebelum katup aorta atau pulmonal (dinamakan katup

semilunaris) terbuka, dimana pada saat tersebut tidak ada gerakan darah (fase

isovolumik sistol)

2. Murmur holosistolik mulai pada awal sistol ventrikel (S1) dan berakhir pada

atau segera setelah S2. Dengan kata lain ini terjadi sepanjang sistol (bahasa

yunani holos = seluruh)

3. Murmur akhir sistolik mulai pada mid sampai akhir sistol dan berakhir pada

atau segera sesudah S2.

4. Murmur sistolik arterial dapat terjadi pada artei normal jika terdapat

peningkatan aliran atau pembuluh terpuntir, atau dalam keadaan abnormal

penyempitan arteri.

B. Murmur diastolic

Suatu murmur ang terjadi antara bunyi II dan I

1. Murmur awal diastolik dimulai segera sesudah S2 dengan konfigurasi

berbentuk dekresendo.

2. Murmur mid diastolic memulai interval kosong sesudah S2 dan contoh paling

sering adalah murmur diastolic „gemuru‟ dekresendo nada rendah pada MS

dengan fibrilasi atrium.

3. Murmur akhir diastolic terjadi segera sebelum S1 dan mengikuti kontraksi

atrium.

C. Murmur kontinyu, murmur ini mulai pada sistol dan berlanjut samapi S2 keseluruh

atau sebagian diastol.

(Erickson, Barbara.)

d. Bagaimana siklus sistolik dan diastolik pada jantung?

Page 29: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 29

Jawab: Darah masuk dari vena Pulmonal dan Vena Cava, katup tertutup dan ada aliran

listrik di SA node dari atrium, tekanan atrium meningkat masuk ke ventrikel

listrik ke AV node ventrikel penuh listrik melewati bundle hiss dan purkinje

kontraksi ventrikel darah penuh tekanan meningkat mendorong ke segala arah

menutupi katup mitral dan katup tricuspid terdengar bunyi Lub (Fase Sistolik)

dan membukanya katup pulmonal dan katup aorta darah didorong dari ventrikel ke

aorta dan arteri pulmonal tekanan balik perifer aorta dan arteri pulmonal

menutupnya katup aorta dan katup pulmonal terdengar bunyi Dup (Fase Diastolic)

(Guyton,2012)

5. Pemeriksaan penunjang : Foto ronsen thoraks: kesan kardiomegali dengan

peningkatan corakan vascular paru, pulmonal prominen, EKG: kesan hipertrofi Atrium

kanan, hiperterofi venttrikel kanan, IRBB

A. Bagaimana intepretasi dan mekanisme dari hasil foto ronsen thoraks?

Jawab:

No Hasil pemeriksaan penunjang Nilai normal Interpretasi

1.

Foto ronsen thoraks:

kesan kardiomegali

peningkatan corakan vascular

paru,

pulmonal prominen,

tidak terjadi

pembesaran. Rasio

normal < 50%, berat

normal kurang lebih

300 gram.

tidak ada

peningkatan corakan

vascular paru.

tidak ada prominen

pada pulmonal

Abnormal

Abnormal

Abnormal

Page 30: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 30

2.

EKG:

kesan hipertrofi Atrium kanan,

hiperterofi venttrikel kanan,

IRBB

tidak ada

pembesaran atrium

kanan

tidak ada

pembesaran atrium

kanan

tidak ada IRBB

Abnormal

Abnormal

Abnormal

Mekanisme terjadinya kardiomegali

ASD (atrial septum defect) aliran darah atrium kiri ke atrium kanan volume

atrium dan ventikel kanan meningkat tekanan diventrikel kanan membesar. Dimana

apabila beban oleh tingginya tekanan untuk kontraksi jantung / meningkatnya curah

jantung yang harus dipompa kardiomegali (normalnya 300 gram bisa menjadi 800

gram)

(Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)

Mekanisme peningkatan corakan vascular paru

ASD (atrial septum defect) aliran darah atrium kiri ke atrium kanan volume

atrium dan ventikel kanan meningkat tekanan diventrikel kanan membesar

peningkatan aliran darah paru corakan paru meningkat.

(Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)

Menkanisme terjadinya pulmonal prominen

Page 31: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 31

ASD (atrial septum defect) aliran darah atrium kiri ke atrium kanan volume

atrium dan ventikel kanan meningkat tekanan diventrikel kanan membesar

peningkatan aliran darah paru arteri pulmonalis dan pletora pulmonal meningkat.

(Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)

Mekanisme Hipertropi atrium kanan dan ventrikel kanan

Defect pada septum interatrium → darah dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan

+ darah dari vena cava → tekanan dan volume atrium kanan ↑ → hipertropi atrium

kanan volume darah yang masuk ke ventrikel kanan meningkat → tekanan dan volume

ventrikel kanan ↑ → hipertropi ventrikel kanan

(Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)

b. Bagaimana cara pemeriksaan foto ronsen thoraks?

Jawab:

1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi penuh.

Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan keraguan karena bisa

menyerupai suatu penyakit misal kongesti paru, kardiomegali atau mediastinum yang

lebar Kesampingkan bayangan-bayangan yang terjadi karena rambut, pakaian atau

lesi kulit.

2. Cek apakah Exposure sudah benar ( bila sudah diperoleh densitas yang benar, maka

jari yang diletakkan di belak “daerah yang hitam” pada foto tepat dapat terlihat). Foto

yang pucat karena “underexposed” harus diinterpretasikan dengan hati-hati,

gambaran paru bisa memberi kesan adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang

hitam karena “overexposed” bisa memberi kesan adanya emfisema.

3. Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll) Normal.

4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculusmusculus seperti pectoralis

mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat terlihat mammae

serta nipplenya.

5. Cek apakah posisi diafragma normal ; diafragma kanan biasanya 2,5 cm lebih tinggi

daripada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan memotong pada pertengahan

hemidiafragma kanan.

Page 32: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 32

6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.

7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa abnormal, dan carilah

trachea.

8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Diameter jantung pada

orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada. Atau dapat

menentukan CTR (Cardio Thoracalis Ratio).

9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru dimana

tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe. Hilus kiri

normal lebih tinggi daripada hilus kanan.

(Rasad Sjahriar.2005)

c. Bagaimana makna dari pemeriksaan EKG?

Jawab: adanya peningkatan kerja jantung karena terjadinya kebocoran antara atrium

kanan dan kiri.

d. Bagaimana hubungan pemeriksaan penunjang dengan keluhan utama yang dialami?

Jawab: pada kasus ini, Duta mengalami atrium septal defect yang menyebabkan darah

dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan ditambah dengan darah dari vena cava

menyebabkan tekanan dan volume atrium kanan meningkat sehigga terjadi hipertropi

atrium kanan volume darah yang masuk ke ventrikel kanan meningkat menyebabkan

tekanan dan volume ventrikel kanan meningkat yang menyebabkan hipertropi ventrikel

kanan sehingga terjadi kardiomegali. Pada saat darah dari atrium kiri mengalir ke

atrium kanan, tekanan di atrium kiri lebih besar daripada atrium kanan sehingga terjadi

pirau dari kiri ke kanan menyebabkan aliran darah dari arteri pulmonalis menuju paru-

paru meningkat. Sehingga volume dan tekanan pada sirkulasi paru meningkat dan

terjadilah edema paru. Edema paru mengakibatkan fungsi penyaringan pada paru

terganggu yang berakibat terjadinya infeksi saluran nafas yang berulang. Edema paru

juga sebagai penyebab terjadinya infeksi (pilek), meningkatkan tekanan darah di paru-

paru akibat edema juga dapat menyebabkan iritasi dinding paru-paru. Iritasi tersebut

menyebabkan mikrooraganisme mudah tumbuh di daerah yang teriritasi. Serta pada

edema paru juga cairan yang berlebih akan menyebabkan timbulnya refleks di paru

Page 33: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 33

untuk mengeliminir cairan tersebut dengan cara batuk. Oleh karena itu pasien dapat

mengalami batuk pilek yang sering sejak 1 tahun terakhir.

(Nelson, dkk. 2012)

6. Kumpulan gejala-gejala yang mungkin berkaitan pada kasus ini?

a. Gangguan apa saja yang mungkin terjadi?

Jawab: atrial septal defect, venticular septal defect, patent ductus arteriosus

Batuk Pilek Cepat

lelah Penyebab Auskultasi

Hipertropi

ventrikel

Ventricle

Septal

Defect

√ √ √ Trauma

Bunyi jantung I

mengeras, II

mengeras

terdengar bunyi

bising holosistolik

Sinistra

Patent

Ductus

Arterios

us

√ √ √ Rubella

Bunyi jantung I

normal, diikuti

sistolik click.

Bunyi jantung II

keras. machinery

murmur terkeras

di sela iga II kiri

Sinistra

Arterial

Septal

Defect

√ √ √ Teratogen

ik

Split bunyi

jantung II tanpa

bising

Dextra

b. Gangguan apa yang peling mungkin terjadi?

Jawab: Atrial septal defect

c. Apa saja pemeriksaan tambahan pada kasus ini?

Jawab:

Elektrokardigrafi

Page 34: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 34

Menunjukkan aksis ke kanan akibat defek ostium primum,blok bundel

kanan,hipertrofi ventrikel kanan,interval PR memanjang,aksis gelombang P

abnormal.

Foto Rontgen Dada

- Pada foto lateral terlihat daerah retrosternal terisi,akibat pembesaran

ventrikel kanan.

- Dilatasi atrium kanan.

- Segmen pulmonal menonjol,corakan vaskular paru prominen.

Ekokardiografi

- Dengan menggunakan ekokardiografi transtorakal(ETT) dan doppler

berwarna dapat ditentukan lokasi defek septum ,arah pirau,ukuran atrium dan

ventrikel kanan,keterlibatan katup mitral misalnya prolaps yang memang

sering terjadi pada ASD.

- Ekokardiografi transesofageal(ETE) dapat dilakukan pengukuran besar defek

secara presisi sehingga dapat membantu dalam tindakan penutupan ASD

perkutan,juga kelainan yang menyertai.

Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan ini diperlukan guna:

- Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan.

- Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik.

- Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis.

- Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis.

- Angiografi koroner selektif pada kelompok umur yang lebih tua,sebelum

tindakan operasi penutupan ASD.

Magnetic Resonance Imaging

- Sebagai tambahan dalam menentukan adanya dan lokasi ASD.

- Evaluasi anomali aliran vena,bila belum bisa dibuktikan dengan modalitas

lain.

- Estimasi Qp/Qs

(Rao, 2012).

Page 35: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 35

7. Bagaimana etiologi dari gangguan pada kasus ini?

Jawab: Sulit ditentukan,terjadi akibat interaksi genetik yang multi faktorial dan sistem

lingkungan,sehingga sulit untuk ditentukan satu penyebab spesifik.

(Kumar, vinay dkk. 2007)

8. Bagaimana epidemiologi dari gangguan pada kasus ini?

Jawab: Atrial septal defect adalah kelainan jaunting congenital dengan insiden 6,4 per

10.000 kelahiran dan dengan prevalensi bayi perempuan terhadap laki-laki 2:1.

(T.W. Sadler. 2012)

Insidensi DSA adalah 1 per 1000 kelahiran hidup dan terhitung 7% dari seluruh kejadian

PJB. Prevalensi DSA pada wanita lebih tinggi daripada pria dengan perbandingan 2:1.

(Carr and King, 2008).

9. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?

Jawab: Beberapa ahli menyarankan penutupan ASD dilakukan sesegera mungkin dengan

alasan bahwa beban jantung kanan akan meningkat seiring dengan pertambahan usia,

lebih disarankan jika memungkinkan untuk menunggu hingga anak sedikitnya berusia 5

tahun atau memiliki berat badan lebih dari 20 kg. Pada defek yang berukuran kurang dari

3 mm yang ditemukan sebelum usia 3 bulan, pada usai 1,5 tahun defek tersebut telah

menutup sempurna pada hampir 100% pasien. Sedangkan pada defek septum ukuran

sedang sampai besar, meskipun tidak bergejala, perlu dilakukan tindakan penutupan untuk

mencegah terbentuknya penyakit penyumbatan vaskular paru di kemudian hari,

mengurangi kemungkinan terjadinya aritmia supra-ventrikular dan mencegah perburukan

gejala di kemudian hari . Indikasi penutupan ASD adalah bila defek telah menimbulkan

gejala, atau jika belum timbul gejala namun rasio aliran darah ke paru dan sistemik

(Qp:Qs) lebih dari 1,5 (Bernstein, 2007). Operasi dilakukan secara elektif pada usia pra

sekolah (3–4 tahun) kecuali bila sebelum usia tersebut sudah timbul gejala gagal jantung

kongestif yang tidak teratasi secara medikamentosa. Tindakan penutupan ASD tidak

dianjurkan lagi bila sudah terjadi hipertensi pulmonal dengan penyakit obstruktif vaskuler

paru (Roebiono, 2003). Terapi bedah yang dilakukan pada usia dini memilliki outcome

Page 36: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 36

yang lebih baik daripada terapi bedah yang dilakukan pada usia lebih dewasa. Mortalitas

tindakan bedah ini kurang dari 1%.

Terapi koreksi bedah merupakan terapi konvensional tatalaksana defek septum

atrium. Pasien dibius total, kemudian dilakukan sternotomi median, aorta dan vena kava

dikanulasi, lalu pasien diletakkan dalam suatu bypass kardiopulmonar. Atriotomi kanan

dilakukan sehingga defek septum dan katup mitral dapat terlihat. Defek ditutup dengan

mendekatkan batas – batas defek kemudian dijahit, atau ditutup menggunakan patch

perikardial, tergantung dari besarnya defek.

Saat ini pembedahan hanya ditujukan untuk defek septum yang tepinya tidak rata,

sedangkan dengan mempertimbangkan morbiditas, komplikasi post-operasi, biaya, dan

trauma psikologis yang berkaitan dengan tindakan pembedahan, beberapa tindakan

penutupan defek secara trans-kateter telah diciptakan. Diantaranya adalah okluder

Amplatzer. Alat ini berupa anyaman kawat yang terbuat dari nikel-titanium, berupa

cakram ganda, yang dapat diinsersikan melalui kateter. Alat ini memiliki berbagai macam

ukuran yang disesuaikan dengan besarnya defek. Penutupan defek trans-kateter ini

terutama digunakan pada defek ostium sekundum, sedangkan untuk defek septum lainnya

terapi utamanya masih berupa pembedahan.

10. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini?

Jawab: KDU 2.

Dokter mampu mendiagnosiis dan merujuk. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis

klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien

selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

(Konsil Kedokteran Indonesia. 2012)

11. Apabila tidak ditangani dengan tuntas, kemungkinan apa yang akan terjadi?

Jawab: komplikasi pasca bedah adalah gagal jantung dan fibrilasi atrium. Disertai stenosis

katup pulmonal, VSD, stenosis cabang atrial pulmonal, insufensi katup mitral,

endokarditis, dan aritmia.

(Nelson, 2012)

Page 37: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 37

12. Bagaimana peluang dari kasus ini bila ditangani secara tuntas atau tidak ditangani secara

tuntas?

Jawab: Quo ad vitam : dubia et bonam.

Jika dilakukan pembedahan segera. Tanpa oprasi umur rata-rata penderita defek fosa

ovalis dan defek sinus venosus adalah 40 tahun. Untuk defek arterioventikular lebih muda

lagi. ADS sangat membahayakan, karena selama puluhan tahun tidak menunjukkan

keluhan dalam perjalanannya, tetapi dalam waktu sangat pendek terutama dengan

timbulnya hipertensi pulmonal akan mengarah ke suatu keadaan klinis yang beart.

Timbulnya fibralsi atrium dan gagal jantung merupakan gejala yang beart.

Fungsional: dubia et bonam.

Jika dilakukan pembedahan segera.

(Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007)

13. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus ini?

Jawab: “Wahai hamba-hamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena

sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya,

kecuali satu macam penyakit”. Mereka bertanya: “Apa itu?” Nabi Muhammad SAW

menjawab: “Pikun (penuaan)” (HR.Bukhori).

2.6 Kesimpulan

Duta, anak laki-laki usia 5 tahun mengalami gangguan pertumbuhan dan ISPA karena menderita

penyakit jantung bawaan non sianosis tipe ADS.

Page 38: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 38

2.7 Kerangka sonsep

Defek di daerah atrium

Volume atrium kanan ↑

Hipertrofi ventrikel kanan

Aliran darah ke paru ↑

Edema paru Mudah timbul ISPA

Kebutuhan energi ↑

Kejra jantung meningkat

Metabolisme meningkat

Pertumbuhan terganggu Cepat lelah

Cardiac Output kiri ↓

Perfusi O2 ↓

Page 39: Skenario Kasus b Blok 10 Fixx

Skenario B blok X 39

Daftar Pustaka

Bates B. 1997.Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Bernstein, Daniel. 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007.

Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier

Erickson, Barbara .Bunyi Jantung & Murmur: dari Bayi Hingga Dewasa Edisi 4. Jakarta: EGC

Guyton. Arthur C, Hall. John E.2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta : KKI

Kumar, Vinay dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol.2. Jakarta: EGC

Moersinto B,dkk. 2008. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Ikatan Dokter Anak

Indonesia

Nelson, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Anak volume 3. Jakarta:EGC

Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi volume 1 edisi 6. Jakarta: EGC

Rasad Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai penerbit FKUI

Roebiono, P. S. 2003. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Jakarta: Bagian

Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI.

Snell, Richard S.2006. Anatomi Klinik edisi. 6. Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesahatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Buku

Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: FKUI

T.W. Salder. 2012. Langman Embriologi Kedokteran edisi 10. Jakarta:EGC.

Wahab, Prof dr. A. Samik.2009.Kardiologi Anak .Jakarta : EGC