skenario 1323

31
TIU.1 Memahami dan Mempelajari Reaksi Hipersensitivitas TIK.1.1 Menjelaskan Definisi Reaksi Hipersensitivitas Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. TIK.1.2 Menjelaskan Etiologi Reaksi Hipersensitivitas “Hipersensitivitas” atau alergi” menunjukkan suatu keadaan dimana respons imun mengakibatkan reaksi yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh hospes. a. Dicetuskan bahan-bahan inhalan seperti tepung sari, serpihan kulit hewan dan spora jamur b. Dicetuskan bahan-bahan makanan tertentu seperti buah-buahan, udang, ikan, produk susu, coklat, kacang-kacangan dan obat c. Pressure urticaria, disebabkan membawa tas yang cukup berat di bahu, berlari atau mengangkat beban pada kaki dan lengan. d. Urtikaria kolinergik disebabkan demam, madi air hangat atau olahraga yang meningkatkan suhu tubuh e. Cold urticaria, terpajan udara dingin dan es batu. f. Solar urticaria, disebabkan cahaya g. Aquagenic urticaria h. Contact urticaria, kontak dengan bahan kimia (lateks) i. Angiodema dengan kadar C1 inhibitor normal biasanya idopatik, tetapi bisa dipertimbangkan efek dari penggunaan obat (aspirin, ACE inhibitor, OAINS) atau episodic angiodema with eosinophilia (EAAE) j. Angiodema dengan kadar C1 inhibitor di bawah normal, mungkin disebabkan factor yang didapat (limfoma, SLE) atau bawaan yang sifatnya diturunkan secara autosomal dominan. 1

Upload: vinna

Post on 21-Nov-2015

257 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

haha

TRANSCRIPT

TIU.1 Memahami dan Mempelajari Reaksi Hipersensitivitas

TIK.1.1 Menjelaskan Definisi Reaksi Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.

TIK.1.2 Menjelaskan Etiologi Reaksi Hipersensitivitas

Hipersensitivitas atau alergi menunjukkan suatu keadaan dimana respons imun mengakibatkan reaksi yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh hospes.

a. Dicetuskan bahan-bahan inhalan seperti tepung sari, serpihan kulit hewan dan spora jamurb. Dicetuskan bahan-bahan makanan tertentu seperti buah-buahan, udang, ikan, produk susu, coklat, kacang-kacangan dan obatc. Pressure urticaria, disebabkan membawa tas yang cukup berat di bahu, berlari atau mengangkat beban pada kaki dan lengan.d. Urtikaria kolinergik disebabkan demam, madi air hangat atau olahraga yang meningkatkan suhu tubuhe. Cold urticaria, terpajan udara dingin dan es batu.f. Solar urticaria, disebabkan cahayag. Aquagenic urticariah. Contact urticaria, kontak dengan bahan kimia (lateks)i. Angiodema dengan kadar C1 inhibitor normal biasanya idopatik, tetapi bisa dipertimbangkan efek dari penggunaan obat (aspirin, ACE inhibitor, OAINS) atau episodic angiodema with eosinophilia (EAAE)j. Angiodema dengan kadar C1 inhibitor di bawah normal, mungkin disebabkan factor yang didapat (limfoma, SLE) atau bawaan yang sifatnya diturunkan secara autosomal dominan.TIK.1.3 Menjelaskan Jenis Jenis Hipersensitivitas

Reaksi Hipersensitivitas Menurut Waktu

1. Reaksi cepat Terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Ikatan silang antara alergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaxis sistemik atau anafilaxis lokal seperti asma, pilek-bersin, urtikaria dan eksim.2. Reaksi intermediat Terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan melalui aktivasi komplemen.Manifestasinya dapat berupa : Reaksi transfusi darah, eritroblastosis foetalis dan anemia hemolitik autoimun. Reaksi Arthus lokal dan reaksi sistemik yaitu serum sickness, vaskulitis nekrotis, glomerulonefritis, artritis rematoid dan LES (lupus eritematosis sistemik)3. Reaksi lambat Reaksi lambat terlihat sampai sekitar 48 jam setelah pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th. Pada DTH yang berperan adalah sitokin yang dilepas sel T yang mengaktifkan sel efektor makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh : dermatitis kontak, reaksi Mycobacterium tuberculosis dan reaksi penolakan graft.Reaksi Hipersensitivitas Menurut Mekanisme

Reaksi hipersensitivitas oleh Robert Coombs dan Philip Gell (1963) dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi yaitu tipe I, II, III dan IV.Tipe I : Hipersensitivitas cepat (Anafilaktik)Tipe II : Hipersensitivitas sitotoksik Tipe III : Hipersensitivias kompleks imun Tipe IV : Hipersensitivitas lambat (berperantara sel)Catatan : Tipe I, II, III berperantara antibodi

TIU.2 Memahami dan Mempelajari Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

TIK.2.1 Menjelaskan Etiologi Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

Hipersensitivitas cepat (anafilaktik)

Hipersensitivitas cepat timbul sebagai reaksi jaringan yang terjadi dalam beberapa menit setelah antigen (alergen) bergabung dengan antibodi yang sesuai.

Pada reaksi tipe I alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respons imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitis alergi,asma dan dermatitis atopi.

Etiologi : Antibiotik : penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, terasiklin, streptomisin, sulfonamid, dan lain-lain. Ekstrak alergen : rumput-rumputan atau jamu Bisa (venom) : bisa ular, semut, dan sengatan lebah. Makanan : susu sapi, kerang, kacang-kacangan, ikan, telur dan udang. Enzim Anestetikum lokal: prokain atau lidokain Produk darah : gamaglobulin dan kriopresipitat TIK.2.2 Menjelaskan Mekanisme Reaksi Hipersensitivitas Tipe I

Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukkan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast/basofil yang melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. Fase efektor yaitu waktu terjadinya respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivitas farmakologik.Banyak reaksi tipe 1 yang terlokalisasi mempunyai dua tahap yang dapat ditentukan secara jelas:

Respon awal, diatandai dengan vasodilatasi, kebocoran vascular, dan spesme otot polos, yang biasanya muncul dalam rentang waktu 5 hingga 30 menit stelah terpajan oleh allergen dan menghilang setelah 60 menit.

Reaksi fase lambat, yang muncul 2 hingga 8 jam kemudian dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi fase lambat ini ditandai dengan infiltrasi eosinofil serta sel radang akut dan kronis lainnya yang lebih hebat pada jaringan dan juga ditandai dengan penghancuran jaringan dalam bentuk kerusakan sel epitel mukosa.

Mediator PrimerSetelah pemicuan IgE, mediator primer (praformasi) di dalam granula sel mast dilepaskan untuk memulai tahapan awal reaksi hipersensitivitas tipe 1. Histamin, yang merupakan mediator praformasi terpenting, menyebabkan meningkatnya permeabilitas vascular, vasodilatasi, bronkokonstriksi, dan meningkatnya sekresi mukus. Mediator lain yang segera dilepaskan meliputi adenosine (menyebabkan bronkokonstriksi dan menghambat agregasi trombosit) serta factor kemotaksis untuk neutrofil dan eosinofil. Mediator lain ditemukan dalam matriks granula dan meliputi heparin serta protease netral (misalnya triptase). Protease menghasilkan kinin dan memecah komponen komplemen untuk menghasilkan factor kemotaksis dan inflamasi tambahan (misalnya), C3a).

Mediator SekunderMediator ini mencakup dua kelompok senyawa : mediator lipid dan sitokin. Mediator lipid dihasilkan melalui aktivasi fosfolipase A2, yang memecah fosolipid membrane sel mast untuk menghasilkan asam arakhidonat. Selanjutnya, asam arakhidonat merupakan senyawa induk untuk menyintesis leukotrien dan prostaglandin.

Leukotrien berasal dari hasil kerja 5-lipooksigenase pada precursor asam arakhidonat dan sangat penting dalam pathogenesis hipersensitivitas tipe 1. Leukotrien tipe C4dan D4merupakan vasoaktif dan spasmogenik yang dikenal paling poten; pada dasar molar, agen ini ada beberapa ribu kali lebih aktif daripada histamin dalam meningkatkan permeabilitas vaskular dan dalam menyebabkan kontraksi otot polos bronkus. Leukotrien B4sangat kemotaktik untuk neutrofil, eosinofil dan monosit.

Prostaglandin D2adalah mediator yang paling banyak dihasilkan oleh jalur siklooksigenasi dalam sel mast. Mediator ini menyebabkan bronkospasme hebat serta meningkatkan sekresi mucus.

Faktor pengaktivasi trombosit merupakan mediator sekunder lain, mengakibatkan agregasi trombosit, pelepasan histamin, dan bronkospasme. Mediator ini juga bersifat kemotaktik untuk neutrofil dan eosinofil. Meskipun produksinya diawali oleh aktivasi fosfolipase A2, mediator ini bukan produk metabolism asam arakhidonat.

Sitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5, dan IL-6) dan kemokin berperan penting pada reaksi hipersensitivitas tipe 1 melalui kemampuannya merekrut dan mengaktivasi berbagai macam sel radang. TNF merupakan mediator yang sangat poten dalam adhesi, emigrasi, dan aktivasi leukosit. IL-4 juga merupakan faktor pertumbuhan sel mast dan diperlukan untuk mengendalikan sintesis IgE oleh sel B

TIK.2.3 Menjelaskan Manifestasi Klinik Hipersensitivitas Tipe I Reaksi lokal : Reaksi hipersensitivitas Tipe I lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergen masuk.Contoh : rinitis alergi,asma, dan dermatitis atopi. Reaksi sistemik-Anafilaksis : Reaksi hipersensitivitas tipe I yang fatal dan dapat terjadi dalam beberapa menit saja. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid : Merupakan reaksi sistemik umum yang melibatkan penglepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE. Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi tipe I seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritus.

TIU.3 Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II

TIK.3.1 Menjelaskan Etiologi Hipersensitivitas Tipe II

Terjadi karena dibentuk antibodi IgG atau IgM, antibodi tersebut akan mengaktifkan sel Nk dan menyebabkan kerusakan melalui antibody dependent cell mediated cytotoxiticy (ADCC).TIK.3.2 Menjelaskan Mekanisme Hipersensitivitas Tipe II

Reaksi hipersensitivitas tipe II dimediasi oleh antibodi IgG dan IgM yang berikatan pada sel atau jaringan tertentu. Pada tipe ini, antibodi yang diarahkan pada antigen permukaan sel atau jaringan berinteraksi dengan komplemen dan berbagai sel efektor untuk menimbulkan kerusakan sel sasaran. Setelah melekat pada permukaan sel atau jaringan, antibodi akan mengaktifkan komponen komplemen C1. Akibat dari aktivasi ini adalah sebagai berikut :1) Fragmen-fragmen komplemen (C3a dan C5a) yang dihasilkan oleh aktivasi komplemen akan menarik makrofag dan sel polimorfonuklear ke lokasi reaksi dan merangsang sel mast/basofil untuk menghasilkan molekul yang menarik dan mengaktifkan sel efektor lain.2) Jalur komplemen klasik dan lengkung aktivasi mengakibatkan pengendapan C3b, C3bi, dan C3d pada membran sel sasaran.3) Jalur komplemen klasik dan jalur litik memproduksi kompleks serangan membran C5b-9 dan menyelipkan kompleks tersebut ke dalam membran sel sasaran. (Wahab, 2002)Beberapa contoh tentang reaksi tipe II ini ditemukan pada reaksi terhadap eritrosit, di antaranya tranfusi darah yang incompatible, penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir (HDNB), dan anemia hemolitik autoimun. Reaksi terhadap trombosit dapat menimbulkan trombositopenia, sedangkan reaksi terhadap neutrofil dan limfosit diduga mengakibatkan lupus eritematosus sistemik (SLE). (Baratawidjaja, 2006)

Reaksi TransfusiMenurut system ABO, sel darah manusia dibagi menjadi 4 golongan yaitu A, B, AB dan O. Selanjutnya diketahui bahwa golongan A mengandung antibodi (anti B berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit golongan B, darah golongan B mengandung antibodi (anti A berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit golongan A, golongan darh AB tidak mengandung antibodi terhadap antigen tersebut dan golongan darh O mengandung antibodi (Ig M dan Ig G) yang dapat mengaglutinasikan eritrosit golongan A dan B. Antibodi tersebut disebut isohemaglutinin.Aglutinin tersebut timbul secara alamiah tanpa sensitasi atau imunisasi. Bentuk yang paling sederhana dari reaksi sitotoksikterlihat pada ketidakcocokan transfusi darah golongan ABO. Ada 3 jenis reaksi transfusi yaitu reaksi hemolitik yang paling berat, reaksi panas, dan reaksi alergi seperti urtikaria, syok, dan asma. Kerusakan ginjal dapat pula terjadi akibat membrane sel yang menimbun dan efek toksik dan kompleks haem yang lepas.Reaksi Antigen RhesusAda sejenis reaksi transfusi yaitu reaksi inkompabilitas Rh yang terlihat pada bayi baru lahir dari orang tuanya denga Rh yang inkompatibel (ayah Rh+ dan ibu Rh-). Jika anak yang dikandung oleh ibu Rh- menpunyai darah Rh+ maka anak akan melepas sebagian eritrositnya ke dalam sirkulasi ibu waktu partus. Hanya ibu yang sudah disensitasi yang akan membentuk anti Rh (IgG) dan hal ini akan membahayakan anak yang dikandung kemudian. Hal ini karena IgG dapat melewati plasenta. IgG yang diikat antigen Rh pada permukaan eritrosit fetus biasanya belum menimbulkan aglutinasi atau lisis. Tetapi sel yang ditutupi Ig tersebut mudah dirusak akibat interaksi dengan reseptor Fc pada fagosit. Akhirnya terjadi kerusakan sel darah merah fetus dan bayi lahir kuning, Transfusi untuk mengganti darah sering diperlukan dalam usaha menyelamatkan bayi.Anemia Hemolitik autoimunAkibat suatu infeksi dan sebab yang belum diketahui, beberapa orang membentuk Ig terhadap sel darah merah sendiri. Melalui fagositosis via reseptor untuk Fc dan C3b, terjadi anemia yang progresif. Antibodi yang dibentuk berupa aglutinin panas atau dingin, tergantung dari suhu yang dibutuhkan untuk aglutinasi.TIK.3.3 Menjelaskan Manifestasi Klinik Hipersensitivitas Tipe II

Beberapa obat, misalnya penisilin, fenasetin dan kuinidin,dapat melekat pada protein permukaan di sel darah merah dan memicu pembentukan antibodi. Antibodi autoimun semacam itu (IgG) kemudian dapat bergabung dengan permukaan sel, dan mengakibakan hemolisis. Infeksi tertentu (misalnya Mycoplasma pneumoniae) dapat menginduksi antibodi yang bereaksi silang dengan antigen sel darah merah, mengakibatkan anemia hemolitik. Pada demam rematik, antibodi terhadap streptokok kelompok A bereaksi silang dengan jaringan jantung. Pada sindroma Goodpasture, antibodi ter-hadap membran dasar ginjal dan paru-paru mengakibatkan kerusakan berat ter-hadap selaput melalui aktivitas lekosit yang ditarik oleh komplemen.TIU.4 Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IIITIK.4.1 Menjelaskan Etiologi Hipersensitivitas Tipe III Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi yang terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/ dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan komplemen yang diaktifkan kemudian melepas faktor kemotatik makrofag. Faktor kemotatik yang ini akan menyebabkan pemasukan leukosit-leukosit PMN yang mulai memfagositosis kompleks-kompleks imun. Reaksi ini juga mengakibatkan pelepasan zat-zat ekstraselular yang berasal dari granula-granula polimorf, yakni berupa enzim proteolitik, dan enzim-enzim pembentukan kinin. Bila antibodi bergabung dengan antigen khususnya, terbentuklah kompleks imun. Biasanya, kompleks imun ini dengan cepat dibuang oleh RES, tetapi kadang-kadang kompleks ini tetap bertahan dan diendapkan dalam jaringan, sehingga mengakibatkan beberapa penyakit. Pada infeksi bakteri atau virus yang kronis, kompleks imun dapat diendapkan pada organ tubuh (misalnya ginjal), sehingga fungsinya terganggu. Komplek antigen-antibodi mengaktifkan komplemen. (IgG dan IgM)TIK.4.2 Menjelaskan Mekanisme Hipersensitivitas Tipe III Bentuk Reaksi arthus Serum sickness Penyakit Lupus eritematous sistemik Poliarteritis nodosa Glomerulonefritis pasca streptokokus Serum sickness Atritis reumatoid Malaria Lepra Infeksi virus Reaksi Arthus (bentuk lokal)Arthus menyuntikkan serum kuda ke dalam kelinci intradermal berulangkali dan menemukan reaksi yang makin hebat di tempat suntikan.Mula-mula hanya terjadi eritema ringan dan edema dalam 2-4 jam sesudah suntikan. Reaksi tersebut menghilang esok hari. Suntikan kemudian menimbulkan edema yang lebih besar dan suntikan yang ke 5-6 menimbulkan perdarahan dan nekrosis yang sulit menyembuh. Hal ini disebut fenomena Arthus yang merupakan bentuk reaksi dari kompleks imun. Reaksi Arthus dapat terjadi di dinding bronkus atau alveol dan menimbulkan reaksi asma lambat yang terjadi 7-8 jam setelah inhalasi antigen pada asma akibat kerja.Reaksi Arthus di dalam klinik dapat berupa vaskulitis.1.Suntikan obat memacu pembentukan kompleks imun.2.kompleks imun mengaktifkan komplemen jalur klasik.3.Komplemen diikat sel mast.4.dan menimbulkan degranulasi dan oleh neutrofil yg memacu kemotaksis.5.dan melepas enzim litik. Penyakit serum (serum sickness)Antigen dalam jumlah besar yang masuk ke dlm sirkulasi darah dapat membentuk kompleks imun. Bila antigen jauh berlebihan dibandingkan antibodi, kompleks yang dibentuk adalah lebih kecil yang tidak mudah untuk dibersihkan fagosit sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan di berbagai tempat. Dahulu reaksi ini lebih sering terlihat pada pemberian antitoksin yang mengandung serum asing seperti antitetanus atau antidifteri asal kuda. Anti bodi yang berperan IgM atau IgG. Kompeks imun lebih sering mengendap pada kapiler glomerulus, ginjal. Beberapa hari 2 minggu setelah injeksi serum asing,penyakit serum secara khas mengakibatkan demam, urtikaria, artralgia, limfadenopati, dan splenomegali. Gejala meningkat sementara antigen dibuang lewat sistem imun, dan gejala mereda bila semua antigen telah habis. Pada masa kini, penyakit serum lebih jarang muncul setelah injeksi serum asing dibandingkan setelah pemberian obat (misal penisilin). Meskipun simptom baru tampak setelah beberapa hari, penyakit serum digolongkan sebagai reaksi segera, karena gejala-gejalanya muncul dengan cepat setelah terbentuk kompleks imun.

TIK.4.3 Menjelaskan Manifestasi Klinik Hipersensitivitas Tipe III Komplek imun mengaktifkan trombosit, makrofag dan komplemen Komplemen melepaskan C3a dan C5a yang merangsang sel mast dan basofil mengeluarkan mediator, sehingga terjadi anafilatoksin Anafilaktosin bersama trombosit menyebabkan vasodilatasi Anafilaktoksin juga dapat menarik nuetrofil, nuetrofil akan merusak jaringan Komplemen juga dapat langsung merusak jaringan Makrofag melepaskan IL-1

TIU.5 Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IVTIK.5.1 Menjelaskan Etiologi Hipersensitivitas Tipe IV Hipersensitivitas berperantara sel merupakan fungsi limfosit T, bukan fungsi antibodi. Hipersensitivitas ini dapat dipindahkan oleh sel T yang terlibat secara imunologik tetapi tidak oleh serum. Respons ini lambat artinya, dimulai beberapa jam (atau hari) setelah kontak dengan antigen dan sering berlangsung selama beberapa hari. Dibagi menjadi 1. Delayed type hypersensitivity2. T cell mediated cytolysisTIK.5.2 Menjelaskan Mekanisme Hipersensitivitas Tipe IV

1. Delayed type hypersensitivity Sel CD4+ mengaktifkan makrofag Makrofag ini yang akan merusak jaringan Makrofag menghasilakn produk2 seperti enzim hrolitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat, dan sitokin proinflamasi Pengerahan makrofag yang berkelanjutan akan membetntuk sel epiteloid yang bersatu berupa sel datia dalam granuloma Granuloma akan mendesak jaringan sekitar dan menyebabkan nekrosis Muncul fisiologik pada infeksi tuberkulosa 2. T cell mediated cytolysis Sel CD8+CTL langsung membunuh sel sasaran Panyakit hipersensitivitas seluler disebakan karena autoimun Panyakit hipersensitivitas seluler tidak sistemik Penyakit Diabetes insulin dependen Atritis reumatoid Sklerosis multipel Ensefalomielitis multipel eksperimental Neutritis perifer Miokarditis ekperimental autoimun Infeksi TIK.5.3 Menjelaskan Manifestasi Klinik Hipersensitivitas Tipe IV Dermatitis kontak Penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan formaldehid, nikel, terpenting dan berbgai bahan aktif dalam cat rambut yang menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel Th1. Hipersensitivitas tuberkulin bentuk alergi bakterial spesifik terhadap produk filtrat biakan M.tuberkulosis yang bila disuntikkan ke kulit akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Yang berperan dalm reaksi ini adalah sel limfosit CD4+ T. Reaksi Jones Mote reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap antigen protein yang berhubungan dengan infiltrasi basofil mencolok di kulit di bawah dermis. TIU.6 Memahami dan Menjelaskan Kortikosteroid dan Antihistamin

TIK.6.1 Menjelaskan Kortikosteroid

TIK.6.1.1 Menjelaskan Definisi Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah hormon kelas steroid yang dihasilkan di korteks adrenal. Kortikosteroid terlibat dalam berbagai sistem fisiologis seperti respon stres, respon imun dan regulasi inflamasi, metabolisme karbohidrat, katabolisme protein, kadar elektrolit darah, dan tingkah laku.

TIK.6.1.2 Menjelaskan Farmako Kinetik Kortikosteroid

Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik. Untuk mencapai kadar tinggi sebaiknya diberikan secara IV, untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan esternya diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistemik, antar lain supresi korteks adrenal.TIK.6.1.3 Menjelaskan Farmako Dinamik Kortikosterod

Kortikosterooid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskuar, ginjal, otot lurik, SSP, dan organ lain. Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis, makin besar dosis, makin besar dosis terapi makin besar efek yang didapat. Mekanismenya adalah melalui pengaruh steroid terhadap pembentukan protein yang mengubah respons jaringan terhadap hormon lain.

TIK.6.1.4 Menjelaskan Indikasi Kortikosteroid

Adrenokortikotropin (ACTH)

ACTH banyak digunakan utk membedakan antara insufisiensi adrenal primer dan sekunder. pd insufisiensi primer, pemberian ACTH tdk akan menyebabkan peninggian kadar kortisol dlm darah, karena pd keadaan ini kelenjar adrenal yg mengalami gangguan. Sebaliknya pd insufisiensi sekunder, di mana gangguan terietak di kelenjar hipofisis, pemberian ACTH akan menyebabkan peninggian kadar kortisol darah.

Pemberian ACTH dapat merangsang sekresi mineralokortikoid shg dapat menyebabkan retensi air dan elektrolit.

Adrenokortikosteroid dan analog sintetiknya

Kecuali untuk terapi substitusi pada defisiensi, penggunaan kortikosteroid lebih banyak bersifat empiris. Dari pengalaman klinis dapat diajukan minimal 6 prinsip terapi yang perlu diperhatikan sebelum obat ini digunakan :

Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan dan harus direvaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit. Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis sangat besar.

TIK.6.1.5 Menjelaskan Efek Samping Kortikosteroid

Adrenokortikotropin (ACTH)

ACTH dapat menyebabkan timbulnya gejala akibat peningkatan sekresi hormon korteks adrenal. Selain itu hormon ini dapat pula menyebabkan reaksi hipersensitivitas, mulai dari yang ringan sampai syok dan kematian. Peningkatan sekresi mineralokortikoid dan androgen menyebabkan lebih sering terjadi alkalosis hipokalernik (akibat retensi Na) dan akne bila dibandingkan dengan kortisol sintetik.

Adrenokortikosteroid dan analog sintetiknya

Efek samping dapat timbul karena penghentian pengobatan tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar. Pemberian kortikosteroid yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, artralgia dan malaise. Gejala-gejala ini sukar dibedakan dengan gejala reaktivasi artritis reumatoid atau dernam reumatik yang sering terjadi bila kortikosteroid dihentikan.

Komplikasi yg timbul akibat pengobatan lama lalah akibat gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami perdarahan atau perforasi, osteoporosis, miopati yang karakteristik, psikosis, habitus pasien Cushing (antara lain muka rembulan, buffalo hump, timbunan lemak suprakiavikular, obesitas sentral, striae, ekimosis, akne dan hirsutisme).

TIK.6.2 Menjelaskan Antihistamin

TIK.6.2.1 Menjelaskan Definisi Antihistamin

Obat yang digunakan untuk mengobati alergi dan reaksi hipersensitif dan flu bekerja dengan menangkal efek histamin di reseptor site.

TIK.6.2.2 Menjelaskan Farmako Kinetik Antihistamin

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi dengan baik. Efeknya timbul 15-30 menit setrelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Kadar tertinggi terdapat pada hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

TIK.6.2.3 Menjelaskan Farmako Dinamik Antihistamin

Antagonisme terhadap histamin

Otot polos

Permeabilitas kapiler

Reaksi anafilaksis dan alergi

Kelenjar eksokrin

SSP

Anastetik lokal

Antikolinergik

TIK.6.2.4 Menjelaskan Indikasi Antihistamin

1.

Antagonis reseptor H1 (AH1)

AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.2. Antagonis reseptor H2 (AH2)

Simetidin dan ranitidin

Efektif untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya,.

Famotidin

Untuk tukak lambung setelah 8 minggu pengobatan sebanding dengan ramitidin dan simetidin, untuk profilaksis tukak lambung, refluks esofagitis dan pencegahan tukak stes kurang lebih sama dengan antagonis reseptor H2 lainnya. NizatidinMenyembuhkan tukak duodenum, dan mencegah kekambuhan dll.

TIK.6.2.5 Menjelaskan Efek Samping Antihistamin1. Antagonis reseptor H1 (AH1)Vertigo, tinifus, lelah, penat, inkoordinasi, pemghlihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, tremor, nafsu makan berkurang, mual, muntah dll.2. Antagonis reseptor H2 (AH2)

Simetidin dan Ranitidin

Nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, ruam kulit, konstipasi, dll.

Famotidin

Ringan dan jarang terjadi, misal sakit kepala, pusing, konstipasi, dan diare.

NizatidinUmumnya jarang terjadi efek samping. Efek samping ringan saluran cerna dapat terjadi.TIU.7 Memahami dan Mempelajari Batasan HukumIslam Menentukan Jalan Terbaik dalam Pilihan Sulit

Shalat istikharah dilaksanakan ketika dihadapkan pada suatu permasalah agar pilihan kita mantap dan hati kita merasa tenang dengan apa yang kita pilih. Shalat istikharah dapat ketika akan menentukan pilihan pasangan hidup atau perkara-perkara yang lain.

`Jika salah seorang dari kalian menghendaki suatu perkara, maka shalatlah dua rakaat dari selain shalat fardhu, kemudian hendaklah mengucapkan: 'Ya Allah, aku beristikharah kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku meminta penilaian-Mu dengan kemampuan-Mu dan aku meminta kepada-Mu dari karunia-Mu yang sangat besar. Sesungguhnya Engkau kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui perkara ini lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusanku -atau urusan dunia dan akhiratku-, maka putuskanlah dan mudahkanlah urusan ini untukku, kemudian berkahilah untukku di dalamnya. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa itu buruk bagiku, baik dalam urusan agamaku, kehidupanku maupun kesudahan urusanku -atau urusan dunia dan akhiratku- maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya serta putuskanlah yang terbaik untukku di mana pun berada, kemudian ridhailah aku dengannya.' Dan hendaklah is menyebutkan hajatnya.'' (HR. Bukhari, At-Tirmidzi, An-Nasai dan lainnya)http://solekha.multiply.com/reviews/item/107Artinya: "(Rasulullah SAW bertanya): Bagaimana cara kamu memutusi jika datang kepadamu suatu perkara? Ia menjawab: Saya putusi dengan (hukum) yang terdapat dalam kitab Allah. Beliau bertanya: Jika tidak kamu dapati (hukum itu) dalam kitah Allah? Ia menjawab: Maka dengan Sunnah Rasulullah. Beliau bertanya: Jika tidak kamu dapati dalam Sunnah Rasulullah juga dalam kitab Allah? Ia menjawab: Saya akan berijtihad dengan pikiran dan saya tidak akan lengah. Kemudian Rasulullah SAW menepuk dadanya dan bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah SAW yang diridlai oleh Rasulullah." (HR. Abu Daud).http://id.wikipedia.org/wiki/Ushul_Fiqih"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang

ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir)

biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim itu

neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,

niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang

menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang

paling jelek". (Q.S. Al Kahfi: 29).

Sehingga ia tidak bingung dan keliru menentukan pilihannya. Untuk itu ajaran Islam memberikan aturannya sebagai pijakan dasar dalam memandang sebuah pilihan yang ada. Diantaranya:

1. Rekayasa Allah SWT. (At Tadbirur Rabbani)

Menyadari bahwa pilihan itu justru karena kehendak Allah SWT. pada hamba-Nya.

Sebab Dia Maha Tahu akan nasib kesudahan para hamba-Nya. Kadang pilihan

tersebut tidak kita sukai. Namun perlu kita pahami setiap pilihan yang

diberikan Allah SWT. mesti ada maksud dan hikmahnya. Dan inilah yang sering

kali tidak kita sadari. Seperti terjadinya perang Badar. Awalnya peristiwa itu

hanya ekspedisi militer yang bertujuan untuk menakut-nakuti kafilah dagang

Quraisy. Dan ini sebagai wujud bahwa kaum muslimin bukan lagi sebagai pecundang

yang mudah diperdaya dan ditekan. Selanjutnya mereka tidak menyangka bahwa

kejadian itu akhirnya berujung menjadi perang besar. Lantaran kedatangan

pasukan kafir Quraisy yang harus menyelamatkan kafilah dagangnya maka Allah

SWT. menghadapkan kaum muslimin untuk menghadapinya.

Orang-orang mukmin sebenarnya tidak menghendaki perang tersebut. Ketidaksiapan

mereka akan perang besar itu menjadi kendala besar yang membuat mereka

mengajukan pandangan kepada Rasulullah SAW. Sehingga ada yang berpandangan

untuk kembali ke Madinah mengajak kaum muslimin lainnya dengan berbagai

perlengkapan dan asesoris peperangan. Namun, Allah dan Rasul-Nya telah

menetapkan tidak ada pilihan lain kecuali perang. Karenanya orang-orang mukmin

menerimanya dengan lapang. Meskipun pilihan tersebut tidak mereka inginkan.

"Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya". (QS. Al-Anfal: 5).

Hal ini pun sangat mungkin kita alami. Ketika kita menghadapi suatu masalah,

sering kita tidak menghendaki masalah itu muncul. Malah mungkin kita akan lari

meninggalkannya. Tetapi Allah SWT. tidak menyukai hal itu sehingga kita harus

menentukan pilihan yang memang telah dirancang-Nya buat kita. Dalam menyikapi

ini hanya satu sikap yang perlu dikedepankan, yakni berupaya lapang hati

menerima pilihan Allah SWT. meski berat kita rasakan. Karena kita tahu apa yang

telah ditentukan-Nya pasti ada maksud dan hikmah besar di dalamnya.

2. Prinsip Keimanan (Al Mabadi'ul Imaniyah)

Datangnya pilihan, dipandang orang banyak, dengan ukuran senang dan tidak.

Sehingga ditetapkannya dengan amat mudah melalui ukuran 'saya senang kok' atau

'saya tidak suka kok'. Padahal kesenangan dan kebencian terhadap sesuatu amat

relatif ukurannya. Bahkan ia acap sangat temporer. Sewaktu-waktu dapat

menyenangkan bisa jadi pada waktu yang lain menjadi amat memuakkan. Bila

parameternya seperti itu bisa jadi akan sering salah dalam memilih.

Islam telah menanamkan prinsip terhadap persoalan yang rumit dan harus

ditentukan sikapnya dengan cara pandang imaniyah. Cara pandang ini mestinya

menjadi mabadi' (prinsip) yang mengikat dirinya dalam menentukan sebuah sikap.

Cara pandang terbalik dengan kesenangan dan kecenderungan insaniyah."Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang

kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan

boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 216).

Sehingga ia akan berpikir keras dan positif menyikapi persoalan yang ada.

Sebuah pepatah memaparkan 'Janganlah engkau membenci sesuatu karena suatu saat justru kamu menyukainya'. Memang hal itu sering terjadi. Akan tetapi cara

pandangan kader adalah menilai bahwa kadang sesuatu yang tidak kita harapkan

tapi sebenarnya di situlah kebaikan bagi kita. Hal ini memang tidaklah mudah.

Apalagi cara pandangnya tidak berdiri di atas mabadi' imaniyah.

3. Mengenal Resiko Pilihan (Ma'rifatu Atsaril Khiyarah)"Yusuf berkata:" Wahai Tuhanku, penjara lebih aku

sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". (QS. Yusuf: 33).

Begitu pula yang dialami As Syahid Sayyid Quthb. Penjara dan hukuman mati malah memulai diri dan keluarganya. Bahkan kaum muslimin lainnya karena dalam penjara beliau mewariskan karya-karyanya yang monumental, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. Oleh karena itu seorang kader dakwah harus benar-benar cermat dalam memilih. Dan memperdalam pengamatan terhadap dampak dan resiko baginya serta orang-orang yang di sekitarnya. Tentu sebagai mukmin pilihan hidupnya adalah kemuliaan di sisi Rabbnya bukan kesenangan duniawiyah yang hanya sesaat. Ia tidak akan suruhmengambil sebuah pilihan walau beresiko berat.

4. Penjagaan Kader Dakwah (Ri'ayatul Junud)Pilihan juga terkait dengan generasi mendatang. Saat pilihan itu muncul maka

pengamatan akan warisan bagi generasi mendatang juga menjadi hal yang patut

diperhitungkan. Karena Islam memandang generasi mendatang sebagai pewaris

dakwah ini yang akan menindak lanjuti tugas dan peran generasi sebelumnya.

Sehingga kader dakwah yang sangat mahal itu dapat terselamatkan atas dampak

buruk dari sebuah pilihan. Dalam pandangan dakwah, kader merupakan asset yang luar biasa. Tidak dapat diukur dari sudut pandang material. Karena itu sewaktu ada kecelakaan kendaraan bermotor yang menimpa kader-kader dakwah seorang ulama dakwah sangat antusias menanyakan nasib murid-muridnya dan ikhwah yang mengalami musibah tersebut ketimbang menanyakan keadaan kendaraan miliknya meski kendaraan tersebut baru dibeli. Baginya seorang kader lebih berharga dari pada harta benda lainnya. Satu kader sangat mahal untuk dihargakan. Karena kualitas kader sama dengan sejumlah besar orang kafir. Bisa perbandingannya dua, sepuluh, seratus, seribu bahkan sekelompok orang.http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg00481.htmlDaftar Pustaka Kumar. Cotran. Robbins. Buku ajar patologi. Ed 7. Jakarta: EGC. 2007

Baratawidjaja KG. imunologi dasar. Ed 6. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2004

1

HIPERSENSITIVITAS

Menurut waktu timbulnya reaksi

Menurut GELL dan COOMBS

Reaksi CepatReaksi IntermedietReaksi Lambat

Reaksi hipersensitivitas Tipe IReaksi hipersensitivitas Tipe IIReaksi hipersensitivitas Tipe IIIReaksi hipersensitivitas Tipe IV

21