sintesis dan karakterisasi paduan kobalt akibat variasi...
TRANSCRIPT
Sintesis dan Karakterisasi Paduan Kobalt Akibat Variasi Arus dengan
Metode Peleburan
Bayu Abriyanto1*, Dyah Hikmawati2, Aminatun3 1,2Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi arus listrik terhadap sifat mikro dan
mekanik paduan kobalt melalui proses peleburan. Paduan kobalt disintesis dengan komposisi Co-
62,25%Cr-31,5%Mo-5%Mn-0,5%Si-0,5%N-0,25% dilebur menggunakan arc melting furnace dengan
variasi arus listrik sebesar 60A, 80A, 100A, 120A, dan 150A. Kemudian sampel dikarakterisasi dengan
XRF untuk mengetahui komposisi paduan setelah proses peleburan. Dilanjutkan proses homogenisasi
dengan suhu 1300oC dan lama waktu penahanan konstan selama 2 jam. Kemudian dilakukan karakterisasi
XRF kembali untuk mengetahui kandungan unsur paduan setelah proses homogenisasi. Berdasarkan hasil
XRF, komposisi unsur setelah proses peleburan tidak jauh berbeda dengan besar kandungan unsur setelah
homogenisasi.Komposisi unsur yang dapat mempertahankan kandungan unsur semula terdapat pada arus
listrik peleburan sebesar 150A. Hasil identifikasi uji X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan terbentuknya
fase dan fase 𝜎masing-masing sebesar 31,45% pada arus 150A. Berdasarkan hasil uji kekerasan pada
sampel variasi arus peleburan sebesar 60A sampai 150A, sampel yang memiliki kekerasan paling rendah
atau yang mendekati kekerasan implan tulang yaitu pada sampel dengan arus 150A yakni sebesar
344,74±8,12 VHN.
Kata Kunci: paduan kobalt, homogenisasi, arc melting furnace, XRD, XR
ABSTRACT
The aim of this research is to determine the effect of electrical current variation on the micro and
mechanical properties of cobalt alloy resulted from melting method. Cobalt alloy was synthesized with
composition of Co-62,25%Cr-31,5%Mo-5%Mn-0,5%Si-0,5%N-0,25% and melted using arc melting
furnace with electrical current variation of 60A, 80A, 100A, 120A, and 150A. Samples were characterized
by XRF characterization to determine the composition of the alloy after melting process. The process was
continued with the homogenization process in a temperature of 1300oC and a constant holding time for 2
hours. Then XRF characterization was done again to determine the element of this alloy after
homogenization process. Based on X-Ray Diffraction (XRD) test results, the elemental composition after
melting process is not much different from the element content after homogenization. The composition of
elements that can maintain the original element content can be found at melting electrical current of 150
A. X-Ray Diffraction (XRD) identification test result shows that the phase and 𝜎 phase was each formed
by 31,45% at the current of 150 A. Based on the hardness test results on samples of melting current
variation of 60 A and 150 A, the sample with the lowest hardness or the closest to the hardness of bone
implants is the sample with 150 A current which is equal to 344,74 ± 8,12 VHN.
Keywords: cobalt alloy, homogenization, arc melting furnace, XRD, XRF
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi implantasi memacu teknolog dan ilmuan berpikir keras
bagaimana menemukan solusi yang tepat terkait permasalahan seputar implantasi. Piranti implan
adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari permasalahan tersebut. Kecocokan piranti
implan dengan lingkungannya merupakan salah satu garansi kesuksesan proses tersebut, maka
dari itu proses pembentukan tulang dengan pertimbangan kecocokan dari sisi anatomi maupun
mekanisnya perlu dipelajari dan diteliti lebih lanjut (Satriodamar, 2012).
Paduan kobalt memiliki tingkat biokompatibilitas yang lebih rendah dari pada paduan
titanium, akan tetapi memiliki sifat mekanik yang hampir sama dan harganya lebih murah
dibandingkan dengan paduan titanium. Jika dibandingkan dengan stainless steel, paduan kobalt
memiliki sifat biokompatibel, tahan terhadap korosi dan sifat mekanik yang lebih baik, walaupun
harganya lebih tinggi dibandingkan stainless steel (Sulistioso dkk, 2010).
Paduan kobalt menggunakan 3 unsur utama yaitu cobalt (Co), chromium (Cr) dan
molybdenum (Mo). Komposisi paduan kobalt sesuai ASTM F 75 sebagai berikut, Cr 27-30 %,
Mo 5-7 %, Mn <0,5 %, C <0,35 %, Fe <0,75 %, Ni <0,5 %, Co 63-65 %. Material kobalt
merupakan material utama pada komposisi kobalt.Material ini bersifat tahan korosi serta tahan
aus.Material Chromium ditambahkan untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan korosi,
khususnya ketahanan terhadap korosi lokal.Chromium membentuk lapisan oksida Cr2O3yang
kuat, berfungsi sebagai lapisan pasif untuk membentengi material utama di bawahnya, sedangkan
molibdenum sangat berperan aktif dalam ketahanan korosi terutama korosi sumuran (pitting) dan
korosi celah (crevice). Molibdenum merupakan penstabil lapisan pasif yang telah terbentuk oleh
Khromium sehingga lapisan pasif akan lebih tahan terhadap serangan dari senyawaan yang
menyerang lapisan pasif (Sulistioso dkk, 2010).
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk proses peleburan paduan kobalt adalah Arc
Melting Furnace (AMF). Pemanfaatan AMF untuk peleburan pernah dilakukan oleh Sudaryadi
untuk peleburan pasir zirconia dengan menggunakan variasi arus dan waktu. Pada variasi arus
listrik 70 sampai 90 Ampere menunjukkan massa sampel yang dapat dilebur, yaitu sebesar
1,17623 gram sampai 2,17623 gram. Hanya saja pada arus peleburan 95 Ampere sampel yang
dapat dilebur tidak berbeda jauh dengan sampel yang dilebur dengan arus listrik peleburan
sebesar 90 Ampere yaitu sebesar 2,17745 gram. Hal ini menunjukkan ada batas arus listrik
optimum dimana massa sampel tertinggi dapat dilebur. Massa sampel yang dilebur tergantung
daya tungku, sementara daya berbanding lurus dengan kuadrat arus, maka semakin besar arus
akan semakin tinggi suhu yang ditimbulkan sehingga semakin banyak sampel yang dapat dilebur
(Sudaryadi, 2008).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu serbuk cobalt, serbuk chromium,
molybdenum,nitrogen, silikon, mangan.
Metode Penelitian
Sampel dibuat dengan mencampurkan masing-masing bahan sesuai komposisi menggunakan
High Energy Milling (HEM). Kemudian dibuat bentuk pelletmelalui proses kompaksi dengan
tekanan 12 ton. Setelah itu sampel dilebur dengan mesin Arc Melting Furnace (AMF) dengan
pemberian arus listrik sebesar 60, 80, 100, 120, dan 150 Ampere.Untuk mengetahui unsur dalam
sampel setelah peleburan, maka diuji XRF. Kemudian dilanjutkan dengan proses homogenisasi
dengan pemberian suhu sebesar 13000C selama 2 jam. Homogenisasi bertujuan agar unsur yang
terkandung dalam sampel bersifat homogen.Kemudian diuji kembali komposisi unsur tiap sampel
menggunakan XRF.Untuk mengetahui sudah terbentuk paduan dengan mengidentifikasi fasa,
maka dilakukan uji XRD. Diakhir proses penelitian ini dilakukan uji kekerasan untuk mengetahui
sifat kekerasan masing-masing sampel.
Hasil dan Pembahasan
Sampel yang telah dilebur diuji komposisi dengan XRF. Karakterisasi XRFakan
menunjukkan komposisi tiap unsur masing-masing sampel.
Variasi
Arus
(Ampere)
Rerata komposisi unsur (%)
Co Cr Mn Mo Si N
Awal Sesudah Awal Sesudah Awal Sesudah Awal Sesudah Awal Sesudah Awal Sesudah
60 62,25 60,50 31,50 34,70 0,50 0,50 5,00 4,30 0,5 0 0,25 0
80 62,25 63,44 31,50 28,79 0,50 0,43 5,00 4,83 0,5 0 0,25 0
100 62,25 63,49 31,50 28,86 0,50 0,34 5,00 4,75 0,5 0 0,25 0
120 62,25 65,18 31,50 26,76 0,50 0,35 5,00 5,03 0,5 0 0,25 0
150 62,25 61,47 31,50 30,18 0,50 0,50 5,00 4,17 0,5 0 0,25 0
Tabel 1.Hasil uji XRF setelah proses peleburan
Tabel 1 menunjukkan hasil XRF setelah proses peleburan dengan variasi arus listrik
sebesar 60, 80, 100, 120, dan 150 Ampere. Berdasarkan tabel diatas, nampak hasil proses
peleburan dengan suhu yang relatif tinggi, ternyata sampel setelah diuji menggunakan XRF
komposisinya berubah. Hal ini dikarenakan tiap-tiap unsur memiliki titik leleh yang berbeda-
beda. Pada saat peleburan dimana diberikan variasi arus yang semakin besar dan suhu didalam
chamber yang relatif tinggi, memungkinkan unsur yang memiliki titik leleh yang rendah dan
memiliki komposisi yang sedikit akan menguap bahkan hilang, sehingga setelah peleburan massa
sampel juga berkurang.
Unsur Nitrogen dan Silikon tidak ada sama sekali. Hal ini dikarenakan Nitrogen memiliki titik
leleh yang sangat rendah, yaitu (-210,10C), sedangkan Silikon sebesar 14140C. Karena unsur
Silikon dan Nitrogen memiliki komposisi yang relatif sedikit, sehingga pada saat peleburan
memungkinkan unsur tersebut menguap semua.
Sampel kemudian dihomogenisasi dengan suhu sebesar 13000C selama 2 jam dan diuji
kembali komposisi tiap unsurnya.
Variasi
Arus
(Ampere)
Rerata komposisi unsur (%)
Co Cr Mn Mo
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
60 60,50 63,65 ± 5,75 34,70 28,73 ± 4,58 0,50 0,61 ± 0,09 4,30 3,70 ± 0,63
80 63,44 64,75 ± 0,16 28,79 27,54 ± 0,12 0,43 0,27 ± 0,03 4,83 5,44 ± 0,10
100 63,49 61,19 ± 1,95 28,86 30,05 ± 1,26 0,34 0,43 ± 0,08 4,75 5,79 ± 0,42
120 65,18 65,04 ± 0,52 26,76 26,38 ± 0,31 0,35 0,37 ± 0,01 5,03 5,55 ± 0,09
150 61,47 63,94 ± 0,13 30,18 28,18 ± 0,17 0,50 0,35 ± 0,04 4,17 5,08 ± 0,23
Tabel 2.Hasil uji XRF sebelum dan sesudah proses homogenisasi
Hasil uji XRF setelah homogenisasi diketahui nilai komposisi yang sangat beragam. Hal
ini memungkinkan pada waktu proses peleburan chamber tidak vakum, ada bagian kaca yang
sedikit berlubang, sehingga mengakibatkan banyak oksigen dari luar yang masuk kedalam ruang
peleburan. Penggunaan arus peleburan yang terkecil membutuhkan waktu agak lama untuk
memastikan sampel melebur sempurna daripada arus yang semakin besar yang membutuhkan
waktu yang relatif cepat untuk terlebur. Pada proses homogenisasi atom-atom diharapkan
tersebar dan berdifusi agar bersifat homogen. Namun hasil dari homogenisasi ternyata
komposisinya pun beragam.Hal ini memungkinkan sampel belum homogen sempurna. Hasil
komposisi XRF ini akan berpengaruh terhadap pembentukan fasa yang dibahas pada hasil XRD.
Karakterisasi XRD pada paduan kobalt dilakukan setelah proses pembuatan paduan
kobalt. Tujuannya yaitu mengetahui fasa yang terbentuk setelah proses pembuatan paduan kobalt.
Paduan kobalt memiliki 3 fasa terbentuk yang mempunyai tiga struktur kristal yaitu kisi Kristal
fcc (fasa γ), kisi Kristal hcp (fasa ε), dan kisi Kristal tetragonal (fasa σ) (Prihantoko, 2011). Hasil
uji XRD sampel paduan kobalt ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 1.a Hasil XRD Arus Listrik Peleburan 60 Ampere
Int
en
sit
as
Sudut
Gambar 1.b Hasil XRD Arus Listrik Peleburan 80 Ampere
Gambar 1.c Hasil XRD Arus Listrik Peleburan 100 Ampere
Gambar 1.d Hasil XRD Arus Listrik Peleburan 120 Ampere
Int
en
sit
as
Sudut
Int
en
sit
as
Sudut
Int
en
sit
as
Sudut
Gambar 1.e Hasil XRD Arus Listrik Peleburan 150 Ampere
Data yang tersaji pada Gambar 1 dilakukan analisis secara manual dikarenakan pada
ICDD/ICSD/JCPDS tidak ditemukan database yang sesuai. Analisis secara manual ini dilakukan
dengan cara mencari selisih antara 2θ yang terbentuk dengan nilai yang ada pada literatur
sehingga didapat ∆2θ. Agar nilai ∆2θ yang didapat dapat memenuhi fasa pada literatur maka
nilainya harus kurang dari nilai FWHM dari data sampel.Persentase fraksi volume dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut.
Variasi
Arus
(Ampere)
Persentase Fraksi Volume (%)
Fasa γ
(FCC)
Fasa ε
(HCP)
Fasa σ
(tetragonal)
Co-
Hexagonal
Co-Cr
Hexagonal
CoCr2O4 Impuriti
60 47,005 0 0 0 0 0 52,994
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 752Theta (°)
0
1000
2000
3000
4000
Inte
nsity (
counts
)
Gambar 2. Grafik gabungan hasil XRD
Int
en
sit
as
Sudut
80 0 0 2,231 45,448 0 0 52,320
100 0 1,458 1,178 45,165 0 0 52,197
120 9,915 0 67,312 0 0 3,587 19,184
150 47,940 0 1,869 0 4,492 0 45,697
Tabel 3 Identifikasi Fasa Paduan Kobalt Setelah Homogenisasi
Hasil identifikasi fasa pada Gambar 1 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada arus listrik
yang rendah yaitu 60 Ampere memiliki fasa 𝛾 yang relatif banyak. Hal ini dikarenakan sampel
belum terlebur sempurna.Namun semakin meningkatnya arus, maka semakin banyak sampel
yang terlebur, sehingga mengakibatkan banyak fasa yang teridentifikasi, juga terdapatnya oksida.
Nampak persentase fasa semakin banyak teridentifikasi dan persentase fasa 𝛾 tidak terlalu besar
karena diimbangi oleh adanya fasa yang lain, artinya paduan tidak bersifat tidak terlalu keras
seperti hasil pada arus 60 Ampere yang memiliki persentase fasa 𝛾 yang besar namun tidak
diimbangi oleh hadirnya fasa lain. Hasil ini akan mempengaruhi dalam sifat mekanik yang
dibahas pada hasil uji kekerasan.
Pengujian kekerasan dilakukan dengan pengujian Vickers dengan beban 1 kgf di 5 titik
pengujian untuk setiap sampelnya. Pengujian kekerasan dilakukan diakhir proses pembuatan
paduan kobalt. Dari hasil uji kekerasan ini tidak hanya dilihat pada kekerasan yang tertinggi saja
karena penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat kelayakan dari paduan sebagai material
implan tulang. Oleh karena itu, dari hasil uji kekerasan yang ada akan disesuaikan rentang nilai
kekerasan yang disarankan oleh ASTMF F75. Adapun hasil uji kekerasan dari sampel variasi arus
peleburan tersaji pada Tabel 4 berikut.
Variasi Arus (Ampere) VHN
60 439,96 ± 18,586
80 410,62 ± 15,227
100 411,10 ± 16,935
120 432,70 ± 32,029
150 344,74 ± 8,120
Tabel 4 Hasil Uji Kekerasan (Vickers Hardness)
Data hasil uji kekerasan pada Tabel 4.4 dapat digambarkan kedalam grafik batang dari
tingkat kekerasan sampel variasi arus peleburan yang disajikan pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3 Tingkat Kekerasan Paduan Hasil Variasi Arus Peleburan
Tingkat kekerasan ini diimbangi dengan besar persentase fasa gamma yang terbentuk pada
sampel variasi arus peleburan pada Tabel 3.Semakin besar persentase fasa gamma yang
terbentuk, maka kekerasannya semakin besar karena sampel lebih keras. Sedangkan semakin
kecil fasa gamma, kekerasannya akan semakin kecil.
Dari hasil uji Vickers hardness terlihat bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada arus
sebesar 60 Ampere dengan tingkat kekerasan sebesar 439,96 ± 18,586 VHN. Namun sebagai
aplikasi implan tulang, kekerasan sampel yang mendekati syarat sebagai tulang kortikal sesuai
ASTMF F75 yaitu sampel dengan variasi arus sebesar 150 Ampere dengan nilai kekerasannya
344,74 ± 8,12 VHN. Pada hasil uji kekerasan untuk sampel jika disesuaikan dengan nilai
kekerasan yang diinginkan oleh ASTMF F75 adalah termasuk didalamnya. Oleh karena itu dapat
dikatakan arus optimal yang digunakan untuk pembuatan paduan kobalt dengan proses peleburan
adalah menggunakan arus sebesar 150 Ampere.
KESIMPULAN
1. Hasil uji XRF setelah proses peleburan dan homogenisasi menunjukkan masih adanya unsur-
unsur utama yang disintesis dengan komposisi Co antara 60,50-65,18, Cr antara 26,76-34,70,
Mo antara 4,17-5,03.
2. Fasa secara optimal terjadi pada arus 150 Ampere dengan persentase gamma sebesar
47,940%, Co-Cr Hexagonal sebesar 4,492%, fasa sigma sebesar 1,869%, dan impurity
sebesar 45,697%.
3. Nilai kekerasan yang disyaratkan untuk implan tulang yaitu sebesar 344,74 ± 8,12 VHN
diperoleh pada sampel arus 150 Ampere.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
60 80 100 120 150
Nila
i Kek
eras
an (
VH
N)
Variasi Arus (Ampere)
koreksi
vhn
DAFTAR PUSTAKA
Prihantoko, Adi Danang. 2011. Karakterisasi Paduan Cocrmo Dengan PelapisanTitanium Nitrida
Dan Hidroksiapatit-Kitosan.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Institut
Pertanian Bogor. Jawa Barat
Satriodamar, 2012 ,http://satriodamar.blogspot.com/2012/09/perlakuan-titanium-sebagai-bahan-
implan.html, Diakses pada tanggal 17 September 2013.
Sudaryadi, dkk, 2008, Pengaruh Arus Dan Waktu Tungku Busur Listrik Dalam Proses
Pembuatan Zirkonium Karbida, Prosiding Seminar Nasional, Penelitian Dan
Pengelolaan Perangkat Nuklir, Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan,
Yogyakarta.
Sulistioso G., Sukaryo, dkk, 2011, Sintesis, Analisis Korosi dan Toksisitas pada material
Biokompatibel Co-Cr-Mo, Pusat Teknologi bahan Industri- Batan.
Susanto, Efinda Putri Normasari, 2013, Sintesis dan Karakterisasi Paduan Kobalt dengan variasi
Cr Melalui Metode Peleburan Sebagai Material Implan, Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga.
Wiranata, Hezti, 2012, Sintesis Paduan Kobalt dengan Variasi Kandungan Nitrogen, FIS IPB,
Bogor.
Yuswono dan Andika Pramono.2010.Pembuatan Paduan Logam Co-30%Cr-6%Mo Melalui
Pengerjaan Kompak dan Sinter dan Pengaruhnya terhadap Kandungan Si.Banten: Pusat
Penelitian Metalurgi – LIPI.