sidang keenam belas majlis bahasa indonesia...

55
1 SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA-MALAYSIA (MBIM) (Indonesia: Yogyakarta, 16 – 21 Mei 1981)

Upload: votruc

Post on 13-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

1

SIDANG KEENAM BELAS

MAJLIS BAHASA INDONESIA-MALAYSIA

(MBIM)

(Indonesia: Yogyakarta, 16 – 21 Mei 1981)

Page 2: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

2

DAFTAR ISI

I. PERNYATAAN BERSAMA

II. LAMPIRAN PADA PERNYATAAN BERSAMA SIDANG KEENAM BELAS

MAJELIS BAHASA IDNONESA-MALAYSIA

1. Rumusan Subpanitia Umum

2. Rumusan Subpanitia Hidrologi

3. Rumusan Subpanitia Hukum Internasional

4. Rumusan Subpanitia Petrologi

5. Rumusan Subpanitia Meteorologi

6. Rumusan Subpanitia Ilmu Kependudukan

7. Rumusan Subpanitia Kimia

Page 3: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

3

Pernyataan Bersama

Sebagai kelanjutan Sidang Kelima Belas antara Panitia Kerja Sama Kebahasaan

Indonesia-Malaysia dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu yang akan diadakan di

Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia dari tanggal 2 sampai 6 Septembar 1980, Majelis

Bahasa Indonesia-Malaysia dalam sidang-sidangnya yang akan diadakan di

Yogyakarta, Indonesia, dari tanggal 16 sampai 20 Maret 1981, setelah meneliti dan

mengesahkan keputusan Sidang Kelima Belas Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia

serta perubahan-perubahannya serta membahas kertas-kertas kerja dari kedua pihak,

mengambil keputusan mengenai tata kerja peristilahan bidang-bidang: (1) Petrologi,

(2) Hukum Internasional/Undang-Undang Antarabangsa, (3) Meteorologi, (4) Ilmu

Kependudukan dan (5) Hidrologi, serta hal-hal lain yang perinciannya seperti terlampir.

t.t t.t

(PROF. DR. AMRAN HALIM) (DATUK HAJI HASSAN BIN AHMAD)

Panitia Kerja Sama Jawatankuasa Tetap Bahasa

Kebahasaan Indonesia-Malaysia Melayu, Malaysia

Yogyakarta, Indonesia

20 Mac 1981

Page 4: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

4

LAPORAN UMUM

I. Sidang

Sidang 1 : Senin, 16 Maret 1981

pukul 14.00 – 16.00

Sidang 2 : Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 8.30 – 12.30

Sidang 3 : Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 14.00 – 16.00

Sidang 4 : Rabu, 18 Maret 1981

Pukul 8.30 – 12.30

Sidang 5 : Jumat, 20 Maret 1981

Pukul 8.30 – 11.30

II. Anggota Sidang

1. Prof. Dr. Amran Halim (Indonesia)

2. Datuk Haji Hassan bin Ahmad (Malaysia)

3. Dr. Anton M. Moeliono (Indonesia)

4. Prof. Dr. Asmah binti Haji Omar (Malaysia)

5. Cik Asiah binti Abu Samah (Malaysia)

6. Prof. Madya Dr. Farid M. Onn (Malaysia)

7. Dra. Sri Sukesi Adiwimarta (Sekretaris)

8. Encik Abdul Ghaffar bin Laili (Setiausaha)

III. Pemerhati

Pangeran Badaruddin bin Pangeran Ghani (Pemangku Dewan Bahasa dan

Pustaka, Brunei)

IV. Dokumen

1. Keputusan Sidang XV Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia di Sabah,

Malaysia, September 1980 (Malaysia)

2. Hasil Revisi Kertas Kerja No. E-17/PKIM-14 mengenai “Pedoman Khusus

Istilah Kimia” (8-A/PKIM-XVI) (Indonesia)

3. Hasil Revisi Kertas Kerja No. F-18/PKIM-14 Mengenai “Tata Nama Kimia

Anorganik” (8-B/PKIM/XVI) (Indonesia)

4. Tanggapan atas Kertas Kerja 0-15 JKTBM Berhudul “Pemantapan Pedoman

Khusus Pembentukan Istilah Kimia” (8-C/PKIM/XVI) (Indonesia)

Page 5: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

5

5. Hasil Revisi Kertas Kerja No. G-19/PKIM-14 Mengenai “Tata Nama Kimia

Organik” (8-D/PKIM/XVI) (Indonesia)

6. Pedoman Khusus Pembentukan Tata Nama Kimia (8-E/PKIM/XVI)

(Indonesia)

7. Istilah Warna (9/PKIM-XVI/80) (Indonesia)

8. Bagan Klasifikasi Sosiologi (11/PKIM/S-16/Klasifikasi) (Indonesia)

9. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Rev. Ags.-80

(D-16/PKIM-14/Pedoman Umum Ejaan) (Indonesia)

10. Pedoman Umum Pembentukan Istilah Rev. MRT-91 (13/PKIM/S-16/PUPI)

(Indonesia)

11. Panduan Penyusunan Kamus Istilah (16/PKIM/S-16/Panduan) (Indonesia)

12. Daftar Perubahan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (12/PKIM/S-

16/DAFTAR PERUBAHAN) (Indonesia)

13. Pengenalan (kertas A-16 JKTBM) (Malaysia)

14. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Malaysia (Kertas K-16 JKTBM) (Malaysia)

15. Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa Malaysia (Kertas L-16

JKTBM) (Indonesia)

16. Peristilahan Warna (Kertas M-16 JKTBM) (Malaysia)

17. Panduan Penyusunan Kamus Istilah (Kertas N-16 JKTBM) (Malaysia)

18. Pengenalan Kepada Tata Nama Kimia (kertas 0-16 JKTBM) (Malaysia)

19. Tatanama Kimia Tak Organik (Kertas P-16 JKTBM) (Malaysia)

V. Perbincangan dan Keputusan Umum

1. Sidang Subpanitia Umum mambicarakan masalah-masalah pokok dari

Sidang XV yang lalu, pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah,

panduan penyusunan kamus istilah, pelaksanaan kerja Sidsnag Subpanitia

dan rancangan kerja untuk Sidang XVII MBIM.

2. Persidangan Keenam Belas Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia di

Yogyakarta, Indonesia pada tanggal 16-20 Maret 1981 mengambil keputusan

seperti yang disebut pada pasal VI hingga XV di bawah ini.

VI. Pengesahan Hasil Sidang Ke-15 MBIM

1. Persidangan Keenam Belas Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia mengesahkan

hasil Sidang XV MBIM yang diadakan di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia

pada tanggal 1-6 September 1980 dengan semua lampiran, catatan, dan

perubahannya.

2. Sidang Subpanitia Umum mengesahkan hasil Sidnag XV MBIM dengan

menyetujui perubahan pada Keputusan Umum sebagai berikut.

i) Pasal VI, 2, (i) hendaknya dibaca pasal VI, 3, (i)

Page 6: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

6

ii) Pasal X hal Dua Pedoman Pelengkap pembentukan Istilah: kalimat

Kelompok Umum bersetuju.. Panduan Penyusun Kamus Istilah..

hendaknya dibaca...Panduan Penyusunan Kamus Istilah...

iii) Pasal XI, iii) Bersetuju menurutsertakan seorang pakar bidang

kimia... hendaknya dibaca Bersetuju mengikusertakan seorang

pakar bidang kimia...

iv) Pasal XIII, 1 (ii), 3 Undang-undang Antarabangsa (Awam)/Hukum

Internasional (Publik) hendaknya dibaca Undang-Undang

Antarabangsa...

v) Halaman 51 No. 9 Djenal Sidik, S.H. diganti menjadi Djenal Sidik

Suraputra, S.H.

vi) Halaman 18: KEMBARAN MBIM S-15 EMPAT mengenai

KLASIFIKASI BIDANG SOSIOLOGI diterima perbaikannya

dengan BAGAN KLASIFIKASI BIDANG SOSIOLOGI yang baru

(No. 11/PKIM/S-16/KLASIFIKASI) KEMBARAN MBIM S-15

DUA (lihat lampiran 1)

VII. Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan

1. Bab IIA: Pada versi Indonesia (D-16/PKIM-14/PEDOMAN UMUM EJAAN)

ditambahkan pasal yang berikut: “Huruf kapital atau huruf besar dipakai

sebagai huruf pertama semua unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat

pada nama kategori yang tercantum dalam Pasal IIA (10) dan (11)”.

Contoh: Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia

Pasal ini menjadi Pasal 11 sehingga Pasal 11, 12, dan 13 masing-msing

menjadi Pasal 12, 13, dan 14.

Bab IIA: Pada versi Malaysia Pasal 12 yang berbunyi:

“Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua unsur bentuk ulang yang

terdapat...” diubah menjadi “Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama

semua bentuk ulang sempurna yang terdapat...”

VIII. Penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah

Majelis bersetuju menerima kedua naskah penyempurnaan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah (13/PKIM/S-16 PUPI Pedoman Umum Pembentukan Istilah,

Rev. AGs-80 dan Kertas N-16 JKTBM PANDUAN PENYUSUNAN KAMUS

ISTILAH) dengan perubahan dan tambahan, yakni: pada versi Indonesia (lihat

Lampiran 2), dan pada versi Malaysia (lihat Lampiran 3)

Page 7: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

7

IX. Penerbitan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Pedoman

Umum Pembentukan Istilah Edisi Ke-2

1. Majelis bersetuju untuk menerbitkan edisi ke-2 kedua pedoman tersebut

sesuai dengan perubahan yang disepakati oleh kedua belah pihak demi

peningkatan kejelasan dan kemudahan pemahamannya.

2. Edisi baru kedua pedoman umum tersebut akan diterbitkan setelah diperoleh

persetujuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia dan Menteri

Pelajaran di Malaysia.

3. Majelis bersetuju untuk menerbitkan edisi ke-2 kedua pedoman tersebut yang

dipermudah menurut keperluan di negara masing-masing.

X. Panduan Penyusunan Kamus Istilah

1. Majelis bersetuju menyusun kembali “Panduan Penyusunan Kamus Istilah”

atas dasar format versi Indonesia beserta perubahan dan tambahan sesuai

dengan Lampiran 4. Pihak Malaysia akan menyelaraskan “Panduan

Penyusunan Kamus Istilah” versi Malaysia sesuai dengan versi Indonesia.

2. Majelis bersetuju mengedarkan naskah “Panduan Penyusunan Kamus Istilah”

yang telah disempurnakan itu di antara para ahli di negara masing-masing

untuk mendapat tanggapan. Naskah dan tanggapan itu akan dibahas lagi

dalam Sidang XVII MBIM.

XI. Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Kimia

1. Majelis bersetuju menyusun Tata Nama Kimia yang sesuai dengan Tata

Nama IUPAC menurut keperluan kedua belah pihak.

2. Masalah penyusunan Tata Nama Kimia Organik dan Takorganik akan

dikemukakan lagi dalam Sidang XVII MBIM.

XII. Peristilahan Warna

Majelis bersetuju menerima kedua-dua naskhah ISTILAH WARNA (Kertas

Kerja No. 9/PKIM-XVI Kertas M-16 JKTBM PERISTILAHAN WARNA),

yang sudah dapat disebarluaskan di negara masing-masing.

XIII. Peristilahan Hidrologi Bantuan UNESCO

1. Majelis bersetuju menerima dan mengesahkan naskhah hasil Sidang

Subpanitia Istilah Hidrologi Bantuan Unesco bulan November 1980 dan

bulan Januari 1981 untuk diserahkan sebagai laporan kerja kepada Unesco.

Page 8: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

8

2. Apabila naskah hasil laporan itu akan diterbitkan, jika dianggap perlu

naskah itu akan disunting terlebih dahulu dan indeks istilah Indonesia-

Inggris dan Malaysia-Inggris ditambahkan.

3. Kedua-dua pihak bersetuju bahawa versi Indonesia dan versi Malaysia

diterbitkan di negara masing-masing.

4. Majlis menyetujui pertemuan Jawatankuasa Hidrologi pada bulan Juni

1981 di Jakarta.

XIV. Keputusan Lain

1. Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

Subpanitia/Jawatankuasa Ilmu Kependudukan.

2. Subpanitia/Jawatankuasa Ilmu Kependudukan akan menyusun klasifikasi

bidangnya untuk dikemukakan dalam Sidang XVII MBIM.

3. Majelis bersetuju untuk membicarakan masalah tata kerja penyelarasan dalam

Sidang XVII MBIM.

4. Majelis bersetuju peristilahan Hukum Internasional (Publik)/Undang-Undang

Antarabangsa (Awam) dikembangkan lebih lanjut di luar sidang Majelis.

5. Majelis menyetujui kerangka penyusunan Pedoman Khusus Tata Istilah dan

Tata Nama Kimia yang disusun oleh Subpanitia/Jwatankuasa Kimia. Naskah

yang disusun atas dasar kerangka itu akan dikemukakan dalam Sidang XVII

MBIM.

6. Majelis menerima laporan sub-subpanitia/Jawatankuasa seperti terlampir.

XV. Rencana Kerja Selanjutnya

1. Sidang XVII MBIM

i) Sesuai dengan Keputusan Sidang XV MBIM, bidang-bidang yang akan

diikutsertakan dalam Sidang XVII MBIM ialah:

1) Hidrologi

2) Ilmu Kependudukan

3) Meteorologi

4) Administrasi Niaga/Pentadbiran Perniagaan

5) Kesehatan Masyarakat/Kesihatan Masyarakat

Page 9: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

9

ii) Bidang yang dipersiapkan bahannya untuk dipertukarkan dalam Sidang

XVII MBIM uialah: (1) Ilmu Perpustakaan/Dokunebtasi, (2) Teknologi

Makanan, dan (3) Zoologi.

iii) Majelis bersetuju mengganti bidang Tata Negara/Tatanegara yang

semula dicadangkan sebagai bidang persiapan Sidang XIX MBIM

1982 dengan bidang Penerbitan dan Percetakan.

2. Waktu dan Tempat Sidang XVII MBIM

Sidang XVII MBIM akan dilangsungkan pada tanggal 17-22 Agustus 1981.

Tempat Sidang XVII MBIM akan ditentukan oleh pihak Malaysia kemudian.

(lampiran I..dapat dilihat dalam Power Point...)

Page 10: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

10

Lampiran 2

PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH

Versi Indonesia

1. halaman 7

contoh dibalik letaknya menjadi

gambut (Banjar) peat (Inggris)

nyeri (Sunda) pain (Inggris)

timbel (Jawa) lead (Inggris)

2. halaman 8 pasal 2.4

menjadi

a. istilah asing yang dipilih lebih cocok karena maknanya (denotasi dan/atau

konotasi); misalnya, demokrasi lebih cocok daripada pemerintahan rakyat;

b. istilah asing yang dipilih lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan

Indonesianya, misalnya, aklimatisasi lebih singkat daripada penyesuaian pada

iklim, dan

c. istilah asing yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika

istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya; misalnya, manajemen lebih

mempermudah tercapainya kesepakatan daripada tata laksana, pengurusan,

pembinaan, dan pengelolaan.

3. halaman 8 pasal 2.5

menjadi Demi keseragaman...,

4. halaman 10

kondisi menjadi konotasi

5. halaman 11 pasal 3.2

menjadi Keteraturan itu hendaknya dimanfaatkan dalam pengungkapan konsep yang

berbeda-beda.

6. halaman 12

menjadi menyediakan penyedia penyediaan sediaan (hasil

menyediakan menulis penulis penulisan tulisan (hasil

menulis)

7. halaman 12

menjadi mengimpor pengimpor pengimporan imporan (hasil

mengimpor)

mengangkut pengangkut pengangkutan angkutan (hasil mengangkat)

Page 11: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

11

8. halaman 13 pasal 3.3

menjadi Istilah yang mengungkapkan konsep kejamakan, keanekaan,

kemiripan, dan kumpulan ...

9. halaman 13 pasal 3.3

menjadi atau pemerumuman dapat dibentuk dengan reduplikasi.

10. halaman 15 pasal 3.5 kata mengubah menjadi menggubah

11. halaman 17 pasal 4.2

menjadi Sekiranya ada kesinoniman istilah maka dalam praktek

pemakaiannya perlu diusahakan seleksi berdasarkan urutan pilihan

sebagai berikut.

12. halaman 17

menjadi b. istilah yang diizinkan, yakni istilah sinonim yang boleh dipakar di

samping istilah yang diutamakan.

13. halaman 18

menjadi misalnya,

Yang Diutamakan Yang Diizinkan

absorb serap absorb

diameter garis tengah diameter

frequency frekuensi kekerapan

relative relatif nisbi

temperature suhu temperatur

acceleration percepatan akselerasi

14. halaman 18, kata axion menjadi axion

15. halaman 20

di belakang ayam atau bebek, ditambahkan kalimat “Kata building di terjemahkan

dengan bangunan, dan tidak dengan gedung atau rumah”.

16. halaman 23

BCC menjadi BCG

17. halaman 24

(ukuran buku) menjadi (ukuran kertas)

18. halaman 24

(ukuran buku) menjadi (ukuran kertas)

19. halaman 24

Page 12: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

12

16 menjadi 1b

20. halaman 26 pasal 5.10

menjadi Sistem ini antara lain dipakai di USA, USSR, dan Perancis.

21. halaman 26 pasal 5.10

menjadi Di samping itu, masih ada sistem bilangan yang berlaku di Inggris,

Jerman, dan Negeri Belanda seperti di bawah ini.

22. halaman 27 pasal 5.11

menjadi Sistem Satuan Internasional menentukan bahwa tanda desimal dapat

dinyatakan dengan koma atau titik.

23. halaman 29 pasal 6.2 menjadi

Misalnya: bank lawan bang

Sanksi lawan sangsi

(autobiography) lawan (otology)

24. ditambah massa lawan masa

25. halaman 29 pasal 6.4 diubah menjadi

Misalnya: ampere [amper]

boyle [boil]

Curie [kuri]

xenon [senon]

26. halaman 36

menjadi: geography geografi

27. halaman 36

menjadi: spectrograph spektrograf

Page 13: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

13

Lampiran 3

PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH MALAYSIA

Versi Malaysia

1. halaman 5 pasal 2.3

menjadi: balanced budget = belanjawan seimbang

2. halaman 5 pasal 2.3

menjadi: sky scraper = pencakar langit

3. halaman 5 pasal 2.4

subjudul: Penyerapan Istilah Asing dipindah ke halaman 6

4. halaman 6 pasal 2.4 Penyerapan Istilah Asing pindaan dari halaman 5

5. halaman 6 bagian a.

menjadi: a) Istilah asing yang dipilih itu lebih sesuai karena maknanya

(denotasi dan atau konotasi); misalnya, demokrasi lebih cocok

daripada pemerintahan rakyat

6. halaman 6 bagian b.

menjadi: b) Istilah asing yang dipilih itu lebih singkat jika dibandingkan

dengan terjemahan bahasa Malaysianya; misalnya, aklimatisasi

lebih singkat daripada penyesuaian pada iklim;

7. halaman 6 bagian c.

menjadi: c) Istilah asing yang dipilih itu dapat mempermudah tercapainya

kesepakatan jika istilah bahasa Malaysianya terlalu banyak

sinonimnya. Misalnya, ekonomi lebih mempermudah tercapainya

kesepakatan daripada iktisad dan jimat cermat.

8. halaman 6 pasal 2.5

menjadi: Jenis dan Sumber Bentuk Serapan

9. halaman 7 pasal 2.6

menjadi: Penggunaan Istilah Asing yang Lazim

10. halaman 7 pasal 2.7

menjadi: Istilah asing yang ejaannya dikekalkan dalam semua bahasa

dipakai juga dalam bahasa Malaysia dengan syarat digariskan atau

dicetak miring.

Page 14: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

14

11. halaman 7 pasal 2.7

Misalnya: allegro moderato

bona fide

ceteris paribus

in vitro

status quo

ad hoc

vis-a-vis

esprit de corps

Weltanschauung

12. halaman 9 pasal 3.2

dari : bersenam pesenam persenaman (hal atau tempat bersenam)

menjadi: bertinju petinju pertinjuan (hal bertinju)

13. halaman 10 bagian 3

awahama keawahamaan

diganti menjadi:

berkesan keberkesanan

14. halaman 11 pasal 3.3

menjadi: Istilah yang mengungkapkan kejamakan, keanekaan, kemiripan,

kumpulan, atau perumusan dapat dibentuk dengan reduplikasi.

15. halaman 13 bagian e. energy tenaga , energy

menjadi: e. energy tenaga

16. halaman 13 pasal 4.2

menjadi: Sekiranya ada kesinoniman maka dalam amalinya pemakaian

istilah perlu diusahakan pemilihan.

17. halaman 13 bagian b.

menjadi: istilah yang diizinkan, yakni istilah sinonim yang boleh dipakai di

samping istilah yang diutamakan

18. halaman 13

menjadi: Karena adanya istilah asing yang diakui dan istilah bahasa

Malaysia secara bersama.

19. halaman 13

dari : frekuensi, kekerapan

menjadi: kekerapan, frekuensi

20. halaman 14 bagian c.

Misalnya: zat lemas harus diganti dengan nitrogen )

Page 15: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

15

Saran diri harus diganti dengan autosugesti ) akan diganti

Ilmu pisah harus diganti dengan kimia ) dengan contoh

Ilmu pasti harus diganti dengan matematik ) dari bahasa

Malaysia

21. halaman 14 pasal 4.3

menjadi: Homonim yang terjadi karena sama ejaan ialah homograf. dan yang

terjadi sama sebutan ialah homofon.

22. halaman 15 bagian b.

menjadi: Misalnya massa masa

23. halaman 15 pasal 4.4

menjadi: Kata vehicle misalnya, diterjemahkan dengan kenderaan dan tidak

dengan kereta atau motoka.

24. halaman 16

menjadi: Istilah asing yang bersifat polisem hendaklah diterjemahkan sesuai

dengan artinya dalam bahasa Malaysia.

25. halaman 17 bagian c. menjadi

Misalnya: ekspres (yang berasal dari kereta api ekspres, pos ekspres, bus

ekspres)

26. halaman 17 lab (yang berasal dari laboratorium) dihilangkan

27. halaman 17 pasal 5.2 ditambah dengan

pawagam (panggung wayang gambar) diletakkan pada contoh baris ketiga

28. halaman 18 pasal 5.4

(ukuran buku) menjadi (ukuran kertas)

29. halaman 18 pasal 5.4

(ukuran buku) menjadi (ukuran kertas)

30. halaman 19

ditambah dengan: pasal 5.3)

pasal 5.4) yang diambil dari versi Indonesia

pasal 5.5)

31. halaman 19 pasal 5.9 baru

menjadi: Kegandaan dan Pecahan Satuan Dasar

32. halaman 19 pasal 5.0 baru

menjadi: Nama dan lambang awalan untuk menyatakan kegandaan dan

pecahan satuan dasar atau turunan adalah sebagai berikut:

Page 16: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

16

33. halaman 19

kata teracorzt diubah menjadi terahertz

34. halaman 20 pasal 5.9 baru

menjadi: pasal 5.10 Sistem Bilangan yang Besar

35. halaman 20

menjadi: Sistem ini antara lain dipakai di USA, USSR, dan Prancis.

36. halaman 21 pasal 5.8

menjadi: Sistem Satuan Antarabangsa menentukan bahwa tanda perpuluhan

dapat dinyatakan dengan koma atau titik.

37. halaman 21 pasal 5.8

menjadi: Bilangan yang hanya terdiri atas angka yang dituliskan dalam

daftar dibahagi-bahagi kepada kelompok-kelompok tiga angka

yang dipisahkan oleh spasi tanpa penggunaan tanda perpuluhan.

38. halaman 22 pasal 6.2 menjadi

Misalnya: bank lawan bang

Sanksi lawan sangsi

(autobiography) lawan (otology)

massa lawan masa

39. halaman 22 pasal 6.3 menjadi

Misalnya: Yaum al-adha (hari kurban) )

Suksma (sukma) ) dihilangkan

Psyche (jiwa, batin) )

40. halaman 23 pasal 6.4 menjadi

Misalnya: Boyle /boil/

Curie /kuri/

41. halaman 23 pasal 6.6

menjadi: Kedua unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam

bahasa Malaysia, seperti bowling, shuttle cock.

42. halaman 28 physiology fisiology

menjadi: geography geografi

43. halaman 28

menjadi: spectrograph spektrograf

Page 17: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

17

44. halaman 37 action aksi

menjadi inflation inflasi

45. halaman 37 publication publikasi

menjadi: operation operasi

Page 18: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

18

Lampiran 4

PANDUAN PENYUSUNAN KAMUS ISTILAH

Versi Indonesia

1. I. (tetap)

2. II. (tetap)

3. III. Konsep dan Definisi

4. IV. Penyiapan Naskah

5. V. Pemilihan Istilah (dihilangkan)

6. VI. Menjadi V. Penyusunan Indeks Menurut Abjad

7. VII. Menjadi VI. Penerbitan

8. APENDIKS II (Farmasi) menjadi

APENDIKS 1 (Farmasi)

9. APENDIKS II (Ilmu Kemineralan) menjadi

APENDIKS 2 (Ilmu Kemineralan)

10. a. Semua judul bab ditulis dengan huruf kapital.

b. Pada versi baru ditambahkan subjudul yang berikut.

III. KONSEP DAN DEFINISI

11. halaman 3 III. KONSEP DAN DEFINISI

Kalimat terakhir diubah menjadi Konsep itu dilambangkan oleh istilah secara

lisan atau tulisan.

12. halaman 5 menjadi

Pedoman Umum Pembentukan Istilah, II, 2.8).

13. pada akhir bagian b. ditambah kalimat dari halaman 17 versi Malaysia

14. pada bagian c. di belakang kata terubah ditambah dengan

Hal ini lebih mudah dilakukan dengan komputer.

15. setelah bagian c. ditambahkan bagian d. dari halaman 10 bagian ke 12.

16. halaman 6 bagian b. atau bagian 2. kalimat terakhir diubah

menjadi: Perangkat ciri-ciri hakiki konsep disebut instensinya dan barang

atau rujukan yang dapat diterapi istilah itu dinamai eksistensinya

(medan terapannya).

17. halaman 6 bagian 3. atau 4. menjadi:

Semua istilah khusus yang dipakai di dalam suatu definisi perlu dijadikan butir

masukan tersendiri dan diberi definisi juga di dalam terbitan yang sama.

Page 19: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

19

18. halaman 7 (II, 2.4). menjadi (II, 2.8).

19. (3) istilah yang diselangkan; dibuang

20. (4) menjadi (3)

21. IV, 4.4 menjadi IV, 4.2

22. halaman 9 sub judul baru 18. atau bagian 9.

nomor 26 menjadi nomor pasal 17

23. pada akhir kata halaman 9 ditambah lagi dengan sebuah kalimat

yaitu: Dalam daftar atau kamus istilah, kesinoniman dilambangkan dengan tanda

titik koma dengan mendahulukan istilah yang diutamakan.

24. halaman 11 pada sub judul 22. atau bagian 14, pada akhir kata ditambah sebuah

kalimat yaitu:

Dalam hal ini perlu ada panitia penyelaras untuk menyelaraskan tata istilah

berbagai bidang sehingga duplikasi kerja dapat dihindari.

25. halaman 12 pada bab VII. atau bab VI pada akhir kata bab ini ditambah dengan

sebuah kalimat dari versi Malaysia halaman 21.

26. halaman 13 APENDIKS 1 bertukar tempat dengan kalimat di bawahnya.

27. APENDIKS II halaman 15 menjadi APENDIKS 2.

Yogyakarta, 20 Maret 1981

LAPORAN HASILSIDANG KELOMPOK HIDROLOGI

I. Sidang

Sidang 1: Senin, 16 Maret 1981

Pukul 12.00 –13.00

Sidang 2: pukul 14.00-17.00

Sidang 3: Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 4: pukul 14.00 – 17.00

Sidang 5: Rabu, 18 Maret 1981

Pukul 08.00 – 12.30

Page 20: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

20

Sidang 6: Jum’at 20 Maret 1981

Pukul 08.30 – 11.30

II. Anggota Sidang

1. Drs. M.M. Purbo-Hadiwidjoyo

2. Ir. Ny. Indreswari Guritno

3. Ir. Daniel Murdiyarso, M.S.

4. Ir. Moerwanto Martodinomo

5. A.Latief, M.A.

6. Prof. Madya Dr. Zakaria Awang Soh

7. Prof. Madya Dr. Ismail Mohd. Nor

8. Encik Peh Cheng Hock

9. Ir. Law Kong Fook

III. Dokumen

Dokumen yang disediakan oleh Malaysia

(1) Istilah Hidrologi tiga bahasa: Inggris-Malaysia-Indonesia

(2) Definisi Hidrologi tiga bahasa: Inggris-Malaysia-Indonesia

(3) Istilah Hidrologi tiga bahasa: Inggris-Malaysia-Indonesia

IV. Bahan Rujukan

(1) ‘International Glossary of Hydrogeology’, terbitan Unesco, 1978

(2) ‘Glossary of Hydrology’, terbitan Unesco

V. Cara Kerja

Kelompok Hidrologi merasa sangat beruntung karena memperoleh kesempatan

untuk bertemu lebih banyak, dan dengan demikian juga dapat mempersiapkan apa

yang diperlukan terlebih dulu. Hal ini terutama berlaku untuk peristilahan

Hidrologi (umum) yang kini sedang dikerjakan bersama. Pihak Indonesia telah

dipersiapkannya, dan menyerahkan hasilnya kepada pihak Malaysia pada bulan

Januari yang lalu. Dengan pengalaman mengerjakan bersama peristilahan

Hidrologi, pihak Malaysia kemudian menyiapkan padanan peristilahan Hidrologi

tersebut. Dengan cara ini dapatlah dengan cepat diketahui mana istilah yang sama

dan mana yang berbeda.

Kelompok Hidrologi pada persidangan ini mengerjakan hal berikut:

(1) Membahas untuk terakhir kalinya peristilahan Hidrogeologi; penyuntingan

akhir dilakukan tidak dalam pertemuan.

Page 21: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

21

(2) Membahas peristilahan yang dipersiapkan oleh pihak Indonesia dan pihak

Malaysia.

VI. MASALAH YANG TIMBUL DAN CARA UNTUK MENGATASINYA.

Dua masalah besar yang timbul bersumber pada kenyataan sosiolinguistik dan

pertimbangan perlunya rujuk-silang:

(1) Masalah sosiolinguistik. Masalah yang bersifat sosiolinguistik tidak

mungkin diselesaikan oleh kelompok Hidrologi, dan memang bukan

merupakan tujuannya.

(2) Berulangkali terasa, bahwa peristilahan yang digunakan dalam bidang

Hidrologi memerlukan perujukan dengan bidang lain, terutama berbagai

ilmu dasar. Baik pihak Indonesia maupun pihak Malaysia merasa perlunya

ada komunikasi yang memungkinkan pemutakhiran peristilahan yang pada

suatu ketika dipersetujui bersama.

VII. Hasil Kerja

Hidrogeologi: Jumlah 428

Kategori A: Istilah yang disetujui bersama: 296

Kategori B: Istilah yang disetujui bersama tetapi berbeda bentuknya (ejaan dan

Morfologi): 42

Kategori C: Istilah yang disetujui berbeda : 90

Hidrologi: Jumlah 877

A: 399

B: 111

C: 367

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya.

1. Menyelesaikan pembahasaan sebanyak 700 istilah Hidrologi yang tersisa.

2. Meninjau dan mementapkan istilah dan definisi Hidrologi.

3. Memantapkan perangkat kata/istilah.

4. Majelis menyetujui pertemuan Subpanitia Hidrologi pada bulan Juni 1981

di Jakarta.

LAPORAN HASIL SIDANG SUBPANITIA HUKUM INTERNASIONAL

I. Sidang

Sidang 1: Senin, 16 Maret 1981

Pukul 14.00 – 16.00

Page 22: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

22

Sidang 2: Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 3: Pukul 14.00 – 16.00

Sidang 4: Rabu, 18 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 5: Jumat, 20 Maret 1981

Pukul 08.30 – 11.30

II. Anggota Sidang

1. Djenal Sidik Suraputra, S.H. (Indonesia, Ketua)

2. Encik Abdul Aziz bin Mohamad (Malaysia, Anggota)

3. Sri Setyaningsih Suwardi, S.H. (Indonesia, Anggota)

4. Dr. S.W. Rujiati Mulyadi (Indonesia, Pendamping)

III. Dokumen

1. Kertas Kerja C-16 JKTBM. Peristilahan Undang-Undang Antarabangsa

(Awam).

2. Kertas Kerja No. 2/PKIM/S-16/Hukum Internasional.

IV. Bahan Rujukan

1. Manual of Public Internasional Law, Max Sorenser Macmillan, 1968.

2. Principles of Public Internasional Law, Ian Brownlie Clarendon Press-Oxford,

1973.

3. A Modern Introduction to International Law. Micheal Akehurst M.A. , LL. B.

(Cantab), George Allen and Unwin Ltd. , 1971.

4. Introduction to International Law, J.G. Strake, Butterworths, 1971.

5. Onborn’s Concise Law Directionary, John Burke, Sweet & Maxwell, 1976.

6. The Dictionary of English Law, Earl Jowitt, 1959.

7. Buku Istilah Undang-Undang (Inggris-Melayu) , Dewan Bahasa dan Pustaka,

1970.

V. Cara Kerja

Subpanitia mengerjakan sisa istilah yang belum dibicarakan dalam Sidang XV

MBIM di Kinabalu, Sabah.

Page 23: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

23

VI. Masalah

Subpanitia tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan Pedoman Umum

Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah pada waktu

memperbincangkan senarai istilah. Oleh karena itu, kelompok merasa tidak perlu

menyusun pedoman khusus untuk mengkaji kembali serta memperbincangkan

peristilahan Hukum Internasional Publik/Undang-undang Antarabangsa (Awam.)

VIII. Hasil Kerja

Kategori A: Istilah yang disetujui bersama 490

Kategori B: Istilah yang disetujui bersama tetapi

Berbeda bentuknya (ejaan dan morfologi) 106

Kategori C: Istilah yang disetujui berbeda 1.022

Kategori E: Istilah yang disetujui untuk digugurkan 97

-------

1.715

VIII. Tata Kerja Selanjutnya

1. Istilah-istilah Hukum Internasional Publik/Undang-undang Antarabangsa

(Awam) yang dikerjakan oleh Subpanitia Hukum Internasional Publik adalah

istilah-istilah yang umum, yang dimuat dalam buku Pengantar Hukum

Internasional Publik yang secara umum mencakup seluruh klasfikasi hukum

internasional publik.

2. Kedua belah pihak bekerja mengembangkan istilah Hukum Internasional

Publik/Undang-undang Antarabangsa Internasional Publik/Undang-undang

Antarabangsa (Awam) lebih lanjut di luar Sidang Majelis Bahasa Indonesia-

Malaysia.

Yogyakarta, 20 Maret 1981

LAPORAN HASIL SIDANG KELOMPOK PETROLOGI

I. Sidang

Sidang 1: Senin, 16 Maret 1981

Pukul 12.00 – 13.00

Sidang 2: Pukul 14.00 – 16.00

Page 24: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

24

Sidang 3: Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 4: pukul 14.00 – 16.00

Sidang 5: Rabu, 18 Maret 1981

Pukul 8.00 – 12.30

Sidang 6: Jumat, 20 Maret 1981

Pukul 8.30 – 11.30

II. Anggota Sidang

1. Ir. Thio Hie (Indonesia, Ketua)

2. Dr. H. Hussin (Malaysia, Anggota)

3. Ir. Achmad Zanil Amadar (Indonesia, Anggota)

4. Dra. Sri Timur Suratman (Indonesia, Pendamping)

III. Dokumen

1. Kertas No. 1/PKIM/S-16/Petrologi

2. Kertas B-16 JKTBM Peristilahn Petrologi

IV. Bahan Rujukan

1. American Geological Institute. 1962. Dictionary of Geological Terms New

York: Dolphine Books Doubleday & Coy.

2. Anderson, B.W. 1973. Gem Testing. Emerson Books Inc.

3. Bailey, D.K. , R. MacDonald. 1976. The Evolution of the Crystalline Rocks.

Academic Press.

4. Bathurst. Robin G.C. 1976. Development in Sedimentology, Carbonate

Sediments and Their Diagenesis. Elsevier.

5. Berry, l.G. et al. 1961. Mineralogy. San Francisco: Freeman & Co.

6. Carozzi, A.V. 1960. Microscopic Sedimentary Petrography. John Wiley &

Sons Inc.

7. Chamber’s, W. and R. 1966. Chamber’s Mineralogical Dictionary. London.

8. Clason, W.E. 1968. Elsevier’s Dictionary of Metalurgy and Metal Working.

Amsterdam: Elsevier Scientific Publ. Coy.

9. Dana, E.W. Ford. 1954. A Textbook of Mineralogy. John Wiley & Sons.

10. Deer. 1969. An Introduction to the Rock Forming Minerals. Howie &

Zussman, Longman, Green & Co.

11. Dietrich, R.V. , B.J. Skinner. 1979. Rocks and Rock Mineral. John Wiley &

Sons.

Page 25: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

25

12. Freund, Hugo. 1966. Applied Ore Microscopy Theory and Technique New

York: The Macmillan Company.

13. Fyfe, W.S. et al. 1978. Fluids in the Earth’s Crust. Elsevier Scientific Publ.

Coy.

14. Gary, Margaret et al. 1972. Glossary of Geology. Washington. D.C.

American Geographical Institute.

15. Greensmith, J.T. 1971. Petrology of the Sedimentary Rocks. Thomas Murphy

& Coy.

16. Grim. 1953. Clay Mineralogy.

17. Harker, A. 1956. Petrology for Students. Cambridge.

18. ------- 1974. Metamorphism: A Study of the Transformations of Rock

Masses. London: Chapman and Hall.

19. Heinrich, E.W.M. 1966. TheGeology of Carbonates. Rand McNally & Coy.

20. Hunt, Charles B. 1972. Geology of Soils. Freeman & Co.

21. Hurlbut, Cornelius S. 1971. Dana’s Manual of Mineralogy. John wiley &

Sons.

22. Hutchinson, Charles S. 1974. Laboratory Handbook of Petrographic

Techniques. A Wiley Interscience Publ.

23. Hyndman, Donald W. 1972. Petrology of Igneous and Metamorphic

Petrology. New York: McGraw-Hill Book.

24. Jackson, Kern C. 1970. Textbook of Lithology. McGraw-Hill Book.

25. Johannsen, Albert. 1931. A Descriptive Petrography of the Igneous Rocks.

(Vol. I Introduction, Textures Classification and Glossary) . Chicago: The

University of Chicago Press.

26. Kamp, James furman. 1947. A Handbook of Rocks. Toronto: Van Nostrand.

27. Kerr, Paul F. 1977. Optical Mineralogy. McGraw-Hill Book Coy.

28. Kraus, E.H. et al. 1947. Gems and Gem Materials. McGraw-Hill BookCoy.

29. Lapedes, L.N. 1978. McGraw-Hill Encyclopedia of the Geological Sciences.

McGraw-Hill Coy.

30. Little, William. 1964. The Shorter Oxford English Dictionary on Historical

Principles. Oxford University Press.

31. Miyashiro, A. 1973. Metamorphism and Metamorphic Belts. George Allen

and Unwinn.

32. Niggli, Paul. 1954. Rocks and Mineral Deposits. W.H. Freeman and Co.

33. Pettijohn, F.J. 1957. Sedimentary Rocks. New York; Harper & Brothers.

34. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

balai Pustaka.

35. Purbo Hadiwidjojo, M.M. 1975. Peristilahan Geologi dan Ilmu yang

Berhubungan. Bandung: Penerbit Universitas ITB.

36. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Ejaan

Yang Disempurnakan.

37. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum

Pembentukan Istilah.

38. Ramsay, John D. 1967. Folding and Fracturing of Rocks McGraw-Hill Coy.

Page 26: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

26

39. Ringwood, A.E. 1975. Composition and Petrology of the Earth’s Mantle.

McGraw-Hill Book Company Inc.

40. Royal Geological & Mining Society of the Netherlands. 1959. Geological

Nomenclature, English-Dutch-French-German. Gorinchem: J. Noorduyn en

Zoon N.V.

41. Sand, S.J. 1952. Rocks for Chemists. Thomas Murby and Co.

42. Shelly, D. 1975. Manual of Optical Mineralogy. Elsevier Publ. Coy.

43. Stanton, R.L. 1972. Ore Petrology. McGraw-Hill Coy.

44. Teuku Iskandar. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

45. Turner, F.J. et al. 1960. Igneuos and Metamorphic Petrology. McGraw-Hill

Book Company Inc.

46. Turner, F.J. 1968. Metamorphic Petrology. Mineral and Field Aspects.

McGraw-Hill Book Company.

47. Tyrell, G.W. 1956. The Principles of Petrology. London: Methuen and Co.

48. Wager, L.R. , G.M. Brown. 1967. Layered Igneous Rocks. W.H. Freemann

and Coy.

49. Wahlstrom, E.E. 1950. Introduction to Theorical Igneous Petrology. New

York: John Wiley.

50. Wahlstrom, E.E. 1969. Optical Crystallography. New York: John Wiley.

51. Webster’s New Collegiate Dictionary. 1975. Springfield: G.& C. Merriam

Webster Coy.

52. Williams, H. et al. 1958. Petrography : An Introduction to the Study of

Rocks in Thin Section. W.H. Freeman & Company.

53. Winkler, Helmut G.F. 1974. Petrogenesis of Metamorphic Rocks. Springer

Verlag.

54. Wyllie, P.T. 1967. Ultramafic and Related Rocks. John Wiley & Sons Inc.

V. Cara Kerja

Subpanitia Petrologi membahas:

1. Istilah Sedimentologi/Struktur yang disetujui bersama dalam kelompok lain

Sidang MBIM;

2. Istilah Mineralogi/Petrologi yang telah disetujui bersama dalam kelompok

lain Sidang MBIM;

3. Istilah Pemrosesan batuan/Mineral yang telah disetujui bersama dalam

kelompok lain Sidang MBIM;

4. Istilah Kristalografi yang telah disetujui bersama dalam kelompok lain

Sidang MBIM;

5. Daftar istilah Petrologi yang ditulis serangkai;

Page 27: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

27

6. Daftar istilah yang perlu dibincang;

7. Daftar istilah baru yang perlu dibincang;

8. Daftar istilah yang perlu dirujuk kepada bidang-bidang lain sebelum dibuat

keputusan;

9. Istilah Kemineralan Kategori D dari Sidang XVI MBIM.

Butir 1, 2, 3, dan 4 terdapat dalam Kertas F-15 JKTBM Peristilahan Petrologi, dan

butir 5,6,7,8, dan 9 terdapat dalam Kertas No.1/PKIM/S-16/Petrologi.

VI. Masalah

1. Sejumlah istilah Petrologi berasal dari bidang ilmu lain seperti Matematika,

Fisika, Farmasi, Kimia, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Statistik, Pertanian.

Sesuai dengan ketentuan yang digariskan Kelompok Umum, istilah suatu

bidang yang berasal dari bidang ilmu lain sebaiknya menggunakan istilah

bidang ilmu tersebut. Subpanitia Petrologi seringkali mengalami kesulitan

untuk mengikut ketentuan ini oleh karena pada bidang ilmu lain itu masih

terdapat juga kesimpangsiuran padanan istilah Indonesia untuk istilah asing

yang sama meskipun telah melalui beberapa kali sidang MBIM. (Lihat:

Contoh A)

2. Istilah yang bermakna lebih dari satu seringkali dirasakan kurang deskriptif

padahal istilah tersebut telah diterima dalam sidang MBIM. (Lihat: Contoh

B) sebaiknya diberi penjelasan, misalnya:

Weight (measure)

Weight (equipment)

Contoh Masalah

A. Istilah Inggeris Sidang MBIM Kelompok Istilah MBIM

gradient IX TS/KA I: gradien

M: gardien

IX M/M I: gardien

M: kecerunan

IX F/FZ I: landai

M:kecerunan

integral XIII TM/KM I: integral

M: integral

IX M/M I: integral

M: kamilan

Page 28: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

28

gravity IX TS/KA I: gravitas

M: graviti

XIII FF/FF I: kakas

bobot

M: graviti

aperture M/M I: bukaan

M: bukaan

F/FZ I: tingkap

M: bukaan

B. Istilah Inggris Sidang MBIM Kelompok Istilah MBIM

weight IX F/FZ I: bobot

M: berat

weight XIII FF/FF I: anak

Timbang

M: batu

Timbang

VII. Hasil Kerja

Kategori A: Istilah yang disetujui bersama : 1466

Kategori B: Istilah yang disetujui bersama : 161

Tetapi berbeda bentuknya (ejaan

Dan morfologi)

Kategori C: Istilah yang disetujui berbeda : 234

Kategori D: Istilah yang disetujui untuk : 1125

ditangguhkan

Kategori E: Istilah yang disetujui untuk : 3

Digugurkan

------

Jumlah: 2989

VIII. Tata Kerja Selanjutnya dan Usul

1. Sebagai akibat masalah (Contoh A dan B) pada subpanitia Petrologi terdapat

banyak istilah yang terpaksa harus ditangguhkan. Subpanitia Petrologi

mengharapkan masalah tersebut diselesaikan secepat mungkin. Apabila

dipandang perlu Subpanitia Petrologi bersedia membantu bahkan bersedia

bersidang lagi guna penyelarasan dengan bidang-bidang yang bersangkutan.

2. Diusulkan agar istilah Petrologi dan Mineralogi/Kemineralan yang telah

diselaraskan diterbitkan secepatnya.

Yogyakarta, 20 Maret 1981.

Page 29: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

29

Lampiran Hasil Sidang Kelompok Petrologi

Saran/Usul 1 Pihak Malaysia yang Disokong oleh pihak Indonesia:

1. Peristilahan Teknik/Kejuruteraan, Teknologi dan Sains Mineral

1.1 Untuk perlengkapan penggunaan bahasa dalam perusahaan pengeluaran

sumber mineral, peristilahan bagi lebih daripada 40 bidang perlu

disiapkan.

Gambarajah 1 yang telah dikemukakan dalam sidang XV (lihat

Gambarajah 1) adalah sebagian daripada bidang yang dimaksudkan.

1.2 Peristilahan untuk tiap-tiap bidang yang ditunjukkan dalam Gambarajah 1

itu tidak praktik jika dibincangkan cara berturutan dalam Sidang-sidang

MBIM yang akan datang karena jangka masa peristilahan peringkat MBIM

akan terlampau berpanjangan. Perkara ini akan bertambah rumit karena

sidang-sidang MBIM hingga 1982 tidak akan membincangkan istilah

untuk kelompok-kelompok dalam Teknik/Kejuruteraan, Teknologi dan

Sains Mineral.

1.3 Untuk meneruskan kerja, pihak Malaysia akan terus menyediakan

peristilahan sebelum Sidang XVII MBIM dalam kumpulan induk sains,

Teknologi, dan Kejuruteraan Mineral dalam bidang kecil (anak bidang):

(a) Geologi Struktur dan Sedimentologi;

(b) Teknologi Penggerudian/Pemborang;

(c) Pengolahan dan Prosesan Bahan Mineral.

2. Pengeluaran dan Pembentukan Istilah dengan Komputer

Untuk mempercepat peristilahan bagi lebih daripada 40 bidang dalam Ilmu Sains,

Teknologi dan Teknik/Kejuruteraan Mineral, Malaysia sedang menjalankan penyelarasan

untuk dikumpulkan kepada 3 bidang induk sebagai berikut:

(a) Teknologi dan Teknik/Kejuruteraan Eksplorasi

(b) Sains dan Teknologi Bahan Mineral

(c) Teknik/Kejuruteraan Pertambangan/Perlombongan

Bidang-bidang yang berikut akan diselaraskan dalam ketiga bidang tersebut di atas

sebagai berikut:

A. Teknologi dan Teknik/Kejuruteraan Eksplorasi

(1) Geologi Struktur

Page 30: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

30

(2) Stratigrafi

(3) Geologi Pertambangan/Perkembangan

(4) Geofisika/Geofizik

(5) Teknologi Pemboran/Penggerudian

(6) Geokimia

dan bidang-bidang lain terkait di bawahnya sebagai berikut:

(a) Paleontologi

(b) Geokronologi

(c) Geomorfologi

(d) Geologi Foto

(e) Geologi Teknik/Kejuruteraan

(f) Petrofisika/Petrofizik

(g) Eksplorsi pandu/Panduan

(h) Geografi Fisika/Fizikal

(i) Geologi Umum/Am

B. Sains dan Teknologi Bahan Mineral

(1) Proses/Prosesan Mineral

(2) Ekonomi Mineral

(3) Metalurgi

(4) Processing Plant Design

dan bidang-bidang lain terkait di bawahnya sebagai berikut:

(a) Metalurgi Ekstraksi/Ekstraksan

(b) Pengolahan Mineral

(c) Pengawasan Proses

(d) Teknologi/Kejuruteraan Resevoir

C. Teknik Pertambangan Umum/Kejuruteraan Perlombongan

(1) Teknik/Kejuruteraan Penggalian (Ekskavasi)

(2) Teknik/Kejuruteraan Ventilasi

(3) Ekonomi Pertambangan/Perkembangan

dan bidang-bidang lain di bawahnya sebagai berikut:

(a) Teknik/Kejuruteraan Hidrolik

(b) Teknologi Survei/Ukur

(c) Eksplorasi Penilaian

(d) Geostatistik

Page 31: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

31

3. Penyelarasan istilah antara bidang dibuat oleh 3 kumpulan peringkat MBIM:

(1) Bidang-bidang sains, Teknologi, Teknik/Kejuruteraan

(2) Kemanusian dan sains sosial

(3) Perobatan/Perubatan, Tumbuhan, dan Hewan

LAPORAN HASIL SIDANG SUBPANITIA METEOROLOGI

I. Sidang

Sidang 1: Senin, 16 Maret 1981

Pukul 14.00 – 16.00

Sidang 2: Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 3: pukul 14.00 – 16.00

Sidang 4: Rabu, 18 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 5: Jumat, 20 Maret 1981

Pukul 08.30 – 11.30

II. Anggota Sidang

1. Prof. Drs. Soesilo Prawirowardoyo (Indonesia, Ketua)

2. Drs. Suryadi Wh. (Indonesia)

3. Encik Ismail bin Ahmad (Malaysia)

4. Encik Chow Kok Kee (Malaysia)

5. Dra. Saodah Nasution Egersma (Indonesia, pendamping)

III. Dokumen

1. Keputusan Umum Sidang XV Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, Sabah,

Malaysia 1-6 September 1980

2. Kertas Kerja No. 4/PKIM/S-16 Meteorologi Istilah Meteorologi

3. Kertas H-16 JKTBM- Peristilahan Meteorologi

IV. Bahan Rujukan

1. International Meteorological Vocabulary, World Meterological Organization,

1966.

2. Meteorological Glossary, D.H. Mc. Intoch, 1972.

Page 32: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

32

3. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta, Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1976.

4. Kamus Dewan, Teuku Iskandar, Dewan Bahasa, 1970.

5. Webster’s New Collegiate Dictionary, a Merriam Webster, 1973.

V. Cara Kerja

Membahas Kertas H-16 JKTBM dari Malaysia dengan mengelompokkan istilah-

istilahnya dalam Kategori A, B, C, D, dan E. Kertas H-16 JKTBM merupakan

daftar padanan dari Kertas 4/PKIM/S-16. Jadi klasifikasinya sama dengan

kalasifikasi yang dianut ialah:

551.5 Meteorologi Umum

551.50 Meteorologi Praktis

551.51 Struktur, Dinamika dan Termodinamika atmosfer

551.52 Radiasi dan Suhu

551.54 Tekanan Atmosfer

551.55 Angin

551.57 Uap air dan Hidrometer

551.58 Klimatologi

551.59 Berbagai Fenomena dan Pengaruhnya

Kertas H-16 JKTBM baru sampai dengan bidang-bidang 551.5; 551.50, dan

551.51.

VI. Masalah

Pada umumnya sidang-sidang berjalan lancar. Hanya ada beberapa masalah yang

masih perlu dipikirkan dan dibahas kembali dalam sidang XVII.

1. Istilah-istilah yang mengandung kata-kata lot, warm, cool dan cold.

2. Singkatan istilah: memakai singkatan Inggrisnya atau singkatan Indonesia/

Malaysianya.

VII. Hasil Kerja

Kategori A: istilah yang disetujui bersama 324

Kategori B: Istilah yang disetujui bersama tetapi 158

berbeda bentuknya (ejaan dan morfologi)

Kategori C: Istilah yang disetujui berbeda 436

Kategori D: Istilah yang dietujui untuk ditangguhkan 18

Kategori E: Istilah yang disetujui untuk digugurkan 1

-----

937

Page 33: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

33

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya

Membahas bagian dari Kertas No. 4/PKIm/S-16/Meteorologi yang belum dibahas.

Pihak Malaysia akan mengajukan daftar padanannya pada sidang XVII yang akan

datang yang akan dibahas Sidang XVII meliputi bidang-bidang:

551.52 Radiasi dan suhu 145 istilah

551.54 Tekanan atmosfer 62 istilah

551.55 Angin 186 istilah

551.57 Uap air dan Hidrometeor 316 istilah

551.58 Klimatologi 137 istilah

551.59 Berbagai Fenomena dan 59 istilah

Pengaruhnya ------------

Jumlah 905 istilah

2. Meninjau kembali hasil-hasil yang sampai kini telah dicapai.

Yogyakarta, 20 Maret 1981

LAPORAN HASIL SIDANG SUBPNITIA ILMU KEPENDUDUKAN

I. Sidang

Sidang 1: Senin, 16 Maret 1981 pukul 14.00 – 16.00

Sidang 2: Selasa, 17 Maret 1981 pukul 08.30 – 12.30

Sidang 3: Selasa, 17 Maret 1981 Pukul 14.00 – 16.00

Sidang 4: Rabu, 18 Maret 1981 pukul 08.30 – 12.30

Sidang 5: Jumat, 20 Maret 1981 pukul 08.30 – 12.30

III. Anggota Sidang

1. Kartomo Wirosuharjo, S.E. , M.A. (Indonesia, Ketua)

2. Dr. Masri Singarimbun (Indonesia, Anggota)

3. Dra. My. Azwini Kartojo (Indonesia, Anggota)

4. Prof. Madya Hajah Zaharah binti Mahmud (Malaysia, Anggota)

5. Puan Normah binti Aris (Malaysia, Anggota)

6. Meman Sumantri (Indonesia, Pendamping

Sekretaris)

Page 34: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

34

III. Dokumen

1. Dokumen No. 5/PKIM/S-16 ILMU KEPENDUDUKAN

Istilah Ilmu Kependudukan.

2. Kertas G-16 JKTBM Peristilahan Demografi.

IV. Bahan Rujukan

1. Bogue, D.J. 1969. Principle of Demography. New York: John, Wiley and

Sons Inc.

2. Dewan Bahasa dan Pustaka, 1978. Pedoman Umum Pembentukan Istilah

Bahasa Malaysia, Kuala Lumpur.

3. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1979. Pedoman Umum Bahasa Malaysia. Kuala

Lumpur .

4. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1979. Kamus Dwibahasa Bahasa Inggris-Bahasa

Malaysia. Kuala-Lumpur.

5. Echols John M. , Hassan Sadily. 1979. An English-Indonesian Dictionary.

Ithace: Cornell University Press.

6. Grebenick, E.dan a. Hill. 1974. International Demographic Terminology:

Fertility, Family Planning and Nuptiality. Liege, International Union for the

Scientific Study of Population.

7. Iskandar, Dr. Teuku 1978. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan dan

Pustaka.

8. Porwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

9. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum

Pembentukan Istilah. Jakarta.

10. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum

Ejaan Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta.

11. Shryock, H.S. et al. 1976. The Methods and Materials of Demography. U.S.

Berean of the census, Washingston, D.C.

12. United Nations. 1958. Multilingual Demographic Dictionary. New York.

13. Viet, Jean. 1979. Population Multilingual Thesaurus. Paris, Cicred.

V. Klasifikasi

Istilah-istilah Ilmu Kependudukan yang dibahas mencakup sebagai berikut.

A. Konsep Umum

B. Pertilitas dan Keluarga Berencana/Kesuburan dan Perancangan Keluarga

C. Mortalitas dan Morbiditas/Mortaliti dan Morbiditi

D. Migrasi

E. Nupsialitas/Nupsialiti

F. Aspek Sosial Ekonomi : Tenaga Kerja

G. Aspek Sosial Ekonomi: Pedidikan

Page 35: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

35

VI. Cara Kerja

Kelompok membahas istilah-istilah Ilmu kependudukan/Demografi yang

tercantum dalam kedua dokumen tersebut di atas dan menyatukan daftar istilah

dari kedua pihak (Indonesia/Malaysia). Hasil pembahasaan istilah-istilah itu

dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu:

A = Setuju sama (SS)

B = Setuju sama dengan mengandung unsur yang berbeda (SSB)

C = Setuju berbeda (SB)

D = Setuju ditangguhkan (SD)

E = Setuju gugur (SG)

VII. Masalah dan Saran

1. Mengingat adanya keraguan dalam sidang lengkap II majelis ini tentang

masalah klasifikasi Ilmu Kependudukan, maka kelompok telah bersepakat

bahwa klasfikasi Ilmu Kependudukan mencakup Kajian Kependudukan

(Population Studies) dan Demografi (Demography).

2. Sehubungan dengan itu, kelompok sepakat menyarankan agar pembahasan

dan pembentukan istilah-istilah Kajian Kependudukan dan Demografi

disatukan dalam Ilmu Kependudukan.

VIII. Hasil Kerja

Kategori A (Istilah yang disetujui bersama) : 482 istilah

Kategori B (Istilah yang disetujui bersama tetapi

berbeda bentuknya (ejaan dan morfologi) : 84 istilah

Kategori C (Istilah yang disetujui berbeda : 424 istilah

Kategori D (Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan : 21 istilah

Kategori E (Istilah yang disetujui untuk digugurkan) : 7 istilah

-------------

Jumlah 1018 istilah

IX. Rencana Kerja Selanjutnya

1. Membicarakan pemantapan istilah-istilah Ilmu Kependudukan yang masih

tertunda (Kategori D)

2. Melanjutkan pembahasan daftar istilah Ilmu Kependudukan dalam kedua

dokumen tersebut di atas yang belum dibuat padannya dalam bahasa

Indonesia dan Malaysia.

Yogyakarta, 20 Maret 1981

Page 36: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

36

LAPORAN HASIL SIDANG SUBPANITIA PEMANTAPAN PEDOMAN KHUSUS

PEMBENTUKAN ISTILAH KIMIA

I. Sidang

Sidang 1 : Senin, 16 Maret 1981

Pukul 12.00 – 13.00

Sidang 2 : Senin, 16 Maret 1981

Pukul 14.00 – 16.00

Sidang 3 : Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 4 : Selasa, 17 Maret 1981

Pukul 14.00 – 16.00

Sidang 5 : Rabu, 18 Maret 1981

Pukul 08.30 – 12.30

Sidang 6 : Jumat, 20 Maret 1981

Pukul 08.30 – 11.30

II. Anggota Sidang

1. Dr. Chio Hwi Tek (Perutusan Malaysia)

2. Dr. Hadyana Pudjaatmaka (Perutusna Indonesia)

3. Umi Basiroh (Perutusan Indonesia – Pendamping Bahasa)

III. Kertas Kerja yang Dibahas

1. Kertas JKTBM “Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Kimia” susunan

Dr. Chio Hwi Tek

2. 8-A/PKIM-XVI

3. 8-B/PKIM-XVI

4. 8-C/PKIM-XVI

5. 8-D/PKIM-XVI

6. 8-E/PKIM-XVI

7. MBIM XV Sabah, Malaysia, “Keputusan Umum”

IV. Bahan Rujukan

1. R.S. Cah, “Introduction to Chemical Nomenclature”, 5th edn, Butterwoths,

London, 1979.

Page 37: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

37

2. IUPAC, “Nomenclature of Organic Chemistry”. 1979 edn, Butterworths,

London, Oxford, 1970.

3. IUPAC, “Nomenclature of Organic Chemistry”. 1979 edn. Pergamon,

Press, Oxford, 1979.

4. IUPAC, “How to Name an Inorganic Substance”, Pergamon Press,

Oxford, 1977.

V. Cara Kerja

Semua kertas dibahas dengan urutan:

1. 8-E/PKIM-XVI

2. 8-A/PKIM-XVI

3. 8-B/PKIM-XVI dan 8-C/PKIM-XVI secara lisan

4. Dr. Chio membawa pulang 8-C/PKIM-XVI unutk dipelajari dan

ditanggapi secara lisan

5. JKTBM, “Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Kimia”, susunan Dr.

Chio

6. Konsep laporan dan keputusan

VI. Masalah

Peristilahan (Terminology)

1. Perlu dibedakan

Tata Nama (Nomenclature)

2. Malaysia berpendapat tidak perlu membuat Tata Nama Kimia Malaysia;

cukup menerapkan aturan-aturan IUPAC. Indonesia telah mempunyai tata

nama Klaten (1946) yang bertitik tolak pada sistem jenewa, dan yang

makin lama makin jauh berbeda dan ketinggalan dari Tata Nama IUPAC.

VII. Hasil Kerja

1. Keputusan yang akan dibacakan pada sidang hari Jumat Sidang (20 Maret

1981). (Lihat Lampiran)

2. Suatu kerangka Pedoman Khusus Tata Istilah dan Tata Nama Kimia.

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya

1. Masing-masing pihak dapat mengalihbahasakan Tata Nama IUPAC.

2. Masing-masing pihak menyelesaikan Pedoman Khusus Tata Istilah dan

Tata Nama Kimia berdasarkan kerangka yang telah disetujui.

Page 38: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

38

Lampiran

KEPUTUSAN

1. (keputusan ini menggantikan no. 1a dan 1b Laporan Kimia Perutusan Malaysia

dan Indonesia sepakat untuk menyususn “Pedoman Khusus Tata Istilah dan Tata

Nama Kimia” dengan kerangka terlampir, untuk disahkan dalam MBIM XVII

yang akan datang Rabu tanggal 18 Maret 1981).

2. Jika dianggap perlu Perutusan Indonesia dan Malaysia sepakat, hanya menyusun

tata nama kimia yang sesuai dengan tata nama IUPAC.

3a. Inti usaha ialah menyusun Kunci Pengalihbahasaan Aturan-Aturan Tata Nama

Kimia IUPAC, berupa dokumen halaman 7 dan seterusnya berjudul “Pedoman

Khusus Pembentukan Tata Nama Kimia”. Dokumen ini berasal dari Kertas 8-

E/PKIM-XVI setelah dibahas dan diubah.

3b. Dalam dokumen ini dicatat antara lain penyimpangan dari aturan I IUPAC, yang

telah lazim dan berakar di Indonesia (misalnya: penamaan asam).

4a. Tata Nama Klaten (1946) yang telah digunakan dengan resmi di Indonesia selama

35 tahun, sejauh mungkin akan disesuaikan dengan aturan IUPAC mutakhir.

4b. Hal-hal yang sukar sekali diubah dan telah diizinkan sebagi kekecualian oleh

dokumen halaman 7 dan seterusnya tersebut di atas akan dibatas sekecil mungkin.

4c. Tata Nama Klaten akan dilengkapi sesuai dengan perkembangan ilmu kimia dan

sesuai dengan perkembangan Tata Nama Kimia IUPAC. Hasil a, b, dan c akan

dilaporkan kepada yang berwenang di Indonesia.

4d. Malaysia akan menggunakan aturan-aturan Tata Nama Kimia IUPAC dan bila

perlu dapat mengalihbahasakan aturan-aturan tersebut berdasarkan dokumen

halaman 7 dan seterusnya.

5. Didengar kritik dan komentar Perutusan Malaysia terhadap kertas-kertas 8-

B/PKIM-XVI Tata Nama Kimia Anorganik dan 8-D/PKIM-XVI Tata Nama

Kimia Organik. Masukan dari Perutusan Malaysia ini digunakan untuk

menyempurnakan kertas-kertas ini, yang selanjutnya akan menjadi dokumentasi

Pusat Bahasa, setelah isinya dilaporkan kepada pakar-pakar Indonesia.

6. Perutusan Malaysia mempelajari kertas 8-C/PKIM-XVI “Tanggapan Atas Kertas

0-15 JKTBM. Sebagaimana diketahui, Kertas 0-15 JKTBM menanggapi kertsa-

kertas E-17, F-18, dan G-19/PKIM-14. Sejalan dengan titik 1 s.d. 4 tersebut di

atas, masalah tanggap-menanggap ini dianggap selesai.

Page 39: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

39

PEDOMAN KHUSUS TATA ISTILAH DAN TATA NAMA KIMIA

Pedoman Khusus ini terbagi dalam 2 bagian:

Bagian A: PEDOMAN KHUSUS TATA ISTILAH

Bagian B: PEDOMAN KHUSUS TATA NAMA

BAGIAN A

1. KONSEP DASAR

2. SUMBER ISTILAH

2.1 Kosa Kata Umum Bahasa Indonesia

2.2 Kosa Kata Bahasa Serumpun

2.3 Kosa Kata Bahasa Asing

2.3.1 Pemasukan Istilah Asing

2.3.2 Jenis Bentuk Istilah Asing

2.3.3 Pemakaian Istilah Asing yang Lazim

2.3.4 Ejaan Istilah Asing yang Tetap

3. ASPEK TATA BAHASA PERISTILAHAN

3.1 Penggunaan Kata Dasar

3.2 Proses Pengimbuhan

3.3 Proses Reduplikasi dan Dwipurwa

3.4 Proses Penggabungan

3.5 Proses Peleburan Fonem yang Sama

3.6 Proses Analogi Bentuk

4. ASPEK SEMANTIK PERISTILAHAN

4.1 Penterjemahan

4.2 Asas Penterjemahan

4.3 Perangkat Istilah yang Bersistem

4.4 Sinonim dan Kesinoniman

4.5 Homonim dan Kehomoniman

4.6 Hiponim dan Kehiponiman

4.7 Kepoliseman

5. ISTILAH SINGKATAN DAN LAMBANG

5.1 Daftar Nama dan Sumber Unsur-unsur Kimia

5.2 Kuantitas Fisika, Satuan, Lambang, dan Nomor

6. EJAAN DALAM PERISTILAHAN

6.1 Ejaan Fonemik

6.2 Ejaan Etimologi

6.3 Transliterasi

Page 40: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

40

6.4 Transkripsi

6.5 Ejaan Nama

6.6 Penyesuaian Ejaan

7. GUGUS KONSONAN (KONSONAN RANGKAP) PADA AKHIR SUKU

KATA AKHIR

7.1 Mempertahankan Gugus Konsonan Akhir

7.2 Menanggalkan Konsonan Terakhir dari Gugus Konsonan

7.3 Menambahkan Vokal a atau e di Belakang Konsonan atau Menyerap

Secara Utuh Istilah Asing dengan Penyesuaian Ejaan

8. PENYESUAIAN IMBUHAN

8.1 Awalan Asing

8.2 Akhiran Asing

BAGIAN B

Bagian ini tidak bermaksud membuat Tata Nama, karena pada prinsipnya kan digunakan

Tata Nama IUPAC. Bagian ini hanya mensenaraikan imbuhan khusus yang merupakan

padana imbuhan dalam Tata Nama IUPAC.

1. AWALAN INGGRIS (IUPAC)

2. AKHIRAN INGGRIS (IUPAC)

PEDOMAN KHUSUS PEMBENTUKAN TATA NAMA KIMIA

(KUNCI PENGALIHBAHASAAN ATURAN-ATURAN IUPAC)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Dalam membahas tata nama kimia internasional selalu terdapat pertentangan

antara dua kepentingan: (i) kepentingan dan kelaziman nasional dan (ii)

komunikasi antar bangsa yang memerlukan satu sistem.

1.2 Bagi negeri berkembang masalahnya menjadi lebih kritis:

(i) dalam usaha modernisasi, pendidikan sains yang intensif dan meluas perlu

dipercepat. Karena itu bahasa keilmuan tak boleh terlalu berbeda dari bahasa

sehari-hari. Besi (II) klorida lebih mudah diterima oleh rakyat daripada forum (II)

klorida,

(ii) untuk memudahkan mengejar ketinggalan pakar dan calon pakar harus

menguasai bahasa, sistem-sistem, dan konvensi-konvensi internasional. Jauh lebih

efisien bila mereka ini “monolingual’ daripada “bilingual” (Menguasai tata nama /

dan tata nama internasional, yang sangat berbeda satu dari yang lain). / nasional.

Page 41: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

41

1.3 Mengingat hal-hal tersebut di atas dirasakan jauh lebih efisien bila membuat tata

nama nasional, atau mengubah tata nama nasional yangtelah ada, sedekat mengkin

dengan tata nama internasional. Meskipun belum sepenuhnya diterima oleh

bangsa-bangsa dan meskiput ada perbedaan di sana sini dengan sistem dalam

Chemical Abstracts, kiranya Aturan Definitif IUPAC versi Inggris merupakan tata

nama kimia internasional yang harus kita tuju (dan menyerahkan masalah

pengajaran tata nama kimia bagi kaum awam kepada pihak-pihak pendidikan

sains).

1.4.1 Tata Nama Kimia Indonesia telah berkembang sejak tahun 1946. Dengan

konsisten telah berakar dalam semua tingkatan masyarakat kekimiaan di

Indonesia. Maka akan sangat sukar untuk mengganti beberapa kelaziman yang

ternyata sederhana, operasional, dan tetap konsisten.

1.4.2 Perkembangan peristilaha di Indonesia ditandai dengan beralihnya pengaruh

bahasa Belanda ke pengaruh bahasa Inggris. Sebaliknya dalam perkembangan di

Malaysia pengaruh bahasa Inggris berlangsung murni.

1.4.3 Hal-hal 1.4.1 dan 1.4.2 ini menjelaskan adanya perbedaan antara Indonesia dan

Malaysia dalam hal tata nama kimia. Olah karen itu tahap pertama dalam

menyusun kunci penterjemahan aturan-aturan IUPAC ialah inventarisasi

perbedaan yang tak dapat diselesaikan.

1.4.4 Tahap kedua ialah mentabelkan alih-bahasa (Inggris ke Indonesia-Malaysia)

awalan, sisipan, akhiran, dan beberapa pedoman konci lain. Beberapa tabel ini

dilengkapi dengan kasus-kasus dan contoh-contoh, sehingga siapa pun dengan

mudah menterjemahkan atura-aturan IUPAC (versi Inggris), baik yang telah ada

maupun aturan IUPAC yang masih akan disusun.

BAB II. PERBEDAAN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA

2.1 Beberapa perbedaan istilah

Beberapa istilah Indonesia yang digunakan dalam kertas ini mempunyai padanan

Malaysia sebagai berikut.

asam - asid

senyawaan - sebatian

anorganik - takorganik

2.2 Nama asam

2.2.1 Tata Nama Kimia Indonesia:

Page 42: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

42

Nama asam terdiri dari dua kata:

Kata pertama : asam dan/atau hidrogen

Kata kedua : diturunkan dari nama gramnya, yakni kata kedua nama

garam

Contoh:

HC1 Asam klorida

H2SO4 Asam sulfat

H3PO3 Asam fosfit

HNO3 Asam nitrat

HNO2 Asam nitrit

Catatan: salah satu cadangan IUPAC: hydrogen + name of anion

(Ped Book halam 31)

2.2.2 Tata Nama Kimia Malaysia:

Tata Nama Kimia IUPAC (versi Inggris), dnegan alih bahasa:

Hukum MD Hukum DM

-ic -ik

-ous -us

acid asid

hydrogen hidrogen

Contoh:

HCL hydrochloric acid asid hidroklorik

H2SO4 sulfuric acid asid sulfurik

H3PO3 phosphorous acid asid fosforus

HNO3 nitric acid asid nitrik

HNO2 nitrous acid asid nitrus

2.3 Kation dengan dua macam bilangan oksidasi

Meskipun sistem ini disarankan oleh IIUPAC, agar tak digunakan, tetapi dalam

lingkup bidang keilmuan terbatas, sistem ini dapat lebih praktis.

Page 43: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

43

Penggunaan Terbatas

IUPAC Inggris Indonesia Malaysia

Angka romawi dalam

tanda kurung

-ic

-ous

-i

-o

-ik

-us

Sebagai contoh:

Penggunaan Terbatas

IUPAC Inggris Indonesia Malaysia

Ferrum (III) sulfate

Ferrum (II) sulfate

Stannum (IV) chloride

Stannum (II) chloride

Ferric Sulfate

Ferrous sulfate

Stannic chloride

Stannous chloride

Feri Sulfat

Fero sulfat

Stani klorida

Stano klorida

Ferik Sulfat

Ferus sulfat

Stanik klorida

Stanus klroida

2.4 Ammonia

2.4.1 Tata Nama Kimia Indonesia

Huruf rangkap “mm” dijadikan tunggal untuk nama senyawaan NH3 dan nama-

nama yang diturunkan, kecuali dalam Kimia Koordinasi sebagai nama ligan huruf

rangkap dipertahankan.

2.4.2 Tata Nama Kimia Malaysia;

Huruf rangkap “mm” dipertahankan

2.5 Garam Asam

2.5.1 Tata Nama Kimia Indonesia:

Umumnya kata “hidrogen”, “dihidrogen” dan selanjutnya berdiri sendiri

(mengikuti sistem Amerika Serikat), tetapi kadang-kadang mengikuti IUPAC.

2.5.2 Tata Nama Kimia Malaysia:

Umumnya kata “hidrogen”, “dihidrogen” dan selanjutnya menjadi satu kata

dengan nama anion (Mengikuti IUPAC), tetapi kadang-kadang mengikuti sistem

Amerika Serikat.

Page 44: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

44

Indonesia Malaysia

KHSO4 kalium hidrogen sulfat kalium hidrogensulfat

NaH2PO4 natrium dihidrogen fosfat natrium dihidrogenfosfat

2.6 Beberapa perbedaan kecil

2.6.1 acetic anhydride anhidrida asam asetat (BI)

asetik anhidrida (BM)

2.6.2 aldehyde aldehida (BI)

aldehid (BM)

BAB III. BEBERAPA PEDOMAN UMUM

Di bawah ini dikemukakan beberpa patokan umum, naik yang dirasakan telah jelas

maupun yang memerlukan penegasan.

3.1 Ikatan gandatiga

-yn- menjadi -un-

sehingga akhiran -yne menjadi -una

3.2 Huruf miring dalam aturan IUPAC versi Inggris (Selanjutnya disebut IUPAC),

yang umumnya tidak diperhitungkan dalam pengindeksan, juga diubah atau

dipungut dengan huruf miring.

Contoh:

Trans-Stilbene trans-Stilbena

H2Sx H2Sx

3.3 Tanda Kurung

Pelbagai tanda kurung IUPAC, baik untuk nama senyawaan maupun dalam rumus

dipungut seduai dengan aslinya.

Contoh:

Naphtho[2 3-a]perylene Nafto[2, 3-a]perilena

Tetrakis (pyridine) platinum (II) Tetrakis (piridina) platinum (II)

Page 45: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

45

3.4 Tanda hubung

Pelbagai tanda hubung IUPAC, baik untuk rumus maupun untuk nama

senyawaan, dipungut sesuai dengan aslinya.

Contoh:

2-pentanol 2-pentanol

3.5 Spasi

Spasi atau tanpa spasi IUPAC diikuti dengan cermat dalam penulsan rumus

maupun nama senyawaan (tetapi lihat 2.4).

3.6. Penghilangan dan penambahan huruf hidup

Larangan maupun keharusan penghilangan huruf IUPAC diikuti dengan cermat,

dalam penulisan rumus maupun nama senyawaan.

Contoh:

benzenehoxol benzeneheksol

(benzenaheksaol)

pentaoxide pentaoksida

(bukan pentaoksida, lihat Cahn halaman 9)

3.7. Urutan alfabet

Dalam menyusun nama atau memebrikan angka petunjuk lokasi (locant), sering

dipermasalahkan prioritas bagi gugus-gugus. Untuk memecahkan masalah ini

sering digunakan urutan alfabet dalam IUPAC. Dalam hal urutan alfabet

diperlukan, nama-nama gugus sementara dikembalikan ke bahasa Inggris lebih

dulu.

Contoh:

Kloro > etil > metil > fenil (karena c(chloro) > e > m > p (phenyl)

3.8. Nama atau ungkapan IUPAC yang mengikuti hukum MD, di alihbahasakan

dengan menggunakan hukum DM.

Contoh:

azide ion -ion azida

Page 46: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

46

nitrosyl radical -radikal nitrosil

tetapi:

phenylsodium -fenilnatrium

peroxosulfate -peroksosulfat (bukan sulfat perokso)

Catatan:

oxoacid (oxo acid) - asam okkso (BI)

asid okso (BM)

peroxoacid (peroxo acid) - asam perokso (BI)

asid perokso (BM)

dan semacamnya.

Ditulis satu kata:

isopolyanion - isopolianion

heteropolyanion - heteropolianion

3.9 Di bawah ini beberapa imbuhan yang dijumpai baik dalam kimia anorganik

maupun kimia organik, yang pengalihbahasaannya tidak sama dengan yang

tercantum dalam pedoman khusus pembentukan istilah kimia maupun pedoman

umum pembentukan istiah, atau yang dirasakan perlu penegasan.

- ide → -ida Contoh: bromide – bromida

- ate → -at Contoh: sulfate- sulfat

-ite → -ik Contoh: sulfite - sulfit

-ic → -ik Contoh: nitric – nitrik (BM)

tetapi nitrat (BI)

-ous → -us Contoh: nitrous – nitrus (BM)

tetapi nitrat (BI)

-ine → -ina Contoh: nitrous – nitrus (BM)

tetapi nitrit (BI)

-ine → -ina Contoh: amidine – amidina

catatan: nama unsur halogen ber

Page 47: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

47

akhir –in. bukan ina

-ane → -ana Contoh: meyhane – metana tetapi

Catatan: dioxane (dioxan) - dioksan

(nama trival)

-ene → -ena Contoh: boteno – butena

-en (untuk senyawaan organik yang juga

mengandung atom di luar C dan H) Contoh:

thiophen(e) - tiofen

keten(e) - keten

-yne → -una

-ile → -il Contoh: nitrile – nitril

-yl → -il Contoh: Sulfonyl – sulfonil

-one → -on Contoh: propanone – propanon

-ol → -ol Contoh: pentanol – pentanol

-ole → -ola Contoh:

Senyawaan lingkar aneka 5 atom

pyrrole pirole

indole indola

skatole skatola

carbazole karbazola

senyawaan lain: (nama trivial)

-ole anisole anisola

phenetole fenetola

cineole sineola

veratrole veratrola

-ium ium Contoh:

carbonium karbonium

hypo- hipo- Contoh:

Page 48: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

48

sodium hypophosphite-natrium

hipofosfit

BAB IV. BEBERAPA PENGALIHBAHASAAN IMBUHAN

Di bawah ini disenaraikan imbuhan singkatan yang mengalami perubahan (padahal tidak)

dalam pengalihbahasaan.

Tabel 4.1 Singkatan beberapa Ligan Umum

IUPAC BI & BM Ulasan

Acac

Hacac

H 2OX

bpy

diphos

phen

py

Acac

Hacac

H2OX

Bpy

diphos

phen

py

Asetilasetonato

Asetilaseton

Asam oksalat (BI)

Asid oksalik (BM)

2,2’-bipiridina atau 2, 2’

-bipiridil

Etilenabis(difenilfosfin)

1,10-fenantrolina

Piridina

Singkatan ini dipungut karena dianggap lebih bersifat sebagai lambang.

Tabel 4.2 Imbuhan dalam Tata Nama Anorganik

Imbuhan pengganda : lihat kimia organik (tabel 4.3)

IUPAC BI & BM Ulasan

asym-

caterina-

cis-

asim-

katena-

cis-

Asimetris

Bangun rantai; sering digunakan

untuk zat polimer lurus

Dua gugus menghuni dua posisi

berdampingan (lihat fac-)

Page 49: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

49

closo-

dodecahedro-

fac-

hexahedro-

hexaprismo-

icosahedro-

kloso-

dodekahedro-

fac-

heksahedro-

heksaprismo-

ikosahedro-

oktahedro-

kuadro-

Bangun cincin

Delapan atom terikat dalam

bidang dua belas bermuka

segitiga

Tiga gugus menghuni sudut-

sudut muka segitiga suatu bidang

delapan

Delapan atom terikat dalam

suatu bidang enam (mis. kubus)

12 atom terikat dalam suatu

prima segi enam

12 atom terikat dalam suatu

ikosahedron segitiga

Enam atom terikat dalam suatu

bidang delapan

Empat atom terikat dalam suatu

bidang segi empat (mis. bujur

sangkar)

IUPAC BI & BM Ulasan

sym-

trans-

sim-

trans-

Simetris

Dua gugus berseberangan

melintas suatu atom pusat

Tabel 4.3 Awalan Pengganda yang biasa digunakan dalam Kimia Organik

1 mono 9 nona 23 trikosa

2 di 10 deka 24 tetrakosa

3 tri 11 undeka 30 triakonta

4 tetra 12 dodeka 31 hentriakonta

5 penta 13 trideka 32 dotriakonta

6 heksa 20 eikosa*) 40 tetrakonta

7 hepta 21 heneikosa 100 hekta

8 okta 22 dokosa 132 dotriakontahekta

Page 50: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

50

*) K. Anorganik ikosa - dst.

Tabel 4.4 Beberapa nama gugus sebagai awalan dalam Tata Nama Tukar ganti

RUMUS IUPAC BI & BM

- C1

-C10

-C102

-C103

-IO

-IO2

-I(OH)2

-N2

-N(O)OH

chloro-

chlorosyl-

choryl-

perchloryl-

iodosyl-

iodyl-

dihydroxiodo

diazo-

aci-nitro-

kloro-

klorosil-

kloril-

perkloril-

iodosil-

iodil- (bukan iodoxy-

iodoksi)

dihidrokso;opdp- (ii-

dipertahankan)

diazo-

aci-nitro-

RUMUS IUPAC BI & BM

- OR

- SR

- TeR

R-oxy

R-thio-

R-tellure-

R-oksi

R-tio-

R-teluro

Page 51: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

51

TABEL 4.5 IMBUHAN UNTUK BEBERAPA GUGUS PENTING DALAM TATA NAMA TUKAR GANTI

Kelompok Rumus Awalan Akhiran

IUPAC BI & BM IUPAC BI & BM

Kation onio-

onia-

onio-

onia-

onio-

onia-

-onium_ -onium_

Asam karboksilat *)

(Asid karbaksilik) *)

-COOH

- (C) OOH

carboxy karboksi carboxylic acid asam...-karboksilat (BI)

asid...-karboksilik (BM)

Asam sulfonat

(Asid sulfonik)

-S03H sulfo- sulfo- -sulfonic acid asam...-sulfonat (BI)

asid...-sulfonik (BM)

Garam -COOM - - metal...carboxylate logam...karboksilat

- (C) OOM - - metal...oate logam...oat

Ester -COOR R-oxycarbonyl R-oksikarbonil R...Carboxylate R...karboksilat

-(C) OOR - - R...oate R...oat

Halida asam (BI)

Halida asid (BM)

-CO – X haloformyl haloformil - carbonyl halide - karbonil halida

- (C) O –X - - -oyl ha lide - oil halida

Amida

-CO-NH2

-(C)O-NH2

-C(=NH)-NH2

-(C)(=NH)-NH

-C=N

-(C)=N

-CHO

-(C) HO

C=O

-OH

-SH

carbamoyl-

-

amidino-

-

cyano-

-

formyl-

oxo-

oxo-

hydroxy-

mercapto-

Karbamoil

-

amidino

-

siano-

-

formil-

okso-

okso-

hidroksi-

merkapto-

-carboxamide

-amide

-carboxamidine

-amidine

-carbonitrile

-nitrile

-carbaldehyde

-al

-one

-ol

-thiol

-karboksamida

-amida

-karboksamidina

-amidina

-karbonitril

-nitril

-karbaldehid (a)

-al

-on

-ol

-tiol

* ) BM I

Page 52: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

52

Kelompok Rumus Awalan Akhiran

IUPAC BI & BM IUPAC BI & BM

Hidroperoksida

Amina

Imina

Eter

Sulfida

Peroksida

-O-OH

-NH2

-NH

-OR

-SR

-O-OR

hydroperoxy-

amino-

Imino-

R-oksi-

R-thio-

R-dioxy-

hidroperoksi-

amino-

imino-

R-oksi-

R-tio-

R-dioksi-

-

-amine

-imine

-

-

-

-

-amina

-imina

-

-

-

Catatan: atom karbon dalam tanda kurung dimasukkan dalam nama induk, jadi tidak dalam imbuhan.

Page 53: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

53

Tabel 4.6 Awalan yang menunjukkan Atom Hetero dalam cincin

Unsur Awalan

IUPAC BI & BM

Oksigen II Oxa- Oksa

Sulfur II Thia- Tia-

Selen (ium) II Selena- Selena-

Telurium II Tellura- Telura-

Nitrogen III Aza- Aza-

Fosforus III Phospha- Fosfa-*)

Arsenik III Arsa- Arsa-*)

Stibium III Stiba- Stiba-*)

Bismut III Bismutha- Bismuta-

Silikon IV Sila- Sila-

Germanium IV Germa- Germa-

Timah IV Stanna- Stana-

Timbel IV Plumba- Plumba

Boron III Bora- Bora-

Merkurium II Mercura- Merkura-

*) Bila awalan segera diikuti suku –in atau –ina (IUPAC –in atau –ine), awalan ini

harus diubah menjadi fosfor-, arsen-, dan antimon-

Tabel 4.7 AKHIRAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENUNJUKKAN

BESARNYA CINCIN DAN KEADAAN REDUKSI CINCIN DALAM

TATA NAMA SENYAWAAN LINGKAR ANEKA MENURUT

SISTEM HANTZSH-WIDMAN

IUPAC BI & BM IUPAC BI & BM

-irine

-irene

-ete

-etane

-olidine

-ine

-ane

-ocine

-ocane

-onin

-ecine

-ecane

-irina-

-irena

-ete (BI) –et (BM)

-etana

-olidina

-ina

-ana

-osina

-okana

-onin

-esina

-ekana

-iridine

-irene

-etidine

-ole

-olane

-in

-epine

-oci

-onine

-onane

-ecin

-iridina

-irana

-etidina

-ola

-olana

-in

-epina

-osin

-onina

-onana

-esin

Page 54: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

54

Bab V CATATAN DAN PENUTUP

5.1 Dalam pengalihbahasaan, konsonan c menjadi s atau k, bergantung pada vokal

yang segera mengikuti. Dalam contoh di bawah ini dicantumkan ulasan

cis- cis- bukan sis- karena awalan ini lebih bersifat lambang

decyl- desil- meskipun induknya ialah dekana (decane)

-ocine -osina meskipun berasal dari okta (octa)

-ocin -osin yakni 8

-ecine esina meskipun berasal dari deka (deca)

-ecin -esin yakni 10

5.2 Dalam hal batas tidak jelas:

5.2.1 Pedoman Khusus Pembentukan Tata Nama Kimia ini hanya mencakup

nama-nama senyawaan, sementara istilah tunduk pada Pedoman Khusus

Pembentukan Istilah Kimia dan Peodman Umum Pembentukan Istilah.

Namun pemisahan nama dan istilah belum tentu jelas. Ini umumnya

menyangkut nama senyawaan (baik bersistem maupun trivual) yang

menjadi lazim dalam bahasa sehari-hari dan memperoleh perluasan atau

penyempitan arti.

Contoh: carbide - karbida

karbide

karbid, karbit

polyethylene - polietilena

polietilen

5.2.2 Demikian pula antara nama kimia dan nama biologi suatu senyawaan atau

kelompok senyawaan belum tentu sama.

Contoh konkrit: nama-nama enzim.

Enzim-enzim pengurai pati mempunyai nama umum “amylase”. Kata ini

dapat ditafsirkan sebagai istilah, nama sistematik kimia maupun nama

biologi (kedokteran). Maka pengalihbahasaan dapat memberikan

“amilase” atau “amilasa”.

Diputuskan untuk menggunakan akhiran –ase bagi nama enzim (e).

(MBIM XIII di Melaka)

Page 55: SIDANG KEENAM BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/3380286921... · Subpanitia Ilmu Kependudukan/Demografi untuk selanjutnya disebut

55

5.3.1 Alihbahasa yang tidak tercantum dalam pedoman Khusus Pembentukan

Tata Nama Kimia ini, dianggap mudah dilakukan berdasarkan Pedoman

Umum Pembentukan Istilah dan Pedoman Khusus Pembentukan Istilah

Kimia.

5.3.2 Dalam hal IUPAC menghasilkan aturan-aturan baru, yang beberaoa

unsurnya belum tercakup dalam Pedoman Khusus ini, maka

pengalihbahasaan unsur-unsur itu dilakukan berdasarkan analogi.

Rujukan

1. Cahn: R.S. Cahn, “Introduction to Chemical Nomenclature”, 5th

edn,

Butterworth, London.

2. Red Book: IUPAC, “Nomenclature of Inorganic Chemistry”, 2nd, Butterworths,

London, 1970.

3. Blue Book: IUPAC, “Nomenclature of Organic Chemistry”, 1979 end, Pergamon

Press, Oxford, 1979.