selulitis orbita2
DESCRIPTION
jtgTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS III
LAPORAN KASUS IIITUMOR ORBITA
OLEH:
Bq. Halida OctamiH1A 005006
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
20101. Ringkasan Awal
Seorang laki-laki umur 51 tahun datang ke Poli Mata RSUP NTB pada hari Selasa, 05 Januari 2010 untuk melakukan pemeriksaan penyakit mata yang dialami.
Subjek (S) : Pasien mengeluh mata kiri membengkak sejak enam bulan yang lalu.
Objektif (O) : Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh hasil bahwa kondisi mata kanan dalam batas normal yaitu visus = 6/6, lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior dalam batas normal serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital. Mata kiri menunjukkan pseudoptosis dengan palpebra superior dan inferior edema dan hiperemi, sehingga visus, lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, segmen anterior serta posterior sulit untuk dievaluasi.Assesment (A) : Tumor orbita sinistra primerPlanning (P) :
Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Observasi kesejahteraan pasien Foto kepala anterior lateralIDENTITAS PASIEN
Nama: Tn. SUmur: 51 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : PrayaTanggal pemeriksaan : 05 Januari 2010
I. ANAMNESAKeluhan utama:
Mata kiri membengkak sejak 6 bulan yang lalu.Riwayat penyakit sekarang :
Pasien merasakan mata kiri membengkak sejak enam bulan yang lalu. Hal ini bermula dari benjolan pada kelopak mata atas bagian dalam. Seiring berjalannya waktu benjolan tersebut terus membesar sehingga kelopak mata atas membengkak dan menghalangi pandangan. Pasien kemudian memeriksakan matanya ke RSU Praya dan diberi obat minum yang pasien lupa namanya. Sebulan setelah berobat ke RSU Praya penyakit pasien tidak kunjung sembuh bahkan cenderung memburuk dimana pasien tidak mampu membuka mata kirinya akibat bengkak yang semakin membesar dan diikuti pembengkakan pada daerah pipi. Pasien kemudian memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Propinsi NTB pada tanggal 05 Januari 2010 dengan keluhan mata kiri membengkak tanpa disertai nyeri.Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, riwayat sinusitis (-), riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), riwayat trauma pada mata (-), riwayat penyakit mata sebelumnya (-), riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (-).
Anamnesis Sistem:
Sakit kepala (+), infeksi telinga dan gangguan pendengaran (-), gangguan penghidu (-), gigi berlubang pada gigi geraham ke-III rahang bawah kiri dan gigi geraham ke-II rahang atas kanan, pembengkakan wajah sebelah kiri (+), nyeri tenggorokan (-), suara serak (-), perbesaran kelenjar leher (-), jantung dan paru tidak ada keluhan, gangguan buang air kecil dan buang air besar (-), kekuatan otot baik, perangai pasien serta berat badan stabil. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada riwayat gejala penyakit mata yang serupa pada anggota keluarga
Riwayat pribadi, sosial ekonomi dan budaya:
Pekerjaan pasien selama ini adalah sebagai pegawai negeri sipil, aktivitas sehari-hari berlangsung normal, pola makan teratur dalam porsi normal, pola tidur normal dan pasien merupakan perokok berat.III. Pemeriksaan Fisik :
Tanggal pemeriksaan : 05 Januari 2010
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : T = 130/90 mmHg
N = 92 x/ menit
T = 36,3 C
R = 24 x/ menitStatus lokalis :
NoPemeriksaanMata KananMata Kiri
1.Visus6/6Tidak dapat dilakukan
2.Lapang pandangNormalTidak dapat dilakukan
2.Gerakan bola mataBaik ke segala arahTidak dapat dilakukan
3.Palpebra superiorEdema(-)(+)
Hiperemi(-)(+)
SiliaAdaAda
Pseudoptosis(-)(+)
Sikatrik(-)(-)
4.Palpebra InferiorEdema(-)(+)
Hiperemi(-)(+)
SiliaAdaAda
5.Fissura palpebra1 cm0 cm
6.Konjungtiva palpebra
Superior
InferiorHiperemi(-)(+)
Hiperemi(-)(+)
7Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva(-)Tidak dapat dilakukan
Injeksi silier(-)Tidak dapat dilakukan
8.Sklera
Hiperemi(-)Tidak dapat dilakukan
Udema (-)Tidak dapat dilakukan
9.Kornea
Kejernihan JernihTidak dapat dilakukan
Permukaan LicinTidak dapat dilakukan
Infiltrat (-)Tidak dapat dilakukan
Benda asing(-)Tidak dapat dilakukan
10.Bilik mata depan
Kedalaman
Hifema
Hipopion Normal(-)
(-)Tidak dapat dilakukan
11.Iris
Warna
Iridodenesis
Iridodialisis
Sinekia Coklat
(-)
(-)
(-)Tidak dapat dilakukan
12.PupilBentukBulat, 3 mmTidak dapat dilakukan
Refleks langsung(+)
Refleks tidak langsungTidak dilakukan
13.Lensa
Kejernihan
Iris shadowSedikit keruh(+)Tidak dapat dilakukan
14.TIO (palpasi)NormalTidak dapat dilakukan
15.FunduskopiFR (+)Tidak dapat dilakukan
Gambar mata pasien
DIAGNOSIS
Diagnosa kerja : Tumor orbita sinistra primer
Diagnosa banding : Tumor orbita sekunderUSULAN PEMERIKSAAN
1. CT Scan
2. Pemeriksaan patologi anatomiPENATALAKSANAAN
Infus RL 15 tpm
Cefotaxime/ 12 jam
Antrain/ 8 jam
Observasi kesejahteraan pasien
Foto kepala anterior lateral PROGNOSIS
Prognosis pada kasus ini adalah sulit diramalkan.FOLLOW UP PATIENT
07 Januari 2010
S: Pasient mengeluh sakit kepala sebelah kiri yang menjalar hingga belakang kepala, nyeri pada mata (-).
Objektif (O) :
KU: Sedang
Kes : Compos Mentis
Vital sign : T = 130/80 mmHg
N = 96 x/ menit
T = 35,9 C
R = 20 x/ menit
Kepala : Perbesaran kelenjar preaurikulerJantung : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).
Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Hangat +/+, edema -/-
Status lokalis :
OD: visus = > 6/60 (bed side examination), lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal (FR (+)) serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital. OS: pseudoptosis dengan palpebra superior dan inferior edema dan hiperemi, sehingga visus, lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, segmen anterior serta posterior sulit untuk dievaluasi.
Assesment (A) :
Tumor orbita sinistra primer
Planning (P) :
Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Observasi kesejahteraan pasien Tunggu hasil foto kepala anterior lateral08 Januari 2010
S: Pasient mengeluh sakit kepala sebelah kiri yang menjalar hingga belakang kepala, nyeri pada mata (-).
Objektif (O) :
KU: Sedang
Kes : Compos Mentis
Vital sign : T = 120/80 mmHg
N = 96 x/ menit
T = 36,0 C
R = 20 x/ menit
Kepala : Perbesaran kelenjar preaurikulerJantung : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).
Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Hangat +/+, edema -/-
Status lokalis :
OD: visus = > 6/60 (bed side examination), lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal (FR (+)) serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital.
OS: Edema palpebra, pseudoptosis, visus > 2/60, Segmen anterior yang dapat dievaluasi hanya kornea bagian medial yang tampak jernih. Lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, serta serta segmen posterior sulit untuk dievaluasi.
Assesment (A) :
Tumor orbita sinistra primer
Planning (P) :
Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Observasi kesejahteraan pasien09 Januari 2010
S: Pasient mengeluh belum buang air besar, sakit kepala (-), nyeri pada mata (-).
Objektif (O) :
Foto thorak menunjukkan tulang intak, sinus paranasalis normo lucent, soft tissue swelling.
KU: Sedang
Kes : Compos Mentis
Vital sign : T = 130/80 mmHg
N = 96 x/ menit
T = 35,9 C
R = 20 x/ menit
Kepala : Perbesaran kelenjar preaurikulerJantung : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).
Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Hangat +/+, edema -/-
Status lokalis :
OD: visus = > 6/60 (bed side examination), lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal (FR (+)) serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital.
OS: Edema palpebra, pseudoptosis, visus > 2/60, Segmen anterior yang dapat dievaluasi hanya kornea bagian medial yang tampak jernih. Lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, serta serta segmen posterior sulit untuk dievaluasi.
Assesment (A) :
Tumor orbita sinistra primer
Planning (P) :
Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Bacquinor Irigasi betadin Dulcolax Observasi kesejahteraan pasien10 Januari 2010
S: Bengkak pada mata kiri tidak ada perubahan, nyeri mata (-), sakit kepala (-).
Objektif (O) :
KU: Sedang
Kes : Compos Mentis
Vital sign : T = 120/80 mmHg
N = 96 x/ menit
T = 36.0 C
R = 24 x/ menit
Kepala : Perbesaran kelenjar preaurikulerJantung : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).
Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Hangat +/+, edema -/-
Status lokalis :
OD: visus = > 6/60 (bed side examination), lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal (FR (+)) serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital.
OS: Edema palpebra tidak berkurang, pseudoptosis, visus > 2/60, Segmen anterior yang dapat dievaluasi hanya kornea bagian medial yang tampak jernih. Lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, serta serta segmen posterior sulit untuk dievaluasi.
Assesment (A) : Tumor orbita sinistra primer
Planning (P) :
Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Bacquinor Irigasi betadine Observasi kesejahteraan pasien11 Januari 2010
S: Pasient mengeluh nyeri tekan pada kelopak mata kiri bawah.
Objektif (O) :
KU: Sedang
Kes : Compos Mentis
Vital sign : T = 130/80 mmHg
N = 92 x/ menit
T = 35,9 C
R = 20 x/ menit
Kepala : Perbesaran kelenjar preaurikulerJantung : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).
Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Hangat +/+, edema -/-
Status lokalis :
OD: visus = > 6/60 (bed side examination), lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal (FR (+)) serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital.
OS: Edema palpebra tidak berkurang, pseudoptosis, visus > 2/60, Segmen anterior yang dapat dievaluasi hanya kornea bagian medial yang tampak jernih. Lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, serta serta segmen posterior sulit untuk dievaluasi.
Assesment (A) :
Tumor orbita sinistra primer
Planning (P) :
Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Bacquinor Irigasi betadine Konsul bedah Observasi kesejahteraan pasien12 Januari 2010
S: Pasient mengeluh nyeri tekan pada kelopak mata kiri bawah.
Objektif (O) :
KU: Sedang
Kes : Compos Mentis
Vital sign : T = 130/80 mmHg
N = 96 x/ menit
T = 36,0 C
R = 20 x/ menit
Kepala : Perbesaran kelenjar preaurikulerJantung : S1S2 tunggal, gallop (-), murmur (-).
Pulmo : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Hangat +/+, edema -/-
CT-Scan : Destruksi tulang superior sinus maksilaris.Status lokalis :
OD: visus = > 6/60 (bed side examination), lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal (FR (+)) serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital.
OS: Edema palpebra berkurang, pseudoptosis, visus > 2/60, Segmen anterior yang dapat dievaluasi hanya kornea bagian medial yang tampak jernih. Lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler, serta serta segmen posterior sulit untuk dievaluasi.
Assesment (A) :
Tumor orbita sinistra primer
Planning (P) :
Kultur pus
CT Scan Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Bacquinor CT Scan Kultur pus Insisi abses Observasi kesejahteraan pasien3. Identifikasi Masalah
Pada tumor orbita akan memberikan gejala nyeri orbital jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa. Proptosis yaitu pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas). Pembengkakan kelopak mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa. Palpasi bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel. Pulsasi menunjukkan lesi vaskuler; fistula carotid kavernosa atau malformasi arteriovenosa, dengarkan adanya bruit. Gangguan gerakan bola mata sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.1Pada pasien ini didapatkan gejala nyeri orbital yang tidak begitu jelas, tumor tumbuh lambat, kelopak sangat edema, pseudoptosis, gangguan pergerakan bola mata, serta demam tidak ditemukan sedangkan gejala-gejala lain tidak dapat dievaluasi akibat kelopak mata atas yang tidak dapat dibuka. Gambaran serta gejala yang didapatkan dari pasien mengarah pada diagnosis tumor orbita sinistra primer. 4. Analisa Kasus
a. Pengetahuan medik dasar
1. Pengertian Tumor OrbitaTumor orbita merupakan massa yang berada di rongga orbita, dapat berasal dari jaringan lunak orbita ataupun jaringan sekitarnya, atau merupakan hasil metastasis dari organ tubuh lain dan palpebra atau konjungtiva. Setiap jaringan dapat berpotensi berubah pertumbuhan menjadi neoplasma. Di orbita terdapat jaringan yang secara embriologik berasal dari mesoderm dan neuroektoderm. Palpebra dan konjungtiva berasal dari ectoderm. Jenis tumornya dapat bersifat jinak atau ganas, dan jenisnya dapat ditemui lebih dari 50 jenis tumor. 22. Etiologi Tumor Orbita
Tumor jinak orbita bisasanya jinak. Tumor sekunder berasal dari jaringan-jaringan sekitar orbita misalnya tumor ganas nasofaring dan sinus-sinus. Tumor nasofaring dapat mencapai orbita melalui fisura orbita superior, letak tumor diantrum. Penyebaran tumor dari sinus etmoidal melalui dinding tulang etmoid. Tumor yang merupakan metastasis dari bagian lain badan, yang terbanyak ialah tumor payudara. Tumor orbita dapat menjadikan metastasis ke hati, paru-paru, dan tulang.33. Bentuk Tumor Orbita1
Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar orbit:
Kelenjar lakrimal: Adenoma fleomorfik: biasanya jinak, tapi rekurensi ter-
jadi bila tidak dilakukan eksisi kengkap.
Karsinoma Jaringan limfoid:
Limfoma: Tumbuh primer didalam orbit, atau sekunder a-
tas kelainan menyeluruh pada tubuh.
Retina:
Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas.
Melanoma Tulang: Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid,
bisa menyebabkan mukosel frontal.
Sista dermoid Sista epidermoid Sinus paranasal, nasofaring: Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada
tahap dini penyakit.
Selubung saraf optik: Meningioma: sering meluas keintrakranial melalui fora-
men optik.
Saraf optik: Glioma (astrositoma pilositik): Tumbuh sangat lambat.
Neurofibroma/neurinoma Jaringan ikat:
Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertum-
buhan dan penyebaran lokal cepat.
Metastasis melalui darah: Dewasa: Karsinoma 'breast'
Karsinoma bronkhial Anak-anak: Neuroblastoma
Sarkoma Ewing
Leukemia
Tumor testikuler Lesi orbital non-neoplastik: Hemangioma/limfangioma kavernosa: Lesi jinak yang se-
ring terjadi pada dewasa.
Pseudotumor
Eksoftalmos endokrin
Granulomatosis Wagener
Histiositosis X
Sarkoidosis Fistula karotid-kavernosa tampil dengan eksoftalmos pulsatif.
4. Tanda dan Gejala Tumor Orbita
Tanda dan Gejala Klinis 1Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau ce-pat (lesi ganas).
Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa.
Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
Pulsasi: menunjukkan lesi vaskuler; fistula carotid kavernosa atau malformasi arteriovenosa, dengarkan adanya bruit.
Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
5. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Tumor Orbita4a. Foto rontgen kepala, sinar X : 685 mrad
- Posisi waters : gambaran atap & dasar orbita
- Posisi rhese : menilai foramen optikum
- Posisi cadwell : gambaran rima superior & lateral orbita,
dindingmedial, snus ethmoidal & frontal
b. USG getaran suara 5 10 mHz
- B scan : memberi lokasi dan konfigurasi tumor
- A scan : grafik yang korelasi dgn B scan
c. CT Scan akurasinya 99,4% : jaringan lunak & tulang dapat terdeteksi
d. NMRI ( Nuclear Magnetic Resonanse Imaging )
- Sifat non invasif, tdk radiasi ionisasi, tidak sinar X
- Gambar lebih rinci
- Baik untuk penilaian : ensefalitis, penyakit vaskuler, untuk identifikasi focus demielinisasi & peny sklerosis multifel
- Tidak digunakan pada orbita yg ada benda asing bermagnit
6. Pengobatan Tumor Orbita5Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ.
Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
Pendekatan operatif: Orbital medial: untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik.
Transkranial-frontal: untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak posterior dan medial dari saraf optik.
Lateral: untuk tumor yang terletak superior, lateral,
atau inferior dari saraf optik.
7. Prognosis Tumor Orbita
Penderita tumor orbita mempunyai prognosis buruk. Pada penelitian Riyanto didapatkan angka kelangsungan hidup tumor orbita sebesar 84,62%. Prognosis penderita diperburuk akibat keterlambatan dating berobat. Data dirumah sakit menunjukkan bahwa keterlambatan penderita dalam upaya mencari pengobatan sebagai akibat sosio-ekonomi sebesar 35 %, ketidak tahuan penderita bahwa mata dapat terkena tumor sebesar 31,60%, dan yang disebabkan oleh keterlambatan oleh dokter atau paramedic dalam merujuk atau ketidaktepatan pengobatan sebesar 34,40%.2b. Subjektif
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pembengkakan pada mata kiri secara perlahan, tidak disertai nyeri dan demam. Berdasarkan keluhan utama tersebut kemungkinan lain diagnosis adalah tumor orbita sekunder. Tumor orbita dapat bersifat primer, sekunder atau metastatik. Tumor sekunder adalah tumor yang berasal dari tempat-tempat yang berhubungan dengan rongga orbita dan terjadi perluasan tumor se dalam rongga orbita misalnya dari sinus, rongga otak atau kelopak mata. Tumor jinak orbita biasanya primer. Eksolftalmos satu mata merupakan gejala utama suatu neoplasma orbita. Arah penonjolan dapat membimbing kita kearah asal tumor. Gejala-gejala lain yang menyertai neoplasma adalah gangguan pergerakan bola mata, gangguan penglihatan, gangguan lapang pandang, pembendungan darah pada orbita, dan ada atau tidaknya perubahan fundus mata. Gejala-gejala tersebut diatas tergantung letak tumor.3c. Objektif
Mata kiri menunjukkan respon terhadap pengobatan kurang (tidak terdapat perbaikan yang bermakna), pseudoptosis dengan palpebra superior dan inferior edema dan hiperemi, sehingga visus, lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler sulit dievaluasi, segmen anterior hanya kornea bagian medial yang dapat dievaluasi dan tampak jernih, segmen posterior sulit untuk dievaluasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perbesaran kelenjar preauricular serta parotis. Hasil foto kepala menunjukkan kondisi sinus paranasalis normoluscent, tidak terdapat destruksi tulang, sedangkan hasil CT-Scan menunjukkan adanya destruksi tulang superior sinus maksilaris. Pembengkakan pada kelopak palpebra superior diakibatkan oleh proses pertumbuhan sel yang tidak terkendali akibat tertekannya tumor suppressor gen. Destruksi tulang yang ditunjukkan oleh hasil CT-Scan menunjukkan sel tumor bersifat progresif, dan telah melakukan metastasis dengan adanya perbesaran kelenjar preaurikular serta parotis. Pembengkakan yang sangat menyebabkan kelopak sulit dibuka yang menghalangi pemeriksaan segmen anterior serta posterior mata.
Penyebab pasti dari tumor yang diderita pasien masih belum diketahui, kemungkinan tumor murni berasal dari orbita dengan riwayat hordeolum yang diderita pasien bisa dijadikan penyebab, tetapi perlu diingat juga bahwa pada pemeriksaan fisik didapatkan gigi berlubang yang memungkinkannya sebagai sumber infeksi terhadap sinus maksilaris. Dengan terbentuknya tumor pada sinus maksila dapat menyebabkan perluasan kedaerah orbita melihat lokasinya yang berdekatan. Diagnosis tumor orbita ataupun tumor maksila terkadang sulit untuk dideteksi secara dini akibat lokasinya yang terkungkung oleh tulang kranial dan berada diantara jaringan lunak serta bola mata, suatu organ yang memiliki fungsi vital bagi manusia.
d. AssesmentHasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan menunjukkan bahwa diagnosis mengarah pada tumor orbita sinistra primer. e. Planning Terapi : Infus RL 15 tpm Cefotaxime/ 12 jam Antrain/ 8 jam Baquinor Irigasi betadine Radioterapi Observasi kesejahteraan pasienf. Prognosis pada kasus ini buruk akibat telah terjadinya metastasis ke kelenjar preaurikular serta parotis.5. Ringkasan akhirSeorang laki-laki umur 51 tahun datang ke Poli Mata RSUP NTB pada hari Selasa, 05 Januari 2010 untuk melakukan pemeriksaan penyakit mata yang dialami. Pasien mengeluh mata kiri membengkak sejak enam bulan yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan selama pasien rawat inap di RSUP NTB diperoleh hasil bahwa kondisi mata kanan dalam batas normal yaitu visus = 6/6, lapang pandang tidak menyempit, fungsi otot ekstraokuler normal, segmen anterior dan posterior normal serta tekanan intraokuler normal dengan pemeriksaan digital. Mata kiri menunjukkan respon terhadap pengobatan kurang (tidak terdapat perbaikan yang bermakna), pseudoptosis dengan palpebra superior dan inferior edema dan hiperemi, sehingga visus, lapang pandang, fungsi otot ekstraokuler sulit dievaluasi, segmen anterior hanya kornea bagian medial yang dapat dievaluasi dan tampak jernih, segmen posterior sulit untuk dievaluasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perbesaran kelenjar preaurikular serta parotis. Pemeriksaan CT-Scan menunjukkan destruksi tulang superior sinus maksilaris. Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mata, dan pemeriksaan penunjang, maka pasien didiagnosis tumor orbita sinistra primer. Selanjutnya pasien direncanakan untuk melakukan radioterapi. Prognosis pada pasien ini buruk.DAFTAR PUSTAKA
Susilo J., 2009, Available from http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2009/05/tumor-orbita.html. (Accessed : Januari 14 2010)
Gondhowiardjo T., Simanjuntak G., 2006, Panduan Manajemen Klinis PERDAMI. Jakarta : PP PERDAMI.
Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Amir S., 2009, Tumor Mata dan Adneksa. Available from : http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/Microsoft%20PowerPoint%20-%20tumor%20SL.pdf. (Accessed : Januari 14 2010).Saanin S., 2009, Tumor Orbita. Available from : http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Orbita.html. (Accessed : Januari 14 2010).
Palpebra superior oedem, hiperemi
Lensa sedikit keruh
OD
OS
Palpebra superior oedem, hiperemi, pseudoptosis