sejarah yayasan yohanes gabriel perwakilan iii kediri

85
GELIAT DAN PASANG SURUT PILAR-PILAR KEHIDUPAN “YAYASAN YOHANES GABRIEL” PERWAKILAN III KEDIRI Editor : A. Kasdadi A. K. Sutrisno Antonius Cahya P. B. 1

Upload: aloysius-kasdadi

Post on 24-Dec-2014

2.254 views

Category:

Education


41 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

GELIAT DAN PASANG SURUT PILAR-PILAR KEHIDUPAN

“YAYASAN YOHANES GABRIEL”

PERWAKILAN III KEDIRI

Editor :

A. KasdadiA. K. Sutrisno

Antonius Cahya P. B.B. Eko Ismono

YAYASAN YOHANES GABRIEL

1

Pembangunan Gedung Kantor Perwakilan 2 Kediri

KANTOR PERWAKILAN III KEDIRIJl. Veteran 3 Tlp/Fax 0354 – 771670 Kediri – 64114

Sejarah Pendirian :

Pada bulan September 1959 Romo Ignatius Dwidjosoesastro CM mendirikan Kantor Yayasan Yohanes Gabriel Cabang Kediri untuk mengurusi sekolah di wilayah Kediri dan sekitarnya, yaitu Kediri, Gringging, Jombang, Nganjuk, Pare dan Puhsarang. Dalam perkembangan selanjutnya istilah cabang berubah menjadi perwakilan. Kata Perwakilan II, mengikuti pembagian regio Keuskupan Surabaya, Regio II. Kantor Cabang pada tahun 1959 dahulu berada di Jl. Wilis Kediri yang sekarang SD Frateran II. Selanjutnya pindah di Jl. Klotok 3 sekarang Jl. Veteran 3 Kediri. Berturut-turut pernah menempati ruang sebelah selatan gereja Vincentius, Ruang Legio, Menjadi satu dengan SMAK St. Augustinus Kediri dan terakhir sampai sekarang disebelah utara gereja satu komplek dengan Pastoran, Kantor Paroki dan Toko buku Paroki.

Kepengurusan pada Awal dan perkembangan selanjutnya :

2

Gedung Kantor Perwakilan 2 Kediri.Inset : Romo Ignatius Dwidjo Susastro, CM. (Sumber : 80 Th.Romo-Romo CM di Indonesia).

Pada tahun 1959–1964 yang menjadi Ketua Cabang adalah Romo Dwidjosoesastro CM. Kepala Kantor Bapak Sudarmono. Sedang karyawannya : Bapak FX Sukamto, Ibu Sudarmono, Bapak Afandi, Bapak Pardi, Bapak Gito Supadmo. Pengurus tahun 1965 : Romo Hadi Sudarso Pr. Pengurus tahun 1965–1972 : Romo Kumoro Wijoyo Pr. Tahun 1972–1985 kepengurusan pernah dijabat oleh Romo Wartadi CM, Romo Utomo CM, Romo Aryono CM, Romo Reintjes CM, Romo S Sunaryo CM. Tahun 1985–1993 : Dijabat oleh Romo Ponticelli CM, Romo Sumarki CM, Romo Emilio Rossi CM, Romo A. Kurdo Irianto Pr. Tahun 1993–2000 : Romo B. Yustisianto Pr dan pernah bersama dengan Romo Karolus Jande Pr. Tahun 2000–2002 : Romo Harjanto Pr. Tahun 2002–2005 : Romo Albertus Haryopranoto Pr. Tahun 2005–Sekarang : Romo B. Prima Novianto Pr. Dengan Susunan Pengurus sebagai berikut : Ketua : Romo Drs. B. Prima Novianto Pr., Sekretaris : Drs. A. Kasdadi, Bendahara dan Usaha Dana : Romo Drs. Petrus Katiran Pr., Kepala Bidang Kepegawaian : Romo Drs. P. Kusnugroho Pr., Kepala Bidang Pendidikan/Kurikulum : Rm Drs. A. Akik Purwanto Pr., Kepala Bidang Sarana dan Prasarana : Romo Drs. Siprianus Yitno Pr., Karyawan : A.K. Sutrisno, B. Sukarti dan F.X. Sukamto. Kepala Kantor pernah dijabat oleh : Bapak Sudarmono, Bapak Dirjo, Bapak Willem Hubertus O. Carm. dan mulai September 2004 sampai sekarang Bapak Drs. A. Kasdadi. Bapak F.X. Sukamto adalah karyawan sejak berdirinya kantor ini sampai sekarang. Beliaulah yang banyak memberi informasi tentang sejarah kantor perwakilan II.

Kebijakan penting pada awal dan perkembangannya :

Masalah keuangan : Dahulu seluruh permasalahan keuangan ditangani oleh pengurus. Berapapun kekurangannya semua “ditomboki” oleh pengurus. Penggajian di sekolah Katolik mulai 1959–sampai awal orde baru lebih tinggi dari gaji di sekolah negeri. Solidaritas keuangan mulai ada pada masa Pusat Yayasan dipimpin oleh Romo Y.H. Purwoputranto Pr. Uang Gedung Sekolah sebesar 5% diserahkan ke Kantor Perwakilan dan sebesar 10% ke Kantor Pusat. Pada masa itu pada umumnya sekolah mengelola keuangannya sendiri-sendiri.

Pada masa kepemimpinan Romo Yustisianto Pr wilayah kerja Kantor Perwakilan II sama dengan wilayah Regio II yang terdiri dari 8 Kornit, yaitu Kediri I St. Vincentius, Kediri II St. Yosef, Tulungagung, Blitar Pare, Jombang, Mojokerto dan Wlingi. Solidaritas keuangan lebih nyata, namun masih ada beberapa titik pusat keuangan, kalau tidak salah Kediri meliputi Kediri I dan II, Pare, Jombang dan Nganjuk. Mojokerto solidaritas se Kornit. Blitar solidaritas dengan Wlingi. Tulungagung solidaritas se Kornit termasuk Trenggalek.

Sejak Romo Haryo Pranoto Pr menjabat sebagai Ketua Perwakilan II, masing-masing kornit berdiri secara otonom, sehingga solidaritas keuangan terbatas hanya satu kornit. Keadaan semacam ini sungguh berat bagi kornit yang minus.

Sekolah-sekolah di Perwakilan II sebagian besar termasuk sekolah minus. Sekolah yang surplus jumlahnya sedikit. Hal ini terlihat belum ada satu sekolahpun pada tahun 2005 ini yang sistem penggajiannya sama dengan peraturan pemerintah PGPS 2003 atau Peraturan Yadapen 2005. Kalau pemerintah bisa memberikan gaji ke 13, maka bagi yayasan itu tidak bisa. Kehidupan sekolah minus pada saat sekarang ini tertolong adanya bantuan dari Panitia Dana Sekolah Minus, Gratia dan bantuan dari pemerintah.

Hubungan dengan Gereja :

Hubungan dengan Gereja cukup erat sebab hampir setiap pengurus adalah Kepala Paroki, paling tidak Romo yang menjabat di Regio II. Partisipasi umat dalam mengelola sekolah merupakan kepedulian umat dan keprihatian umat terhadab masalah sekolah sekolah Yayasan Yohanes Gabriel yang mengalami kesulitan.

3

Partisipasi umat ini pada umumnya berbentuk sebuah tim, misalnya di Mojokerto, di Jombang ada tim ada ikatan alumni, di Kertosono, di Pare namanya Himpunan Orang Tua Peduli Sekolah dan Ikatan Alumni, di St. Yosef P2S. Namun partisipasi ini belum menyeluruh. Keberadaan tim peduli sekolah nampaknya tidak selalu harmonis dengan yayasan, sehingga timbul ketidak serasian kerja. Hal ini terutama karena belum adanya aturan main yang jelas. Oleh karena itu keberadaan tim ini sekarang tinggal beberapa saja.

Hubungan dengan Pemerintah setempat :

Ada hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, terbukti beberapa sekolah berstatus Subsidi yang menerima bantuan berupa tenaga, uang dan sarana pendidikan. Bantuan tenaga berupa adanya Guru berstatus guru subsidi (sekarang istilahnya guru DPK) sekarang ini ada juga berstatus Guru Bantu. Bantuan Keuangan berupa OPF, DBO, BOS, PSPBMP, BKM dan Insentif Guru. Namun kebijakan pemerintah dalam mendirikan sekolah baru, sering tidak memperhitungkan keberadaan sekolah swasta termasuk sekolah Katolik. Hal ini terbukti banyak sekolah swasta yang saat sekarang ini hidupnya susah, bahkan ada yang tutup.

Hubungan dengan masyarakat pendidikan swasta/negeri setempat.

Dahulu hubungan lebih erat sebab umumnya jumlah sekolah negeri dan swasta berjumlah sedikit. Saat ini hubungan lebih berkesan “Persaingan“ dalam mencari murid. Jumlah murid sangat sedikit tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada.

Tsunami Unas

Saat penulisan buku sejarah ini (Agustus 2005), baru saja selesai pengumuman hasil Ujian Nasional 2004/2005. Semua SMA di Perwakilan II tak ada yang bisa lulus 100%. Sekolah SMA yang dianggap besar dan berkwalitas angka ketidak lulusan antara 20–63 siswa. Sekolah SMA kecil dan “Tidak berkualitas“ ada 2 sekolah yang mencolok, yaitu siswa 59 hanya lulus 1 dan siswa 103 hanya lulus 6 siswa. Dari hasil lulusan ini nampaknya menunjukkan bahwa sekoloah-sekolah kita belum siap untuk menyongsong penilaian yang dilakukan oleh pihak luar. Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari semua pihak pengelola sekolah, karena kwalitas sekolah itu baru bisa diukur apabila evaluasinya dari pihak luar. Kalau muridnya diuji sendiri hasil kelulusannya tinggi, itu biasa saja. Tapi kalau sekolah diuji dari pihak luar muridnya banyak yang tidak lulus, itu artinya belum jago.

Peranan Imam / Misionaris

Tak dapat disangkal bahwa peranan Imam/Misionaris dalam tumbuh dan berkembangnya Yayasan Yohanes Gabriel khususnya di Perwakilan II sangat besar. Sekolah sekolah Yayasan Yohanes Gabriel adalah bagian tak terpisahkan dengan misi dan Gereja. Hanpir dalam setiap pendirian sekolah umat terlibat bahkan seringkali sebagai pendiri. Oleh karena itu pada saat sekarang ini perlu dirumuskan kembali hubungan Sekolah/Yayasan dengan Gereja.

Dalam tulisan-tulisan berikut ini tidak banyak bisa menampilkan peranan Imam/Misionaris . Hal ini disebabkan karena tidak cukup waktu untuk menggali informasi, maupun nara sumber yang memiliki informasi ini. Seperti misalnya pada saat kepemimpinan Romo Ponticelli dan Romo Emilio Rossi, beliau sangat besar andilnya dalam pembangunan SMAK Nganjuk (1985). Di samping itu Romo Ponti juga sangat berperan dalam perkembangan SMAK Tulungagung. Pada jaman Romo Yustisianto dan Romo Harjanto, pembangunan 3 sekolah besar-besaran (Kediri, Blitar dan Tulungagung). Ini hanya contoh kecil saja yang ditulis sambil lalu. Untuk kekurangan ini, selayaknya kita mohon maaf kepada para misionaris dan para imam

4

yang telah berjasa namun tak dapat diabadikan dalam tulisan sederhana ini. Sangat diharapkan para pelaku sejarah, saksi sejarah bisa menyampaikan kritik, saran dan bahkan mungkin informasi yang lengkap kepada Pusat Yayasan Yohanes Gabriel Jl. Dinoyo 42–44 Surabaya, agar yayasan bisa menerbitkan buku sejarah yang berikutnya. Sejarah sangat penting sebab dari sejarah kita bisa belajar banyak, menengok masa lalu, berkarya saat ini dan menatap masa depan.

Pada halaman-halaman berikut akan dipaparkan gambaran umum sekolah-sekolah seperwakilan II Kediri yang berjumlah 47 sekolah. Bahan tulisan umumnya bersumber dari tulisan para Kepala Sekolah dengan beberapa sumber. Editor sungguh mengalami kesulitan untuk memadukan tulisan-tulisan itu, dirangkum dalam 2 halaman untuk tiap sekolah. Pembatasan jumlah halaman terpaksa dilakukan agar buku sejarah seyayasan tidak terlalu tebal. Oleh karena itu penggambaran tiap sekolah tentu tidak bisa lengkap karena terbatasnya halaman; dan ada pula sekolah yang tidak lengkap mengirim informasi. Keterbatasan ini masih ditambah lagi dengan waktu yang tersedia untuk mengedit hanya sekitar satu bulan saja. Editor minta maaf apabila dalam hasil akhir ini mungkin tidak sesuai dengan maksud tulisan Kepala Sekolah. Keterbatasan kemampuan para editor juga sangat mempengaruhi isi tulisan maupun keindahan bahasa. Editor sangat menyadari kebodohannya. Ibaratnya hanya “Bondho nekat“ berani menerima tugas berat ini demi kesetiaan kepada Yayasan tercinta. Apabila diharapkan ada buku yang lebih lengkap sesuai dengan tulisan para Kepala Sekolah, maka Perwakilan II bisa menerbitkan sendiri buku sejarahnya. Tulisan-tulisan itu sampai saat ini masih tersimpan lengkap di Kantor Perwakilan II. Mungkin sekolah-sekolah yang besar bisa mensponsori biaya penerbitan itu.

I.Kornit Kediri I Paroki St. Vincentius

Kornit Kediri I mengurus sekolah-sekolah Yayasan Yohanes Gabriel di Paroki St. Vincentius Kediri. Saat ini (tahun 2005) dipimpin oleh Romo Drs. Petrus Katiran, Pr mengasuh 6 sekolah. Kepala Paroki saat ini adalah Romo Drs. H.V. Sairin Pr. Beliau tidak berkenan menjabat kepengurusan di yayasan sebab beliau sebagai Romo Vikep. Namun perhatian beliau terhadap sekolah Katolik cukup besar. Hal ini terbukti dalam setiap rapat vikep selalu ada acara pembicaan tentang sekolah. Di samping itu beliau terjun sendiri untuk mencarikan dana sekolah yang minus antara lain SDK Frateran II dan SDK Puhsarang.

TAMAN KANAK-KANAK YOHANES GABRIELPUHSARANG KBUPATEN KEDIRI

ekolah ini berdiri atas prakarsa dari Ibu Agustina Kamilah yang saat itu menjabat sebagai kepala sekolah SDK Yohanes Gabriel Puhsarang pada tahun 1972.

Inisiatif beliau muncul karena melihat banyaknya anak pra sekolah yang bermain di halaman SDK ketika kegiatan belajar sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar anak-anak. Pada awalnya Taman kanak-kanak ini hanya sebagai sekolah penampungan dengan menempati salah satu ruangan SDK Puhsarang dengan jumlah siswa cukup banyak karena saat itu belum ada sekolah Taman Kanak-Kanak di wilayah Puhsarang.

S

Pada tahun 1980 Romo Dibyo Karyono mempunyai inisiatif untuk membuatkan gedung bagi sekolah penampungan ini. Pembuatan gedung ini melibatkan murid-murid SDK Puhsarang dengan cara setiap pagi sebelum pelajaran dimulai para siswa mencari batu kali. Pembangunan gedung sekolah seluas 42 m2

yang menempati tanah SDK Puhsarang selesai pada tahun 1983 dan sekolah menggunakan nama TK. Sekolah ini memiliki lokasi yang tidak begitu dekat dengan

5

jalan raya sehingga nyaman untuk proses belajar mengajar. Luas tanah 299 meter persegi adalah milik Yayasan Gereja dan Amal Gereja St. Vincentius A. Paulo Kediri. Luas bangunan 42 meter persegi. Seiring dengan berkembangnya gereja Puhsarang yang saat ini menjadi tempat wisata rohani/ziarah yang terkenal sampai tingkat nasional dengan nama Gua Maria Lourdes Puhsarang, maka halaman TK dan SD Puhsarang menjadi tempat parkir kendaraan peziarah. Keadaan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan anak-anak dalam belajar maupun bermain.

Kondisi ekonomi masyarakat sekitar pada umumnya tergolong berkemampuan menengah ke bawah. Mata pencarian pada umumnya bercocok tanam, pekerja serabutan/buruh-buruh.

Pada tahun 1983 TK Puhsarang mengajukan ijin ke Dinas Pendidikan. Walaupun belum ada tanggapan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tetapi para guru tetap bersemangat dalam mengajar dan mendidik para siswa. Ijin dari Dinas Pendidikan untuk TKK Puhsarang keluar pada tahun 1985 dengan status terdaftar dan sekolah mulai menggunakan kurikulum yang sebenarnya.

Sedikit demi sedikit orang tua siswa mulai memperhatikan anak-anaknya dengan memberikan pakaian seragam sekolah dan menyediakan alat-alat sekolah. Pada awalnya sarana pendidikan yang dibutuhkan untuk murid dalam kegiatan belajar didapat oleh Ibu Kamilah dengan minta bantuan dari TKK Santo Yoseph dan TKK Santa Maria berupa mainan, buku-buku penunjang dan alat-alat keperluan untuk TK dan juga tempat minum yang sudah tidak terpakai. Pada tahun 1990 Sr. Cecilia PK bertugas di Wisma Hening Puhsarang. Beliau sangat peduli terhadap TK Puhsarang. Seminggu sekali memberikan tambahan gizi berupa susu, telur, kacang hijau, mie dan kadang-kadang nasi dengan lauk pauk. Sebulan sekali Suster Cecilia mengajak para siswa bermain di TK Santa Maria Kediri dengan naik mobil Chevrolet angkutan khas Puhsarang.

Dari tahun 1972–2005 ini Guru yang pernah mengajar di TK Puhsarang antara lain Bu Ningsih, Bu Sus, Bu Yuniastuti, Bu Wit, Bu Winarsih, Bu Darsih, Bu Duriyah, Bu Sulastri, Bu Novi, Bu Hariani dan Bu Rustin. Dari awal pendirian TKK Yohanes Gabriel Puhsarang banyak mengalami pergantian Guru. Seringnya pergantian Guru di TKK Puhsarang disebabkan karena rendahnya honorarium, sehingga tidak mencukupi kebutuhan minimal sekalipun. Akibatnya apabila guru yang bersangkutan ada pekerjaan yang lebih baik penghasilannya, mereka keluar. Dengan melihat kondisi masyarakat sekitar yang menyekolahkan anak-anaknya di TKK Pohsarang, amatlah sulit bagi sekolah untuk memberikan jaminan ekonomi yang baik bagi pegawainya. Uang sekolah yang dijadikan satu-satunya sumber pemasukan sangatlah minim, karena uang sekolah yang ditarik dari para siswa jumlahnya sedikit. Pemasukan dari siswa 4 tahun terakhir antara 583.000–1.296.000 pertahun. Defisit anggaran 4 tahun terakhir antara 1.925.000–4.326.500 pertahun.

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah TKK ini antara lain Ibu M.M. Yuniasti (1985-1992), Ibu Emilia Duriyah (1992-2002), Ibu V.G. Sulastri (2002-

6

Dengan segala keterbatasanDengan segala keterbatasan sarana yang ada murid-muridsarana yang ada murid-murid cukup antusias mengikuticukup antusias mengikuti kegiatan belajar mengajarkegiatan belajar mengajar disekolah.disekolah.

2003), Ibu M.M. Novita Dwi Setyowati (2003-2005) dan saat ini sekolah dipimpin oleh Ibu Christina Hariani.

Siswa yang bersekolah di TKK Yohanes Gabriel berasal dari masyarakat sekitar sekolah yang memiliki latar belakang agama dan suku yang berbeda namun semua siswa sekolah ini berasal dari kalangan ekonomi menengah bawah. Selain itu masyarakat sekitar menganggap bila sekolah di sekolah Katolik harus pula beragama Katolik sehingga mereka merasa khawatir bila di Katolikkan. Jumlah siswa 4 tahun terakhir antara 27–35 siswa saja. Prestasi yang pernah diraih oleh siswa adalah Senam dan Menyusun Keping Geometri Juara I Tk Kecamatan Semen.

Prospek 5 tahun ke depan sekolah ini cukup berat sebab persaingan dengan TK lain yang cukup banyak, daya tarik sekolah rendah karena kurangnya alat bermain dan kemampuan keuangan sekolah yang sangat kecil. Harapan kedepan tentu keberadaan sekolah ini tetap berlangsung. Untuk kelangsungan keberadaan sekolah ini maka sekolah sekolah harus meningkatkan daya saing agar lebih menarik minat siswa, bantuan keuangan dari yayasan dan pihak-pihak lain serta mengharapkan adanya peningkatan sumber daya manusia dengan pelatihan-pelatihan profesionalitas guru taman kanak-kanak.

Sumber bahan : Tulisan Kepala sekolah Christina Hariani

TKK SANTA KHATARINASUMBER BENTIS KABUPATEN KEDIRI

KK Santa Khatarina terletak di Sumberbentis desa Manyaran Kecamatan Banyaan Kabupaten Kediri. Pendirian TK ini atas prakarsa masyarakat setempat.

Kondisi ekonomi masyarakat setempat pada umumnya miskin dengan mata pencarian sebagai petani tanah kering. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar umumnya rendah, kebanyakan tidak lulus SD dan sebagian lulus SD.

T

Sekolah ini berdiri dengan tujuan untuk menghadirkan semangat Katolik, mempertahankan iman Katolik dan sebagai kepedulian Gereja Katolik dalam pendidikan.

Langkah yang ditempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah menggali dana dari masyarakat setempat dan mengumpulkan dana dari donatur. Hampir setiap tahun menerima seragam siswa yang berupa seragam bekas dari TK Katolik kota Kediri. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi sekolah di mayarakat adalah mencari guru yang layak serta menjalin hubungan dengan TK Katolik yang lain.

Pada awalnya sekolah memiliki 2 tenaga pengajar lulusan SPG dan SMKK. Saat ini tinggal seorang guru sebab seorang guru diangkat menjadi Guru Kontrak di sekolah negeri. Status guru yang ada adalah guru tidak tetap dengan imbalan yang kecil sekali. Alasan guru ini masih tetap bersedia bekerja di sekolah ini karena tidak ada pekerjaan lain. Tak ada usaha untuk meningkatkan kesejahteraan guru, karena yayasan tidak mampu.

Siswa yang sekolah di sekolah ini berasal dari suku Jawa, sebagian beragama Katolik dan sebagian Islam. Alasan yang mendorong siswa sekolah di sekolah ini adalah tidak ada pilihan lain.

Sumber bahan : Tulisan Bapak Petrus Prijantosa Pamong Umat

SEKOLAH DASAR KATOLIK YOHANES GABRIELPOHSARANG KABUPATEN KEDIRI

7

ada tahun 1931 di wilayah Desa Pohsarang dan sekitarnya belum terdapat lembaga pendidikan setingkat SD. Melihat kondisi tersebut dua imam misionaris

dari Belanda, RM. Van Megen, CM dan RM. Wolters, CM mendirikan lembaga pendidikan dengan nama sekolah “Cap Jago”. Pada awal pendirian sekolah hanya sampai kelas tiga. Sekolah yang hanya memiliki dua ruang belajar ini terletak di sebelah timur gereja Santa Maria Pohsarang (sekarang Plaza St. Maria) dipimpin oleh Bapak Kusmin.

P

Pada tahun 1935-1942 kepemimpinan dipegang oleh Bapak Sosro lulusan CVO (kursus guru selama 3 bulan). Pada masa kepemimpinan Bapak Sosro ini sekolah mengalami kegoncangan besar akibat kedatangan tentara Jepang ke Indonesia. Pada tahun 1949–1950 pada saat terjadi agresi Belanda (Cles II) proses belajar mengalami kevakuman.

Pada tahun 1943–1975 Bapak Yoseph Henrycus Slamet (Lulusan CVO) menjadi Kepala Sekolah menggantikan Pak Sosro. Pada Tahun 1960 dibawah pimpinan Bapak Yoseph Henrycus Slamet sekolah menambah ruang belajar menjadi lima lokal. Pada 1962 sekolah ini mendapat kunjungan Duta Besar Vatikan. Pada tahun 1975–1999 Kepala Sekolah dijabat oleh Ibu Kamilah seorang lulusan SPG dan berstatus guru negeri DPK. Tahun 1983 atas prakarsa Romo S. Sunaryo CM lokasi sekolah di pindahkan ke lokasi yang sekarang. Kemudian pada kepemimpinan Ibu Agustina Kamilah ruang belajar ditambah menjadi enam lokal hingga sekarang. Tahun 1999–2005 Kepala Sekolah Ibu M.M. Kasri Evayanti seorang lulusan STKIP Widya Yuwana Madiun dengan status GTT.

Saat ini sekolah yang memiliki luas tanah 21.100 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 658,5 m2 . Status tanah milik Yayasan Gereja dan Amal St Vincentius Kediri. Data siswa lima tahun terakhir antara 100–85 siswa (saat ini 92). Data keuangan 5 tahun terakhir pemasukan antara 1.920.000–3.618.000 dengan defisit antara 15.364.708–31.277.988 pertahun. Jumlah pengajar saat ini sebanyak 10 orang. Pada awal berdirinya sekolah tenaga pendidik adalah tokoh umat yang dikursuskan.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memantapkan posisi sekolah dimasyarakat antara lain guru-guru bekerja keras untuk meningkatkan prestasi siswa. Hasilnya juara I siswa berprestasi dan masuk 10 besar tingkat kecamatan. Usaha lain adalah berpartisipasi dalam gugus sekolah, selalu terlibat dalam penyusunan soal ulangan, mengadakan sosialisasi pendidikan kepada orang tua murid dengan nara sumber Camat dan Kepala Dinas Pendidikan, memelihara kebersihan lingkungan dan hasilnya setiap kali UAS selalu ditempatkan di sekolah ini sayang setelah tempat ziarah menjadi besar belakang sekolah dijadikan tempat pembuangan sampah, mengadakan kebersamaan warga sekolah dan meningkatkan spiritualitas misalnya dengan novena.

8

Kepala Sekolah beserta Guru SDK Puhsarang. (Inset Kiri: Romo J.H. Van Megen CM, kanan : Romo J.H. Wolters CM. Sumber : 80 Th. Romo-Romo Cm di Indonesia)

Sekolah ini dibangun diatas tanah seluas 1.275 m2 dan luas bangunan 775 m2. Dengan kondisi tanah dan bangunan sekolah yang kecil sangatlah sulit untuk mengembangkan sekolah ini, meskipun sebenarnya lokasi tempat SDK Frateran II ini strategis karena terletak di pinggir jalan raya.

Alasan utama guru tetap bersedia mengajar di sekolah ini walaupun gajinya kecil adalah untuk mengabdi. Hal ini dibuktikan dengan semangat mengajar yang tinggi termasuk para guru yang masih muda. Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dengan meminta dana dari para donatur, stasi, insentif dari pemerintah dan koperasi. Para guru terlibat aktif dalam gereja, menjadi pengurus lingkungan, anggota koor, dll. Dimasyarakat terlibat di RT dan RW, menjadi anggota KPPS dll.

Motivasi siswa sekolah di sekolah ini adalah iman dan mutu untuk siswa beragama Katolik dan Kristen. Sedangkan yang beragama Islam adalah mutu dan kedekatan dengan rumah. Siswa beragama Islam lebih dari separuh jumlah siswa. Hubungan dengan orang tua siswa harmonis, selalu datang bila diundang oleh sekolah. Jumlah siswa sekolah ini menurun drastis setelah ada pembangunan SD Negeri, SD Negeri Pohsarang I pada tahun 1978 dan SDN Pohsarang II pada tahun 1985, dan 1996 MI yang berjarak +500 m, dari SDK menyebabkan banyak masyarakat sekitar yang menyekolahkan putra dan putrinya ke SDN, karena SDN bebas uang sekolah.

Pola pembelajaran diusahakan menjalin hubungan yang baik, menggembirakan dengan siswa. Umpan balik berupa nilai-nilai ulangan segera disampaikan kepada para siswa. Secara jujur diakui ada juga “Katrol“ nilai walaupun untuk anak-anak tertentu yang lemah.

Meskipun dalam kondisi yang kekurangan sekolah yang saat ini dipimpin oleh Ibu M.M. Kasri Evayanti masih dapat menorehkan beberapa prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten, prestasi yang pernah diraih sekolah diantaranya :

1. Sepuluh besar NEM tingkat Kecamatan pada tahun 2001, 2002, 2003 dan tahun 2004.

2. Sepuluh besar dalam lomba siswa berprestasi di tingkat Kabupaten pada tahun 2003.

3. Juara III kegiatan Pramuka tingkat Kecamatan pada tahun 2003.4. Juara I Kegiatan Pramuka tingkat Kecamatan pada tahun 2004.Prestasi yang diraih oleh siswa di sekolah ini kebanyakan hanya di tingkat

Kecamatan belum bisa mendapatkan prestasi di tingkat yang lebih tinggi karena keterbatasan sekolah dalam menyediakan sarana maupun prasarana penunjang pendidikan maupun dari siswanya yang mayoritas dari ekonomi lemah.

Selain prestasi tersebut diatas sekolah juga ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan gereja dan kegiatan yang diadakan masyarakat sekitar dengan demikian hubungan sekolah dengan pihak di lingkungan sekitar sekolah terjalin baik. Walaupun nampaknya kalah dengan SD Negeri, sekolah ini tetap ingin eksis di masa yang akan datang.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah M.M. Kasri Evayanti

SDK FRATERAN IIKOTA KEDIRI

erdiri pada tahun 1948 dengan status disamakan sebagai pecahan dari Frateran I. SDK Frateran II berdiri atas prakarsa dari Romo Hadi Sudarso yang dibantu oleh

para Frater BHK. Semangat mendirikan sekolah ini adalah untuk menghadirkan kekatolikan, kebangsaan dan kepedulian sosial.

B

9

Dan sekolah hanya memiliki fasilitas tambahan berupa perpustakaan dengan luas 35 m2 dan ruang UKS dengan luas 6 m2. Fasilitas yang lain seperti lapangan olahraga dan laboratorium tidak mungkin untuk disediakan oleh sekolah karena keterbatasan lahan yang dimiliki oleh sekolah

Pada awal pendiriannya SDK Frateran II dipimpin oleh Ibu St. Djoeminah Surjodimedjo dan berturut-turut yang menggantikan beliau adalah Ibu Dominica Suwartini (1965-1967), Bapak Markus Soetoyo (1967-2003) dan sekarang dipimpin oleh Ibu Maria Hary Purwiyanti.

Lokasi yang strategis SDK Frateran II tidak dapat menjamin sekolah dalam perolehan siswa dan selama lima tahun terakhir jumlah siswa yang bersekolah di SDK Frateran II ini terus menerus mengalami penurunan dari jumlah 155-118. Hal ini disebabkan karena sekolah terletak berdekatan dengan tiga SD Negeri dan satu SD Swasta. Masyarakat di sekitar sekolah masih lebih memilih memasukkan putra-putrinya untuk bersekolah di SD Negeri yang bebas uang sekolah. Saat ini jumlah siswa yang mengenyam Pendidikan di sekolah ini keseluruhan berjumlah 146 siswa, jumlah ini lebih tinggi daripada 2 tahun sebelumnya. Sampai saat ini siswa yang bersekolah di SDK mayoritas berasal dari suku Jawa dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Motivasi sekolah di sekolah ini adalah kedisiplinan, menjadi pintar dan menjadi terampil. Pola belajar siswa umumnya baik, punya kemauan untuk maju dan bahkan bersaing prestasi agar di terima di SMP yang berkwalitas. Kerjasama dengan orang tua sangat baik, mereka ikut membantu melengkapi sarana sekolah. Hubungan dengan alumni baik, mereka pada umumnya masih menyekolahkan putra-putri bahkan cucunya di sekolah ini.

Guru tetap dari yayasan yang mengabdi di SDK Frateran II ini berjumlah empat orang, sedangkan guru tidak tetapnya berjumlah tiga orang. Minimnya jumlah guru yang mengajar menyebabkan satu guru dituntut harus dapat menguasai banyak materi pelajaran. Guru yangmengajar di sekolah ini berlatar belakang pendidikan dari SGB, SPG, D2 dan Sarjana kependidikan

Siswa yang bersekolah di SDK Frateran II kebanyakan dari keluarga yang kurang mampu, sehingga uang sekolah yang jadi sumber pemasukan satu-satunya di sekolah ini sangatlah tidak menunjang. Selama lima tahun terakhir sekolah mengalami minus keuangan dimana pemasukan yang diterima sekolah dari uang sekolah lebih kecil jumlahnya dari pengeluaran sekolah untuk operasional rutin sekolah maupun untuk pembangunan. Minus keuangan sekolah tiap tahunnya antara 3-16 juta. Untuk menunjang kesejahteraan guru dan pegawai lainnya sekolah mengadakan koperasi sekolah dan kedai mini.

Dalam kondisi yang kekurangan SDK Frateran II masih dapat menorehkan beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh siswa-siswanya, antara lain pada tahun 1995 meraih juara 3 Pelajar Teladan Putri tingkat Kodya; tahun 1996 Juara 3 Lomba Matematika tingkat Kodya; tahun 1998 masuk 10 Besar Lomba Mata Pelajaran IPA tingkat Propinsi; tahun 2002 Juara 1 Lomba Nyanyi TVRI, Juara 2 Seni Musik tingkat Kodya, Juara Harapan 1 Lomba Nyanyi tingkat Propinsi.

Sebagai bagian dari Gereja sekolah tidak lupa menjalin hubungan dengan melibatkan diri mengajar BIAK (Bina Iman Anak Katolik) selain itu setiap bulan mengadakan Misa Sekolah di gereja. Selain membina hubungan dengan gereja sekolah juga membina hubungan dengan masyarakat.

Sampai saat ini sekolah masih dapat bertahan untuk eksis dengan bantuan dari yayasan dan para donatur. Selain itu untuk menghadapi persaingan dengan sekolah lain di masa yang akan datang, sekolah membutuhkan banyak sekali bantuan dalam hal SDM yang berkualitas, fasilitas pendidikan komputer, perbaikan lingkungan, dan perluasan sekolah.

10

SMPK Don Bosco Grogol (Inset : Kiri Romo Boonekamp CM, Kanan : Romo P. Janssen. Sumber : 80 Th. Romo-Romo CM di Indonesia)

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Maria Hary Purwiyanti dan Nara Sumber Bapak Markus Soetoyo

SMPK DON BOSCOGROGOL KABUPATEN KEDIRI

MPK Don Bosco Gringging berdiri pada tahun 1954 ini adalah usaha keuskupan/paroki St Vincentius, sehingga para pastor paroki banyak ambil peran.

Pastor yang berperan antara lain Romo Boonekamp, CM., Pastur Janssen, CM., Pastur Soenaryo, CM, Romo Kumoro Pr, Romo Wartadi.. Dalam perkembangan selanjutnya baru diasuh oleh Yayasan Yohanes Gabriel. Pada awal pendiriannya sekolah ini didirikan untuk menolong anak-anak Katolik. Sekolah ini merupakan SMP yang pertama di wilayah Kecamatan Grogol, sekolah yang setara pada waktu itu hanya terdapat di wilayah Kotamadya Kediri. Pendirian sekolah ini mendapat respon yang baik, terbukti dengan banyaknya siswa yang mendaftar yang tidak hanya berasal dari Wilayah Grogol melainkan juga dari Nganjuk. SMPK Don Bosco dibangun diatas lahan seluas 7.500 m2 dengan luas bangunan 1.014 m2 dan memiliki fasilitas penunjang yang lengkap diantaranya perpustakaan, ruang praktek, laboratorium dan ruang UKS. Tanah milik Yayasan Yohanes Gabriel.

S

Pada awal pendiriannya SMPK Don Bosco dipimpin oleh Bapak Drs. Soejoko dan berturut-turut yang menggantikan beliau Bapak P.U. Hadi Susilo (1959-1979), Bapak R.Y. Suranto (1979-1987), Bapak F.X. Sutopo (1987-2002) dan saat ini sekolah dipimpin oleh Bapak A. Samiran K.A.

Pada awalnya para guru adalah lulusan SGA yang ada di masyarakat Grogol, kemudian di datangkan lulusan B1 dari PTPG Yogyakarta. Kebanyakan adalah guru tetap yayasan. Pada saat sekarang ini telah banyak yang beralih status menjadi guru negeri DPK. Hal ini terjadi pada saat yayasan mulai mengalami kesulitan dana.

Kegiatan pembelajaran mengacu pada kurikulum nasional. Input siswa yang berkemampuan rendah menyebabkan sekolah ini juga terkena arus “penyesuaian“ dalam penilaian. Kegiatan ekstrakurikuler yang masih bisa diselenggarakan adalah pramuka dan PMR. Dahulu pernah diselenggarakan pelajaran komputer.

Pada awalnya sekolah ini mulai dengan 12 orang siswa, selanjutnya berkembang terus sampai pernah mengalami masa jaya dengan siswa 11 kelas. Namun setelah pemerintah mendirikan SMP Negeri, jumlah peminat yang mendaftar ke SMPK Don Bosco berkurang. Data 5 tahun terakhir dari 218 siswa berangsur turun

11

sampai 82 siswa. Apalagi SMP Negeri tidak memungut uang sekolah. Hal ini jelas-jelas membuat SMPK terpuruk, ditunjang lagi dengan kondisi masyarakat di wilayah Grogol yang kebanyakan adalah keluarga pra sejahtera yang menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam. Selain itu masyarakat juga masih menganggap bahwa sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta.

Uang sekolah yang menjadi sumber pendapatan dari sekolah tidak bisa digunakan untuk menutup seluruh biaya gaji dan biaya operasional sekolah yang tinggi. Setiap tahunnya sekolah mengalami minus keuangan 11-19 juta. Selain itu sekolah juga tidak bisa melakukan pengembangan sekolah baik untuk sarana maupun prasarana agar lebih lengkap dikarenakan tidak adanya dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan.

SMPK Don Bosco dilayani oleh 11 guru terdiri dari 6 guru negeri yang diperbantukan dan 5 guru tidak tetap dari yayasan. Selain itu juga terdapat 5 pegawai untuk masalah administrasi dan kebersihan sekolah. Pengabdian para guru dan semua pegawai di sekolah ini sungguh besar apalagi dengan kesejahteraan yang mereka dapatkan dari sekolah tidak memadai mereka tetap melakukannya dengan tulus.

Sekolah Don Bosco mempunyai hubungan yang baik dengan gereja, pastur sering mengunjungi sekolah. Sekolah/siswa menjadi penghubung antara Dewan (stasi) dengan lingkungan/stasi di Grogol yang terpencar-pencar. Saat ini sekolah kesulitan dalam melakukan tugas Gereja sebagai penghubung Gereja dengan stasi dikarenakan jumlah siswa Katolik yang berasal dari stasi yang bersekolah di SMPK Don Bosco sangat sedikit, tidak lebih dari 10 persen dari jumlah keseluruhan siswa. Selain menjalin hubungan dengan Gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar dalam menciptakan ketertiban dan keamanan sekolah di lingkungan masayarakat Grogol.

Hingga saat ini sekolah masih dapat dipertahankan dengan bantuan dari yayasan maupun dari pemerintah dan donatur untuk menutup biaya operasional sekolah. Bantuan dari pemerintah yang diterima sekolah melaui GNOTA, BKM dan PSBMP.

Prospek 5 tahun terakhir cukup berat, namun tetap ingin eksis. Dengan demikian sekolah harus meningkatkan daya tarik. Sekolah mengharapkan keluarga Katolik mau memasukkan anaknya di sekolah ini. Perlu adanya guru-guru baru yang muda dan berkwalitas dan berstatus tetap. Hambatan untuk eksis adalah keterbatasan SDM dan sikap umat yang “negeri minded”. Hambatan dari luar adalah banyaknya sekolah negeri, ketakutan untuk dikatolikkan dan ada banyak sikap siswa yang takut dengan disiplin.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak A. Samiran K.A.

SMAK St. AUGUSTINUSKOTA KEDIRI

MAK St. Augustinus yang berlokasi di jalan Veteran 3, termasuk kota Kediri bagian barat, dekat perumahan elit Candra Kirana dan Mojoroto Indah, berdiri

pada tahun 1954. Dahulu menjadi satu dengan SDK dan SMPK. Sekarang SDK dan SMPK pindah ke Jl. J.A. Suprapto (SD Frateran II dan SMP Mardi Wiyata). Posisi SMAK St Augustinus sangat strategis mudah dijangkau angkutan umum dan dekat dengan pemukiman penduduk.

S

Lokasi tempat berdirinya SMAK St. Augustinus merupakan lokasi yang memang diperuntukkan bagi pendidikan, dilokasi ini juga terdapat sekolah-sekolah lain, diantaranya SMUN 1, SMKN 2, SMUN 2, SMKN 2, SLTPN 8, SMU Muhammadiyah, SMUN 7 dan SLTPN 8. Selain itu sekolah terletak dekat dengan lingkungan masyarakat dengan mayoritas penghuninya berpendidikan tinggi dan

12

menengah, hal ini tampak dari banyaknya kepala keluarga yang bekerja pada lembaga ataupun perusahaan baik swasta maupun negeri. Dengan luas tanah 24.600 m2 dan luas bangunan keseluruhan 7.288 m2 menjadikan sekolah ini dapat diperhitungkan dalam persaingan dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang ada di Kodya Kediri. Kondisi masyarakat sekitar sosial ekonominya bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi. Kondisi sosial religius sekitar sekolah adalah Gereja, masjid dan Pondok besar (Lirboyo).

SMAK St. Augustinus didirikan dengan Visi “Terwujudnya sumber daya manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Cakap, Berbudi pekerti yang luhur, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, menjunjung tinggi harkat, martabat dan derajat manusia berdasarkan Hukum Cinta Kasih”, Misi yang diemban sekolah adalah Penerapan dan pengembangan ketrampilan tentang IPTEK; Pengeimplementasian intelegensi sosial, melalui berbagai macam kegiatan sekolah; Pembinaan watak dan budi pekerti yang luhur; Penanaman rasa tanggung jawab, disiplin terhadap diri sendiri dan sesama; Pertumbuhan rasa penghargaan terhadap harkat, martabat dan derajat diri sendiri dan sesama.

SMAK St. Augustinus juga menyediakan fasilitas penunjang pendidikan untuk para siswa, antara lain laboratorium Fisika, Kimia, Biologi dan Komputer masih ditambah lagi dengan ruang media yang berfungsi untuk pendidikan bahasa Inggris dan untuk pelajaran lain yang menggunakan media Film, selain itu juga memiliki lapangan olah raga dan kebun.

Kepala sekolah yang pertama memimpin SMAK St. Augustinus 1954-1956 adalah Bapak Bardji. Tahun 1956–1973 Bapak R. Suyoso, kemudian berturut-turut menggantikan adalah Bapak Djabar T.S. (1972-1991), Bapak Drs. A. Kasdadi (1991-2004) dan sekarang jabatan Kepala Sekolah dipegang oleh Bapak Drs. A. B. Setyo Widodo.

Dengan fasilitas sekolah yang memadai SMAK St. Augustinus masih dapat menarik minat siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SMU. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa 1096–1174. Selain fasilitas yang menunjang SMAK memiliki 48 pegawai yang terdiri dari 37 guru dan 11 staf. Dari 37 guru yang ada 20 diantaranya adalah guru tetap yayasan dan juga terdapat 3 guru yang berstatus pegawai negeri yang diperbantukan. Semua pegawai baik guru maupun staf yang mengabdi di SMAK St. Augustinus mendapatkan jaminan ekonomi yang baik, hal ini disebabkan dari banyaknya penerimaan sekolah dari uang sekolah maupun dari uang yang dibayarkan siswa pada waktu mendaftar sekolah dan kebanyakan siswa yang mendaftar berasal dari kalangan menengah atas, sehingga tidak ada kesulitan dalam pembayaran uang untuk sekolah yang termasuk tinggi untuk rata-rata uang masuk sekolah dan uang sekolah untuk sekolah yang setingkat di Kota Kediri. Data 5 tahun terakhir pemasukan uang sekolah 491.539.750–849.421.000 dengan saldo plus antara 91.011.600–31.986.200. Selain mendapatkan tunjangan ekonomi yang layak para pegawai maupun guru yang ada disekolah ini juga diberikan fasilitas diantaranya komputer yang digunakan untuk “entry data” siswa maupun untuk membuat naskah ulangan.

Sumber pemasukan sekolah yang digunakan untuk keperluan biaya gaji, operasional sekolah dan biaya pembangunan berasal hanya dari siswa. Dan hingga saat ini sekolah tidak pernah kekurangan/minus untuk menutup biaya-biaya sekolah, bahkan sekolah selalu membukukan saldo setiap tutup tahun. Jumlah siswa yang masuk ke sekolah ini stabil setiap tahunnya dan jumlahnya tergolong besar. Pada setiap penerimaan siswa baru, jumlah siswa yang masuk berjumlah 400an siswa. Saat ini jumlah siswa keseluruhan yang ada disekolah ini berjumlah lebih dari 1.100 siswa dengan latar belakang agama, suku yang berbeda-beda dan mayoritas berasal dari kalangan ekonomi menengah atas.

Dengan fasilitas yang lengkap dan ditunjang oleh kualitas guru yang baik, serta kedisiplinan yang diterapkan di sekolah siswa di SMAK St. Augustinus telah menorehkan beberapa prestasi akademik maupun non-akademik diantaranya tahun 2000/2001 Peringkat 3 NEM Ebtanas, Masuk tingkat Nasional dalam Olimpiade

13

SMAK Don Bosco Grogol Kabupaten Kediri

Biologi, Juara Harapan 1 Speaking Contest se-Jawa; tahun 2003 Juara 2 Lomba Basket tingkat Kodya Kediri, tahun 2004 Juara 1 Lomba Basket tingkat Kodya Kediri.

Sebagai suatu sekolah swasta dengan latar belakang Katolik, sekolah juga menjalin hubungan dengan Gereja diantaranya dengan menjadi petugas Misa Gereja baik pada Hari Minggu biasa maupun pada perayaan Hari Besar umat Katolik. Selain itu sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah Kotamadya Kediri maupun kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri.

Prospek 5 tahun ke depan persaingan adalah dengan perkembangan SMA Negeri sehingga SMAK pun harus terus mengembangkan diri. Yang menjadi daya tarik antara lain adalah kualitas, sarana dan prasarana sekolah dan disiplin. Masih diperlukan tambahan tenaga Tata Usaha. Loyalitas SDM harus tinggi kepada sekolah dan kwalitas SDM harus meningkat ke S2. Hambatan dari dalam adalah kurangnya semangat pelayanan yang tulus, sarana pembelajaran yang kurang dan gaji karyawan yang masih belum sebanding dengan kondisi luar. Hambatan utama dari luar adalah sikap masyarakat yang masih mengutamakan sekolah negeri.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Drs. A. B. Setyo Widodo.

SMA KATOLIK DON BOSCOGROGOL KABUPATEN KEDIRI

MAK Don Bosco berdiri pada 1 Juli 1980 atas ide beberapa orang potensial dalam pendidikan dibantu guru-guru dari SMPK Don Bosco. Orang-orang itu

adalah Bp. Darso, Bp. Wahyono, Bp. Dalno Budiman, Bp. Darsono, Bp. Suranto, Bp. Sutopo dan Bp. Samiran. Usaha ini direstui oleh Yayasan baik di tingkat pusat maupun perwakilan. Motifasi untuk mendirikan sekolah lanjutan atas ini karena belum adan sekolah lanjutan atas maupun yang setara didaerah Gringging. Perkiraannya hal ini adalah “Ladang yang hijau“.

S

Pada awal pendiriannya siswa yang mendaftar ke sekolah ini sangat banyak bahkan satu kelas bisa diisi lebih dari 50 siswa, dengan sarana dan prasarana yang digunakan masih menggunakan milik SLTPK Don Bosco. Dan pada tahun-tahun selanjutnya satu kelas berisikan rata-rata 40 siswa. Namun setelah tiga tahun sekolah ini berdiri, pemerintah mulai mendirikan SMA Negeri di Grogol, “Dewa maut“ mulai tiba dan jumlah murid berkurang dan semakin berkurang. Dalam kondisi seperti ini sekolah masih berusaha untuk bertahan dengan jumlah murid kira-kira 30an siswa.

14

Tenaga pengajar banyak diambilkan dari SMAK St. Augustinus Kediri dan tokoh-tokoh sarjana yang ada di Grogol. Kepala Sekolah adalah Bapak Dalno Budiman. Para guru SMP Don Bosco banyak berpromosi ke masyarakat agar sekolah di SMAK. Para pengajar maupun pegawai yang bertugas di SMAK Don Bosco yang kebanyakan dari SMAK Augustinus Kediri dan relasi Kepala Sekolah mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang kecil. Motivasi mereka adalah diajak kerja sama (kerja bakti) untuk menghidupkan sekolah ini. Pemasukan uang sekolah yang didapatkan jumlahnya sangat sedikit. Untuk biaya operasional mengandalkan bantuan dari Yayasan Perwakilan yang notabene “miskin“. Untuk penghematan sekolah berusaha mencari tenaga guru yang dekat dengan lokasi sekolah, sedangkan guru dari luar banyak dikurangi. Pada saat itu sekolah belum memikirkan hubungannya dengan gereja walaupun keberadaannya sudah diakui oleh umat.

Tiga tahun setelah berdirinya SMAK Don Bosco berdiri SMA Negeri yang berakibat jumlah siswa yang masuk ke SMA Katolik menjadi berkurang. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat di wilayah Grogol yang kebanyakan dari kalangan menegah bawah sehingga mereka lebih memilih bersekolah di SMA negeri karena biaya untuk sekolah di SMA Negeri lebih murah bila dibandingkan dengan bersekolah di SMA Katolik.

Pada awal pendiriannya sekolah begitu aktif dan telah menghasilkan prestasi yang bagus terutama dalam bidang teater, hal ini tampak dari beberapa siswa yang sering diminta bantuan untuk melatih teater diluar sekolah.

Sebagai sebab utama penutupan sekolah ini adalah kecilnya jumlah siswa yang masuk, yang berakibat kecilnya pemasukan keuangan tidak sebanding dengan jumlah biaya operasional sekolah. Tanpa menyalahkan sikap Kepala Sekolah dan Yayasan yang pada waktu itu sama-sama kerasnya, dengan spontan tercetus “Ditutup ya sudah”. Pernyataan ini dipegang teguh oleh Kepala Sekolah dan tersebar keluar. Walaupun saat terakhir masih menerima siswa kelas satu sebanyak 14 orang pada tahun 1997 SMAK Don Bosco Grogol ditutup. Siswa yang terlanjur diterima diarahkan ke sekolah lain. Untuk menuntaskan siswa kelas II dan kelas III, Kepala Sekolah diganti oleh seorang putri yang sejak awal membina di SMA ditunjuk oleh Sie Pendidikan Wilayah.

Sekilas sejarah ini didapat dari Bapak A. Samiran K.A., beliau adalah Kepala Sekolah SMPK Don Bosco Grogol.

II. Kornit Kediri 2Paroki St. Yoseph

Kornit Kediri 2 yang saat ini (2005) pimpinan dijabat oleh Romo Drs. Markus Marcelinus Hardo Iswanto CM. (Romo Kepala Paroki St Yosef) mengasuh 3 sekolah. Pimpinan yang lama Romo Drs. Eko Nurbandrio, CM. pindah tugas ke seminari. Dahulu ada 4 sekolah, namun satu sekolah SMPK St Yosef telah tutup/ditutup.

TKK SANTO YOSEPH IKOTA KEDIRI

KK Santo Yoseph I didirikan pada tahun 1974 oleh Romo Van Mensvoort CM dengan dibantu oleh anggota Dewan Paroki diantaranya Bapak Boedi

Pimandoyo, Bapak Soeparlan, Bapak Safiyoso, Bapak Soedjarwo. Sekolah ini didirikan diatas tanah milik yayasan Santo Vincentius Surabaya yang merupakan

T

15

bekas seminari seluas 6.720 m2 dengan 5 lokal ruang kelas untuk proses belajar mengajar. Sekolah ini beralamat di Jl. Hasanudin 39 Kediri atau letaknya di Kecamatan Kota Paroki Santo Yoseph. Status tanah adalah milik Yayasan St. Vincentius Surabaya. TK Santo Yoseph ini didirikan setelah sebelumnya didirikan SDK Santo Yoseph pada tahun 1973 dengan proses sangat cepat. TKK St. Yoseph ini didirikan dengan tujuan untuk menghadirkan semangat Katolik di wilayah Paroki Santo Yoseph yang masih terbilang sebagai Paroki baru, menampung putra-putri umat yang tidak bersekolah di TKK. Santa Maria.

Pada awal pendiriannya TKK dipimpin oleh Ibu Theresia Koestiyah yang pernah mengajar TK di Jakarta dan mempunyai dasar pendidikan dari SGTK dan dibantu oleh seorang guru Ibu M.M.C. Lilik Susmiana. Alasan utama yang mendorong guru untuk bekerja di sekolah ini adalah mengetrapkan ilmu yang didapat dan ikut bekerja sebagai pelayan gereja. Selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh Ibu M.M.C. Lilik Susmiana dari tahun 1994 hingga sekarang.

Siswa yang masuk ke TKK St. Yoseph pada mulanya hanya berjumlah 17 anak dan kesemuanya warga Tionghoa yang masih berkewarganegaraan asing. Siswa yang masuk ke sekolah ini stabil antara 85-95 anak, pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa yang masuk mengalami peningkatan hingga mencapai 130 anak. Namun demikian jumlah ini belum bisa menyamai jumlah yang pernah dicapai sekolah pada tahun 1987 yang berjumlah 300 anak sehingga sekolah dipecah menjadi dua lembaga yaitu TKK St. Yoseph I dan TKK St. Yoseph II.

Hubungan yang baik antara sekolah dengan pihak Gereja Paroki Santo Yoseph berdampak positif terhadap sekolah diantaranya dengan semakin meningkatnya jumlah siswa yang masuk ke TKK Santo Yoseph. Selain itu letak sekolah yang berada dekat dengan daerah pertokoan yang kebanyakan beragama Katolik maupun Kristen juga memberikan dampak positif dalam penerimaan siswa.

Sejak berdirinya hingga sekarang TKK Santo Yoseph baru pernah memiliki satu guru tetap yayasan, yaitu Ibu Theresia Koestiyah. Sampai sekarang hanya ada satu pegawai “tetap“ guru negeri DPK yaitu Kepala Sekolah. Inilah yang menjadi kendala karena dengan tidak adanya guru tetap bila satu guru keluar karena mendapat pekerjaan yang lebih baik maka yayasan harus mencari ganti guru yang keluar agar tidak mengganggu proses belajar mengajar sekolah. Guru yang pernah mengajar di TKK St. Yosef dan beberapa sampai sekarang masih mengajar sampai saat ini antara lain Ibu Theresia Kostiyah, Ibu M.M.C. Lilik Susmiana, Elisabeth Sukaminingsih, Elvianti, Tatik, Epivani, M. Kasmiati, Nanik Liberti, Anastasia Sumiyem. Sunarsih, Endang Sri Rinaningtyas, Tri Mundiarti, Dartik, Hernani, Pudyastuti Iriani, Triana Wahyu Indarti, M.B. Yeni Agustina, Veronika Surikanti. Sampai saat ini kesejahteraan guru dirasakan sangat kecil.

Dalam hal finansial sekolah tidak pernah menunjukkan kekurangan dan selalu menunjukkan grafik yang positif. Data lima tahun terakhir pemasukan antara 18–31 juta dan saldo plus antara 1–6 juta setahun. Apalagi pada kurun waktu 1999–2003 harus membantu SMP sejumlah 8 juta lebih. Dengan kata lain bahwa biaya operasional dapat dipenuhi oleh uang sekolah maupun dana lain yang didapat dari orangtua siswa bahkan berlebih. Namun demikian keuangan yang selalu membukukan saldo ini dengan melakukan penghematan dalam hal gaji, sehingga pegawai maupun guru yang ada di sekolah ini belum mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang layak.

Walaupun honor yang diterima guru kecil, namun tak mengurangi semangat para guru untuk mengajar. Hal ini dibuktikan dengan beberapa prestasi yang diraih oleh siswa antara lain : Juara Nyanyi bersama tingkat Jatim, Juara senam tingkat kota, juara senam sehat.

Hubungan sekolah dengan orang tua baik, ini terbukti setiap kegiatan di luar sekolah, orang tua tidak keberatan untuk membiayai, sarana dan prasarana banyak yang berasal dari orang tua murid. Walaupun belum pernah mengumpulkan alumni sekolah, namun hubungan dengan alumni baik, buktinya saat ini banyak siswa adalah putra alumni.

16

Prospek 5 tahun ke depan persaingan dengan TK Kristen Petra dan TK Santa Maria, namun demikian sekolah masih yakin bahwa TK St. Yosef masih punya daya tarik. Namun demikian tentu harus terus ada peningkatan diberbagai bidang, misalnya tenaga tetap, kualitas SDM, kesejahteraan pegawai, peningkatan mutu.

Yang menjadi kendala hingga saat ini untuk TKK Santo Yoseph adalah status tanah yang ditempati oleh sekolah adalah bukan milik dari Yayasan Yohanes Gabriel melainkan milik dari Yayasan Santo Vincentius Surabaya. Harapan kami adalah jangan sampai “digusur“, sebab kalau dipindah TK ini belum tentu dapat murid.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah M.M.C. Lilik Susmiana

TKK SANTO YOSEPH IIKOTA KEDIRI

KK Santo Yoseph II yang berada di Jl. Raden Patah 38 Kediri didirikan tahun 1987 atas prakarsa Romo Paroki St Yosef Kediri, pengurus Dewan Paroki, Ibu

Theresia Koestiyah Suwarko dan Ibu Epivanny. Yang menjadi Kepala Sekolah pertama adalah Ibu Epivanny. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 738 m2 milik Yayasan Gereja dan Amal dengan luas bangunan keseluruhan 310 m2 dengan 3 lokal kelas untuk kegiatan belajar mengajar. TKK Santo Yoseph didirikan dengan motivasi untuk memberikan kesempatan warga Katolik dan masyarakat sekitar menyekolahkan putra-putrinya ke TK Santo Yoseph II untuk di didik menjadi anak yang berbudi pekerti luhur. Langkah yang di tempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah melibatkan orang tua murid. Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi di masyarakat dengan meningkatkan mutu pendidikan dan bakti sosial.

T

Pada awal berdirinya murid berasal dari TK St. Yosef I, namun kemudian membuka pendaftaran sendiri. Latar belakang siswa adalah suku jawa beragama Katolik. Sosial ekonomi orang tua umumnya tergolong menengah ke bawah. Alasan yang mendorong siswa sekolah di sini adalah disiplin, tertib dan sesudah keluar dari sekolah ini siswa siap mengikuti pelajaran di SD. TKK Santo Yoseph II yang saat ini dipimpin oleh Ibu Anastasia Sumiyem tidak pernah kekurangan murid. Data lima tahun terakhir jumlah siswa antara 63–73 siswa. Hal ini merupakan dampak yang positif dari hubungan yang baik dengan gereja. Hubungan yang baik terjalin antara lain melalui BIAK (Bina Iman Anak Katolik) maupun kegiatan lain gereja dan kegiatan yang diluar gereja. Hubungan dengan orang tua siswa pada umumnya baik, mereka sangat mendukung kegiatan siswa di sekolah.

Pada awal pendirian guru yang mengajar di TKK Santo Yoseph II adalah guru yang juga mengajar di TKK Santo Yoseph I yang berada di Jl. Hasanudin. Saat ini terdapat 6 guru yang mengajar di sekolah ini dan tidak ada satupun guru yang merupakan guru tetap yayasan. Dari enam guru tersebut dua diantaranya adalah guru negeri yang diperbantukan sedangkan yang lain adalah guru tidak tetap. Alasan para guru untuk mengajar di sini adalah mencari pekerjaan untuk mendapatkan gaji dan mencari pengalaman kerja. Usaha sekolah untuk menunjang kesejahteraan guru adalah dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler dan mengusulkan insentif guru dari pemerintah. Hubungan sekolah dengan gereja baik, para guru mengikuti kegiatan yang ada di gereja dan lingkungan.

Dalam hal keuangan sekolah, TKK Santo Yoseph II tidak pernah mengalami masalah, dari tahun ke tahun saldo yang dibukukan tidak pernah mengalami minus berkat pemasukan yang diperoleh sekolah baik dari para siswa maupun dari para donatur. Data lima tahun terakhir pemasukan antara 13.930.800–20.460.000 dengan saldo plus antara 831.350–3.733.925 pertahun.

Meskipun terbilang sekolah yang masih muda umurnya TKK Santo Yoseph II telah mempunyai beberapa prestasi yang diraih siswanya. Ini dibuktikan pada setiap peringatan Hari Anak Nasional ditingkat Kodya Kediri selalu mendapat prestasi yang bagus. Prestasi yang diperoleh sekolah ditingkat Kodya Kediri diantaranya juara II Lari Rintangan Putri pada tahun 2000, juara II, III dan juara harapan 1 Menyanyi

17

Bersama pada tahun 2002, juara harapan 1 Memindahkan Benda pada tahun 2003, Juara Boling Putri tingkat kecamatan.

Prospek 5 tahun kedepan persaingan dengan banyaknya TK yang muncul di lingkungan sendiri. Dengan demikian persaingan semakin berat. Namun demikian sekolah ini akan terus meningkatkan mutu pelayanan, menambah kegiatan ekstra kurikuler. Sekolah ini mengharapkan adanya peningkatan SDM dengan kursus gratis dan peningkatan kesejahteraan pegawai. Yang menjadi kendala pada sekolah ini adalah kurangnya sarana bermain diluar ruangan untuk siswa-siswanya, perlunya peningkatan kemampuan guru pengajar dan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler yang mengikuti perkembangan jaman.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Anastasia Sumiyem

SDK SANTO YOSEPHKOTA KEDIRI

ediri pada 1 Januari 1973 atas prakarsa Romo J.V. Mensvoort, CM dan didukung oleh tokoh-tokoh umat. SDK Santo Yoseph yang berada di Jl. Hasanudin 35

Kediri didirikan sebagai eksistensi keberadaan gereja Paroki Santo Yoseph, serta melanjutkan karya misioner gereja di bidang pendidikan, sehingga iman Katolik generasi muda bisa dibina dengan semangat Katolik. Waktu pendirian di Paroki St. Yosef memang belum ada sekolah Katolik. Mungkin juga karena sudah ada gedung bekas seminari, dari pada gedung itu menganggur lalu diubah menjadi gedung sekolah dasar. Lokasi keberadaan sekolah ini sangat strategis, berada di pinggir jalan protokol yang dilalui angkutan umum dari berbagai jurusan. Selain itu sekolah juga terletak satu komplek dengan gereja dan dekat dengan beberapa sekolah lain, antara 6 SD Negeri, 4 SD Swasta yang yang notabene adalah sekolah-sekolah yang ternama seperti Petra, Daha dan St. Maria dan Al-Huda. Masyarakat sekitar sekolah adalah masyarakat kota dengan latang belakang sosial ekonomi, pekerjaan dan pendidikan yang bervarasi.

B

SDK Santo Yoseph didirikan diatas tanah seluas 4.788,15 m2 dengan luas bangunan 2.030,74 m2, dari kekeseluruhan luas bangunan tersebut terdapat 6 lokal ruang untuk belajar mengajar dan sekolah telah dilengkapi dengan perpustakaan, laboratorium dan ruang UKS. Status tanah adalah milik Konggergasi Misi. Pada awalnya langkah yang ditempuh untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah dengan mengubah bangunan seminari menjadi ruang-ruang kelas.

Langkah untuk memantapkan posisi dimasyarakat dengan mendaftarkan ijin ke Depdikbud, memasang papan nama dan ijin ke kelurahan.

Kepala sekolah yang pernah memimpin sekolah ini antara lain Ibu Martina Supriyani (1973-1978), Bapak F.X. Sutijono (1978-1994), Bapak B. Setyo Kuntjoro (1994-1995), Ibu A.R.M. Suprihatin (1995-1998), Ibu K.E. Mudjijem (1998-2002), dan Bapak Alexander Marjoto. saat ini sekolah dipimpin oleh Bapak L.C. Djoko Sampoerna Amd. Pd.

18

Kepala Sekolah Beserta Guru

Sekolah ini mulai dengan 19 siswa saja dan saat ini berjumlah 210. Pernah mencapai jumlah 600 siswa dan menjadi kelas paralel. Data lima tahun terakhir jumlah siswa mengalami penurunan dari 315–228. Latar belakang siswa antara Jawa dan Tionghoa berimbang, pernah didominasi oleh suku Tionghoa. Tingkat ekonomi orang tua siswa bervariasi, sesuai latar belakang pekerjaan, ada yang tukang becak tetapi ada juga pengusaha besar. Motivasi siswa di sekolah ini bervariasi juga, ada yang karena disiplin, bermutu, ingin dididik dalam iman Katolik, tetapi ada juga yang hanya coba-coba. Agama siswa mayoritas Kristen dan Katolik. Jumlah siswa yang masuk ke SDK Santo Yoseph dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan, kemungkinan disebabkan oleh banyaknya orangtua yang menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri yang bebas uang sekolah. Selain itu lulusan dari TK Santo Yoseph yang diharapkan lulusannya untuk masuk ke SDK Santo Yoseph namun pada kenyataannya tidak semua lulusan TK masuk ke SDK Santo Yoseph. Siswa yang ada disekolah ini berasal dari keluarga dengan latar belakang etnis dan ekonomi yang berbeda-beda, namun mayoritas siswa beragama Katolik dan Kristen.

Ketenagaan pada awalnya Romo Paroki menunjuk 2 orang lulusan SPG untuk menjadi Kepala Sekolah dan Guru kelas I, serta seorang pesuruh, dengan status pegawai tidak tetap. Motivasi pegawai yang utama adalah mencari pekerjaan dan juga ikut terpanggil untuk mengembangkan iman anak-anak. SDK Santo Yoseph diasuh oleh 10 orang guru dimana 8 diantaranya sudah berstatus guru tetap yayasan dan 2 guru yang lain berstatus guru tidak tetap. Selain itu juga dilayani 3 pegawai untuk administrasi dan kebersihan sekolah. Standar gaji 50% dari tabel Yadapen 2004. Selain menerima gaji untuk menambah kesejahteraan pegawai diusahakan mendapat profit dari penerbit yang bekerja sama dengan sekolah, insentif dari pemerintah dan donatur dari wali murid.

Hubungan dengan orang tua murid baik, mereka terlibat dalam kepanitiaan sekolah dan pembangunan sekolah. Jumlah alumni kurang lebih 2.465 tersebar di dalam maupun luar negeri. Namun demikian sampai saat ini belum ada hubungan yang khusus dengan alumni.

Pola belajar di sekolah adalah klasikal dimana satu guru dituntut untuk menguasai beberapa materi pelajaran. Relasi guru dan siswa dijalin baik. Pada umumnya hasil penilaian adalah murni, namun sebagian kecil ada juga yang dikatrol. Di samping itu sekolah memberikan penilaian khusus tentang disiplin, sopan santun, jujur, suka memaafkan dan hormat kepada orang tua dan guru. Dan kurikulum yang digunakan di SDK. Santo Yoseph telah menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka, bina vokalia, komputer dan koor.

Dalam laporan keuangan lima tahun tampak bahwa baru pada dua tahun terakhir keuangan sekolah menunjukkan grafik yang positif. Pemasukan kadang naik kadang turun dari sekitar 87–136 juta. Dari minus 4–13 juta menjadi saldo 7–16 juta setahun. Salah satu penyebab membaiknya kondisi keuangan ini kemungkinan adalah adanya 1 tenaga tetap yang keluar dan 3 yang mutasi ke sekolah lain. Kebetulan mutasi tersebut ke sekolah seyayasan yang notabene minus juga, sehingga bisa digambarkan sekolah yang ditinggal menjadi ringan keuangannya sebaliknya yang memperoleh mutasi menjadi lebih berat beban keuangannya. Dengan demikian

19

Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah

perkembangan keuangan yang positif ini dapat dikatakan “perkembangan yang semu”, sebab sebagian beban dialihkan ke sekolah lain, dengan kata lain kebijakan ini menambah minus sekolah lain yang sudah minus. Saat ini yang menjadi sumber dana sekolah adalah dari siswa (dalam bentuk SPP, iuran-iuran, dana lain-lain), laba penjualan (kantin, buku, seragam) serta bantuan pemerintah dan donatur GRATIA (Gerakan Orang Tua Iman dan Asuh).

SDK Santo Yoseph sudah banyak memperolah prestasi baik prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik, diantaranya meraih Juara 1 Lomba Pelajar Teladan pada tahun 1993, juara 1 Lomba IPA pada tahun 1994, juara 3 Lomba Matematika pada tahun 1996, juara 1 Lomba Karaoke Putri pada tahun 1998, juara 1 Lomba Tari pada tahun 2005 dan masih banyak lagi prestasi lain yang pernah dicapai siswa sekolah ini.

Gereja banyak berjasa dalam perkembangan sekolah terutama dalam pemasaran untuk sekolah dalam mencari siswa, maka sekolah juga turut dalam kegiatan gereja yaitu bertugas dalam Ekaristi pada hari Minggu sebulan sekali maupun pada perayaan Hari Besar Katolik yang diadakan di Gereja. Umat pada awal berdirinya sangat antusias menyekolahkan putra-putranya ke sekolah ini, sampai-sampai sekolah menolak karena tidak ada tempat, namun sekarang stabil hanya satu kelas setiap jenjang.

Prospek lima tahun ke depan persaingan dengan 10 sekolah yang ternama. Jumlah siswa 5 tahun terakhir terus menurun. Karena gedung bukan milik sendiri, maka ada rencana akan dipindah. Lokasi yang akan ditempati di Jl Raden patah dirasa tidak strategis. Ada kekhawatiran sekolah ini “ digusur “ ( tanah diminta kembali oleh pemiliknya yaitu Konggergasi Misi ) : ”Bagaimana nasib kami 5 tahun mendatang”. Tenaga pengajar pada umumnya sudah berumur (tua) usia termuda 37 tahun. Harapan untuk tetap eksis besar. Ingin agar yayasan lebih terlibat ikut mengalami, merencanakan dan mengevaluasi. Sehingga nantinya ada ide-ide baru dan staf karyawan punya semangat untuk bersaing agar 5 tahun ke depan tetap eksis. Sekolah masih mempunya daya tarik antara lain program unggulan aritmatika, Komputer dan bahasa Inggris dan uang sekolahnya paling murah dibanding dengan swasta yang lain. Untuk itu diperlukan pula adanya SDM yang profesional, kreatif, cepat tanggap dan interaktif terhadap dunia pendidikan.

Sumber Bahan : Tulisan Mantan Kepala Sekolah Alexander Marjoto

SLTPK SANTO YOSEPHKOTA KEDIRI

ekolah yang berlokasi di Jl. Raden Patah Kediri ini didirikan pada tahun 1988 oleh Romo J.M. Van Mensvoort, CM, Bapak F.X. Sutiyono dan Dewan Paroki

Gereja Santo Yoseph. Lokasi termasuk Desa Kemasan dekat pusat pertokoan masuk jalan kecil sehingga tidak mudah dikenali (tidak strategis). Masyarakat sekitar profesinya bermacam-macam seperti toko, sopir, pedagang, tukang becak dll. Yang menjadi tujuan utama pendirian sekolah ini selain untuk melanjutkan karya misioner gereja juga untuk menampung lulusan dari SDK Santo Yoseph yang telah lebih dahulu berdiri dan SD umumnya serta untuk ikut serta memajukan kecerdasan anak bangsa.

S

Langkah yang ditempuh pada awal untuk memantapkan posisi adalah dengan bertahap melangkapi sarana seperti perpustakaan, laboratorium dan tidak ketinggalan tenaga pengajar. Setelah mendaftar ke Dinas Pendidikan, sekolah ini peresmiannya dilakukan oleh Wali Kota Kediri Bapak Setijono pada 27 Januari 1988.

Pada awalnya pengajar masih bersifat sementara (comotan) dengan latar belakang pendidikan D2, D3 dan S1. Selanjutnya tenaga pengajar yang bertugas di SLTPK Santo Yoseph terdiri dari Guru Tetap Yayasan dan Guru Tidak Tetap.

20

Kesejahteraan guru pengajar selain dari gaji yang diterima dari yayasan juga dari koperasi sekolah maupun insentif dari pemerintah. Tunjangan kesejahteraan yang diterima untuk pegawai maupun guru terbilang kecil untuk setaraf sekolah SLTP, hal ini disebabkan pemasukan sekolah yang didapat dari uang sekolah maupun sumbangan dari orangtua siswa maupun dari para donatur. Untuk meningkatkan kesejahteraan para guru mengadakan arisan.

Siswa yang bersekolah di SLTPK Santo Yoseph umumnya dari suku Jawa dan dari golongan menengah kebawah sehingga tidak mungkin untuk memberikan uang sekolah yang tinggi. Motivasi siswa adalah dekat dengan rumah, sekolahnya murah dan sekolah baru.

Pola mengajar guru menekankan kedisiplinan, kejujuran dan kerjasama. Kegiatan ekstra kurikuler pramuka, band dan olah raga.

Akibat dari jumlah pemasukan siswa yang kecil sehingga keuangan juga kecil dan tidak bisa menutup biaya pengeluaran rutin sekolah, maka pada tahun 2003/2004 dengan berat hati SLTPK Santo Yoseph ditutup oleh yayasan (lebih tepatnya tutup secara alamiah). Sekelumit informasi ini di dapat dari Tulisan Bapak Alexander Marjoto.

III. Kornit Tulungagung Paroki St Maria Medali Wasiat

Kornit Tulungagung saat ini (2005) dipimpin oleh Bapak V. Santosa seorang awam. Beliau adalah salah seorang awam termasuk dari sangat sedikit awam yang yang dipercaya untuk memimpin sebuah kornit. Saat ini kornit Tulungagung hanya mengasuh satu sekolah saja yang termasuk sekolah besar. Dahulu TK SD Santa Maria Tulungagung adalah milik Yayasan Yohanes Gabriel, namun sekarang diasuh oleh Suster Puteri Kasih. Namun informasi pengalihan ini tidak kami dapat. Demikian pula dahulu ada SMPK dan SMAK Trenggalek, namun sudah tutup beberapa tahun yang lalu. Informasi tentang dua sekolah ini juga tidak berhasil kami dapat.

SMAK St. THOMAS AQUINOKABUPATEN TULUNGAGUNG

MAK St. Thomas Aquino didirikan atas prakarsa dari Romo L Karjasumarta CM. Panitia Pendiri yang terdiri dari Bapak Letkol M. Yasir (Dandim), Romo L.

Karjosoemarto, CM., Bapak M. Muladi (alm), Bapak Tedjo Setiono, SH., Bapak Dr. Moedjiraharjo (Dokter RSU), Bapak A. Soejatna, Bapak R.C. Roesdimoelyo, Bapak Chris Gunadi, Bapak R. Suhardi, Bapak J.M. Ramelan. Tujuan sekolah ini ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Tepatnya Senin Kliwon 8 Januari 1968 sekolah mulai proses belajar mengajar. Melalui Romo Soeharto CM, Bapak Muladi minta agar sekolah ini dimasukkan dalam Yayasan Yohanes Gabriel. Dengan alasan dana untuk sekolah terlalu besar, sidang keuskupan menolak permintaan ini. Kemudian atas saran Romo Suharto dan Bapak R.Y. Hardjitno (Ketua PGK Jatim) Bapak Muladi bekerja sama dengan Bapak E. Soemartoyo dan Penasehat Hukum Frans Gunawan berdirilah Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Santo Thomas Aquino dengan pengurus Bapak Muladi, A. Soejatno, V. Santosa, R. Suhardi dan R.C. Roesdimoeljo. Sekolah pada awal pendirian menggunakan gedung dari SMPK Santa Maria Tulungagung yang berada di Jl. Ahmad Yani Timur 44 dengan jumlah siswa 98 siswa yang dibagi dalam dua kelas. Pada tahun 1970 sekolah menggunakan aula Cornelius yang dibagi menjadi tiga lokal. Pada Tahun 1980 pengelolaan sekolah diserahkan oleh Yayasan

S

21

Pendidikan dan Pengajaran St. Thomas Aquino kepada Yayasan Wijana Sejati Surabaya.

Pada awal berdiri hanya 98 siswa, namun pada 1970 sudah menjadi 3 kelas dan 1982 sudah menjadi 11 kelas dan saat ini 23 kelas. Motivasi siswa sekolah di sini karena sekolah ini dikenal disiplin dan baik dalam mendampingi siswa. Orang tua siswa sangat mendukung program-program sekolah. Hubungan dengan alumni baik, banyak anak alumni yang di sekolahkan di sini.

Langkah yang ditempuh untuk memantapkan posisi sekolah pada 27 Januari 1968 mengadakan Malam Pembukaan di Gedung Balai Rakyat. Selanjutnya sekolah berusaha menjalin hubungan baik dengan masyarakat dengan menyelenggarakan sepak bola antar klub dengan hadiah kambing, mendatangkan pelatih senam ibu-ibu, aksi natal, dll.

Pada tahun 1983 sekolah dapat membeli tanah dan membangun kelas sebanyak 8 lokal. Sampai saat ini sekolah telah memiliki 23 lokal ruang untuk kegiatan belajar mengajar, selain itu sekolah juga telah dilengkapi dengan Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Lapangan Olah Raga dan UKS. Selain itu sekolah juga memiliki aset lain berupa tanah yang terletak dibelakang RSU Dr. Iskak Tulungagung seluas 9.000 m2 yang digunakan untuk lapangan Olah Raga dan kebun. Status tanah milik Badan Hukum Gereja dan amal Paroki Tulungagung.

SMAK St. Thomas Aquino didirikan dengan Visi dan Misi yang mulia. Visi sekolah adalah “Terwujudnya sekolah yang berkualitas (berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi) dan manusia yang cerdas, terampil, dewasa, beriman, taqwa, mandiri, berbudi luhur serta berperilaku sosial yang baik”. Sedangkan Misi sekolah : Meningkatkan prestasi akademik sekolah; Meningkatkan prestasi non-akademik siswa; Meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan , laboratorium, BP, Tatausaha, kantin, UKS, OSIS, kelas dan ruang Wakasek; Meningkatkan kedisiplinan siswa, guru dan karyawan; Mengembangkan nilai-nilai spiritual dan moralitas Kristiani seluruh warga sekolah; meningkatkan kreativitas dan kegiatan siswa; Meningkatkan kualitas dan kegiatan ekstrakurikuler; Meningkatkan hubungan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait; Membudayakan pelayanan, kerjasama, kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, solidaritas dan hidup bersih; Memberikan bekal ketrampilan siswa.

Kepala Sekolah yang pernah memimpin SMAK St. Thomas Aquino Beturut-turut adalah E. Muljoto Basuki, BA (1968-1970); H. Alip Purwanto, BA (1970-1972); Y. Agus Sulimin, BA (1972-1974); Drs. Sujoto (1974-1980); Drs. M. Astiham (1980-1983); Yason Sukarno, BA (1983-1990). Saat ini pimpinan sekolah dijabat oleh Drs. Lono Wibowo.

Adanya fasilitas yang lengkap di sekolah ini baik untuk akademik maupun non akademik menjadikan SMAK St. Thomas Aquino sebagai salah satu sekolah yang diminati siswa, baik yang beragama Katolik maupun yang non-Katolik. Hal ini bisa dilihat dari jumlah siswa yang masuk disekolah ini tiap tahun menunjukkan jumlah yang tidak sedikit, kurang lebih 400an siswa. Data siswa 5 tahun terkhir antara 1.102-1.122 siswa.

Pada awalnya ada 20 pegawai 17 guru yaitu E.J. Moeljoto Basuki, BA, A. Soejatno, R. Suhardi, Oei Lien Nio, Tedjo Setiono SH, M. Muladi, S. Soetjipto, V.

22

Kepala Sekolah dan Guru Pengajar SMAK Thomas Aquino (2004)

Santoso, Soerjono, M. Soemarsono, Agus Sulimin, M. Tas’an, Sri Rijani, Soedhiarto BA., J.M. Ramelan, Soeroso, R.C. Roesdimoeljo, Soejono, TU : Ag. Soetomo dan pesuruh : Kuseri. Motivasi bekerja di sekolah ini adalah ingin mengembangkan iman Katolik melalui dunia pendidikan. Saat ini SMAK St. Thomas Aquino terdapat 40 tenaga pengajar yang mana dari 40 pengajar tersebut hanya terdapat 16 Guru yang berstatus Guru Tetap Yayasan, sedangkan Guru Negeri 2 Orang, dan Guru Tidak Tetap berjumlah 22 orang. Para Guru tersebut pada umumnya berkualifikasi Strata Satu Pendidikan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan membentuk paguyuban (koperasi).

Keuangan sekolah selalu menunjukkan grafik yang positif yang berarti bahwa semua kebutuhan pengeluaran sekolah dapat ditutup dengan pemasukan yang didapatkan sekolah dan masih terdapat sisa. Data lima tahun terakhir pemasukan keuangan sekolah antara 581 juta-856 juta, dengan saldo yang dibukukan tiap tahunnya antara 9-46 juta.

SMAK St. Thomas Aquino telah memiliki banyak sekali prestasi yang diraih oleh para siswanya di tingkat Kabupaten Tulungagung. Data yang tercatat 35 prestasi pernah diraih, antara lain Juara 1 Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten tahun 2001, 2002, 2003, Juara 1 Tenis Meja tahun 2001, Juara 1 Renang tahun 2001, 2002,2003, Juara 1 Lomba Karaoke tahun 2001, Juara 1 Wushu tahun 2002, Juara 1 Puisi Bahasa Inggris, Juara 1 Lomba Mengarang Lingkungan Hidup tahun 2003, Juara 1 Sepak Bola tahun 2004, Juara 1 Lomba Teater tahun 2004 dan masih banyak lagi prestasi-prestasi yang lain.

Hubungan dengan gereja maupun dengan masyarakat sekitar sekolah terjalin dengan baik. Dengan gereja dimana sekolah selalu menjadi motor setiap kegiatan yang diadakan gereja. Kebanyakan guru adalah pengurus dewan paroki. Dengan masyarakat sekolah juga mengadakan hubungan yang baik diantaranya dengan mengadakan kegiatan bersama dengan masyarakat di sekitar sekolah, misalnya kegiatan olahraga dan sosial. Sekolah menyadari bahwa kelangsungan sekolah ini tergantung juga dengan masyarakat sekitar. Hubungan yang baik ini terbukti bila ada anak yang bolos, ada mayarakat yang melaporkan ke sekolah.

Prospek 5 tahun terakhir persaingan dengan 3 sekolah negeri, dengan sekolah swasta yang lain relatif tak ada saingannya. Pokoknya cerah lah.

Sumber Bahan : Tulisan Bapak V. Santosa dan Kepala Sekolah Drs. Lono Wibowo

IV. Kornit Jombang

23

Fasilitas Komputer

Kegiatan Donor Darah

Paroki St. Maria Jombang

Kornit Jombang saat ini (2005) dipimpin oleh seorang awam A. Kasdadi. Kornit Jombang termasuk salah satu dari sedikit kornit yang dipimpin oleh awam. Saat ini mengasuh 9 sekolah yang berada di Jombang, Kertosono dan Warujayeng. Tahun 1980 di Jombang didirikan SMA Wijana, namun dalam waktu yang tidak lama (tidak sampai 10 tahun) sudah tutup. Sayang penulis tidak berhasil memperoleh informasi dari sekolah yang sudah tutup ini.

Kornit “Jombang mulai ada/berdiri “ tidak diketahui persis kira-kira bersa-maan dengan berdirinya sekolah-sekolah di Paroki Jombang, walaupun belum ada istilah kornit. Menurut ingatan Bapak R.F. Sudarmadi. Para Romo yang pernah mengasuh sekolah-sekolah di Paroki Jombang antara lain Romo Paul Janssen CM, Romo Schlooz CM, Romo Boonekamp CM, Romo Raijmaekers CM, Romo Bartels CM, Romo Weindrich CM, Romo Bartels CM, Romo Anton Budianto Cm, Romo WP Jansen CM, Romo Reintjes CM, Romo B. Yustisianto Pr, Romo Harjanto Pr, Romo I Kaderi Pr. Serta Romo Drs. Alb. Haryopranoto Pr. Romo yang terakhir ini menjabat sebagai Ketua Perwakilan II dan Kepala Kantornya adalah Sdr A. Kasdadi. Romo Haryo menugaskan Sdr A. Kasdadi sebagai Kornit Jombang. Kepengurusan dari Romo Ign Kaderi Pr diserahkan ke Pusat Yayasan mulai Pebruari 2004 dan Pusat Yayasan menyerahkan ke Perwakilan II sejak September 2004. Sejak itu Kornit Jombang ditangani bersama oleh Romo Haryo dan Sdr. A. Kasdadi. Romo Haryo pindah 4 bulan kemudian, dan sejak itu diurus oleh Sdr A. Kasdadi.

Tahun 2005 ini Romo Kepala Paroki adalah Romo Drs. Kusnugroho Pr. Sebagai Romo Kepala Paroki, beliau sangat perhatian terhadap sekolah katolik. Atas laporan beberapa umat beliau mengetahui bahwa sekolah sekolah di Kertosono dalam kondisi yang memprihatinkan. Tanpa banyak omong, beliau langsung turun tangan, mengadakan serangkaian pertemuan dengan umat untuk merintis tim peduli sekolah.

Ada banyak masalah yang dihadapi Kornit Jombang saat ini. Dari 9 sekolah guru tetap yang ada hanya 15 orang, sehingga ada beberapa sekolah yang tidak memiliki guru tetap, antara lain SMAK Warujayeng, TK Kertosono. Masalah lain adalah siswa yang jumlahnya sedikit. Tahun pelajaran 2004/2005 dari 9 sekolah jumlah siswanya hanya 1.002 siswa. Karena sumber keuangan utama adalah dari siswa, maka pada gilirannya kornit ini juga mengalami kesulitan dalam masalah keuangan. Untuk 9 sekolah keuangan yang masuk dari siswa sekitar 570 juta setahun. Dengan keuangan yang kecil ini, maka akibatnya tidak bisa memberikan gaji dan honorarium yang layak, hanya bisa memberikan upah yang rendah sekali. Sebagai gambaran : Gaji untuk pegawai tetap antara 80–100 % PGPS 1997; Honor Guru Kelas GTT sekolah dasar Kertosono antara 85.000–180.000 sebulan (nyaris tidak manusiawi). Apabila kornit ini masih bisa bertahan sebab mendapat bantuan dari Panitia Dana sekolah Minus setahun 26 juta dan Gratia sekitar 21 juta (tahun 2004/2005 belum ada bantuan dari Gratia), dari pemerintah berupa insentif guru, BKM, PSBMP dan pada tahun 2005/2006 ini SD dan SMP akan memperoleh Bantuan Operasional Sekolah.

TKK YOS SUDARSOKERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

aman Kanak-Kanak Yos Sudarso yang berada di Jl. Jambu 1 Kertosono berdiri pada tahun 1971. Sekolah memiliki dua lokal kelas. T

Siswa yang masuk ke sekolah ini selama lima tahun terakhir stabil. Data 5 tahun terakhir antara 39–51 siswa. Sekolah ini memiliki kelebihan dalam menerapkan kedisiplinan, sehingga masih dapat menarik minat orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya ke TKK Yos Sudarso. Karena lokasi yang ditempati untuk sekolah ini

24

SiswaBerperan Serta Dalam Menyemarakkan Hari Besar nasional

bukan merupakan milik sekolah maka sulit untuk mengembangkan sekolah. Dengan demikian dari awal berdirinya hingga sekarang sekolah tidak banyak mengalami peningkatan.

Kendala yang ada di sekolah ini adalah bahwa semua guru pengajar yang berjumlah tiga orang tidak ada satupun yang berstatus Guru Tetap Yayasan.

Keuangan sekolah sampai saat ini masih menunjukkan hasil yang baik.Data 5 tahun terakhir pemasukan antara 3.669.000–5.634.000 dengan saldo antara 14.000–357.000 pertahun. Dengan kecilnya pemasukan ini maka honor untuk guru juga kecil. Pemasukan yang didapat sekolah baik itu dari siswa, pemerintah maupun dari para donatur masih dapat digunakan untuk menutup semua biaya pengeluaran bahkan masih terdapat sisa meskipun jumlahnya kecil.

Prospek 5 tahun ke depan persaingan sangat berat, karena banyak TK di sekitarnya dan bahkan akandidirikan TK Pembina. Kemungkinan TK Pembina ini akan menyedot siswa yang biasa masuk di TKK. Daya tarik yang dimiliki satu-satunya adalah disiplin. Selain karena tidak memiliki lokasi sendiri sekolah ini juga memiliki kendala lain yaitu minimnya sarana dan prasarana yang digunakan. Ada keinginan untuk memiliki lokasi sekolah sendiri dan tambahan sarana bermain bagi siswa.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu B. Marjati.

SDK YOS SUDARSOKERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

DK. Yos Sudarso yang berada di jalan Rambutan 20 Kertosono resmi berdiri pada 1 Januari 1967 yang dipelopori oleh Pemuda Katolik dari wilayah

Kertosono. Sedangkan panitia resminya adalah RG. Ken Gitopo, RF. Sudarmadi, Christin Ie Djong Pang, S. Soebardjo, FX. Suharsono. Proses pendirian sekolah dilakukan umat dengan mengadakan malam pengumpulan dana dengan mengadakan acara hiburan dengan menghadirkan Band Varia Nada dari Surabaya. Hasilnya dibagi 3 untuk Pemuda Katolik, perbaikan lingkungan gereja dan untuk SDK. Pendirian SDK ini dilatar belakangi situasi politik dan persekolahan usia SD pasca G 30 S yang dinilai suram. Pada tahun 1978 pindah lokasi di Jalan Rambutan hingga saat ini dengan luas tanah 884,25 m2 dan luas bangunan 486 m2. Status tanah milik Yayasan Keuskupan.

S

Tahun 1981 memperoleh status bersubsisdi dari Departemen P dan K. Tahun 1998 mendapat status tercatat dari Kanwil P dan K Jatim dan 2001 mendapat status diakui. Dengan hanya memiliki tanah yang sempit sangat sulit bagi sekolah untuk mengadakan pengembangan bangunan dan hingga saat ini sekolah belum memiliki fasilitas tambahan apapun.

25

Para Alumni yang menjadi Gembala

Rm. C.H. Tri Kuncoro Yekti

Rm. Don Bosco Karnan Ardiyanto

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini diantaranya , Ernawati, Y. Suparno, F.X. Supardji dan saat ini sekolah dipimpin oleh S. Soebardjo sejak tahun 1998.

Pada awal pendiriannya sekolah hanya memiliki 19 siswa, dengan guru yang pertama adalah Ibu Th. Sri Murwani. Kebetulan pada waktu itu sekolah China (SD Warga) ditutup, sehingga SDK mendapat dukungan luas dari warga Tionghwa. Lobi-lobi yang dilakukan oleh Bapak Ie Djong Swie mengakibatkan SDK semakin mendapat dukungan luas. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa menunjukkan grafik yang menurun dari 120–105 siswa. Ada 4 orang alumni sekolah ini yang menjadi pastor yaitu Rm DB Karnan Ardianto Pr, Romo BY Bimo Hanto, Rm Petrus Kanisius Edi Laksito Pr, Rm CH. Tri Kuncoro Yekti.

Saat ini siswa yang mengenyam pendidikan di SDK Yos Sudarso keseluruhan berjumlah 104 siswa. Siswa yang masuk ke SDK ini mayoritas beragama Kristen selain itu berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi maupun suku yang berbeda. Kesulitan yang dialami sekolah dalam penerimaan murid dikarenakan dalam satu Kecamatan di sekitar SDK terdapat 32 SD Negeri, 2 SD swasta, dan 4 Madrasah. Dimana saat ini SD Negeri gratis uang SPP karena mendapatkan subsidi dari pemerintah. Meskipun dalam kondisi sekolah yang minim siswa SDK masih dapat berprestasi diantaranya juara 3 Lomba Karawitan, juara 2 Lomba Bidang Studi dan masih banyak lagi. Dengan kerja keras SDK ingin tetap eksis dengan meningkatkan disiplin guru, mengadakan sarana komputer. Namun tetap menyadari bahwa bahwa ada hambatan dari dalam yaitu SDM yang kurang.

Dengan jumlah pengajar 10 orang, dua orang guru berstatus Guru Tetap Yayasan sedangkan sisanya berstatus Guru Tidak Tetap Yayasan termasuk juga dengan kepala sekolah yang memimpin sekolah. Minimnya jumlah guru tetap yang ada di sekolah ini merupakan suatu kendala bagi sekolah.

Keuangan sekolah sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang baik dalam setiap penutupan tahun dalam artian sekolah ini selalu minus setiap tahunnya karena

26

Sekolah menerima kunjungan Uskup Mgr. Dibyo Karyono

Rm. Petrus Kanisius Edi Laksito

Rm. B.Y. Bimo Hanto

jumlah pemasukan yang didapatkan sekolah tidak bisa menutup pengeluaran sekolah. Data keuangan yang ada 2 tahun pemasukan antara 20–31 juta dengan setiap tahunnya sekolah mengalami minus kurang lebih 12 juta. Saat ini sekolah mendapatkan pemasukan dari siswa (dalam bentuk SPP) maupun dari pemerintah dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah, dari Panitia Dana Sekolah Minus dan Gratia.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak S. Soebardjo

SLTPK St. XAVERIUSKERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

LTPK St. Xaverius Kertosono status yang berada di Jl. Panglima Sudirman 139 berdiri pada tahun 1953 atas prakarsa Romo DR. P. Janssen., CM. Sekolah yang

berada di lahan tanah seluas 2.950 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 1.041 m2

saat ini berstatus Diakui.

SKepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini berturut-turut adalah P.

Supriyo (1953-1955), Kargono (1955-1973), R.F. Sudarmadi (1973-1983), W. Imam Mukrijanto (1983-1996), Th. Djoko Suryatmo (1996-2003) dan tahun 2003 sampai saat ini yang menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah J. Moedjianto.

Siswa yang masuk ke sekolah ini pada lima tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini disebabkan sekolah kalah dalam bersaing dengan sekolah negeri yang bebas uang sekolah. Masyarakat di wilayah Kertosono kebanyakan dari kalangan menengah kebawah dan masih berpandangan bahwa sekolah negeri lebih baik daripada sekolah swasta dan juga lebih murah karena tidak memungut uang sekolah. Dari data yang didapatkan selama lima tahun jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini adalah 39-58 siswa, bahkan tahun pelajaran 2005/2006 ini kelas I hanya berjumlah 9 siswa.

SLTPK St. Xaverius dilayani oleh 10 orang guru, dimana hingga saat ini hanya 2 orang yang berstatus Guru Tetap Yayasan.

Dalam hal keuangan sekolah dari data yang ada menunjukkan keuangan sekolah selalu minus dalam artian bahwa pemasukan yang didapat sekolah baik dari siswa maupun dari para donatur tidak bisa menutupi biaya pengeluaran bahkan kurang, sehingga sekolah tergolong sekolah minus. Data 5 tahun terakhir pemasukan keuangan menunjukkan penurunan dari 20.989.835–10.891.572 dengan saldo minus dari 26.203.760–16.382.002 pertahun. Hingga saat ini sekolah masih dapat bertahan dengan bantuan Panitia Dana Sekolah Minus dan dari GRATIA (Gerakan Orang Tua Iman dan Asuh).

Prestasi yang pernah diraih siswa SLTPK St. Xaverius hanyalah 3 prestasi di tingkat Kecamatan yaitu Bola Voli, pidato Bahasa Inggris dan Lomba Kitab Suci. Fasilitas yang ada di sekolah sudah cukup memadai tetapi antara lain perpustakaan dan laboratorium serta halaman yang luas cukup untuk olah raga.

Prospek 5 tahun ke depan suram, walaupun sebenarnya punya fasilitas sebagai daya tarik selain yang tersebut di atas masih ada seperangkat gamelan dan pelajaran ketrampilan elektro dan menjahit. Sangat disadari bahwa kelemahan ada pada SDM, disiplin dan ketertiban kegiatan belajar mengajar yang rendah.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak J. Moedjianto.

SMAK St. AUGUSTINUSKERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

27

Gedung SMAK Kertosono

MAK St. Augustinus Kertosono yang berada di Jl. Puntodewo 12 berdiri pada 1 Juli 1979 atas prakarsa umat dari stasi Kertosono diantaranya W. Roesmadji, BA.

(alm), J.D. Agus Soepomo, BA (alm), R.F. Sudarmadi, BA, Y. Puspitaningdyah dan direstui oleh Romo Kepala Paroki Jombang Romo Anton Budianto Tanalepi CM. Salah satu alasan pendirian sekolah ini karena pada waktu itu di wilayah Kertosono hanya ada satu SMA negeri saja selain itu juga karena telah adanya TK, SD dan SMP Katolik yang telah lebih dahulu berdiri selain itu sekolah ini pada awalnya merupakan filial dari SMAK St. Augustinus Nganjuk yang pada waktu itu dipimpin oleh JB. Supriyanto. Pada awal pendiriannya sekolah menempati gedung SMPK St. Xaverius masuk siang dan baru menempati gedungnya sendiri di Jl. Puntodewo pada tahun 1983. Ketika baru berdiri hanya ada satu sekolah negeri yang setara di wilayah Kertosono. SMAK St. Augustinus yang berada diatas lahan di Desa Kepuh seluas 7.510 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 2.710 m2 memiliki status Disamakan. Status tanah masih belum dibalik nama, belum sertifikat. Sekolah ini memiliki 8 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru dan telah memiliki beberapa fasilitas diantaranya perpustakaan, laboratorium, ruang praktek dan UKS.

S

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini berturut-turut adalah Y.B. Soeprijanto (1979-1980), J. Djabar TS. (1980-1981), R.F. Sudarmadi (1981-1996), Drs. Zeno Sutardi (1996-1999), Drs. M. Supardjo (1999-2001), Drs. C.B. Widodo Swasono (2001-2002), Drs. Benny Dwi Santoso (2002-2003) dan tahun 2003 hingga saat ini sekolah dipimpin oleh Th. Djoko Surjatmo, SPd.

Pada awal berdiri jumlah siswa cukup besar 149 dan mencapai puncak kebesaran pada tahun 1985/1986 mencapai 857. Siswa yang masuk sekolah ini terus mengalami penurunan, karena kalah bersaing dengan sekolah negeri yang terus melakukan pembenahan, selain itu lulusan dari SMPK yang diharapkan masuk ke SMAK juga berkurang. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa antara 160–130. Saat ini siswa yang mengenyam pendidikan di SMAK berjumlah 87 siswa keseluruhan yang terbagi menjadi kelas 1 berjumlah 21 siswa, kelas 2 berjumlah 39 siswa, kelas 3 IPA berjumlah 12 siswa dan kelas 3 IPS berjumlah 15 siswa. Pandangan masyarakat yang menganggap sekolah negeri lebih berkualitas dibandingkan dengan sekolah swasta juga merupakan penyebab berkurangnya siswa yang masuk ke sekolah ini.

Pengajar yang ada di SMAK berjumlah 13 orang dengan komposisi 4 orang Guru Tetap Yayasan, 2 Orang Guru Negeri dan 7 Orang Guru Tidak Tetap.

Pada awal sampai masa kejayaan keuangan sekolah selalu menunjukkan angka plus, namun seiring dengan menurunnya jumlah siswa keuangan sekolah mengalami minus. Data 5 tahun terakhir pemasukan keuangan antara 57–62 juta dengan saldo minus antara 4,4–11,6 juta pertahun. Selain itu keuangan sekolah sampai saat ini belum bisa memberikan tunjangan kesejahteraan yang layak untuk para guru maupun pegawai sekolah.

28

Hubungan sekolah dengan gereja terjalin dengan baik antara lain Misdinar, Koor dan sebagainya. Selain dengan gereja sekolah juga membina hubungan dengan masyarakat seperti pelayanan drumband dalam upacara-upacara hari besar Nasional, karnaval, kepramukaan dan lain sebagainya.

Sudah 25 tahun usia sekolah ini, banyak suka dan duka dialami. Sukanya : Saat sekolah “Jaya“ banyak dipuji orang, alumni banyak yang berhasil, banyak orang yang ingin menjadi pegawai di sekolah ini. Setelah sekolah mengalami masa surut, banyak pegawai meninggalkan sekolah mencari pekerjaan lain, kesejahteraan pegawai menurun drastis.

Prospek 5 tahun ke depan cukup berat. Bersaing dengan sekolah negeri tidak mampu, daya tarik sekolah sangat menurun, jumlah anak usia SMA kecil dan SDM sekolah tak bisa diandalkan.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak TH. Djoko Surjatmo, SPd.

SLTPK MATER DEITANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

LTPK Mater Dei yang berada di Jl. A. Yani 138-140 Warujayeng berdiri pada tahun 1955 atas prakarsa Romo J. Paul Janssen, CM dan oleh beberapa tokoh

umat dari Stasi Warujayeng diantaranya Isdiyoto dan Sunaryati. Sekolah ini didirikan pada awalnya karena di daerah Warujayeng belum terdapat sekolah menengah maupun yang setara. Selain itu juga untuk menghadirkan Kristus di masyarakat Warujayeng dan tujuan ini berhasil dengan bertambahnya jumlah keluarga Katolik di daerah Warujayeng dari hanya 4 kepala keluarga berkembang menjadi lebih dari 100 kepala keluarga. Pada awalnya kegiatan belajar mengajar menggunakan ruangan Kapel Gereja yang dibagi menjadi 3 lokal kelas, dan setelah berkembang pinjam rumah Bapak Kamin dan Ibu Suratin.

S

Sekolah yang saat ini berstatus Diakui ini berdiri di atas tanah seluas 4.500 meter persegi dengan status milik Yayasan Yohanes Gabriel, memiliki 6 ruang kelas dan fasilitas antara lain perpustakaan, laboratorium dan ruang UKS. Sekolah ini berada di jalur yang ramai yang menghubungkan Warujayeng dengan Kediri, Kertosono dan Nganjuk dengan masyarakat sekitar mayoritas beragama Islam dan juga terdapat pondok pesantren.

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah Priyono (1955-1956), C. Sunaryati 1956-1960), A.Y. Suwarno (1960-1970), Semeru (1970-1974), J.F. Soekamto (1974-1975), IM. Paidjo (1975-1999), dan saat ini sekolah dipimpin oleh F. Gir Sriyono.

29

Siswa yang masuk sekolah ini pada awal berdiri berjumlah 36 siswa dan mengalami peningkatan hingga pernah berjumlah 721 siswa secara keseluruhan pada tahun 1985. Namun demikian jumlah siswa yang masuk ke SMPK terus mengalami penurunan dengan adanya persaingan dengan sekolah negeri yang bebas uang sekolah dan saat ini hanya terdapat 57 siswa dengan kebanyakan siswa tersebut beragama Islam. Data 5 tahun terakhir jumlah siswa menunjukkan penurunan dari 156–57 siswa. Masyarakat di wilayah Warujayeng kebanyakan dari kalangan menengah kebawah sehingga lebih memilih mendaftarkan putra-putrinya ke sekolah negeri yang dianggap lebih murah. Motivasi orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya ke SLTPK karena sekolah ini mendidik dengan disiplin yang tinggi dan berkeyakinan bahwa lulusannya menjadi orang baik dan mudah bekerja.

Pengajar yang mengajar di sekolah ini pada awalnya berasal dari guru SD sekitar sekolah dan para tokoh Katolik didaerah Warujayeng antara lain Bapak A.J. Suwarno. Tahun 1964 memperoleh guru drop-dropan dari SGA Semarang dan Yogyakarta. Motivasi pegawai adalah untuk mewartakan iman dan memperoleh status di dalam masyarakat serta memperoleh penghasilan sebab pada awal sekolah ini bisa memberikan gaji yang lebih tinggi dari negeri. Saat ini sekolah memiliki pengajar berjumlah 12 orang dan hanya memiliki 1 orang Guru Tetap Yayasan. Sistem pengajaran mengikuti kurikulum pemerintah. Penilaian murni tidak ada katrolan, sebab kita mengajarkan kejujuran. Hubungan antara guru dan murid dijalin akrab. Pada 1980 prestasi akademis sangat menonjol. Demikian juga kegiatan olah raga.

Guru maupun pegawai yang mengabdi di sekolah ini belum mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang memadai. Guru tetap standart gaji 95 % PGPS 1997 dan honorarium GTT hanya 5.000 per jam pelajaran. Data 5 tahun terakhir pemasukan hanya 8–9 juta dengan saldo minus antara 3-23 juta pertahunnya.

Hubungan yang terjalin antara sekolah dengan Gereja berjalan dengan baik dengan diadakannya ibadat sekolah setiap satu bulan sekali dan para guru SMPK Mater Dei terlibat dalam pewartaan dengan menjadi guru pengajar untuk persiapan Baptis, menjadi anggota SSV (Serikat Sosial Vincentius), menjadi pengurus Dewan Paroki. Selain menjalin hubungan dengan gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat yang ada di wilayah sekitar Warujayeng, terbukti dengan sekolah sering diminta oleh masyarakat dari desa untuk menampilkan beberapa kesenian seperti drumband, kulintang pada perayaan Hari Kemerdekaan. Orang tua siswa selalu siap membantu kegiatan sekolah. Hubungan dengan alumni belum pernah terjalin secara resmi. Alumni ada yang menjadi pegawai, TNI, POLRI dan beberapa Kepala Desa di daerah Warujayeng.

Prospek 5 tahun ke depan sangat berat, tak mampu bersaing dengan sekolah negeri. Tahun ini kelas I hanya berjumlah 16 siswa saja. Yang menjadi kendala bagi perkembangan sekolah untuk masa yang akan datang adalah tidak adanya SDM yang cakap, kondisi fisik sekolah yang memprihatinkan dikarenakan sekolah bisa mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan karena tidak adanya dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan sekolah.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak F. Gir Sriyono

SMAK St. AUGUSTINUSWARUJAYENG KABUPATEN NGANJUK

MAK St. Augustinus yang berada di Jl A. Yani 138-140 Warujayeng berdiri pada tahun 1983 atas prakarsa dari Andreas Dirdjowijoyo atas nama Yayasan Gereja S

30

Kepala Sekolah Beserta Guru Pengajar

Kegiatan Praktikum Siswa

dan Amal Santo Vincentius A Paulo Kediri dengan status Diakui. Sekolah ini berdiri diatas lahan tanah seluas 1.289 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 305 m2. Sekolah ini hanya memiliki fasilitas perpustakaan dan ruang UKS. Status tanah milih Yayasan Gereja dan Amal. Namun sebagian tanah (2 petak) ada belum bersertifikat. Minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah karena sekolah hanya memiliki tanah yang tergolong sempit untuk ukuran sebuah sekolah lanjutan atas.

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah J.A. Widodo (1983-1987), I. Pilus Kasdiman (1987-1989), Drs. J.B. Suprijanto (1989-1993), Drs. M. Supardjo (1993 – 1999), Drs. F.X. Sutijono (1999–2005) dan saat ini yang memimpin sekolah adalah V. Sugito berstatus PLH.

Data 5 tahun terakhir jumlah siswa SMAK terus mengalami peningkatan dari 152-200 dengan mayoritas siswanya beragama Islam, karena masyarakat di wilayah Warujayeng kebanyakan menganut agama Islam. Namun saat ini siswa yang masuk ke SMAK berjumlah hanya berjumlah 35 siswa saja sebab hasil UNAS tahun 2004/2005 jelek sekali, dari 59 peserta hanya lulus 1 orang saja. Secara keseluruhan. Siswa yang masuk sekolah ini kebanyakan berasal dari kalangan bawah dengan penghasilan yang minim.

Pengajar yang ada di sekolah ini berjumlah 23 orang dengan hanya terdapat satu Guru Tetap Yayasan dan dua Guru Negeri sedangkan yang lainnya merupakan Guru Tidak Tetap.

Dalam lima tahun terakhir keuangan sekolah baru menunjukkan grafik yang positif pemasukan antara 44–75 juta dan pada tiga tahun terakhir dengan membukukan saldo 1,6-2,9 juta. Pemasukan yang didapat sekolah saat ini hanya dari siswa (SPP). Kondisi keuangan sekolah yang bisa dikatakan mulai membaik belum bisa memberikan tunjangan kesejahteraan yang layak untuk para guru maupun pegawai yang mengabdi disekolah ini.

Prospek 5 tahun terakhir cukup berat, persaingan dengan sekolah negeri berat. Kalau sekolah tidak bisa memperbaiki hasil UNAS, siswa akan semakin merosot. Kendala yang dihadapi sekolah di masa yang akan datang adalah kurangnya semangat SDM yang ada di sekolah ini yang disebabkan minimnya tunjangan kesejahteraan yang diberikan sekolah, kurangnya sarana dan prasarana, laboratorium tidak punya, SDM berstatus tidak tetap. Selain itu masyarakat sekitar Warujayeng lebih memilih menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah negeri yang biaya pendidikannya lebih murah dan masyarakat masih beranggapan bahwa sekolah negeri lebih bergengsi dari sekolah swasta.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak Drs. F.X. Sutijono

TKK WIJANAKABUPATEN JOMBANG

31

KK Wijana yang berada di Jl. KH. Wahid Hasyim 38-40 Jombang berdiri pada tahun 1967 atas prakarsa Ibu Margaretha Mariatun (wakil WK di GOW

Jombang), Ana Fransisca Sundari (Ketua WK), Ibu C. Sutilah, Ibu Eddy Sudjiman, Ibu C. Susilo dengan bantuan Sr. Lidwina dari Mojokerto, dan aktivis Bapak-Baoak direstui oleh Romo J. Mensvoort. TK Wijana terletak di daerah pusat pemerintahan Kabupaten Jombang, dekat dengan Kantor Pemda. Usaha Ibu-Ibu Wanita Katolik tersebut diawali dengan mengadakan penggalangan dana dengan mengadakan basar, berjualan ayam panggang dan aneka macam kue/masakan selain itu juga meminta bantuan dana dari para kenalan yang ada di Jombang maupun di Surabaya. Hasil dari pengumpulan dana yang telah dilakukan oleh Ibu-Ibu Wanita Katolik diserahkan kepada Romo J. Mensvoort sebagai pengelola dana dan pendamping Ibu-Ibu Wanita Katolik dalam proses pendirian TK. Ketika sekolah telah berdiri, TKK dikelola oleh 2 orang guru yaitu Ibu Agnes dari Mojokerto dan Ibu Baini dari Jawa Tengah dengan jumlah yang masuk adalah 10 siswa. Kedua guru ini selama bertugas di Jombang tinggal di rumah Ibu Margaretha Mariatun. Motivasi guru bekerja di sekolah ini adalah untuk membantu perkembangan pendidikan yang berasaskan ajaran iman katolik. Mobilitas ketenagaan disebabkan karena pindah, terikat pernikahan dan alasan-alasan lain. Gaji guru pada awalnya diusahakan oleh Wanita Katolik Jombang, Bapak Samiadi ikut berperan dalam hal ini.

T

Saat ini sekolah mengalami perkembangan yang baik. Siswa yang masuk sekolah saat ini berjumlah 87 siswa yang dibagi dalam dua kelas, selain Taman Kanak-Kanak juga terdapat Playgroup dengan jumlah siswanya 11 siswa. Siswa yang masuk TKK Wijana berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi, agama serta etnis yang berbeda-beda. Motivasi orang tua untuk memasukkan siswa ke sekolah ini adalah untuk mendapatkan pendidikan formal yang baik dan untuk yang berasal dari keluarga Katolik mempunyai motivasi untuk memperoleh pendidikan yang berbasiskan agama Katolik.

32

Ibu-

Ibu

Wan

ita

Kat

olik

P

emra

kars

a be

rdir

inya

T

KK

W

ijan

a be

rsam

a R

omo

J. M

ensv

oort

Hubungan sekolah dengan orang tua murid terjalin baik, hal ini terbukti dari dukungan dan bantuan orang tua terhadap kegiatan sekolah. Hubungan dengan Gereja terjalin baik pula, sebab sekolah ini adalah milik Gereja.

TKK Wijana saat ini dipimpin oleh Yuliana Sukirah dengan jumlah pengajar yang mengabdi berjumlah 5 orang dengan hanya terdapat 1 orang guru yang berstatus Guru Tetap Yayasan, Guru Negeri 1 orang, dan Guru Tidak Tetap berjumlah 3 orang.Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah semakin memadai berkat kerjasama yang dilakukan sekolah dengan umat Paroki dan pemerintah maupun dengan para donatur.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Yuliana Sukirah dengan Nara Sumber Ibu Anna

Fransisca Sundari dan Margretha Mariatun

SDK WIJANAKABUPATEN JOMBANG

DK Wijana yang berada di Jl. KH. Wahid Hasyim 38 Jombang berdiri pada 8 Januari 1968 atas prakarsa dari aktivis Gereja diantaranya adalah Soesilo,

Christian Pattynama, Mastoeti Soekarno, Samiadi (alm) dan dan Bapak-bapak aktivis Gereja dan sangat direstui oleh Romo J. Mensvoort. Pada awalnya keinginan Bapak Soesilo untuk membeli sebidang tanah di selatan SMPK Wijana yang pada waktu itu masih berwujud rawa untuk mendirikan SD Katolik. Romo Mensvoort sebagai Romo Yayasan menyetujui usul tersebut. Tanah berhasil dibeli atas dukungan umat dan bantuan dari belanda yang waktu itu masih memberi bantuan berupa bahan makanan, pakaian bekas dan uang. Sambil berusaha mendirikan sekolah Bapak Soesilo mendatangi siswa lulusan SMPK Wijana dibujuk agar mau sekoloah di SPG Madiun dan Malang. Ada 4 siswa, yaitu Yansen, Widji, F.X. Sarmi dan I.M. Niniek. Romo Mensvoort membiayai para siswa ini. Para tokoh pendiri memulai proses pendirian sekolah dengan mengadakan penggalangan dana yang berasal dari umat Paroki maupun dari para donatur dan berlangsung selama satu tahun. Sekolah ini terletak di daerah pusat pemerintahan Kabupaten jombang, dekat dengan Kantor Pemda. Setelah sekolah berdiri penggalangan dana masih terus dilakukan untuk melengkapai sarana maupun prasarana yang dibutuhkan sekolah. SDK Wijana saat ini telah memiliki 10 unit komputer yang digunakan untuk siswa dan 2 unit komputer untuk guru, namun yang satu sudah rusak.

S

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah berturut-turut adalah Martina (1968-1974), F.X. Siswanto (1974-1984), Djoko Surjatmo (1984-1994), F.X. Supardi dan saat ini sekolah dipimpin oleh I.M. Niniek D. Guru yang pernah dan masih mengajar di sekolah ini antara lain Ibu Bernadet, Ibu F. Purwaningsih, Ibu I.M Niniek, Ibu Theresia, Bapak Supardi, Bapak J.C. Marjono, Ibu Sri Winarni, Bapak G. Sihana, Bapak C.B. Samidi, Ibu A.M. Sri Rahayu, Bapak G. Arif Prabowo, Ibu Sry Risma Artha Melati, Bapak Y. Gitoyo, Ibu Evi Cahyaningrum.

Pada awal pendirian siswa yang bersekolah di SDK Wijana mayoritas berasal dari siswa Cung Hwa Cung Hwi berjumlah 40 siswa. Siswa yang bersekolah di SDK Wijana saat ini berjumlah 229 siswa. Siswa yang ada sekarang sudah jauh menurun dari sebelumnya yang bahkan pernah mencapai 400 siswa secara keseluruhan. Berkurangnya jumlah siswa yang bersekolah di SDK Wijana karena kalah bersaing dengan sekolah negeri yang biayanya lebih murah. Siswa yang bersekolah di sekolah ini memeluk agama yang berbeda-beda dan dari berbagai kalangan baik kalangan atas hingga bawah. Motivasi siswa bersekolah di sekolah ini ialah ingin memperoleh pendidikan formal yang baik dan ingin memperoleh pendidikan agama yang seiman.

33

Pengajar yang mengabdi berjumlah 11 orang dengan hanya memiliki 3 Guru TetapYayasan. Tunjangan kesejahteraan yang diterima guru di sekolah ini pada awalnya lebih baik dari yang diterima guru yang berstatus negeri akan tetapi sekarang keadaannya berubah, tunjangan yang diterima guru di sekolah ini hanya 60 persen dari yang PGPS 2001. Mobilitas ketenagaan disebabkan karena pindah, menikah, diangkat menjadi PNS, dll. Pola pengajaran yang digunakan di SDK Wijana sudah menggunakan Kurikulum yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan. Seperti sekolah-sekolah yang lain, dahulu guru mengajar dengan menulis di papan tulis. Seiring dengan perkembangan jaman berkembang dengan membuat tulisan ketik kemudian di stensil; dan saat ini sudah mempergunakan penggandaan mesin fotokopi dan komputer.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan sekolah juga tidak lupa menjalin hubungan dengan sekitarnya yaitu dengan Gereja maupun dengan lingkungan masyarakat. Hubungan yang dijalin dengan Gereja antara lain sebagai anggota Wanita Katolik, Ketua Misdinar dan sebagai Sie Liturgi selain itu setiap Jumat pada minggu kedua diadakan Misa Pelajar pada jam 11.30. Sedangkan dengan masyarakat sebagai anggota PKK, Sekretaris RT.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu IM. Niniek D dengan Nara Sumber Bapak Soesilo

SMPK WIJANAKABUPATEN JOMBANG

MPK Wijana yang terletak di Jl. KH. Wakhid Hasyim 40 Jombang berdiri pada tahun 1960 atas prakarsa Romo J. Holtus, CM. Nama Wijana mungkin berasal

dari Nama Yayasan Wijana Sejati. Sekolah ini memang bernaung di bawah Yayasan Wijana Sejati yang didirikan oleh Romo R.M.S. Kumorowidjojo Pr dan Romo Ign. Dwidjosusastro CM. “WI“ berarti “luwih“ (bahasa jawa) yang bisa diartikan lebih dan “JANA“ dari “JANMA“ (bahasa jawa) = MANUNGSA yang berarti manusia. Jadi Wijana dapat diartikan sebagai manungsa linuwih, manusia yang berwawasan luas dan berilmu. Situasi yang melatar belakangi pendirian sekolah ini adalah sebagai wahana pengembangan Gereja dan agar kehidupan masyarakat katolik tetap eksis.

S

Pada awal berdirinya sekolah hanya terdiri dari 1 kelas untuk kelas 1 dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya berkembang sampai pada kelas 3. Siswa berasal dari berbagai macam latar belakang agama, maupun tingkat sosial ekonomi. Perbedaan latar belakang ini tidak menimbulkan masalah yang berarti. Orang tua yang ekonominya mampu membantu siswa yang ekonominya lemah melalui kegiatan dana orang tua asuh yang dihimpun oleh sekolah. Gereja juga membantu siswa yang miskin melalui Dewan Paroki, SSV, dll. Motivasi siswa sekolah di sekolah ini adalah

34

agar memiliki wawasan dan disiplin yang baik. Untuk alasan pendidikan iman, nampaknya tidak, sebab banyak anak-anak Katolik yang ternyata tidak sekolah di sekolah ini.

Hal-hal yang dilakukan untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah membangun dan menambah jumlah ruang kelas, pengadaan alat-alat olah raga, Lab IPA dan Bahasa, Drumband. Untuk memantapkan posisi sekolah di masyarakat sekolah ini sering mengadakan basar, melakukan uji tanding dengan sekolah lain, mengikuti macam-macam jenis lomba dan meningkatkan prestasi akademis.

Seiring dengan dimaklumkannya Jombang sebagai Paroki oleh Uskup Mgr. J. Klooster, CM. pada 1970 sekolah dikelola oleh Romo yang bertugas di Paroki Jombang. Para Romo yang pernah mengelola sekolah ini antara lain Romo A. Reymakers, CM., Romo W.P. Jansssen, CM., Romo H.V. Weindrich, Pr., Romo J.J. Reintjes, CM., Romo J. Bartels, CM., Romo B. Justisianto, CM., Romo Anton Budianto, CM., Romo Ignatius Kaderi, Pr. SMPK Wijana terletak di lokasi yang strategis yaitu di tengah kota yang berdekatan dengan kantor-kantor pemerintah Jombang, antara lain PLN, Rumah Sakit, Polres dan sebagainya.

Pimpinan sekolah telah mengalami beberapa kali pergantian, diantaranya Suharjo (1960-1963), Sardjono Prijo (1963-1966), C. Soesilo (1966-1972), S. Wihadi (1972-1980), A.B. Koemoro (1980-1981), S. Wihadi (1981-1988), P.Y. Soemeroe (1988-1990), J.C. Mardjono (1990-1996), M.C. Sutilah (1996-2003) dan 2003 hingga saat ini kepemimpinan sekolah dipegang oleh Drs. M. Sukisno.

Pada tahun 1981 sekolah ini mengalami musibah yang menjadi kenangan pahit bagi masyarakat Jombang dan khususnya bagi SMP Wijana. Musibah ini adalah tabrakan antara Kereta Api dengan salah satu Bis Flores yang ditumpangi oleh Guru dan siswa Wijana yang akan wisata ke Goa Jatijajar Jawa Tengah. Puluhan siswa dan guru meninggal dan luka-luka termasuk Kepala Sekolah Bapak A.B. Koemoro. Peristiwa ini berdampak pada menurunnya siswa pada tahun-tahun berikutnya. Konon kabarnya karena peristiwa itu sampai Bis Flores dilarang masuk ke Jawa Tengah. Kemudian bis–bis Flores berganti nama menjadi EKA yang kata orang akronim dari Eling Kereta Api (Ingat kereta api) dan MIRA yang kata orang juga akronim dari migatekno rambu rambu (Perhatikan rambu-rambu lalu lintas).

Siswa yang bersekolah disekolah ini berasal dari berbagai latar belakang agama, suku dan ekonomi yang berbeda. Kebanyakan siswa masuk sekolah ini karena atas kemauan sendiri, agar memiliki wawasan yang luas dan memiliki disiplin yang tinggi. Jumlah siswa yang masuk ke SMPK Wijana mengalami penurunan sampai dengan tahun 2002, jumlah siswa mulai membaik pada tahun berikutnya 2003, atas usaha keras dari para guru dan tim pembantu yayasan. Penurunan jumlah siswa yang terjadi akibat dari persaingan dengan sekolah negeri dimana biaya pendidikan di sekolah negeri lebih murah dibandingkan sekolah swasta. Selain dianggap lebih murah masyarakat juga masih berpendapat bahwa sekolah negeri dianggap lebih baik daripada sekolah swasta.

35

Hubungan sekolah dengan orang tua terjalin baik, hal ini terbukti banyak orang tua yang membantu kegiatan sekolah. Alumni sekolah ini telah tersebar di mana-mana dengan karier yang bermacam-macam dan beberapa (kebanyakan) sebagai orang yang sukses. Sudah terbentuk ikatan alumni denga nama PERAWI (Perhimpunan Alumni Wijana). Para alumni sering memberi bantuan barang maupun dana pengembangan sekolah.

Romo J. Holtus ( Sumber 80 Th. Romo-Romo CM di Indonesia)

Guru-guru pengajar yang mengabdi di sekolah ini pada awal berdirinya sekolah berlatar belakang pendidikan SPG, SGA, PGSLP dan sarjana muda. Pada perkembangan selanjutnya Guru yang mengabdi di sekolah ini sudah banyak yang berlatar belakang sarjana. Pengabdian para guru yang mengajar di sekola ini didorong motivasi untuk mempertahankan eksisitensi dan menjaga nama baik sekolah Katolik dan kejahteraan yang didapatkan relatif lebih baik pada awalnya dibandingkan dengan sekolah lain, sehingga guru-guru dahulu ”bangga” disebut GURU WIJANA. Status guru ada yang guru tetap ada yang tidak tetap, ada guru DPK, ada guru Bakti Sosial dan guru pinjaman dari sekolah negeri. Pergantian guru jarang terjadi, pergantian pada umumnya karena pensiun atau meninggal dunia. Usaha untuk menambah kesejahteraan adalah hasil dari kantin sekolah, bantuan dari Tim Pembantu yayasan, laba penjualan buku.

Sebagai sekolah swasta Katolik SMPK Wijana tidak lepas dari gereja. Hubungan yang dibina sekolah dengan gereja terjalin dengan baik dengan adanya Tim Pembantu Yayasan. Selain menjalin hubungan dengan gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat luar, dengan para pendeta gereja-gereja Kristen, dll.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak. Drs. M.

Sukisno dan Magazine Arwana ( Majalah SMP Wijana Jombang )

V. Kornit Mojokerto Paroki St. Yosef Mojokerto

Kornit Mojokerto yang saat ini (2005) dipimpin oleh Romo Drs. Kusnugroho mengasuh 9 sekolah. Romo Kepala Paroki saat ini adalah Romo Drs. Th Djoko Nugroho Pr.

TK KATOLIK St THERESIA KRIANKABUPATEN SIDOARJO

ekolah ini berada di Jl. Ki Hajar Dewantara 35 Krian dan sangat strategis karena berada di pinggir jalan raya serta mudah dijangkau kendaraan umum dari segala

penjuru asal siswa. Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 Januari 1973 atas prakarsa Romo Janssen, CM sebagai Romo Paroki, Bpk A.Y. Budiaman sebagai Kepala Sekolah SMPK, dan Ibu Is Sulandari Kepala Sekolah pertama TK Katolik St. Theresia. Sekolah ini didirikan dengan tujuan pembinaan awal agar siswa dari TK dapat langsung ke SD dan juga demi membina anak Katolik sejak dini agar menumbuhkan Katolisitas dari awal.

S

36

Kegiatan Ekstrakurikuler yang diikuti siswa SMPK Wijana Jombang

Gedung TKK St. TheresiaLangkah yang ditempuh untuk melengkapi pranata sekolah dapat dilihat

dengan ceritera berikut. Pada awal berdirinya tahun 1973-1975 Sekolah TK ini belum memiliki lokal kelas.Lokal ini dibangun dengan bantuan dana Wali Murid SLTP Katolik Krian. Tahun 1974 TK Katolik St. Theresia menempati ruang depan rumah dinas.Tahun 1976 dengan menempati lokal yang ada dilengkapi 1-2 alat permainan di luar. Kemudian secara bertahap alat-alat permainan baik luar ataupun di dalam mulai dilengkapi. Langkah yang ditempuh untu memantapkan posisi di masyarakat dapat digambarkan sebagai cerita berikut. Para pendiri sekolah mencari siswa dengan mendatangi rumah warga khususnya umat Katolik dan selalu mengutamakan sosial. Sekolah selalu mengikuti kegiatan ekstra sehingga nampak di masyarakat. Tahun 1997 mulai bekerjasama dengan Poliklinik Santo Yosef Kebraon untuk memperhatikan kesehatan anak-anak. Pada tahun 1997 mendapat bantuan dari Wali Murid untuk tempat cuci tangan dan mandi bola serta alat-alat permainan didalam. Tahun 2000 mendapat bantuan untuk pengecatan. Luas tanah tempat berdirinya sekolah ini adalah 1.080 m2 yang diperoleh pada 25 Mei 1970 dengan status Hak Milik oleh Yayasan Gereja dan Amal. Luas bangunan keseluruhan adalah 899 m2 dengan jumlah ruang kelas 2, 1 ruang Kepala Sekolah, UKS dan Ruang bermain.

Pergantian Kepala Sekolah hanya terjadi sekali yakni pertama Ibu Is Sulandari (1974-1980) yang kemudian digantikan Ibu M.F Mila Fatinah (1980-sekarang). Sekolah ini dalam perjalanannya memiliki Visi dan misi. Visi sekolah TK Katolik St. Theresia adalah “Sekolah yang disiplin dan penuh tanggung jawab dan mengarah kepada iman, harapan dan kasih”. Sedangkan Misi Sekolah TK ini adalah Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan tertib, rapi, dan sopan; Menciptakan hubungan baik antar warga sekolah dan Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan bakat siswa.

Sekolah TK ini juga memiliki beberapa keunggulan untuk melatih keberanian anak-anak didik mereka antara lain mengikuti kegiatan Siaran Radio di RRI dan Radio Antares, Lomba-lomba HUT RI dan Hari Anak, serta Lomba UKS dan kegiatan-kegiatan di Tingkat Kecamatan. Selain itu juga diadakan pemeriksaan kesehatan dengan Dokter gigi dan umum sebanyak 2 kali sebulan. TK ini selalu mengutamakan kepentingan Sosial.

37

Gerak dan lagu yang ditampilkan pada HUT RI

Dalam perkembangan jumlah murid sejak tahun 1999/2000-2003/2004 mengalami pasang surut data 5 tahun terakhir antara 54–74 siswa. Jumlah peserta didik terbanyak ada pada tahun 2003/2004 dengan jumlah siswa 74 anak dengan perincian 38 laki-laki dan 36 perempuan dari berbagai latar belakang keluarga dan agama. Jumlah Staf Pengajar mengalami penambahan dalam Lima tahun terakhir. Di tahun 2003/2004 jumlah pengajar mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kini jumlah pengajar di TK Katolik St. Theresia berjumlah 9 orang dengan perincian 1 Guru Yayasan, 7 guru tidak tetap dan 1 pegawai tidak tetap. Guru yang pernah dan masih mengajar di sekolah ini antara lain Ig. Mustikaningtyas, Chatarina Nanik Kartika, Anastasia Suratinem, Th. E. Rini Werdiani, Lucia Dwi Indarti, Tjitjik R., Sch. Eti Sunarni, Fransiska Hera Liana, Lani Setiawati, Rosa Delima S.

Kondisi keuangan dalam lima tahun terakhir dari tahun 1999/2000-2003/2004 mengalami peningkatan, pemasukan antara 15–68 juta dan saldo antara 4–11 juta pertahun.

Sejak tahun 1999-2004 TK Katolik St. Theresia berhasil meraih beberapa prestasi baik di tingkat kecamatan ataupun kabupaten. Prospek Sekolah TK Katolik St. Theresia ke depan akan mendapat persaingan dikarenakan banyaknya TK dan Kelompok Bermain, di Kecamatan Krian saja ada 39 lembaga, namun sekolah ini tetap memiliki daya tarik diantaranya gedung baru dan perlengkapan permainan baik di dalam ataupun di luar. Seperti pada umumnya sekolah terdapat tantangan dan hambatan dalam perkembangan ke masa depan hambatannya antara lain ijazah guru yang tidak sesuai, banyaknya jumlah TK di Kecamatan Krian dan biaya dirasa cukup mahal maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya penyesuaian Ijazah Guru dan mengangkat siswa tidak mampu menjadi anak asuh.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu M.F Mila Fatinah

SD KATOLIK “St. YUSTINUS de YAKOBIS” KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

DK “St Yustinus de Yacobis terletak di tempat yang strategis karena dilalui jalur transportasi dari lima arah yang terpusat didekat lokasi sekolah. Sekolah ini

beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara No. 35 Krian. Sekolah ini berdiri pada tahun 1974 atas prakarsa Bpk A.Y. Budiman sebagai Kepala Sekolah SMPK dan Romo Paroki Romo W.P. Janssen CM. Sekolah ini didirikan dengan tujuan mempertahankan eksistensi SMP Katolik Krian dan lebih ditekankan adalah untuk mempertahankan iman anak-anak Katolik dan memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat berupa pendidikan.

S

Sekolah ini telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak yakni pada :1. tanggal 1 Januari 1973 SDK St. Yustinus de Yacobis Krian mendapat

pengakuan dari Yayasan Yohanes Gabriel dengan piagam no. 0/918/YG/IV/78.

2. Terdaftar pada pemerintah dengan pemberian formulir I, III tanggal 30 Juni 1976.

3. Menerima anggaran belanja barang dari pemerintah karena prestasinya pada tanggal 14 Maret 1979 dengan no. 5461/I/C. 4. Mendapat status DISAMAKAN dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Propinsi JATIM pada tanggal 17 Januari 1994.

38

5. Mendapat piagam jenjang Akreditasi DISAMAKAN (Akreditasi Ulang I) dari departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi JATIM dengan no. piagam

39372/104/PP/99 tertanggal 10 Juni 1999.Untuk diketahui sekolah ini merupakan satu–satunya sekolah Katolik di

Krian.Awal berdirinya pada 1 Januari 1974 sekolah ini menempati setengah ruangan kantor SMP Katolik St. Yustinus de Yacobis Krian. Tahun 1975 dibangun 2 lokal/ kelas atas usaha dari Romo pengurus cabang dan bantuan keuangan SMPK. Tahun 1976 dibangun kembali 2 lokal dengan ukuran 9x8 m dengan bantuan dari Romo pengurus cabang, bantuan SMPK dan pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo. Tahun 1977 mendirikan 1 lokal kelas tambahan yang berasal dari dana bantuan Wali murid.Luas tanah SDK. St. Yustinus de Yacobis mencakup 1.080 m2 yang diperoleh pada 25 Mei 1970 yang merupakan hak milik dari Yayasan Gereja dan Amal. Luas bangunan secara keseluruhan 899 m2 dengan perincian 8 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, perpustakaan, laboratorium dan UKS. Status tanah milik Yayasan Gereja dan amal.

Dalam perjalanan sekolah ini hanya terjadi sekali pergantian tampuk Kepala Sekolah yakni Kepala Sekolah yang pertama Bpk A.Y. Budiman (1974-1981) digantikan oleh M.F. Mila Fatinah (1981-sekarang), namun pergantian guru dan staf terjadi berkali-kali. Guru yang pernah dan masih mengajar di sekolah ini antara lain M.B.H. Sunarsih, Ch. Prihartiningsih, Ch. Sri Panurun, M.F. Mila Fatimah, Yulia Kunna, Is Sulandari BA, Ch. Ngatilah, F.X.. Asmini, Paulina P., Ign. Sulamdi, E. Eni Miyihartatik, Kristiana Maryani, C.B.A. Yudi Kurniawan, Kristinah Ngalilah, M. Mg. Karti, Ch. Maryani, Amien Hadi, Suradi S., Agustinu S., MC Wahyu S.D.A., Naniek Kartika, Yohanes S.P., Lusia Dwi Indarti, Markus L.M., P. Restiyani, Girsang, Theresia Endang, Th. Suharli, Sukardi Budi S., M. Hartinah, Th. Endang D., Drg. Ag. Ismadi, Dra. Tjitjik Ratnaningsih, Rosalina T., J. Haris, Cicilia E.S. Alasan utama yang mendorong guru bekerja di sekolah ini ialah mengisi kemerdekaan, memberi warna pada pendidikan Katolik, menyalurkan pengetahuan yang dimiliki, ingin melayani anak-anak seperti Kristus. Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui koperasi, penjualan buku-buku dan kantin sekolah. Keterlibatan dalam Gereja adalah dalam pelayan tugas gereja, pengurus lingkungan dan stasi. Keterlibatan dalam masyarakat beberapa guru menjadi pengurus kampung.

Jumlah siswa saat berdiri 25 dan saat ini 216. Jumlah tertinggi yang pernah dicapai 237 siswa. Siswa berasal dari berbagai suku dan agama serta tingkat status ekonomi. Motivasi siswa adalah keagamaan, kedisiplinan dan prestasi, dan pembinaan mental dan spiritual. Perkembangan jumlah siswa dalam 5 tahun terakhir mengalami perkembangan.

Hubungan dengan orang tua cukup baik, ada banyak bantuan dari orang tua terhadap program kegiatan sekolah. Alumni juga membantu sekolah, pada 2002 mereka menggalang dana untuk pembangunan sekolah.

Jumlah staf pengajar juga bertambah dari 9 orang pada tahun sebelum 2002/2003 menjadi 11 orang pada tahun 2003/2004 dengan perincian 5 orang guru yayasan, 3 guru tidak tetap, dan 3 pegawai tidak tetap. Para Guru mempunyai semangat dan dedikasi yang baik. Mereka selalu berusaha mengajar dengan baik dan meningkatkan kualitas kemampuanya dengan pelatihan-pelatihan. Persiapan mengajar dibuat bersama-sama pada saat liburan. Penilaian dilakukan dengan jujur. Guru juga menanamkan nilai-nilai Kristiani yang bersifat universal, seperti suka mengampuni bila terjadi kesalahpahaman atau pertengkaran. Hubungan dengan gereja berlangsung dalam keterlibatan guru sebagai anggota dewan, pemimpin doa lingkungan, persiapan penerimaan Sakramen Baptis, Komuni pertama dan Tobat. Hubungan dengan masyarakat terjalin dalam partisipasi guru dalam kepengurusan RT dan RW, aksi Natal dan paskah.

39

Kondisi keuangan SDK St. Yustinus de Yacobis bisa dikatakan cukup stabil. Data 5 tahun terakhir pemasukan antara 64 – 209 juta dengan saldo antara 3 -31 juta tiap tahun.

Seperti sekolah–sekolah lain SDK ini juga berhasil meraih beberapa prestasi yang dapat mengangkat pamor dan nama sekolah ini dimata masyarakat sekitar baik di Tingkat Kecamatan ataupun Kabupaten.

SDK. St. Yustinus de Yacobis mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar. Sekolah ini selalu mengutamakan kepentingan sosial dan dalam mencari siswa menggunakan cara mendatangi setiap pintu rumah warga sehingga hal inilah yang menjadi salah satu pemicu respon positif masyarakat sekitar terhadap SDK ini selain karena prestasi yang membanggakan, pendidikan agama, kedisiplinan dan pembinaan mental dan spiritual.

Sekolah ini juga mendapatkan tantangan dan hambatan baik dari luar maupun dari dalam yang dapat mempengaruhi eksistensi SDK. St. Yustinus de Yacobis Krian di percaturan pendidikan SD di Krian diantaranya kemampuan Guru yang belum berimbang, tidak ada lapangan luas untuk pembinaan Olah Raga, anggapan masyarakat mengenai mahalnya sekolah ini, anggapan anak akan di Katolikkan dan juga banyaknya jumlah SD di kecamatan Krian yang mencapai kurang lebih 40 SD. Solusi yang harus dicari adalah seumpama memberikan basiswa pada anak tidak mampu, adanya pembinaan rutin pada guru–guru agar kemampuan mereka bisa berimbang.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu M.F. Mila Fatinah

SMP KATOLIK “ST. YUSTINUS DE YACOBIS” KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

MP Katolik St Yustinus de Yacobis Krian terletak di Jl Ki Hajar Dewantara 35 Krian. Sekolah ini berdiri pada tahun 1949 di Kecamatan Krian yang pada saat itu

belum terdapat Sekolah Menengah Pertama, maka atas ide Bapak Djoko Marsandi yang saat itu menjabat Penilik Sekolah (PS) diupayakanlah berdirinya SMP Katolik dengan menyewa sebuah rumah milik warga Ngingas Timur milik Ibu Sundayat dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar dapat menyekolahkan anak-anaknya di Krian.Kepala Sekolah yang pertama adalah Bapak Suwardi (1949-1952).

S

Awalnya sekolah ini hanya terdiri dari 2 kelas dengan jumlah murid 40 anak kemudian pada perkembangannya ditambah lagi lokal kelas diseberang jalan (Ngingas Barat) pada tahun 1955 dan disinilah yang menjadi tempat berdirinya SMP St Yustinus de Yacobis Krian hingga sekarang. Sekolah ini kemudian terus memperlengkapi diri dengan ruang kelas dan pada tahun 1967 sekolah ini melengkapi diri dengan ruang perpustakaan dan laboratorium dan pada tahun 1988-1989 merenovasi ruang kelas dengan bangunan bertingkat berlantai dua. Kini sekolah ini telah memiliki 6 ruang kelas, 1 Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Perpustakaan, Laboratorium, Ruang Praktek komputer, UKS dan 6 ruang kamar mandi siswa.

40

Gedung SDK St. Yustinus de Yakobis (Inset : Romo W.P. Janssen CM. Sumber 80 Th. Romo-

Romo CM di Indonesia)

Gedung SMPK Yustinus de Yakobis

Luas tanah sekolah ini 960 m2 diperoleh pada 5 maret 1955 oleh Yayasan Inheems R.K. Kerk En Armenbestuur In De Apostolische Perfectuur Van Surabaja (Badan Pengurus Gereja dan Amal Bagian Pribumi Vicariaat Surabaya). Tanggal 8 April 1984 Bapak Uskup Surabaya A.J Dibjokarjono, Pr. Mengeluarkan surat pemberian wewenang dan hak pakai tanah/persil kepada Yayasan Yohanes Gabriel dengan penerima wewenang adalah Pengurus Pusat Yayasan Yohanes Gabriel atas nama Romo Y.H. Purwoputranto, Pr untuk penyelenggaraan sekolah dengan nama SMP Katolik St. Yustinus de Yacobis. Tanah ini terdaftar pada negara dengan surat Petok C No. 855, persil 54d II. Status sekolah ini berdasar hukum memiliki sejarah panjang. Pertama TERDAFTAR dengan Surat Nomor 158/U.2206/I04.2/I3.80 pada tanggal 29 Desember 1980. Lalu DIAKUI dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur tanggal 7 September 1985 Nomor 667/I04.7.4/E8 85/SK tertanggal 25 Februari 1986. Akreditasi terakhir dengan Status DIAKUI tanggal 21 Juni 1999.

Dalam perjalanan sekolah ini telah terjadi beberapa kali pergantian kepala sekolah. Yang pertama menjabat adalah Bpk Suwardi (1949-1952), kemudian Ibu Sri Suweni (1953-1954), Bpk Samadiyah (1955-1958), Bpk Said (1959-1962), Bpk Djoko Marsandi (1963-1968), Bpk A.Y. Budiman (1968-1981), Ibu Dra. M.C. Titiek Sidowati (1981-1984), Bpk Drs. Aloysius Kardiman (1984-1990), Bpk Drs. Matheus Sukisno (1990-1994), Ibu Dra. M. Tinawati (1994-sekarang) demikian pula dengan Romo Pengurus Yayasan yang menangani SMP Katolik St Yustinus de Yacobis Krian secara langsung juga mengalami beberapa pergantian diantaranya Romo Louis Pandu, CM kemudian Romo Y.H Purwoputranto, Pr. Romo B. Yustisianto, Pr (sebagai Romo perwakilan II), Romo P. Kusnugroho, Pr (Pastor Paroki sebagai Romo Pengurus Kornit Mojokerto).

Perkembangan jumlah siswa atau peserta didik dalam 5 tahun terakhir mulai tahun angkatan 2000/2001 sampai 2004/2005 mengalami pasang surut namun tidak terlalu beda jauh dalam kuantitas. Dari lima tahun terakhir siswa yang masuk di SMP Katolik St Yustinus de Yacobis hanya berkisar kurang dari 205 siswa tiap tahunnya atau jika dirata-rata tiap kelas hanya tardapat 35 siswa. Bisa dikatakan sangat kurang untuk memenuhi standar siswa dalam kelas yang berkisar antara 40-45 siswa tiap kelas. Untuk dalam hal prestasi dalam tingkat Kecamatan dan Kabupaten bisa dibilang cukup namun sangat disayangkan sebagai sebuah sekolah yang mengedepankan pendidikan seharusnya prestasi di bidang Akademik lebih menonjol daripada non Akademik, hal inilah yang justru terjadi di SMP Katolik St. Yustinus de Yacobis Krian dimana prestasi Akademik tidak muncul dan cenderung kalah dengan prestasi non Akademik.

Perkembangan jumlah guru dan pegawai SMP Katolik St Yustinus de Yacobis bisa dikatakan stabil dari tahun 1999-2005 dengan jumlah guru yayasan 2 orang, guru negeri 1 orang, guru tidak tetap 12 orang, pegawai yayasan 2 orang. Namun dengan keterbatasan jumlah pengajar terebut juga menjadi kendala proses belajar mengajar yang dampaknya akan mengarah pada prestasi dalam bidang Akademik.

Beberapa usaha meningkatkan perkembangan sekolah ini Romo Kusnugroho Pr bersama Kepala TK SD SMP dan SMA Krian membentuk Badan Peduli sekolah yang terdiri dari pemerhati sekolah, umat, orang tua murid dan allumni dan

41

penggalian dana melalui arisan solidaritas, tabungan siswa dan membentuk Dana Kesejahteraan Guru dan Karyawan.

Perkembangan keuangan sekolah ini juga mengalami peningkatan dalam hal saldo akhir. Pada tahun 1999/2000 saldo hanya berkisar Rp 1.559.306,- dan pada tahun 2003/2004 saldo berkisar Rp. 14.100.050,-. Sedangkan pemasukan antara 57–166 juta pertahun. Peningkatan ini dikarenakan banyaknya jumlah pemasukan dengan konsekwensi penghematan dalam pengeluaran yang berakibat terhambatnya beberapa pembangunan sekolah dan perlengkapan sarana dan prasarana sekolah serta peningkatan kesejahteraan guru.

Kondisi prospek sekolah dalam lima tahun kedepan akan sedikit mengalami kesulitan dikarenakan persaingan dengan sekolah-sekolah negeri dan swasta dalam bidang peningkatan sarana prasarana selain itu pula dalam hal SDM pengajar, Sekolah kesulitan mengangkat Guru Tetap dikarenakan Guru tertarik menjadi Pegawai Negeri, bermunculannya sekolah-sekolah Islam yang menjadi pilihan 1 dikarenakan sebagian besar pemeluk agama di Krian adalah Beragama Islam. Namun satu poin sekolah ini memiliki keunggulan dalam hal kedisiplinan dan mutu/kualitas pendidikan. Harapan tentang keberadaan sekolah agar tetap eksis adalah dengan peningkatan sarana prasarana dan mutu pendidikan, selain itu pula diharapkan kuantitas dan kualitas siswa yang masuk dapat meningkat lebih baik.

Tantangan bagi sekolah dan yayasan adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan guru seperti gaji , peningkatan standar kualitas dan sarana prasarana serta tenaga-tenaga pengajar profesional yang tentunya dapat memicu peningkatan mutu dan kualitas pendidikan.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Dra. M Tinawati

SMA KATOLIK UNTUNG SUROPATIKRIAN KABUPATEN SIDOARJO

MA Katolik Untung Suropati beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara 35 Krian, Sidoarjo terletak di jalur yang strategis yang mudah dijangkau transportasi

dengan situasi kondusif dan aman. Sekolah ini berdiri pada Tahun 1978/1979 dengan latar belakang pada tahun 1978 Kecamatan Krian sangat membutuhkan sekolah swasta, telah terdapat gereja Stasi “Kebangkitan” Krian, usulan para orang tua siswa dari SMP Katolik Krian yang kesulitan ekonomi mencari sekolah tingkat SMA sebab hanya terdapat satu sekolah SMA Negeri saja serta harapan Tokoh Gereja serta Warga Gereja akan adanya pendidikan Katolik yang dapat memelihara Iman anak–anak.

S

Awalnya Sekolah ini didirikan sebagai filial SMA Katolik Sidoarjo. Pendirian sekolah ini atas prakarsa Pengurus Yayasan Yohanes Gabriel, Guru SMP Katolik dan Aktivis Gereja. Luas tanah sekolah ini mencapai 960 m2 yang diperoleh pada tahun 1951 dengan status kepemilikan oleh Badan Gereja dan Amal Keuskupan. Sedangkan luas bangunan secara keseluruhan 860 m2 dengan perincian 12 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, laboratorium dan UKS. Sekolah ini berada satu lokasi dengan SMP Katolik Krian maka dari itu dibagi menjadi 2 ship pagi untuk SMP Katolik dan siang untuk SMA Katolik. Pada tahun 1982-1988 SMA Katolik Untung Suropati pernah pindah di desa Katerungan Krian dengan mengontrak namun pada tahun 1989 sampai sekarang kembali menjadi satu dengan SMP Katolik Krian.

Kepemimpinan Sekolah ini telah mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah yakni Kepala Sekolah pertama adalah Sukarni, BA. (1979-1981), Drs. Hariono (1981-1983), Y.A. Iskandar Jauhari, BA. (1983-1985), Drs. G. Kusni Supiyatno, BcHk. (1985-1988), Drs. Bambang Setiawan (1988-1989) dan Drs. A. Kardiman (1990-sekarang). Pada awal berdirinya Sekolah ini, tenaga pendidik

42

sebagian besar diambil dari tenaga SMA Katolik Sidoarjo, SMP Katolik Krian dan guru honorarium tambahan. Perkembangan jumlah guru dan pegawai dalam lima tahun terakhir mulai tahun 1999/2000 sampai 2003/2004 mengalami perubahan dalam jumlahnya. Terakhir pada tahun 2003/2004 jumlah Guru dan pegawai total berjumlah 24 orang dengan perincian 2 guru yayasan, 1 guru negeri, 19 guru tidak tetap, 1 pegawai yayasan dan 1 pegawai tidak tetap. Motivasi guru untuk bekerja di sekolah ini adalah membutuhkan pekerjaan, latar belakang rata-rata adalah dunia pendidikan, tertarik berkarya dalam pendidikan Katolik, kesejahteraan sampai sekarang masih memuaskan.

Kegiatan sekolah diselenggarakan pada siang hari. Namun demikian selalu mengusahakan pengajaran yang baik dengan penilaian yang jujur, dan ada penilaian kasih, disiplin dan budi pekerti.

Pada awal mula 1978/1979 rata-rata per jenjang tiga kelas sampai pada tahun 1982/1983, setelah itu sampai sekarang rata-rata per jenjang dua kelas dikarenakan munculnya SMA, SMEA, STM baru. Dalam lima tahun terakhir mulai tahun 1999/2000 sampai 2003/2004 jumlah siswa mengalami pasang surut dalam kuantitas, antara 256–198 siswa. Pada tahun 2003/2004 jumlah siswa 198 orang. Motivasi siswa sekolah di sekolah ini adalah disiplin dan bagi yang miskin sekolah ini masih bisa memberikan dispensasi biaya, terbawa oleh lingkungan keluarga misalnya orang tua atau saudaranya alumni sekolah Katolik, alumni sekolah Katolik mudah mencari kerja. Hubungan sekolah dengan alumni dan orang tua siswa bagus, misalnya dalam pembangunan sekolah selalu melibatkan orang tua dan alumni.

Prestasi yang dicapai sekolah SMA Katolik Untung Suropati bisa dibilang cukup banyak. Dalam kurun tahun 1999 sampai tahun 2004 berhasil meraih kurang lebih 32 prestasi baik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten baik di bidang akademik maupun non akademik. Prestasi antara lain juara karaoke, gerak jalan, Paduan suara, baca puisi, lari 1500 meter, Tenis Meja, Menyanyi Tunggal, Tari Modern, Bulu tangkis, Lompat jauh, Lari 200 meter, Pidato Bahasa Inggris, Apresiasi Film Nasional. Pola mengajar senantiasa mengikuti kurikulum pemerintah dengan pola bervariasi, KBK ceramah, CTL, Proses dan sebagainya. Relasi baik persiapan mengajar baik dan terprogram, rapor jujur dan remedial test. Nilai kasih, disiplin, budi pekerti saling menyapa dan menghormati sangat ditekankan di Sekolah ini.

Kondisi keuangan SMA Katolik Untung Suropati mengalami penurunan saldo. Dari data 5 tahun terakhir saldo menurun dari 18-3 juta. Sedangkan pemasukan sebenarnya meningkat dari 100–127 juta pertahun. Pada tahun 2003/2004 kondisi keuangan antara pemasukan dan pengeluaran hanya berselisih sedikit dan itu sangat mengkhawatirkan yang ditakutkan akan menghambat kinerja sekolah dalam masa yang akan datang.

Hubungan dengan gereja terjalin baik sejak awal, sebab yang mendirikan sekolah ini adalah tokoh-tokoh gereja. Sampai sekarangpun sekolah adalah bagian dari gereja baik dalam kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial. Para guru banyak terlibat dalam kepengurusan gereja. Hubungan dengan masyarakat melalui kegiatan sosial seperti aksi natal dan paskah.

Prospek sekolah setidaknya untuk jangka waktu lima tahun kedepan akan mendapatkan persaingan yang ketat dari sekolah-sekolah yang lain. Namun sekolah ini masih mendapat tempat di mata masyarakat dan siswa. Dalam kedepannya sekolah ini berharap dapat memiliki ruang laboratorium bahasa, IPA dan IPS serta memiliki 9 ruang kelas sendiri. Tantangan dan hambatan yang di hadapi adalah kendala kekurangan ruang untuk kegiatan life skill, sarana dan prasarana KBM dan ekstra belum lengkap dan juga sekolah yang masuk siang bergantian dengan SMP Katolik, isu mahalnya biaya sekolah.

Kondisi terakhir SMA Katolik Untung Suropati memiliki siswa masing-masing 2 kelas untuk tiap-tiap jenjang dengan jumlah keseluruhan siswa mencapai 228 siswa. Hubungan sekolah dengan lingkungan sekitar terjalin cukup kondusif dan terjadi interaksi sosial dalam bidang pelayanan sosial, aksi natal dan paskah dengan lingkungan sekitar.

43

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak Drs A Kardiman

SMP KATOLIK SANTO YUSUFKOTA MOJOKERTO

MP Katolik St Yusuf berada di Jl Niaga No. 15 Mojokerto. Dengan status Akreditasi DISAMAKAN. Sekolah ini berdiri sejak 1956. Sekolah ini didirikan

oleh Keuskupan dengan latar belakang semangat menghadirkan semangat dan jiwa kekatolikan serta untuk mempertahankan iman anak-anak Katolik di wilayah Paroki Santo Yosef Mojokerto. Luas tanah Sekolah ini mencapai 960 m2 yang diperoleh pada tahun 1986 dari Yayasan Pengurus Gereja dan Amal dari Gereja St Yoseph. Dengan ijin sewa/HGB habis pada 24 Juli 2006. Luas Bangunan keseluruhan sekolah ini mencapai 960 m2 dengan perincian jumlah 9 ruang kelas, 2 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, ruang perpustakaan, laboratorium, dan UKS.

S

Tampuk kepemimpinan SMP Katolik St. Yusuf telah mengalami beberapa kali pergantian. Pada awal berdirinya Kepala Sekolah di jabat oleh M. Soepojo H.R. kemudian digantikan oleh M.G. Sundari BA. (1981-1985) seterusnya J. Subijantoro, BA. (1985-1991), Drs. Sadjimin (1991-1994), Drs. Matheus Sukisno (1994-2003), Dra. M. Titik Karmaningsih (2003-sekarang).

Perkembangan jumlah siswa dalam lima tahun terakhir mulai tahun 1999/2000 sampai 2003/2004 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2003/2004 jumlah siswa mencapai 204 atau merosot dibanding tahun sebelumnya (1999/2000) yang berjumlah 240 siswa. Siswa yang bersekolah di SMP Katolik St. Yusuf berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari agama, tingkat ekonomi, suku dan sebagainya. Motivasi murid sekolah di sekolah ini ialah idealisme untuk menjadi disiplin, berbudi pekerti luhur, beriman dalam agamanya. Hubungan dengan orang tua siswa cukup baik, namun peran orang tua dalam penyelenggaraan sekolah belum kelihatan atau belum difungsikan. Alumni tersebar di seluruh Indonesia namun sampai saat belum ada jalinan antara sekolah dengan alumni.

Ketenagaan pada awalnya 90% tenaga Katolik. Namun karena kesejahteraan yang minim, maka banyak tenaga yang keluar. Sehingga pada saat ini banyak tenaga yang tidak Katolik. Motivasi bekerja di sekolah ini pada umumnya adalah demi mata pencaharian, namun sekitar 25% ada yang masih berpegang pada idealisme pendidikan. Mutasi pegawai jarang terjadi. Partisipasi sekolah dalam gereja melalui kegiatan-kegiatan kegerejaan. Perkembangan jumlah Guru dan pegawai dalam lima tahun terakhir mengalami penambahan dari 17 orang pada tahun 1999/2000 menjadi 21 orang pada tahun 2003/2004 dengan perincian 2 orang Guru Yayasan, 17 Guru tidak tetap, serta 2 pegawai tidak tetap. Jumlah guru tidak tetap yang mencapai 17

44

orang dibandingkan 2 guru tetap akan menjadi kendala di kemudian hari bagi sekolah, apabila guru yang berstatus tidak tetap keluar dari sekolah dan tidak melanjutkan mengajar karena suatu alasan maka sekolah harus mencari ganti agar kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terganggu.

Kegiatan pengajaran yang khusus di sekolah ini adalah aljabar, aritmatika, bahasa mandarin, conversation, religiusitas dan teknologi informasi. Relasi antara guru dan siswa terjalin akrab. Penilaian masih dalam koridor jujur tidak ada katrolan.

Sama halnya dengan perkembangan jumlah guru yang berubah, kondisi keuangan SMP Katolik St. Yusuf juga terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun namun meski mengalami perubahan terus menerus keuangan SMP Katolik St Yusuf masih terus memiliki saldo. Data 5 tahun terakhir pemasukan dari 78–163 juta (meningkat), tetapi saldo dari 20 juta menjadi 7 juta pertahun( menurun ).

Prestasi yang diraih SMP Katolik St Yusuf pada tahun 2004 meraih 4 prestasi baik ditingkat Kota maupun Kodya Mojokerto. Prestasi yang pernah diraih oleh SMPK St. Yusuf diantaranya juara 1 Bola Basket, Penyaji Terbaik Paduan Suara, juara 1 Vokal Group, juara 3 Gus dan Yuk.

Hubungan sekolah dengan Gereja pada awalnya diyakini baik, namun dalam 10 tahun terakhir agak jauh, tidak terjalin dengan begitu baik hal ini dapat diketahui dengan banyak dari umat dan bahkan dari pejabat Dewan Paroki yang tidak menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah ini. Keadaan ini sampai sekarang belum diketahui sebabnya. Berbeda dengan dengan hubungan sekolah dengan masyarakat, sekolah menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat melalui kegiatan yang diselenggara oleh Dinas Pendidikan.

Prospek untuk ke depannya dalam menghadapi persaingan sangat ketat dikarenakan jumlah murid baru SMP Negeri tiap tahun bertambah, namun sekolah ini masih memiliki daya tarik diantaranya Tertib dan Disiplin siswa serta kualitas sekolah yang baik. Hal ini terbukti pada penerimaan siswa baru 2005/2006 meningkat 50 %. Harapan dalam menghadapi persingan itu adalah meningkatkan penampilan fisik sekolah dan lebih melengkapi sarana prasarana, meningkatkan kualitas pengajaran serta peningkatan SDM khususnya tenaga pengajar. Langkah yang ditempuh sekolah untuk memantabkan posisi pada saat ini ialah dengan melibatkan umat untuk menggali dana sebagai sarana untuk melengkapi sarana dan prasarana sekolah. Usaha ini terhimpun dalam arisan Solidaritas Pengembangan sekolah Katolik (ASPSK).

Tantangan dan Hambatan juga ada diantaranya Tim Work belum kompak, belum terciptanya suasana kondusif, nilai pelayanan guru yang melemah, semangat kerja yang menurun, kurangnya dukungan warga gereja, banyaknya sekolah setingkat yang kondisinya dianggap baik di mata masyarakat. Dengan banyaknya hambatan dan tantangan tersebut mau tidak mau harus mencari solusi yang tepat seperti Semua komponen Sekolah harus mampu bertindak profesional, Mengadakan pembinaan guru dan Karyawan, menjalin kerjasama dengan Gereja serta peningkatan kualitas pelayanan yang nantinya diyakini dapat mengatasi tantangan dan hambatan tersebut.

45

Penerimaan Siswa Baru 2005/2006

Penerimaan Siswa Baru 2005/2006

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Dra. M. Titik Karmaningsih

SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINOKOTA MOJOKERTO

MA Katolik St Thomas Aquino berada di Jl. Niaga no 15 telp. 321064 Kota Mojokerto. Secara geografis letaknya sangat strategis karena terletak di jantung

kota atau dipusat kota namun lingkungan sekitar kurang mendukung dikarenakan letak sekolah ini kurang layak dan kurang mendukung sebagai lokasi pendidikan yang letaknya sangat dekat di sekitar pasar loak yang kondisinya semrawut yang masyarakat sekitarnya adalah masyarakat perdagangan.

S

SMA. Katolik St Thomas Aquino Mojokerto secara resmi berdiri pada tanggal 2 Mei 1982 melalui Surat Keputusan Ketua Yayasan Yohanes Gabriel nomor 001/YG/C-Mr/V/1982. Pendirian sekolah ini diprakarsai oleh beberapa tokoh Katolik Mojokerto yang membentuk tim pendiri yang di ketuai oleh Bpk. G. Gathuk S. dan beranggotakan Bpk. Hendro Yuwono, Bpk. Agustinus Sugiarto, Bpk. Chris Sudarto serta Bpk. Sarean. Secara operasional sekolah ini menerima siswa baru dan mengawali proses belajar mengajar pada tahun ajaran 1982/1983 dengan latar belakang pendirian sekolah antara lain Mengemban misi pewartaan gereja dan mengemban amanat UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu berdirinya sekolah ini karena didesak oleh kebutuhan untuk bisa menampung dan mendidik putra-putri umat Katolik .

Proses pendirian sekolah ini berawal dari :1. Pengajuan permohonan pendirian sekolah kepada Kepala Daerah Kotamadya

Mojokerto dan tanggal 1 April 1981 dengan surat Keterangan No. KR.0244/311/81 Walikotamadya H.R. Moch. Samioedin, B.A memberikan dukungan atas permohonan panitia.

2. Tanggal 8 Maret 1982 Ketua Yayasan Yohanes Gabriel cabang Mojokerto mengeluarkan surat keputusan dengan No. 001/YG/C-Mr/V/1982 yang berisi :A. Terhitung mulai 2 Mei 1982 Yayasan Yohanes Gabriel mendirikan Sekolah

Menengah Atas Katolik di Kotamadya Mojokerto.B. Sekolah tersebut bernama SMA Katolik Santo Thomas AquinoC. Pada tahap awal sekolah tersebut menempati gedung milik Yayasan di Jl.

Niaga 17 Mojokerto bergantian dengan SMP Katolik Santo Yusuf Mojokerto

3. Tahun ajaran 1982-1983 SMA. Katolik St Thomas Aquino sudah melaksanakan proses belajar mengajar sambil menunggu ijin operasional dari

46

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tanggal 30 juni 1984 Kepala Dikmenum mengeluarkan keputusan ijin operasional untuk menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar sebagai sekolah tercatat dengan No. 1123/I.04.7.4/1984/pm

Sejak awal berdiri SMA Katolik ini sudah merekrut tenaga edukatif sebanyak 21 orang dengan rata-rata berijazah Sarjana dan Sarjana Muda kependidikan dan berbagai disiplin ilmu lainnya dan tenaga non-edukatif sebanyak 2 orang. Dalam perkembangannya sampai sekarang sekolah telah memiliki 4 guru tetap, 1 guru DPK dan 18 guru tidak tetap serta 3 orang yang masih berstatus karyawan atau pegawai tidak tetap. Setiap tahun hampir selalu terjadi pergantian guru dan pada tahun 2004/2005 tercatat 23 guru berstatus sebagai guru tetap, tidak tetap maupun DPK disamping itu juga memiliki 8 guru pembina ekstra kurikuler.

Pada perkembangan siswa pada awal tahun ajaran 1982/1983 menerima 9 siswa, pada tahun ajaran ke-2 menerima sebanyak 91 siswa atau tidak mengalami perkembangan yang baik. Baru pada tahun ajaran 1984-1985 mengalami peningkatan menjadi 120 siswa dan selalu mengalami pasang surut dalam hal kuantitas dalam tahun berikutnya. Hingga pada tahun 2004/2005 siswa baru berjumlah 105 siswa dari berbagai latar belakang yang berbeda baik agama, suku, tingkat ekonomi dan sebagainya. Ada beberapa latar belakang yang mendorong siswa bersekolah di sekolah ini antara lain Sekolah Katolik masih dianggap mempunyai kharisma sebagai sekolah disiplin, ada pula yang beranggapan bahwa Sekolah Katolik lebih mudah untuk mencari pekerjaan dibanding alumnus sekolah lain, ada pula yang kondisinya terpaksa karena tidak diterima di sekolah negeri yang notabene masih dianggap favorit namun prosentasenya sangat kecil.

Sistem pengajaran sekolah ini sesuai dengan kurikulum yang berlaku, ketersediaan sarana dan pra-sarana selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pola mengajar juga sangat variatif karena guru selalu dituntut untuk mengadakan persiapan mengajar, evaluasi formatif maupun sumatif.

Sekolah ini memiliki hubungan yang terjalin dengan baik dengan Gereja maupun Masyarakat sekitar. Hubungan yang baik dengan gereja diantaranya sekolah melibatkan diri dalam tugas gereja selain itu pembinaan agama yang dilakukan di sekolah diberikan oleh para tokoh gereja dan pada penerimaan siswa baru sekolah bekerjasama dengan gereja. Hubungan dengan masyarakat juga terjalin dngan baik, terbukti dari keikutsertaan masyarakat dalam menciptakan ketertiban, keamanan sekolah dan kepercayaan sekolah dengan menyekolahkan putra-putrinya ke SMAK St. Thomas Aquino.

Yang menjadi kendala bagi sekolah hingga saat ini adalah sekolah belum memiliki lokasi sendiri yang mana saat ini sekolah masih menjadi satu lokasi dengan SMPK St. Yusuf dengan SMAK masuk pada siang hari.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Bapak Drs. Adi Sunyoto

SEKOLAH SEKOLAH KATOLIK DI MOJOAGUNG

Sekolah-sekolah Katolik di Mojoagung diawali sejarahnya dari tahun 1965. Pada saat itu orang Katolik hanya 2 atau 3 keluarga saja. Salah satunya adalah keluarga Tan Siek Liep yang kadang-kadang mengadakan misa di rumah dipersembahkan oleh Romo Van Mensvoort CM. Walau lambat ada perkembangan 5–7 keluarga Katolik dan ingin punya kapel. Tanah diperoleh melalui tukar guling pada tahun 1967 dari Kantor Polisi, dengan demikian mengganti tanah dengan tanah. Umat merasa tidak nyaman karena tidak ada sekolah Katolik untuk menyekolahkan anak-anaknya. Inilah awal akan adanya sekolah Katolik di Mojoagung. Tokoh yang berperan antara lain Bapak Tan Bo Siang atau Subagio Tanuhardjo, Lauw Sian Tjay serta Tjoa Thiam Tjay. Beliau-beliau ini hanya simpatisan Katolik.

47

Luas wilayah atau tanah dari sekolah ini mencakup 1.900 m2 yang diperoleh pada tahun 1966 dari pembelian oleh Badan Amal Gereja dengan luas bangunan keseluruhan 1.239 m2 dengan perincian 3 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan dan UKS.

Karena mereka tidak berlatar belakang pendidikan, maka banyak bertanya kepada Bapak P Siswanto dan Bapak Djoko Mursandi Kepala Sekolah Jombang dan Sidoarjo. Usaha mereka didukung oleh Romo Mensvoort. Sekolah yang didirikan tidak jelas dalam naungan badan apa. Untuk mensiasati timbul pemikiran sebagai sekolah filial Jombang dan dipakailah nama WIJANA, Kepala Sekolahnya Bapak J. Siswanto juga dari Jombang. Namun sampai saat itu belum bernaung di bawah yayasan tertentu.

Perjalanan sekolah ini tidak mulus, tahun 1973 SMP dibubarkan karena ada perselisihan antara pengurus setempat dan P. Slamet sebagai Kepala Sekolah. Berkat para Romo CM dari Belanda umat mulai memperhatikan sekolah Katolik, sehingga banyak membantu. Namun karena jumlah umatnya sedikit, bantuan itu tentu tidak bisa besar. Hal ini berakibat tidak bisa menggaji guru dengan layak. Akibatnya banyak guru yang memilih menjadi pegawai negeri atau pekerjaan lain. Banyak hal yang menghambat kelancaran sekolah, antar lain gedung yang pada awalnya hanya rumah biasa yang dikamar-kamar, sehingga tidak layak sebagai sekolah. SMP dibuka kembali pada 1982 dan pada 1 Juli1986 mendapat ijin dari pemerintah atas perjuangan yang ditangani oleh Kepala sekolah Drs. Benny, dan sejak 1986 itu pula sekolah-sekolah sudah bernaung di bawah Yayasan Wijana Sejati.

Sumber Bahan : Tulisan Bapak Stefanus Purwono Guru Fulltimer dan Pengurus Stasi Mojoagung.

TK. KATOLIK WIJANA MOJOAGUNGKABUPATEN JOMBANG

K Katolik Wijana Mojoagung beralamat di Jl. Raya No.226 Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dekat Trowulan. Lingkungan sekitar adalah

mayoritas beragama Muslim/Islam. Sekolah ini berdiri karena eksistensi kekatolikkan setempat. Sekolah ini berdiri pada tahun 1968 bersama-sama dengan SD dan SMP Wijana Mojoagung sebagai filial TK, SD, SMP Katolik Jombang. Tahun 1979 TK ini berdiri sendiri lepas dari filial Jombang. Awalnya sekolah ini ditangani oleh orang-orang yang tidak tidak berlatar belakang dunia pendidikan, mereka hanya ingin ada sekolah katolik di Mojoagung bahkan kepengurusannya sangat tidak jelas, misalnya bila ada kesulitan mereka datang ke P Siswanto Kepala Sekolah SDK Jombang dan P. Djoko Mursandi Kepala SMPK Untung Suropati Sidoarjo. Romo Van Menvoort, CM. bersama kelompok tiga serangkai Bo Siang, Thiam Tjay, dan Sian Tjay juga membantu dalam mengusahakan dan bertanggungjawab tentang biaya operasional sekolah hingga mendapatkan kepala sekolah yang akan menangani berdirinya Sekolah Katolik di Mojoagung di awal-awal berdirinya sekolah ini.

T

Awalnya Guru TK diambil dari beberapa daerah sesuai dengan lulusan sekolah guru Katolik. Guru TK ada 1 orang guru DPK, yang lainnya adalah guru tidak tetap. Guru TK ini berpenghasilan dibawah Rp 200.000,-. Pada awalnya jumlah murid

48

Romo J. Mensvoort CM (Sumber : 80 Th. Romo-Romo CM di Indonesia)

TK tidak pernah lebih dari 15 anak dengan latar belakang yang berbeda baik agama, tingkat ekonomi maupun keturunan. TK ini dikenal sebagai sekolah yang disiplin, murid teratur, ada belas kasih dan ekonomi memadai dengan kemampuan orang tua. Dalam hal pengajaran para pengajar selalu mengajar dengan penuh dedikasi.

Murid yang masuk ke sekolah ini berasal dari mayoritas beragama Katolik dan Kristen dan memiliki latar belakang ekonomi dari menengah bawah. Motivasi siswa sekolah di sekolah ini adalah sekolah ini dikenal sebagai sekolah yang disiplin, murid teratur dan belas kasih.

Hubungan Sekolah dengan gereja dan masyarakat sekitar terjalin baik. Gereja mendukung sepenuhnya dengan adanya sekolah ini bersama umat juga membantu mengumpulkan dana secara rutin melalui Badan Kepedulian Sekolah. Selain itu umat Katolik Mojoagung mempercayakan pendidikan putra-putrinya ke kepada sekolah ini

Sumber Bahan : Tulisan Bapak Stefanus Purwono Guru Fulltimer dan Pengurus Stasi Mojoagung.

SD KATOLIK WIJANA MOJOAGUNGKABUPATEN JOMBANG

D Katolik Wijana Mojoagung beralamat di Jl. Raya No.226 Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Lingkungan sekitar adalah mayoritas beragama

Muslim/Islam. Sekolah ini berdiri karena eksistensi kekatolikkan setempat. Sekolah ini berdiri pada tahun 1968 bersama-sama dengan TK dan SMP Wijana Mojoagung sebagai filial TK, SD, SMP Katolik Jombang. Tahun 1979 SD ini berdiri sendiri lepas dari filial Jombang. Awalnya sekolah ini ditangani oleh orang-orang yang tidak berlatar belakang dunia pendidikan,mereka hanya ingin ada sekolah katolik di Mojoagung bahkan kepengurusannya sangat tidak jelas. Romo Van Mensvoort CM bersama kelompok tiga serangkai Bo Siang, Thiam Tjay, dan Sian Tjay juga membantu dalam mengusahakan dan bertanggungjawab tentang biaya operasional sekolah hingga mendapatkan kepala sekolah yang akan menangani berdirinya Sekolah Katolik di Mojoagung di awal-awal berdirinya sekolah ini. Pada awalnya banyak mendapat bantuan dari P Siswanto dan P Djoko Marsandi.

S

Awalnya Guru SD diambil dari beberapa daerah sesuai dengan lulusan sekolah guru Katolik. Guru SD ada 2 orang guru tetap, yang lainnya adalah guru tidak tetap. Guru SD ini berpenghasilan dibawah Rp 200.000,-. Kegiatan belajar mengajar memakai kurikulum 1994, sedangkan untuk tahap KBK atau 2005 masih coba-coba belum 100%. Dalam hal pengajaran para pengajar selau mengajar dengan penuh dedikasi meskipun kesejahteraan yang mereka dapatkan dengan mengabdi pada sekolah bisa dikatakan minim, gaji guru tetap hanya 65 %. Namun ada bantuan beras dari Romo Paroki sebulan 2 kwintal yang dibagi rata untuk pegawai TK SD SMP. Juga telah dibentuk semacam Koperasi dan Asuransi untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Pada awalnya jumlah murid SD tidak pernah lebih dari 15 anak dengan latar belakang yang berbeda baik agama, tingkat ekonomi maupun keturunan. SDK ini dikenal sebagai sekolah yang disiplin, murid teratur, ada belas kasih dan ekonomi memadai dengan kemampuan orang tua.

Luas wilayah atau tanah dari skolah ini mencakup 1.900 m2 yang diperoleh pada tahun 1966 dari pembelian oleh Badan Amal Gereja dengan luas bangunan keseluruhan 1.239 m2 dengan perincian 3 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan dan UKS.

Hubungan Sekolah dengan gereja dan masyarakat sekitar terjalin baik. Gereja mendukung sepenuhnya dengan adanya sekolah ini bersama umat juga membantu mengumpulkan dana secara rutin.

49

Sumber Bahan : Tulisan Bapak Stefanus Purwono Guru Fulltimer dan Pengurus Stasi Mojoagung.

SMP KATOLIK WIJANA MOJOAGUNGKABUPATEN JOMBANG

MP Katolik Wijana Mojoagung beralamat di Jl Raya 226 Mojoagung, Jombang dengan status akreditasi C yang berdiri pada tahun 1986 dan didirikan Yayasan

Amal Gereja. SMP ini terletak di sebuah kecamatan kecil antara kota Mojokerto dengan Jombang, dekat dengan Trowulan dengan masyarakat mayoritas Muslim yang rasanya sulit diterobos jika ingin mengembangkan Gereja. Pendirian sekolah ini dikarenakan eksistensi kekatolikkan setempat yang berekadaya agar dapat berdiri sekolah Katolik demi anak-anak Katolik yang akan datang. SMP berdiri atas prakarsa Bp. Djoko Mursandi dari Sidoarjo yang masa itu masih menjabat Kepala Sekolah SMP Untung Suropati.

S

Pada awalnya tepatnya tahun 1968 SMP ini telah berdiri bersama-sama dengan TK dan SD Katolik Mojoagung sebagai filial TK, SD, SMP Katolik Jombang namun pada 1973 sekolah ini ditutup dengan alasan Kepala Sekolah kurang mengerti dengan masyarakat sekitar. Tahun1982 SMP ini berdiri kembali sebagai filial Jombang. Pada tahun 1986 SMPK Mojoagung lepas dari filial Jombang dan mendapatkan akte pendirian sekolah resmi dari pemerintah.

Luas wilayah atau tanah dari sekolah ini mencakup 1900m2 yang diperoleh pada tahun 1966 dari pembelian oleh Badan Amal Gereja dengan luas bangunan keseluruhan 1239 m2 dengan perincian 3 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan dan UKS.

Tampuk kepemimpinan sekolah SMP Katolik WIJANA Mojoagung telah mengalami beberapa pergantian, antara lain Isdraji (1986-1987), D. Beni (1987-1988), I. Riyadi (1988-1990), saat ini sekolah dipimpin oleh A. Sutopo. Guru tetap di SMP ini berjumlah 1 orang, lainnya Guru tidak tetap, ada yang mengajar di sekolah lain sebagai guru terbang dan guru poltimer.

Perkembangan jumlah murid dalam lima tahun terakhir mulai tahun 1999/2000 sampai 2003/2004 terus mengalami penurunan dari 71 siswa di tahun 1999/2000 kini menjadi tinggal 48 siswa pada 2003/2004 atau sangat sedikit untuk ukuran Sekolah Menengah Pertama.

Prospek Sekolah dalam lima tahun kedepan akan mengalami persaingan yang sulit dikarenakan semakin banyaknya SMP Negeri dan banyaknya Sekolah berbasis Islam yang kuat. Harapan yang ingin diwujudkan Sekolah ini adalah ingin meningkatkan hasil prestasi lulusan dan bersaing dengan sekolah lain serta ingin merubah lingkungan sekolah agar lebih menarik dan tak lupa mencari guru yang sesuai dengan bidangnya.

Tantangan dan hambatan yang harus dihadapi sekolah ini dalam persaingan dengan sekolah lain sangat banyak antara lain banyaknya penerimaan siswa yang dilakukan oleh SMP Negeri, banyaknya sekolah yang berbasis Islam, sedikitnya anak Katolik yang masuk dan kurangnya partisipasi umat terhadap sekolah. Maka baik pihak sekolah maupun yayasan harus mencari solusi dengan cara peningkatan mutu pendidikan dan sebagainya.

Sumber Bahan : Tulisan Bapak Stefanus Purwono Guru Fulltimer dan Pengurus Stasi Mojoagung.

50

VI. Kornit Pare Paroki St. Mateus Pare

Kabupaten Kediri

Pengurus Kornit Pare adalah Romo Drs. B. Prima Novianto Pr, saat ini mengasuh 3 sekolah. Romo Kepala Paroki adalah Romo Drs. Yosef Reko Boleng Pr. Romo Reko walaupun tidak menjabat sebagai pengurus yayasan, namun dukungannya terhadap sekolah Katolik bagus. Sekolah dipersilahkan memakai fasilitas yang dimiliki paroki. “ Aula paroki ini silahkan dipakai pada pagi hari oleh sekolah secara penuh. Kalau fasilitas ini tidak dimanfaatkan, maka ini adalah fasilitas yang tidur tak bermanfaat “. Demikian ujarnya.

SEJARAH SEKOLAH KATOLIK TK, SD & SMPYAYASAN YOHANNES GABRIEL KORNIT PARE( Tulisan Romo Drs. B Prima Novinato Pr )

Waktu Pendirian :Berdirinya sekolah di Pare diawali dengan dibukanya sekolah Taman Kanak-

Kanak (TK) pada tahun 1950. Kemudian dilanjutkan dengan didirikannya Sekolah Dasar (SD) pada tanggal 1 Agustus 1952 dengan maksud untuk menampung anak-anak lulusan TK. Selanjutnya didirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 1956.

Nama Sekolah :Nama sekolah baik TK, SD & SMP adalah Santa Maria. Namun pada tahun

1975 nama SMP diubah menjadi SMP Yohannes Gabriel sesuai dengan nama Yayasan.

Lokasi Sekolah :Lokasi TK pada awalnya berada di dekat corah, sekitar 50 meter disebelah

timur lokasi sekarang. Oleh karena bangunannya dipandang sudah tidak layak maka dibuatkan bangunan baru di lokasi yang sekarang ini ditempati. TK pindah lokasi pada tahun 1965. Dilokasi yang baru ini, sekolah TK bergabung dengan SD & SMP yang terlebih dahulu ada. Maka, jadilah tiga unit sekolah ini satu lokal. Tanah yang ditempati bangunan sekolah adalah milik Gereja. Sertifikat tanah atas nama Yayasan Gereja Amal Santo Vincentius A Paulo yang diperoleh pada tahun 1994.

Lokasi tanah sekolah dan gereja yang ditempati sekarang ini merupakan peninggalan orang Belanda. Di lokasi itu dahulu berdiri rumah induk dan bangunan lain berupa kandang sapi. Rumah induk itu akhirnya menjadi bangunan Gereja. Sedangkan bangunan kandang sapi dipakai sebagai bangunan gedung sekolah. Maka dahulu orang sering menyebut sekolah Katolik dengan sebutan sekolah kandang sapi.

Sekolah Menghadirkan ParokiSebelum menjadi Paroki, Pare merupakan stasi dari Paroki St. Vincensius a

Paulo Kediri. Meski masih berstatus stasi tetapi Yayasan Pusat Yohannes Gabriel berani mendirikan sekolah TK yang akhirnya berlanjut dengan pendirian SD dan SMP. Rupanya hal ini berpengaruh banyak terhadap perkembangan umat pada waktu itu. Para guru, terutama dari Jawa Tengah, didatangkan. Para guru dari Jawa Tengah ini lulusan dari sekolah guru yang cukup ternama pada waktu itu. Ada yang dari Sekolah Van Lith, Mendut dan Don Bosco Semarang. Di Pare mereka tidak hanya sebagai guru di sekolah tetapi juga mengajar agama di stasi-stasi. Pendek kata, di luar jam sekolah, para guru juga berperan sebagai rasul awam. Pelan tapi pasti jumlah

51

umat mulai bertambah. Dua puluh tahun setelah sekolah berdiri, akhirnya pada tahun 1970 berdiri Paroki St. Mateus Pare.

Perkembangan Sekolah :Sekolah Katolik di Pare pernah mengalami masa jaya. Dalam arti jumlah

murid cukup banyak. Namun lambat laun jumlah murid mengalami penurunan. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh Sekolah Katolik tetapi juga oleh sekolah swasta yang lain. Bahkan hingga kini beberapa sekolah swasta harus tutup karena kalah bersaing. Penurunan jumlah murid paling dirasakan oleh unit SD dan SMP. Sebelum tahun 1985 SDK paralel 2 kelas. Setelah tahun 1985 masing-masing kelas hanya 1 kelas saja. Beberapa penyebabnya antara lain adanya program Keluarga Berencana dari pemerintah, dibangunnya SD inpres di desa-desa dan besarnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah negeri yang relatif murah dibandingkan dengan sekolah swasta.

Jumlah murid SMPK mengalami penurunan dari 2 kelas menjadi 1 kelas pada tahun 1994. Penyebabnya hampir sama dengan SD ditambah dengan diterimanya anak-anak WNI keturunan di SMP negeri. Rupanya hal ini cukup mempengaruhi di bidang pemasukan dana dan input SDM siswa. Dari segi kuantitas dan kualitas SMPK mengalami penurunan. Bahkan sampai sekarang ini SMPK yang paling besar mengalami kesulitan. Jumlah siswa yang makin sedikit dan semakin besarnya minus dana.

Perjuangan tetap berlanjut.Syukurlah bahwa perhatian gereja, umat dan para guru cukup besar. Sekolah

SMPK yang mengalami kemunduran tetap dipertahankan. Unit TK dan SD terus memberikan subsidi dana yang tidak sedikit. Pembenahan-pembenahan baik sarana-prasarana dan SDM digiatkan supaya para siswa dan guru bisa berprestasi. Sekolah Katolik adalah ujung tombak bagi karya gereja di tengah masyarakat.

Kondisi Sekolah Sekarang : ( Th.Ajaran 2004/2005)NAMA SEKOLAH JUMLAH MURID JUMLAH

GURU/KARYAWAN

TKK SANTA MARIA 66 ANAK 6 ORANG

SDK SANTA MARIA 182 ANAK 10 ORANG

SMPK YOH. GABRIEL 65 ANAK 11 ORANG

Nama-nama Kepala Sekolah TK, SD, SMP.TAHUN NAMA KEPALA SEKOLAH TK

1950 - 1965 SULASTRI

1965 - 1979 CHRISTINA ISTI SUPRIADIATI

1979 - 1994 SUNDARI

1994 - 1998 ANASTASIA SUMARSIH

1998 - 2003 SUNDARI

2003 - 2005 Y. SUPARNI

2005 - ……. M.C. YENI INDAH, K. S.Pd.

TAHUN NAMA KEPALA SEKOLAH SDK

……………. R.S. SOEJONO

…... - 1972 STEFANUS MOESTOPO

1972 - 1973 CIPTO SOEHARDJO

52

1973 - 1994 F.X. Ch. SUTRINI

1994 - 1997 ANASTASIA SUMARSIH

1997 - 1999 A. WARSITO

1999 - 2005 A.M. ERWIYADI

2005 - …….. Y. SRI WAHYUNINGSIH, S.Pd.

TAHUN NAMA KEPALA SEKOLAH SMPK

1956 - 1957 MARKUS

1957 - 1958 HILARION CYRUS DWIJOMARSONO

1958 - 1967 MARKUS

1967 - 1973 P.Y. SEMERU

1973 - 1975 A.Y. SUWARNO

1975 - 1978 C. PRIYO SUBARI

1978 - 1994 V. SOEKIDJO HADIWIRATMO

1994 - 1997 A. WARSITO

1997 - 2003 Y. SARONO, BA.

2003 - 2005 Y. SRI WAHYUNINGSIH, S.Pd.

2005 - …… S.Y. SETYO UTOMO

Nama-nama Ketua Yasasan Yohannes Gabriel Kornit PareNo. NAMA

1. Rm. BASTIAN CM

2. Rm. A. DIBYO KARYONO Pr.

3. Rm.HADI SUMARTO CM

4. Rm. SILVESTER SUNARYO CM

5. Rm. L. CAHYO KUSUMO CM

6. Rm. REKSO SUBROTO CM

7. Rm. E. RAHMAT CM

8. Rm. BARTELS CM

9. Rm. KAROLUS JANDE Pr (YAYASAN MULAI MEMAKAI SISTEM KORNIT)

10. Rm. JUSTISIANTO Pr

11. Rm. C. TRIWIDYA CAHYA UTAMA Pr

12. Rm. B. PRIMA NOVIANTO Pr

TKK. SANTA MARIAPARE KABUPATEN KEDIRI

KK. Santa Maria yang berada di Jl. Letjen. Sutoyo 78 Pare didirikan oleh Keuskupan Surabaya pada tahun 1950 diatas tanah yang merupakan milik dari T

53

Kiri : Gedung TKK Santa Maria; Kanan : Taman Bermain TKK Santa Maria

Yayasan Yohanes Gabriel. Sekolah ini didirikan diatas lahan seluas 3.875 m2 dengan luas bangunan keseluruhan 1.500 m2.

Pada awal pendiriannya sekolah dipimpin oleh Sulastri dan selanjutnya berturut-turut dipimpin oleh Hesti (1966-1970), Sumdari (1970-1994), A.N. Sumarsih (1994-1997), Sundari (1998-2000) dan saat ini Kepala Sekolah yang memimpin TKK. Santa Maria adalah Yuliana Suparni.

Jumlah Siswa yang masuk ke sekolah ini menurut data lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan dari 63–81 siswa.. Jumlah siswa yang masuk selalu mengalami peningkatan karena sekolah memiliki program unggulan yaitu Komputer dan Bahasa Inggris.

Jumlah siswa yang selalu meningkat selama lima tahun terakhir tidak diimbangi dengan jumlah pengajar yang berstatus Guru Yayasan, hal inilah yang akan selalu menjadi kendala sekolah. Saat ini di TKK Santa Maria terdapat satu guru Negeri dan empat Guru Tidak Tetap serta satu pegawai Tidak Tetap.

Kondisi keuangan sekolah selalu menunjukkan grafik yang positif, dimana jumlah pemasukan yang diterima sekolah selalu lebih besar dari jumlah pengeluaran sekolah. Data 5 tahun terakhir pemasukan 9–38 juta dengan saldo plus 2–22 juta pertahun.

Dalam hal ini prestasi TKK Santa Maria tidak kalah dibandingkan dengan sekolah lain, dalam beberapa tahun terakhir sekolah telah menorehkan prestasi baik itu ditingkat Kecamatan maupun ditingkat Propinsi, diantaranya dalam lomba Komputer, Karnaval, Finger Painting, Karaoke.

Kendala yang dihadapi sekolah dimasa yang akan datang adalah kurang memadainya SDM yang dimiliki sekolah, pandangan masyarakat sekitar terhadap sekolah kurang dengan banyaknya sekolah yang sejenis di wilayah Pare.

Sumber Bahan : Tulisan Kepala Sekolah Ibu Yuliana Suparni

SDK SANTA MARIA PAREKABUPATEN KEDIRI

DK Santa Maria yang berada di Jl. Letjen Sutoyo 78 Pare-Kediri didirikan pada 1 Agustus 1952 oleh Keuskupan Surabaya dengan dibantu oleh keluarga-keluarga

Katolik dan guru-guru agama Katolik yang ada di wilayah Pare. Sekolah ini didirikan untuk menampung siswa lulusan dari TKK Santa Maria yang sudah lebih dahulu berdiri selain itu juga untuk siswa dari etnis Cina yang tidak dapat bersekolah disekolah negeri. Sekolah ini berdiri atas lahan seluas 3.875 m2 yang merupakan milik dari Yayasan Gereja dan Amal St. Vincentius A Paulo. Pada awal pendirian gedung yang ditempati sangat sederhana karena merupakan peninggalan Belanda, namun sedikit demi sedikit sekolah telah melakukan renovasi.

S

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah antara lain berturut-turut St. Moestopo (alm), Tjipto Suhardjo (1973-1975), V. Soekidjo H.W. (1975-1977), F.X. C.H. Sutrini (1977-1991), A.N. Sumarsih (1991-1995), A. Warsito (1995-1998) A.M.

54

Erwiyadi (1998–2005) dan tahun 2005 hingga saat ini sekolah dipimpin oleh Y. Sri Wahyuningsih,Spd.

Murid-murid yang bersekolah di SDK Santa Maria kebanyakan adalah lulusan dari TKK Santa Maria dan dari keluarga Katolik di wilayah Pare serta dari suku yang berbeda-beda. Jumlah siswa yang masuk selama lima tahun terakhir nampak tidak berkurang dari 130–171 siswa. Hal ini menunjukkan masyarakat terus percaya kepada sekolah ini.

Jumlah pengajar yang mengajar di SDK berjumlah 10 orang, akan tetapi yang berstatus Guru Tetap Yayasan hanya berjumlah dua orang sedangkan yang delapan orang berstatus Guru Tidak Tetap. Selain terdapat 10 orang guru juga terdapat 2 pegawai lagi yang kesemuanya berstatus pegawai tidak tetap. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini telah mengacu pada kurikulum yang diberlakukan oleh Dinas Pendidikan.

Dalam hal keuangan sekolah ini menunjukkan grafik yang selalu positif dalam artian sekolah tidak pernah kekurangan dan SDK Santa Maria Pare tergolong dalam sekolah plus. Pemasukan keuangan sekolah yang plus pada kenyataannya belum dapat memberikan kesejahteraan yang baik pula untuk para pegawainya, guru yang mengajar di sekolah ini masih mendapatkan tunjangan kesejahteraan dibawah guru negeri. Data 5 tahun terakhir pemasukan meningkat dari 42–95 juta dengan saldo dari minus 1 sampai menjadi plus 32 juta.

SDK Santa Maria Pare telah menorehkan beberapa prestasi baik ditingkat Kecamatan maupun ditingkat Propinsi, misalnya lomba baris, IPA, Bulu tangkis dan matematika.

Selain prestasi yang baik siswa SDK juga turut andil dalam kegiatan gereja dalam perayaan Ekaristi pada hari Minggu yang diadakan di Gereja. Selain menjalin hubungan dengan Gereja sekolah juga menjalin hubungan dengan masyarakat baik melalui orang tua siswa maupun secara langsung.

Sumber Bahan : Tulisan Mantan Kepala Sekolah Bapak A.M. Erwiyadi

SLTPK YOHANES GABRIEL PAREKABUPATEN KEDIRI

MPK Yohanes Gabriel yang berada di Jl. Letjen Sutoyo 78 Pare-Kediri berdiri pada tahun 1956 dan didirikan oleh Keuskupan Surabaya. Sekolah yang ini

berada satu komplek dengan Gereja Santo Mateus, TKK Santa Maria dan SDK Santa Maria. Sekolah saat ini berstatus “Diakui”.

S

55

Gedung SDK Santa Maria

Gedung SMPK Santa Maria

Pada awal berdiri sekolah dipimpin oleh Markus sampai dengan tahun 1967, selanjutnya tampuk pimpinan dipegang berturut-turut oleh I.P.Y. Sumeru (1967-1973), A.Y. Suwarno (1973-1975), C. Subari (1975-1979), V. Soekidjo H.W. (1979-1995), A. Warsito (1995-1997), Y. Sarono, BA. (1997-2003) Y. Sri Wahyuningsih, Spd (2003–2005) dan tahun 2005 hingga saat ini sekolah dipimpin oleh S.Y. Setyo Utomo.

Jumlah siswa yang masuk untuk mengenyam pendidikan disekolah ini selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan dari 90 menjadi 70 siswa, hal ini disebabkan karena banyaknya sekolah yang setara baik sekolah negeri maupun sekolah swasta yang ada di wilayah Pare. Data terakhir yang diperoleh jumlah siswa SMPK Yohanes Gabriel keseluruhan berjumlah 70 siswa.

Guru yang mengajar di SMPK Yohanes Gabriel saat ini berjumlah 11 orang. Dari 11 orang guru yang mengajar disekolah ini hanya dua orang yang berstatus Guru Tetap Yayasan, selain itu juga terdapat satu orang guru berstatus negeri dan delapan orang guru berstatus Tidak Tetap.

Pemasukan sekolah yang berasal dari uang sekolah maupun uang lain-lain tidak dapat menutupi biaya-biaya pengeluaran sekolah tiap tahunnya, sehingga sekolah initergolong sekolah minus karena masih mendapatkan subsidi baik dari pemerintah maupun yayasan. Data lima tahun terakhir pemasukan 25–39 juta dan saldo minus dari 7–18 juta pertahun.

Prospek 5 tahun ke depan sekolah menghadapi tantangan yang sulit dengan banyaknya sekolah negeri maupun swasta yang baru berdiri dan sekolah membutuhkan SDM yang kapabel dalam mengajar namun demikian sekolah masih memiliki daya tarik yang dapat menarik minat siswa diantaranya letak sekolah yang startegis dan telah memiliki fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar yang lengkap. Selain itu sekolah juga masih membutuhkan bantuan dana untuk menunjang kesejahteraan pegawai maupun guru pengajar.

Sumber Bahan : Tulisan Mantan Kepala Sekolah Ibu Y. Sri Wahyuningsih,Spd.

56