sejarah perkembangan ilmu sejarah
TRANSCRIPT
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah dalam arti obyektif memiliki definisi sebuah kejadian yang
sebenarnya, terjadi hanya sekali dan bersifat unik. Sedangkan dalam arti
subjektif memiliki definisi; gambaran atau sebuah cerita serta tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan suatu kejadian tersebut atau historiografi.
Historiografi dalam arti sempit, adalah perkembangan penulisan sejarah
dalam peradaban dunia. Sehingga dengan adanya historiografi, manusia
dapat mengetahui perkembangan sejarah manusia dan melihat
perkembangan dunia. Sedangkan Historiografi dalam arti luas
merupakan perkembangan penulisan sejarah, yang di dalamnya memuat
teori dan metodologi sejarah
Pada hakekatnya Historiografi merupakan representasi dari
kesadaran sejarawan pada zamannya dan lingkungan hidupnnya. Perlu
disadari bahwa hasil dari Historiografi senantiasa terpengaruh oleh
berbagai hal, diantaranya; lingkungan zaman serta kebudayaan pada
masa sejarah itu ditulis. Dalam membuat pengertian terhadap fenomena
sejarah, para sejarawan akan menggunakan pandangannya, atau
pandangan umum yang berlaku di lingkungannya. Sering kali pandangan
itu dihubungkan dengan jiwa zaman yang tampak sebagai pola pikiran
atau ideologi yang dominan. Dengan demikian, Historiografi mewakili
jiwa zaman dan kehidupan kebudayaan pada zamannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan ilmu sejarah?
2. Bagaimanakah sejarah penulisan ilmu sejarah pada zaman Eropa
kuno?
C. TUJUAN
1. Mengetahui secara kronologis sejarah perkembangan ilmu
sejarah.
2. Mengetahui dan memahami sejarah penulisan ilmu sejarah pada
zaman Eropa kuno.
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Historiografi atau penulisan sejarah sudah berkembang di Eropa sejak
berabad-abad lamanya sebelum Masehi. Munculnya historiografi di Eropa tidak
terlepas dari kemajuan peradaban yang telah dicapai oleh negara tersebut.
Selain itu, budaya menulis yang tinggi di kalangan masyarakatnya juga menjadi
faktor munculnya historiografi di Eropa.
A. ZAMAN YUNANI DAN ROMAWI
Historiografi di zaman Yunani Klasik ditemukan dalam dua karya
sastrawan masyhur Yunani, Homerus (800 SM–701 SM). Dua karya tersebut
adalah illiad dan odessy. Dua karya Homerus tersebut berbentuk epos atau
wiracarita. Illiad, mengisahkan tentang peperangan antara orang-orang
Yunani Kuno dengan orang-orang Troya. Perang itu dipicu oleh Paris, Putera
Raja Troya, yang membawa kabur Helen, Istri Raja Sparta. Sedangkan
Odessy menceritakan tentang pengembaraan Odeysseus setelah kerajaan
Troya jatuh. Dikisahkan juga bahwa ia kembali ke Yunani untuk membalas
dendam terhadap para bangsawan yang merebut tahtanya.
Penulisan sejarah pada masa ini masih sangat sederhana, karena
belum memiliki kerangka dalam penulisannya. Para sejarawan di masa ini
juga belum mendeskripsikan suatu peristiwa dengan detail dan belum
disertai dengan analisis terhadap peristiwa tersebut. Dengan kata lain,
belum adanya sikap kritis. Selain itu, penulisannya masih berbentuk syair-
syair dan puisi-puisi. Penulisan sejarah berbentuk prosa baru muncul di abad
6 SM. Sejarawan yang pertama kali memunculkannya adalah Herodotus yang
di kemudian hari dikenal sebagai bapak sejarah.1
Penulisan sejarah Romawi pada mulanya memang menggunakan
bahasa Yunani, baru kemudian memakai bahasa latin,2 tetapi tulisan sejarah
Yunani tetap menjadi model acuan oleh para sejarawan Romawi. Dalam
Historiografi Romawi pada umumnya menunjukkan sifat patriotik
(menunjukkan kegemilangan imperium Romawi) dan mengandung imajinasi.
1http://elkhorynur.blogspot.com/2013/09/historiograi-yunani-klasik-herodotus.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
2 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana: 2013), hlm. 31
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 3
Titus Livius (lahir 59 SM) yang terkenal dengan karyanya History of Rome,
yang menggambarkan tentang kebesaran Romawi adalah sejarawan pertama
yang menggunakan imajinasi dalam mengungkapkan sebuah sejarah.
penggunaan imajinasi tersebut ternyata menarik minat pembaca.3 Secara
umum dapat dikatakan bahwa perkembangan dari historiografi Romawi itu
sejalan dengan sejarah perkembangan kekaisaran Romawi. Oleh karena
itulah karya-karya terpenting pada zaman ini banyak berkaitan dengan
sejarah Romawi, sejak kemunculan kemudian melalui pertumbuhan,
kejayaan dan akhirnya sampai kepada keruntuhannya.4
B. ZAMAN KRISTEN AWAL DAN ZAMAN PERTENGAHAN
Agama Kristen pada awal perkembangannya telah menyebabkan
terjadinya perubahan besar terhadap penulisan sejarah. Namun seiring
dengan perubahan itu, karya-karya para sejarawan Yunani dan Romawi pada
umumnya diabaikan karena dianggap sebagai hasil dari pemikiran ‘orang-
orang belum beragama (pagan)’. Sikap pemikiran sempit itu tentu saja
memusuhi setiap pencapaian dari kebudayaan ‘pagan’ ini, tetapi penafsiran
mereka dicondongkan sedemikian rupa untuk membuat agama Kristen bisa
disukai. Semangat anti-pagan dan perjuangan penyebaran agama Kristen
mendasari dibuatnya karya-karya historiografis oleh tokoh-tokoh agama
Kristen saat itu.5
Di samping itu terdapat pandangan bahwa sejarah tidak ditentukan
oleh manusia namun ditentukan oleh Tuhan (God Providente). Agar lebih
memahami Historiogarfi abad pertengahan, ada baiknya mengetahui
kehidupan dari St. Augustine. St. Augustine (354-430 M) hidup pada masa
peralihan zaman klasik menuju zaman pertengahan sehingga ia dijuluki
Historiograf yang mempunyai dua pijakan kaki, satu di zaman klasik, satu
lagi di zaman pertengahan. St. Augustine berpendapat bahwa segala sesuatu
adalah berproses dialektis, seperti pertentangan kebenaran dan kesalahan,
yang berakhir dengan kemenangan kebenaran. Hal ini digambarkan pada
3 http://sejarah.kompasiana.com/2013/11/04/history-of-historiography-605131.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
4http://www.gurusejarah.com/2013/03/historiografi-masa-romawi.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
5 http://primapsumantri.blogspot.com/2011/12/historiografi-awal-kristen.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 4
karyanya De Civitate Dei (City of God), dalam buku ini digambarkan
pertentangan antara Civitas Terrena (kerajaan dunia) dengan Civitas Dei
(kerajaan surga), dan kerajaan surgalah yang menang. Hal ini dimaksudkan
sebagai penyelamatan manusia yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dengan
demikian, segala proses sejarah di bawah pimpinan dan perencanaan
Tuhan.6
C. ABAD XVI: ZAMAN RENAISANS, REFORMASI, DAN KONTRA-REFORMASI
Pada abad pertengahan bangsa Eropa berada di bawah pengaruh
gereja yang mempunyai pola pikir ‘momento mori’ yang artinya ingat akan
mati. Setelah lahirnya Renaisans pola pikir bangsa Eropa berkembang
menjadi ‘momento vivere’ yang artinya ingat akan hidup.7 Oleh karena itu
pandangan sejarah pada masa itu adalah perubahan dari Theosentrisme ke
Antrhoposentrisme. Pandangan sejarah pada zaman ini mengatakan, bahwa
perjalanan sejarah sangat ditentukan oleh manusia, bukan atas perantaraan
Tuhan. Sebagai contoh ialah karya dari Niccolo Machhiavelli yang berjudul
History of Florence (Sejarah Florence) yang berjumlah delapan jilid. Dalam
karya tersebut ia menulis secara empiris dan mengungkapkan kenyataan
yang pernah dialami. Digambarkan adanya konflik kekuasaan bangsawan,
konflik antar bangsawan dan rakyat, dan kehancuran Italia akibat intervensi
asing (barbar). Machiavelli berpendapat, bahwa fungsi sejarah adalah
sebagai bahan pengajar moralitas melalui contoh-contoh yang praktis.8
Dalam historiografi, Reformasi diwakili oleh Matthias Vlacich Illyricus
(1520-1575) dengan bukunya yang berjudul Magdeburg centuries, buku
tersebut berisi tentang polemik yang sangat ambisius. Buku tersebut
merupakan serangan pada intuisi gereja, terutama dari segi hukum dan
konstitusi.
Kontra-Reformasi ingin mengembaikan kewibawaan gereja katolik
yang telah dirusak oleh gerakan Reformasi. Baronies menulis berjilid-jilid
buku Ecclesiastical Annals untuk menjawab tuduhan dari Magdeburg
6 Op.Cit.diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
7 http://recha-seprina.blogspot.com/2011/06/historiografi-renaissance-sampai-abad.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
8 Op.Cit.diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 5
centuries. Nilai buku itu terletak dalam penggunaan sumber, baik dari
gereja maupun profan. Sejarahnya bersifat apologetis dan memihak. 9
D. ABAD XVII: ZAMAN PENEMUAN DAERAH BARU
Pada zaman ini sejarah sosial menjadi tema utama. Penemuan
daerah-daerah baru pada abad ke-15, ke-16, dan ke-17 mempunyai
pengaruh penting bagi perkembangan histiografi Eropa. Berkat pengaruh
kisah-kisah perjalanan yang banyak, orang Eropa mulai tertarik dengan
daerah-daerah baru untuk ekspansi Eropa.
Para penjajah awal datang dari Italia, Spanyol, dan Portugal. Baru
kemudian menyusul bangsa-bangsa Eropa utara, seperti Prancis, Belanda
dan Inggris.10
E. ABAD XVIII: ZAMAN RASIONALISME DAN PENCERAHAN
Penulisan sejarah (Historiografi) pada abad ke 18 juga terpengaruh
oleh situasi zaman dan kebudayaan yang berkembang pada masa tersebut.
Pada abad ini ditandai semakin berkembangnya kepercayaan pada diri
sendiri, terutama dalam berpikir dan mementingkan kehidupan duniawi.
Rasioanlisme ini Nampak jelas dengan adanya tuntutan manusia untuk
menggunakan logika, berpikir kritis, skeptisis, dan realistis.
Voltaire (François Marie Arouet) seorang filsuf Perancis abad ke 18
telah menulis sebuah esai sejarah yang menolak visi tradisional yang
bersumber pada kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai interpretasi
sejarah secara teologis. Ia berpendapat bahwa Tuhan telah menarik diri
dalam pengaturan sejarah. Perkembangan proses sejarah dalam mencapai
kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia. Pandangan itu merupakan
usaha dari Voltaire unntuk membentuk penganut paham progres yang
ditentukan oleh manusia. Dengan demikian ia termasuk sejarawan yang
berpandangan profan dan sekuler, yang mengakui bahwa hanya akal
manusia yang dapat menuju kemajuan proses sejarah manusia dalam
mencapai masa depan yang gemilang.11
Sumbangan besar dari zaman pencerahan ialah gagasan kemajuan
(the idea of progress), bahwa peradaban manusia terus-menerus bergerak
9 Op.Cit. hlm. 36
10 Ibid, hlm. 36-37
11 Op.Cit. diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 6
maju. Meskipun di antara para pemikir zaman pencerahan ada perbedaan
pendapat tentang gerak maju, tetapi semua setuju bahwa ada perbaikan
kemanusiaan.12
F. ABAD XIX: ZAMAN ROMANTISISME, NASIONALISME, DAN LIBERALISME
Historiografi dalam abad ini, ditandai dengan ciri-ciri: (1)
penghargaan kembali pada Zaman Pertengahan, (2) munculnya filsafat
sejarah, (3) munculnya teori ‘Orang Besar’, (4) timbulnya nasionalisme dan
(5) munculnya liberalisme.
Romantisme dalam Historiografi adalah kebalikan dari Rasionalisme.
Salah satu tokohnya yaitu, Jules Michelet (1798-1874), yang menulis History
Of France, The People, dan History Of The French Revolution. Yang menarik
ialah pendekatannya dalam menulis sejarah. Katanya: “Augustin Thierry
melihat sejarah sebagai narasi, Guizot analisis. Sejarah saya adalah
pembangkitan kembali” maka ia mengangkat bangsa Prancis, dan
sejarahnya menunjukkan semangat romantisme dan nasionalisme.
Kalau zaman pencerahan telah menghasilkan gagasan kemajuan,
maka abad ke-19 menghasilkan filsafat sejarah. Salah seorang tokohnya,
Immanuel Kant (1724-1804) menulis Ideas Of Universal History dan Of
Perpetual peace. Tesis Kant ialah bahwa kemajuan manusia tercapai berkat
perjuangan antara kepentingan pribadi dan kolektivitas; yang pertama
menghasilkan individualisme dan yang kedua altruisme; yang pertama
menghasilkan kemajuan dan yang kedua ketertiban. Pemerintah yang baik
ialah yang dapat memadukannya.13
G. AKHIR ABAD XIX DAN ABAD XX: SEJARAH KRITIS DAN SEJARAH BARU
Ranke seorang sejarawan Jerman telah memberikan reaksi terhadap
aliran Romantisisme. Ketika pada zaman romantisisme, penulisan sejarah
banyak dihanyutkan oleh perasaan dan dibumbui oleh komentar serta
keindahan, maka beliau tampil menentang Romantisisme sejarah. Beliau
mengemukakan bahwa perlu dibuangnya bungkus perasaan dalam sejarah,
dengan mulai menulis sejarah seperti kejadian yang sesungguhnya. Dalam
12 Op.Cit. hlm. 37-39
13 Ibid, hlm. 40-42
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 7
penulisan sejarah yang sesungguhnya terjadi, perlu adanya metode kritis
dalam sejarah.14
Namun, Ranke mulai diragukan kebenarannya. Menulis sejarah
sebagaimana terjadi itu bertentangan dengan spikologi. Sadar atau tidak,
orang menulis pasti mempunyai maksud. Carl L. Becker (1873-1945)
mengatakan bahwa pemujaan pada fakta, dan perbedaan antara fakta keras
(hardfact) dan fakta lunak (coldfact) hanyalah ilusi. Sejarah yang objektif
itu tidak ada, seperti halnya ternyata ilmu alam pun penuh ketidakpastian.
James Harvey Robinson (1863-1936) mengatakan bahwa dengan sejarah
kritis kita hanya dapat menangkap ‘permukaan’, tetapi tidak dengan yang
‘di bawah’ realitas.
Oleh karena itu, dari Amerika lalu muncul gagasan tentang perlunya
sejarah baru. Tokohnya adalah Robinson dan Becker. Pada tahun 1911
Robinson menulis The New History yang memuat dengan jelas program
sejarah baru tersebut. Perlunya sejarah baru itu dikemukakan kembali oleh
Becker pada 1925. Kalau historiografi klasik menekankan retorik, dan
historiografi modern menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan
ilmu sosial. Sejak saat itu, ada pendekatan kembali pada sejarah dan ilmu-
ilmu sosial. 15
14 Op.Cit. diakses pada tanggal 9 Oktober 2014
15 Op.Cit. hlm. 44
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 8
BAB III
PENUTUP
Dari uraian makalah di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
Sejarah perkembangan ilmu sejarah dimulai dari zaman Yunani dan Romawi.
Penulisan sejarah Yunani yang terkenal ialah Herodotus (ca 484-425 SM),
Thucydides (ca 456-396 SM), Polybius (ca 198-117 SM). Di antara penulis
sejarah romawi ialah Julius Caesar (ca 100-44 SM), Sallustius (ca 86-34 SM),
Livius (59 SM-17 M), dan Tacitus (ca 55-120 M).
Pada zaman Kristen awal dan zaman pertengahan, kebudayaan Kristen
bertumpu pada agama dan supernaturalisme. Sejarah dan teologi tidak
dapat dipisahkan. Zaman Kristen awal dan zaman pertengahan mempunyai
dua pusat, yaitu gereja dan negara, dengan pendeta dan raja sebagai
pelaku utama.
Para penulis sejarah Renaisans mencerminkan cita-cita Renaisans yang
melihat semangat pagan dan kebudayaan klasik Yunani-Romawi sebagai
model. Teologi tidak lagi menjadi focus
Pada zaman Penemuan Daerah Baru sejarah sosial menjadi tema utama.
Ada tiga aliran utama pada Zaman Rasionalisme yang dimulai pada abad ke-
17, yaitu radikal, moderat dan konservatis, serta sentimental.
Historiografi dalam abad XIX, ditandai dengan ciri-ciri (1) penghargaan
kembali pada Zaman Pertengahan, (2) munculnya filsafat sejarah (3)
munculnya teori ‘Orang Besar’, (4) timbulnya nasionalisme dan (5)
munculnya liberalisme. Romantisisme dalam historiografi adalah kebalikan
dari Rasionalisme.
Menurut Ranke dalam penulisan sejarah yang sesungguhnya terjadi, perlu
adanya metode kritis dalam sejarah.
Sejarah yang objektif itu tidak ada, seperti halnya ternyata ilmu alam pun
penuh ketidakpastian
Kalau historiografi klasik menekankan retorik, historiografi modern
menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan ilmu sosial.
S e j a r a h P e r k e m b a n g a n I l m u S e j a r a h | 9
DAFTAR PUSTAKA
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
http://elkhorynur.blogspot.com/2013/09/historiograi-yunani-klasik-herodotus.html
http://sejarah.kompasiana.com/2013/11/04/history-of-historiography-605131.html
http://www.gurusejarah.com/2013/03/historiografi-masa-romawi.html
http://primapsumantri.blogspot.com/2011/12/historiografi-awal-kristen.html