sejarah perjuangan hmi

42
KOMITMEN KEISLAMAN DAN KEBANGSAAN SEBAGAI DASAR PERJUANGAN HMI; KAJIAN SEJARAH 0 0 Rate This PENGANTAR ILMU SEJARAH PENGERTIAN Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Upload: ayu-akatsuki-karisma

Post on 25-Jul-2015

241 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH PERJUANGAN HMI

KOMITMEN KEISLAMAN DAN KEBANGSAAN

SEBAGAI DASAR PERJUANGAN HMI;

KAJIAN SEJARAH

 

0

 

0

 

Rate This

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGERTIAN

Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar terjadi,

dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-bukti yang

membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,

ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan

kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu

sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu

yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.

Page 2: SEJARAH PERJUANGAN HMI

MANFAAT DAN KEGUNAAN MEMPELAJARI ILMU SEJARAH

Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau adalah

pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan dengan

mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada

peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan

yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian

dalam mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai

yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa

saat ini dan yang akan datang.

 

MISI KELAHIRAN ISLAM

MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM

Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat jahiliyah hidup

dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya maupun peradaban.

Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada yang dapat

menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja, namun pemahaman atau

kebanggaan akan sastra demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Arab pada masa itu hidup dalam kebodohan.

Page 3: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya dipandang sebagai benda

bergerak yang menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan sumber

bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita akan

mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak heran jika mereka

sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau sekarang, belum lahir sudah dibunuh).

Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga besar),

karena mereka lebih menonjolkan ego kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan

masyarakat Arab sering berperang antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan

yang menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.

PERIODE KENABIAN MUHAMMAD

# Fase Makkah

Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat yang buruk sekali.

Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal

20 April 571 M. Muhammad putra tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah. Sejak

kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin”

atau orang yang dapat dipercaya.

Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda kaya yang bernama

Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini Muhammad sering melakukan

perenungan/kontemplasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama

Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang demikian rusak.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering stress memikirkan

bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira semakin sering

kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang

bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu penampakan yang ternyata

adalah malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini

Page 4: SEJARAH PERJUANGAN HMI

pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi walaupun tanpa berita

acara.

Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang

memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya

adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan

yang dibawa antara lain perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik.

Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah kesetaraan antar umat

manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain

sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan.

Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta

membangun solidaritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme

atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama. Pada fase Makkah ajaran yang

disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau

iman, karena pada saat itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus

dibangun pertama-tama adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan

fundamental.

Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh Arab yang

datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah haji. Muhammad s.a.w melakukan

dakwah terhadap orang-orang tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan

yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan keimanannya,

diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari gerakan revolusioner berdampak pada

peningkatan konstelasi politik masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan

satu pilihan kepada Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang

kedua, Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk

meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal dengan

Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus meninggalkan Makkah

menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam Islam, fase Madinah.

Page 5: SEJARAH PERJUANGAN HMI

# Fase Madinah

Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke Madinah,

karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam. Kaum muslimin yang berada di

Madinah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah) dan

Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang

dilakukan adalah mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan

antara kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat

Islam akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau perjanjian dengan

kelompok di luar Islam yang ada di Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok

lain yang tinggal di sana, antara lain Yahudi.

Di Madinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat Islam. Pembinaan

masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi juga menyangkut masalah politik,

ekonomi, dan sosial budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan

pesat, pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih

kepada muamallah.

Dengan semakin besarnya kaum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi

kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada Muhammad

s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga

mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan

beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin peperangan ini adalah

upaya defensif dan dalam rangka menegakkan kalimah tauhid.

Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63 tahun, pada tanggal

12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632.

 

Page 6: SEJARAH PERJUANGAN HMI

LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

KONDISI ISLAM DI DUNIA

Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan

ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat

dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar

umat Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang notabene dimotori

oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau

atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran

Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual

semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya

mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu

menderivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.

Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam

keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut

mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai alam

Page 7: SEJARAH PERJUANGAN HMI

semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya

berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.

KONDISI ISLAM DI INDONESIA

Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam berada dalam

cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat

kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok mereka

sendiri atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka.

Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya sich), dengan

penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas

ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara

benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa pintu ijtihad

telah ditutup, hal ini menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain

itu umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan

masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam

Indonesia tidak kuat akibat kurang persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

KONDISI PERGURUAN TINGGI DAN MAHASISWA ISLAM

Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan para

pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu perguruan tinggi

adalah motor penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu

yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin

menguasainya demi untuk kepentingan golongan tersebut.

Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis tersebut, ada

beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia

Page 8: SEJARAH PERJUANGAN HMI

kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi

adalah sistem pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat

menyebabkan dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya

organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan aspirasi Islam

dan umat Islam kurang terakomodir.

Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan masalah dalam

hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang

memiliki ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan

ajaran Islam, dan harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat

bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam. Jelas

sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi

umat Islam.

SAAT BERDIRINYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan,

yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan

ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata.

Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan

Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang

berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen

untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat

dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi

dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H,

bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu

Page 9: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak

umat dan anak bangsa.

 

GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI

SOSOK LAFRAN PANE

Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di

Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI,  dan disebut

sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang

Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan

“lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong

dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah

ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah

dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh

dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena

Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun

Page 10: SEJARAH PERJUANGAN HMI

1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai

Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP

Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas

Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama

UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum

Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik

dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.

GAGASAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN KEISLAMAN

Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan umat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga

dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam

memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat

menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.

Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan

kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan

spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan

kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan

pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak

lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas

bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan

pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan

kebesaran dan kejayaan masa lalu.

GAGASAN DAN VISI PERJUANGAN SOSIAL BUDAYA

Page 11: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya,

kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai,

tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi

perjuangan sosial budaya, yaitu:

1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat

rakyat Indonesia

2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam

Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya yang ada

menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan

kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam

pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.

Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual harus

diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar ini tidak dapat

diubah serta merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap.

KOMITMEN KEISLAMAN DAN KEBANGSAAN SEBAGAI DASAR

PERJUANGAN HMI

Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang

bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan

HMI yaitu :

Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat

Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau

ke-Indonesiaan

Page 12: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya terkandung

pemikiran ke-Islaman

 

Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam

komitmen keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang

ingin menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin

yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya.

Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam

gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI

(hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan

akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas

terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua

komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses

pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.

 

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH

PERJUANGAN BANGSA

HMI DALAM FASE PERJUANGAN FISIK

HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun

pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan

pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi

hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps

Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku

Page 13: SEJARAH PERJUANGAN HMI

kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan

PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer

Belanda.

Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi

mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan  NKRI, anggota-

anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut

bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan

bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan

kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan

mempersatukan bangsa.

HMI DALAM FASE PERTUMBUHAN DAN KONSOLIDASI BANGSA

Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan

ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini

makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar

di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak

semua pihak yang ada untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya

persoalan bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut

maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang harus diberangus.

HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang non komunis, karena komunis

bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk

merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah.

Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliurang

Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah :

1. Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam

pemilu yang akan datan

Page 14: SEJARAH PERJUANGAN HMI

2. Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan-

keruncingan, tidak saling menyerang

3. Kepada warga dan anggota HMI supaya:

Wajib aktif dalam pemilu

Wajib aktif memilih salah satu partai Islam

Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai Islam

yang disenangi

Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan

kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar dapat memikul

amanah umat Islam di Indonesia. Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat

tekanan kuat, karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena

itu HMI menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada

tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut

sikap yang diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak?

(2) HMI setuju pancasila atau tidak? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau

tidak?

Munas memberikan jawaban sebagai berikut :

1. Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh

MPRS

2. Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam

Jakarta

3. Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang

diridhoi Tuhan Yang Maha Esa

Page 15: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan, isu dan

tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam

percaturan sejarah.

HMI DALAM TRANSISI ORDE LAMA DAN ORDE BARU

Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan

lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan

eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah

salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan

PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik Indonesia.

PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh

utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau tidak

mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu

atau Gestok (istilah Pemimpin Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI

bukan hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut

merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik

Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun

1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira

tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang merupakan jabatan strategis, why ?), dan

menghabisi para perwira itu.

Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut

dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali

dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut membantu pemerintah

dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI.

Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia,

HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan

Page 16: SEJARAH PERJUANGAN HMI

UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut

dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.

HMI DALAM FASE PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI BANGSA

Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang

karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman

serta diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan

penopang dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim

2. Partisipasi dalam pemberian konsep

3. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan

Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru sebenarnya

lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada

hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa

pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI

menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan

dirinya Majelis Penyelamat Organisasi.

HMI DAN FASE PASCA ORDE BARU

Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal

dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa

angan yang belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen

bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur

panjang.

Page 17: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini

diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan

gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy.

Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap

bertahan ?

[*] Materi Sejarah Perjuangan HMI. Sumber: Panduan Pelaksanaan Latihan Kader 1

Himpunan Mahasiswa Islam: Badan Koordinasi Lembaga Pengelola Latihan PB HMI,

2003-2005.

Latar Belakang Sejarah Berdirinya HMI

Desember 14, 2007 oleh Admin

Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang

sejarah berdirinya HMI.

SITUASI DUNIA INTERNASIONAL.

Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi

hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam

diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk

berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa

lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.

Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang

keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini

disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran

Page 18: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam

bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola

kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau

reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya,

yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist Rassullulah SAW.

Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam

bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti

Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad

Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di

India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.

SITUASI NKRI

Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia

dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga)

hal :

• Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.

• Missi dan Zending agama Kristiani.

• Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.

Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada

tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama

bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.

KONDISI MIKROBIOLOGIS UMMAT ISLAM DI INDONESIA

Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat)

golongan, yaitu :

Page 19: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban

yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran.

Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan

mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh

mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk

kepentingan akhirat saja.

Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman,

selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam

itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.

KONDISI PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA KEMAHASISWAAN

Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia

kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia

pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah

kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia”.

Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa

Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis.

Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan

Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan” yang sangat tajam,

yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta

pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

Page 20: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang

mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang

masih duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Tentang sosok Lafran

Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane

lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Beliau adalah anak seorang Sutan

Pangurabaan Pane –tokoh pergerakan nasional “serba komplit” dari Sipirok, Tapanuli

Selatan-. Lafaran Pane adalah sosok yang tidak mengenal lelah dalam proses pencarian

jati dirinya, dan secara kritis mencari kebenaran sejati. Lafran Pane kecil, remaja dan

menjelang dewasa yang nakal, pemberontak, dan “bukan anak sekolah yang rajin”

adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari Independensinya.

Sebagai figur pencarai sejati, independensi Lafran terasah, terbentuk, dan sekaligus

teruji, di lembaga-lembaga pendidikan yang tidak Ia lalui dengan “Normal” dan “lurus”

itu (-Walau Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim

terpelajar pernah juga menganyam pendidikan di Pesantren Ibtidaiyah, Wusta dan

sekolah Muhammadiyah-) ; pada hidup berpetualang di sepanjang jalanan kota Medan,

terutama di kawasan Jalan Kesawan; pada kehidupan dengan tidur tidak menentu; pada

kaki-kaki lima dan emper pertokoan; juga pada kehidupan yang Ia jalani dengan menjual

karcis bioskop, menjual es lilin, dll.

Dari perjalanan hidup Lafran dapat diketahui bahwa struktur fundamental independensi

diri Lafran terletak pada kesediaan dan keteguhan Dia untuk terus secara kritis mencari

kebenaran sejati dengan tanpa lelah, dimana saja, kepada saja, dan kapan saja.

Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan

menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang

pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang

demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu.

Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi

mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa

yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk

Page 21: SEJARAH PERJUANGAN HMI

pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut

tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini

harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut

memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat”

Namun demikian, secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan

Berdirinya HMI dapat dipaparkan secara garis besar karena faktor, sebagai berikut :

1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan

Aspek Politik : Indonesia menjadi objek jajahan Belanda

Aspek Pemerintahan : Indonesia berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda

Aspek Hukum : Hukum berlaku diskriminatif

Aspek pendidikan : Proses pendidikan sangat dikendalikan oleh Belanda.

- Ordonansi guru

- Ordonansi sekolah liar

Aspek ekonomi : Bangsa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi lemah

Aspek kebudayaan : masuk dan berkembangnya kebudayaan yang bertentangan

dengan kepribadian Bangsa Indonesia

Aspek Hubungan keagamaan : Masuk dan berkembagnya Agama Kristen di Indonesia,

dan Umat Islam mengalami kemunduran

2. Adanya Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan, pemahaman, dan

pengamalan ajaran islam

3. Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan

4. Munculnya polarisasi politik

5. Berkembangnya fajam dan Ajaran komunis

6. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis

7. Kemajemukan Bangsa Indonesia

8. tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan

PERISTIWA BERSEJARAH 5 FEBRUARI 1947

Page 22: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran

Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara

mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14

Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah

STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa

Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan

“Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang

diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan

HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa

berdiri dan berjalan”

Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lannya, tanpa campur

tangan pihak luar.

Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain:

1. Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.

2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain :

1. Lafran Pane (Yogya),

2. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa),

3. Dahlan Husein (Palembang),

4. Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang)

5. Maisaroh Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura),

6. Soewali (Jember),

7. Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang),

8. Mansyur,

9. M. Anwar (Malang),

10. Hasan Basri (Surakarta),

Page 23: SEJARAH PERJUANGAN HMI

11. Marwan (Bengkulu),

12. Zulkarnaen (Bengkulu),

13. Tayeb Razak (Jakarta),

14. Toha Mashudi (Malang),

15. Bidron Hadi (Yogyakarta).

Faktor Pendukung Berdirinya HMI

1. Posisi dan arti kota Yogyakarta

a. Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan

b. Pusat Gerakan Islam

c. Kota Universitas/ Kota Pelajar

d. Pusat Kebudayaan

e. Terletak di Central of Java

2. Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa

3. Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia

4. Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)

5. Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).

6. Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir

7. Ummat Islam Indonesia mayoritas

Faktor Penghambat Berdirinya HMI

Munculnya reaksi-reaksi dari :

1. Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)

2. Gerakan Pemuda Islam (GPII)

3. Pelajar Islam Indonesia (PII)

FASE-FASE PERKEMBANGAN SEJARAH HMI

Page 24: SEJARAH PERJUANGAN HMI

1. Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)

Sudah diterangkan diatas

2. Fase Pengokohan (5 Februari 1947 – 30 November 1947)

Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah

berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan

tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan

eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.

3. Fase Perjuangan Bersenjata (1947 – 1949)

Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka

konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang

pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik

langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan,

penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948,

Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa

(CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut

membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan

mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak

itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak

sangat menonjol pada tahun \’64-\’65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.

4. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)

Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-

pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu

dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta

dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan

kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk

melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah

tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi

Page 25: SEJARAH PERJUANGAN HMI

adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari

Yogyakarta ke Jakarta.

5. Fase Tantangan (1964 – 1965)

Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI.

Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap

HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan

simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari

hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb.

Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak

menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra

revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya

sebagai salah satu organisasi terlarang.

6. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 – 1968)

HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk

menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak

antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan

Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan

Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI

sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum

dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba

Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang

terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang

mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan

tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak

sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman

Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta,

Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya

Page 26: SEJARAH PERJUANGAN HMI

merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata

demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak

tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar

sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.

7. Fase Pembangunan (1969 – 1970)

Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski

hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah

Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek

pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal

pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah

menjadi alumni meliputi diantaranya :

1) Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan

dilaksanakannya pembangunan,

2) Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran

3) Partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.

8. Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 – 1998 )

Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan

anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran

yang bersifat dinamis dari masing-masing individu.

Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-

gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada

tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi yang rutin telah

terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul menghadang dengan

segudang problema.

Pada tahun 1970 Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuan dengan topic

keharusan pembaharuan didalam pemikiran Islam dan masalah integritas umat. Sebagai

konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi

Page 27: SEJARAH PERJUANGAN HMI

permasalahan yang. Perbedaan pendapat dan penafsiran menjadi dinamika di dalam

menginterpretasikan dinamika persoalan kebangsaan dan keumatan. Hal ini misalnya

dalam dialektika dan perbincangan seputar Negara dan Islam, konsep Negara Islam,

persoalan Islam Kaffah sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi

Pancasila sebagai bentuk ijtihad organisasi didalam mempertahankan cita-cita jangka

panjang keummatan dan kebangsaan.

9. Fase Reformasi

Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan

menyampaikan pandangan, gagasan dan kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan

kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan

inkonstitusional dan konfrontatif. Gerakan koreksi pemerintahan pertama disampaikan

pada jaman konggres XX HMI di Istana Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian

peringatan MILAD HMI Ke 50 Saudara Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan

menjawab kritik-kritik yang menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan.

Bagi HMI kekuasaan bukanlah wilayah yang haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan

dan kekritisan terhadap pemerintahan. Kemudian dalam penyampaian Anas

Urbaningrun pada MILAD HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari

1998 dengan judul “Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”.

MASA DEPAN HMI TANTANGAN DAN PELUANG

Kritik terhadap HMI datang dari dalam dan dari luar HMI. Kritik ini sangat positif

karena dengan demikian HMI akam mengetahui kekurangan dan kelebihan organisasi.

Sehingga kedepan kita mampu memperbaiki dan menentukan sikap dan kebijakan yang

sesuai dengan keadaan jaman.

Dari masa kemasa, beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI tentang kritik

independensi HMI, kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap komunisme, tuntutan

Negara Islam, dukungan terhadap rehabilitasi masyumi, penerimaan azas tunggal

Page 28: SEJARAH PERJUANGAN HMI

Pancasila, adaptasi rasionalitas pemikiran, dan lain-lain yang memberikan penilaian

kemunduran terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam konggres HMI ke XX

mengemukakan konsep tentang revitalisasi, reaktualisasi, refungsionalisasi, dan

restrukturisasi organisasi. Anas Urbaningrum menjawabnya dengan pemberian wacana

politik etis HMI. Yakni dengan langkah : Peningkatan visi HMI, intelektualisasi,

penguasaan basis dan modernisasi organisasi.

Untuk pencapaian tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat sebagai modal

untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang

dihadapi HMI dan masa depan bangsa Indonesia sangat komplek. Tetapi justeru akan

menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita HMI sampai

mencapai tujuan.

PENUTUP

Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang

HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para

pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI

tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal. Mempelajari dan menghayati HMI

harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan dimanapun. Dengan cara

seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secata

utuh dan benar.

Yakin usaha sampai bahagia hmi.