rkpd provinsi banten tahun 2014

508
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 BAPPEDA PROVINSI BANTEN Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Jl. Raya Palima-Pakupatan, Curug-Serang Banten

Upload: vubao

Post on 08-Dec-2016

614 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

  • PERATURAN GUBERNUR BANTEN

    NOMOR 13 TAHUN 2013

    TENTANG

    RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

    BAPPEDA PROVINSI BANTEN Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)

    Jl. Raya Palima-Pakupatan, Curug-Serang Banten

  • i

    DAFTAR ISI

    Peraturan Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2013 Tentang

    RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 .......................................................

    1

    Buku I

    Pokok-pokok RKPD Tahun 2014 ...........................................................

    7

    Bab I. Pendahuluan ......................................................................................... 7

    1.1 Latar Belakang .................................................................... 7

    1.2 Dasar Hukum Penyusunan .................................................................... 9

    1.3 Hubungan Antar Dokumen .................................................................... 11

    1.4 Maksud dan Tujuan ............................................................................... 12

    1.5 Sistematika Dokumen RKPD .................................................................. 12

    Bab II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan

    Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan .................................... 14

    2.1 Kondisi Umum Daerah ........................................................................... 14

    2.2 Evaluasi dan Capaian Kinerja Pelaksanaan Program

    dan Kegiatan RKPD Tahun 2012 ............................................................

    38

    2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah ..................................................... 63

    Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan

    Keuangan Daerah .................................................................................. 94

    3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ............................................................ 94

    3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah .......................................................... 133

    Bab IV. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah.......................................... 149

    4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah ............................................ 149

    4.2 Prioritas Pembangunan Daerah .............................................................. 155

    BAB V. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah .................................... 180

    5.1 Rencana Program Prioritas Daerah ......................................................... 180

    5.2 Rencana Kegiatan Prioritas Daerah......................................................... 197

    Bab VI. Penutup ................................................................................................. 198

    6.1 Kaidah Pelaksanaan ............................................................................... 198

    6.2 Pengorganisasian Pelaksanaan Program dan

    Kegiatan Pembangunan .......................................................................

    199

    Buku II

    Matrik Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Tahun

    2014 ..................................................................................................... 202

  • - 1 -

    GUBERNUR BANTEN

    PERATURAN GUBERNUR BANTEN

    NOMOR 13 TAHUN 2013

    TENTANG

    RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN

    TAHUN 2014

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    GUBERNUR BANTEN,

    Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1)

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

    Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

    Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan

    mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

    Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

    Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

    Rencana Pembangunan Daerah, perlu menetapkan

    Peraturan Gubernur tentang Rencana Kerja Pemerintah

    Daerah Provinsi Banten Tahun 2014.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang

    Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4010);

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

    4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

    Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

    Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

  • - 2 -

    5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4421);

    6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

    sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

    dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

    tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

    32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

    Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4578);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

    Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

    Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

    Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

    Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4816);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

    Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan

    Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

    Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4817);

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

    tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

    tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

    Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

  • - 3 -

    12. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun

    2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun

    2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi

    Banten Nomor 4);

    13. Peraturan Daerah Provinsi Banten Provinsi Banten

    Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Panjang

    Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah

    Provinsi Banten Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan

    Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 26);

    14. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun

    2012 tentang Pembangunan Infrastruktur Jalan

    Dengan Penganggaran Tahun Jamak (Lembaran

    Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 2,

    Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor

    40);

    15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun

    2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun

    2012-2017 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun

    2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi

    Banten Nomor 42);

    16. Peraturan Gubernur Banten Nomor 12 Tahun 2013

    tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2012-2017

    (Berita Daerah Provinsi Banten Tahun 2013 Nomor 12).

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KERJA

    PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2014.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud :

    1. Daerah adalah Provinsi Banten.

    2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah Otonom

    sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    3. Gubernur adalah Gubernur Banten.

    4. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah

    satuan kerja yang berada di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten.

    5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD

    adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas

    dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan

    ditetapkan dengan peraturan daerah.

  • - 4 -

    6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disingkat APBN

    adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang dibahas

    dan disetujui bersama oleh pemerintah dan DPR, yang ditetapkan

    dengan undang-undang.

    7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah selanjutnya disingkat

    RPJPD adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)

    tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang

    mengacu pada RPJP Nasional.

    8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selanjutnya

    disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima)

    tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala

    daerah yang memuat arah kebijakan keuangan, strategi pembangunan

    daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah,

    lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan

    disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka

    pendanaan yang bersifat indikatif.

    9. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut

    Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen

    perencanaan daerah untuk periode I (satu) tahun.

    10. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat

    Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1

    (satu) tahun.

    Pasal 2

    (1) RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 disusun dengan maksud dijadikan

    sebagai:

    a. pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renja-SKPD Tahun 2014;

    b. acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun RKPD

    kabupaten/kota Tahun 2014;

    c. bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran dalam

    penyusunan RAPBD Tahun 2014.

    (2) RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1), disusun dengan tujuan untuk digunakan dalam perencanaan 1

    (satu) tahun anggaran bagi SKPD di wilayah Provinsi Banten.

    BAB II

    RUANG LINGKUP RKPD

    Pasal 3

    (1) RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, memuat tentang :

    a. rancangan kerangka ekonomi makro daerah;

    b. prioritas pembangunan daerah;

    c. rencana kerja dan pendanaannya.

  • - 5 -

    (2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :

    a. Buku I : Pokok-pokok RKPD Tahun 2014;

    b. Buku II : Matriks rencana program dan kegiatan prioritas daerah

    tahun 2014.

    Pasal 4

    (1) Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)

    huruf a, terdiri dari:

    a. Bab I Pendahuluan;

    b. Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan

    Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan;

    c. Bab III Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan

    Keuangan Daerah;

    d. Bab IV Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah;

    e. Bab V Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah;

    f. Bab VI Penutup.

    (2) Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)

    huruf b, memuat matriks program dan kegiatan dengan sumber dana

    APBD Tahun 2014.

    Pasal 5

    Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 tercantum

    dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

    BAB III

    PELAKSANAAN RKPD

    Pasal 6

    RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 adalah dokumen perencanaan daerah

    untuk periode 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014

    sampai dengan tanggal 31 Desember 2014.

  • - 6 -

    BAB IV

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 7

    Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah

    Provinsi Banten.

    Ditetapkan di Serang

    pada tanggal 30 Mei 2013

    GUBERNUR BANTEN,

    ttd.

    RATU ATUT CHOSIYAH

    Diundangkan di Serang

    pada tanggal 30 Mei 2013

    SEKRETARIS DAERAH

    PROVINSI BANTEN,

    ttd.

    MUHADI

    BERITA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 NOMOR 13

    Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM,

    H. S A M S I R, SH. M.Si

    Pembina Utama Muda

    NIP. 19611214 198603 1 008

  • - 7 -

    LAMPIRAN I

    PERATURAN GUBERNUR BANTEN

    NOMOR 13 TAHUN 2013

    TENTANG

    RENCANA KERJA PEMERINTAH

    DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN

    2014

    BUKU I : POKOK POKOK RKPD TAHUN 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 disusun dengan mengacu pada

    Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang RPJMD Provinsi Banten

    Tahun 2012-2017, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang

    Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten, Rencana

    Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun

    2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

    Tahun 2010-2014 dan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun

    2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

    Provinsi Banten Tahun 2005-2025.

    Dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 ini memuat hasil

    evaluasi capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun lalu,

    rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah,

    prioritas dan sasaran pembangunan daerah, serta rencana kerja dan

    pendanaan yang disertai prakiraan pagu indikatif.

    Penyusunan dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 dalam

    prosesnya telah melalui berapa tahapan yaitu penyusunan Rancangan

    Awal, Rancangan yang dibahas bersama dalam Musrenbang RKPD Provinsi

    Banten Tahun 2014 yang hasilnya kemudian dituangkan dalam

    Rancangan Akhir sebelum ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

  • - 8 -

    Sejalan dengan penetapan Tema RKP Tahun 2014 yaitu

    Memantapkan Perekonomian Nasional Untuk Peningkatan

    Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan yang terdiri dari 11 (sebelas)

    prioritas nasional dan 3 (tiga) prioritas lainnya:

    1. Reformasi birokrasi dan tata kelola;

    2. Pendidikan;

    3. Kesehatan;

    4. Penanggulangan kemiskinan;

    5. Ketahanan pangan;

    6. Infrastruktur;

    7. Iklim investasi dan usaha;

    8. Energi;

    9. Lingkungan hidup dan bencana;

    10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik;

    11. Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi; serta

    12. Tiga prioritas lainnya, yaitu:

    a) Bidang politik, hukum dan keamanan;

    b) Bidang perekonomian; dan

    c) Bidang kesejahteraan rakyat.

    Maka dengan memperhatikan Tema RKP Tahun 2014 dan guna menjamin

    terciptanya integrasi, sinkronisasi, serta sinergitas perencanaan

    pembangunan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota,

    ditetapkanlah Tema RKPD Provinsi Banten Tahun 2014, yaitu Percepatan

    dan Perluasan Perekonomian Banten untuk Meningkatkan

    Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan.

    Tema ini selanjutnya dijabarkan ke dalam 7 (tujuh) prioritas

    pembangunan tahun 2014 yaitu sebagai berikut:

    1. Memantapkan konektivitas dan daya dukung pusat-pusat

    pertumbuhan;

    2. Revitalisasi investasi, memperluas lapangan kerja baru, dan

    membentuk Bank Banten;

    3. Optimalisasi peningkatan daya saing SDM;

    4. Percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran;

    5. Pelestarian lingkungan hidup dan mitigasi bencana;

    6. Pemantapan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan daerah;

    7. Mensukseskan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014.

  • - 9 -

    1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

    RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 disusun dengan berlandaskan

    pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

    1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan

    Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

    Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4010);

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

    Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

    4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

    Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

    5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4421);

    6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

    125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

    sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

    59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

    Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

    Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4578);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

    Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

  • - 10 -

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi

    dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4816);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

    Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4817);

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

    Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang

    Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

    Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

    12. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007 tentang

    Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah

    Provinsi Banten Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah

    Provinsi Banten Nomor 4);

    13. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang

    Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025

    (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan

    Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 26);

    14. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2012 tentang

    Pembangunan Infrastruktur Jalan Dengan Penganggaran Tahun

    Jamak (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2012 Nomor 2,

    Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 40);

    15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

    Banten Tahun 2012-2017 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun

    2012 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor

    42).

  • - 11 -

    1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional pada dasarnya mengamanatkan bahwa

    perencanaan pembangunan nasional disusun dengan tujuan untuk

    menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

    pelaksanaan serta pengendalian dan pengawasan. Guna melaksanakan hal

    tersebut, maka kerangka perencanaan daerah meliputi perencanaan

    jangka panjang, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka

    pendek yang kesemuanya dituangkan ke dalam dokumen perencanaan

    daerah.

    RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 adalah dokumen perencanaan

    jangka pendek untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari

    RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 yang merupakan bagian dari

    perencanaan jangka panjang yang tertuang dalam RPJPD Provinsi Banten

    Tahun 2005-2025 dan RTRW Provinsi Banten Tahun 2010-2030 yang

    mengacu pada RPJP Nasional dan RTRW Nasional.

    Gambar 1.1

    Hubungan Antar Dokumen Perencanaan

  • - 12 -

    1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

    Penyusunan dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2014

    dimaksudkan untuk :

    1. Menetapkan prioritas pembangunan daerah;

    2. Merumuskan rancangan kerangka ekonomi makro daerah dan

    kerangka pendanaannya;

    3. Menetapkan rencana kerja yang dijabarkan dalam program dan

    kegiatan prioritas disertai dengan indikasi pagu anggarannya.

    Adapun tujuan disusunnya dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun

    2014 adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai acuan penyusunan rencana kerja bagi seluruh komponen

    pelaku pembangunan daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas

    umum pemerintahan dan tugas pembangunan;

    2. Sebagai acuan SKPD Provinsi Banten dalam menyusun Renja SKPD

    tahun 2014;

    3. Sebagai acuan dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

    serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Provinsi

    Banten TA. 2014;

    4. Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

    (RKA) SKPD Provinsi Banten TA. 2014;

    5. Sebagai acuan dalam pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

    program dan kegiatan Pemerintah Provinsi Banten TA. 2014.

    1.5 SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD

    Dokumen RKPD Provinsi Banten Tahun 2014 disajikan dengan

    sistematika sebagai berikut:

    Bab I. Pendahuluan hal 7

    1.1 Latar Belakang hal 7

    1.2 Dasar Hukum Penyusunan hal 9

    1.3 Hubungan Antar Dokumen hal 11

    1.4 Maksud dan Tujuan hal 12

    1.5 Sistematika Dokumen RKPD hal 12

  • - 13 -

    Bab II. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu dan

    Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan hal 14

    2.1 Kondisi Umum Daerah hal 14

    2.2 Evaluasi dan Capaian Kinerja Pelaksanaan Program

    dan Kegiatan RKPD Tahun 2012

    hal 38

    2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah hal 63

    Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan

    Keuangan Daerah hal 94

    3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah hal 94

    3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah hal 133

    Bab IV. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah hal 149

    4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah hal 149

    4.2 Prioritas Pembangunan Daerah hal 155

    BAB V. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah hal 180

    5.1 Rencana Program Prioritas Daerah hal 180

    5.2 Rencana Kegiatan Prioritas Daerah hal 233

    Bab VI. Penutup hal 234

    6.1 Kaidah Pelaksanaan hal 234

    6.2 Pengorganisasian Pelaksanaan Program dan

    Kegiatan Pembangunan hal 235

  • - 14 -

    BAB II

    EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

    CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

    2.1 KONDISI UMUM DAERAH

    2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang

    Pembentukan Provinsi Banten, secara geografis luas wilayah Provinsi

    Banten adalah 8.651,20 km2, yang terletak di ujung barat Pulau Jawa

    dan berjarak sekitar 90 km dari DKI Jakarta yang terdiri dari 4 (empat)

    kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten

    Serang, Kabupaten Tangerang dan 2 (dua) kota yaitu Kota Tangerang dan

    Kota Cilegon. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

    Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 31 Januari 2008, Provinsi Banten memiliki

    luas sebesar 9.662,92 km2 atau sekitar 0,51% dari luas wilayah Negara

    Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan tuntutan dan perkembangan

    pembangunan, tahun 2008 telah terjadi pemekaran wilayah dengan

    terbentuknya Kota Serang sebagai pemekaran dari Kabupaten Serang dan

    Kota Tangerang Selatan sebagai pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

    Saat ini jumlah kabupaten/kota di Provinsi Banten menjadi 4 (empat)

    kabupaten dan 4 (empat) kota dengan batas wilayah sebagai berikut:

    1. Sebelah Utara dengan Laut Jawa

    2. Sebelah Timur dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.

    3. Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia

    4. Sebelah Barat dengan Selat Sunda

    Berdasarkan data BPS Tahun 2012 jumlah penduduk Provinsi

    Banten mencapai 11.248.947 jiwa yang terdiri dari 5.741.942 orang laki-

    laki dan 5.507.005 orang perempuan. Laju pertumbuhan rata-rata

    penduduk Banten sebesar 2,16%.

    Ekosistem wilayah Provinsi Banten secara umum terdiri dari

    kawasan hutan pegunungan di sebelah selatan dan kawasan pantai

    sebelah utara melingkar menuju selat sunda di sebelah barat.

    Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di

    Kabupaten Lebak. Hal itu disebabkan sebagian besar wilayahnya

    merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas.

  • - 15 -

    Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

    2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai (WS), di Provinsi Banten terbagi

    kedalam 4 (empat) wilayah sungai, yaitu :

    1. WS. Ciliwung Cisadane;

    2. WS. Cidanau Ciujung Cidurian;

    3. WS. Ciliman Cibungur;

    4. WS. Cibaliung Cisawarna.

    Iklim wilayah Banten dipengaruhi oleh angin munson dan

    gelombang la nina. Cuaca didominasi oleh angin barat dari samudera

    hindia dan angin asia di musim penghujan serta angin timur pada musim

    kemarau. Suhu udara di Banten berkisar antara 22,10C-33,70C, dengan

    kelembaban udara bervariasi antara 76% - 865%. Jumlah hari dan curah

    hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 165 hari dan 1.141 mm.

    2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

    1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

    Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat diukur

    dari capaian indikator hasil pelaksanaan pembangunan yang meliputi

    Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), terkendalinya Laju Inflasi, dan

    tingkat pertumbuhan PDRB. Adapun perkembangan LPE dari tahun

    2009-2012 diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut :

    Tabel 2.1 Perkembangan LPE Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Banten

    Tahun 2009-2012 (%)

    Sumber:BPS Banten Dalam Angka 2012 dan BRS 2013 n.a = data tidak tersedia

    Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan

    atau penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa. Laju inflasi

    tahun kalender (Januari - Nopember 2012) sebesar 3,98%, sementara

    Inflasi Year on Year (IHK Nopember 2012 terhadap IHK Nopember

    2011) tercatat sebesar 4,41%.

    NO Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012

    1 Kabupaten Pandeglang 5,43 7,16 5,40 n.a

    2 Kabupaten Lebak 5,18 6,59 6,44 n.a

    3 Kabupaten Tangerang 4,41 6,71 7,35 n.a

    4 Kabupaten Serang 3,18 4,15 5,67 n.a

    5 Kota Tangerang 5,74 6,68 7,03 n.a

    6 Kota Cilegon 5,08 5,32 6,53 n.a

    7 Kota Serang 5,74 7,69 7,87 n.a

    8 Kota Tangerang Selatan 8,49 8,70 8,84 n.a

    Provinsi Banten 4,71 6,11 6,39 6.15

  • - 16 -

    Tingkat pertumbuhan PDRB adalah jumlah nilai tambah seluruh

    sektor kegiatan ekonomi yang terjadi/muncul disuatu daerah pada

    periode tertentu.

    Perkembangan PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku dapat

    dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini :

    Tabel 2.2

    Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Banten Tahun 2009 s.d 2012

    NO Sektor 2009 2010 2011 2012

    Milyar Rp % Milyar Rp % Milyar Rp % Milyar Rp %

    1 Pertanian 12.162,93 7,97 14.210,39 8,27 15.285,43 7,95 16.762,48 7,88

    2 Pertambangan dan

    Penggalian

    168,12 0,11 183,93 0,11 201,03 0,10 223,22 0,10

    3 Industri Pengolahan

    75.128,20 49,25 83.123,17 48,40 91.675,15 47,69 97.799,41 45,95

    4 Listrik, Gas & Air Bersih

    5.288,85 3,47 6.097,95 3,55 6.822,95 3,55 7.830,03 3,68

    5 Konstruksi 5.125,07 3,36 5.974,70 3,48 6.843,31 3,56 7.854,53 3,69

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran

    27.690,65 18,15 31.312,66 18,23 35.563,25 18,50 40.957,99 19,24

    7 Pengangkutan & Komunikasi

    12.983,38 8,51 15.173,53 8,83 17.638,07 9,18 20.150,70 9,47

    8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

    5.865,43 3,84 6.557,63 3,82 7.361,39 3,83 8.301,12 3,90

    9 Jasa-jasa 8.143,55 5,34 9.113,57 5,31 10.836,87 5,64 12.977,12 6,10

    PDRB 152.556,21 100,00 171.747,58 100,00 192.227,49 100,00 212.856,62 100,00

    Sumber: BPS, Banten Dalam Angka 2012

    Dari tabel diatas terlihat bahwa sektor usaha yang berkontribusi

    terbesar masih pada sektor industri pengolahan.

    2. Kesejahteraan Sosial

    Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial terkait dengan upaya

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pendapatan

    masyarakat Provinsi Banten yang tercermin pada Indeks Pembangunan

    Manusia (IPM). IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat

    digunakan untuk melihat upaya dan kinerja pembangunan dengan

    dimensi yang lebih luas karena memperlihatkan kualitas penduduk

    dalam hal kelangsungan hidup, intelektualias dan standar hidup layak.

    IPM disusun dari tiga komponen yaitu tingkat pendidikan diukur

    dengan kombinasi antara angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama

    sekolah (RLS) pada penduduk dewasa, lamanya hidup yang diukur

    dengan harapan hidup pada saat lahir (AHH), serta tingkat kehidupan

    yang layak dengan ukuran pengeluaran per kapita yang dihitung per

    tahun (purchasing power parity).

  • - 17 -

    AMH menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang

    dapat membaca dan menulis (latin dan huruf lainnya). AMH mengalami

    peningkatan yaitu dari 95,95% pada tahun 2009 menjadi 96,20% pada

    tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 96,25%, sedangkan pada

    tahun 2012 di estimasikan sebesar 96,30%. Sementara untuk RLS yang

    menggambarkan lamanya penduduk usia sekolah yang bersekolah

    (dalam tahun), mencapai 8,15 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010

    mencapai 8,32 dan nilai RLS pada tahun 2011 mencapai 8,41

    sedangkan pada tahun 2012 di estimasikan 8,50.

    Tabel 2.3 Perkembangan AMH dan RLS di Provinsi Banten

    Tahun 2009-2012

    No Uraian 2009 2010 2011 2012

    1 Jumlah penduduk usia 15 tahun

    keatas

    6,814,971 7,449,809 7.686.359 7.880.915

    2 Angka melek huruf/AMH (%) 95,95 96,20 96,25 96,30*

    3 Rata-rata Lama Sekolah/RLS

    (tahun)

    8,15 8,32 8,41 8,50*

    Sumber: BPS, Banten Dalam Angka 2012 *) Angka estimasi

    AHH di Provinsi Banten pada tahun 2010 sebesar 64,90 meningkat

    menjadi 65,05 pada tahun 2011 dan secara estimasi meningkat lagi

    pada 2012 menjadi 65,15. Peningkatan AHH tersebut merupakan

    gambaran kinerja pembangunan kesehatan yang meningkat.

    Daya beli masyarakat Provinsi Banten pada tahun 2012

    diestimasikan mencapai angka sebesar Rp. 635,50 (dalam ribu rupiah

    ppp), angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang sebesar

    Rp. 633,64 (dalam ribu rupiah ppp). Daya beli sangat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, seperti pendapatan dan inflasi (tingginya harga barang

    dan jasa).

    Perkembangan tingkat IPM Provinsi Banten serta tingkat IPM per

    kabupaten/kota diperlihatkan pada Tabel 2.4 berikut :

  • - 18 -

    Tabel 2.4 IPM Provinsi Banten dan Kabupaten/Kota

    Tahun 2009 - 2012

    No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012

    1 Kabupaten Pandeglang 67,99 68,29 68,77 n.a

    2 Kabupaten Lebak 67,45 67,67 67,98 n.a

    3 Kabupaten Tangerang 71,45 71,76 72,05 n.a

    4 Kabupaten Serang 68,27 68,67 69,33 n.a

    5 Kota Tangerang 74,89 75,17 75,44 n.a

    6 Kota Cilegon 74,99 75,29 75,60 n.a

    7 Kota Serang 69,99 70,61 71,45 n.a

    8 Kota Tangerang Selatan 75,01 75,38 76,01 n.a

    Provinsi Banten 70,06 70,48 70,95 71,22*)

    Sumber: BPS, Banten Dalam Angka 2012

    *)= hasil estimasi

    Jika melihat pola trend IPM Provinsi Banten dari tahun 2009 sampai

    dengan tahun 2012 terjadi peningkatan. Kenaikan yang cukup

    signifikan terjadi pada rentang waktu 2009 sampai dengan 2011,

    dengan rata-rata kenaikan IPM 0,44. Sedangkan pada tahun 2012

    mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 71,22.

    Peningkatan IPM ini merupakan indikator keberhasilan upaya

    membangun kualitas hidup manusia atau masyarakat di Provinsi

    Banten.

    2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

    Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan

    gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode

    tertentu terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup layanan

    urusan pemerintahan daerah.

    Fokus layanan urusan pemerintahan daerah dalam rangka

    meningkatkan kualitas pelayanan umum diarahkan pada :

    1. Pendidikan

    Pembangunan bidang pendidikan mampu meningkatkan angka

    partisipasi sekolah pendidikan dasar, yaitu dari 97,56% pada tahun

    2008 menjadi 97,85% pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 naik

    menjadi 98,01%, dan pada tahun 2011 naik menjadi 98,23%

    sedangkan pada tahun 2012 mencapai 98,49%.

    Pelayanan pendidikan juga dapat dilihat dari ketersediaan sekolah dan

    guru. Pada tahun 2012, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia

  • - 19 -

    sekolah untuk pendidikan dasar adalah 234,84; SLTP 350,96 dan SLTA

    501,80. Sedangkan rasio guru dengan murid 24,00 untuk tingkat

    Sekolah Dasar, SLTP 28,00 dan SLTA 26,50. Berdasarkan data Dinas

    Pendidikan Provinsi Banten tahun 2012, pada tahun 2012 jumlah

    guru SD/MI 68.301 orang, SMP/MTS 39.660 orang, SMA 10.783

    orang, MA 8.828 orang, dan SMK 10.973 orang. Untuk total

    ketersediaan guru 138.545 orang. Kondisi ini menunjukan bahwa

    pelayanan pendidikan berupa penyediaan sekolah dan guru, serta

    proses belajar mengajar pada ketiga jenjang pendidikan tersebut sudah

    ideal.

    Pada sisi lain berdasarkan total jumlah ketersediaan guru tersebut

    sudah sesuai kualifikasi 76.549 (55,25%) dan belum sesuai kualifikasi

    61.996 orang (44,75%). Hal ini menunjukan masih diperlukan upaya

    peningkatan kualitas guru melalui peningkatan kualifikasi dan

    sertifikasi.

    2. Kesehatan

    Status kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak hal dan

    diantaranya adalah faktor layanan kesehatan. Efektifitas faktor

    layanan kesehatan secara makro ditentukan, antara lain:

    1) Aksesibilitas sarana kesehatan, seperti: rumah sakit, puskemas

    dan balai pengobatan;

    2) Aksesibilitas tenaga pemberi layanan, seperti: dokter, perawat,

    bidan dan apoteker;

    3) Luas wilayah layanan serta jumlah yang harus dilayani. Semakin

    luas wilayah layanan, maka semakin berat upaya yang harus

    dilakukan untuk menjangkau masyarakat dan dijangkau

    masyarakat. Semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin

    besar beban tugas yang harus dilakukan.

    Pada tahun 2011, jumlah rumah sakit di Provinsi Banten sebanyak 69

    unit, Puskesmas sebanyak 222 unit sedangkan pada tahun 2012

    jumlah rumah sakit di Provinsi Banten sebanyak 72 unit, dan jumlah

    Puskesmas 228 unit. Pemberi layanan kesehatan pada tahun 2012,

    terdiri dari dokter sebanyak 3.174 orang, dokter gigi 578 orang, bidan

    4.187 orang, perawat 9.718 orang dan tenaga kesehatan lainnya

    sebanyak 3.445 orang. Pemerataan tenaga layanan kesehatan sangat

    penting dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Banten, karena

  • - 20 -

    pemerataan distribusi akan berdampak langsung pada kualitas dan

    aksesibilitas pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat

    perdesaan yang umumnya tergolong dalam masyarakat miskin.

    Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara

    rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan

    ringan dan pelayanan rawat inap bagi masyarakat yang mendapatkan

    gangguan kesehatan hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan

    Puskesmas dipersiapkan untuk pelayanan kesehatan dasar terutama

    pelayanan rawat jalan, sedangkan rumah sakit disamping memberikan

    pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani

    kunjungan rawat jalan.

    Upaya layanan kesehatan terhadap masyarakat miskin, secara

    berkelanjutan terus dilakukan. Namun masih saja menghadapi

    masalah seperti keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya

    status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan tubuh

    untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dan

    keluarga untuk tumbuh dan berkembang serta secara tidak langsung

    berpengaruh terhadap rendahnya derajat kesehatan ibu. Berdasarkan

    data olahan dari Banten Dalam Angka Tahun 2010, rasio rumah sakit

    0,67 dan Puskesmas 2,01 per seratus ribu penduduk.

    3. Transportasi

    Secara geografis, Provinsi Banten terletak pada jalur penghubung darat

    antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, sehingga ketersediaan jalan

    menjadi faktor yang sangat strategis. Pada tahun 2012 Provinsi Banten

    telah terlayani oleh ketersediaan jaringan jalan (jalan nasional dan

    jalan provinsi) sepanjang 1.329,38 Km. Total panjang jalan nasional

    berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

    631/Kpts/M/2009 adalah 476,49 Km dan total panjang jalan provinsi

    berdasarkan SK Gubernur Banten Nomor 761/Kep.1039-Huk/2011

    Tanggal 8 Desember 2011 adalah 852,89 Km.

    Tercatat jumlah mobil penumpang, barang, dan bus pada tahun 2012

    yaitu kendaraan umum 46.557 unit, kendaraan dinas (pemerintah)

    23.637 unit, dan kendaraan bukan umum sebanyak 3.430.713 unit.

    Sedangkan pada tahun 2011 tercatat jumlah kendaraan umum 45.729

    unit, kendaraan dinas (pemerintah) 19.415 unit, dan kendaraan bukan

    umum sebanyak 3.136.350 unit.

  • - 21 -

    Di Banten, terdapat 21 stasiun kereta api yang menghubungkan Merak

    dengan tanah abang dan jakarta kota. Jumlah penumpang dan barang

    yang diangkut oleh angkutan kereta api pada tahun 2011 mencapai

    4,49 juta orang, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2009

    yang hanya 4,55 juta orang. Sedangkan untuk jumlah barang yang

    diangkut oleh kereta api mengalami penurunan dari 424.471 ton

    barang pada tahun 2009 menjadi 313.804 ton barang pada tahun

    2011.

    Ketersediaan terminal Tipe A sebanyak 3 unit, Tipe B sebanyak 6 unit,

    dan terminal tipe C 10 unit. Selain itu terdapat juga 3 UPT

    pemeriksaan dan penimbangan kendaraan bermotor. Matra yang

    paling banyak digunakan dalam menunjang transportasi dari dan ke

    Provinsi Banten yang menjadi penghubung antar daerah di Provinsi

    Banten adalah transportasi darat karena merupakan matra yang

    paling mudah dan dapat digunakan oleh semua kalangan dengan

    berbagai keperluan dan kebutuhan. Oleh karena itu tingkat pelayanan

    prasarana jalan menjadi sangat vital kedudukannya karena menjadi

    salah satu barometer yang menentukan keberhasilan pertumbuhan

    dan pembangunan di Provinsi Banten.

    Untuk melayani pergerakan barang dan penumpang secara umum

    sistem jaringan jalan Provinsi Banten menggunakan pola cincin yang

    melingkar dari wilayah Utara sampai ke wilayah Selatan yang

    dihubungkan secara radial dengan jaringan jalan vertikal Utara-

    Selatan dan secara horizontal Timur-Barat. Konsep jaringan ring-

    radial dimaksudkan agar pergerakan penumpang dan barang dari

    pesisir menuju ke pusat kegiatan nasional, wilayah maupun lokal yang

    ada pada bagian tengah wilayah dapat dicapai dengan mudah.

    Pada saat ini jaringan jalan cincin bagian Barat dan Selatan sudah

    ditingkatkan statusnya menjadi jalan nasional. Sementara pada bagian

    utara masih berstatus sebagai jalan provinsi. Jalan horizontal timur-

    barat dilayani oleh jalan nasional serta jalan tol jakarta-merak dengan

    panjang lebih dari 90 Km, sedangkan jalan vertikal utara-selatan

    dilayani dengan jalan provinsi. Jalan kabupaten/kota melayani akses

    ketiga jalan itu.

    Di wilayah Provinsi Banten terdapat 4 (empat) bandara udara yaitu

    Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Udara Budiarto

    Curug, Bandara Udara Pondok Cabe dan Lapangan Terbang Gorda.

  • - 22 -

    Bandara Soekarno-Hatta adalah bandar udara terbesar di Indonesia

    dan menjadi pintu utama keluar-masuk internasional bagi Indonesia.

    Pada tahun 2011, menurut data dari Dishubkominfo Provinsi Banten

    banyaknya penerbangan dan penumpang domestik adalah sebanyak

    137.855 pesawat dan 17.44 juta orang. Sedangkan, banyaknya

    penerbangan dan penumpang internasional masing-masing sebanyak

    33.913 pesawat dan 5,3 juta orang. Sementara itu, jumlah angkutan

    pos yang diangkut mencapai 7.370 ton, terdiri dari 6.659 ton tujuan

    domestik dan 711 ton tujuan internasional. Jumlah kargo untuk

    tujuan domestik mencapai 172.853.895 Kg dan jumlah kargo tujuan

    internasional 54.055.632 Kg tujuan internasional.

    Pelabuhan Merak adalah pelabuhan penyeberangan yang

    menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, sehingga

    menjadikan pelabuhan penyeberangan tersibuk di Indonesia. Pada

    tahun 2011, jumlah trip angkutan penyeberangan di pelabuhan Merak

    sebanyak 29.875 trip, meningkat bila dibandingkan tahun 2010

    sebanyak 27.111 trip. Meskipun demikian, volume penumpang yang

    diangkut mengalami penurunan, bila pada tahun 2010 jumlah

    penumpang mencapai 1.347.335 orang, pada tahun 2011 jumlah

    penumpang hanya mencapai 1.322.112 orang. Sedangkan untuk unit

    kendaraan jumlahnya terus meningkat, pada tahun 2010 total

    kendaraan yang menyeberang mencapai 1.773.672 unit kendaraan,

    dan pada tahun 2011 mencapai 1.964.725 unit kendaraan.

    4. Perumahan

    Persentase kepemilikan perumahan di Provinsi Banten mengalami

    kenaikan dari 72,33% pada tahun 2010 menjadi 75,96% di tahun

    2011. Sebaliknya, persentase rumahtangga yang menempati rumah

    dengan status sewa/kontrak pada tahun 2010 sebesar 17,68% dan

    pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 14,88%, dan untuk

    status lainnya juga mengalami penurunan dari 9,99% pada tahun

    2010 menjadi 9,16% pada tahun 2011. Sementara itu, kondisi fisik

    rumah yang ditempati terlihat sedikit mengalami peningkatan. Tercatat

    persentase rumahtangga di Banten pada tahun 2011 yang menempati

    rumah dengan lantai bukan tanah 94,27%, berdinding tembok sebesar

    81,50% dan beratap genteng/beton sebesar 86,04%, lebih tinggi

    dibandingkan dengan tahun 2010 untuk lantai bukan tanah sebesar

  • - 23 -

    93,11%, berdinding tembok sebesar 82,25% dan beratap

    genteng/beton sebesar 85,60%.

    Akses terhadap air minum bersih sepertinya masih menjadi masalah

    yang cukup serius bagi penduduk Banten. Meskipun persentase

    rumah tangga dengan sumber air minum bersih mengalami

    peningkatan, tetapi pada tahun 2011 hampir separuh dari total

    rumahtangga di Banten belum mempunyai akses terhadap sumber air

    minum bersih. Adapun persentase sumber utama air bersih pada

    tahun 2010 adalah air ledeng 5,17%, air pompa 24,93, air sumur

    23,53% dan sumber utama air minum bersih lainnya sebesar 8,99%.

    Sedangkan pada tahun 2011 untuk air ledeng 5,13%, air pompa

    25,11%, air sumur 21,97% dan sumber utama air minum lainnya

    sebesar 6,95%.

    5. Lingkungan Hidup

    Luas kawasan hutan saat ini tercatat 208.161,27 ha atau 24,06%

    terhadap luas provinsi di Banten, namun demikian hasil pencitraan

    satelit luas vegetasi tutupan lahan masih 29,3%, padahal amanat

    Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang luas

    tutupan lahan seharusnya 30% dari luas wilayah. Lahan yang telah

    mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya atau lahan kritis

    di Banten mencapai 104.103,01 ha atau 12% dari luas wilayah,

    mengalami penurunan sebesar 11,71% dari luas lahan kritis

    sebelumnya yaitu 117.913,29 Ha. Penurunan luas lahan kritis tersebut

    disebabkan oleh keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan,

    baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun

    kabupaten.

    Masih tingginya luas lahan kritis disebabkan karena kemampuan

    rehabilitasi lahan belum mampu mengimbangi laju eksploitasi.

    Kebutuhan hasil hutan kayu setiap tahun tidak pernah berkurang,

    disisi lain kemampuan peningkatan suplai hasil hutan kayu belum

    mampu mengimbanginya. Laju ekspolitasi setiap tahun di Banten tidak

    kurang dari 12.000 Ha, sementara kemampuan rehabilitasi baru

    mencapai 8.000 Ha. Eksploitasi yang dilakukan dalam kawasan hutan

    oleh Perhutani dapat dikendalikan secara ketat, namun eksploitasi

    hasil hutan dari lahan masyarakat agak sulit dimonitor, karena

    penebangan mengikuti kebutuhan masyarakat (tebang butuh). Oleh

    karena itu, tidak mengherankan apabila 75% lahan kritis berada di

  • - 24 -

    lahan milik. Kondisi ini apabila tidak diimbangi oleh percepatan

    rehabilitasi dapat menimbulkan dampak lingkungan terhadap DAS

    yang kurang baik.

    Salah satu upaya untuk mengurangi lahan kritis adalah dengan

    melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan

    merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan yang

    ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS). Keberhasilan

    program rehabilitasi hutan dan lahan akan dapat meningkatkan

    produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama dalam aspek

    fungsi hidrologi, fungsi perlindungan tanah, stabilitas iklim mikro,

    penghasil O2, penyerap gas-gas pencemar udara, potensi sumberdaya

    terbarukan yang dapat dipanen, pelestarian sumberdaya plasma

    nutfah, perkembangbiakan ternak dan satwa liar serta pengembangan

    kepariwisataan. Kebijakan dan langkah dalam upaya rehabilitasi hutan

    dan lahan dilaksanakan melalui beberapa cara, diantaranya :

    1) Pengembangan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL).

    Pelaksanaan RHL tidak dilakukan secara parsial dan terkotak-

    kotak, tetapi lebih diarahkan kepada menggerakan seluruh

    komponen masyarakat. Untuk hal tersebut telah dilakukan

    program Gerakan Pembangunan Cinta Menanam (Gerbang Intan)

    yang merupakan icon daerah dalam upaya rehabilitasi hutan dan

    lahan. Gerakan RHL ini juga mendapatkan dukungan dari

    Pemerintah, berupa program One Man One Tree (OMOT), One

    Billion Indonesian Trees (OBIT) dan program penyediaan kebun bibit

    rakyat. Disisi lain BUMN seperti Perhutani, khususnya KPH Banten

    memprogramkan Perhutani Hijau dimana ditargetkan seluruh

    kawasan hutan tidak ada lagi tanah kosong (semua tertanami).

    Gerakan ini menyertakan semua unsur seperti LSM, Perusahaan,

    pemerintah daerah dan masyarakat dari berbagai tingkatan usia

    melalui kegiatan kebun bibit sekolah, kebun bibit desa,

    pengembangan ruang terbuka hijau, penanaman kanan kiri sungai

    dan sekitar mata air, penanaman kanan kiri jalan dan turus jalan,

    penghijauan halaman, dan penghijauan kompleks perumahan.

    Berikut ini disajikan gambaran keberhasilan rehabilitasi hutan dan

    lahan di Banten, dimana tahun 2010 ditargetkan penanaman 8.000

    ha, tercapai 27.621 ha, tahun 2011 ditargetkan 8.000 ha, tercapai

  • - 25 -

    30.618 ha dan tahun 2012 ditargetkan 8.000 ha dan tercapai

    37.745 ha.

    2) Pemberian insentif bagi daerah konservasi dan pelaku rehabilitasi.

    Daerah konservasi atau daerah hulu memegang peranan penting

    dalam suatu ekosistem daerah aliran sungai, misal memberikan

    perlindungan bagi daerah bawahan, menjadi tandon air bagi

    pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun demikian, masyarakat

    di daerah hulu ataupun daerah konservasi mempunyai tingkat

    kesejahteraan yang relative lebih rendah. Oleh karenanya

    diperlukan adanya pemberian insentif tertentu bagi daerah dan

    pelaku yang konsern dalam konservasi dan rehabilitasi lahan.

    Provinsi Banten melalui PT. Krakatau Tirta Industri yang dimediasi

    oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) telah memberikan

    insentif kepada masyarakat di daerah hulu/konservasi sebagai

    apresiasi terhadap kepedulian mereka dalam pengelolaan

    DAS,bentuk insentif yang diberikan adalah insentif pendapatan

    dari jasa lingkungan. Insentif ini diberikan kepada masyarakat

    yang terletak di daerah hulu DAS Cidanau dengan memberikan

    insentif sebesar Rp 1,2 juta/ha/tahun. Insentif diberikan dengan

    beberapa syarat ketat yaitu jumlah pohon berkayu per hektar

    minimal 500 pohon. Apabila dalam satu anggota dalam kelompok

    masyarakat tersebut terdapat tegakan pohon yang kurang dari

    ketentuan tersebut, maka seluruh anggota kelompok tidak akan

    mendapatkan insentif jasa lingkungan tersebut.

    3) Rehabilitasi lahan partisipatif

    Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup semakin hari

    menunjukan arah yang semakin baik begitu juga seperti yang

    dilakukan beberapa perusahaan melalui program Corporate Sosial

    Responsibility (CSR). CSR tidak diterjemahkan sebagai bantuan

    dari perusahaan tetapi sebagai bagian investasi jangka panjang,

    termasuk melakukan penyelamatan terhadap sumber daya alam

    yang semakin lama semakin terganggu keseimbangannya.

    Penyelamatan sumber daya alam tersebut antara lain melakukan

    rehabilitasi lahan dalam rangka perbaikan lingkungan. Kolaborasi

    pemanfaatan CSR yang diarahkan kepada upaya rehabilitasi lahan

    dan peningkatan ekonomi masyarakat telah berhasil dilakukan,

    antara lain sebagaimana Tabel 2.5 berikut :

  • - 26 -

    Tabel 2.5 Bentuk Kegiatan CSR Perusahaan di Provinsi Banten

    Tahun 2012

    No Kelompok Perusahaan Bentuk Kegiatan CSR

    1 Perbankan terdiri dari ; BNI 46,

    BTPN, Bank Indonesia, Bank

    Syariah Mandiri

    Penghijauan turus jalan, ruang

    terbuka hijau, bantuan bibit pohon

    2 Asosiasi terdiri dari ; Forum

    reklamasi areal bekas tambang, APKO, APKOT, APHI

    Penghijauan turus jalan, bantuan

    bibit

    3 Pertanian, Perkebunan dan

    Kehutanan terdiri dari PTPN VIII, PT

    SRIWI, PT Cargill Indonesia,

    Perhutani

    Penghijauan turus jalan, bantuan

    bibit, pengembangan hutan rakyat

    4 Energi dan pertambangan terdiri

    dari PT Aneka Tambang, PT

    Indonesia Power, PT PLN

    Penghijauan lingkungan, bantuan

    bibit, penghijaun turus jalan, ruang

    terbuka hijau, penghijauan waduk/situ

    5 Perhubungan dan Telekomunikasi

    terdiri dari PT Garuda Indonesia, PT

    Indosat

    Penghijauan lingkungan, bantuan

    bibit

    6 Kesehatan dan lainnya terdiri dari

    PT Askes, PT Krakatau Tirta

    Industri

    Penghijauan lingkungan, bantuan

    bibit, kebun bibit

    Sumber: BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2012

    Frekuensi terjadinya bencana di Provinsi Banten pada tahun 2009 ke

    tahun 2010 mengalami penurunan, yaitu dari 20 kali/tahun menjadi 7

    kali/tahun, kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang

    cukup tinggi menjadi 33 kali/tahun. Kenaikan yang terjadi pada tahun

    2011 adalah bencana puting beliung yang terjadi dibeberapa kawasan

    di Provinsi Banten. Pada tahun 2011 berdasarkan penelusuran data

    dari Dinas Sosial Provinsi Banten, korban akibat bencana di Provinsi

    Banten 5.103 orang terdiri dari 4.924 orang korban bencana alam dan

    179 orang korban bencana sosial. Pada tahun 2012 untuk korban

    bencana alam yang mengungsi sebanyak 20.080 orang dan korban

    yang meninggal sebanyak 2 orang, luka ringan sebanyak 1 orang dan

    luka berat sebanyak 1 orang. Untuk menjawab berbagai tantangan

    yang berkaitan dengan lingkungan hidup tersebut, Provinsi Banten

    pada tahun 2012 telah melakukan beberapa strategi yaitu

    meminimalisasi dampak lingkungan akibat pembangunan,

    meningkatkan pentaatan hukum lingkungan, meningkatkan akses

    Informasi lingkungan hidup, meningkatkan koordinasi dalam

    pengendalian dampak lingkungan. Berdasarkan strategi tersebut

    berikut kebijakan yang diterapkan BLHD yaitu pembinaan kesadaran

    masyarakat dalam menjaga sumber daya alam dari kerusakan dan

    pencemaran udara, daratan dan lautan, Penegakan pelaksanaan

  • - 27 -

    perundang-undangan untuk mewujudkan pembangunan yang

    berwawasan lingkungan, penyusunan sistem informasi dan pemetaan

    SDA dan lingkungan yang potensial dan telah mengalami pencemaran

    dan kerusakan, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup dan

    pengendalian dampak lingkungan. Guna mewujudkan strategi tersebut

    selama tahun 2012 telah dilaksanakan program-program yaitu

    program perlindungan dan konservasi sumberdaya alam, program

    pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Program-program

    perlindungan dan konservasi sumberdaya alam telah dilaksanakan

    kegiatan konsevasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan

    sumber-sumber air, peningkatan peran serta masyarakat dalam

    perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

    Program pengendalian pencemaran lingkungan hidup pada tahun

    2012 terwujud dalam kegiatan pemantauan kualitas lingkungan

    hidup, pengelolaan limbah domestic dan limbah b3, peningkatan

    edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan,

    pengkajian dampak lingkungan, pengawasan kebijakan pengendalian

    pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

    Program perlindungan dan konservasi sumberdaya alam terwujud

    dalam kegiatan konservasi sumber daya air dan pengendalian

    kerusakan sumber daya air; dan kegiatan peran serta masyarakat

    dalam perlindungan konservasi sumber daya air.

    Program dan kegiatan lain yang dianggap penting untuk pengendalian

    dan meminimalisir dampak lingkungan terdapat dalam program

    penataan perumahan, pemukiman dan kawasan sentra produksi, pada

    tahun 2012 dibawah Dinas SDAP melaksanakan kegiatan

    pembangunan jalan akses sentra produksi kawasan pusat

    pertumbuhan, peningkatan prasarana lingkungan kawasan binaan,

    penyediaan prasarana dan sarana air bersih, perencanaan

    pengembangan infrastruktur bidang sumber daya air dan pemukiman,

    dan untuk meminimalkan dampak banjir dalam program

    pengembangan, pengelolaaan dan pengendalian sumber daya air juga

    dilaksanakan kegiatan pengendalian banjir pada daerah tangkapan air

    dan badan - badan sungai di ws cidurian cisadane, pengendalian

    banjir pada daerah tangkapan air dan badan - badan sungai di ws

    ciliman cisawarna.

  • - 28 -

    Berbagai permasalahan yang terkait dengan pencemaran lingkungan

    masih ditemui dibeberapa daerah, seperti rencana pembangunan

    pabrik pengolahan limbah B3 di Desa Bulakan, Kecamatan Cibeber

    Kota Cilegon, yang mendapatkan reaksi terkait dengan kehawatiran

    masyarakat setempat maupun masyarakat sekitarnya serta Pemerintah

    Kabupaten Serang dikarenakan lokasi yang terletak diwilayah

    perbatasan. Pemerintahan Kota Cilegon dipandang kurang atau tidak

    melakukan inisiatif koordinasi di awal perencanaan dengan Pemerintah

    Kabupaten Serang dan Pemerintah Provinsi Banten. Sementara,

    perijinan pengolahan limbah B3 adalah kewenangan pemerintah pusat

    yang dalam prosesnya juga melibatkan kebijakan Gubernur Banten.

    Kerawanan kasus pencemaran udara pada kawasan-kawasan industri,

    seperti pencemaran debu dan gas yang melebihi baku mutu (kategori

    berat) di Cilegon, serta tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu

    (kategori berat) di Tangerang, Serang, Cilegon. Sementara itu

    pencemaran udara juga merebak pada kawasan permukiman

    sebagaimana kasus Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Bagendung

    Kota Cilegon dikarenakan pengelolaan sampah masih tersentralisasi

    pada level kabupaten/kota yang menggunakan cara ditimbun dan

    dibakar, walaupun dibeberapa kabupaten/kota sudah

    dirancang mengunakan teknologi sanitary landfill. tapi pada kenyataan

    dilapangan masyarakat masih melakukan proses open dumping.

    Sebenarnya pengelolaan sampah dapat dilakukan secara sederhana

    dan sangat mudah seperti membiasakan memisahkan sampah organik

    dan non organik sehingga mudah untuk pengelolaannya, yang organik

    bisa didaur ulang menjadi pupuk kompos dan yang non organik bisa

    dijual untuk dijadikan daur ulang bijih pelastik dan besi.

    6. Komunikasi dan Informatika

    Pada aspek telekomunikasi, cakupan layanan untuk infrastruktur

    telekomunikasi belum bisa menjangkau setiap pelosok wilayah,

    dicirikan dengan adanya beberapa wilayah yang belum terlayani.

    Khusus untuk layanan jasa telepon kabel, beberapa daerah

    perkotaan pada tahun 2010 angka teledensitasnya sudah tinggi

    (>10), sedangkan untuk daerah kabupaten kondisi teledensitasnya

    masih rendah, terutama untuk jaringan telekomunikasi perdesaan.

    Lambatnya pertumbuhan pembangunan sambungan tetap tersebut

    salah satunya disebabkan oleh bergesernya fokus bisnis penyelenggara

  • - 29 -

    kepada pengembangan telekomunikasi bergerak (selular). Untuk

    pengembangan jaringan telekomunikasi perdesaan saat ini telah

    dilakukan berbagai upaya salah satunya melalui program Kemampuan

    Pelayanan Universal (KPU)/Universal Service Obligation (USO) yang

    digagas oleh pemerintah pusat sebanyak 40 USO.

    Cakupan layanan komunikasi dan informatika untuk surat kabar telah

    menjangkau hingga ke pelosok wilayah. Berdasarkan data

    Perhubungan, Komunikasi dan informatika dalam angka tahun

    2010, terdapat operator seluler 7 operator, surat kabar nasional yang

    ada berjumlah 39, sedangkan jumlah surat kabar lokal sebanyak 6

    surat kabar. Pada tahun 2012 penyiaran radio dan TV yang telah

    memliki perizinan di Provinsi Banten adalah sebanyak 51 buah

    stasiun radio dan 11 lembaga penyiaran TV.

    7. Penataan Ruang

    Arahan penataan ruang berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54

    tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekjur

    yang berkaitan dengan kebijakan penataan ruang melalui Peraturan

    Daerah Nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Provinsi Banten tahun 2010-2030 adalah sebagai berikut :

    1) Pengembangan sistem pusat permukiman di Kawasan

    Jabodetabekjur untuk mendorong pengembangan Pusat Kegiatan

    Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta, dengan kota inti adalah

    Jakarta dan kota satelit adalah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,

    dan kota lainnya;

    2) Pengembangan jalan lingkar luar kedua (JORR 2) dan jalan

    radialnya sebagai pembentuk struktur ruang Jabodetabekjur dan

    untuk memberikan pelayanan pengembangan sub pusat perkotaan

    seperti Serpong/Kota Mandiri Bumi Serpong Damai, Cinere,

    Cimanggis, Cileungsi, Setu, dan Tambun/Cikarang;

    3) Peningkatan pemanfaatan jaringan jalur kereta api pada ruas-ruas

    tertentu sebagai prasarana pergerakan komuter dari wilayah Bogor,

    Tangerang, Bekasi, dan Depok ke Daerah Khusus Ibukota Jakarta

    dan sebaliknya;

    4) Pengembangan jalan yang menghubungkan antar wilayah dan

    antar pusat-pusat permukiman, industri, pertanian, perdagangan,

    jasa dan simpul-simpul transportasi serta pengembangan jalan

    penghubung antara jalan non-tol dan jalan bebas hambatan;

  • - 30 -

    5) Pengembangan sistem jaringan transportasi masal yang

    menghubungkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan pusat-

    pusat di sekitarnya;

    6) Arahan pengembangan prasarana drainase dan pengendalian banjir

    di Kawasan Jabodetabekjur dilakukan melalui upaya :

    a. Rehabilitasi hutan dan lahan serta penghijauan kawasan

    tangkapan air;

    b. Penataan kawasan sungai dan anak-anak sungainya;

    c. Normalisasi sungai-sungai dan anak-anak sungainya;

    d. Pengembangan waduk-waduk pengendali banjir dan pelestarian

    situ-situ serta daerah retensi air;

    e. Pembangunan prasarana dan pengendali banjir; dan

    f. Pembangunan prasarana drainase.

    7) Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Jabodetabekjur

    diarahkan dikembangkan secara terpadu melalui kerjasama antar

    daerah dengan mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.

    Penentuan lokasi tempat pembuangan akhir di Kawasan

    Jabodetabekjur harus memperhatikan daya tampung dan volume

    sampah domestik dan non domestik dari Jakarta, Bogor,

    Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur, serta berada pada jarak

    aman yang tidak mencemari lingkungan di sekitarnya.

    8) Zona Penyangga dalam kawasan budi daya mempunyai potensi

    untuk reklamasi yang penyelenggaraannya dilakukan secara

    bertahap dengan koefisien zona terbangun antara 40%-45% dengan

    jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 (dua ratus)

    meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang

    menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter dan harus

    mempertimbangkan karakteristik lingkungan.

    Cakupan pelayanan umum penataan ruang secara detail disusun dan

    dilaksanakan oleh kabupaten/kota, sedangkan provinsi memberikan

    arahannya. Proporsi ruang terbuka hijau (RTH) di daerah perkotaan

    adalah sebesar 30% yang terdiri dari: (1) 20% RTH Publik, dimana

    pemerintah yang harus mengadakan baik pembebasan lahannya

    maupun komponen penunjangnya, dan (2) 10% dilaksanakan oleh

    private yaitu lahan RTH yang ada di kawasan pemukiman atau lahan

    pekarangan rumah.

  • - 31 -

    Pemerintah daerah juga diarahkan untuk mempunyai inisiasi

    membuat RTH di pemukiman padat dengan perhitungan tertentu,

    karena selain berfungsi sebagai paru-paru kota dan bersisoalisasi,

    juga untuk evakuasi bencana.

    8. Pemerintahan

    Provinsi Banten secara administratif terdiri dari 4 Kabupaten yaitu

    Pandeglang, Lebak, Tangerang dan Serang, serta 4 Kota yaitu

    Tangerang, Cilegon, Serang dan Tangerang Selatan. Adapun jumlah

    kecamatan di seluruh Banten sebanyak 155, sedangkan jumlah desa

    dan Kelurahan menjadi 1.551 (Surat Menteri Dalam Negeri Nomor :

    146.2/2006/PMD tanggal 22 Maret 2012).

    Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintahan Provinsi

    Banten selama periode tahun 2010-2011 menunjukkan adanya

    peningkatan yang signifikan, yaitu dari 3.577 orang menjadi 3.868

    orang. Pada tahun 2010 proporsi PNS laki-laki sebanyak 2.369 orang

    dan perempuan sebanyak 1.208, sedangkan tahun 2011 jumlah laki-

    laki sebanyak 2.493 orang dan perempuan sebanyak 1.375 orang.

    Pada tahun 2012 jumlah PNS di Provinsi Banten sebanyak 3.878

    orang, laki-laki sebanyak 2.481 orang dan perempuan sebanyak 1.397

    orang.

    Keberadaan organisasi dan tata kerja perangkat daerah Pemerintah

    Provinsi Banten sebagai penyelenggara pemerintahan daerah terdapat

    ketidaksesuaian antara kewenangan dengan kelembagaan, duplikasi

    tugas dan fungsi serta tugas yang tidak terwadahi, sehingga diperlukan

    penataan organisasi perangkat daerah agar efisien, efektif, dan rasional

    sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

    Hal tersebut diatas dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang

    baik, bersih dan terstruktur, sistematika, terorganisir, transparan dan

    akuntabel diperlukan organisasi perangkat daerah Pemerintah

    Provinsi Banten yang bersinergi dengan pemerintah, pemerintah

    daerah kabupaten/kota dalam melayani masyarakat. Sehingga

    Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2012 telah membentuk

    Peraturan Daerah Nomor 3 tentang Pembentukan Organisasi

    Perangkat Daerah Provinsi Banten pada tanggal 8 Agustus 2012.

  • - 32 -

    9. Ketenagakerjaan

    Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang cenderung fluktuaktif,

    dengan TPAK pada 2011 mencapai 5.210.224 orang (67,79%).

    Sedangkan pada tahun 2012, jumlah angkatan kerja terus bertambah

    hingga menjadi 5.398.644 orang (69,36%).

    Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Banten hanya sebesar 85,87%,

    padahal di provinsi lainnya minimal 88,68%. Meskipun demikian,

    tingkat pengangguran terbuka (TPT) terlihat semakin menurun, dari

    13,06% di tahun tahun 2011 menjadi 10,13% pada 2012.

    Bila diperhatikan menurut komposisi lapangan usaha pekerjaan, sektor

    perdagangan, hotel, dan restoran masih mendominasi penyerapan

    tenaga kerja di Banten, dengan persentase mencapai 25,81%.

    Disusul kemudian oleh sektor industri pengolahan sebesar 22,63%,

    sektor pertanian dan sektor keuangan 18,81%, real estate dan jasa-

    jasa 18,55%, sedangkan yang diserap oleh sektor ekonomi lainnya

    sebesar 14,20%.

    10. Pertanian

    Berdasarkan data resmi terakhir berupa Angka Sementara (ASEM)

    tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

    Banten, produksi beras di Provinsi Banten mencapai 1.865.893 ton

    (GKG) di tahun 2012 dengan provitas sebesar 51,45 Hasil/Ha (Ku) dan

    luas panen seluas 362.636 Ha. Bila dibandingkan dengan produksi

    padi di tahun 2011 produksi padi di tahun 2012 mengalami penurunan

    sebesar 4,30%. Hal ini disebabkan oleh kekeringan di Banten pada

    Periode Bulan Mei-November 2012 dan juga terjadinya banjir pada

    akhir tahun.

    Dampak dari kekeringan menyebabkan puso ditahun 2012 mencapai

    14.943 Ha, serta menurunnya tingakat produktivitas padi karena

    berada pada masa pertumbuhan, khususnya pada siklus pengisian

    bulir-bulir padi tanaman tidak mendapatkan pasokan air.

    Sementara itu untuk komoditas palawija, pada periode tahun 2009-

    2012 produksi tanaman palawija lainnya berfluktuatif dengan sebagian

    besar mempunyai kecenderungan untuk meningkat, seiring dengan

    meningkatnya luas panen tanaman tersebut.

    Selain padi, Provinsi Banten juga memiliki komoditas tanaman

    unggulan lain, diantaranya adalah tanaman anggrek dengan tingkat

  • - 33 -

    produksi yang tertinggi di Indonesia. Sentra produksi tanaman

    tersebut terdapat di Kota Tangerang Selatan dan menjadi salah satu

    obyek wisata di Banten. Emping melinjo yang sudah diekspor hingga

    ke Timur Tengah, dengan sentra produksi terdapat di Kabupaten

    Pandeglang dan Kota Cilegon. Gula aren yang dapat digunakan

    sebagai panganan dengan sentra produksi di Kabupaten Lebak,

    buah melon dengan kualitas ekspor yang terkonsentrasi di Kota

    Cilegon, dan buah durian asal Kabupaten Pandeglang dan Serang

    memiliki rasa yang khas.

    Program dan kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2012,

    mengoptimalkan peran peternakan berbasis masyarakat. Hal ini

    dilakukan karena kondisi dan potensi yang dimiliki oleh peternakan

    masyarakat di Provinsi Banten sangat besar dalam pencapaian

    PSDSK. Selain itu, melalui optimasi peran serta peternakan

    masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan peternak itu sendiri.

    Melalui APBD dan APBN TA. 2012, Dinas Pertanian dan Peternakan

    (Distanak) Provinsi Banten telah memfasilitasi dan menstimulasi

    kegiatan peternakan masyarakat dalam meningkatkan produksi

    peternakan di Provinsi Banten di tahun 2012.

    Dapat diketahui bahwa produksi daging di Provinsi Banten di tahun

    2012 mencapai 175,922,416 Kg dari target produksi sebesar

    182,242,133 Kg. Jumlah ini mengalami kenaikan nyata dibandingkan

    dengan produksi daging di tahun 2010 yang hanya mencapai

    136,502,264 Kg dari target sebesar 136,502,264 Kg dan di tahun 2011

    mencapai 170,195,129 Kg dari target produksi sebesar 167,214,193 Kg.

    Belum tercapainya target produksi di tahun 2012 dapat disebabkan

    oleh beberapa hal yang saling berkaitan, diantaranya jumlah hewan

    ternak yang masuk ke Rumah Pemotongan Hewan / Unggas (RPH/U),

    permintaan pasar akan produk daging sebagian komoditi hewan

    ternak, semakin tingginya harga produk daging dan adanya peralihan

    konsumsi masyarakat terhadap daging ke telur sebagai produk

    subtitusi yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani.

    Perkembangan produksi telur di Provinsi Banten di tahun 2012 telah

    mencapai sebesar 89.788.664 Kg dari target produksi sebesar

    84.868.672 Kg meningkat dibandingkan dengan produksi di tahun

    2010 yang hanya mencapai 56.809.969 Kg dengan target produksi

  • - 34 -

    56.809.969 Kg dan tahun 2011 sebesar 82.849.803 Kg melampaui

    target produksi sebesar 82.838.088 Kg.

    11. Kelautan dan Perikanan

    Untuk sektor Kelautan dan Perikanan, Pada Tahun 2012 Kinerja

    Produksi perikanan di Banten mencapai 74,51% (target 210.033,30 ton

    realisasi 156.489 ton). Produksi perikanan dibagi dua yaitu produksi

    perikanan tangkap dan produksi perikanan budidaya. Produksi

    perikanan tangkap di Banten mencapai 95,50% (target 66.427 ton

    realisasi 63.436 ton), dengan produksi tertinggi di Kabupaten

    Pandeglang sebanyak 24.093 ton. Untuk produksi budidaya di Banten

    mencapai 64,80% (target 143.606,30 ton realisasi 93.053 ton), dengan

    produksi tertinggi di Kabupaten Serang sebanyak 57.524 ton.

    Provinsi Banten memiliki empat komoditas unggulan dalam kegiatan

    perikanan Budidaya, yaitu rumput laut, kerang hijau, bandeng dan

    udang. Produksi rumput laut di Banten mencapai 53.163,47 ton

    dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang sebanyak 52.422 ton.

    Produksi kerang hijau di Banten mencapai 1.919 ton dengan produksi

    tertinggi Kabupaten Tangerang sebanyak 1.437 ton. Produksi bandeng

    di Banten mencapai 8.790 ton dengan produksi tertinggi di Kabupaten

    Tangerang sebanyak 5.726 ton. Sedangkan untuk produksi udang di

    Banten mencapai 882 ton dengan produksi tertinggi di Kabupaten

    Serang sebanyak 516 ton.

    12. Pertambangan dan Energi

    Untuk sektor listrik, di Banten terdapat dua pembangkit listrik yang

    masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa Bali, yaitu PLTU Suralaya

    di Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU

    Labuan di Kabupaten Pandeglang. Sedangkan, distribusi listrik PLN di

    Banten dilakukan oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

    dan PT PLN Distribusi Provinsi Banten dan DKI Jakarta.

    Jumlah energi listrik yang terjual di Banten pada tahun 2011

    mencapai 17,68 juta MWh, dengan hampir dua per tiga nya dibeli oleh

    pelanggan industri. Pelanggan rumahtangga meskipun jumlahnya lebih

    banyak tapi mengkonsumsi energi listrik hanya sebesar 20,81%. Rasio

    elektrifikasi di Provinsi Banten pada tahun 2012 adalah sebesar

    81,04%.

  • - 35 -

    13. Industri dan Perdagangan

    Berdasarkan data kontribusi PDRB Provinsi Banten selama 2 (dua)

    tahun terakhir, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi

    terbesar yakni sebesar 47,69% dan 45,95% pada tahun 2011 dan

    tahun 2012

    Pada tahun 2012, sektor perindustrian memberikan kontribusi

    terbesar kepada kelompok sektor sekunder yakni sebesar 48.517,64

    (Miliar Rupiah, atas dasar harga konstan 2000, tahun 2011 - 2012)

    dengan laju pertumbuhan sebesar 3,15% pada tahun 2012.

    Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai

    peran yang sangat penting dalam sebagian proses pembangunan di

    Provinsi Banten. Nilai tambah yang dihasilkan dari industri pengolahan

    khususnya Industri Besar dan Sedang (IBS) merupakan yang terbesar

    kontribusinya dari sembilan sektor ekonomi di Provinsi Banten. Laju

    Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang pada tahun 2012 juga

    mengalami peningkatan yakni sebesar 2,73% dari periode tahun

    sebelumnya.

    Pertumbuhan produksi Industri Mikro dam Kecil triwulan IV Tahun

    2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,16 persen dari triwulan yang sama

    pada periode tahun sebelumnya (triwulan IV tahun 2011) berbanding

    lurus dengan nasional yang naik sebesar 1,89 persen.

    Secara keseluruhan, industri di Provinsi Banten baik berskala besar

    dan sedang maupun mikro dan kecil mengalami pertumbuhan

    produksi yang positif. Hal ini pun memberikan pengaruh yang positif

    kepada peningkatan nilai tambah industri yang kemudian berdampak

    pada peningkatan PDRB Provinsi Banten yang mencapai 99,999,85

    (Miliar Rupiah, atas dasar harga konstan tahun 2011 - 2012).

    Sedangkan pada sektor perdagangan, kontribusi PDRB Provinsi Banten

    selama 2 (dua) tahun terakhir, memberikan kontribusi terbesar kedua

    yakni sebesar 18,50% dan 19.24%, pada tahun 2011 dan tahun 2012.

    Sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar kepada kelompok

    sektor tersier yakni sebesar 20,087.54 (Miliar Rupiah, atas dasar harga

    konstan 2000, tahun 2011 - 2012) dengan laju pertumbuhan sebesar

    11,28%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya nilai ekspor impor pada

    tahun 2012.

  • - 36 -

    14. Pariwisata

    Sebagai daerah yang selama ini dikenal dengan wisata pantainya, di

    Banten pada tahun 2011 terdapat 246 usaha akomodasi dengan 6.933

    kamar dan 10.898 tempat tidur. Dari seluruh usaha akomodasi

    tersebut, 3.428 kamar tersedia di hotel berbintang dan 3.505 kamar

    terdapat pada hotel non bintang. Jumlah hotel berbintang sendiri

    sebanyak 46 unit dengan tingkat hunian kamar sebesar 37,88%, lebih

    tinggi dibandingkan dengan tingkat hunian kamar hotel non bintang

    yang hanya 25,72%.

    Pada tahun 2011 jumlah tamu yang menginap di Hotel pada tahun

    2011 mencapai 1,27 juta orang, terdiri dari wisatawan mancanegara

    sebanyak 0,06 juta orang dan 1,21 juta wisatawan nusantara, di tahun

    2011 wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara

    menginap di hotel berbintang ataupun hotel non bintang mengalami

    penurunan dan rata-rata hanya menginap kurang dari dua hari.

    2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah

    Sektor perbankan di Banten baik konvensional maupun syariah

    selama periode 2010-2011 telah menunjukkan pencapaian kinerja yang

    menggembirakan. Hal ini terlihat dengan bertambahnya pangsa pasar

    perbankan, dimana jumlah kantor bank dan nasabah secara total masing-

    masing meningkat dari 636 unit dan 3,40 juta nasabah pada tahun 2010

    menjadi 646 unit dan 3,71 juta nasabah pada tahun 2011. Disamping itu,

    jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun sampai akhir tahun

    2011 secara total juga meningkat hingga mencapai 70,17 triliun rupiah,

    padahal pada tahun 2010 masih sebesar 56,83 triliun rupiah. Adapun

    total pinjaman yang disalurkan oleh kalangan perbankan baik

    konvensional maupun syariah untuk lokasi proyek di Banten sampai

    akhir tahun 2011 mencapai 112,22 triliun rupiah, lebih tinggi

    dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 81,71 triliun rupiah.

    Selain sebagai daerah penyangga bagi Ibukota DKI Jakarta, Banten

    merupakan jalur darat yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera

    serta dapat dilalui oleh tiga moda transportasi sekaligus yaitu darat, laut

    dan udara. Karena itu, Banten menjadi salah satu daerah tujuan investasi

    di Indonesia, dengan total nilai investasi yang masuk setiap tahun

    cenderung mengalami peningkatan. Realisasi nilai penanaman modal

    dalam negeri (PMDN) di Banten sendiri pada tahun 2011 mencapai 4,1

  • - 37 -

    triliun rupiah atau sekitar 5,40 % dari total nilai PMDN di Indonesia yang

    mencapai 76,0 triliun rupiah. Sedangkan realisasi nilai penanaman modal

    asing (PMA) pada tahun 2011 mencapai 2,2 miliar US$ atau sekitar 11,15

    % dari total nilai PMA di Indonesia yang sebesar 19,5 miliar US$.

    Jumlah tenaga kerja pada tahun 2011 yang bekerja pada

    perusahaan PMA sebanyak 9.131 orang dan pada perusahaan PMDN

    sebanyak 4.702 orang, sedangkan untuk jumlah perusahaan PMA

    sebanyak 56 perusahaan dan PMDN sebanyak 16 perusahaan. Rasio daya

    serap tenaga kerja pada tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.6

    dibawah ini:

    Tabel 2.6 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Di Provinsi Banten

    Tahun 2010 - 2011

    NO Uraian PMA PMDN

    2010 2011 2010 2011

    1 Jumlah tenaga kerja yang bekerja

    pada perusahaan PMA/PMDN 13.260 9.131 5.205 4.702

    2 Jumlah seluruh PMA/PMDN 61 56 15 16

    3 Rasio daya serap tenaga kerja 191,80 163,05 193,60 293,87

    Sumber: BPS, Banten Dalam Angka 2012

    Mengakhiri tahun 2012 harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok

    masyarakat di Banten secara umum kembali mengalami kenaikan, hal ini

    terlihat dari naiknya angka Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 135,88

    pada bulan Nopember 2012 menjadi 136,38 pada bulan Desember 2012

    atau terjadi perubahan indeks (inflasi) 0,37%. Laju inflasi tahun kalender

    (Januari - Desember 2012) maupun Inflasi Year on Year (IHK Desember

    2012 terhadap IHK Desember 2011) tercatat 4,37%.

    Pada Desember 2012 NTP Banten adalah 111,07 yang berarti

    mengalami kenaikan sebesar 1,12% dibandingkan NTP bulan November

    2012 yang sebesar 109,83%. Semua subsektor mengalami kenaikan

    indeks yaitu tanaman pangan naik 1,56% dari 113,10% menjadi 114,87%,

    hortikultura naik 0,29% dari 110,89% menjadi 111,21%, perkebunan naik

    0,99% atau naik dari 105,78% menjadi 106,83%, subsektor peternakan

    naik 0,76%, atau naik dari 101,32% menjadi 102,09%, dan subsekor

    perikanan naik 0,81% atau naik dari 99,17% menjadi 99,97%.

  • - 38 -

    2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD TAHUN

    2012

    Untuk mengukur tingkat kinerja pada empat agenda pembangunan

    yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Banten dalam

    mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),

    harus merujuk pada rencana capaian ke 4 (empat) agenda tersebut

    sebagaimana tercantum dalam RPJMD Provinsi Banten Tahun 2007

    2012. Ada 9 (sembilan) Indikator Makro Pembangunan untuk mengukur

    kinerja pemerintah daerah. Indikator tersebut yaitu :

    1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

    3. Indeks Pembangunan Daerah (IPD)

    4. Indeks Pembangunan Gender (IPM-G)

    5. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

    6. Jumlah Penduduk Sangat Miskin (Penduduk Miskin)

    7. Persentase Rumah Tangga Miskin (RTM)

    8. Jumlah Pengangguran Terbuka

    9. Persentase Pengangguran Terbuka

    Pada indikator IPM, pada tahun 2012 Pemerintah Provinsi Banten

    berhasil mencapai angka 71,22%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan

    dengan capaian IPM tahun 2011 yaitu 70,95. Hal ini menunjukan Provinsi

    Banten cukup berhasil meningkatkan kinerja dalam bidang pembangunan

    manusia dari tahun sebelumnya. Kondisi ke 9 (sembilan) indikator kinerja

    Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2012 terlihat sebagaimana Tabel 2.7.

    Tabel 2.7 Indikator Makro Pembangunan Daerah di Provinsi Banten

    Tahun 2011-2012

    No Indikator Satuan 2011 2012 Capaian

    % Target Realisasi

    1 Indeks Pembangunan

    Manusia (IPM) % 70,95 72,88 71,22 97,72

    2 Laju Pertumbuhan

    Ekonomi (LPE) % 6,43

    6,50

    6,80 6,15 92,48

    3 Indeks Pembangunan Daerah (IPD)

    % 93,15 89,20-90,00

    96,54 107.75

    4 Indeks Pembangunan

    Gender (IPM-G) % 65,00 67,40 63,84 117,79

    5 Indeks Pemberdayaan

    Gender (IDG) % 53,00 54,20 71,02 131,03

    6 Jumlah Penduduk Sangat

    Miskin Jiwa 690.870

    650.000-

    600.000

    648.254 96,28

    7 Persentase Rumah Tangga Miskin (RTM)

    % 24,58 25-23 20,00 116.67

  • - 39 -

    No Indikator Satuan 2011 2012 Capaian

    % Target Realisasi

    8 Jumlah Pengangguran

    Terbuka Jiwa 680.564 600.00 519.210 113.47

    9

    Persentase Pengangguran

    Terbuka (% jumlah pengangguran/jumlah

    penduduk)

    % 7,15 5,60-5,20 4,61 114,63

    Persentase Pengangguran

    Terbuka (% jumlah

    pengangguran/Jumlah

    angkatan kerja)

    % 13,06 12,25 10,13 117,51

    Sumber: BPS, Banten Dalam Angka 2012 dan BRS 2013

    Pencapaian indikator-indikator makro ini merupakan capaian

    kinerja dari seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Banten baik

    pemerintah yang terdiri dari pemerintah pusat, provinsi maupun

    kabupaten/kota serta kontribusi terbesar berasal dari swasta dan

    masyarakat.

    Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya LPE Provinsi

    Banten pada tahun 2011 berada pada angka 6,39%, angka ini kemudian

    menjadi 6,15% di tahun 2012.

    Hal lain berdasarkan indikator makro di Provinsi Banten terjadi

    penurunan jumlah penduduk sangat miskin menjadi 648.254 jiwa pada

    tahun 2012. Angka realisasi tersebut lebih baik dibandingkan dengan

    realisasi pada tahun 2011 yaitu 690.870 jiwa. Berdasarkan target dan

    realisasi capaian kinerja penurunan penduduk sangat miskin di Provinsi

    Banten sebesar 96,28%.

    Relevansi penurunan jumlah penduduk sangat miskin tersebut

    dapat terlihat pada indikator Persentase RTM yang mengalami penurunan

    dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, Persentase RTM di Provinsi

    Banten mencapai angka 24,58%, dan jumlah ini menurun menjadi

    20,00% pada tahun 2012, capaiannya sudah melampaui target yang

    sudah ditetapkan yaitu 116,67%.

    Pada indikator IPD, Provinsi Banten juga menunjukan peningkatan

    dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 Provinsi Banten mencapai angka

    93,15%, jumlah ini kemudian menjadi 96,54% pada tahun 2012.

    Capaiannya melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 107,75%. Hal ini

    menunjukan bahwa Pemerintah Provinsi Banten telah dapat

    meningkatkan keberdayaan pemerintah, perkembangan wilayah dan

    keberdayaan masyarakat dari tahun sebelumnya melalui berbagai program

    dan kegiatan yang dilaksanakan.

  • - 40 -

    Tahun 2012, jumlah pengangguran terbuka mencapai angka

    519.210 Jiwa, jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan pada

    tahun 2011 yang mencapai 680.564 jiwa, bahkan dengan upaya yang telah

    dilakukan secara bersama dan sinergis diantara pelaku pembangunan di

    Provinsi Banten mampu mengurangi TPT di Provinsi Banten dari 13,06%

    pada tahun 2011 menjadi 10,13%. Selain melalui 9 (sembilan) indikator

    makro di atas mengukur kinerja Pemerintah Provinsi Banten kita juga

    dapat diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama Provinsi

    Banten yang diatur dengan Peraturan Gubernur Nomor 7 Tahun 2011

    tentang Indikator Kinerja Utama Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2012.

    Adapun hasil capaian Kinerja Utama Provinsi Banten Tahun 2012

    yang juga disesuaikan dengan ke 4 (empat) agenda pembangunan RPJMD

    Provinsi Banten Tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

    A. Agenda Pemerintahan

    Untuk menilai kinerja Pemerintah Provinsi Banten pada Agenda

    Pemerintahan, dapat dilihat dari nilai capaian kinerja program program

    yang diselenggarakan pada agenda ini adalah :

    1. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Pemerintah Daerah

    Sasaran dalam program ini adalah Penataan regulasi manajemen

    sumber daya aparatur dengan. Indikator untuk mengukur program ini

    adalah Standar Pelayanan Minimal pada SKPD yang Berkaitan

    Langsung Dengan Pelayanan Publik dengan nilai capaian 100%, Rasio

    Penyediaan Barang Dan Jasa Administrasi Perkantoran dengan nilai

    capaian 99,11%, Rasio Penyediaan dan Pengembangan Data dan

    Sistem Informasi Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan SKPD

    Nilai capaian 100%. Rasio Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan

    Konsultasi di dalam dan keluar daerah nilai capaian 97,25%, Rasio

    Pembangunan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana

    dan Sarana Aparatur nilai capaian 100%, dan Rasio Pengendalian dan

    Evaluasi Capaian Kinerja dan Keuangan Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan SKPD dengan nilai capaian 100%. Sehingga rata-rata

    nilai capaian program ini sebesar 100%. Jumlah kesepakatan

    pembangunan dengan pemerintah perbatasan, regional dan bilateral

    dengan nilai capaian 100%.

  • - 41 -

    2. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

    Ada tiga sasaran yang hendak dicapai dalam program ini yaitu :

    1) Meningkatkan Pemerataan/Penempatan Sumberdaya Apatur

    Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran ini, ada dua

    indikator capaian kinerja yang digunakan yaitu : Cakupan Fasilitas

    PNS pindah dan purna tugas yang memperoleh

    pembekalan/penghargaan yang ditargetkan tahun 2012 sebesar

    100% dan terealisasi 100% sehingga nilai capaian kinerjanya 100%.

    Cakupan pembinaan mental, disiplin, kompetensi dan peningkatan

    sumber daya aparatur serta penataan administrasi bidang

    kepegawaian target tahun 2012 sebesar 20,00% dan terealisasi

    sebesar 17,98%, sehingga nilai capaian indikator ini 89,90%. Rata

    rata nilai capaian sasaran peningkatan pemerataan/penempatan

    sumber daya aparatur adalah 94,95%.