resume makul neuro 2

Upload: netii

Post on 20-Jul-2015

414 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RESUME SISTEM NEUROBEHAVIOR II

OLEH KELOMPOK 5 (A4-B):

1. Desak Made Arista Dewi 2. I Gusti Agung Gede Winantara 3. I Putu Adhi Maha Wiguna 4. Ni Kadek Netiari 5. Ni Putu Siska Ambayati Dewi 6. Ni Putu Sumertini

(10.321.0732) (10.321.0735) (10.321.0747) (10.321.0763) (10.321.0776) (10.321.0777)

STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALIPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN2011/201

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Kamis, 12 April 2012 : Hendro Wahyudi

SEJARAH , PENGERTIAN & MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

Sejarah Keperawatan Dulu penanganan pasien gangguan jiwa di pasung , di rantai , diikat , di anggap gangguan roh . Pertama kali RSJ yaitu RSJ bogor ( 1882 ) dengan 400 TT 1902- Di lawang 1923- di magelang 1933 di bali ( jaman Belanda) oleh Dr K. loedin 1946-UU kesehatan mental 1961- dukungan legeslatif pada tekanan kes WA 1963 UU pusat kes WA masyarakat 1970 1980 : Muncilnya minat minat 1990 munculnya reformasi pelayanan kesehatan

Pengertian KesWa : Karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan yang

mencerminkan kedewasaan WHO Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang , keselarasan dalam pengendalian diri serta terbatas dari stress serius.

Kesehatan Jiwa Perasaan sehat , bahagia dan mampu mengatasi tantangan hidup , dapat menerima orang lain , serta mempunyai sikap + terhadap diri sendiri. Meliputi : 1. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri 2. Bagai mana perasaan anda terhadap orang lain 3. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup sehari hari

Menurut Maria Jahoda ( Depkes.2000 ) Individu yang sehat jiwa ditandai dengan : Sikap positif terhadap diri sendiri Tumbuh kembang dan aktualisasi diri Integrasi ( keseimbangan / keutuhan) Otonomi ( kebebasan ) Oersepsi : realita Kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan

Konsep Model Keperawatan Jiwa : 1) Psychoanalytical ( Freud , Erickson) Ego / akal tidak berfungsi 2) Interpersonal ( Suilivan , peplau) Ancaman / takut 3) Social (caplan /szasz) Stressor pada lingkungan 4) Existential ( ellis, roger ) : jati diri gagal 5) Supportive Therapy ( Wermon , rockland ) Biopsikososial respon maladaptive 6) Medical ( Meyer , kreaplin ) : Komplek Fisik , genetic , social , lingkungan , dll.

Falsapah Keperawatan Jiwa Dasar Kyakinan 1. Individu memiliki harkat dan martabat jadi harus di hargai 2. Tujuan individu meliputi tumbuh , sehat , otonomi , dan aktualisasi diri 3. Masing masing individu berpotensi untuk berubah 4. Manusia adalah makhluk holistic yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan 5. Masing masing orang memiliki kebutuhan dasar yang sama 6. Semua prilaku individu bermakna 7. Prilaku individu meliputi perdepsi , pikiran ,perasaan , tindakan 8. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi 9. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu 10. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 11. Kesehatan mental : Komponen kritikal 12. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan 13. Tujuan Keperawatan adalah : Meningkatkan Kesejahteraan Memaksimalkan Fungsi dan Meningkatkan aktualisasi diri 14. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan

perkembangan individu.

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Kamis, 12 April 2012 : I Nengah Budiawan S.Kep .,Ns,S.Pd

PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DALAM PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA

Pengertian 1. Askep : Serangkaian kegiatanPengkajian,diagnosa, rencana, Implementasi, dan evaluasi. 2. Proses Keperawatan Asuhan Keperawatan Jiwa Suatu spesialisasi pelayanan keperawatan dengan menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar menggunakan diri sendiri serta terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan serta memulihkan kesehatan. Langkah - langkah : 1. Pengkajian Tekhnik pengkajian : Metode pemecahan masalah.

a. Pengumpulan Data 1) Identitas pasien 2) Keluhan utama a) KU saat MRS b) KU saat pengkajian c) Riwayat penyakit b. Analisa data DS = ... , DO= ... data bio psiko sosial spritual

c. Rumusan masalah d. Prioritaskan masalah ( pohon masalah ) 2. Diagnosa Keperawatan ( problem )

3. Perencanaan 4. Pelaksanaan :

Tujuan umum ( TUM ) ( TUK ) a. Strategi Pelaksanaan ( SP ) b. Analisa Proses Interaksi ( API )

5. Evaluasi :

a. Evaluasi per TUK ( SOAP ) b. Evaluasi per TUM ( Diagnosis )

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Jumat, 13 April 2012 : Desak Made Ari Dwi Jayanti s.kep.Ns

KONSSEP TEORI DAN ASKEP GANGGUAN PERSEPSI- SENSORI HALUSINASIPengertian Halusinasi Suatu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori , seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaaan atau penghiduan.klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Cook dan fontaine (dalam nita fitria 2009) Individu menginterprestasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI, 2000) Rentan Halusinasi Respon adaptif: o Pikiran logis o Persepsi akurat o Emosi konsisten dg pengalaman o Perilaku sesuai o Berhubungan sosial o Ilusi o Reaksi emosi berlebihan atau kurang o Perilaku aneh/tdk biasa o Menarik diri Respon Maladaptif: o Ganggguan pikir/delusi o Halusinasi o Sulit berespon emosi o Perilaku disorganisasi

o Isolasi sosial Jenis jenis halusinasi 1. Penglihatan 2. Pendengaran 3. Penciuman 4. Pengecap 5. Peraba 6. Kinestetik 7. Viseral 8. Histerik 9. Hipnogogik 10. Hipnopompik 11. Perintah Pengkajian pasien halusinasi 1. Jenis halusinasi 2. Isi halusinasi 3. Waktu dan frekuensi halusinasi 4. Situasi pencetus halusinasi 5. Respon klien Pohon masalah RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN EFFECT

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

CORE OROBLEM

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

Masalah Keperawatan yang muncul 1. Perubahan sensori persepsi halusinasi 2. Risiko tinggi perilaku kekerasan 3. Isolasi sosial 4. Harga diri rendah kronis 5. Masalah utama adalah core problem

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Sabtu, 14 April 2012 : Desak Made Ari Dwi Jayanti s.kep.Ns

Konsep teori dan Askep Gangguan Proses Pikir WAHAMDefinisi Keyakinan Terhadap Suatu Hal Yang Salah dan secara kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal Tanda dan Gejala Perubahan daya ingat, Afek tumpul, Tidak sesuai, Gangguan aktifitas, Mengulang kata-kata yang sama, Rasa sulit percaya pada orang lain. Jenis Jenis Waham 1. Agama Keyakinan terhadap agama secara berlebihan dan diucapkan berkali-kali serta tidak sesuai dengan keyakinan. 2. Somatik Keyakinan bahwa tubbuh atau bagian tubuhnya terserang penyakit, ada benda pusaka di tubuhnya,bintang dll 3. Kebesaran Keyakinan tenteng kekuasaan atau kemampuan tentang dirinya dan tidak sesuai dengan realita. 4. Curiga Keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan dirinya. 5. Nihilistik Keyakinan Bahwa dirinya sudah meninggal atau sudah tidak di dunia. 6. Kejaran Keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang memata-matai atau mengganggu.

7. Dosa Keyakinan berbuat dosa atau kesalahan besar yang tidak bisa diampuni dan tidak sesuai dengan keyakinan dan kenyataan. 8. Sisip pikir Keyakinan ada pikiran orang lain yang disisipkan kedalam pikirannya 9. Siar pikir keyakinan bahwa Orla Mengetahui apa yang dia pikirkan. 10. Kontrol pikir Keyakinan bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar Konsep Askep Gangguan Proses Pikir Waham Pohon masalah Resiko tinggi tinggi PK effect

Perubahan proses piker Waham core Problem

Isolasi social

causo

HDR

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Senin, 16 April 2012 : I Nengah Budiawan S.Kep .,Ns,S.Pd

RENPRA ( Unit Rawat Inap) Nama: TGL/JAM DX. KEP. (TUJUAN) Ruangan: (KRIT. EV.) RM NO: RENCANA TIND. KEP. TTD

RENPRA ( Poliklinik, IRD dan Rehabilitasi) TGL/JAM DX. KEP. RCN TINDKN. IMPLEMENTASI EVALUASI

S: O: A: P:

IMPLEMENTASI (Unit Rawat Inap) TGL/JAM DX. KEP. IMPLEMENTASI RESPON K/ MODIFIKASI PARAF

FORM IMPLEMENTASI NAMA : .. DIAGNOSIS RUANGAN : .. RM. NO. :

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

EVALUASI

EVALUASI TGL/JAM DIAGNOSA KEP. EVALUASI

-

S : O : A : P :

Kendala dalam pelaksanaan askep jiwa 1. Mahasiswa Fisik & psikologis Sikap 2. Pasien Tidak kooperatif Cenderung malarikan diri Profesional Empati Fisik Ketakutan / kecemasan Persepsi tentang pasien

Keilmuwan Konsep keperawatan jiwa Proses keperawatan

3. Lingkungan Keadaan ruangan Ham (dokter/perawat) Kegiatan2 yang tdk sesuai dengan kompetensi praktek IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Sesuai dengan renpra mengacu pada TUM dan TUK dari setiap diagnosa keperawatan yg ditegakkan. Al: 1. BHSP 2. Klien dapat mengenal masalahnya (Halusinasi) 3. Bimbing cara mengontrol Halusinasinya. 4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien 5. Bimbing penggunaan obat dgn benar. 6. Melibatkan dalam terapi modalitas keperawatan. 7. Dll.

EVALUASI 1) Evaluasi formatif (Respon Klien) dlm data S dan O 2) Evaluasi sumatif (evaluasi akhir/evaluasi diagnosis) dlm data S, O, A, P.

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Selasa, 17 April 2012 : I Nengah Budiawan S.Kep .,Ns,S.Pd

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIDefinisi: Kegawat daruratan psikiatri adalah tiap gangguan dalam berpikir, perasaan atau tingkah laku yang memerlukan intervensi pengobatan secepatnya (Kusuma Wijaya, 1997) Kedaruratan psikiatri 1. Prilaku gaduh gelisah (agitation). Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan aktivitas mental dan aktivitas motoric. Sebuah kedaruratan karena dapat menimbulkan kekerasan yang berbahaya bagi keselamatan dirinya dan orang lain. Tindakan keperawatan: a. Lindungi diri dan seluruh staf b. Lakukan fiksasi bila obat belum menunjukkan efek yang memadai c. Perhatikan adanya tanda-tanda risiko d. Jalankan rencana terapi dan terangkan pada pasien tentang rencana tersebut e. Pada pasien pulang berikan saran bagaimana cara mengatasi bahaya yang dapat timbul Pilihan Obat : Benzodiazepines Antipsychotics Kombinasi bensodiazepin-antipsikotik Barbiturat

2. Percobaan bunuh diri. a. Definisi Bunuh diri merupakan tindakan sengaja oleh diri sendiri untuk mati. Ini merupakan Kegawatdaruratan yang paling sering terjadi Percobaan lebih sering pada wanita namun kejadian mortalitasnya lebih tinggi pada lakilaki.

MENENTUKAN RESIKO BUNUH DIRI SIRS (SUICIDAL INTENTION RATING SCALE) (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A., 1994) SKOR 0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu & sekarang

SKOR 1

Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri

SKOR 2

Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri Mengancam bunuh diri, misalnya tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri

SKOR 3

SKOR 4

Aktif mencoba bunuh diri

b. Tindakan keperawatan : 1) Jangan tinggalkan pasien sendirian saat evaluasi dan jauhkan barangbarang yang berbahaya. 2) Cari informasi: Apakah direncanakan atau impulsif? Dilakukan saat sendirian atau ada orang lain? reaksi pasien saat selamat? Pemikiran yang dapat membatalkan keinginan bunuh diri?

3) Rencanakan manajemen terapi sesuai diagnosis dan keadaan umum pasien. Sebaiknya MRS. 4) Awasi episode ulangan, terutama pada pasien withdrawl (ketergantungan) alkohol. 5) Perhatikan adanya ide bunuh diri pada pasien skizofrenia 6) Libatkan keluarga dan teman untuk memberikan support 7) Long term hospitalazion bagi pasien dengan kecendrungan selfmutilation PROTOKOL PENCEGAHAN BUNUH DIRI A. Basic Suicide Precautions (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) Tempatkan klien di ruang terbuka kecuali jika ditemani staf atau keluarga. Cek dimana klien berada dan pastikan aman tiap 15 menit Temani klien saat minum obat. Lihat barang-barang klien untuk yang potensial dapat melukai. Teliti kondisi klien, dan katakan untuk mendampingi klien saat klien bekerja. Cek seluruh bawaan pengunjung. Ijinkan klien memiliki peralatan makan, tapi pastikan apakah gelas atau alat lain ada yang hilang ketika mengumpulkannya. Ijinkan pengunjung & hubungan telepon kecuali jika klien tidak menghendaki. Cek bahwa pengunjung tidak meninggalkan barang-barang berbahaya di ruangan. Jalankan protokol ini sampai dihentikan oleh psikiater. Informasikan pada klien alasan & detail aturan yang diterapkan. Penjelasan ini harus dibuat oleh dokter dan perawat serta dokumentasikan. B. Maximum Suicide Precautions (Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004) Berikan supervisi 1 : 1.perawat harus tetap berada di ruangan dalam jangkauan klien setiap saat. Ketika klien menggunakan kamar mandi,

pintunya harus terbuka. Seorang staf harus duduk disamping tempat tidur klien pada malam hari. Jangan ijinkan klien untuk ditinggal pada pelaksanaan tes atau pelaksanaan tindakan. Lihat dengan seksama barang bawaan klien dan amankan barang-barang yang membahayakan, seperti pil, korek api, sabuk, tali sepatu, BH/kutang, pisau cukur/silet, jepitan, cermin taua benda dari kaca (bola lampu pijar), kawat/kabel, benda-benda kecil. Jika aturan ini diterapkan setelah klien dirawat dalam tempo yang lama, selidikilah dengan seksama kondisi ruangannya. Cek pengunjung jangan sampai meninggalkan benda-benda berbahaya di ruangan. Layani kebutuhan makan klien dalam tempat makan isolasi yang terbuat dari bahan bukan kaca atau logam. Utamakan penjelasan pada klien apakah dia boleh melakukan sesuatu serta alasannya. Dokumentasikan. Jangan menghentikan aturan ini tanpa saran dari psikiater.

Penelantaran diri a. Penyebab Terjadi akibat penurunan dorongan instingtual antara lain menyangkut perawatan diri, makan dan minum, bicara, tidur, gairah seksual dan lain sebagainya. Sebagian besar akibat skizofrenia katatonia ataupun skizofrenia dengan dominan gejala negatif secara umum. Dapat juga akibat Depresi berat, alkohol dependent dan gangguan penyesuaian berat. b. Tanda-tanda yang mungkin ditemui : Mutism (membisu/tdk mampu bicara) hipobulia (tidak merawat diri) insomnia (gangguan tidur) Miskin ide pikir katatonia (gerakan kaku) katapleksi (mempertahankan gerakan tertentu)

c. Tindakan keperawatan : 1) Manajemennya dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Pasien depresi mendapatkan suport nutrisi dan hidrasi selain program antidepresi. 2) Pada pasien skizofrenia perlu mendapatkan perawatan basic self care. Pada pasien katatonik perlu mendapatkan pengawasan karena dapat terjadi periode gaduh gelisah.

Syndrome Neuroleptik Maligna. a. Definisi SNM adalah suatu sindrom toksik berbahaya yang berhubungan dengan terapi antipsikotik namun tidak umum terjadi. b. Tanda dan Gejala 1) fever (>38 C) 2) muscle rigidity (kaku otot) 3) dystonia (ggn tonus otot) 4) akinesia (gerakan lambat) 5) mutism (membisu/tdk mampu bicara) 6) agitation (kegelisahan) c. Tindakan keperawatan 1) Pertimbangkan adanya SNM pada pasien dengan terapi antipsikotik yang mengalami demam dan rigiditas. 2) Bila antikolinergik tidak mampu mengurangi rigiditas dan demam tidak ditemukan penyebabnya SNM 3) Kolaborasi stop antipsikotik 4) Monitoring vital sign berkala 5) Kolaborasi untuk cek Lab: creatine phosphokinase (meningkat) & darah lengkap. 6) Kompres es. Antipiretik tidak berguna. 7) Lakukan hidrasi untuk mencegah shock dan gagal ginjal. 8) SNM umumnya membaik setelah 15 hari. 9) Kolaborasi untuk mengganti dengan antipsikotik yang berbeda.

Gangguan Stress Pasca Trauma (Post Traumatic Syndrom Disorder) a. Definisi Adalah sindrom yang ditandai dengan adanya kecemasan disertai gejala otonomik (kurang perawatan diri), reexperiencing (selalu ingat penglmn traumatik), dan avoidance (menghindar/ketakutan), setelah mengalami trauma fisik dan mental yang besar dan tiba-tiba diluar kemampuan secara umum. b. Tindakan keperawatan : 1) Tegakkan diagnosa berdasarkan adanya riwayat trauma, gejala cemas dengan hiperarousal dan avoid (menghindar) terhadap hal-hal yang bersifat traumatic 2) Evaluasi adanya ketergantungan Zat Adiktif dan rencanakan terapinya. 3) Evaluasi adanya trauma kepala dan kelainan neurologis bila traumanya berupa kecelakaan fisik 4) Jalin hubungan empati dengan pasien dan buka kesempatan pada pasien untuk menceritakan secara detail kejadiannya. Psikoterapi kognitif-behavior. 5) Terapi keluarga dan kelompok.

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Selasa, 24 April 2012 : Dr. Made Sugiharta Yasa SpKj (K)

KONSEP SKIZOPRENIADefinisi Skizoprenia berasal dari kata skizo terpotong-potong prenia pikiran

Jadi dapat disimpulkan bahwa Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang menahun, kambuhan dan progresif menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan suatu pekerjaan secara benar (disability), dengan suatu manifestasi gejala yang khas, serta deteriorisasi fungsi sosial. Etiologi 1. Keturunan 2. Endokrin 3. Metabolisme 4. SSP 5. Teori psikologik : a. Adolf Meyer (Diorganisasi Kepribadian) b. Sigmund Freud (Ego Lemah) Skizoprenia kena di daerahh temporal (gejala yang menonjol: banyak bicara) Gejala Skizoprenia 1. Primer/positif a. Proses fikir

b. Afek & Emosi c. Kemauan d. Psikomotor 2. Sekunder/negatif a. Waham b. Halusinasi 3. PANSS SCORE (30 items) Skizoprenia terganggunya neuro transmitter di otak Pada serotonin, dopamine, norepinephrine Jika dopamine meningkat px menjadi agresif

Menurut Crown (1980-1985) Dominasi gejala positif, respon terhadap Antipsikotik, peranan Dopamin Dominasi gejala negatif, ketidak seimbangan Neurokemikal, kronis kemunduran intelegensi, respon buruk terhadap antipsikotik Menurut Carpenter dkk Gejala negatif primer: Manifestasi gejala primer itu menurut kraepelin ini kelemahan dorongan kemauan Gejala negatif sekunder: Akibat pengobatan neuroleptika

Patofisiologi Menurut : 1. Studi neurokimia Dipengaruhi interaksi antara dopamin, serotonin, glutamat & gaba kolinergik, nonadrenergik Gejala positif, negatif, kognitif degeneratif 2. Studi radiologi Mri : otak & cairan serebrospinal lebih kecil di bandingkan orang normal Defisit volume subtansia grisea-g/negatif pada hemisfer kiri

neurokortikal & regiolimik Pelebaran vertikel neuro degenerasi 3. PET (Positron Emission Tomography) & SPECT (Single Photo Emisson Computed Tomography) Metabolisme glukosa & aliran darah otak menurunkan metabolisme di daerah frontal, temporal dan serebral & glukosa hemisfer kanan Penurunan aktifitas di prefrontal kortek & penurunan aliran darah di daerah kortek frontal 4. Elektrofisiologi Potensial cetusan awal lebih tinggi pada sistem limbik dari lobus temporalis medial 5. Studi genetika 6. Abnormalitas neurologik Lesi lobus frontalis hipodopaminergik pada korteks frontalis Jenis-Jenis Skizoprenia 1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik

3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia Tak Terinci 5. Skizofrenia Simplek 6. Skizofrenia Residual 7. Depresi Pasca Skizofrenia Tujuan Terapi pada Pasien Skizofrenia

Prinsip Penanganan 1. Mengurangi lama DUP (duration of untreated psychosis) 2. Pemilihan obat yang efektif (onset kerja cepat) 3. Pemilihan obat yang aman (sedikit efek samping) sehingga meningkatkan compliance 4. Sedapat mungkin dengan single drug.

Menuju Penanganan Klinis Yang Seimbang Dalam Memilih Antipsikotik Untuk Pasien Yang Gaduh-Gelisah

Berbagai Tantangan Dalam Pengobatan Skizofrenia

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Jumat, 27 April 2012 : Dewa Gede Anom, S.Kep., Ns

ASKEP PENYALAHGUNAAN NAPZADefinisi NAPZA : Narkotika Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Napza merupakan bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaan, prilaku) (Kemenkes RI 2010) Penyalahgunaan Napza : Pemakaian Napza bukan untuk pengobatan, digunakan berkali-kali, kadang-kadang, atau terus menerus tanpa instruksi dokter Menyebabkan ketagihan ( ketergantungan) Menimbulkan gangguan fisik, mental, emosional dan fungsi social Narkotika: UU RI.No.35/2009 : zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasanya mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan. Penggolongan NARKOTIKA Golongan I Digunakan untuk ilmu pengetahuan, tidak ditunjukan pada terapy, potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, diantaranya adalah : Heroin (Putau) Kokain (Shabu-Shabu) Ganja

Golongan II

Berkhasiat Pengobatan, dan cenderung sebagai pilihan terakhir digunakan dalam terapi, digunak dalam ilmu pengetahuan, potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Diantaranya adalah Benzetidin Morfin Petidin / Demerol

Golongan III Berkhasiat pengobatan, sehingga banyak digunakan dalam terapi atau

pengembangan ilmu pengetahuan. Potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Diantaranya adalah Codein Metadon Naltrexon

Penggolongan PSIKOTROPIKA UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Zat atau obat, alamiah maupun sintetis bukan Narkotika. Berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Golongan I Digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tidak digunakan dalam terapi, potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Ekstasi Shabu LSD

Golongan II

Digunakan dalam ilmu pengetahuan, terkhasiat pengobatan, dapat digunakan dalam terapi, potensi kuat mengakibatkan ketergantungan Contoh Amfetamin

Golongan III Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, potensi ringan mengakibatkan ketergantungan Contoh : Diazepam Bromazepam Fenobarbital Klonazepam Klordiazepoxide Nitrazepam

Psikotorpika yang sering disalah gunakan antaralain adalah Psikotimulansia seperti amfetamin, ekstasi, Shabu; Sedatif dan Hipnotopika (obat penenang dan obat tidur): Mogadon (Mg), BK, Dumoloid (DUM), Rohypnol(Rohiyp), Lexotan (Lexo), Pil Koplo dan lain-lain; halusinogen: Lyseric Acid Diethylamide(LAD), Mushroom Zat Adiktif Lain 1. Alokohol Alcohol merupakan zat yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras, mengandung etanol, bersifat bakterisid dan virusid yang serinmg digunakan sebagai disinfeksi kulit dan sebagai zat pembantu dalam farmasi Tiga golongan minuman beralkohol antaralain: A : etanol 1-5% (Bir) B : etanol 5-20% (jenis minuman anggur)

C : etanol 20-45% (Wiski, Vodka, TKW, Manshone House, Jhonny walker, Kamput)

Jenis Alkohol Lain: Metanol : Spiritus ( desinfektan, zat pelarut atau pembersih) berakibat fatal jika disalahgunakan walau dalam konsentrasi rendah.

2. Inhalasia (gas yang dihirup) Solven (zat pelarut) Mudah menguap, merupakan senyawa organic, yang sering terdapat pada barang keperluan rumah tangga, kantor, pelumas pada mesin. Zat ini sering disalahgunakan. Contohnya : Lem, Tiner, Penghapus Cat kuku, Bensin 3. Kafein Merupakan Zat stimulansia yang dapat menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi melebihi 100 mg/hari, ketergantungan yang diakibatkan adalah ketergantungan psikologis. Golongan Berdasarkan efeknya terhadap susunan saraf pusat 1. Golongan depresan Dapat Menyebabkan merasa tenang, pendiam, dan bahkan membuat tertidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya: Opioida (morfin, heroin/ putau, kodein) Sedative Hipnotik Tranquilizer Alcohol dalam dosis rendah.

2. Golongan stimulan Meningkatkan fungsi tubuh dan gairah kerja sehingga dapat menyebabkan aktif, segar dan bersemangat. Contohnya : Kokain, amfetamin (shabu)

3. Golongan halusinogen Menimbulkan halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Contohnya: Kanabis (ganja), LSD Mescalin, Pensildidin(PCP) Berbagai jenis jamur Tanaman kecubung.

Faktor Penyalahgunaan Napza 1. Faktor Napza: bekerja pada otak sebagai pusat penghayatan kenikmatan, sehingga sering diulangi. 2. Faktor individu : adanya perubahan biologi dan psikologi 3. Factor lingkungan : a) Lingkungan Keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan Masyarakat Dampak Penyalahgunaan NAPZA 1. Dampak medic 2. Dampak social 3. Pelanggaran hokum Ciri-ciri Pecandu: Fisik 1. BB menurun drastic 2. Mata cekung dan merrah 3. BAB dan BAK kurang Lancar 4. Sembelit dan sakit perut 5. Tanda berbintik merah seperti digigit nyamuk 6. Terdapat perubahan warna kulit 7. Sering batuk pilek berkepanjangan

Emosi 1. Sangat sensitive dan cepat bosan 2. Mudah curiga dan cemas 3. Selalu membangkang saat ditegur atau dimarahi 4. Emosi naik turun Prilaku 1. Malas dan sering melupakan tanggung jawab 2. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga Gejala Pecandu yang putus obat 1. Kecenderungan untuk bunuh diri 2. Berusaha mengobat gejalanya sendiri dengan alcohol, sedative, hipnotik, atau obat ansietas seperti diazepam (valium) Konsep Asuhan Keperawatan Penyalahgunaan Napza I. Pengkajian A. Identitas Klien B. Riwayat : Kesehatan Penggunaan Obat Jenis dan Lama Alasan Sumber

C. Data Biopsikososial D. Pemeriksaan Fisik dan Vital Sign E. Pemeriksaan penunjang

Rumusan Masalah Secara garis besar dapat digolongkan dalam 4 kondisi: 1. Ancaman kehidupan 2. Kondisi intoksikasi

3. Kondisi putus Zat ( Witdrawal) 4. Kondisi Pasca Detoksifikasi (Rehab Mental Emosional)

II.

Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan 1. Ancaman kehidupan a. Diagnosa keperawatan : 1) Tidak efektif jalan nafas 2) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 3) Amuk 4) Panik ( cemas berat) 5) Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan 6) Resiko merusak diri dan bunuh diri b. Rencana Tidakan Tujuan : Agar pasien terhindar dari ancaman kehidupan Intervensi : Observasi tanda Vital kesadaran. Melancarkan jalan nafas : atur posisi, lepaskan pakaian yang mengikat, bersihkan jalan nafas dari lendir, berikan oksigen. memasang dan mengatur cairan perinfus bila sangat gelisah, pasangkan fiksasi terutama pada kondisi gangguan kesadarn. Observasi intensif selama 24 jam sampai kondisi ancaman keidupan teratasi Ciptakan rasa aman, nyaman dan tenang. Bantu pemenuhan aktifitas ADL

2. Kondisi Intosikasi a. Diagnosa Keperawatan : 1) Cemas 2) Prilaku agresif 3) Gangguan komunikasi Verbal 4) Gangguan Kognitif 5) Gangguan Rasa Nyaman, Vomitus, Nausea

6) Cemas berat dalam keluarga pasien 7) Resiko berprilaku agresif atau amuk b. Rencana Tindakan Tujuan : agar pasien tidak mengalami prilaku amuk dan agresif Intervensi : Memberikan askep cemas Memberikan askep agresif dalam Memberikan Hubungan saling percayam (BHSP) Bekerjasama dengan dokter dalam memberikan terapi Awasi tingkah laku pasien Memberikan informasi pada keluarga pasien dengan

gangguan penggunaan zat adiktifpsikoaktif Memberikan aktivitas fisik pada pasien agar kesadarannya tidak menurun seperti olah raga ringan atau kegiatan lain 3. Kondisi Putus Zat a. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan neurologis (kejang) 2) Gangguan Persepsi Halusinasi) 3) Gangguan Proses Pikir (Waham) 4) Gangguan Tidur (Insomnia) 5) Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri sendi, otot, tulang) 6) Perilaku manipulative 7) Terputusnya Program Perawatan (Pulang paksa, melarikan diri) 8) Cemas keluarga

b. Rencana Tindakan Tujuan : Paien merasa nyaman dan tidak nyeri Pasien biasa tidur yang cukup (6-7 jam) Waham, halusinasi berkurang atau hilang

-

Pasien tidak melakukan tindakan bunuh diri Cemas keluarga berkurang atau hilang Pasien dengan keluarga dapat bekerja

Intervensi : Observasi tanda kejang bila perlu kolaborasi dengan dokter Memberikan askep halusinasi dan waham Memberikan askep gangguan tidur bila perlu bekerja sama dengan dokter Memberikan askep depresi, meningkatkan harga diri pasien Memberikan askep manipulative

4. Kodisi Pasca Detoksifikasi

a. Diagnose keperawatan 1) Gangguan Konsentrasi ( pemusatan pikiran ) 2) Gangguan Kegiatan Hidup Sehari-hari 3) Pemecahan masa lalu tidak efektif 4) Gangguan konsep diri, harga diri rendah 5) Potensi untuk melarikan diri 6) Potensi kambuh ( relaps) b. Rencana tindakan Tujuan : Pasien dapat konsentrasi Aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan Pemecahan masalah memadai / efektif Harga diri pasien meningkat

Intervensi : Memberikan perawatan terhadap penyakit fisik akibat

komplikasi dari dari penggunaan zat psikoaktif. Therapi relaksasi Melibatkan dalam program kegiatan terapiutik Memberikan konseling

Merencanakan dan mengadakan program rekreasi Mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat.

Mata kuliah Hari / Tanggal Dosen

: Sistem Neuro behaviour II (Jiwa) : Sabtu, 28 April 2012 : Dewa Gede Anom, S.Kep., Ns

TERAPI KEJANG LISTRIK ECT1. Pengertian Electro convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektrode yang ditempelkan pada pelipis klien (Achir Yani, dkk ; 2000) 2. Sejarah Ugo Cerletti (1877-1963) pertama kali digunakan pada pasien psikosa Sebelumnya menggunakan zat farmakologik untuk membangkitkan konvulsi, digunakan pada pasien depresi Cara kerja belum diketahui secara pasti 3. Indikasi Pemberian ECT sering dilakukan pada pasien dengan Gangguan a. Gangguan afektif tipe depresi b. Skizofrenia 4. Kontra indikasi a. Tumor intra kranial b. Kehamilan c. Osteoporosis d. Infark miokardium e. Astma bronkial

5. Dosis Diberikan disesuaikan pada keadaan pasien, Secara block 2-4 hari berturut-turut 1-2 kali/hari. dosis maintenance sekali tiap 2-4 minggu 6. Reaksi Pasien Saat Diberikan ECT Pasien akan mengalami reaksi Konvulsi grandmall dengan fase tonik kira-kira 10 detik.Diikuti oleh fase klonik yang lebih lama 3040 detik, Lalu fase relaksasi otot dengan pernapasan yang dalam dan keras, Pasien tidak sadar kira-kira 5 menit 7. Peran Perawat A. Pada persiapan ECT Tangani kecemasan dan kurangnya pengetahuan klien Melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium Menyiapkan informed consent Mempuasakan klien minimal 6 jam Menghentikan pemberian obat sebelum ECT Melepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau jepit rambut Memakai pakaian yang longgar Membantu mengosongkan kandung kemih Bersihkan bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda (kapas alkohol) B. Saat pelaksanaan ECT Membaringkan klien pada posisi terlentang Siapkan alat Pasang bantalan gigi Saat ECT dilaksanakan, tahan persendian dengan supel, dagu ditahan supaya mulut jangan sampai terbuka 8. Komplikasi a. Luxasio pada rahang, fraktur kompresi pada vertebra, robekan pada otot b. Apnea c. Sakit kepala

d. Amnesia

PENANGAN KLIEN DENGAN RESTRAIN PADA KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI1. Pengertian Restraint Merupakan terapi dengan alat-alat mekanik atau manual untuk

membatasi mobilitas fisik klien, dilakukan pada konsisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan (Widyodiningrat. R, 2009). 2. Jenis-jenis Restraint a. Camisole (jaket pengekang) b. Manset/tali untuk pergelangan tangan dan kaki c. Kursi geriatric 3. Tujuan dan Prinsip-prinsip Restraint a. Melindungi pasien dari cedera fisik b. Memberikan lingkungan yang aman c. Strategi untuk menurunkan agresifitas 4. Indikasi Restraint Perilaku amuk, Perilaku agitasi. Klien dengan gangguan kesadaran. Ancaman terhadap integritas fisik Permintaan klien untuk pengendalian prilaku eksternal. Pastikan bahwa tindakan ini sudah dikaji dan berindikasi terapeutik 5. Komplikasi yang dapat terjadi akibat a. Sufokasi b. Gangguan sirkulasi. Restraint.

c.

Gangguan integritas kulit.

d. Penurunan neurosensori. e. Luka tekan dan kontraktur. f. Pengurangan massa tulang dan otot.

g. Fraktur. h. Gangguan nutrisi dan hidrasi. i. j. Aspirasi dan kesulitan bernafas. Inkontinensia.

6. Intervensi Keperawatan untuk Klien yang dilakukan Restraint nursing process, (Yosep, 2009): Intervensi yang menjadi fokus perhatian dalam restrain: 1. Sediakan staf yang cukup dan terlatih (4-5 org) 2. Kaji lokasi pemasangan restraint 3. Selama restraint klien diobservasi setiap 10-15 menit. 4. Pastikan restraint mudah dijangkau bila terjadi kegawatan: 5. Observasi alat restraint setiap 1-2 jam 6. Pertahankan kontak verbal 7. Keberhasilan teknik restraint sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan skill perawat dalam melakukannya 8. Menjalin trust dan melalui sikap empati (memahami apa yang dirasakan klien).