resume 2- siti

48
RESUME KASUS 2 Siti Nurtsalis Sholihah 220110090060 Tutor 5 SURVELEINCE DAN PENANGGULANGAN KLB Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) yang dikenal sebagai swine flu dan flu babi sebagai kejadian luar biasa,menyusul dikeluarkannya status yang sama oleh WHO. Deklarasi pandemi global yang berarti menaikan kewaspadaan dari level lima ke level enem disampaikan oleh WHO terkait dengan melonjaknya kasus H1N1 di Amerika Serikat,Eropa,Australia,dan Amerika Serikat. Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak pula pada penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang tengah menjadi perhatian masyarakat dunia. Flu babi disebabkan oleh endemis Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal sebagai virus H1N1 dan bisa menyebar begitu cepat . Pada umumnya gejala infeksi flu babi pada manusia mirip flu biasa pada manusia, yakni,demam yang mucul tiba-tiba,batuk,nyeri otot,sakit tenggorokan dan 1

Upload: azka-andiral

Post on 13-Dec-2014

63 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: Resume 2- SITI

RESUME KASUS 2

Siti Nurtsalis Sholihah

220110090060

Tutor 5

SURVELEINCE DAN

PENANGGULANGAN KLB

Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) yang dikenal sebagai

swine flu dan flu babi sebagai kejadian luar biasa,menyusul dikeluarkannya status yang sama

oleh WHO. Deklarasi pandemi global yang berarti menaikan kewaspadaan dari level lima ke

level enem disampaikan oleh WHO terkait dengan melonjaknya kasus H1N1 di Amerika

Serikat,Eropa,Australia,dan Amerika Serikat. Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak

pula pada penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang

tengah menjadi perhatian masyarakat dunia. Flu babi disebabkan oleh endemis

Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal sebagai virus H1N1 dan

bisa menyebar begitu cepat . Pada umumnya gejala infeksi flu babi pada manusia mirip flu

biasa pada manusia, yakni,demam yang mucul tiba-tiba,batuk,nyeri otot,sakit tenggorokan

dan kelelahan yang berlebihan. Virus flu babi bisa membuat penderita muntah-muntah dan

diare. Manusia yang sudah terinfeksi virus ini bisa menyebar virus ke orang lain hanya

dengan satu kali bersin. Di Indonesia sendiri data hingga 12 juli sudah 64 orang yang positif

H1N1. Rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan. Tapi dari jumlah itu tak semua WNI, 12

suspek yang terakhir, 2 orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat perjalanan ke luar

negeri. Semua yang positif flu babi itu sekarang sedang dikarantina.” Kata Menkes. Dengan

1

Page 2: Resume 2- SITI

demikian pemerintah terus menerus meningkatkan kegiatan surveleince dan langkah

penanggulangan KLB.

1. ISTILAH

Istilah-Istilah dalam Epidemiologi

Epidemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit yang ditemukan pada suatu

daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.

Pandemi

Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit frekuensinya dalam

waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang sangat tinggi serta penyebarannya

mencakup suatu wilayah yang sangat luas.

Endemi

Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit frekuensinya pada suatu

wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.

Sporadik

Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu

frekuensinya berubah-ubah menurut perkembangan waktu.

Patogenesitas

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul

penyakit.

2

Page 3: Resume 2- SITI

Virulensi

Ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan bibit penyakit.

Antigenesitas

Kemampuan bibit penyakit meransang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pada diri

penjamu.

Infektivitas

Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri,bertempat tinggal dan

berkembang biak pada diri penjamu.

Vektor

Binatang yang dapat memindahkan atau menularkan penyakit.

Reservoir

Habitat atau tempat hidup yang paling sesuai bagi bibit penyakit , dapat manusia,hewan dan

lingkungan di sekitar manusia. (Effendy,Nasrul 1998)

2. EPIDEMIOLOGI

1. Definisi Epidemiologi

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,penyebab,pengendalian,dan

faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit,kecacatan,dan kematian

dalam populasi manusia.

2. Tujuan Epidemiologi

Menurut Lilienfeld dan Lilienfeld, ada tiga tujuan utama epidemiologi yaitu :

A. Untuk menjelaskan etiologi(studi tentang penyebab penyakit).

B. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan

hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,ilmu perilaku, dan ilmu

biomedis yang terbaru.

3

Page 4: Resume 2- SITI

C. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan

prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang beresiko.

3. Manfaat Epidemiologi

Manfaat epidemiologi adalah :

a. Untuk mempelajari riwayat penyakit.

b. Diagnosis masyarakat.

c. Mengakaji resiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat

mempengaruhi kelompok atau populasi.

d. Pengkajian,evaluasi,dan penelitian.

e. Melengkapi gambaran klinis

f. Identifikasi sindrom

g. Menentukan penyebab dan sumber penyakit.

4. Segitiga Epidemiologi

KLB penyakit dala populasi sering kali melibatkan sekelumpulan atau

beberapa faktor. Banyak orang,benda,cara penularan, dan organisme yang dapat

terlibat dalam penyebaran penyakit.

Untuk menimbulkan suatu penyakit infeksius,satu faktor tunggal harus ada

dan faktor tunggal itu disebut agens. Epidemiologi menggunakan cara pandang

ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen dan faktor dala lingkungan dan

implikasi yang berkaitan dengan penyakit

Untuk memahami model segetiga epidemiologi,seseorang harus mengetahui

istilah yang digunakan dalam segitiga itu yaitu :

A.Agens yaitu penyebab penyakit. Misalnya :virus,bakteri.

B.Penjamu yaitu organisme, biasanya manusia atau hewan.

C. Lingkungan yaitu segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar

Manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan

Penyakit.

4

Lingkungan

Page 5: Resume 2- SITI

Gambar Segitiga Epidemiologi

5. Konsep Penularan Penyakit

Beberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan

dengan segitiga epidemiologi antara lain :

Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa

penyakit yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit.

Reservoir yaitu manusia,hewan,tumbuhan,tanah,atau zat organik yang

menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius.

Carrier adalah penyebabran penyakit. Ada 6 tipe carrier yaitu :

Active carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat

bersarangnya organisme penyebab penyakit dan kondisi ini sudah

berlangsung selama beberapa waktu walaupun sudah sembuh dari

penyakitnya.

Convalescent carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi

tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit dan berada dalam

masa pemulihan tetapi masih dapat menularkan penyakit ke orang lain.

Healthy carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat

bersarang organisme penyebab penyakit, tetapi tidak sakit atau tidak

menunjukann gejala sakit.

Incubator carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat

bersarangnya organisme penyebab penyakit, masih berada pada tahap

awal penyakit serta menunjukan gejala dan kemampuan untuk

menularkan penyakit.

Intermittent carier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat

bersarangnya organisme penyebab penyakit dan secara berulang dapat

menyebarkan penyakit.

Passive carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat

bersarangnya organisme penyebab penyakit,tetapi tidak menunjukan

tanda-tanda dan gejala penyakit.

6. Cara Penularan Penyakit

5

Waktu

AgensPenjamu

Page 6: Resume 2- SITI

Ada dua cara penularan penyakit yaitu :

1. Penularan langsung atau dikenal juga sebagai penularan dari orang ke orang,

adalah perpindahan patogen atau agen secara langsung dan segera dari penjamu

atau reservoir ke penjamu yang rentan. Penularan langsung dapa terjadi melalui

kontak fisik langsung atau kontak langsung per orang, seperti bersentuhan dengan

tangan yang terkontaminasi,hubungan seksual,berciuman,dsb.

2. Penularan tidak langsung terjadi karena patogen atau agens berpindah atau

terbawa melalui beberapa item,organisme,benda atau proses perantara menuju

penjamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung

dilakukan melalui salah satu atau beberapa cara penularan berikut : penularan

airbone (melalui doplet atau partikel debu),waterbone,dsb.

(Timmreck,Thomas C,2004)

3.KEJADIAN LUAR BIASA

3.1 Pengertian

Kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di

indonesia untuk mengklasifikasi peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. KLB

dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian

yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Status KLB diatur oleh peraturan menteri kesehatan RI no. 949/menkes/sk/vii/2004.

Kriteria tentang KLB mengacu pada keputusan Dirjen no. 451/91, tentang pedoman

penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa. Menurut aturan itu, suatu

kejadian dinyatakan luar biasa bila ada unsur :

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak pernah ada atau tidak

dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus-menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

Peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2 kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau

lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam satu tahun

sebelumnya.

Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih

dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun

waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya.

3.2 Karakteristik

6

Page 7: Resume 2- SITI

3.2.1 Menggambarkan karakteristik KLB

KLB hendaknya digambarkan menurut variabel waktu, tempat,

&orang(Epidemiolodi deskriptif)

3.2.1.1 Tujuan:

Untuk mengetahui sumber, cara penularan, & lama kejadian

berlangsung.

3.2.1.2 Variabel waktu

Untuk mempermudah analisis buatlah kurva epidemik, untuk

Mengetahui :

Mulai terjadinya KLB.

Berakhirnya KLB.

Periode serangan (mulai s/d akhir)

Periode paparan : waktu kasus dapat paparan 

Masa inkubasi : terpendek, terpanjang, rata-rata

Sifat KLB: common source atau propagated atau

kombinasi keduanya.

a. Cara menggambarkan karakteristik menurut waktu 

Cari informasi waktu mulai sakit (jam,tanggal) 

penyakit dengan inkubasi pendek, info jam perlu 

Pilih interval waktu untuk buat grafik berdasarkan 

inkubasi penyakit yang diduga (jam, hari, minggu), 

jangan salah buat interval.

Untuk pedoman: interval = 1/4 atau 1/8 inkubasi 

Ada baiknya membuat beberapa interval

Untuk sumbu tegaknya dibuat interval sesuai dengan 

jumlah kasusnya, bila sedikit intervalnya juga sedikit 

( biasanya interval 2 atau 5 ) 

b. Lamanya KLB dipengaruhi :

Jumlah orang yang rentan terhadap sumber infeksi

Periode waktu orang rentan terpapar 

Periode inkubasi minimum dan maksimum

c. Sifat-sifat KLB :

Letusan besar dengan bentuk mendekati kurva normal biasa

bersifat commonsource, disebabkan oleh penyakit dengan

inkubasi < 1 hari

7

Page 8: Resume 2- SITI

Pada penyakit sama : propagated berlangsung lebih lama dari

common source

Propagated jarang berupa letusan, bila ada biasanya

disebabkan penyakit dengan inkubasi pendek 

Common source dapat juga berkepanjangan (hari, minggu,

bulan) apabila paparan berlangsung terus menerus atau putus-

putus. Apabila paparan putus-putus puncak kurva tak teratur.

d. Menentukan periode paparan :

Menggunakan inkubasi rata-rata :

1. Cari tanggal puncak atau tanggal kasus median

2. Hitung ke belakang : puncak – inkubasi rata2 = waktu

paparan pertama 

Menggunakan inkubasi maksimum-minimum :

1. Cari kasus pertama dan terakhir KLB

2. Hitung kebelakang :

- inkubasi minimum dari kasus pertama 

- inkubasi maksimum dari kasus terakhir 

3. Waktu paparan pertama ada diantara tanggal tersebut.

Catatan :

Pada keracunan makanan : inkubasi mudah 

Untuk kasus tak jelas waktu paparannya, cara paling

mungkin adalah  dengan cara di atas, tapi untuk

KLB/wabah yang lamanya < selisih inkubasi

maksimum dan minimum.

Untuk yang berlangsung lama (common source terus

menerus atau propagated), gunakan cara pertama

(inkubasi rata-rata) dengan perkiraan tanggal puncak

pada puncak kejadian.

3.2.1.3 Variabel tempat

Kegunaan :

a. Mengetahui pola penyebaran menurut tempat tinggal

b. Ada tidaknya pengelompokkan kasus pada geografis tertentu,

lokasi pembuangan limbah, sekolah, asrama, tempat kerja,

sumber air, dll. Untuk mengetahui hubungannya dengan sumber

penularan.

8

Page 9: Resume 2- SITI

c. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan attack rate menurut

tempat tinggal dan tempat yang pernah dikunjungi 

3.2.1.4 Variabel orang 

Kegunaan :

a. Mengetahui siapa/kelompok paling berisiko menurut kelompok 

umur, sex, ras, status kekebalan, status perkawinan, pekerjaan,

adat/budaya, dll 

b. Dengan demikian dapat memberi petunjuk kemungkinan sumber 

infeksi 

Catatan :

Penggolongan umur paling sering bermanfaat pengelompokkan umur

biasanya tiap 5 tahun

3.3 Penggolongan KLB

Tiga klasifikasi yang paling umum bergantung pada cara penyebarannya:

a. Common source epidemic terjadi jika sekelompok orang terpajan pada

infeksi/sumber kuman (agens patogen) yang biasa/umum misalnya: anak

sekolah terpajan anak lain yang saling sakit campak.

Dari common source ini di bagi menjadi 3 subkategori:

Point source

Jika patogennya dari sumber tunggal misalnya makanan. Orang

terpajan di satu tempat pada satu waktu, menjadi sakit selama massa

inkubasi agens yang di dapat dari satu sumber.

Intermittent

Penyebaran penyakit KLB ini tidak teratur dan sulit ditebak, dan

polannya juga tidak teratur, mengakibatkan epidemi yang berulang.

Continuous Epidemic

Jika tingkat penyebaran epidemi cukup tinggi di masyarakat atau

populasi, dan menyerang sejumlah besar orang di dalam populasi tanpa

pengecualian, hal ini termasuk dalam epidemi yang berkelanjutan. Jika pajan

bertambah dan meluas, dan orang yang menjadi sakit tetap seperti biasa, atau

bahkan meningkat selama beberapa waktu.

b. Propagated epidemic terjadi jika common source tunggal sulit untuk

diindentifikasi, KLB penyakit tetap menyebar dari orang ke orang

memperbanyak jumlah yang sakit dan biasannya membentuk pola pertumbuhan

eksponensial / sangat mencolok.

9

Page 10: Resume 2- SITI

c. Mixed epidemic terjadi jika common source epidemic berlanjut melalui kontak

orang ke orang dan penyakit menyebar seperti KLB propagated.

3.4 Tujuan Penyelidikan KLB

3.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran besarnya masalah suatu KLB di suatu wilayah

( puskesmas atau desa / kelurahan)

3.4.2 Tujuan Khusus

a. Mendapatkan kepastian diagnotis KLB

b. Konfirmasi adanya KLB

c. Mendiskripsikan KLB berdasarkan variabell epidemiologi ( orang, tempat dan

waktu)

d. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan penyakit.

e. Merumuskan saran dan cara penanggulangan dan pengendalian guna

mencegah kasus serupa.

3.5 KLB menurut penyebab:

a. Toxin : vibrio cholera, clostrtridium, botulinum, dll..

b. Infeksi : virus, bakteri, protozoa, cacing, dll.

c. Toxin biologis : racun jamur, alfo toxin, plankton, racun ikan, racun tumbuh-tumbuhan,

dll.

d. Toxin kimia : logam berat, nitrit, pestisida, gas-gas beracun

3.6 KLB menurut sumber:

a. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan

mis : salmonella, virus hepatitis, polio, dll.

b. Bersumber dari kegiatan manusia : (tempe bongkrek, pencemaran lingkungan)

c. Bersumber dari binatang : pes,rabies, leptospirosis dll.

d. Bersumber dari udara : staphylococcus, pencemaran udara dll..

e. Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat : salmonella.

f. bersumber dari air : v.cholera,salmonella

g. Sumber makanan-minuman : keracunan singkong, jamur makanan kaleng, ikan.

3.7 Penanggulangan KLB

Adapun bilamana terjadi suatu kasus kejadian luar biasa maka :

3.7.1 Puskesmas

a. Petugas puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari

masyarakat, rs, dll, segera melakukan pengecekan ke lapangan tentang

kebenaran berita kasus.

10

Page 11: Resume 2- SITI

b. Memberikan pertolongan berupa pengobatan kepada penderita, dan bila

diperlukan mengirim penderita ke unit pelayanan kesehatan yang lebih

tinggi untuk referal sistem (rumah sakit).

c. Mengambil contoh specimen yang diduga sebagai penyebab kasus.

d. Mengirim contoh specimen ke dinas kesehatan kab/kota.

e. Melaporkan adanya kejadian tersebut ke dinas kesehatan kab/kota segera

(menggunakan telepon, fax, form w1, sms, dan e-mail).

f. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

g. Bergabung dengan tim klb dinas kesehatan kab/kota melakukan kajian

penyelidikan epidemiologi.

3.7.2 Dinas kesehatan kab/kota

a. Segera melakukan koordinasi dan pembahasan tentang kasus yang

terjadi.

b. Segera meneruskan contoh spesimen yang diduga sebagai penyebab

kasus ke bbtklpm/blk/lab. Lain yang ditunjuk dengan menggunakan

formulir pengiriman sampel.

c. Melakukan pengecekan ke lokasi, dan memonitor kejadian.

d. Melakukan tindakan investigasi / penyidikan epidemiologi. Investigasi

diarahkan pada :

Attack rate

Relatif risk

Penjelasan lokasi

Penjelasan waktu

e. Segera melaporkan kejadian ke bupati/walikota dengan tembusan ke

dinas kesehatan propinsi, dan ditjen ppm & pl, dengan menggunakan

telepon, fax, form w1, sms, e-mail.

f. Kepala dinas kesehatan kab/kota memberikan keterangan/ penjelasan

kepada publik/ masyarakat tentang kasus yang terjadi, berdasarkan hasil

sementara dari kegiatan penyelidikan epidemiologi tim surveilans yang

ada.

3.7.3 Dinas kesehatan propinsi

a. Petugas kesehatan propinsi yang bertanggung jawab terhadap program

dan surveilans setelah mendapat laporan/ informasi segera melakukan

koordinasi dan evaluasi pelaporan dari dinkes kab/kota.

b. Memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan,

penyelidikan dan penanggulangan.

11

Page 12: Resume 2- SITI

c. Bila dianggap perlu, membantu dinkes kab/kota dalam penyelidikan

epidemiologi kasus di daerahnya dan koordinasi dengan laboratorium

yang ada di propinsi.

3.7.4 Pusat

a. Petugas pusat dan subdit surveilans setelah mendapat laporan/informasi

segera melakukan koordinasi dan evaluasi pelaporan dari dinas

kesehatan propinsi dan kab/kota.

b. Memberi arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana

pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan kasus.

c. Memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam kasus di daerah dan

koordinasi

3.7.5 Pasca kejadian luar biasa sangat perlu untuk dilakukan :

a. Pelatihan

Pelatihan asisten epidemiologi lapangan (pael) yang diikuti oleh

petugas dinas kesehatan propinsi, kab/kota.

Hazard analisys critical control point (haccp).

Pelatihan/kursus hygiene sanitasi lingkungan.

b. Pembelian alat

Untuk menunjang penanggulangan kasus diperlukan peralatan

pengambilan dan pemeriksaan sampel dan specimen bagi BBTKLPM,

KKP dan dinas kesehatan.

c. Menyusun pedoman dan peraturan

Untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan dalam menunjang

investigasi kasus, maka sangat diperlukan adanya pedoman dan

peraturan

3.8 Langkah-Langkah Penanggulangan KLB

A. Langkah 1 (Persiapan Investigasi di Lapangan)

Investigasi : Pengetahuan ilmiah yang sesuai,perlengkapan dan alat.

Administrasi : Prosedur administrasi, misalnya dokumen perjalanan, uang tunai,

dan keperluan pribadi lainnya.

Konsultasi : Peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan, tentukan

langkah-langkah yang harus di lakukan .

B. Langkah 2 (Menentukan dan memastikan adanya wabah).

Menentukan apakah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang di

harapkan.

Pembuktian adalah wabah.

12

Page 13: Resume 2- SITI

C. Langkah 3 (Memastikan Diagnosis)

Memastikan bahwa masalah telah benar di diagnosis dengan benar,dan sesuai

dengan yang dilaporkan.

Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan

peningkatan kasus yang dilaporkan.

D. Langkah 4 (Tentukan dan identifikasi kasus (membuat definisi kasus dan menemukan

serta menentukan kasus)).

Informasi klinis tentang penyakit

Karakteristikj tentang orang yang rentan.

Informasi mengenai tempat dan lokasi.

Spesifikasi waktu selama wabah terjadi.

Penyelidikan kasus didefinisikan dalam 3 kelas sebagai berikut :

Kasus pasti

Kasus mungkin

Kasus Meragukan.

E. Langkah 5 ( Melakukan epidemiologi deskriftif)

Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu.

Gambaran kejadian wabah berdasarkan orang.

Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat.

F. Langkah 6 (Kembangkan Hipotesa)

Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu.

Bagaimana cara penularannya.

Apa saja yang menyebabkan faktor penularan.

Wawancara dengan beberapa penderita.

Mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemafaran.

Kunjungan rumah penderita.

Wawancara dengan petugas kesehatan setempat.

Epidemiologi deskriftip.

G. Langkah 7 (Kembangkan Hipotesa).

H. Langkah 8 (Studi tambahan)

I. Langkah 9 (Memperbaiki hipotesa dan mengadakan penelitian tambahan).

Penelitian epidemiologi (epidemiologi analitik).

Penelitian laboratorium dengan lingkungan (pemeriksaan serum,pemeriksaan

tempat pembungan tinja).

J. Langkah 10 (Data tambahan)

Didapat dari hasil laboratorium.

13

Page 14: Resume 2- SITI

K. Langkah 11 (Penelitian Tambahan).

L. Langkah 12 ( melaksanakan pengendalian dan pencegahan)

Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin.

Upaya penanggulangan bisanya hanya diterapkan setelah sumber wabah

diketahui.

Pada umumnya,upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah

dalam penularan penyakit.

Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit,sumbernya atau

resevoirnya.

M. Langkah 13 (Menyampaikan hasil penyelidikan).

N. Langkah 14 (Menidaklanjuti rekomendasi).

O. Langkah 15 (Sebarluaskan).

4.SURVEILANCE

a. Pengertian Surveilance

Kegiatan yang diakukan secara rutin dan teratur berupa pencatatan lengkap

hasil pengamatan tentang ada tidaknya kasus baru penyakit tertentu atau adanya

peningkatan jumlah kasus baru untuk memantau perubahan yang terjadi pada

penyakit yang mempunyai risiko menimbulkan wabah

b. Kegunaan Surveilans Epidemiologi

a. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit.

b. Untuk menentukan penyakit mana yang diperioritaskan untuk diobati atau

diberantas.

c. Untuk meramalkan terjadinya wabah.

d. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit

menular dan program-program kesehatan lainnya seperti program mengatasi

kecelakaan, program kesehatan gigi, program gizi, dll.

e. Untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan.

c. Manfaat Surveilans Epidemiologi:

a. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya

b. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit

c. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat

d. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya

e. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi

f. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis

g. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi

14

Page 15: Resume 2- SITI

h. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan

kesehatan dimasa depan

i. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran

program pada tahap perencanaan

Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah

dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke stakeholder atau pemegang kebijakan untuk

ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk

menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.

d. Unsur- Unsur Yang Terkait Dengan Surveilans

Dalam pelaksanaannya program surveilans diperlukan berbagai unsur yang

saling terkait untuk menghasilkan data-data yang akurat, sederhana, teratur dan

terencana. Unsur-unsur utama tersebut meliputi:

a. Collection atau yang disebut dengan pengumpulan data dan mencatat kejadian-

kejadian secara jelas, tepat, terpercaya, validitas dan sesuai dengan tujuan

surveilans yang direncanakan.

b. Tabulasi/ pengelolaan data, data yang telah masuk tadi kemudian disusun

sedemikian rupa dan sesederhana mungkin sehingga data-data tersebut dapat

dianalisis dengan mudah, data tersebut dapat berbentuk grafik, tabel ataupun

peta yang dapat memberikan penjelasan yang berarti

c. Analisis, data yang sudah di olah kemudian dianalisis sehingga menimbulkan

interpretasi agar dapat memberikan kejelasan kepada masyarakat dan dapat

disebarluaskan agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagaimana

mestinya

d. Plaining atau perencanaan, setelah data diinformasikan kepada pihak yang

membutuhkan, hasil informasi itu kemudian dibuat suatu perencanaan program

kesehatan untuk diemplementasikan ke masyarakat

e. Evaluasi, merupakan tahapan penilaian hasil surveilans untuk

mengetahui sampai sejauh mana fungsi dan keefektifasannya di lapangan dan

untuk menentukan kebijakan dan program yang baik selanjutnya.

e. Langkah-Langkah Surveleince

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan apabila jenis,sifat dan

sumber data diketahui sehingga memudahkan untuk langkah-langkah

berikutnya:

Mencari data pada setiap anggota yang akan diamati atau di ukur.

15

Page 16: Resume 2- SITI

Mencari data pada sebagian orang yang akan diamati atau di ukur

dengan teknik sampel.

b. Pengolahan Data

Editing yaitu memeriksa dan menyesuaikan data terlebih dahulu

dengan rencana yang diinginkan.

Koding yaitu memberikan kode pada data yang telah diperoleh.

Selecting yaitu memilih atau menyortir dengan cara

mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.

Entry data yaitu memasukan data melalui komputerisasi dengan

cara manual.

Cleaning yaitu membersihkan data apakah data sudah benar atau

belum.

Mengeluarkan informasi yang diinginkan.

c. Penyajian Data

Terdiri dari 3 langkah yaitu :

Suatu bentuk tulisan atau narasi, tabel atau gambar grafik yang

merupakan hasil kompilasi dari pengolahan data.

Tujuannya memberikan informasi dan memudahkan interpretasi

hasil analisis .

Bentuk penyajian data dapat berupa tulisan atau narasi, tabel atau

daftar dan gambar atau grafik atau diagram.

Secara garis besar ada 3 cara yang sering dipakai untuk penyajian data:

Tekstuler atau kata-kata.

Tabel atau tubuler

Diagram atau grafik.

d. Analisis atau interpretasi

Tujuan dari analisis dan interpretasi data yaitu :

Untuk mengetahui komponen –komponen yang mempunyai sifat

menonjol dan mepunyai nilai yang ekstrim.

Membandingkan antara komponen dengan menggunakan nilai

ratio.

Membandingkan antara komponen dengan keseluruhan

menggunakan nilai proporsi (presentase),kemudian

menyimpulkannya.

e. Memyebarkan Informasi

16

Page 17: Resume 2- SITI

Hasil analisa dan interpretasi data haru disebarluaskan pada unit-unit

yang berkepentingan agar dapat digunakan untuk perencanaan tindak

lanjut

f. Indikator

a. Kelengkapan laporan

b. Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi

c. Distribusi informasi epidemiologi lokal dan nasional

d. Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kkesehatan

e. Menurunnya KLB penyakit

f. Kajian SKD (Early Warning System/ Sistem Kewaspadaan Dini) penyakit

meningkatt

g. Jenis Data:

a. Data kesakitan

b. Data kematian

c. Data demografi

d. Data geografi

e. Data llaboratorium

f. Data kondisi llingkungan

g. Data status gizi

h. Data kondiisii pangan

i. Data vektor dan reservoir

j. Data dan iinformasi penting llainnya

h. Sumber Data (WHO) :

a. Data Mortalitas (kematian)

b. Data Morbiditas (Kesakitan)

c. Data epidemik

d. Laporan penggunaan laboratorium (hasil test lab.)

e. Laporan investigasi kasus secara individual

f. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)

g. Survei khusus (register penyakit, survei serologis)

h. Informasi binatang sebagai reservoir dan vektor.

i. Data demografik

j. Data lingkungan.

i. Strategi

.a. Peningkatan Mutu ddata ddan informasi epidemiologi

.b. Desentralisasi penyelenggaraan ssurveilans

17

Page 18: Resume 2- SITI

.c. Peningkatan pprofesionalisme ttenaga epidemiologi

.d. Peningkatan jaringan komunikasi, IT yang terintegrasi dan

interatif antar program dan antar program

.e. Pengembangan tim epidemiolog (fungsional) yang handal

.f. Pengembangan sistem surveilans yang sesuai dengan kebutuhan

masing--masing ttingkat administrasi kesehatan

.g. Penyebaran informasi yang up to data

j. Kompilasi

.a. Untuk menghindari duplikasi, menilai kelengkapan

.b. Dilakukan secara manual

.c. Membuat master table, kartu pengolah data) atau dengan

computer (menggunakan program Epi-Info).

.d. Sesuai tujuan dari sistem surveilans dan karakteristik (ciri

khusus) dari masalah kesehatan

k. Analisis Data Surveilans

Analisis dengan cara:

a. Univariat menghitung proporsi atau menggunakan statistik deskriptif (misalnya

mean, modus, Standar Deviasi-SD)

b. Bivariat membuat tabel (kemudian menghitung proporsi)

c. Grafik(analisis kecenderungan)

d. Peta (analisis menurut tempat dan waktu)

e. Analisis sebaiknya oleh tim

f. Hasil: Informasi Epidemiologi

l. Diseminasi Informasi

Pengelola program penanggulangan tindakan pemberi data disebut feedback,

Masalah yang ditemukan dan alternatif pemecahan, bila tidak ditemukan masalah,

alternative untuk meningkatkan kinerja sistem yang sudah ada atau sedang berjalan.

Dapat melalui buletin, news letter, kunjungan atau surat untuk corrective action.

m. Frekuensi Pengumpulan Data :

Frekuensi disesuaikan kebutuhan rutin bulanan, perencanaan dan evaluasi

5.APLIKASI KASUS

18

Page 19: Resume 2- SITI

1. Defini Flu Babi

Flu babi adalah virus A/H1N1 yang kemudian menular ke manusia. Waktu

inkubasi atau penetasan virus tersebut biasanya 3-4 hari (mungkin saja bisa 1-7 hari).

2. Penyebab Flu Babi dan Proses Penyebaran

Sumber penyebarannya dari virus Flu Babi A/H1N1. Penularannya sama hal

dengan penyakit influensa seperti penderita atau pasien yang batuk dan bersin yang

mengandung virus tersebut “penularan lewat percikan/menyemprot”, dan kemudian virus

tersebut menempel ke tangan lalu memegang mulut atau hidung “penularan lewat sentuhan”.

3. Manifestasi Klinis

Gejalanya sama halnya dengan penyakit influensa biasa yaitu panas dalam,

pusing kepala, batuk,sakit pda tenggorokan,pilek, sakit pada otot-otot lain dan sebagainya.

Dan terjadi juga gejala muntah-muntah dan mencret atau kelainan pada alat pencernaan.

4. Penyembuhan

Penyembuhannya sama halnya dengan penularan pada penyakit influensa,obat

anti influensa “Oseltamivir” nama obatnya “Tamiflu”,Zanamivir nama obatnya “Relenza”

dan obat anti influensa lainnya yang memusatkan penyembuhan untuk penyakit kronis alat

pernapasan dan semua gejala penyakit.

5. Pencegahan Flu Babi

A.Pencegahan Primer

Melakukan penyuluhan mengenai bahaya penyakit flu

babi,pencegahannya,serta penanganan penderita kepada peternak babi melalui

promosi kesehatan masyarakat selain itu orang yang sering kontak dengan

ternak maupun tinggal disekitar daerah peternakan babi juga perlu

mendapatkan penyuluhan.

Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat), contohnya dengan mencuci tangan setelah memegang benda-benda di

tempat umum.

Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar.

Menyediakan tempat mencuci tangan di tempat-tempat umum.

Mengajak masyarakat umum untuk memakai masker apabila mengalami

gangguan pernafasan atau demam dan segera menghubungi dokter.

Penyebaran diisinfektan pada setiap babi dan kadang babi agar resiko

penyebaran virus menjadi berkurang.

B. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder pada pasien flu babi yaitu : Apabila sudah menderita flu

sebaiknya menggunakan masker jika melakukan perjalanan serta melakukan

19

Page 20: Resume 2- SITI

pemeriksaan di tempat-tempat umum seperti bandahara,pertokoan,dan tempat umum

lainnya dan mengisolasi pasien flu babi.

C. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier pada pasien flu babi yaitu rehabilitasi kepada penderita

penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat agat mau

menerima kembali penderita flu babi yang sudah sembuh agar tidak mendapat

pengucilan.

6. Fase – Fase Kewaspadaan Pandemi Influenza

Fase pandemic influenza terdiri dari 6 fase. Keenam fase ini dikelompokkan

dalam 3 kategori, yaitu periode interpandemi, periode waspadai pandemic dan periode

pandemic seperti diuraikan di bawah ini :

Periode interdepandemi

Fase 1: infeksi pada binatang dengan risiko penularan rendah terhadap manusia

Fase 2: infeksi pada binatang dengan risiko penularan tinggi pada manusia

Periode Waspada Pandemi

Fase 3: infeksi pada manusia, namun tidak ada penularan antara manusia, atau sangat

jarang terbatas pada kontak erat.

Fase 4: infeksi pada manusia dengan bukti penularan antar manusia yang terbatas

( kelompok kecil )

Fase 5: infeksi pada manusia dengan penularan antar manusia dalam kelompok yang

semakin meluas

Periode Pandemi

Fase 6: pandemik ( penularan antar manusia sangat efektif )

7. Langkah – Langkah Penanggulangan

m.1. Strategi dan Kegiatan

Strategi dan kegiatan penanggulagan Flu babi ini merupakan bagian dari

kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemic Flu Babi.

m.2. Surveilans

.d.a.Tujuan

Identifikasi dini kasus penularan virus flu babi dari babi ke

manusia maupun dari manusia ke manusia

Idetifikasi daerah KLB flu babi dan populasi beresiko

Menetapkan besarnya dan luasnya masalah

Mencegah transmisi di masyarakat melalui upaya pencegahan

Masukan bagi penyebaran informasi epidemiologi flu babi.

.d.b.Sasaran

20

Page 21: Resume 2- SITI

Kelompok masyarakat yang mempunyai resiko terjangkit flu

babi adalah:

Pekerja peternakan / pemrosesan babi, ( termasuk dokter hewan/

Ir. Peternakan )

Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien / babi

terjangkit

Petugas di pelayanan kesehatan

Pengunjung peternakan / pemrosesan babi ( dalam 1 minggu

terakhir

Pernah kontak dengan babi sakit / mati mendadak yang belum

diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya

dalam 7 hari terakhir

Pernah kontak dengan penderita Flu Babi konfirmasi dalam 7

hari terakhir

.d.c.Langkah – langkah

Surveilans Aktif

Surveilans aktif dilakukan apabila ada kasus kematian

babi > 10% atau KLB AI di peternakan / masyarakat. Alur

surveilans aktif dapat dilihat pada Bagan 1 di bawah.

Pelaksanaan surveilans aktif dikoordinasikan dengan institusi

pertanian / peternaakan

Bagan 1

Alur Kegiatan Surveilans Aktifflu babi di Puskesmas

Kematian masal babi ( .10% ) di peternakan atau di masyarakat

KCD / UPTD pertanian/peternakan

Puskesmas

21

Page 22: Resume 2- SITI

Investigasi kematian masal babi/ hewan lain

Investigasi mencari kasus suspek pada manusia di wilayah kematian masal babi / hewan lain

Dinkes Kab. / Kota

Dinkes Provinsi

Ditjen PP & PL Depkes RI

Pengamatan kasus suspek AI pada manusia di wilayah kematian masal babi / hewan lain

Dinas pertanian / peternakan Kab / Kota

Dinas pertanian / peternakan Provinsi

Dinas perternakan Deptan

Alur pelaporan

Alur koordinasi

Surveilans Pasif

1. Dilakukan di puskesmas

22

Page 23: Resume 2- SITI

2. Kasus – kasus yang perlu dilaporkan sebagai kecurigaan

terhadap :

- Kasus dengan riwayat kontak dengan babi sakit / mati

dan atau produk mentahnya dalam 7 hari terakhir atau

tinggal di daerah yang terdapat kematian missal / KLB

babi dalam 2 minggu terakhir

- Kasus pneumonia dengan riwayat kontak seperti di atas

- Kasus pneumonia berat yang mengelompok ( cluster )

- Kematian dengan Acute Respiratory Syndrom ( ARDS )

yang tidak didasari penyakit lain

3. Investigasi kasus & faktor risiko

Investigasi dilakukan untuk mengidentifikasi riwayat:

- Perjalanan penyakit penderita

- Kontak / paparan dengna babi/ ternak

- Kontak / paparan dengan penderita ILI / pneumonia

- Kontak / paparan melalui proses penyiapan makan

- Medis / kesehatan penderita

Surveilans kontak

Kontak adalah orang ( responden ) yang pernah kontak dengn penderita (

orang yang serumah dengan penderita, tetangga, saudara, dll ). Data

surveilans meliputi riwayat:

- Kontak responden dengan penderita

- Medis / kesehatan responden

- Kontak / paparan kepemilikan dan kontak responden dengan unggas

- Kontak / paparan melalui proses penyiapan makanan

c. Pelaporan kasus

Alur pelaporan kasus dapat dilihat pada bagian 2 di bawah

23

Page 24: Resume 2- SITI

Bagan 2

Observasi kasus suspek AI / jecurigaan terhadap AI di Puskesmas / klinik

Daerah dengan positif H5N1 sBabi

Kasus suspek AI / kecurigaan AI di Rumah Sakit

Dinkes Kab/Kota/Posko AI Dinkes Prop/Posko AI

Ditjen PP & PL / Posko AI di Ditjen PP & PL

Laboratorium daerah / propinsi

Litbangkes Jakarta

Kirim spesimen

Ambil Sampel

Rujuk

Ke RS

KDRS

Investigasi < 24 jam

Alur pelaporan kasus flu babi :

8. Promosi Kesehatan

24

Page 25: Resume 2- SITI

a. Pengertian

Promosi kesehatan dalam penanggulangan flu babi adalah upaya

membantu ( memberdayakan ) masyarakat agar mampu mengenali serta

melaksanakan perilaku mencegah dan mengatasi flu babi.

b. Strategi Dasar Promosi Kesehatan

Strategi dasar promosi kesehatan dalam penanggulangan Flu Babi

adalah Gerakan Pemberdayaan Masyarakat, Bina Suasana dan Advokasi

c. Pesan Pokok, Metode, dan Media

Dalam melaksanakan promosi kesehatan tentang flu babi sebaiknya

memperhatikan aspek – aspek sasaran, pesan yang akan disampaikan, metode

teknik penyampaian pesan, dan media yang digunakan

d. Koordinasi

Koordinasi Lintas Program

Koordinasi lintas program adalah koordinasi antar petugas program

terkait di internal Puskesmas. Koordinasi lintas program langsung

dipimpin dan dipantau terus oleh Kepala Puskesmas.

Program terkait di puskesmas adalah P2M, Tim Surveilans

Puskesmas, Kesehatan Lingkungan, dan Gizi. Keterkaitan masing –

masing petugas program dalam penanggulangan flu babi adalah

sebagai berikut:

o Penyakit flu babi adalah penyakit menular yang mana melekat

pada tugas pokok dan fungsi petugas program pemberantasan

penyakit menular ( P2M ). Petugas berperan dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan

penanggulangan flu babi

o Tim surveilans puskesmas berperan dalam pengumpulan,

pengolahan, analisis, dan pelaporan penyakit. Apabila

ditemukan kasus memiliki criteria flu babi dan investigasi harus

dilakukan, maka petugas surveilans turut serta mendampingi

tim investigasi dari Kabupaten / Kota/ Provinsi.

25

Page 26: Resume 2- SITI

o Petugas kesehatan lingkungan bertanggung jawab atas

kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Perannya diperlukan

dalam penyuluhan mengenai kebersihan pribadi, lingkungan

peternakan, lingkungan pasar, maupun tempat – tempat umum

lainnya

o Petugas gizi puskesmas berperan dalam penyuluhan gizi

kepada kelompok resiko maupun masyarakat umum.

Koordinasi Lintas Sektor

Sector atau organisasi kemasyarakatan yang terkait dalam

penanggulangan flu babi di tingkat Puskesmas adalah:

.a. Puskesmas

.b. Dinas Pertanian / Peternakan ( KCD bila ada )

.c. Camat

.d. Kepala Desa / Lurah

.e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) di desa

.f. Badan Perwakilan Daerah ( BPD )

.g. Ketua PKK ( Kecamatan, desa )

.h. Tokoh agama/ tokoh adat

.i. Asosiasi peternakan

Puskesmas bekerjasama Dinas Pertanian / Peternakan dalam

hal penanggulangan flu babi di peternakan / pemrosesan baik

berskala besar maupun kecil atau rumah tangga:

a. Dinas Pertanian / peternakan berperan ( dalam hal kesehatan babi

dan kebersihan kandang ( misalnya desinfeksi, vaksinasi )

b. Puskesmas berperan dalam hal kebersihan perorangan,

kebersihan lingkungan

26

Page 27: Resume 2- SITI

c. Apabila pekerja atau keluarga dicurigai menderita flu babi maka

investigasi dilakukan bersama – sama. Investigasi dilakukan

bersama dengan Tim Investigasi Kabupaten / Kota / Provinsi.

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota

.i.a.Advokasi dan koordinasi dengan sector terkait

.i.b. Betanggung jawab dalam pelaksanaan kewaspadaan dini,

penyelidikan, dan penanggulangan KLB flu babi

.i.c.Fasilitas dan asistensi teknis

.i.d. Fasilitas sarana dan prasarana

.i.e.Monitoring dan evaluasi

.i.f. Umpan balik

e. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas

Peran pada individu atau keluarga

a. Peran sebagai pelaksana kesehatan

Yaitu seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan

masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan

melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga

tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. (Nasrul

Effendi, 1998:23).

Ada 2 macam peran sebagai pelaksana yaitu:

Clinical nurse specialist (CNS)

Yaitu memberikan pelayanan pada tingkat individu,

keluarga dan kelompok, dan bentuk tanggung jawab pada

peran ini adalah melalui upaya promotif dan preventif dalam

kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Memberikan kesehatan pada klien, biasanya di unit

rawat jalan atau tempat praktik komunitas pada klien dengan

masalah kompleks, dan memberikan perhatian yang lebih

27

Page 28: Resume 2- SITI

pada gejala kondisi non patologis, kenyamanan dan

perawatan komprehensif (Roy dan Obloy, 1979).

Tujuannya adalah menurunkan jumlah morbiditas,

menurunkan infant mortality rate atau angka kematian bayi

dan mencegah terjadinya gangguan dan kecacatan pada

anggota masyarakat.

Bentuk pelaksanaan difokuskan pada identifikasi

masyarakat yang beresiko.

Family nurse practitioner (FNP)

Yaitu memberikan perawatan ambulasi untuk

keluarga, biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga.

Perawat memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum,

mengatasi masalah kesehatan dengan memberikan perawatan

langsung dan memberikan bimbingan atau konseling kepada

keluarga jika dibutuhkan.

Tujuannya adalah peningkatan kesehatan (promotif),

mencegah terjadinya penyakit (preventif), melaksanakan

pengelolaan pada penyakit yang bersifat kronis dan

menghindari adanya pembatasan kecacatan.

Bentuk tanggung jawabnya mengelola masalah

kesehatan dan penyakit yang umum terjadi pada segala umur

baik pria maupun wanita.

Pelaksanaannya berupa pengkajian fisik, psikologis

dan lingkungan, mengkaji status kesehatan dan resiko

terhadap penyakit baik individu atau keluarga, mendiagnosa

masalah aktual dan potensial, serta mengambil keputusan

untuk memecahkan tindakan bersama klien dan keluarga.

b. Peran sebagai pendidik

Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah,

28

Page 29: Resume 2- SITI

puskesmas dan di masyarakat dilakukan secara terorganisir dalam

rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan –

perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai

tingkat kesehatan yang optimal. Dilaksanakan oleh perawat

komunitas dan anggota profesi lainnya dalam bentuk formal

ataupun non formal. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan masyarakat. Pengajaran berbentuk:

1. Penanaman perilaku sehat

2. Peningkatan nutrisi

3. Olah raga

4. Pengwelolaan stress

5. Pendidikan tentang proses penyakit dan pentingnya

pengobatan yang berkelanjutan

6. Pendidikan tentang penggunaan obat

7. Pendidikan tentang perawatan mandiri

c. Peran sebagai administrasi

Perawat kesehatan masyarakt diharapkan dapat mengelola

berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan

masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Tanggung jawabnya yaitu melakukan

pengelolaan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan

dalam pemecahan masalah, pengelolaan tenaga, membuat

kualitas mekanisme kontrol, kerjasama lintas sektoral dan lintas

program, bersosialisasi dengan masyarakat dan marketing.

d. Peran sebagai konseling

Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai

tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam

bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi yang pada

akhirnya dapat membantu memberikan jalan keluar dalam

mengatasi suatu masalah kesehatan dan keperawatan yang

29

Page 30: Resume 2- SITI

mereka hadapi. Peran ini dapat dilaksanakan dengan cara

berkonsultasi pada anggota masyarakat, memberikan konsultasi

pada anggota profesi, berkonsultasi dengan petugas kesehatan,

berkonsultasi dengan organisasi sosial dan rapat pendidikan.

Sebagai konseling, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan

data–data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur

seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami

hal–hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam

pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan

sumber–sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran

yang direncanakannya.

e. Peran sebagai peneliti

Yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang

terjadi di mastarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan

kesehatan bahkan mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian

dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan faktor yang

menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan

tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasil dari penelitian

diaplikasikan dalam praktek keperawatan. (Pery dan

Potter,2005).

PROSES KEPERAWATAN

Langkah-langkah dalam proses keperawatan adalah :

Pengkajian

1. Pengkajian

Dalam pengkajian terdapat beberapa tahap yaitu :

Pengumpulan data

A. Data Demografi

1. Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi

30

Page 31: Resume 2- SITI

1. Laki-laki 43

2. Perempuan 21

3. Total 64

Berdasarkan tabel di atas,masyarakat di indonesia di data sampai tanggal 12 juli yaitu 64

orang postif H1N1

2. Berdasarkan Warga Negara

No Warga Negara Frekuensi

1. WNI 2 Orang

2. WNA 5 Orang

3. Melakukan perjalanan ke luar Negeri 5 orang

3. Total 12 orang

Berdasarkan tabel di atas, yang suspek flu babi ada 12 orang

B. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Who menyampaikan deklarasi pandemi global yang menaikan kewaspadaan dari level

lima ke level enam karena melonjaknnya kasus flu babi di Amerika

Serikat,Eropa,Australia,dan amerika Serikat. Dan perubahan cuaca dan suhu bumi yang

berdampak pada penyebaran virus.

2. ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan

1. Pemerintah menyatakan

merebaknya kasus H1N1 yang

dikenal sebagai flu babi sebagai

kejadian luar biasa.

Di indonesia sendiri

hingga saat ini 12

juli sudah 64 orang

yang positif H1N1.,

rinciannya 43 laki-

laki dan 21

perempuan, tetapi

jumlah itu tidak

Peningkatan timbulnya

penyakit menular(Flu babi)

berhubungan dengan

penyebaran virus flu babi

yang sangat cepat ditandai

dengan

DO :

31

Page 32: Resume 2- SITI

semua WNI. 12

Suspek yang

terakhir,2orang WNI

dan 5 dari luar dan

punya riwayat ke

luar negeri.

Di indonesia sendiri

hingga saat ini 12 juli

sudah 64 orang yang

positif H1N1., rinciannya

43 laki-laki dan 21

perempuan, tetapi jumlah

itu tidak semua WNI. 12

Suspek yang

terakhir,2orang WNI dan 5

dari luar dan punya

riwayat ke luar negeri.

DS :

Pemerintah menyatakan

merebaknya kasus H1N1

yang dikenal sebagai flu

babi sebagai kejadian luar

biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto,Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :EGC

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta :EGC

Elizabeth T.Anderson dan Judith MC Farlene. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas

Teori dan Praktik. Jakarta :EGC

Potter,Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Eds 4. Jakarta: EGC

Thimmreck,Thomas C.2004. Epidemiologi:Suatu Pengantar. Eds 2.Jakarta :EGC

Wahit Iqbal Mubarok. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori 1. Jakarta

Salemba Medika

32

Page 33: Resume 2- SITI

Anonymous. 2011. Flu Babi. Http://www.google.com (Diakses tanggal 30 Mei 2011 pukul 10

: 36)

Anonymous. 2011.Pencegahan Flu Babi. Http://www.google.com (Diakses tanggal 30 Mei

2011 pukul 10 : 36)

http://himapid.blogspot.com (Diakses tanggal 2 Juni 2011 pukul 09 :28)

http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3097

http://pratamasejati.blogspot.com//penanganan-klb-.html

33