resume 2- siti
DESCRIPTION
nTRANSCRIPT
RESUME KASUS 2
Siti Nurtsalis Sholihah
220110090060
Tutor 5
SURVELEINCE DAN
PENANGGULANGAN KLB
Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) yang dikenal sebagai
swine flu dan flu babi sebagai kejadian luar biasa,menyusul dikeluarkannya status yang sama
oleh WHO. Deklarasi pandemi global yang berarti menaikan kewaspadaan dari level lima ke
level enem disampaikan oleh WHO terkait dengan melonjaknya kasus H1N1 di Amerika
Serikat,Eropa,Australia,dan Amerika Serikat. Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak
pula pada penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang
tengah menjadi perhatian masyarakat dunia. Flu babi disebabkan oleh endemis
Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal sebagai virus H1N1 dan
bisa menyebar begitu cepat . Pada umumnya gejala infeksi flu babi pada manusia mirip flu
biasa pada manusia, yakni,demam yang mucul tiba-tiba,batuk,nyeri otot,sakit tenggorokan
dan kelelahan yang berlebihan. Virus flu babi bisa membuat penderita muntah-muntah dan
diare. Manusia yang sudah terinfeksi virus ini bisa menyebar virus ke orang lain hanya
dengan satu kali bersin. Di Indonesia sendiri data hingga 12 juli sudah 64 orang yang positif
H1N1. Rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan. Tapi dari jumlah itu tak semua WNI, 12
suspek yang terakhir, 2 orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat perjalanan ke luar
negeri. Semua yang positif flu babi itu sekarang sedang dikarantina.” Kata Menkes. Dengan
1
demikian pemerintah terus menerus meningkatkan kegiatan surveleince dan langkah
penanggulangan KLB.
1. ISTILAH
Istilah-Istilah dalam Epidemiologi
Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit yang ditemukan pada suatu
daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.
Pandemi
Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit frekuensinya dalam
waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang sangat tinggi serta penyebarannya
mencakup suatu wilayah yang sangat luas.
Endemi
Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit frekuensinya pada suatu
wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
Sporadik
Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu
frekuensinya berubah-ubah menurut perkembangan waktu.
Patogenesitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul
penyakit.
2
Virulensi
Ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan bibit penyakit.
Antigenesitas
Kemampuan bibit penyakit meransang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pada diri
penjamu.
Infektivitas
Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri,bertempat tinggal dan
berkembang biak pada diri penjamu.
Vektor
Binatang yang dapat memindahkan atau menularkan penyakit.
Reservoir
Habitat atau tempat hidup yang paling sesuai bagi bibit penyakit , dapat manusia,hewan dan
lingkungan di sekitar manusia. (Effendy,Nasrul 1998)
2. EPIDEMIOLOGI
1. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,penyebab,pengendalian,dan
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit,kecacatan,dan kematian
dalam populasi manusia.
2. Tujuan Epidemiologi
Menurut Lilienfeld dan Lilienfeld, ada tiga tujuan utama epidemiologi yaitu :
A. Untuk menjelaskan etiologi(studi tentang penyebab penyakit).
B. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan
hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,ilmu perilaku, dan ilmu
biomedis yang terbaru.
3
C. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan
prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang beresiko.
3. Manfaat Epidemiologi
Manfaat epidemiologi adalah :
a. Untuk mempelajari riwayat penyakit.
b. Diagnosis masyarakat.
c. Mengakaji resiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok atau populasi.
d. Pengkajian,evaluasi,dan penelitian.
e. Melengkapi gambaran klinis
f. Identifikasi sindrom
g. Menentukan penyebab dan sumber penyakit.
4. Segitiga Epidemiologi
KLB penyakit dala populasi sering kali melibatkan sekelumpulan atau
beberapa faktor. Banyak orang,benda,cara penularan, dan organisme yang dapat
terlibat dalam penyebaran penyakit.
Untuk menimbulkan suatu penyakit infeksius,satu faktor tunggal harus ada
dan faktor tunggal itu disebut agens. Epidemiologi menggunakan cara pandang
ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen dan faktor dala lingkungan dan
implikasi yang berkaitan dengan penyakit
Untuk memahami model segetiga epidemiologi,seseorang harus mengetahui
istilah yang digunakan dalam segitiga itu yaitu :
A.Agens yaitu penyebab penyakit. Misalnya :virus,bakteri.
B.Penjamu yaitu organisme, biasanya manusia atau hewan.
C. Lingkungan yaitu segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar
Manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
Penyakit.
4
Lingkungan
Gambar Segitiga Epidemiologi
5. Konsep Penularan Penyakit
Beberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan
dengan segitiga epidemiologi antara lain :
Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa
penyakit yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit.
Reservoir yaitu manusia,hewan,tumbuhan,tanah,atau zat organik yang
menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius.
Carrier adalah penyebabran penyakit. Ada 6 tipe carrier yaitu :
Active carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat
bersarangnya organisme penyebab penyakit dan kondisi ini sudah
berlangsung selama beberapa waktu walaupun sudah sembuh dari
penyakitnya.
Convalescent carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi
tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit dan berada dalam
masa pemulihan tetapi masih dapat menularkan penyakit ke orang lain.
Healthy carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat
bersarang organisme penyebab penyakit, tetapi tidak sakit atau tidak
menunjukann gejala sakit.
Incubator carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat
bersarangnya organisme penyebab penyakit, masih berada pada tahap
awal penyakit serta menunjukan gejala dan kemampuan untuk
menularkan penyakit.
Intermittent carier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat
bersarangnya organisme penyebab penyakit dan secara berulang dapat
menyebarkan penyakit.
Passive carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat
bersarangnya organisme penyebab penyakit,tetapi tidak menunjukan
tanda-tanda dan gejala penyakit.
6. Cara Penularan Penyakit
5
Waktu
AgensPenjamu
Ada dua cara penularan penyakit yaitu :
1. Penularan langsung atau dikenal juga sebagai penularan dari orang ke orang,
adalah perpindahan patogen atau agen secara langsung dan segera dari penjamu
atau reservoir ke penjamu yang rentan. Penularan langsung dapa terjadi melalui
kontak fisik langsung atau kontak langsung per orang, seperti bersentuhan dengan
tangan yang terkontaminasi,hubungan seksual,berciuman,dsb.
2. Penularan tidak langsung terjadi karena patogen atau agens berpindah atau
terbawa melalui beberapa item,organisme,benda atau proses perantara menuju
penjamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung
dilakukan melalui salah satu atau beberapa cara penularan berikut : penularan
airbone (melalui doplet atau partikel debu),waterbone,dsb.
(Timmreck,Thomas C,2004)
3.KEJADIAN LUAR BIASA
3.1 Pengertian
Kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
indonesia untuk mengklasifikasi peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. KLB
dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Status KLB diatur oleh peraturan menteri kesehatan RI no. 949/menkes/sk/vii/2004.
Kriteria tentang KLB mengacu pada keputusan Dirjen no. 451/91, tentang pedoman
penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa bila ada unsur :
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak pernah ada atau tidak
dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam satu tahun
sebelumnya.
Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih
dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya.
3.2 Karakteristik
6
3.2.1 Menggambarkan karakteristik KLB
KLB hendaknya digambarkan menurut variabel waktu, tempat,
&orang(Epidemiolodi deskriptif)
3.2.1.1 Tujuan:
Untuk mengetahui sumber, cara penularan, & lama kejadian
berlangsung.
3.2.1.2 Variabel waktu
Untuk mempermudah analisis buatlah kurva epidemik, untuk
Mengetahui :
Mulai terjadinya KLB.
Berakhirnya KLB.
Periode serangan (mulai s/d akhir)
Periode paparan : waktu kasus dapat paparan
Masa inkubasi : terpendek, terpanjang, rata-rata
Sifat KLB: common source atau propagated atau
kombinasi keduanya.
a. Cara menggambarkan karakteristik menurut waktu
Cari informasi waktu mulai sakit (jam,tanggal)
penyakit dengan inkubasi pendek, info jam perlu
Pilih interval waktu untuk buat grafik berdasarkan
inkubasi penyakit yang diduga (jam, hari, minggu),
jangan salah buat interval.
Untuk pedoman: interval = 1/4 atau 1/8 inkubasi
Ada baiknya membuat beberapa interval
Untuk sumbu tegaknya dibuat interval sesuai dengan
jumlah kasusnya, bila sedikit intervalnya juga sedikit
( biasanya interval 2 atau 5 )
b. Lamanya KLB dipengaruhi :
Jumlah orang yang rentan terhadap sumber infeksi
Periode waktu orang rentan terpapar
Periode inkubasi minimum dan maksimum
c. Sifat-sifat KLB :
Letusan besar dengan bentuk mendekati kurva normal biasa
bersifat commonsource, disebabkan oleh penyakit dengan
inkubasi < 1 hari
7
Pada penyakit sama : propagated berlangsung lebih lama dari
common source
Propagated jarang berupa letusan, bila ada biasanya
disebabkan penyakit dengan inkubasi pendek
Common source dapat juga berkepanjangan (hari, minggu,
bulan) apabila paparan berlangsung terus menerus atau putus-
putus. Apabila paparan putus-putus puncak kurva tak teratur.
d. Menentukan periode paparan :
Menggunakan inkubasi rata-rata :
1. Cari tanggal puncak atau tanggal kasus median
2. Hitung ke belakang : puncak – inkubasi rata2 = waktu
paparan pertama
Menggunakan inkubasi maksimum-minimum :
1. Cari kasus pertama dan terakhir KLB
2. Hitung kebelakang :
- inkubasi minimum dari kasus pertama
- inkubasi maksimum dari kasus terakhir
3. Waktu paparan pertama ada diantara tanggal tersebut.
Catatan :
Pada keracunan makanan : inkubasi mudah
Untuk kasus tak jelas waktu paparannya, cara paling
mungkin adalah dengan cara di atas, tapi untuk
KLB/wabah yang lamanya < selisih inkubasi
maksimum dan minimum.
Untuk yang berlangsung lama (common source terus
menerus atau propagated), gunakan cara pertama
(inkubasi rata-rata) dengan perkiraan tanggal puncak
pada puncak kejadian.
3.2.1.3 Variabel tempat
Kegunaan :
a. Mengetahui pola penyebaran menurut tempat tinggal
b. Ada tidaknya pengelompokkan kasus pada geografis tertentu,
lokasi pembuangan limbah, sekolah, asrama, tempat kerja,
sumber air, dll. Untuk mengetahui hubungannya dengan sumber
penularan.
8
c. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan attack rate menurut
tempat tinggal dan tempat yang pernah dikunjungi
3.2.1.4 Variabel orang
Kegunaan :
a. Mengetahui siapa/kelompok paling berisiko menurut kelompok
umur, sex, ras, status kekebalan, status perkawinan, pekerjaan,
adat/budaya, dll
b. Dengan demikian dapat memberi petunjuk kemungkinan sumber
infeksi
Catatan :
Penggolongan umur paling sering bermanfaat pengelompokkan umur
biasanya tiap 5 tahun
3.3 Penggolongan KLB
Tiga klasifikasi yang paling umum bergantung pada cara penyebarannya:
a. Common source epidemic terjadi jika sekelompok orang terpajan pada
infeksi/sumber kuman (agens patogen) yang biasa/umum misalnya: anak
sekolah terpajan anak lain yang saling sakit campak.
Dari common source ini di bagi menjadi 3 subkategori:
Point source
Jika patogennya dari sumber tunggal misalnya makanan. Orang
terpajan di satu tempat pada satu waktu, menjadi sakit selama massa
inkubasi agens yang di dapat dari satu sumber.
Intermittent
Penyebaran penyakit KLB ini tidak teratur dan sulit ditebak, dan
polannya juga tidak teratur, mengakibatkan epidemi yang berulang.
Continuous Epidemic
Jika tingkat penyebaran epidemi cukup tinggi di masyarakat atau
populasi, dan menyerang sejumlah besar orang di dalam populasi tanpa
pengecualian, hal ini termasuk dalam epidemi yang berkelanjutan. Jika pajan
bertambah dan meluas, dan orang yang menjadi sakit tetap seperti biasa, atau
bahkan meningkat selama beberapa waktu.
b. Propagated epidemic terjadi jika common source tunggal sulit untuk
diindentifikasi, KLB penyakit tetap menyebar dari orang ke orang
memperbanyak jumlah yang sakit dan biasannya membentuk pola pertumbuhan
eksponensial / sangat mencolok.
9
c. Mixed epidemic terjadi jika common source epidemic berlanjut melalui kontak
orang ke orang dan penyakit menyebar seperti KLB propagated.
3.4 Tujuan Penyelidikan KLB
3.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran besarnya masalah suatu KLB di suatu wilayah
( puskesmas atau desa / kelurahan)
3.4.2 Tujuan Khusus
a. Mendapatkan kepastian diagnotis KLB
b. Konfirmasi adanya KLB
c. Mendiskripsikan KLB berdasarkan variabell epidemiologi ( orang, tempat dan
waktu)
d. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan penyakit.
e. Merumuskan saran dan cara penanggulangan dan pengendalian guna
mencegah kasus serupa.
3.5 KLB menurut penyebab:
a. Toxin : vibrio cholera, clostrtridium, botulinum, dll..
b. Infeksi : virus, bakteri, protozoa, cacing, dll.
c. Toxin biologis : racun jamur, alfo toxin, plankton, racun ikan, racun tumbuh-tumbuhan,
dll.
d. Toxin kimia : logam berat, nitrit, pestisida, gas-gas beracun
3.6 KLB menurut sumber:
a. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan
mis : salmonella, virus hepatitis, polio, dll.
b. Bersumber dari kegiatan manusia : (tempe bongkrek, pencemaran lingkungan)
c. Bersumber dari binatang : pes,rabies, leptospirosis dll.
d. Bersumber dari udara : staphylococcus, pencemaran udara dll..
e. Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat : salmonella.
f. bersumber dari air : v.cholera,salmonella
g. Sumber makanan-minuman : keracunan singkong, jamur makanan kaleng, ikan.
3.7 Penanggulangan KLB
Adapun bilamana terjadi suatu kasus kejadian luar biasa maka :
3.7.1 Puskesmas
a. Petugas puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari
masyarakat, rs, dll, segera melakukan pengecekan ke lapangan tentang
kebenaran berita kasus.
10
b. Memberikan pertolongan berupa pengobatan kepada penderita, dan bila
diperlukan mengirim penderita ke unit pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi untuk referal sistem (rumah sakit).
c. Mengambil contoh specimen yang diduga sebagai penyebab kasus.
d. Mengirim contoh specimen ke dinas kesehatan kab/kota.
e. Melaporkan adanya kejadian tersebut ke dinas kesehatan kab/kota segera
(menggunakan telepon, fax, form w1, sms, dan e-mail).
f. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
g. Bergabung dengan tim klb dinas kesehatan kab/kota melakukan kajian
penyelidikan epidemiologi.
3.7.2 Dinas kesehatan kab/kota
a. Segera melakukan koordinasi dan pembahasan tentang kasus yang
terjadi.
b. Segera meneruskan contoh spesimen yang diduga sebagai penyebab
kasus ke bbtklpm/blk/lab. Lain yang ditunjuk dengan menggunakan
formulir pengiriman sampel.
c. Melakukan pengecekan ke lokasi, dan memonitor kejadian.
d. Melakukan tindakan investigasi / penyidikan epidemiologi. Investigasi
diarahkan pada :
Attack rate
Relatif risk
Penjelasan lokasi
Penjelasan waktu
e. Segera melaporkan kejadian ke bupati/walikota dengan tembusan ke
dinas kesehatan propinsi, dan ditjen ppm & pl, dengan menggunakan
telepon, fax, form w1, sms, e-mail.
f. Kepala dinas kesehatan kab/kota memberikan keterangan/ penjelasan
kepada publik/ masyarakat tentang kasus yang terjadi, berdasarkan hasil
sementara dari kegiatan penyelidikan epidemiologi tim surveilans yang
ada.
3.7.3 Dinas kesehatan propinsi
a. Petugas kesehatan propinsi yang bertanggung jawab terhadap program
dan surveilans setelah mendapat laporan/ informasi segera melakukan
koordinasi dan evaluasi pelaporan dari dinkes kab/kota.
b. Memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan,
penyelidikan dan penanggulangan.
11
c. Bila dianggap perlu, membantu dinkes kab/kota dalam penyelidikan
epidemiologi kasus di daerahnya dan koordinasi dengan laboratorium
yang ada di propinsi.
3.7.4 Pusat
a. Petugas pusat dan subdit surveilans setelah mendapat laporan/informasi
segera melakukan koordinasi dan evaluasi pelaporan dari dinas
kesehatan propinsi dan kab/kota.
b. Memberi arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana
pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan kasus.
c. Memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam kasus di daerah dan
koordinasi
3.7.5 Pasca kejadian luar biasa sangat perlu untuk dilakukan :
a. Pelatihan
Pelatihan asisten epidemiologi lapangan (pael) yang diikuti oleh
petugas dinas kesehatan propinsi, kab/kota.
Hazard analisys critical control point (haccp).
Pelatihan/kursus hygiene sanitasi lingkungan.
b. Pembelian alat
Untuk menunjang penanggulangan kasus diperlukan peralatan
pengambilan dan pemeriksaan sampel dan specimen bagi BBTKLPM,
KKP dan dinas kesehatan.
c. Menyusun pedoman dan peraturan
Untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan dalam menunjang
investigasi kasus, maka sangat diperlukan adanya pedoman dan
peraturan
3.8 Langkah-Langkah Penanggulangan KLB
A. Langkah 1 (Persiapan Investigasi di Lapangan)
Investigasi : Pengetahuan ilmiah yang sesuai,perlengkapan dan alat.
Administrasi : Prosedur administrasi, misalnya dokumen perjalanan, uang tunai,
dan keperluan pribadi lainnya.
Konsultasi : Peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan, tentukan
langkah-langkah yang harus di lakukan .
B. Langkah 2 (Menentukan dan memastikan adanya wabah).
Menentukan apakah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang di
harapkan.
Pembuktian adalah wabah.
12
C. Langkah 3 (Memastikan Diagnosis)
Memastikan bahwa masalah telah benar di diagnosis dengan benar,dan sesuai
dengan yang dilaporkan.
Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan
peningkatan kasus yang dilaporkan.
D. Langkah 4 (Tentukan dan identifikasi kasus (membuat definisi kasus dan menemukan
serta menentukan kasus)).
Informasi klinis tentang penyakit
Karakteristikj tentang orang yang rentan.
Informasi mengenai tempat dan lokasi.
Spesifikasi waktu selama wabah terjadi.
Penyelidikan kasus didefinisikan dalam 3 kelas sebagai berikut :
Kasus pasti
Kasus mungkin
Kasus Meragukan.
E. Langkah 5 ( Melakukan epidemiologi deskriftif)
Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu.
Gambaran kejadian wabah berdasarkan orang.
Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat.
F. Langkah 6 (Kembangkan Hipotesa)
Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu.
Bagaimana cara penularannya.
Apa saja yang menyebabkan faktor penularan.
Wawancara dengan beberapa penderita.
Mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemafaran.
Kunjungan rumah penderita.
Wawancara dengan petugas kesehatan setempat.
Epidemiologi deskriftip.
G. Langkah 7 (Kembangkan Hipotesa).
H. Langkah 8 (Studi tambahan)
I. Langkah 9 (Memperbaiki hipotesa dan mengadakan penelitian tambahan).
Penelitian epidemiologi (epidemiologi analitik).
Penelitian laboratorium dengan lingkungan (pemeriksaan serum,pemeriksaan
tempat pembungan tinja).
J. Langkah 10 (Data tambahan)
Didapat dari hasil laboratorium.
13
K. Langkah 11 (Penelitian Tambahan).
L. Langkah 12 ( melaksanakan pengendalian dan pencegahan)
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin.
Upaya penanggulangan bisanya hanya diterapkan setelah sumber wabah
diketahui.
Pada umumnya,upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah
dalam penularan penyakit.
Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit,sumbernya atau
resevoirnya.
M. Langkah 13 (Menyampaikan hasil penyelidikan).
N. Langkah 14 (Menidaklanjuti rekomendasi).
O. Langkah 15 (Sebarluaskan).
4.SURVEILANCE
a. Pengertian Surveilance
Kegiatan yang diakukan secara rutin dan teratur berupa pencatatan lengkap
hasil pengamatan tentang ada tidaknya kasus baru penyakit tertentu atau adanya
peningkatan jumlah kasus baru untuk memantau perubahan yang terjadi pada
penyakit yang mempunyai risiko menimbulkan wabah
b. Kegunaan Surveilans Epidemiologi
a. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit.
b. Untuk menentukan penyakit mana yang diperioritaskan untuk diobati atau
diberantas.
c. Untuk meramalkan terjadinya wabah.
d. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit
menular dan program-program kesehatan lainnya seperti program mengatasi
kecelakaan, program kesehatan gigi, program gizi, dll.
e. Untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan.
c. Manfaat Surveilans Epidemiologi:
a. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
b. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
c. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
d. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya
e. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
f. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
g. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi
14
h. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan
kesehatan dimasa depan
i. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan
Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah
dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke stakeholder atau pemegang kebijakan untuk
ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk
menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.
d. Unsur- Unsur Yang Terkait Dengan Surveilans
Dalam pelaksanaannya program surveilans diperlukan berbagai unsur yang
saling terkait untuk menghasilkan data-data yang akurat, sederhana, teratur dan
terencana. Unsur-unsur utama tersebut meliputi:
a. Collection atau yang disebut dengan pengumpulan data dan mencatat kejadian-
kejadian secara jelas, tepat, terpercaya, validitas dan sesuai dengan tujuan
surveilans yang direncanakan.
b. Tabulasi/ pengelolaan data, data yang telah masuk tadi kemudian disusun
sedemikian rupa dan sesederhana mungkin sehingga data-data tersebut dapat
dianalisis dengan mudah, data tersebut dapat berbentuk grafik, tabel ataupun
peta yang dapat memberikan penjelasan yang berarti
c. Analisis, data yang sudah di olah kemudian dianalisis sehingga menimbulkan
interpretasi agar dapat memberikan kejelasan kepada masyarakat dan dapat
disebarluaskan agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya
d. Plaining atau perencanaan, setelah data diinformasikan kepada pihak yang
membutuhkan, hasil informasi itu kemudian dibuat suatu perencanaan program
kesehatan untuk diemplementasikan ke masyarakat
e. Evaluasi, merupakan tahapan penilaian hasil surveilans untuk
mengetahui sampai sejauh mana fungsi dan keefektifasannya di lapangan dan
untuk menentukan kebijakan dan program yang baik selanjutnya.
e. Langkah-Langkah Surveleince
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan apabila jenis,sifat dan
sumber data diketahui sehingga memudahkan untuk langkah-langkah
berikutnya:
Mencari data pada setiap anggota yang akan diamati atau di ukur.
15
Mencari data pada sebagian orang yang akan diamati atau di ukur
dengan teknik sampel.
b. Pengolahan Data
Editing yaitu memeriksa dan menyesuaikan data terlebih dahulu
dengan rencana yang diinginkan.
Koding yaitu memberikan kode pada data yang telah diperoleh.
Selecting yaitu memilih atau menyortir dengan cara
mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.
Entry data yaitu memasukan data melalui komputerisasi dengan
cara manual.
Cleaning yaitu membersihkan data apakah data sudah benar atau
belum.
Mengeluarkan informasi yang diinginkan.
c. Penyajian Data
Terdiri dari 3 langkah yaitu :
Suatu bentuk tulisan atau narasi, tabel atau gambar grafik yang
merupakan hasil kompilasi dari pengolahan data.
Tujuannya memberikan informasi dan memudahkan interpretasi
hasil analisis .
Bentuk penyajian data dapat berupa tulisan atau narasi, tabel atau
daftar dan gambar atau grafik atau diagram.
Secara garis besar ada 3 cara yang sering dipakai untuk penyajian data:
Tekstuler atau kata-kata.
Tabel atau tubuler
Diagram atau grafik.
d. Analisis atau interpretasi
Tujuan dari analisis dan interpretasi data yaitu :
Untuk mengetahui komponen –komponen yang mempunyai sifat
menonjol dan mepunyai nilai yang ekstrim.
Membandingkan antara komponen dengan menggunakan nilai
ratio.
Membandingkan antara komponen dengan keseluruhan
menggunakan nilai proporsi (presentase),kemudian
menyimpulkannya.
e. Memyebarkan Informasi
16
Hasil analisa dan interpretasi data haru disebarluaskan pada unit-unit
yang berkepentingan agar dapat digunakan untuk perencanaan tindak
lanjut
f. Indikator
a. Kelengkapan laporan
b. Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi
c. Distribusi informasi epidemiologi lokal dan nasional
d. Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kkesehatan
e. Menurunnya KLB penyakit
f. Kajian SKD (Early Warning System/ Sistem Kewaspadaan Dini) penyakit
meningkatt
g. Jenis Data:
a. Data kesakitan
b. Data kematian
c. Data demografi
d. Data geografi
e. Data llaboratorium
f. Data kondisi llingkungan
g. Data status gizi
h. Data kondiisii pangan
i. Data vektor dan reservoir
j. Data dan iinformasi penting llainnya
h. Sumber Data (WHO) :
a. Data Mortalitas (kematian)
b. Data Morbiditas (Kesakitan)
c. Data epidemik
d. Laporan penggunaan laboratorium (hasil test lab.)
e. Laporan investigasi kasus secara individual
f. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)
g. Survei khusus (register penyakit, survei serologis)
h. Informasi binatang sebagai reservoir dan vektor.
i. Data demografik
j. Data lingkungan.
i. Strategi
.a. Peningkatan Mutu ddata ddan informasi epidemiologi
.b. Desentralisasi penyelenggaraan ssurveilans
17
.c. Peningkatan pprofesionalisme ttenaga epidemiologi
.d. Peningkatan jaringan komunikasi, IT yang terintegrasi dan
interatif antar program dan antar program
.e. Pengembangan tim epidemiolog (fungsional) yang handal
.f. Pengembangan sistem surveilans yang sesuai dengan kebutuhan
masing--masing ttingkat administrasi kesehatan
.g. Penyebaran informasi yang up to data
j. Kompilasi
.a. Untuk menghindari duplikasi, menilai kelengkapan
.b. Dilakukan secara manual
.c. Membuat master table, kartu pengolah data) atau dengan
computer (menggunakan program Epi-Info).
.d. Sesuai tujuan dari sistem surveilans dan karakteristik (ciri
khusus) dari masalah kesehatan
k. Analisis Data Surveilans
Analisis dengan cara:
a. Univariat menghitung proporsi atau menggunakan statistik deskriptif (misalnya
mean, modus, Standar Deviasi-SD)
b. Bivariat membuat tabel (kemudian menghitung proporsi)
c. Grafik(analisis kecenderungan)
d. Peta (analisis menurut tempat dan waktu)
e. Analisis sebaiknya oleh tim
f. Hasil: Informasi Epidemiologi
l. Diseminasi Informasi
Pengelola program penanggulangan tindakan pemberi data disebut feedback,
Masalah yang ditemukan dan alternatif pemecahan, bila tidak ditemukan masalah,
alternative untuk meningkatkan kinerja sistem yang sudah ada atau sedang berjalan.
Dapat melalui buletin, news letter, kunjungan atau surat untuk corrective action.
m. Frekuensi Pengumpulan Data :
Frekuensi disesuaikan kebutuhan rutin bulanan, perencanaan dan evaluasi
5.APLIKASI KASUS
18
1. Defini Flu Babi
Flu babi adalah virus A/H1N1 yang kemudian menular ke manusia. Waktu
inkubasi atau penetasan virus tersebut biasanya 3-4 hari (mungkin saja bisa 1-7 hari).
2. Penyebab Flu Babi dan Proses Penyebaran
Sumber penyebarannya dari virus Flu Babi A/H1N1. Penularannya sama hal
dengan penyakit influensa seperti penderita atau pasien yang batuk dan bersin yang
mengandung virus tersebut “penularan lewat percikan/menyemprot”, dan kemudian virus
tersebut menempel ke tangan lalu memegang mulut atau hidung “penularan lewat sentuhan”.
3. Manifestasi Klinis
Gejalanya sama halnya dengan penyakit influensa biasa yaitu panas dalam,
pusing kepala, batuk,sakit pda tenggorokan,pilek, sakit pada otot-otot lain dan sebagainya.
Dan terjadi juga gejala muntah-muntah dan mencret atau kelainan pada alat pencernaan.
4. Penyembuhan
Penyembuhannya sama halnya dengan penularan pada penyakit influensa,obat
anti influensa “Oseltamivir” nama obatnya “Tamiflu”,Zanamivir nama obatnya “Relenza”
dan obat anti influensa lainnya yang memusatkan penyembuhan untuk penyakit kronis alat
pernapasan dan semua gejala penyakit.
5. Pencegahan Flu Babi
A.Pencegahan Primer
Melakukan penyuluhan mengenai bahaya penyakit flu
babi,pencegahannya,serta penanganan penderita kepada peternak babi melalui
promosi kesehatan masyarakat selain itu orang yang sering kontak dengan
ternak maupun tinggal disekitar daerah peternakan babi juga perlu
mendapatkan penyuluhan.
Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat), contohnya dengan mencuci tangan setelah memegang benda-benda di
tempat umum.
Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar.
Menyediakan tempat mencuci tangan di tempat-tempat umum.
Mengajak masyarakat umum untuk memakai masker apabila mengalami
gangguan pernafasan atau demam dan segera menghubungi dokter.
Penyebaran diisinfektan pada setiap babi dan kadang babi agar resiko
penyebaran virus menjadi berkurang.
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder pada pasien flu babi yaitu : Apabila sudah menderita flu
sebaiknya menggunakan masker jika melakukan perjalanan serta melakukan
19
pemeriksaan di tempat-tempat umum seperti bandahara,pertokoan,dan tempat umum
lainnya dan mengisolasi pasien flu babi.
C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada pasien flu babi yaitu rehabilitasi kepada penderita
penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat agat mau
menerima kembali penderita flu babi yang sudah sembuh agar tidak mendapat
pengucilan.
6. Fase – Fase Kewaspadaan Pandemi Influenza
Fase pandemic influenza terdiri dari 6 fase. Keenam fase ini dikelompokkan
dalam 3 kategori, yaitu periode interpandemi, periode waspadai pandemic dan periode
pandemic seperti diuraikan di bawah ini :
Periode interdepandemi
Fase 1: infeksi pada binatang dengan risiko penularan rendah terhadap manusia
Fase 2: infeksi pada binatang dengan risiko penularan tinggi pada manusia
Periode Waspada Pandemi
Fase 3: infeksi pada manusia, namun tidak ada penularan antara manusia, atau sangat
jarang terbatas pada kontak erat.
Fase 4: infeksi pada manusia dengan bukti penularan antar manusia yang terbatas
( kelompok kecil )
Fase 5: infeksi pada manusia dengan penularan antar manusia dalam kelompok yang
semakin meluas
Periode Pandemi
Fase 6: pandemik ( penularan antar manusia sangat efektif )
7. Langkah – Langkah Penanggulangan
m.1. Strategi dan Kegiatan
Strategi dan kegiatan penanggulagan Flu babi ini merupakan bagian dari
kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemic Flu Babi.
m.2. Surveilans
.d.a.Tujuan
Identifikasi dini kasus penularan virus flu babi dari babi ke
manusia maupun dari manusia ke manusia
Idetifikasi daerah KLB flu babi dan populasi beresiko
Menetapkan besarnya dan luasnya masalah
Mencegah transmisi di masyarakat melalui upaya pencegahan
Masukan bagi penyebaran informasi epidemiologi flu babi.
.d.b.Sasaran
20
Kelompok masyarakat yang mempunyai resiko terjangkit flu
babi adalah:
Pekerja peternakan / pemrosesan babi, ( termasuk dokter hewan/
Ir. Peternakan )
Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien / babi
terjangkit
Petugas di pelayanan kesehatan
Pengunjung peternakan / pemrosesan babi ( dalam 1 minggu
terakhir
Pernah kontak dengan babi sakit / mati mendadak yang belum
diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya
dalam 7 hari terakhir
Pernah kontak dengan penderita Flu Babi konfirmasi dalam 7
hari terakhir
.d.c.Langkah – langkah
Surveilans Aktif
Surveilans aktif dilakukan apabila ada kasus kematian
babi > 10% atau KLB AI di peternakan / masyarakat. Alur
surveilans aktif dapat dilihat pada Bagan 1 di bawah.
Pelaksanaan surveilans aktif dikoordinasikan dengan institusi
pertanian / peternaakan
Bagan 1
Alur Kegiatan Surveilans Aktifflu babi di Puskesmas
Kematian masal babi ( .10% ) di peternakan atau di masyarakat
KCD / UPTD pertanian/peternakan
Puskesmas
21
Investigasi kematian masal babi/ hewan lain
Investigasi mencari kasus suspek pada manusia di wilayah kematian masal babi / hewan lain
Dinkes Kab. / Kota
Dinkes Provinsi
Ditjen PP & PL Depkes RI
Pengamatan kasus suspek AI pada manusia di wilayah kematian masal babi / hewan lain
Dinas pertanian / peternakan Kab / Kota
Dinas pertanian / peternakan Provinsi
Dinas perternakan Deptan
Alur pelaporan
Alur koordinasi
Surveilans Pasif
1. Dilakukan di puskesmas
22
2. Kasus – kasus yang perlu dilaporkan sebagai kecurigaan
terhadap :
- Kasus dengan riwayat kontak dengan babi sakit / mati
dan atau produk mentahnya dalam 7 hari terakhir atau
tinggal di daerah yang terdapat kematian missal / KLB
babi dalam 2 minggu terakhir
- Kasus pneumonia dengan riwayat kontak seperti di atas
- Kasus pneumonia berat yang mengelompok ( cluster )
- Kematian dengan Acute Respiratory Syndrom ( ARDS )
yang tidak didasari penyakit lain
3. Investigasi kasus & faktor risiko
Investigasi dilakukan untuk mengidentifikasi riwayat:
- Perjalanan penyakit penderita
- Kontak / paparan dengna babi/ ternak
- Kontak / paparan dengan penderita ILI / pneumonia
- Kontak / paparan melalui proses penyiapan makan
- Medis / kesehatan penderita
Surveilans kontak
Kontak adalah orang ( responden ) yang pernah kontak dengn penderita (
orang yang serumah dengan penderita, tetangga, saudara, dll ). Data
surveilans meliputi riwayat:
- Kontak responden dengan penderita
- Medis / kesehatan responden
- Kontak / paparan kepemilikan dan kontak responden dengan unggas
- Kontak / paparan melalui proses penyiapan makanan
c. Pelaporan kasus
Alur pelaporan kasus dapat dilihat pada bagian 2 di bawah
23
Bagan 2
Observasi kasus suspek AI / jecurigaan terhadap AI di Puskesmas / klinik
Daerah dengan positif H5N1 sBabi
Kasus suspek AI / kecurigaan AI di Rumah Sakit
Dinkes Kab/Kota/Posko AI Dinkes Prop/Posko AI
Ditjen PP & PL / Posko AI di Ditjen PP & PL
Laboratorium daerah / propinsi
Litbangkes Jakarta
Kirim spesimen
Ambil Sampel
Rujuk
Ke RS
KDRS
Investigasi < 24 jam
Alur pelaporan kasus flu babi :
8. Promosi Kesehatan
24
a. Pengertian
Promosi kesehatan dalam penanggulangan flu babi adalah upaya
membantu ( memberdayakan ) masyarakat agar mampu mengenali serta
melaksanakan perilaku mencegah dan mengatasi flu babi.
b. Strategi Dasar Promosi Kesehatan
Strategi dasar promosi kesehatan dalam penanggulangan Flu Babi
adalah Gerakan Pemberdayaan Masyarakat, Bina Suasana dan Advokasi
c. Pesan Pokok, Metode, dan Media
Dalam melaksanakan promosi kesehatan tentang flu babi sebaiknya
memperhatikan aspek – aspek sasaran, pesan yang akan disampaikan, metode
teknik penyampaian pesan, dan media yang digunakan
d. Koordinasi
Koordinasi Lintas Program
Koordinasi lintas program adalah koordinasi antar petugas program
terkait di internal Puskesmas. Koordinasi lintas program langsung
dipimpin dan dipantau terus oleh Kepala Puskesmas.
Program terkait di puskesmas adalah P2M, Tim Surveilans
Puskesmas, Kesehatan Lingkungan, dan Gizi. Keterkaitan masing –
masing petugas program dalam penanggulangan flu babi adalah
sebagai berikut:
o Penyakit flu babi adalah penyakit menular yang mana melekat
pada tugas pokok dan fungsi petugas program pemberantasan
penyakit menular ( P2M ). Petugas berperan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
penanggulangan flu babi
o Tim surveilans puskesmas berperan dalam pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan pelaporan penyakit. Apabila
ditemukan kasus memiliki criteria flu babi dan investigasi harus
dilakukan, maka petugas surveilans turut serta mendampingi
tim investigasi dari Kabupaten / Kota/ Provinsi.
25
o Petugas kesehatan lingkungan bertanggung jawab atas
kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Perannya diperlukan
dalam penyuluhan mengenai kebersihan pribadi, lingkungan
peternakan, lingkungan pasar, maupun tempat – tempat umum
lainnya
o Petugas gizi puskesmas berperan dalam penyuluhan gizi
kepada kelompok resiko maupun masyarakat umum.
Koordinasi Lintas Sektor
Sector atau organisasi kemasyarakatan yang terkait dalam
penanggulangan flu babi di tingkat Puskesmas adalah:
.a. Puskesmas
.b. Dinas Pertanian / Peternakan ( KCD bila ada )
.c. Camat
.d. Kepala Desa / Lurah
.e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) di desa
.f. Badan Perwakilan Daerah ( BPD )
.g. Ketua PKK ( Kecamatan, desa )
.h. Tokoh agama/ tokoh adat
.i. Asosiasi peternakan
Puskesmas bekerjasama Dinas Pertanian / Peternakan dalam
hal penanggulangan flu babi di peternakan / pemrosesan baik
berskala besar maupun kecil atau rumah tangga:
a. Dinas Pertanian / peternakan berperan ( dalam hal kesehatan babi
dan kebersihan kandang ( misalnya desinfeksi, vaksinasi )
b. Puskesmas berperan dalam hal kebersihan perorangan,
kebersihan lingkungan
26
c. Apabila pekerja atau keluarga dicurigai menderita flu babi maka
investigasi dilakukan bersama – sama. Investigasi dilakukan
bersama dengan Tim Investigasi Kabupaten / Kota / Provinsi.
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
.i.a.Advokasi dan koordinasi dengan sector terkait
.i.b. Betanggung jawab dalam pelaksanaan kewaspadaan dini,
penyelidikan, dan penanggulangan KLB flu babi
.i.c.Fasilitas dan asistensi teknis
.i.d. Fasilitas sarana dan prasarana
.i.e.Monitoring dan evaluasi
.i.f. Umpan balik
e. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas
Peran pada individu atau keluarga
a. Peran sebagai pelaksana kesehatan
Yaitu seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan
melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga
tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. (Nasrul
Effendi, 1998:23).
Ada 2 macam peran sebagai pelaksana yaitu:
Clinical nurse specialist (CNS)
Yaitu memberikan pelayanan pada tingkat individu,
keluarga dan kelompok, dan bentuk tanggung jawab pada
peran ini adalah melalui upaya promotif dan preventif dalam
kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Memberikan kesehatan pada klien, biasanya di unit
rawat jalan atau tempat praktik komunitas pada klien dengan
masalah kompleks, dan memberikan perhatian yang lebih
27
pada gejala kondisi non patologis, kenyamanan dan
perawatan komprehensif (Roy dan Obloy, 1979).
Tujuannya adalah menurunkan jumlah morbiditas,
menurunkan infant mortality rate atau angka kematian bayi
dan mencegah terjadinya gangguan dan kecacatan pada
anggota masyarakat.
Bentuk pelaksanaan difokuskan pada identifikasi
masyarakat yang beresiko.
Family nurse practitioner (FNP)
Yaitu memberikan perawatan ambulasi untuk
keluarga, biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga.
Perawat memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum,
mengatasi masalah kesehatan dengan memberikan perawatan
langsung dan memberikan bimbingan atau konseling kepada
keluarga jika dibutuhkan.
Tujuannya adalah peningkatan kesehatan (promotif),
mencegah terjadinya penyakit (preventif), melaksanakan
pengelolaan pada penyakit yang bersifat kronis dan
menghindari adanya pembatasan kecacatan.
Bentuk tanggung jawabnya mengelola masalah
kesehatan dan penyakit yang umum terjadi pada segala umur
baik pria maupun wanita.
Pelaksanaannya berupa pengkajian fisik, psikologis
dan lingkungan, mengkaji status kesehatan dan resiko
terhadap penyakit baik individu atau keluarga, mendiagnosa
masalah aktual dan potensial, serta mengambil keputusan
untuk memecahkan tindakan bersama klien dan keluarga.
b. Peran sebagai pendidik
Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah,
28
puskesmas dan di masyarakat dilakukan secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan –
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Dilaksanakan oleh perawat
komunitas dan anggota profesi lainnya dalam bentuk formal
ataupun non formal. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Pengajaran berbentuk:
1. Penanaman perilaku sehat
2. Peningkatan nutrisi
3. Olah raga
4. Pengwelolaan stress
5. Pendidikan tentang proses penyakit dan pentingnya
pengobatan yang berkelanjutan
6. Pendidikan tentang penggunaan obat
7. Pendidikan tentang perawatan mandiri
c. Peran sebagai administrasi
Perawat kesehatan masyarakt diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Tanggung jawabnya yaitu melakukan
pengelolaan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan
dalam pemecahan masalah, pengelolaan tenaga, membuat
kualitas mekanisme kontrol, kerjasama lintas sektoral dan lintas
program, bersosialisasi dengan masyarakat dan marketing.
d. Peran sebagai konseling
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai
tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi yang pada
akhirnya dapat membantu memberikan jalan keluar dalam
mengatasi suatu masalah kesehatan dan keperawatan yang
29
mereka hadapi. Peran ini dapat dilaksanakan dengan cara
berkonsultasi pada anggota masyarakat, memberikan konsultasi
pada anggota profesi, berkonsultasi dengan petugas kesehatan,
berkonsultasi dengan organisasi sosial dan rapat pendidikan.
Sebagai konseling, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan
data–data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur
seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami
hal–hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam
pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan
sumber–sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran
yang direncanakannya.
e. Peran sebagai peneliti
Yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang
terjadi di mastarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan
kesehatan bahkan mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian
dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan faktor yang
menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan
tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasil dari penelitian
diaplikasikan dalam praktek keperawatan. (Pery dan
Potter,2005).
PROSES KEPERAWATAN
Langkah-langkah dalam proses keperawatan adalah :
Pengkajian
1. Pengkajian
Dalam pengkajian terdapat beberapa tahap yaitu :
Pengumpulan data
A. Data Demografi
1. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi
30
1. Laki-laki 43
2. Perempuan 21
3. Total 64
Berdasarkan tabel di atas,masyarakat di indonesia di data sampai tanggal 12 juli yaitu 64
orang postif H1N1
2. Berdasarkan Warga Negara
No Warga Negara Frekuensi
1. WNI 2 Orang
2. WNA 5 Orang
3. Melakukan perjalanan ke luar Negeri 5 orang
3. Total 12 orang
Berdasarkan tabel di atas, yang suspek flu babi ada 12 orang
B. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Who menyampaikan deklarasi pandemi global yang menaikan kewaspadaan dari level
lima ke level enam karena melonjaknnya kasus flu babi di Amerika
Serikat,Eropa,Australia,dan amerika Serikat. Dan perubahan cuaca dan suhu bumi yang
berdampak pada penyebaran virus.
2. ANALISA DATA
No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
1. Pemerintah menyatakan
merebaknya kasus H1N1 yang
dikenal sebagai flu babi sebagai
kejadian luar biasa.
Di indonesia sendiri
hingga saat ini 12
juli sudah 64 orang
yang positif H1N1.,
rinciannya 43 laki-
laki dan 21
perempuan, tetapi
jumlah itu tidak
Peningkatan timbulnya
penyakit menular(Flu babi)
berhubungan dengan
penyebaran virus flu babi
yang sangat cepat ditandai
dengan
DO :
31
semua WNI. 12
Suspek yang
terakhir,2orang WNI
dan 5 dari luar dan
punya riwayat ke
luar negeri.
Di indonesia sendiri
hingga saat ini 12 juli
sudah 64 orang yang
positif H1N1., rinciannya
43 laki-laki dan 21
perempuan, tetapi jumlah
itu tidak semua WNI. 12
Suspek yang
terakhir,2orang WNI dan 5
dari luar dan punya
riwayat ke luar negeri.
DS :
Pemerintah menyatakan
merebaknya kasus H1N1
yang dikenal sebagai flu
babi sebagai kejadian luar
biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto,Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta :EGC
Elizabeth T.Anderson dan Judith MC Farlene. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas
Teori dan Praktik. Jakarta :EGC
Potter,Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Eds 4. Jakarta: EGC
Thimmreck,Thomas C.2004. Epidemiologi:Suatu Pengantar. Eds 2.Jakarta :EGC
Wahit Iqbal Mubarok. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori 1. Jakarta
Salemba Medika
32
Anonymous. 2011. Flu Babi. Http://www.google.com (Diakses tanggal 30 Mei 2011 pukul 10
: 36)
Anonymous. 2011.Pencegahan Flu Babi. Http://www.google.com (Diakses tanggal 30 Mei
2011 pukul 10 : 36)
http://himapid.blogspot.com (Diakses tanggal 2 Juni 2011 pukul 09 :28)
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3097
http://pratamasejati.blogspot.com//penanganan-klb-.html
33