restrukturisasi berbasis berkelanjutan filebeberapa kali saya menulis topik yang berkaitan dengan...
TRANSCRIPT
Restrukturisasi berbasis berkelanjutan# 1
Restrukturisasi Berbasis Berkelanjutan
Bramantyo Djohanputro, PhD
Penulis:
Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment, and risk Sekolah Tinggi Manajemen PPM (PPM School of Management) Contact: [email protected] [email protected] Blog: www.bram39.wordpress.com
Beberapa kali saya menulis topik yang berkaitan dengan restrukturisasi
perusahaan pada kolom ini. Kali ini saya ingin mengingatkan Anda tentang
prinsip penting dalam restrukturisasi: prinsip berkelanjutan. Yaitu keyakinan
bahwa perusahaan yang baru mengalami restrukturisasi harus mampu hidup
terus, going concern principle.
Apa yang menjamin keberlanjutannya? Manajemen perlu menyiapkan piranti
untuk memastikan bahwa budaya perusahaan, proses di dalam perusahaan,
tuntutan konsumen, kondisi lingkungan, dan tuntutan pemegang saham sesuai
satu dengan lainnya (fitness).
Saya ingin memperkenalkan sebuah piranti, yang bernama Sustainable
Performance Control Card (SPCC). SPCC, pada intinya, merupakan piranti
untuk memastikan terpenuhinya tiga hal: strategy fitness, external fitness dan
citizenship fitness. Kolom ini pernah memuat garus besar SPCC sebagai piranti
untuk pengendalian strategi perusahaan. Uraian SPSS di sini ditekankan pada
pengendalian pasca restrukturisasi perusahaan.
Strategy fitness bertujuan untuk memastikan bahwa strategi yang disusun oleh
perusahaan sesuai dengan tuntutan kondisi eksternal maupun internal
Restrukturisasi berbasis berkelanjutan# 2
perusahaan sehingga tujuan jangka panjang dan pendek perusahaan
tercapai. External fitness bertujuan untuk memastikan bahwa faktor
eksternalitas dimasukkan dalam kebijakan perusahaan secara bertanggung
jawab. Sedangkan citizenship fitness bertujuan untuk memastikan bahwa
perusahaan menerapkan kebijakan yang mengacu pada sikap dan perilaku
perusahaan untuk menjadic warga negara dan memberi perhatian kepada
komunitas dengan baik.
Secara sederhana, SPCC ditunjukkan dalam model 4-2-1, seperti ditunjukkan
dalam Gambar. Angka “4” menunjukkan adanya empat perspektif eksternal
yang perlu diperhatikan dalam rangka mencapai strategy, external dan
citizenship fitnesses. Strategy fitness dipenuhi dengan memperhatikan dua
perspekti eksternal, yaitu perpektif pemegang saham atau pemilik dan
perspektif konsumen.
Perpektif pemegang saham atau pemiliki berhubungan dengan hal-hal yang
dituntut oleh pemegang saham atau pemilik. Seperti telah disebutkan di
bagian depan tulisan ini, pemegang saham menuntut pencapaian kinerja
keuangan dan akuntansi yang baik. Kinerja keuangan ditunjukkan oleh
pertumbuhan nilai perusahaan, atau harga saham bagi perusahaan yang
sudah go public. Kinerja akuntansi ditunjukkan oleh angka-angka dalam
laporan keuangan, yang berupa neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas
dan perubahan posisi modal sendiri, dan angka-angka turunan dari laporan
keuangan, terutama rasio-rasio keuangan.
Bagi lembaga non-perusahaan, seperti Non Profit Organizations (NPOs),
komponen ukuran perpektif pemilik mungkin tidak menuntut kinerja berupa
angka-angka keuangan dan akuntansi, seperti disebutkan di atas. Namun
pemilik tetap menuntut adanya ukuran-ukuran yang menjamin kemampuan
lembaga untuk survive, baik dari segi teknis maupun keuangan.
Restrukturisasi berbasis berkelanjutan# 3
Perspektif konsumen menekankan pentingnya pemenuhan kepuasan
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya pada BSC,
pemenuhan kepuasan konsumen dapat diukur dengan Indeks Kepuasan
Konsumen.
External fitness dapat dipenuhi dengan memperhatikan perspektif lingkungan
usaha. Setiap perusahaan memiliki lingkungan yang berbeda dan spesifik.
Misalnya, lingkungan usaha pengolahan sumber daya alam berkaitan dengan
kelestarian lingkungan dan penghilangan dampak eksternal negatif, sebut
saja polusi, kelestarian satwa, hidro-orologis dan ekosistem. Lingkungan
pabrik berkaitan dengan polusi limbah pabrik dan kerjasama dengan
masyarakat setempat. Lingkungan perbankan, salah satunya, berkaitan
dengan tuntutan penyaluran dana pinjaman, yang berdampak pada portofolio
kredit.
Citizenship fitness dapat dipenuhi bila perusahaan terlibat dalam kegiatan
socio-culture development. Hasilnya tidak secara langsung berdampak pada
kinerja perusahaan yang dituntut pemegang saham dan konsumen. Namun
socio-culture development program membantu perusahan semakin diterima
masyarakat. Paling tidak simpati masyarakat, termasuk pemerintah akan
semakin tinggi. Peluang untuk terlibat dalam kegiatan socio-culture
development saat ini sangat terbuka. Apalagi dalam kondisi krisis, kehadiran
perusahaan untuk terlibat dalam aktivitas komunitas sangat diperlukan.
Misalnya, pengembangan pendidikan bagi masyarakat terlantar, rehabilitas
tanah yang sudah mengalami kerusakan, pengembangan olah raga dan
kesehatan masyarakat, pelsestarian lingkungan, flaura dan satwa,
pengembangan budaya daerah, dan sebagainya.
Restrukturisasi berbasis berkelanjutan# 4
Angka “2” dalam model SPCC menunjukkan perlunya dua perspektif internal
supaya perusahaan dapat memenuhi tuntutan “4” perspektif di atas. Kedua
perspektif tersebut adalah perpektif proses internal dan perspektif
pembelajaran dan produktivitas, seperti halnya dua perspektif yang
dikembangkan dalam Balanced Score Card.
Sedangkan angka “1” mengacu pada perspektif budaya perusahaan, yang
menjamin beroperasinya “2” perpektif internal dan “4” perpektif eksternal.
Diyakini, budaya perusahaan merupakan acuan dan standar minimum
tercapainya strategy, external dan cirizwenship fitnesses.
********
Perspektif Budaya Perusahaan
Perspektif Proses Internal Perspektif Pembelajaran dan Produktivita
Perspektif Pemegang Saham/ Pemilik
Perspektif Konsumen
Perspektif lingkunga
Perspektif Sosio-b d
Strategy fitness
External fitness
Citizenship fitness
Strategy fitness
Core fitness