respon pertumbuhan bibit karet (hevea brasiliensis …repository.unja.ac.id/3246/1/jurnl ayu...

13
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) ASAL STUM MATA TIDUR KLON PB 260 TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI DAN SINTETIS DI POLYBAG ARTIKEL ILMIAH AYU MARLINA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Upload: trinhthien

Post on 11-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

ASAL STUM MATA TIDUR KLON PB 260 TERHADAP PEMBERIAN

BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI

DAN SINTETIS DI POLYBAG

ARTIKEL ILMIAH

AYU MARLINA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

1

Respon Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg.) Asal Stum

Mata Tidur Klon PB 260 Terhadap Pemberian Beberapa Zat Pengatur

Tumbuh Alami dan Sintetis di Polybag

Ayu Marlina1)

, Helmi Salim2)

, Jasminarni3)

Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi

e-mail: [email protected] 1)

Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2)

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon bibit karet terhadap pemberian

zat pengatur tumbuh alami dan sintetis pada pertumbuhan bibit karet asal stum

mata tidur serta mendapatkan zat pengatur tumbuh yang memberikan hasil terbaik

terhadap pertumbuhan bibit karet asal stum mata tidur. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan:

z0 = Tanpa ZPT (kontrol), z1 = Ekstrak taoge 150 ml L-1

, z2 = Ekstrak rebung

50 ml L-1

, z3 = Atonik 3 ml L-1

, z4 = Rootone-F 100 ppm. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian ZPT memberikan respon yang berbeda-beda pada

setiap variabel pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. ZPT yang memberikan

pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur yaitu ZPT

ekstrak tauge 150 ml L-1

air dan esktrak rebung 50 ml L-1

air dibandingkan ZPT

sintetis. Namun penggunaan zat pengatur tumbuh ekstrak rebung 50 ml L-1

air

lebih efektif dengan pemberian kosentrasi ZPT lebih rendah pada pertumbuhan

bibit pertumbuhan bibit karet stum mata tidur dibandingkan ekstrak touge 150 ml

L-1

air.

Kata kunci: Stum Mata Tidur, ZPT Alami dan Sintetis.

PENDAHULUAN

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Agr.) merupakan salah satu

komoditi unggulan, baik sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun sebagai

sumber devisa negara kedua setelah kelapa sawit. Luas areal perkebunan karet di

Indonesia pada tahun 2017 adalah 3.672.123 ha, sebagian diusahakan oleh

perkebunan rakyat dan oleh perkebunan besar negara, serta perkebunan besar

swasta (Direktorat Jendral Perkebunan, 2017).

Provinsi Jambi pada tahun 2017 memiliki perkebunan karet seluas 383.208

ha dengan produksi 266.559 ton serta produktivitas 842 kg Ha-1

(Direktorat

Jendral Perkebunan Jambi, 2017). Rendahnya produksi karet disebabkan oleh

berbagai faktor, yaitu kurangnya pemanfaatan lahan-lahan kosong dan

Penggunaan bibit dengan mutu rendah yang tidak sesuai untuk perkebunan karet.

Aspek yang perlu di perhatikan untuk menunjang keberhasilan peningkatan

produksi tanaman karet rakyat, yaitu dengan pengadaan bibit karet dengan mutu

2

tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan mutu bibit

yaitu dengan menggunakan bibit unggul (Kuswandi, 1990).

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), untuk mendapakant bibit yang baik

tanaman karet dianjurkan menggunakan klon-klon unggul dengan menggunakan

teknik okulasi. Akan tetapi penggunaan stum mata tidur mempunyai

kelemahanberupakematian yang relatif tinggi yaitu 15% (Amypalupy, 1998).

Penyebab kematian bibit karet asal okulasi diantaranya adalah mata tunas yang

belum tumbuh dikarenakan kurangnya hormon untuk mendorong proses

morfogenesis kalus membentuk akar tunas, dan kurangnya kestabilan genetik

(Sontoso dan Nursandi, 2002). Untuk mempercepat pertumbuhan akar dan tunas,

okulasi stum mata tidur dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). ZPT adalah

senyawa organik bukan nutrisi yang dihasilkan oleh tumbuhan. Pada kosentrasi

yang rendah, ZPT dapat mendorong atau menghambat pertumbuhan dan

perkembangan pada tanaman. ZPT yang diaplikasikan ke tanaman ada yang alami

dan ada yang sintetis. ZPT sintetis berupa IAA, IBA, dan lain sebagainya,

sedangkan ZPT alami didapat dari jaringan tanaman muda diantaranya ekstrak

kecambah kacang hijau (taoge), ekstrak jagung muda, ekstrak rebung, air kelapa

dan lain-lain (Arif et al., 2016).

Pemberian ZPT berupa auksin, giberelin dan sitokinin dapat mendukung

pertumbuhan stum mata tidur. Sitokinin merupakan salah satu ZPT yang

berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, mencegah kerusakan

klorofil, memacu pembelahan sel dan perkembangan tanaman.

Auksin mampu mendorong pertumbuhan perpanjangan sel, pembelahan sel,

diferensiasi jaringan xylem dan floem, pembentukan akar, dominan apikal, respon

tropisme serta menghambat pengguguran daun. Zat pengatur tumbuh giberelin

berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Giberelin juga

terdapat ekstrak rebung yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman,

pembelahan sel dan perpanjangan batang serta perkembangan daun lebih cepat.

Sehingga laju fotosintesis secara keseluruhan meningkatkan pertumbuhan

termasuk akar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon bibit karet terhadap

pemberian zat pengatur tumbuh alami dan sintetis pada pertumbuhan bibit karet

asal stum mata tidur serta mendapatkan zat pengatur tumbuh yang memberikan

hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet asal stum mata tidur.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Jambi Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten

Muaro Jambi. Dengan ketinggian tempat 35 m dpl. Pelaksanaan berlangsung

selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2017.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, pisau, timbangan

analitik, gelas ukur, saringan, cangkul, palu, gergaji, parang, gembor, meteran,

kamera, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan antara lain bibit stum mata tidur karet klon PB 260,

polybag ukuran 15 × 40 cm, aquades, Atonik, Rootone-F, tanah lapisan top soil,

3

paku, paranet, jaring, map plastik, kayu range, dan insektisida berbahan aktif

Deltamethin. Deskripsi karet klon PB 260.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan zat pengatur tumbuh alami

dan sintetis (z) dengan 5 taraf yaitu : z0 = Tanpa ZPT (kontrol), z1 = Ekstrak

taoge 150 ml L-1

, z2 = Ekstrak rebung 50 ml L-1

, z3 = Atonik 3 ml L-1

,

z4 = Rootone-F 100 ppm. Percobaan ini diulang sebanyak 5 kali. Sehingga

terdapat 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman,

sehingga jumlah tanaman seluruhnya 75 tanaman. Variabel yang diamati berupa

waktu muncul tunas, tinggi tunas, diameter tunas, jumlah tangkai daun, luas daun

total, bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%.

Pelaksaan Penelitian

Pembuatan ekstrak kecambah (taoge)

Taoge yang digunakan dalam penelitian ini adalah taoge yang di beli dari

pasar. Sebelum digunakan, taoge terlebih dahulu diekstrakkan dan di

fermentasikan selama dua minggu.

Pembuatan ekstrak rebung

Rebung yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebung yang di ambil

sendiri pada batang bambu, dan jenis rebung yang digunakan adalah rebung hijau

bambu betung. Sebelum digunakan, rebung terlebih dahulu diekstrakkan dan di

fermentasikan selama dua minggu.

Pengenceran ZPT Atonik

ZPT Atonik yang digunakan didapatkan dengan membeli dipasaran.

Sebelum digunakan, Atonik terlebih dahulu diencerkan dalam 250 ml air.

Pengenceran larutan ZPT Rootone-F

ZPT Rootone-F yang digunakan didapatkan dengan membeli di pasaran.

Sebelum digunakan, Rootone-F terlebih dahulu dilarutkan dalam 250 ml air.

Persiapan areal penelitian

Persiapan areal penelitian meliputi pemberishan areal yang akan digunakan

untuk penelitian dari gulma dan sampah sesuai dengan ukuran plot yang akan

digunakan. Untuk melindungi bibit dari sinar matahari langsung serta terpaan air

hujan dan angin maka dipasang naungan dari atap paranet 50%.

Persiapan media dan bahan tanam

Media tanam yang digunakan dalam percobaan adalah tanah top soil dengan

jenis tanah Ultisol yang belum digunakan sebelumnya yang diambil dari lahan

percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Penanaman

Penanaman bibit karet dilakukan dengan menanam bibit stum mata tidur ke

polybag ukuran 15x40 yang telah berisi media seberat 3 kg tanam dengan

kedalaman hingga leher akar.

4

Pengaplikasian perlakuan

Pengaplikasian perlakuan dilakukan dengan menyemprotkan ZPT satu kali

semprot ke calon tunas bibit tanaman karet hingga basah, kemudian sisa ZPT 250

ml tersebut disiramkan ke media tanam. ZPT diberikan ke tanaman setiap dua

minggu sekali dimulai dari minggu ke dua setelah pemindahan bibit karet hingga

minggu ke 10.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma,

dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan setiap sore hari (menurut

kondisi tanaman dan kondisi lingkungan) dengan menggunakan gembor.

Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang

berada di sekitar tanaman dan mencangkul gulma di sekitar polybag.

Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida

Deltamethin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu muncul tunas (hari)

Berdasarkan hasil analisis ragam waktu muncul tunas tanaman karet asal

stum mata tidur menunjukan bahwa tidak berpengaruh nyata ZPT yang diberikan

terhadap waktu muncul tunas asal stum mata tidur tersebut. Rata-rata waktu

muncul tunas tanaman dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel. 5 Rata-rata waktu tumbuh mata tunas bibit stum mata tidur karet (hari)

dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh alamai dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Waktu Muncul Tunas (hari)

Tanpa pemberian ZPT 21,90 a

Ekstrak touge 150 ml L-1

20,40 a

Ekstrak rebung 50 ml L-1

20,70 a

Atonik 3 ml L-1

20,70 a

Rootone-F 100 ppm 21,00 a

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.

Tabel 5 di atas menunjukkan pemberian zat pengatur tumbuh alami dan

sintetis memberikan pengaruh tidak nyata terhadap waktu muncul tunas bibit

karet stum mata tidur. Hal ini menunjukan kecepatan muncul tunas pada bibit

karet asal stum mata tidur dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh endogen atau

cadangan makanan pada batang tanaman yang terdapat dalam bibit karet tersebut

sehingga zat pengatur tumbuh eksogen yang yang diberikan tidak terlihat.

5

Tinggi tunas (cm)

Berdasarkan Hasil analisis ragam tinggi tunas tanaman karet asal stum mata

tidur menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan terhadap tinggi tunas

karet asal stum mata tidur tersebut. Rata–rata tinggi tunas dapat dilihat dalam

Tabel.

Tabel. 6 Rata-rata Tinggi Tunas (cm) dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh

alami dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Tinggi Tunas (cm)

Kontrol 26,93 b

Ekstrak touge 150 ml L-1

33,57 c

Ekstrak rebung 50 ml L-1

35,86 c

Atonik 3 ml L-1

22,23 a

Rootone-F 100 ppm 24,55 ab

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rebung 50 ml L-1

air

memberikan pengaruh tidak nyata dengan pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1

air,

namun berbeda nyata dengan atonik 3 ml L-1

air dan Rootone-F 100 ppm air dan

kontrol. Pemberian Atonik 3 ml L-1

berbeda tidak nyata dengan Rootone-F 100

ppm L-1

namun berbeda nyata dengan kontrol terhadap tinggi tunas.

Diameter tunas (cm)

Berdasarkan Hasil analisis ragam diameter tunas tanaman karet asal stum

mata tidur menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan terhadap

diameter tunas karet asal stum mata tidur tersebut. Rata-rata diameter tunas

tanaman karet dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel.7 Rata-rata Diameter Tunas (cm) dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh

(ZPT) alami dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Diameter Tunas (cm)

Kontrol 6,00 ab

Ekstrak touge 150 ml L-1

6,72 b

Ekstrak rebung 50 ml L-1

6,58 b

Atonik 3 ml L-1

5,74 a

Rootone-F 100 ppm 6,14 ab

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %

Tabel 7 di atas menunjukkan pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1

air dan

ekstrak rebung 150 ml L-1

memberikan pengaruh tidak nyata dengan kontrol dan

Rootone-F 100 ppm air terhadap diameter tunas, namun berbeda nyata dengan

atonik 3 ml L-1

air.

6

Jumlah tangkai daun (tangkai)

Berdasarkan Hasil analisis ragam jumlah tangkai daun tanaman karet asal

stum mata tidur karet menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan

terhadap jumlah tangkai daun tanaman karet. Rata-rata jumlah tangkai daun dapat

dilihat dalam Tabel.

Tabel. 8 Rata-rata Jumlah Tangkai Daun (helai) dengan pemberian Zat Pengatur

Tumbuh (ZPT) alami dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Jumlah Tangkai Daun

Kontrol 11,70 ab

Ekstrak touge 150 ml L-1

13,50 c

Ekstrak rebung 50 ml L-1

13,30 c

Atonik 3 ml L-1

10,60 a

Rootone-F 100 ppm 12,50 bc

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1

air

memberikan pengaruh tidak nyata dengan ekstrak rebung 50 ml L-1

air dan

rootone-F 100 ppm air, namun berbeda nyata dengan atonik 3 ml L-1

air dan

kontrol. Pemberian Atonik 3 ml L-1

berbeda tidak nyata dengan kontrol.

Pemberian Rootone-F 100 ppm berbeda tidak nyata dengan kontrol, ekstrak taoge

150 ml L-1

, dan ekstrak rebung 50 ml L-1

terhadap jumlah tangkai daun bibit karet.

Luas daun total (cm2)

Berdasarkan Hasil analisis ragam luas daun total tanaman karet asala stum

mata tidur menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan terhadap luas

daun total. Rata-rata luas daun total dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel. 9 Rata-rata Luas Daun Total (cm2) dengan pemberian Zat Pengatur

Tumbuh (ZPT) alami dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Luas Daun Total (cm2)

Kontrol 624,79 bc

Ekstrak touge 150 ml L-1

772,77 c

Ekstrak rebung 50 ml L-1

515,70 b

Atonik 3 ml L-1

292,72 a

Rootone-F 100 ppm 254,15 d

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.

7

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa pemberian Rootone-F 100 ppm air

memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun total dibandingkan dengan

pemberian ZPT lain.

Bobot kering akar (g)

Berdasarkan Hasil analisis ragam bobot kering akar tanaman karet asal stum

mata tidur menunjukkan terdapat pengaruh zat pengatur tumbuh yang diberikan

terhadap bobot kering akar. Rata-rata bobot kering akar dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel. 10 Rata-rata Bobot Kering Akar (g) dengan pemberian Zat Pengatur

Tumbuh alami dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Bobot Kering Akar (g)

Kontrol 1,42 b

Ekstrak touge 150 ml L-1

2,30 c

Ekstrak rebung 50 ml L-1

1,79 b

Atonik 3 ml L-1

0,78 a

Rootone-F 100 ppm 0,86 a

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tauge 150 ml L-1

air berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian Atonik 3 ml L-1

berbeda tidak

nyata dengan Rootone-F 100 ppm namun berbeda nyata dengan ekstrak taoge

150 ml L-1

, ekstrak rebung 50 ml L-1

dan kontrol terhadap bobot kering akar.

Bobot kering tajuk (g)

Berdasarkan Hasil analisis ragam bobot kering tajuk tanaman karet asal

stum mata tidur karet menunjukkan terdapat pengaruh ZPT yang diberikan

terhadap bobot kering tajuk. Rata-rata bobot kering tajuk dapat dilihat dalam

Tabel.

Tabel. 11 Rata-rata Bobot Kering Tajuk (g) dengan pemberian Zat Pengatur

Tumbuh alami dan sintetis

Zat Pengatur Tumbuh Bobot Kering Tajuk

Kontrol 2,58 a

Ekstrak touge 150 ml L-1

4,83 c

Ekstrak rebung 50 ml L-1

6,11 d

Atonik 3 ml L-1

3,60 b

Rootone-F 100 ppm 3,34 ab

Keterangan: Angka-angka yang ditunjukkan oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan

Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf α = 5 %.

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rebung 50 ml L-1

air

berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pemberian Atonik 3 ml L-1

berbeda tidak

8

nyata dengan Rootone-F 100 ppm dan kontrol, namun berbeda nyata dengan

ekstrak taoge 150 ml L-1

dan ekstrak rebung 50 ml L-1

terhadap bobot kering

tajuk.

Pembahasan

Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman ditandai dengan

pertambahan ukuran tanman dan berat tanaman dan pertumbuhan tanaman juga di

pengaruhi oleh faktor lingkungan dan media tanaman. Pada analisis media

tanaman menunjukan bahwa tanah yang digunakan mengandung pH masam, N, P

dan K yang tergolong rendah. Disamping itu juga di pengaruhi oleh faktor

lingkungan, curah hujan, suhu dan kelembaban.

Jumlah curah hujan rata-rata selama penelitian dilakukan yaitu pada bulan

April 612 mm, Mei 308 mm, Juni 225 mm dan Juli 144 mm. Rata-rata curah

hujan selama 3 bulan dilakukan penelitian lebih kecil dari curah hujan minimal

yang dibutuhkan pada tanaman karet, maka dari itu dilakukan penyiraman untuk

memenuhi kekurangan air. Kondisi cuaca selama penelitian dilakukan di April

menunjukkan suhu harian rata-rata 26,9oC, Mei 27,3

oC, Juni 27,2

oC dan Juli

26,5oC, kemudian kelembaban udara pada bulan April 87%, Mei 86%, Juni 85%

dan Juli 83%. Tanaman karet membutuhkan suhu harian berkisar 25-28oC,

kelembaban 75-80% dan penyinaran cahaya matahari 5-7 jam (Setiawan dan

Andoko, 2008).

Berdasarkan kondisi curah hujan, suhu dan kelembaban selama penelitian

yang dilakukan menunjukkan bahwa pada kondisi tersebut untuk tanaman karet

pertumbuhannya masih optimal. Untuk merangsang pertumbuhan karet diperlukan

penambahan ZPT pada tanaman karet asal stum mata tidur.

Hasil analisis ragam pertumbuhan bibit karet klon PB 260 asal stum mata

tidur di polybag dan di uji lanjut DMNRT menunjukan bahwa pemberian zat

pengatur tumbuh alami dan sintetis terdapat pengaruh pada variabel tinggi tunas,

jumlah tangkai daun, diameter tunas, luas daun total, bobot kering akar, bobot

kering tajuk. Namun pada tabel muncul tunas tidak terdapat pengaruh zat

pengatur tumbuh yang diberikan. Hal ini menunjukan kecepatan muncul tunas

pada bibit karet asal stum mata tidur dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh atau

cadangan makanan pada batang tanaman yang terdapat dalam bibit karet tersebut

sehingga zat pengatur tumbuh eksogen yang yang diberikan tidak terlihat.

Menurut Marchino (2011) waktu tumbuh mata tunas bibit karet stum mata tidur

ada kaitannya dengan proses pembentukan dan perkembangan akar.

Hasil pengamatan dan analisis ragam yang dilakuaka terlihat bahwa

penggunaan zat pengtur tumbuh alami ekstrak rebung 50 ml L-1

memberikan

pertumbuhan tunas paling tinggi (35cm) dibandingkan pembelian zat pengatur

tumbuh atonik 3 ml L-1

dengan tinggi tanaman (22 cm) hal ini disebabkan

kandungan ektrak rebung 50 ml L-1

mengandung hormon giberelin yang dapat

memacu pertumbuhan sel tanaman tanaman (Kusumo,1990). Selain itu, menurut

Nugroho (2013) di dalam ekstrak rebung terkandung unsur Fosfor (P) 59 mg,

Kalium (K) 13 mg, Besi (Fe) 0,50 mg. Kandungan P yang tinggi memungkinkan

mempengaruhi pertumbuhan batang bibit. Sutedjo (2010), menjelaskan bahwa

fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat mempercepat pertumbuhan akar semai

dan dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi

tanaman dewasa.

9

Hasil analisi ragam pada pertumbuhan diameter batang tanaman dengan

pemberian zat pengatur tumbuh alami ekstrak touge 150 ml L-1

air dengan

diameter tunas (6,72 cm) dan ektrak rebung 50 ml L-1

air (6,58 cm) berpengruh

berbeda tidak nyata dengan kontal (6,00 cm) dan zat pengatur tumbuh sintetis

Rootone-F 100 ppm(6,14 cm)L-1

terhadap diameter tunas namun berbeda nyata

dengan atonik yang memiliki diameter paling kecil (5,74 cm) diduga tanaman

karet dengan pemberian zat pengatur tumbuh atonik memiliki kelebihan auksin

sehingga menghambat pertumbuahan diameter tunas pada tanaman karet. Hasil

analisis ragam pada jumlah tangakai daun dengan perlakuan pemberian zat

pengatur tumbuh alami ekstrak touge 150 ml L-1

memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata dengan ekstrak rebung 50 ml L-1

air dan Rootone-F 100 ppm namun

berbeda dengan Atonik 3 ml L-1

air dan kontol.

Hal ini diduga karena pada ektrak touge mengandung hormon auksin dan

giberelin yang mempengaruhi pembelahan pada sel pembuluh. Sejalan dengan

pernyataan Rusmin (2011), auksin merupakan ZPT yang berperan dalam

perpanjangan sel pucuk atau tunas tanaman. Selain memacu pemanjangan sel

yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, kombinasi auksin dan giberelin

memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada

kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.Auksin

mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan

percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan

geotropisme.Wilkins (1989), mengatakan bahwa giberelin berperan pada

meristem sub apikal, induksi pengeluaran bunga pada beberapa tanaman tertentu

dan mengendalikan pertumbuhan batang.

Luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman yang

penting karena laju fotosintesis per satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas

daun. Fungsi utama daun yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis

(Guritno dan Sitompul, 1995). Luas daun total hasil terbaik ditunjukkan dengan

pemberian ZPT ekstrak rebung 50 ml L-1

umumnya ZPT ekstrak rebung 50 ml L-1

mengandung Giberelin.

Dari hasil analisis zat pengatur tumbuh alami ekstrak taoge 150 ml L-1

memberikan hasil terbaik terhadap bobot kering akar.Hal ini dikarenakan hormon

auksin dalam kecambah kacang hijau merangsang pemanjangan sel akar sehingga

meningkatkan bobot akar. Sejalan dengan penelitian Rauzana et al., (2017)

pemberian esktrak taoge 300 ml L-1

mampu meningkatkan jumlah akar bibit lada

pada umur 30 dan 45 MST.

Sedangkan dari hasil analisi pada bobot kering tajuk pemberian ekstrak

rebung 50 ml L-1

menunjukan hasil terbaik. Kandungan giberelin pada bambu

muda menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang, namun pada

pertumbuhan akar pemberian ekstrak rebung dengan kosentrasi 50 ml L-1

tidak

memberikan pengaruh nyata hal ini disebabkan kandungan giberelin yang

terkandung pada bambu berfungsi dalam memacu pertumbuhan batang dan

meningkatkan pertumbuhan sel tanaman sehingga permerian ekstrak rebung tidak

berperung pada pertumbuhan akar tanaman karet asal stum mata tidur.

10

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian

ZPT memberikan respon yang berbeda-beda pada setiap variabel

pertumbuhan bibit karet stum mata tidur.

2. ZPT yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet

stum mata tidur yaitu ZPT ekstrak tauge 150 ml L-1

air dan esktrak rebung

50 ml L-1

air dibandingkan ZPT sintetis. Namun penggunaan zat pengatur

tumbuh ekstrak rebung 50 ml L-1

air lebih efektif dan dalam kosentrasi

rendah pada pertumbuhan bibit pertumbuhan bibit karet stum mata tidur

dibandingkan ekstrak touge 150 ml L-1

air.

DAFTAR PUSTAKA

Amypalupy, K. 1998. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Periode Pemberian Air

Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet dalam Kantong Plastik. Buletin

Perkebunan Rakyat. Pusat Penelitian Sembawa. 4(1) : 6-10

Arif, M., Murniawati dan Ardian.2016. Uji Zat Pengatur Tumbuh Terhadap

Pertumbuhan Bibit Karet Asal Stum Mata Tidur. Jom Faperta. 1(3)

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Jambi Dalam Angka 2015 Direktorat

Jenderal Perkebunan Jambi.

Guritno, B. Dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM

press.Yogyakarta.

Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. CV. Yasaguna Jakarata.

Kuswandi.1990. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan Periode Penyiraman pada

Pertumbuhan Bibit Karet di Polybag. Buletin Perkebunana Rakyat 6 (1):18-

224

Marchino, F. 2011. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Beberapa Klon Entres

Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.) Pada Batang Bawah PB 260 Di

Lapangan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.

Nugroho, A. 2013. Meraup Untung Bididaya Rebung.Pustaka Baru

perss.Yogyakarta.178 hal.

Rauzana, A., Marlina., Mariana. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tauge

Terhadap Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum Linn). Agrotropika Hayati

4 (3).

Rusmin, D. 2011. Pengaruh Pemberian GA3 Pada Berbagai Konsentrasi dan

LamaInbibisi Terhadap Peningkatan Viabilitas Benis Puwoceng (Pimpinella

pruatjan Molk.). Jurnal Littri. 17 (3).

11

Setiawan, D.H dan Andoko, A. 2005.Petunjuk lengkap budidaya karet.Agromedia

Pustaka Jakarta.

Sutedjo, M. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : PT. Rieneka Cipta.

Wilkins. 1989. Fisiologi Tanaman. Bina Aksara. Jakarta, 454 hal.