reorientasi dan restrukturisasi manajemen pendidikan dalam...
TRANSCRIPT
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
59
REORIENTASI DAN RESTRUKTURISASI MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM
PENCATURAN KOMPETISI GLOBAL
Al Mawardi1
ABSTRAK
Konstribusi pendidikan dalam upaya pengembangan SDM yang paripurna tidak dapat dilepaskan
dari kedudukan dan posisi pendidikan pada umumnya. Pendidikan diakui mampu
mempersiapkan sumber daya insani yang handal dan tangguh dalam menghadapi tantangan era
global. Menghadapi perkembangan zaman maka institusi pendidikan dituntut mampu
menyiapkan para lulusan yang profesional serta memiliki kualitas iman. Berkenaan dengan ini,
maka reorientasi pemikiran pendidikan, restrukturisasi sistem dan kelembagaan pendidikan
merupakan suatu keniscayaan. Upaya reorientasi pemikiran pendidikan bukanlah sesuatu yang
mudah, mengingat kompleksitas kondisi real yang dihadapi dunia pendidikan masih belum
memiliki dukungan. Artinya bahwa berbagai aspek kehidupan, seperti aspek ekonomi, sosial
budaya dan politik pada umumnya belum berpihak kepada penguatan pendidikan. Dalam
konteks ini pendidikan perlu memberikan perhatian yang serius pada berbagai aspek, mulai dari
reorientasi konsep, restrukturisasi sistem dan kelembagaan, sampai pada rekonseptualisasi
epistimologi ilmu pengetahuan yang berdampak pada perubahan dan pengembangan kurikulum,
penguatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, kepemimpinan dan manajeman
pendidikan serta aspek-aspek lain yang bersifat teknis dan operasional.
Kata Kunci: Reorientasi, Globalisasi, dan Sistem Pendidikan Islam
REORIENTATION AND EDUCATION MANAGEMENT RESTRUCTURING IN
PENCATURAN GLOBAL COMPETITION
ABSTRACT
Contribution of education in developing human resource can't escape from the position of
education its self. Education is admired to get the quality of human resource in facing global
era. Therefore, education institution is charged can make ready graduated professional in one
side and has faith quality in another side. Based on these problems reorientation and
restructuring of education institute is a certainty. Thinking reorientation effort education is not
easy, but also remembering the complexity of real which faced by education in modern era. Its
mean that some aspects of life, as aspect of economy, cultural, social and politics in a general
way still not give support to education. In this context, education needs to give serious attention
on aspect sort, beginning of concept reorientation, system and institute restructuring, impacted
scholarship on change and curriculum development, quality support educator and education,
leadership and management must be developed.
Key word: Reorientation, Globalization, and Islamic Education System
1Al Mawardi. MS, S. Ag, M. Ag adalah Dosen Agama Politeknik Negeri Lhokseumawe
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
60
A. PENDAHULUAN
Secara koseptual, pendidikan Islam
memiliki kemampuan mempersiapkan
sumber daya insani yang handal dalam
setiap perkembangan zaman. Perkembangan
ilmu pengetahuan teknologi terus
berlangsung bahkan pada abad ke 21 ini
telah terjadi loncatan penting. Proses
globalisasi bukan hanya pada dimensi
pendidikan, ekonomi, politik dan sosio
budaya, tetapi juga memunculkan
perkembangan dalam bidang industri.
Perkembangan industri menuntut penemuan
dan inovasi-inovasi baru bagi produk
industri. Kehadiran laboratorium-
laboratorium bagi penelitian dan hasil-hasil
temuan teknologi untuk dipasarkan, tuntutan
kehadiran para ilmuan yang mempunyai
kemampuan berpikir analitik dan saintifik
serta kemampuan riset betul-betul sangat
memerlukan jawaban konkret dari dunia
pendidikan.
Teknologi informasi dan komunikasi
juga dapat berpengaruh secara luas dalam
bidang pendidikan, termasuk pendidikan
Islam. Hal ini memberi implikasi bahwa
pendidikan Islam harus mampu
mempersiapkan generasi umat menjadi
komunitas yang unggul dalam menghadapi
tantangan global.
Mencermai perkembangan
peradaban manusia tersebut maka jika tidak
ingin menjadi korban gelombang besar
dunia, peran yang harus dilakukan sektor
pendidikan adalah menyiapkan para lulusan
yang memiliki kemampuan sains dan
teknologi yang handal serta dikawal oleh
keimanan dan ketaqwaan.Tantangan dunia
modern, bagaimanapun menuntut respon
yang tepat dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Jika suatu masyarakat, bangsa
dan ummat tidak ingin hanya sekadar
survive di tengah persaingan global yang
semakin tajam dan ketat, tetapi juga
berharap mampu tampil di garda terdepan,
maka reorientasi pemikiran mengenai
pendidikan dan restrukturisasi sistem dan
kelembagaan jelas merupakan suatu
keniscayaan.
PEMBAHASAN
1. Reorientasi dan Restrukturisasi Sistem
Pendidikan
Masyarakat muslim menyadari
bahwa Islam adalah agama universal yang
bersifat komprehensif. Universalitas Islam
tersebut harus dimaknai sebagai sebuah
peradaban cosmopolitas. Firman Allah pada
surat al ‘alaq yang berbunyi iqra’, menurut
para ahli tafsir bukan hanya berarti
membaca ayat-ayat qur’aniyah yang
melahirkan ilmu-ilmu agama, tetapi juga
ayat-ayat qauniyyah yang melahirkan ilmu-
ilmu kealaman (natural sains). Dengan
pemaknaan ini, maka menjadi relevan untuk
menyatakan bahwa Islam adalah rahmat
bagi sekalian alam. Lembaga pendidikan
Islam seyogyanya mewadahi upaya
penyampaian pesan-pesan Islam universal,
tidak hanya membawakan pesan Islam,
tetapi bahkan juga peasan-pesan
kemanusiaan secara universal.
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
61
Konsep Islam universal dalam dunia
pendidikan dapat diartikulasikan dengan
mewujudkan integrasi dan síntesis ilmu-
ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu umum
dalam sebuah bangunan peradaban Islam.
Upaya ke arah terwujudnya integrasi ilmu
tersebut menuntut agenda restrukturisasi
sistem dan kelembagaan pendidikan, di
mana diperlukan lembaga yang tidak hanya
consern pada salah satu bidang kajian ilmu
agama atau umum saja, melainkan juga
mengintegrasikan kedua-duanya.
Dewasa ini, restrukturisasi lembaga
pendidikan Islam, khususnya pada jenjang
perguruan tinggi sebagiannya sudah
dilakukan. Gagasan perobahan IAIN
menjadi UIN, seperti IAIN Sharif
Hidayatullah sudah menjadi UIN Sharif
Hidayatullah, dan IAIN Malang menjadi
UIN Malang adalah bukti restrukturisasi
kelembagaan pendidikan Islam. Kalau pada
lembaga IAIN hanya memfokuskan pada
kajian keagamaan, maka pada UIN sudah
mengintegrasikan antara kajian ilmu agama
dan umum.
Konsekwensi logis dari penyatuan-
penyatuan tersebut maka fakultas-fakultas
dan program-program studi agama pada satu
sisi dan fakultas atau program-program studi
umum di sisi lain menjadi menyatu dalam
kesatuan paradigma ilmu Islami. Melalui
langkah starategis tersebut diharapkan akan
mampu menghadirkan suatu performa
perguruan tinggi Islam yang selain akan
menjadi motor dalam mewujudkan visi dan
misi ke depan juga akan mampu bersaing di
tengah-tengah gelombang besar arus
perubahan dunia yang serba global.
2. Integrasi Ilmu Pengetahuan Umum
Dengan Agama
Sejauh ini masyarakat Muslim lebih
fokus pada pengembangan ilmu-ilmu agama
dan relatif mengabaikan ilmu-ilmu umum.
Konsekuensinya, masyarakat Muslim
menjadi tertinggal dalam bidang sains dan
teknologi, dan akan berpengaruh besar pada
ruang gerak dan akses yang semakin sempit,
terpinggirkan dan bahkan tidak mampu
berkompetesi dalam persaingan global.
Sementara itu, ketika masyarakat Muslim
bangkit dan bertekad kembali kepada
kejayaan seperti yang pernah dialami pada
masa lalu melalui pengembangan ilmu
pengetahuan, mereka justru menemukan
fakta bahwa filsafat ilmu telah didominasi
oleh pemikiran Barat yang sekularistik.
Filsafat ilmu dalam perspektif barat-
skuler akan melahirkan epistimologi ilmu
yang terlepas dari nilai-nilai moral dan
spiritual. (Al Faruqi, 2005:4) Pada sisi lain,
keterpecahan atau pemisahan antara ilmu-
ilmu tersebut bila tidak dikaitkan dengan
prinsip kesatuan ilmu pengetahuan akan
melemahkan keberadaannya dalam
menyinari akal dan jiwa manusia (tazkiatun
aql wa nafs). Untuk mengantisipasinya perlu
upaya melepaskan dikhotomi agama dan
ilmu umum, integrasi ilmu umum denga
ilmu agama, serta mengislamkan ilmu-ilmu
umum tersebut.
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
62
Islamisasi sains dalam persfektif al-
Faruqi adalah bagaimana upaya untuk
memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam
capaian yang telah dicapai peradaban
manusia moderen. Atau dengan kata lain
“pembebasan ilmu dari penafsiran-
penafsiran yang didasarkan pada ideologi
sekuler, dan dari makna-makna sekuler”,
(Al-Attas, tt: 90). Menurut Al Faruqi,
(1981:4) proses pengislaman ilmu
pengetahuan umum moderen dapat
dilakukan dengan beberapa langkah, di
antaranya:
Pertama, dengan penguasaan
terhadap disiplin-disiplin moderen. Kedua,
dengan survey disipliner. Ketiga, dengan
penguasaan terhadap khazanah keislaman.
Keempat, dengan penguasaan khazanah
Islam untuk tahap analisa. Kelima, dengan
penentuan relevansi spesifik untuk setiap
disiplin ilmu. Keenam, dengan mengadakan
penilaian kritis terhadap disiplin moderen.
Ketujuh, penilaian kritis terhadap khazanah
Islam. Kedelapan, survey mengenai
problem-problem terbesar ummat Islam.
Kesembilan, survey mengenai persoalan-
persoalan ummat manusia. Kesepuluh,
analisa kreatif dan sintesa.
Kesebelas, merumuskan kembali
disiplin-disiplin di dalam kerangka Islam.
Keduabelas, penyebarluasan ilmu
pengetahuan yang sudah diislamisasikan.
3. Pengembangan kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam adalah
kurikulum yang berorientasi pada upaya
penanaman dan pembinaan nilai-nilai
transformatif islami sehingga para peserta
didik berhasil menjelmakan kepribadiannya
sebagai orang-orang muslim yang kokoh
akidahnya, mantap ibadahnya, mulia
akhlaknya, luas wawasan keilmuannya, serta
mantaf keterampilannya (life skill), serta
kuat daya juang atau etos kerjanya.
Dalam bahasa lain, kurikulum
pendidikan seperti di atas akan mampu
melahirkan pribadi yang mandiri,
profesional (shidiq), terpercaya (amanah),
mampu berkomunikasi dengan tem-work
(tabligh) serta mampu melahirkan pekerja
yang produktif. Kurikulum pendidikan
modern dan Islami seperti yang
diilustrasikan di atas, senantiasa perlu
diformulasikan, dan diimplementasikan
dalam dunia pendidikan. Selain itu, dalam
perencanaan dan pengembangan kurikulum,
juga tidak bisa diabaikan faktor-faktor
pendukung serta dasar yang
melatarbelakangi kelahiran kurikulum.
Menurut Ronall, C. Doll (1978:60), di antara
faktor-faktor penting dalam pengembangan
kurikulum adalah; faktor sejarah, filsafat,
psikologis, serta faktor sosial budaya.
Perkembangan sejarah, sebagaimana
juga faktor sosial dan budaya mengalami
perkembangan yang sangat dinamis. Oleh
karena itu, dalam konteks lembaga
pendidikan, perubahan-perubahan dalam
konteks sosio budaya menuntut pengelola
institusi pendidikan untuk melakukan
evaluasi secara terus-menerus terhadap
kurikulum, melakukan pengembangan dan
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
63
perubahan secara priodik untuk kepentingan
pengembangan dan peningkatan kualitas dan
mutu pendidikan. Hal tersebut diperlukan,
terutama dalam menjamin mutu secara
komprehensif, dan dalam menciptakan
proses perbaikan yang berkeseimbangan dan
berkelanjutan.
4. Menumbuhkan Kecerdasan Emosional
dan Spiritual
Pendidikan seharusnya tidak hanya
sebatas proses transfer of knowledge, tetapi
juga transformasi nilai-nilai, baik nilai
budaya yang menjadi identitas suatu bangsa,
nilai religi yang menjadi pedoman atau
keyakinan dalam beragama, maupun nilai-
nilai lainnya seperti nilai sosial, seni, politik
dan ekonomi. Berbeda dengan gagasan di
atas, dewasa ini banyak institusi pendidikan
yang tidak memainkan peran dan fungsinya
sebagai mana mestinya. Pendidikan telah
tereduksi menjadi pengajaran yang
berorientasi pada transfer ilmu belaka.
Artinya, pendidikan hanya berupaya pada
pembentukan para spesialis atau ”tukang-
tukang” yang terkurung dalam ruang
spesialisasinya yang sempit, teknis dan
terbatas, bukan pada pembentukan karakter,
tabiat dan sikap kepribadian. Sementara
yang berlangsung di kelas juga tidak lebih
dari kegiatan guru mengajar murid dengan
target kurikulum dan standar NEM.
Selain itu, lemahnya daya saing
pendidikan juga disebabkan karena adanya
sejumlah output pendidikan yang masih
menunjukkan sikap kurang terpuji. Banyak
pelajar yang kurang memilih rasa hormat
pada orang tua dan guru, kurang memiliki
tanggung jawab, terlibat aksi tawuran dan
kegiatan yang merusak diri sendiri seperti
demostrasi yang anarkis, mengkonsumsi
narkoba, penyimpangan seksual, dan
sebagainya. Kondisi ini semakin
mengindikasikan akan adanya krisis dalam
sistem pendidikan. Hal ini pada gilirannya
dapat menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap eksistensi dan wibawa dunia
pendidikan. Jika kondisi demikian tidak
segera dicarikan solusinya, maka sulit
mencari alternatif lain yang efektif untuk
membina etika dan bangunan moralitas
masyarakat yang menjadi alas dan fundamen
bagi suatu peradaban bangsa.
Jika sistem pendidikan Barat saat
ini sering disebut-sebut mengalami krisis
yang akut, itu tidak lain karena proses
pendidikannya hanya berorientasi pada
pengajaran (schooling system). Pendidikan
dalam konteks schooling system tidak lebih
dari sekedar transfer ilmu pengetahuan dan
keahlian dalam kerangka tekno struktur
yang ada. Implikasinya, pendidikan hanya
menjadi komoditi belaka terhadap
kehidupan sosial kemasyarakatan. Dengan
demikian, pendidikan semestinya menjadi
upaya yang dimaksudkan untuk
mempersiapkan anak didik yang tidak hanya
menguasai aspek akademik, dan kecerdasan
intelektual (IQ), tetapi juga berbekal
kecerdasan emosional dan spiritual.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecerdasan intelektual hanya 20%
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
64
mampu menciptakan keberhasilan
seseorang, sedangkan 80% sisanya
ditentukan oleh kecerdasan emosional dan
spiritual. Realitas di lapangan menunjukkan
bahwa banyak orang yang memiliki
kecerdasan intelektual tinggi, tetapi terpuruk
di tengah persaingan atau gagal meraih
sukses. Sebaliknya, banyak yang memiliki
IQ biasa-biasa saja justru sukses menjadi
bintang-bintang kinerja, pengusaha dan
pemimpin sukses.
Kecerdasan emosional dapat
diartikan sebagai suatu kepiawaian,
kemampuan menghargai, dan ketepatan
seseorang dalam mengelola diri sendiri
dalam berhubungan dengan orang lain
dengan menggunakan seluruh potensi
psikologis yang dimilikinya seperti inisiatif
dan empati, adaptasi, komunikasi,
kerjasama, penuh perhatian dan kepedulian
terhadap sesama makhluk ciptaan Allah.
(Goleman, 2003:78)
Dalam Islam, kecerdasan emosional
dikontribusikan oleh dan tak terpisahkan
dari kecerdasan seseorang dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran agama. Hal ini, karena Islam tidak
hanya sebatas agama ritual, tetapi juga
sebagai ”the way of life” yang memandu
dan menuntun manusia ke arah kebaikan,
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Mengingat urgensi
kecerdasan emosional dan intelektual dalam
kehidupan, maka lembaga pendidikan
mestilah memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap kedua aspek
tersebut. Hal ini agar pendidikan tidak
kehilangan hakikat dan esensinya sebagai
instrumentasi bangunan peradaban manusia.
(Zakiah Darazat, 1979:98)
5. Mengefektifkan Manajemen
Dalam menghasilkan output yang
berkualitas, memiliki life skill dan life
kompetensi yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja (work market),
upaya peningkatan mutu proses pendidikan
menjadi sebuah keniscayaan. Artinya,
bahwa dalam menghasilkan mutu output
yang terbaik, tidak hanya cukup dengan
mengadakan proses seleksi atau penerimaan
input yang berkualitas, tetapi juga
meniscayakan kualitas proses, yaitu
pembelajaran dan manajemen yang efektif.
Dewasa ini, kelemahan lembaga
pendidikan nasional tidak bisa dilepaskan
dari faktor manajemen (pengelolaan), baik
secara makro, maupun mikro. Secara makro
dibandingkan dengan negara-negara lain
seperti Thailand, dan Filipina, suntikan
subsidi pemerintah untuk pelaksanaan
pendidikan di Indonesia relatif kecil. Tidak
tersedianya dana yang memadai dari
pemerintah untuk pengelolaan pendidikan
tentunya berdampak pada menurunnya
kualitas pendidikan.
Namunpun demikian, keberhasilan
atau peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan bukanlah hanya harus dengan
suplay subsidi anggaran pendidikan, tetapi
juga dengan perbaikan kualitas manajemen
pendidikan. Peningkatan sistem manajemen
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
65
proses pendidikan yang sesuai dengan
standar Total Quality Management (TQM)
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan.
Secara mikro, para pengelola
pendidikan sering kurang menyadari bahwa
lembaga pendidikan adalah berbeda dengan
lembaga-lembaga non-pendidikan.
Manajemen lembaga pedidikan secara
teoritis diupayakan untuk memfasilitasi
terselenggaranya proses pembelajaran yang
efektif dan inovatif. Namun dalam
prakteknya, para pengelola hanya take it for
granted, yaitu; bahwa manajemen institusi
pendidikan sama sekali tidak dianggap
berbeda dengan institusi non-pendidikan.
Para pengelola tersebut, agaknya kurang
dibekali dengan manajemen modern-
profesional yang mencerminkan manajemen
berbasis sekolah/kampus, dan pola
kepemimpinan modern yang mampu
memberikan fasilitas dan servis efektif-
efesien demi terwujudnya proses dan sistem
pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif dan
menyenangkan di kampus dan sekolah.
Dalam rangka mewujudkan lembaga
pendidikan yang memiliki daya saing,
dituntut penyelesaian dengan cara
membekali para pengelola lembaga
pendidikan dengan pola kepemimpinan
modern yang berbasis pendidikan.
Berkenaan dengan manajemen perbaikan
mutu pendidikan, Sallis (2006:7-9)
menawarkan beberapa hal pokok yang perlu
diperhatikan. Pertama, perlunya perbaikan
secara terus menerus (continous
improvement). Konsep ini mengandung
pengertian bahwa pihak pengelola
senantiasa melakukan berbagai perbaikan
dan peningkatan secara terus menerus untuk
menjamin semua komponen penyelenggara
pendidikan telah mencapai standar mutu
yang telah ditetapkan. Kedua, menentukan
standar mutu (quality assurance). Gagasan
ini digunankan untuk menetapkan standar-
standar mutu dari semua komponen yang
bekerja dalam proses produksi dan
transformasi lulusan institusi pendidikan.
Standar mutu pendidikan yang
dimaksudkan, misalnya; dapat berupa
pemilikan atau akuisisi kemampuan dasar
pada masing-masing bidang pembelajaran
dan sesuai dengan jenjang pendidikan yang
ditempuh.
Ketiga, perubahan kultur (change of
culture). Konsep ini bertujuan untuk
membentuk budaya organisasi yang
menghargai dan menjadikan mutu sebagai
orientasi semua komponen organisasional.
Keempat, perubahan organisasi (upside-
down organization). Jika visi dan misi serta
tujuan institusi sudah berubah atau telah
mengalami perkembangan, maka sangat
dibutuhkan terjadinya perubahan organisasi.
Reformasi organisasi ini bukan berarti
perubahan wadah organisasi, melainkan
hanya perubahan pada struktur atau sistem
organisasi yang melambangkan hubungan
kerja dan kepengawasan organisiasi.
Kelima, mempertahankan hubungan
dengan pelanggan (konsumen) atau
pengguna jasa pendidikan (keeping close to
the costumer). Hal ini dilakukan agar
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
66
institusi pendidikan senantiasa dapat
melakukan perubahan-perubahan atau
improvisasi yang diperlukan. Dalam hal ini,
para pelanggan bahkan diperkenankan
melakukan kunjungan, pengamatan,
penilaian dan pemberian masukan yang
konstruktif kepada institusi pendidikan.
6. Membangun SDM dan Manusia
Berkualitas Unggul
Setiap program pendidikan perlu
diorientasikan kepada pemantapan proses
pengembangan SDM sebagai modal dasar
pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah bersama masyarakat. Dengan
proses ini diharapkan dapat menciptakan
masyarakat terpelajar (learning society),
yang pada gilirannya diharapkan dapat
menciptakan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan, baik ekonomi, social
budaya, politik, hukum, keamanan, dan
sebagainya.
Selain itu, untuk mampu bersaing
dalam kancah global, proses pendidikan
Islam tidak hanya sekedar mempersiapkan
anak didik mampu untuk hidup dalam masa
kini, melainkan juga harus disiapkan untuk
mampu menghadapi kehidupan masa akan
datang yang sulit diprediksi. Kesulitan
memprediksi kehidupan masyarakat akan
datang disebabkan oleh kenyataan bahwa di
era globalisasi ini perkembangan
masyarakat menjadi titik linier lagi.
Perkembangan masyarakat penuh dengan
lompatan-lompatan dalam berbagai aspek
kehidupan seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Penyiapan Pendidik dan Sarana
Kependidikan yang Profesional
Pembenahan tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan adalah dalam rangka
penguatan profesionalitas tenaga pendidik
dan kependidikan itu sendiri, sehingga
proses transformasi nilai dan muatan
pendidikan dapat berlangsung secara efektif
pada peseta didik. Dengan acuan ini, guru,
dosen dan sejenisnya benar-benar
merupakan profesi yang ditekuni. Guru dan
atau dosen tidak lagi dianggap sebagai
pekerjaan sampingan. Begitu pula
penempatan guru yang ”salah kamar”
(mengajar bukan pada keahliannya) yang
selama ini banyak terjadi seharusnya tidak
lagi terulang. Dalam konteks konstitusi,
pemerintah memang telah memformulasikan
undang-undang Guru dan Dosen yang
bertujuan untuk meningkatkan standar
kesejahteraan guru dan dosen sehingga
mampu menjalankan profesinya secara
proporsional dan profesional. Persoalan
yang muncul adalah bagaimana undang-
undang tersebut dapat diimplementasikan
dengan seksama dan serius.
Dengan sekim yang sudah dirancang,
semua berharap agar pemerintah sudah on
the right track dalam membenahi tenaga
pendidik dan kependidikan, khususnya guru
dan dosen dengan konsisten melaksanakan
undang-undang guru dan dosen tersebut
secara terencana dan simultan. Mengingat
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
67
kuantitas guru dan dosen yang begitu besar,
maka perlu penyediaan dana yang juga besar
baik untuk keperluan peningkatan
kualifikasi dan sertifikasi profesi maupun
untuk perbaikan penggajian dan insentif
para tenaga pendidikan.
Begitu juga dengan keberadaan
sarana dan prasarana pendidikan sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
sistem pendidikan merupakan hal yang vital
untuk diperhatikan dalam proses
peningkatan mutu pendidikan. Artinya,
seprofesional apapun guru atau tenaga
kependidikannya, akan tidak efektif dalam
pembelajaran apabila keberadaan sarana dan
prasarananya kurang memadai. Oleh karena
itu, pembenahan dan pengembangan sarana
dan prasarana pendidikan baik dalam aspek
kualitas maupun aspek kuantitasnya adalah
keniscayaan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan terutama dalam menghadapi
tuntutan pasar di era global. Pengembangan
dan peningkatan eksistensi sarana dan
prasarana pendidikan selain akan
memantapkan atmosfir daya tarik belajar,
juga akan memberikan kontribusi besar bagi
kelancaran proses belajar mengajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Restrukturisasi dan reorientasi
sistem pendidikan baik bidang
manajemen, kurikulum,
metodologi dan kelembagaan
pendidikan merupakan gagasan
inovatif berkenaan dengan upaya
peningkatan mutu sistem
pendidikan Islam
2. Sistem pendidikan Islam yang
ideal dalam kehidupan modern
adalah pendidikan yang
mengedepankan integrasi antara
skill, sikap, ilmu pengetahuan
dan agama
Saran
1. Diharapkan kepada semua
akademisi, dosen dan guru agar
senantiasa menyelenggarakan
pendidikan berbasis emosional,
intelektual dan spiritual;
2. Tulisan ini masih memiliki
kekurangan, dan kelemahannya,
penulis menyarankan koreksi
yang konstruktif dari berbagai
pembaca
D. DAFTAR PUSTAKA
Daniel Goleman, 2000, Kecerdasan
Emosional untuk Mencapai Puncak
Prestasi, Jakarta: Gramedia Utama.
Edward Sallis, 2006, Total Quality
Manajemen in Education,
Yogyakarta: IRCiSoD
Ismail Raji` al-Faruqi, 1981, Islamization of
Knowledge: General Principles
and Work Plan, ed. II, Virginia;
IIIT
Malik, B. Badri, 1979, The Dilemma of
Muslim Psychologist, London:
MWH London Publisher
Nasution, S. 1985, Asas-asas Kurikulum
Jakarta: Bumi Aksara.
Reorientasi dan Restrukturisasi Manajemen Pendidikan ........( Al Mawardi )
68
Nazir Karim, 2005, Membangun Ilmu
dengan Paradigma Islam:
Mengukuhkan Eksistensi Metafisika
Ilmu dan Islam, Pekan Baru:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Suska Riau
Ronald, C. Doll, 1978, Curiculum
Improvement: Decision Making
and Process, Boston: Allyn and
Bacon
Sallis, 2006, Konsep Pendidikan Dalam
Islam: Suatu Kerangka Pikir
Pembiunaan Filsafat Pendidikan
Islam, Bandung : Mizan
Zakiyah Daradjat, 1984, Pendidikan Islam
dalam Keluarga dan Sekolah,
Jakarta: Ruhama