referat dermatitis seboroik
TRANSCRIPT
DERMATITIS SEBOROIK
Hafiz Hari Nugraha, S.Ked
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moh. Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2014
PENDAHULUAN
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Seborrhea biasa disebut
dengan Dermatitis seboroik adalah kondisi inflamasi pada kulit yang bersifat chronic-
relapsing dengan predileksi di area yang kaya dengan kelenjar sebasea (seboroik).
Penyakit ini ditandai oleh pruritus, berminyak, dan bercak merah dengan berbagai
variasi ukuran dan morfologi tergantung pada area kulit yang terlibat. Dermatitis
seboroik biasanya terjadi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang
jarang terkena, seperti daerah presternal dada. 1,2
Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit yang sering terjadi.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun dewasa. DS dikaitkan dengan
peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada
daerah wajah dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan faktor
penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini
dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia.
Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik
akibat produk metaboliknya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur
itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor
genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat
penyakit. 1,2
Beberapa tahun ini telah didapatkan data terjadinya peningkatan kasus
dermatitis seboroik pada pasien HIV. Angka kejadian dermatitis seboroik menjadi
lebih sering dan manifestasinya lebih berat pada pasien dengan imunodefisiensi
dibanding pasien biasa. 1,2
1
DEFINISI
Dermatitis seboroik (D.S.) adalah penyakit kulit yang bersifat kronik papulo-
skuamosis yang menyerang anak-anak dan dewasa dengan karakteristik
ditemukan di daerah seboroik.3
Area seboroik yaitu bagian badan yang banyak kelenjar sebasea (kelenjar
lemak) yaitu: kepala (“Scalp”, telinga, saluran telinga, belakang telinga, leher),
muka (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan nasolabial, bibir, kumis, pipi,
hidung, janggut/ dagu), badan atas ( daerah presternum, daerah interskapula,
areolae mammae) dan pelipatan-pelipatan (ketiak, pelipatan bawah mammae,
umbilicus, pelipatan paha, daerah anogenital dan pelipatan pantat).3
EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi
pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin disebabkan karena adanya aktifitas
kelenjar sebasea yang diatur oleh hormon androgen.1-4
Prevalensi dermatitis seboroik menyerang 1% - 5% populasi. Dermatitis
seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa.
DS lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey
pada 1.116 anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan
prevalensi dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak
perempuan. Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit
menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang
minimal atau dermatitis seboroik ringan.1-4
Prevalensi dermatitis seboroik pada populasi umum sebanyak 1-5%, meningkat
30-83% pada orang-orang dengan HIV positif dan AIDS.5
ETIOPATOGENESIS
Meskipun prevalensi dari dermatitis seboroik tinggi, namun etiologi dari
penyakit ini belum jelas diketahui. Meskipun beberapa faktor diduga memiliki
hubungan dengan kondisi dermatitis seboroik.2
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan dermatitis seboroik yaitu3:
• Aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan
• Infeksi Pityrosporum ovale
• Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
2
• Infeksi Candida albicans atau Staphylococcus aureus
• Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
• Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)
• Proliferasi epidermal yang menyimpang
• Kekurangan nutrisi
• Faktor genetik
• Imunodefisiensi
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea.
Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif
selama 8-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis
seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia
sebelum akil balik dan insidennya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun,
kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita.6
Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya
dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara
keaktifan kelenjar tersebut dengan suseptibilitas untuk memperoleh dermatitis
seboroik. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang
meningkat seperti pada psoriasis. Pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan,
stres emosional, infeksi, atau defisiensi imun. 6
Penelitian–penelitian melaporkan adanya suatu jamur lipofilik, pleomorfik,
Malasssezia ovalis (Pityrosporum ovale), pada beberapa pasien dengan lesi pada kulit
kepala. P. ovale ditemukan pada kulit kepala yang normal. Yeast dari genus ini
menonjol dan dapat ditemukan pada daerah seboroik pada tubuh yang kaya akan lipid
sebasea, misalnya kepala dan punggung. Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke
dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T
dan sel Langerhans. Hubungan yang erat terlihat karena kemampuan untuk
mengisolasi Malassezia pada pasien dengan DS dan terapinya yang berefek bagus
dengan pemberian anti jamur.1-4
GAMBARAN KLINIK
Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi
3
klinis. Secara garis besar gejala klinis DS berbeda pada anak dan orang dewasa. Pada
anak ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan
generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.
Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit
kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis, pada
daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra
mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan
generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif). Distribusinya biasanya bilateral dan
simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema ringan
dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan.2,3
4
Gambar 1 : Dermatitis Seboroik Pada Tempat Predileksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada
penyakit lain, seperti pada dermatitis atau psoriasis. Gambaran histopatologi
tergantung dari stadium penyakit. Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan
akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler.
Pada dermatitis seboroik akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat
limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler superfisial, spongiosis
ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis
yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil
pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas. Pada dermis
bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular.3
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa
hiperkeratosis, akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan
psoriasis yang memiliki akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis,
parakeratosis dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua
jenis penyakit.3
5
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
• Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan
tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
• Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, riwayat
penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang. Dari riwayat
didapatkan bahwa dermatitis ini terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan,
tampak sebagai peradangan yang mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan
intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan krusta. Daerah-daerah lain seperti
seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga dapat terkena. Pada kasus yang berat
sering didapatkan bercak-bercak kemerahan berlapis dan tidak gatal di wajah, badan
dan tungkai.1-4
Pemeriksaan spesimen yang diambil dari scraping kulit yang dangkal
dipersiapkan dengan kalium hidroksida (KOH) mungkin berguna untuk
menyingkirkan diagnosa tinea capitis. Biopsi kulit jarang dilakukan, tetapi dapat
berguna untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti lupus eritematosus.3
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan umur
dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis kontak, dermatitis
atopik, tinea kapitis, kandidiasis, scabies, impetigo dan psoriasis. Pada orang dewasa
differensial diagnsosinya adalah psoriasis pitryasis rosea, dermatitis kontak, SLE,
dermatitis atopik, kandidiasis, rosasea, impetigo, tinea vesicolor dan sarcoidosis.4
1. Psoriasis
Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan
dermatitis seboroik. Bedanya terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis,
disertai tanda tetesan lilin, Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda,
psoriasis sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, kuku
dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis mengenai scalp, maka sukar dibedakan dengan
DS. Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih, seperti mika. Psoriasis
inversa yang mengenai daerah fleksor juga dapat menyerupai DS. Selain itu, pada
pemeriksan histopatologis terdapat papilomatosis,1,4
6
2. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai
dengan lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald
patch, umumnya di badan, soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama
halus dan tidak berminyak di pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat
dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat
predileksinya juga berbeda, lebih sering pada badan, lengan atas bagian proksimal dan
paha atas, jarang pada kulit kepala.1,4
3. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofit dan biasanya menyerang anak–anak. Kelainan pada tinea kapitis
dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak seboroik pada kulit
kepala yang berambut kadang-kadang membingungkan. Biasanya lesi DS pada kulit
kepala lebih merata dan mempunyai lesi kulit yang simetris distribusinya. Pada tinea
kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di pinggir dan pinggirannya lebih
aktif dibandingkan di tengahnya. Pada pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana
terlihat hifa yang bersekat, bercabang, serta spora. Untuk menyingkirkan tinea kapitis
dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit pada kultur jamur.1,4
4. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal.
Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan
DS yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis atopik
dapat terjadi likenfikasi. Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis
seboroik dari dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya
di daerah dahi dan dagu pada tahap awal, dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain
itu dermatitis seboroik biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan
bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan tanda khas dermatitis
atopik.1,4
5. Systemic Lupus Erythematosus
SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut, multisistemik dan menyerang
jaringan konektif dan vaskular. SLE sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada
SLE juga dapat dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE berbentuk
seperti kupu-kupu, tersering di area molar dan nasal dengan sedikit edema, eritema
7
dan atrofi. Terdapat gejala demam, malaise, serta tes antibodi-antinuklear (+).1,4
6. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral wajah (yang menonjol/
cembung). Gambaran histopatologi terdapat daerah ektasia vaskular, edema dermis
dan diorganisasi jaringan konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan
talangiektasis, disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul
dan edema.1,4
9. Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya
oleh Candida albicans. Kandidiasis kadang sulit dibedakan dengan DS jika mengenai
lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan
basah. Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah
berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada
daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Selain
itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau
hifa semu.1,4
PENATALAKSANAAN
Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta,
menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema
dan gatal. Pada pasien dewasa harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung
kronik dan sering kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional,
makanan berlemak, dan sebagainya.3
Untuk dermatitis seboroik pada anak, perawatan kulit kepala dapat dilakukan
berbagai terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus untuk
bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3% dalam minyak
zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat
(untuk skuama yang tebal), pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah
(hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan
sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya yang cocok
menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut.3,7
Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan penggunaan
steroid telah memberikan efek samping yang merugikan, pertimbangan menggunakan
8
obat-obatan lain yang efektif .Beberapa preparat seperti tacrolimus, pimecrolimus dan
inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan dermatitis atopik, ternyata efektif
diberikan untuk mengatasi penyakit dengan inflamasi lainnya, termasuk dermatitis
seboroik. Sementara metronidazole, dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis
seboroik sebagai pengganti ketokonazole.7
Anti-inflammatory (immunomodulatory ) agents.
Pengobatan konvensional untuk dermatitis seboroik pada pasien dewasa dilakukan di
kulit kepala dimulai dengan topical steroid atau inhibitor kalsineurin. Terapi ini dapat
diberikan sebagai shampo, seperti fluocinolone (Synalar), topikal steroid solusi, lotion
diberikan pada kulit kepala, sedangkan krim pada kulit. Dermatitis seboroik biasanya
menggunakan topical steroid sekali atau dua kali sehari. Topical steroid secara efektif
dapat mengobati dermatitis seboroik.2
Keratolitik
Keratolitik yang banyak digunakan untuk mengobati dermatitis seboroik adalah tar,
asam salisilat, dan seng pyrithione shampoo. Pyrithione seng memiliki efek non
spesifik keratolitik dan anti jamur dan dapat diberikan dua atau tiga kali per minggu.
Pasien harus membasuh kulit kepala dengan shampoo setidaknya selama lima menit
untuk memastikan meresap ke kulit kepala.2
Anti jamur
Sebagian besar anti jamur menyerang malassezia pada penyakit dermatitis seboroik.
Gel ketokonazol (Nizoral) dipakai sehari sekali dikombinasikan dengan oncedaily
rejimen desonide (Desowen) selama dua minggu, berguna untuk dermatitis seboroik
yang berada di wajah. Sampo yang mengandung selenium sulfida (selsun) atau azol
sering digunakan, dapat dipakai 2-3 x selama seminggu. Ketokonazol dan beberapa
azoles (misalnya, itrakonazol [Sporanox], ketokonazol) juga memiliki sifat anti-
inflamasi.2
Alternatif pengobatan
Terapi alami menjadi semakin populer. Pohon teh minyak (Melaleuca minyak)
produk asli penduduk Australia. Terapi ini tampaknya efektif dan dapat ditoleransi
dengan baik bila digunakan sehari-hari sebagai shampo.2
9
PROGNOSIS
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh sendiri
secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat
memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada
saat kanak-kanak , bukan berarti memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik
tipe dewasa suatu saat nanti. Pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi
penyakit ini sulit untuk disembuhkan.1,2,7
KESIMPULAN
Dermatitis seboroik ialah kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan
papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik
yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak
mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea.
Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta
skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai
ukuran disertai adanya krusta.
Prevalensi dermatitis seboroik menyerang 1% - 5% populasi. Dermatitis
seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Kejadian dermatitis seboroik
meningkat 30-83% pada orang-orang dengan HIV positif dan AIDS.
Etiologi dari penyakit ini belum diketahui. Beberapa faktor yang diduga
menyebabkan dermatitis seboroik yaitu aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan,
infeksi Pityrosporum ovale, faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban), infeksi
Candida albicans atau Staphylococcus aureus, kelainan neurotransmiter (mis : pada
penyakit parkinson), obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik),
proliferasi epidermal yang menyimpang, dekurangan nutrisi, faktor genetic dan
imunodefisiensi
Dermatitis seboroik adalah suatu penyakit dengan gambaran berbagai variasi
klinis. Secara garis besar gejala klinis DS bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.
Pada bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan
generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada
penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran histopatologi
10
tergantung dari stadium penyakit. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat
dilakukan antara lain kultur jamur dan kerokan kulit, pemeriksaan serologis.
Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan
umur dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis kontak,
dermatitis atopik, tinea kapitis, kandidiasis, scabies, impetigo dan psoriasis. Pada
orang dewasa differensial diagnsosinya adalah psoriasis pitryasis rosea, dermatitis
kontak, SLE, dermatitis atopik, kandidiasis, rosasea, impetigo, tinea vesicolor dan
sarcoidosis.
Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta,
menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema
dan gatal. Terapi medikamentosa dengan pemberian agen anti-inflamasi, keratolitik
dan anti jamur.
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Pada sebagian
kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Naldi L, Rebora A. Seborrheic dermatitis. N Engl J Med. 2009;360(4):387-96.
2. Schwartz R et al. Seborrheic dermatitis: an overview. Am Fam Physician.
2006;74(1):125–32.
3. Collins CD, Hivnor C. Seborrheic dermatitis. In: Goldsmith L, Katz S,
Gilchrest B, Paller A, Leffel D, Klaus W. eds. Dermatology in general
medicine. 8th ed. Vol 1. New York: McGraw-hill. 2012. p 259-66
4. George YA. Seborrheic dermatitis In: Kelly AP, Taylor SC. eds. Dermatology
for skin of color. New York: McGraw- hill. 2009. p 240-4
5. Chatzikokkinou P et al: Seborrheic dermatitis - an early and common skin
manifestation in HIV patient. Acta Derm Venereol 2008;16(4):226-30.
6. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi keenam. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2010
7. Johnson BA, Nunley JR: Treatment of seborrheic dermatitis, Am Fam
Physician. 2000;61(9):2703-10
12