rangkuman materi perkuliahan bahasa indonesia paud ... · 1 rangkuman materi perkuliahan bahasa...

47
1 RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA – PAUD SEMESTER 1- STAIS-2019 --- MATER 1—ARTI, FUNGSI DAN RAGAM BAHASA 1 Arti Bahasa Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.(Depdiknas, 2005: 3) Bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.(Harun Rasyid, Mansyur & Suratno [2009 :126]) Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Sistem bahasa yang baik unsurnya biasanya mencakup berbagai hal, yaitu : 1. Bermakna dan dapat dipahami 2. Bersifat konvensional yang ditentukan pemakainya berdasarkan kesepakatan 3. Digunakan secara berulang dan tetap 4. Bersifat terbatas, tetapi produktif. Artinya dengan sistem yang sederhana dapat menghasilkan kata, kalimat, wacana yang tidak terbatas 5. Bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lainnya 6. Dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal 2.2 Fungsi Bahasa Terdapat banyak fungsi bahasa, diantaranya : 1. Sarana Komunikasi Karena dapat digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, mereka perlu berkomunikasi dalam berbagai lingkungan ditempat mereka, diantaranya ada: a. Antara anggota keluarga-komunikasi keluarga. b. Antar anggota masyarakat-komunikasi sosial c. Antar ilmuan-komunikasi ilmiah 2. Sebagai sarana integrasi dan adaptasi Bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara merupakan fungsi integratif. Indikator kedudukannya sebagai bahasa nasional : a. Lambang nasional yang dapat memberikan kebanggaan jati diri pemakainya sebagai bangsa indonesia b. Lambang identitas nasional yang dapat dikenali oleh masyarakat

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN

BAHASA INDONESIA – PAUD SEMESTER 1- STAIS-2019

--- MATER 1—ARTI, FUNGSI DAN RAGAM BAHASA

1 Arti Bahasa

Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia

secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.(Depdiknas, 2005: 3)

Bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya,

sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.(Harun Rasyid, Mansyur &

Suratno [2009 :126])

Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh

semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan

mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik,

sopan santun

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Sistem bahasa yang baik unsurnya

biasanya mencakup berbagai hal, yaitu :

1. Bermakna dan dapat dipahami

2. Bersifat konvensional yang ditentukan pemakainya berdasarkan kesepakatan

3. Digunakan secara berulang dan tetap

4. Bersifat terbatas, tetapi produktif. Artinya dengan sistem yang sederhana dapat

menghasilkan kata, kalimat, wacana yang tidak terbatas

5. Bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lainnya

6. Dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal

2.2 Fungsi Bahasa

Terdapat banyak fungsi bahasa, diantaranya :

1. Sarana Komunikasi

Karena dapat digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan

yang beraneka ragam, misalnya komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi

kerja, dan komunikasi sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, mereka perlu

berkomunikasi dalam berbagai lingkungan ditempat mereka, diantaranya ada:

a. Antara anggota keluarga-komunikasi keluarga.

b. Antar anggota masyarakat-komunikasi sosial

c. Antar ilmuan-komunikasi ilmiah

2. Sebagai sarana integrasi dan adaptasi

Bahasa indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara

merupakan fungsi integratif. Indikator kedudukannya sebagai bahasa nasional :

a. Lambang nasional yang dapat memberikan kebanggaan jati diri pemakainya

sebagai bangsa indonesia

b. Lambang identitas nasional yang dapat dikenali oleh masyarakat

2

c. Alat pemersatu penduduk antar pulau di seluruh indonesia

d. Alat komunikasi antar daerah dan antar budaya

Indikator kedudukan sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai :

a. Bahasa salam kegiatan resmi

b. Bahasa pengantar di sekolah

c. Alat komunikasi pada tingkat nasional

d. Alat pengembangan budaya

Dengan bahasa, orang dapat menyatakan hidup bersama, bahkan bahasa

menimbulkan suatu kekuatan yang merupakan suatu sinergi dengan orang lain.

Misalnya : seseorang tidak akan menggunakan bahasa ilmiah ketika berbelanja,

seorang ibu akan menggunakan bahasa bisnis ketika menasehati anaknya.

3. Sebagai kontrol sosial

Berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agara orang yang terlibat dalam

komunikasi dapat saling memahami. Dalam kehidupan sehari-hari dapat berbentuk

komunikasi timbal balik, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian,

masing-masing dapat mengendalikan komunikasi dan memberi saran, kritik dll.

4. Sebagai sarana memahami diri

Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan

mengidentifikasi kondisinya terlebih dahulu. Pemahaman ini mencakup

kemampuan fisik, emosi, kecerdasan dll.

5. Sebagai sarana ekspresi diri

Dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai dengan tingkat yang

paling kompleks. Ekspresi paling sederhana misalnya untuk menyatakan cinta,

lapaar, kecewa. Tingkat kompleks misalnya berupa pernyataan berupa

kemampuan mengerjakan proyek besar dalam bentuk proposal yang sulit dan

rumit, menulis laporan, desain produk, dll.

6. Sebagai sarana memahami orang lain

Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakai bahasa dapat mengenali

berbagai hal mencakup kondisi pribadinya. Melalui pemahaman ini seseorang akan

memperoleh wawasan yang luas dan bermanfaat serta memperoleh kemampuan

berfikir sinergis dengan memadukan pengalaman orang lain bersama dengan

potensi dirinya.

7. Sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar

Keberhasilan seseorang menggunakan kecerdasannya ditentukan oleh

kemampuannya memanfaatkan situasi lingkungannya sehingga memperoleh

berbagai kreatifitas baru yang dapat memberikan berbagai keuntungan bagi

dirinya dan masyarakat. Misalnya: apa yang melatarbelakangi pengamatan,

3

bagaimana maslahanya, bagaimana cara mengamati, tujuannya, hasilnya,

kesimpulan.

8. Sebagai sarana berfikir logis

Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang

harus dilakukan. Selain itu, perlu disadari bahwa bahasa bukan hanya sarana

proses berpikir melainkan juga penghasilan pemikiran, konsep, atau ide.

9. Membangun kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan memanfaatkan potensi, pengalaman,

pengetahuan dan situasi sehingga menghasilkan kreatifitas baru yang

menguntungkan dirinya maupun masyarakat.

10. Mengembangkan kecerdasan ganda

Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa

kecerdasan sekaligus. Selain itu orang yang tekun mendalami bidang studinya

secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misal seorang ahli

pemogram yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, mesin

penerjemah, dll.

11. Membangun karakter

Kecerdasan merupakan bagian karakter dari manusia. Kecerdasan berbahasa

memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik.

12. Mengembangkan profesi

Profesi seseorang tidak akan berkembang tanpa menunjukkan kemampuannya

kepada orang lain. Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran

dilanjutkan dengan pengembangan diri yang tidak diperoleh selama proses belajar,

tetapi berakumulasi dengan pengalaman barunya.

13. Sarana menciptakan kreatifitas baru

Setiap orang memiliki bakat alam yang dibawanya sejak lahir. Perkembangan itu

sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya melalui pendidikan yang

kemudian berkembang menjadi bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual

ini dapat berkembang secara sinergis untuk menghasilkan kreatifitas baru. Untuk

menciptakan kreatifitas setiap mahasiswa harus mengkaji konsep dasar secara

menyeluruh dilanjutkan study kasus baik positif maupun negatif dilanjutkan

memikirkan solusinya dan menciptakan kreatifitas baru.

2.3 Ragam Bahasa

Ragam bahasa indonesia pada hakikatnya adalah variasi penggunaan

bahasa oleh para penutur bahasa itu. Dengan konsep itu, keberadaan bahasa

indonesia resmi (baku) dalam penggunaan bahasa indonesia oleh para penuturnya

merupakan salah satu bentuk variasi bahasa dari variasi bahasa indonesia lainnya.

4

Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa bahasa indonesia resmi digunakan

pada tempat atau suasana yang resmi atau hal lain yang menjadi alasan

digunakan bahasa resmi tersebut.

Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:

1. Ragam bahasa undang-undang

2. Ragam bahsa jurnalistik

3. Ragam bahasa ilmiah

4. Ragam bahasa sastra

Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:

1. Ragam lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)

dengan fonem sebagai usur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata

bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat

memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau

isyarat untuk mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi : ragam

bahasa cakapan, ragam bahasa pidato, ragam bahasa kuliah, dan ragam bahasa

panggung. Ciri-ciri ragam bahasa lisan :

a. Memerlukan kehadiran orang lain.

b. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.

c. Terikat ruang dan waktu.

d. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Kelebihan ragam bahasa lisan :

a. Dapat disesuaikan dengan situasi.

b. Faktor efisiensi.

c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan

gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan situasi, mimik

dan gerak-gerak pembicara.

d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang

dibicarakannya.

e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian

bahasa yang dituturkan oleh penutur.

f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari

informasi audit, visual dan kognitif.

Kelemahan ragam bahasa lisan :

a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-

frase sederhana.

b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.

c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan

d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

2. Ragam tulis

5

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan

dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan

tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan

kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata

bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata,

kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam

mengungkapkan ide, contoh ragam tulis antara lain meliputi : ragam bahasa

teknis, ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa catatan , dan ragam bahasa

surat.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.

b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.

c. Tidak terikat ruang dan waktu.

d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis :

a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi

yang menarik dan menyenangkan.

b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.

c. Sebagai sarana memperkaya kosakata

d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau

mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan

pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis :

a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada

akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus

mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan

nilai jual.

c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena

itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.

Ragam bahasa menurut Hubungan Antar pembicara dibedakan menurut akrab

tidaknya pembicara

1. Ragam bahasa resmi, biasanya terdapat didalam pertemuan diruang rapat.

2. Ragam bahasa akrab, akrab disini biasanya antar manusia satu dengan yang

lainnya sudah sama kenal sehingga biasa menggunakan ragam tersebut.

3. Ragam bahasa agak resmi, hampir sama seperti akrab tetapi perbedaannya ada

di tata penulisannya.

4. Ragam bahasa santai, ragam bahasa yang digunakan sehari-hari. Contohnya:

bercabdaan antara mahasiswa satu kelasan

5. Dan sebagainya

Ragam bahasa berdasarkan penutur

6

1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek), contoh :

logat bahsa jawa tengah dengan jawa barat jelas berbeda.

2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur, contoh : dalam pelafalan fitnah

menjadi fitnah.

3. Ragam bahasa berdasarkan sifat penutur, contoh : dalam ragam bahasa resmi

dan ragam bahasa santai.

4. Berdasarkan pokok persoalan, contoh : dalam pengungkapan adanya operasi

antara militer dengan dokter.

5. Berdasarkan sarana, contoh : dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.

MATERI 2 –

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah

ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50

Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan bahasa Melayu dengan

huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuijsen

dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma‘moer dan Moehammad Taib Soetan

Ibrahim, telah dilakukan penyempurnaan ejaan dalam berbagai nama dan bentuk.

Pada tahun 1938, pada Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo, disarankan

agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun 1947 Soewandi,

Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan dalam

surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg.A bahwa perubahan ejaan

bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih

sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.

Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad Yamin,

diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Kongres itu mengambil keputusan

supaya ada badan yang me-nyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa

Indonesia. Panitia yang dimaksud yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan

dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S,

berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957.

Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang

pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional, kemudian pada tahun 1975

menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menyusun program

pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Di dalam hubungan ini, Panitia

Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang disahkan oleh

7

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam

surat keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep

yang ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa

tahun.

Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di

Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia yang

ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20

Mei 1972, No. 03/A.I/72, pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun itu juga dires-

mikanlah aturan ejaan yang baru itu berdasarkan keputusan Presiden, No. 57, tahun

1972, dengan nama Ejaan yang Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972

menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua

diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi

ketiga diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasio-

nal Nomor 46. Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan (PUEYD) diganti de-ngan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan

Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penyusunan pedoman ini tidak terlepas dari kerja keras dan kontribusi berbagai pihak.

Oleh karena itu, penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada

segenap pakar dan ahli bahasa, pengambil kebijakan di tingkat kementerian, serta

kalangan masyarakat yang telah bekerja sama mewujudkan tersusunnya Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Jakarta, Maret 2016

Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

8

Pemakaian Huruf

A. Huruf Abjad

Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.

Kapital Nonkapital Nama Pengucapan

A a a a

B b be bé

C c ce cé

D d de dé

E e e é

F f ef èf

G g ge gé

H h ha ha

I i i i

J j je jé

K k ka ka

L l el èl

M m em èm

N n en èn

O o o o

P p pe pé

Q q ki ki

9

Kapital Nonkapital Nama Pengucapan

R r er èr

S s es ès

T t te té

U u u u

V v ve vé

W w we wé

X x eks èks

Y y ye yé

Z z zet zèt

B. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf,

yaitu a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a api padi lusa

e* enak petak sore

ember pendek –

emas kena tipe

i itu simpan murni

o oleh kota radio

u ulang bumi ibu

Keterangan:

* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan

jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.

10

a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).

b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya:

Kami menonton film seri (sèri).

Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.

c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya:

Pertandingan itu berakhir seri (sêri).

Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.

Kecap (kêcap) dulu makanan itu.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf,

yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

b bahasa sebut adab

c cakap kaca –

d dua ada abad

f fakir kafan maaf

g guna tiga gudeg

h hari saham tuah

j jalan manja mikraj

k kami paksa politik

l lekas alas akal

m maka kami diam

n nama tanah daun

p pasang apa siap

11

Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

q* qariah iqra –

r raih bara putar

s sampai asli tangkas

t tali mata rapat

v variasi lava molotov

w wanita hawa takraw

x* xenon – –

y yakin payung –

z zeni lazim juz

Keterangan:

* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada

posisi awal kata diucapkan [s].

Catatan:

1. PUEBI 2015 menghilangkan keterangan ―Huruf k melambangkan bunyi

hamzah‖ dengan contoh ―rakyat‖ dan ―bapak―.

2. Empat konsonan (c, q, x, dan y) tidak digunakan di posisi akhir kata dasar

bahasa Indonesia. Konsonan y bisa terletak di akhir, tetapi dalam bentuk

gabungan huruf konsonan sy, misalnya pada arasy.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan

gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

ai – balairung pandai

au autodidak taufik harimau

ei* eigendom geiser survei

12

Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

oi – boikot amboi

Catatan:

PUEBI 2015 menambahkan diftong ei. Pedoman ejaan sebelumnya hanya

mencantumkan tiga diftong: ai, au, dan oi.

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu

bunyi konsonan.

Gabungan Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

kh khusus akhir tarikh

ng ngarai bangun senang

ny nyata banyak –

sy syarat musyawarah arasy

F. Huruf Kapital

I.F.1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:

Apa maksudnya?

Dia membaca buku.

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

I.F.2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk

julukan. Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Halim Perdanakusumah

Wage Rudolf Supratman

Jenderal Kancil

Dewa Pedang

Alessandro Volta

André-Marie Ampère

Mujair

Rudolf Diesel

Catatan:

13

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan

nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

ikan mujair

mesin diesel

5 ampere

10 volt

(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna

‗anak dari‘, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini

Siti Fatimah binti Salim

Indani boru Sitanggang

Charles Adriaan van Ophuijsen

Ayam Jantan dari Timur

Mutiara dari Selatan

Catatan:

PUEBI 2015 menambahkan (1) penjelasan ―termasuk julukan‖ pada I.F.2.,

misalnya Jendral Kancil dan Dewa Pedang; serta (2) penjelasan ―yang bermakna ‗anak

dari'‖ pada catatan kedua. Kedua tambahan ini tampaknya bertujuan untuk

memperjelas pedoman sebelumnya.

I.F.3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, ―Kapan kita pulang?‖

Orang itu menasihati anaknya, ―Berhati-hatilah, Nak!‖

―Mereka berhasil meraih medali emas,‖ katanya.

―Besok pagi,‖ katanya, ―mereka akan berangkat.‖

I.F.4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab

suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan

Misalnya:

Islam

Alquran

Kristen

Alkitab

Hindu

Weda

Allah

14

Tuhan

Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.

I.F.5.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,

keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar

akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:

Sultan Hasanuddin

Mahaputra Yamin

Haji Agus Salim

Imam Hambali

Nabi Ibrahim

Raden Ajeng Kartini

Doktor Mohammad Hatta

Agung Permana, Sarjana Hukum

Irwansyah, Magister Humaniora

I.F.5.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,

keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai

sebagai sapaan.

Misalnya:

Selamat datang, Yang Mulia.

Semoga berbahagia, Sultan.

Terima kasih, Kiai.

Selamat pagi, Dokter.

Silakan duduk, Prof.

Mohon izin, Jenderal.

I.F.6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat

yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,

nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Gubernur Papua Barat

15

I.F.7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan

bahasa.

Misalnya:

bangsa Indonesia

suku Dani

bahasa Bali

Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar

kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

pengindonesiaan kata asing

keinggris-inggrisan

kejawa-jawaan

I.F.8.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan

hari besar atau hari raya.

Misalnya:

tahun Hijriah

tarikh Masehi

bulan Agustus

bulan Maulid

hari Jumat

hari Galungan

hari Lebaran

hari Natal

I.F.8.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

Konferensi Asia Afrika

Perang Dunia II

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak

ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

16

I.F.9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:

Jakarta

Asia Tenggara

Pulau Miangas

Amerika Serikat

Bukit Barisan

Jawa Barat

Dataran Tinggi

Dieng Danau Toba

Jalan Sulawesi

Gunung Semeru

Ngarai Sianok

Jazirah Arab

Selat Lombok

Lembah Baliem

Sungai Musi

Pegunungan Himalaya

Teluk Benggala

Tanjung Harapan

Terusan Suez

Kecamatan Cicadas

Gang Kelinci

Kelurahan Rawamangun

Catatan:

(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf

kapital.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai

menyeberangi selat berenang di danau

(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis

dengan huruf kapital.

Misalnya:

jeruk bali (Citrus maxima)

kacang bogor (Voandzeia subterranea)

nangka belanda (Anona muricata)

petai cina (Leucaena glauca)

17

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan

atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:

Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu,

gula aren, dan gula anggur.

Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.

Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta,

dan batik Madura.

Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.

Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan,

tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.

Catatan:

PUEBI 2015 menambahkan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi

bagian nama diri (proper name) dan nama jenis (common name).

I.F.10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua

unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau

dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010

tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden

dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

I.F.11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata

ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama

majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk,

yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.

Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyajikan makalah ―Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata‖.

18

I.F.12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,

pangkat, atau sapaan.

Misalnya:

S.H. = sarjana hukum

S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat

S.S. = sarjana sastra

M.A. = master of arts

M.Hum. = magister humaniora

M.Si. = magister sains

K.H. = kiai haji

Hj. = hajah

Mgr. = monseigneur

Pdt. = pendeta

Dg. = daeng

Dt. = datuk

R.A. = raden ayu

St. = sutan

Tb. = tubagus

Dr. = doktor

Prof. = profesor

Tn. = tuan

Ny. = nyonya

Sdr. = saudara

Catatan:

PUEBI 2015 menambahkan contoh gelar lokal Daeng dan Datuk.

I.F.13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan

kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan

lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

―Kapan Bapak berangkat?‖ tanya Hasan. Dendi bertanya, ―Itu apa, Bu?‖

―Silakan duduk, Dik!‖ kata orang itu.

Surat Saudara telah kami terima dengan baik.

―Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?‖

―Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.‖

Catatan:

PUEBI 2015 menambahkan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang

digunakan sebagai penyapaan ditulis dengan huruf kapital, misalnya Kutu Buku.

Catatan:

19

(1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

(2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Siapa nama Anda?

G. Huruf Miring

I.G.1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama

surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.

Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.

Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.

Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi

Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

I.G.2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian

kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

Misalnya:

Huruf terakhir kata abad adalah d.

Dia tidak diantar, tetapi mengantar.

Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.

Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.

I.G.3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa

daerah atau bahasa asing.

Misalnya:

Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang

berkunjung ke Aceh.

Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

Weltanschauung bermakna ‗pandangan dunia‘.

Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.

Catatan:

20

(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing

atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.

(2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan

dicetak miring ditandai dengan garis bawah.

(3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara

langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

H. Huruf Tebal

I.H.1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis

miring.

Misalnya:

Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan.

Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‗dan‘.

I.H.2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti

judul buku, bab, atau subbab.

Misalnya:

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu bahasa standar dan

ratusan bahasa daerah—ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa

Inggris— membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa.

Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah

seperti tampak pada paparan berikut.

1.1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang

beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat

bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah,

dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.

1.1.2 Masalah

Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat

Kalimantan terhadap ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat

tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa

yang diambil.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa

masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa

Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.

21

Catatan:

Huruf tebal tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,

kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Untuk tujuan ini, gunakan huruf miring.

PENULISAN KATA

A. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Kantor pajak penuh sesak.

Saya pergi ke sekolah.

Buku itu sangat tebal.

B. Kata Berimbuhan

II.B.1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran)

ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya:

berjalan

berkelanjutan

mempermudah

gemetar

lukisan

kemauan

perbaikan

Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi,

ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya:

sukuisme

seniman

kamerawan

gerejawi

II.B.2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya:

22

adibusana

aerodinamika

antarkota

antibiotik

awahama

bikarbonat

biokimia

dekameter

demoralisasi

dwiwarna

ekabahasa

ekstrakurikuler

infrastruktur

inkonvensional

kontraindikasi

kosponsor

mancanegara

multilateral

narapidana

nonkolaborasi

paripurna

pascasarjana

pramusaji

prasejarah

proaktif

purnawirawan

saptakrida

semiprofesional

subbagian

swadaya

telewicara

transmigrasi

tunakarya

tritunggal

tansuara

ultramodern

Catatan:

(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan

yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).

Misalnya:

23

non-Indonesia

pan-Afrikanisme

pro-Barat

non-ASEAN

anti-PKI

(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat

Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat

Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.

Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-

unsurnya.

Misalnya:

anak-anak

biri-biri

lauk-pauk

berjalan-jalan

buku-buku

cumi-cumi

mondar-mandir

mencari-cari

hati-hati

kupu-kupu

ramah-tamah

terus-menerus

kuda-kuda

kura-kura

sayur-mayur

porak-poranda

mata-mata

24

ubun-ubun

serba-serbi

tunggang-langgang

Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.

Misalnya:

surat kabar → surat-surat kabar

kapal barang → kapal-kapal barang

rak buku → rak-rak buku

kereta api cepat → kereta-kereta api cepat

Catatan:

Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga,

dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang sempurna diberi huruf

kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan bentuk ulang lain hanya diberi

huruf kapital pada huruf pertama unsur pertamanya. Misalnya:

Ia menyajikan makalah ―Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata‖.

Slogan ―Terus-menerus Ramah-tamah‖ dikampanyekan gubernur baru itu.

D. Gabungan Kata

II.D.1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah

khusus, ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar

model linear

kambing hitam

persegi panjang

orang tua

rumah sakit jiwa

simpang empat

meja tulis

mata acara

cendera mata

II.D.2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan

membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)

anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)

ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)

ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)

25

buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)

buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)

II.D.3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika

mendapat awalan atau akhiran.

Misalnya:

bertepuk tangan

menganak sungai

garis bawahi

sebar luaskan

II.D.4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis

serangkai.

Misalnya:

dilipatgandakan

menggarisbawahi

menyebarluaskan

penghancurleburan

pertanggungjawaban

II.D.5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.

Misalnya:

acapkali

adakalanya

apalagi

bagaimana

barangkali

beasiswa

belasungkawa

bilamana

bumiputra

darmabakti

dukacita

hulubalang

kacamata

kasatmata

kilometer

manasuka

matahari

olahraga

padahal

26

peribahasa

perilaku

puspawarna

radioaktif

saptamarga

saputangan

saripati

sediakala

segitiga

sukacita

sukarela

syahbandar

wiraswata

E. Pemenggalan Kata

II.E.1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya

dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

bu-ah

ma-in

ni-at

sa-at

b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.

Misalnya:

pan-dai

au-la

sau-da-ra

sur-vei

am-boi

c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf

konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf

konsonan itu.

Misalnya:

ba-pak

la-wan

27

de-ngan

ke-nyang

mu-ta-khir

mu-sya-wa-rah

d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,

pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

Misalnya:

Ap-ril

cap-lok

makh-luk

man-di

sang-gup

som-bong

swas-ta

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-

masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf

konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

ul-tra

in-fra

ben-trok

in-stru-men

Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.

Misalnya:

bang-krut

bang-sa

ba-nyak

ikh-las

kong-res

makh-luk

masy-hur

sang-gup

II.E.2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk

dasar dan unsur pembentuknya.

Misalnya:

28

ber-jalan

mem-pertanggungjawabkan

mem-bantu

memper-tanggungjawabkan

di-ambil

mempertanggung-jawabkan

ter-bawa

mempertanggungjawab-kan

per-buat

me-rasakan

makan-an

merasa-kan

letak-kan

per-buatan

pergi-lah

perbuat-an

apa-kah

ke-kuatan

kekuat-an

Catatan:

(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan

dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

me–nu-tup

me–ma-kai

me–nya-pu

me–nge-cat

pe–mi-kir

pe–no-long

pe–nga-rang

pe–nge-tik

pe–nye-but

(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

ge-lem-bung

ge-mu-ruh

29

ge-ri-gi

si-nam-bung

te-lun-juk

(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir

baris tidak dilakukan.

Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ….

Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau

mengambil makanan itu.

II.E.3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu

dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur

itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.

Misalnya:

biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi

biodata, bio-data, bi-o-da-ta

fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi

fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi

introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si

introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si

kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram

kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter

pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen

pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na

II.E.4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal

di antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

Lagu ―Indonesia Raya‖ digubah oleh Wage Rudolf

Supratman.

Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir

Alisjahbana.

II.E.5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak

dipenggal.

Misalnya:

Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga

Warsita.

30

Catatan: Penulisan berikut dihindari.

Ia bekerja di DLL-

AJR.

Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.

Ng. Rangga Warsita.

F. Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Di mana dia sekarang?

Kain itu disimpan di dalam lemari.

Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.

Mari kita berangkat ke kantor.

Saya pergi ke sana mencarinya.

Ia berasal dari Pulau Penyengat.

Cincin itu terbuat dari emas.

G. Partikel II.G.1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Siapakah gerangan dia?

Apatah gunanya bersedih hati?

II.G.2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan

bijaksana.

Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke

rumahku.

Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.

Misalnya:

Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

Dia tetap bersemangat walaupun lelah.

31

Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.

Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.

II.G.3. Partikel per yang berarti ‗demi‘, ‗tiap‘, atau ‗mulai‘ ditulis terpisah dari kata

yang mengikutinya.

Misalnya:

Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.

Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.

Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

H. Singkatan dan Akronim

II.H.1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan

tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.

Misalnya:

A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution

H. Hamid = Haji Hamid

Suman Hs. = Suman Hasibuan

W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman

M.B.A. = master of business administration

M.Hum. = magister humaniora

M.Si. = magister sains

S.E. = sarjana ekonomi

S.Sos. = sarjana sosial

S.Kom. = sarjana komunikasi

S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat

Sdr. = saudara

Kol. Darmawati = Kolonel Darmawati

II.H.2.a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta

nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia

UI = Universitas Indonesia

PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa

WHO = World Health Organization

PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia

KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

II.H.2.b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri

ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

32

Misalnya:

PT = perseroan terbatas

MAN = madrasah aliah negeri

SD = sekolah dasar

KTP = kartu tanda penduduk

SIM = surat izin mengemudi

NIP = nomor induk pegawai

II.H.3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

hlm. = halaman

dll. = dan lain-lain

dsb. = dan sebagainya

dst. = dan seterusnya

sda. = sama dengan di atas

ybs. = yang bersangkutan

yth. = yang terhormat

ttd. = tertanda

dkk. = dan kawan-kawan

II.H.4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-

menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.

Misalnya:

a.n. = atas nama

d.a. = dengan alamat

u.b. = untuk beliau

u.p. = untuk perhatian

s.d. = sampai dengan

II.H.5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang

tidak diikuti tanda titik.

Misalnya:

Cu = kuprum

cm = sentimeter

kVA = kilovolt-ampere

l = liter

kg = kilogram

Rp = rupiah

II.H.6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan

huruf kapital tanpa tanda titik.

33

Misalnya:

BIG = Badan Informasi Geospasial

BIN = Badan Intelijen Negara

LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LAN = Lembaga Administrasi Negara

PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

II.H.7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf

dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Bulog = Badan Urusan Logistik

Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kowani = Kongres Wanita Indonesia

Kalteng = Kalimantan Tengah

Mabbim = Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia

Suramadu = Surabaya Madura

II.H.8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata

atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi

pemilu = pemilihan umum

puskesmas = pusat kesehatan masyarakat

rapim = rapat pimpinan

rudal = peluru kendali

tilang = bukti pelanggaran

I. Angka dan Bilangan

Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.

Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi: I, II, III, I , , I, II, III, I , , L (5 ), C ( ), D (5 ), M

( . ), (5. ), M (1.000.000)

II.I.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis

dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.

34

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,

dan 5 orang abstain.

Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri

atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

II.I.2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

Misalnya:

Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.

Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.

3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua

kata, susunan kalimatnya diubah.

Misalnya:

Panitia mengundang 250 orang peserta.

Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

250 orang peserta diundang panitia.

25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.

II.I.3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf

supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

II.I.4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan

waktu serta (b) nilai uang.

Misalnya:

0,5 sentimeter

5 kilogram

4 hektare

10 liter

2 tahun 6 bulan 5 hari

1 jam 20 menit

Rp5.000,00

US$3,50

35

£5,10

¥100

II.I.5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau

kamar.

Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15 atau

Jalan Tanah Abang I/15

Jalan Wijaya No. 14

Hotel Mahameru, Kamar 169

Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

II.I.6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

Markus 16: 15—16

II.I.7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan Utuh

Misalnya:

dua belas (12)

tiga puluh (30)

lima ribu (5.000)

b. Bilangan Pecahan

Misalnya:

setengah atau seperdua (1/2)

seperenam belas (1/16)

tiga perempat (3/4)

dua persepuluh (2/10)

tiga dua-pertiga (3 2/3)

satu persen (1%)

satu permil (1o/oo)

II.I.8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

abad XX

36

abad ke-20

abad kedua puluh

Perang Dunia II

Perang Dunia Ke-2

Perang Dunia Kedua

II.I.9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)

tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)

uang 5.000-an (uang lima ribuan)

II.I.10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam

peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.

Misalnya:

Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah).

Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima

puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

II.I.11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf

dilakukan seperti berikut.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu

lima ratus rupiah lima puluh sen).

Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas

harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

II.I.12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Misalnya:

Kelapadua

Kotonanampek

Rajaampat

Simpanglima

Tigaraksa

J. Kata Ganti Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,

sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

37

Misalnya:

Rumah itu telah kujual.

Majalah ini boleh kaubaca.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Rumahnya sedang diperbaiki.

K. Kata Sandang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.

Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.

Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur

nama Tuhan.

Misalnya:

Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.

Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.

MATERI 3 ---

Konvensi Naskah Ilmiah »

Aturan Penulisan : Kutipan, Catatan Kaki dan

Daftar Pustaka

Menulis sebuah karya ilmiah membutuhkan pengetahuan mengenai teknik penulisan. Penguasaan

teknik penulisan meliputi penguasaan teknik mengorganisasi gagasan menjadi satu tulisan yang mudah

dipahami, meyakinkan, dan sekaligus menarik serta penguasaan pengolahan bahasa yang memadai

untuk mengantar gagasan tersebut agar sampai pada pembaca dengan baik pula. Dalam penulisan

karya ilmiah, memang ada ketentuan atau aturan khusus yang harus diikuti oleh seorang penulis, di

antaranya kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.

A. Kutipan

Pengutipan adalah proses meminjam pendapat para ahli dalam disiplin tertentu baik langsung atau pun

tidak langsung yang dituangkan dalam karya ilmiah. Hasil pengutipan karya ilmiah disebut kutipan.

38

Fungsi kutipan adalah (a) sebagai bukti untuk menunjang pendapat penulis dan (b) sebagai bukti

tanggung jawab penulis.

Mengutip pendapat atau tulisan seseorang ada ketentuannya.

Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Kutipan harus sama persis dengan aslinya, baik ejaan, susunan kalimat, dan tanda baca.

2. Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris diintegrasikan dengan teks, spasi dua, dan dibubuhi

tanda kutip.

3. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih tidak harus diberi tanda kutip, dipisahkan dari teks

utama dengan jarak 2,5 spasi, jarak antarbaris satu spasi, serta seluruh kutipan diketik ke dalam 5—7

ketikan.

4. Bila ada bagian yang dihapus, bagian ini diberi tanda titik-titik tiga buah.

5. Tiap kutipan diberi nomor pada akhir kutipan dan penulisannya setengah spasi ke atas.

Tata Cara & Aturan Penulisan Kutipan langsung tidak lebih dari empat baris

Kutipan ini akan dimasukkan dalam teks dengan cara berikut:

1. kutipan diintegrasikan dengan teks;

2. jarak antara baris dengan baris dua spasi;

3. kutipan diapit dengan tanda kutip;

4. sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas atau dalam kurung

ditempatkan nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

Contoh:

Supaya tulisan kita mudah dipahami orang lain, maka kita hendaknya membuat kalimat yang efektif.

Yang dimaksud dengan kalimat efektif itu yang bagaimana? ―Kalimat efektif adalah kalimat yang

dengan sadar atau sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik‖

(Parera, 988:42). Dengan demikian…..

Tata Cara & Aturan Penulisan Kutipan langsung lebih dari empat baris ketentuan penulisannya sebagai

berikut:

1. kutipan dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;

2. jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;

3. kutipan boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip;

4. sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung

ditempatkan nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;

5. seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5 – 7 ketikan.

Contoh:

―Anda tidak bisa menang dalam sebuah debat. Anda tidak bisa, karena kalau Anda kalah, Anda akan

kalah; dan kalau Anda menang, Anda kalah juga. Mengapa? Nah, misalkan Anda menang atas pihak

lawan dan mampu menembak argumennya sehingga penuh lubang, lalu membuktikan bahwa dia

noncomposmentis. Lalu bagaimana? Ya, Anda akan merasa senang. Tapi bagaimana dengan dia? Anda

telah membuatnya merasa rendah diri‖ (Carnegie; 996: 8 ).

39

Tata Cara & Aturan Penulisan Kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung berupa intisari pendapat

yang dikemukakan. Oleh sebab itu, kutipan ini tidak diberi tanda kutip. Syarat penulisan kutipan tidak

langsung adalah:

1. kutipan diintegrasikan dengan teks;

2. jarak antarbaris dua spasi;

3. kutipan tidak diapit tanda kutip;

4. sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung

ditempatkan nama pengarang, tahun terbit, nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.

Contoh:

Menurut Gorys Keraf, kalimat yang baik adalah yang menunjukkan kesatuan gagasan, atau hanya

mengandung satu ide pokok. Bila ada dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan digabungkan,

maka akan merusak kesatuan pikiran (1994 :36).

B. Daftar Pustaka

Daftar pustaka atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel, dan bahan-

bahan penerbitan lain yang mempunyai pertalian dengan karangan yang telah disusun.

Daftar pustaka berfungsi sebagai sumber informasi bagi seseorang peneliti/penulis agar hasil tulisannya

dapat dipertanggungjawabkan.

Petunjuk umum penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut.

– Daftar pustaka diletakkan pada bagian akhir tulisan.

– Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.

– Nama penulis diurutkan menurut abjad setelah nama pengarang dibalik.

– Tiap sumber bacaan diketik dengan jarak satu spasi.

– Jarak antarsumber bacaan yang satu dengan yang lainnya dua spasi.

Hal-hal lain yang perlu kita perhatikan dalam penyusunan daftar pustaka adalah sebagai berikut.

Nama Pengarang

A Penulisan nama pengarang dari buku dengan seorang pengarang.

a Nama keluarga ditulis sebelum nama kecil atau inisial. (Untuk memudahkan penyusunan secara

alfabetis.)

b Jika buku disusun oleh sebuah komisi/lembaga, nama pengarang.

c Jika tidak ada nama pengarang, urutan dimulai dari judul buku. Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan

Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

B Penulisan nama pengarang dari buku dengan dua atau tiga pengarang.

1) Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalik. Ketentuan lain sama dengan bagian pertama.

2) Urutan nama pengarang harus sesuai dengan yang tercantum dalam halaman judul buku dan

tidak boleh ada perubahan urutan.

Contoh:

Kridalaksana, Harimurti dan Djoko Kentjono,ed. 1991.Seminar Bahasa Indonesia. 1968. Ende-Flores:

Nusa Indah.

40

C Penulisan nama pengarang dari buku dengan banyak pengarang.

1) Hanya nama pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.

2) Nama-nama pengarang yang lainnya dituliskan dengan singkatan dkk.

Contoh:

Karso, dkk. 1994. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum.

Bandung: Angkasa.

Tahun Terbit

Tahun terbit ditulis sesudah nama pengarang dipisahkan dengan tanda titik.

Judul Buku

Judul buku digarisbawahi atau dicetak miring. Setiap huruf awal kata dalam judul diketik dengan huruf

kapital, kecuali kata depan dan konjungsi.

Tempat Terbit

Tempat terbit ditulis sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda titik.

Penerbit

Nama penerbit ditulis sesudah tempat terbit dipisahkan dengan tanda titik dua (:) dan diakhiri dengan

titik.

Penulisan daftar pustaka dari buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih

Angka jilid ditempatkan sesudah judul dipisahkan dengan sebuah tanda titik.

Tulisan jilid disingkat Jil. atau Jld..

Contoh:

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia.Jil.2. Yogyakarta: Kanisius.

Penulisan daftar pustaka dari sebuah buku terjemahan

Nama pengarang asli diurutkan dalam daftar urutan alfabetis.

Keterangan penerjemah ditempatkan sesudah judul buku dipisahkan dengan tanda koma.

Contoh:

Multatuli. 1972. Max Havelar, Lelang Kopi Persekutuan

Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin. Jakarta: Jambatan.

Data Pustaka dari artikel majalah

Judul artikel dan judul majalah diapit oleh tanda petik.

Tidak ada tempat publikasi dan penerbit, tapi dicantumkan nomor, tanggal, dan halaman

Contoh:

Solihin, Burhan, dkk. ‖Selamat Datang di Surga Nirkabel‖.Tempo. Edisi 4-10 April 2005, hal 90-91.

Artikel dari Harian

Tanda titik dipakai sesudah nama pengarang/penulis, selanjutnya menggunakan tanda koma sebagai

pemisah.

Contoh :

Pramudianto.‖Denderita dan Pemulihan Nias‖.Kompas, 2 April 2 5, hal 46.

C. Catatan Kaki

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman

karangan yang bersangkutan. Semua kutipan, baik langsung maupun tidak langsung dapat dijelaskan

sumbernya dalam sebuah catatan kaki. Catatan kaki digunakan untuk memberikan keterangan,

komentar, atau menerangkan sumber kutipan yang digunakan pada tulisan tersebut. Dengan demikian,

catatan kaki dicantumkan untuk:

1. mendukung keabsahan pernyataan penulis yang tercantum di dalam tulisannya,

2. petunjuk sumber tulisan,

41

3. memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan ke dalam teks

tulisan,

4. referensi silang (petunjuk pada karya tulis apa dan pada halaman berapa hal yang sama dibahas),

dan

5. memenuhi kode etik penulisan, dalam hal ini penghargaan terhadap karya orang lain.

Jenis Catatan Kaki. Catatan kaki ada dua macam, yaitu catatan kaki lengkap dan catatan kaki singkat.

Catatan kaki lengkap adalah catatan kaki yang ditulis lengkap dengan mencantumkan:

– nama pengarang,

– judul buku,

– nama atau nomor seri (jika ada),

– jumlah jilid (jika ada),

– nomor cetakan,

– kota penerbit,

– nama penerbit,

– tahun terbit, dan

– nomor halaman.

Sedangkan, catatan kaki singkat adalah catatan kaki yang ditulis secara singkat, tidak selengkap

catatan kaki jenis pertama. Catatan kaki singkat terdiri atas tiga macam, yaitu:

– Ibid. adalah singkatan dari ibidum, artinya ―sama dengan di atas‖. Ibid. dipergunakan untuk

menunjukkan catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya.

– Op.cit. adalah singkatan dari opere citato, artinya ―dalam karya yang telah dikutip‖. Op.cit. digunakan

untuk catatan kaki dari sumber yang telah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain.

– Loc.cit. ialah singkatan dari loco citati, artinya ―tempat yang sudah dikutip‖. Loc.cit. digunakan seperti

op.cit., namun sumber yang dikutip berasal dari halaman yang sama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan kaki.

1. Hubungan catatan kaki dan teks ditandai dengan nomor penunjukan yang ditempatkan agak ke atas

setengah spasi dari teks.

2. Pemberian nomor urut yang berlaku untuk tiap bab atau untuk judul buku dipergunakan tanda

seluruh karangan. koma.

Teknik pembuatan catatan kaki adalah sebagai berikut.

1. Sediakan tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut.

2. Sesudah baris terakhir dari teks dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari kiri

sepanjang 15 ketikan.

3. Dalam jarak 2 spasi dan garis dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan.

4. Langsung sesudah nomor, setengah ke bawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.

5. Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antarcatatan kaki pada

halaman yang sama adalah dua spasi.

Unsur-unsur yang ada dalam catatan kaki dan penulisannya adalah sebagai berikut.

Pengarang

Nama pengarang dicantumkan sesuai urutan biasa, pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya

cukup dipergunakan nama singkat.

Bila terdiri dari dua atau tiga pengarang, semuanya dicantumkan, sedangkan lebih dari 3 orang cukup

nama pertama yang dicantumkan. Nama yang lain digantikan dengan singkatan dkk.

Penunjukan kepada sebuah kumpulan sama dengan no (a) dan (b) ditambah singkatan ed. (editor) di

belakang nama penyunting dan dipisahkan dengan tanda koma.

Jika tidak ada pengarang/editor, langsung dimulai dengan judul.

42

Semua judul mengikuti peraturan yang sama dengan daftar pustaka.

Sesudah catatan kaki pertama, penyebutan sumber yang sama digantikan dengan Ibid., Op.cit.,

Loc.cit..

Sesudah penunjukan pertama sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka selanjutnya cukup

dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.

Tempat dan tahun penerbitan dicantumkan pada referensi pertama dan ditempatkan dalam tanda

kurung dan dipisahkan dengan tanda koma, misalnya (Jakarta, 2005).

Majalah harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman, tanggal, bulan dan tahun. Semua

keterangan dapat ditempatkan dalam kurung.

Data publikasi sebuah harian terdiri dari hari, tanggal, bulan, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan

tidak ditempatkan dalam kurung.

Cara membuat catatan kaki lengkap

1. Di depan nama pengarang, diberi nomor catatan kaki yang angkanya dinaikkan ke atas setengah

spasi.

2. Nama pengarang ditulis lengkap. Jika terdapat gelar di depan atau di belakang nama pengarang

tersebut, tidak perlu dicantumkan. Jika nama pengarang itu lebih dari satu kata, maka nama tersebut

tidak perlu diindeks. (dibalik). Kalau pengarangnya dua orang, maka kedua nama pengarang tersebut

ditulis lengkap, tidak diindeks, serta antara nama pertama dan kedua disisipi kata ―dan‖. Kalau tiga

orang, cara penulisannya sama, namun antara nama pertama dan kedua disisipi tanda koma (,) dan

antara nama kedua dan ketiga disisipi kata ―dan‖.

3. Antara nama pengarang dan judul buku diberi tanda koma.

4. Judul buku ditulis lengkap dan dicetak miring (italik).

5. Setelah judul buku, diikuti (tanpa koma) kota tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun terbit yang

semuanya berada dalam tanda kurung [(…)]. Antara kota penerbit dan nama penerbit diberi titik dua

(:); antara nama penerbit dan tahun terbit diberi tanda koma.

6. Di belakang tanda kurung tutup keterangan di atas, diikuti tanda koma, lalu huruf ―h atau hal.‖ yang

berarti halaman, dan nomor halaman yang ditutup dengan tanda titik (.). Jika halaman yang dikutip

lebih dari satu, maka digunakan huruf ―hh‖ dan nomor halaman ditulis dari halaman pertama sampai

terakhir dengan menggunakan tanda hubung (misalnya, hh. 10-25).

7. Keterangan tentang jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat terbit atau di luar kurung

sebelum nomor halaman, dan ditulis dengan angka Romawi.

Contoh:

2Gorys Keraf, Komposisi (Ende Flores, 1980), hal. 203.

3Pramudianto, ‖Penderitaan dan Pemulihan Nias‖,Kompas,(2 April 2 5),hal. 46.

4Burhan Solihin, dkk .‖Selamat Datang di Surga Nirkabel‖. Tempo , (April,2005 ),hal. 90 -91.

Cara menulis catatan kaki singkat

Contoh:

2Ibid., hal. 30.

3Kuntowijoyo, op.cit., hal. 37.

4Kuntowijoyo, loc.cit.

Berdasarkan contoh catatan kaki ini, dapat disimak ketentuan penulisannya sebagai berikut:

1. Ibid., op.cit., dan loc.cit. ditulis italik.

2. Ibid. diikuti tanda titik, koma, dan nomor halaman.

3. Op.cit. di depannya dicantumkan nama pengarang, lalu di belakang op.cit. diikuti nomor halaman.

4. Loc.cit. sama dengan op.cit., tetapi tidak diikuti nomor halaman.

5. Aturan penulisan nomor catatan kaki sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.

6. Ketentuan penulisan nama sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.

7. Jika halaman yang dikutip lebih dari satu, ketentuan penulisannya, juga sama dengan penulisan

pada catatan kaki lengkap.

Referensi :

43

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.

Kusmiatun, Ari. Catatan Kaki (Foot Note).

Melalui http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ari%20Kusmiatun,%20S.Pd.,M.Hum./CATATAN%2

0KAKI_b%20arik.pdf [26 Desember 2015]

S., Effendi. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:

Universitas Widyatama.

Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.

MATERI –4 – DIKSI

A. Penjelasan Tentang Diksi?

Yang dimaksud diksi adalah suatu pilihan kata pembicara ataupun penulis dalam menggambarkan cerita yang

dibuatnya. Akan tetapi yang dimaksud dengan Diksi bukan hanya Pilihan Kata saja, tapi bisa juga diartikan sebagai

pernyataan untuk mengungkapkan sebuah gagasan maupun mengungkapkan suatu cerita yang meliputi persoalan

seperti pada gaya bahasa, ungkapan gagasan, dan lain-lain. Dengan diksi maka setiap kata-kata dapat di

baca maupun di pahami oleh pembaca atau pendengar.

B. Fungsi Diksi

Dengan diksi maka suatu kata akan menjadi lebih jelas, kata tersebut akan terasa tepat dan sesuai dengan

penggunaannya. Ketepatan dalam pemilihan kata bertujuan untuk tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan

antara penulis dengan para pembaca. Diksi juga berguna untuk memperindah kalimat. Selain itu pengarang atau

penulis dapat membuat sebuah cerita menjadi lebih runtut, terutama dalam mendeskripsikan tokoh-tokoh cerita,

lebih jelas mendeskripsikan latar, waktu, dll. Selain itu beberapa fungsi diksi yang lainnya seperti:

Membuat pembaca memahami mengenai apa yang di sampaikan penulis.

Membuat komunikasi menjadi lebih efektif dan juga efesien.

Melambangkan ekspresi yang terdapat pada gagasan.

Membentuk gagasan yang tepat.

C. Manfaat Diksi

Manfaat dari diksi yaitu supaya pembaca/pendengar dapat membedakan secara baik terhadap kata-kata denotatif,

konotatif, sinonim, antonim, dan juga kata yang hampir memiliki ejaan yang mirip. Bagi penulis sendiri diksi

bermanfaat supaya dapat membedakan kata-kata yang di tulisnya sendiri, dan kata-kata yang dikutipnya dari

orang terkenal.

a. Jenis-Jenis Diksi

1. Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya

1.1 Makna Denotatif

Denotatif, yaitu menyetakan makna yang sebenarnya dari suatu kalimat atau kata. Atau disebut juga dengan

makna yang apa adanya.

Contoh:

Rendi ―kerja keras‖, bekerja pagi sampai sore untuk menghidupi keluarganya.

Lutfi seorang yang ―gemar membaca‖, maka tidak heran jika dia pintar dan berpengetahuan luas.

Rizal terlihat senang, mungkin dia sedang mendapat ―keuntungan yang melimpah‖.

1.2 Makna Konotatif

44

Konotatif, yaitu menyatakan makna yang mempunyai arti bukan yang sebenarnya dari suatu kalimat atau kata.

Contoh:

Rendi ―banting tulang‖, bekerja pagi sampai sore untuk menghidupi keluarganya. (kata ―banting tulang‖

diartikan sebagai kerja keras).

Lutfi seorang ―kutu buku‖, maka tidak heran jika dia pintar dan berpengetahuan luas. (kata ―kutu buku‖

diartikan sebagai gemar membaca buku).

Rizal terlihat senang, mungkin dia sedang mendapat ―durian runtuh‖. (kata ―durian runtuh‖ diartikan

sebagai mendapat keuntungan melimpah).

2. Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal

2.1 Sinonim, yaitu kata yang mempunyai makna sama.

Contoh:

Bahagia – Senang, Matahari – Mentari, Cantik – Elok, Lezat – Enak, Sedih – Murung, Pintar – Pandai, dan lain-lain.

2.2 Antonim, yaitu kata yang memiliki makna yang berlawanan.

Contoh:

Naik – Turun, Besar – Kecil, Banyak – Sedikit, Tinggi – Pendek, Gelap – Terang, Cepat – Lambat,

Ganteng – Cantik, Mahal – Murah, dan lain-lain.

2.3 Homonim, yaitu kata yang maknanya berbeda, tapi lafal atau ejaannya sama.

CONTOH:

PADA AWAL BULAN, AYAH SELALU MENERIMA UPAH KERJA.

BULAN PURNAMA SAAT INI TERLIHAT SANGAT JELAS KARENA LANGIT TIDAK BERAWAN.

Dapat di lihat pada kata ―Bulan‖, pada kalimat pertama dan kedua kata tersebut memiliki lafal dan ejaan yang

sama tapi memiliki makna yang berbeda. Jika pada kalimat pertama menunjukan tanggal, sedangkan pada kalimat

kedua menunjukan bulan di langit.

2.4 Homofon, yaitu kata yang makna dan ejaan berbeda, tapi dengan lafal yang sama.

Contoh:

Agus rajin menabung di Bank.

Bang Andi, merupakan saudara Agus.

Dapat di lihat dari kedua kalimat tersebut bahwa kata ―Bank‖ dan ―Bang‖, memiliki lafal yang sama tapi ejaan dan

maknanya berbeda. Pada kalimat pertama menunjukan tempat, sedangkan pada kalimat kedua menunjukan arti

saudara.

2.5 Homograf, yaitu Kata yang makna dan lafalnya berbeda, tapi ejaannya sama.

Contoh:

Rizki sedang makan Tahu goreng di warung.

Rizki tidak Tahu bahwa hari ini hari sabtu.

Dapat di lihat dari kedua kalimat tersebut terdapat kata ―Tahu‖ yang memiliki ejaannya sama. Kalimat yang

pertama merupakan makanan, dan kalimat kedua menunjukan lupa akan hari.

45

Rizki memiliki mental yang kuat saat menghadapi permasalahan hidup.

Handphone rizki terjatuh dan langsung mental ke lantai.

Dapat di lihat dari kedua kalimat tersebut terdapat kata ―mental‖, kalimat yang pertama merupakan watak, dan

kalimat kedua menunjukan memantul ke lantai.

Baca Juga: Pengertian gaya bahasa atau majas dan jenisnya serta contohnya.

2.6 Polisemi, yaitu kata yang mempunyai banyak pengertian.

Contoh:

Jika menabung di bank, maka akan mendapatkan Bunga.

Dia adalah bunga desa tercantik.

Bunga sakura merupakan bunga yang indah.

Dapat di lihat pada kalimat pertama kata ―bunga‖ merupakan keuntungan jika menabung di bank, lalu pada

kalimat ke dua merupakan perempuan paling cantik, dan pada kalimat ketiga merupakan bunga pada tanaman.

Jadi kata Bunga di sini memiliki banyak sekali pengertian.

2.7 Hipernim dan Hiponim.

Hipernim, yaitu kata yang mewakili banyak kata lain. Jadi suatu kata hipernim dapat menjadi kata umum dari

penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan Hiponim, yaitu kata yang terwakili artinya oleh suatu kata hipernim.

Contoh kalimat yang mengandug kata hipernim dan hiponim:

Di hutan banyak hidup berbagai macam binatang liar, misalnya seperti harimau, srigala, macan tutul,

rusa, kera, dll.

Kata hipernim: Binatang liar. Sedangkan kata hiponim: harimau, srigala, macan tutul, rusa, kera, dll.

Jika mengunjungi akuarium raksasa, maka banyak sekali Jenis Ikan yang dapat kamu lihat seperti ikan

pari, hiu, lumba-lumba, dll.

Kata hipernim: Jenis Ikan. Sedangkan kata hiponim: ikan pari, hiu, lumba-lumba, dll.

Tadi ibu ke supermarket membeli buah-buahan, diantaranya apel, jeruk, semangka dan anggur.

Kata hipernim: buah-buahan. Sedangkan kata hiponim: apel, jeruk, semangka dan anggur.

---- MATERI – 5--

Kata, Frasa, Klausa, dan Kalimat

Keempat istilah yang menjadi judul tulisan atau artikel ini sering membingungkan.

Apalagi untuk orang yang belum sempat mempelajari linguistik atau ilmu tentang

bahasa, termasuk saya. Definisi yang diperoleh pada KBBI (Kamus Besar Bahasa

46

Indonesia) seperti yang tercantum di bawah ini pun tidak menolong menyembuhkan

kebingungan tersebut.

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-

kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai

pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Jadi apa bedanya kata, frasa, klausa, dan kalimat?

Dari definisi yang diberikan, terlihat bahwa urutan satuan tersebut, dari yang terkecil

sampai yang terbesar, adalah (1) kata, (2) frasa, (3) klausa, dan (4) kalimat. Agar

lebih jelas, ada baiknya kita bedah suatu contoh seperti di bawah ini.

Pejabat itu pernah mengatakan bahwa Indonesia dapat berperan aktif dalam

perdamaian dunia.

Kalimat dan Kata

Kalimat dan kata paling mudah dikenali. Contoh tersebut adalah satu kalimat yang

relatif berdiri sendiri dan memiliki intonasi final. Kalimat tersebut tersusun dari

12 kata yang dikenali sebagai satuan yang dipisahkan oleh spasi.

Klausa

Klausa dikenali dari bagian yang memiliki subjek dan predikat serta memiliki potensi

menjadi kalimat. Kalimat di atas memiliki 2 klausa yang dihubungkan dengan

kata bahwa. Yaitu (1) pejabat itu pernah mengatakan dan (2) Indonesia dapat

berperan dalam perdamaian dunia.

Frasa

Menguraikan frasa sedikit lebih sulit. Frasa paling sedikit harus terdiri dari dua kata

dan tidak memiliki subjek-predikat.

Kalimat di atas memiliki 4 frasa: (1) pejabat itu, (2) pernah mengatakan, (3) dapat

berperan aktif, (4) perdamaian dunia. Kata bahwa, Indonesia, dan dalam tidak

dimasukkan dalam frasa. Karena ketiga kata tersebut memiliki fungsi sendiri dalam

bentuk tunggal.

47