ptt jagung

32
1 PENDAHULUAN Produksi jagung masih dapat ditingkatkan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam, terutama di luar Jawa. Dewasa ini luas areal panen jagung nasional baru sekitar 3,60 juta ha dengan produktivitas 3,40 ton/ha. Sementara produktivitas jagung di tingkat penelitian berkisar antara 4,0-9,0 ton/ha, bergantung pada kondisi lahan, lingkungan setempat, dan teknologi yang diterapkan. Di Indonesia, jagung ditanam pada agroekosistem yang beragam, mulai dari lingkungan berproduktivitas tinggi (lahan subur) sampai ber- produktivitas rendah (lahan suboptimal dan marjinal). Karena itu diperlukan teknologi produksi spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Pengembangan jagung di lahan sawah pada musim kemarau merupakan langkah yang strategis, karena dapat mengurangi defisit pasokan produksi yang umumnya terjadi pada musim kemarau, kualitas hasil panen umumnya lebih tinggi, dan harga jagung pada saat itu juga relatif tinggi. Selama ini komponen teknologi budi daya jagung diterapkan secara parsial, terutama pada lahan berproduktivitas rendah, sehingga tidak memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan produksi. Memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang atau bersifat sinergis diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sistem produksi jagung. Melalui penelitian dalam jangka panjang, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai komponen teknologi jagung. Penerapan komponen- kompoen teknologi tersebut dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ternyata mampu meningkatkan produkivitas dan efisiensi usahatani, sehingga berujung pada peningkatan pendapatan. Di beberapa lahan sawah tadah hujan di Sulawesi Selatan, misalnya, pengembangan jagung dengan pendekatan PTT dalam hamparan dengan luas minimal 5 ha memberikan hasil 5,4-7,3 ton/ha. Sebelumnya, lahan suboptimal tersebut biasanya diberakan setelah panen padi. Belajar dari pengalaman dalam penelitian pada beberapa lokasi di Indonesia, pengembangan inovasi teknologi jagung dengan pendekatan PTT diperkirakan mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan produksi nasional.

Upload: iwan-nusantara

Post on 29-Dec-2015

104 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

PENDAHULUAN

Produksi jagung masih dapat ditingkatkan melalui peningkatan produktivitasdan perluasan areal tanam, terutama di luar Jawa. Dewasa ini luas arealpanen jagung nasional baru sekitar 3,60 juta ha dengan produktivitas 3,40ton/ha. Sementara produktivitas jagung di tingkat penelitian berkisar antara4,0-9,0 ton/ha, bergantung pada kondisi lahan, lingkungan setempat, danteknologi yang diterapkan.

Di Indonesia, jagung ditanam pada agroekosistem yang beragam, mulaidari lingkungan berproduktivitas tinggi (lahan subur) sampai ber-produktivitas rendah (lahan suboptimal dan marjinal). Karena itu diperlukanteknologi produksi spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi lingkungansetempat.

Pengembangan jagung di lahan sawah pada musim kemaraumerupakan langkah yang strategis, karena dapat mengurangi defisit pasokanproduksi yang umumnya terjadi pada musim kemarau, kualitas hasil panenumumnya lebih tinggi, dan harga jagung pada saat itu juga relatif tinggi.

Selama ini komponen teknologi budi daya jagung diterapkan secaraparsial, terutama pada lahan berproduktivitas rendah, sehingga tidakmemberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan produksi.Memadukan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang ataubersifat sinergis diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensisistem produksi jagung.

Melalui penelitian dalam jangka panjang, Badan Litbang Pertanian telahmenghasilkan berbagai komponen teknologi jagung. Penerapan komponen-kompoen teknologi tersebut dengan pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT) ternyata mampu meningkatkan produkivitas dan efisiensiusahatani, sehingga berujung pada peningkatan pendapatan. Di beberapalahan sawah tadah hujan di Sulawesi Selatan, misalnya, pengembanganjagung dengan pendekatan PTT dalam hamparan dengan luas minimal 5ha memberikan hasil 5,4-7,3 ton/ha. Sebelumnya, lahan suboptimal tersebutbiasanya diberakan setelah panen padi.

Belajar dari pengalaman dalam penelitian pada beberapa lokasi diIndonesia, pengembangan inovasi teknologi jagung dengan pendekatanPTT diperkirakan mampu memberikan kontribusi yang nyata bagipeningkatan produksi nasional.

id782609 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

2

PENGERTIAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

PTT adalah model atau pendekatan dalam budi daya yang mengutamakanpengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman(OPT) secara terpadu dan bersifat spesifik lokasi. Dengan demikian, PTTbukan paket teknologi.

PTT jagung bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkanproduktivitas jagung secara berkelanjutan dan meningkatkan efisiensiproduksi. Pengembangan PTT di suatu lokasi senantiasa memperhatikankondisi sumber daya setempat, sehingga teknologi yang diterapkan di suatulokasi dapat berbeda dengan lokasi yang lain. Dengan demikian teknologiyang diterapkan dengan pendekatan PTT bersifat sinergistik dan spesifiklokasi.

Sesuai dengan masalah yang ada di lokasi setempat, komponenteknologi yang dapat dikembangkan dalam PTT jagung antara lain varietasunggul, benih bermutu, penyiapan lahan hemat tenaga, populasi tanamanoptimal, pemupukan yang efisien, pengendalian OPT dengan meng-utamakan aspek kelestarian lingkungan, pengelolaan panen dan pasca-panen yang sesuai dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

TAHAPAN KEGIATAN PELAKSANAAN PTT

Pengembangan jagung melalui pendekatan PTT didasarkan kepada potensi,kendala, dan peluang di wilayah setempat, yang dapat diketahui melaluiPRA (Participatory Rural Appraisal) atau penelaahan partisipatif dalam waktusingkat. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh suatu tim yang terdiri atas berbagaidisiplin ilmu agar dapat teridentifikasi potensi, kendala, dan peluangpengembangan PTT jagung secara menyeluruh.

PRA merupakan langkah awal dalam pelaksanaan PTT di suatu wilayah.Hal ini dimaksudkan agar masalah yang dihadapi petani dapat diketahuidan dipahami untuk dipecahkan secara bersama. Melalui PRA dapatdiketahui keinginan dan harapan petani, sekaligus karakteristik lingkunganbiofisik, kondisi sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat dansekitarnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusun komponen teknologi yang sesuaidengan karakteristik daerah pengembangan dan diharapkan dapatmemecahkan masalah di daerah tersebut. Komponen teknologi yang akanditerapkan bersifat dinamis karena akan mengalami perbaikan danperubahan, sesuai dengan perkembangan inovasi teknologi dan keinginanpetani dan masyarakat setempat.

3

Langkah berikutnya adalah menerapkan komponen teknologi utamaPTT yang bersifat spesifik lokasi pada hamparan yang luas, misalnya 50-100hektar. Bersamaan dengan itu didemonstrasikan komponen teknologialternatif pada lahan seluas sekitar satu hektar dalam bentuk superimposeatau petak percontohan, sebagai sarana pelatihan bagi petani atau petugaslapang. Komponen teknologi alternatif ini dipersiapkan untuk menggantiatau mensubtitusi komponen teknologi yang dinilai kurang sesuai.

KOMPONEN TEKNOLOGI PRODUKSI

Jagung umumnya diusahakan pada lahan kering dan lahan sawah (tadahhujan atau irigasi). Dengan demikian alternatif komponen teknologiproduksi jagung yang dapat diterapkan dengan pendekatan PTT adalah:1. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan,

dan keinginan petani setempat, baik jenis komposit atau bersari bebasmaupun hibrida.

2. Benih bermutu (daya kecambah >95%), diberi perlakuan benih (seedtreatment) dengan metalaksil 2 gram (bahan produk) untuk setiap kgbenih. Kebutuhan benih 15-20 kilogram per hektar, bergantung padaukuran benih, makin kecil ukuran benih (bobot 1.000 biji < 200 gram)makin berkurang kebutuhan benih.

3. Penyiapan lahan, dilakukan pengolahan tanah jika tanah bertekstrurberat dan tanpa olah tanah (TOT) jika tanah bertekstur ringan.

4. Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman per hektar, jarak tanam75 cm x 40 cm dengan dua tanaman per lubang atau 75 cm x 20 cmdengan satu tanaman per lubang.

5. Pemupukan nitrogen (N) berdasarkan stadia pertumbuhan tanamandan hasil pengamatan terhadap daun dengan menggunakan BaganWarna Daun (BWD).

6. Pemupukan P dan K sesuai kebutuhan berdasarkan status hara tanahdari hasil analisis laboratorium.

7. Bahan organik (pupuk kandang 1,5-2,0 ton/ha) diberikan sebagaipenutup benih pada lubang tanam.

8. Pembuatan saluran drainase (khusus untuk pertanaman pada lahankering datar pada musim hujan).

9. Pemberian air melalui saluran irigasi, sesuai kebutuhan (khusus untukpertanaman di lahan sawah pada musim kemarau).

10. Pengendalian gulma secara terpadu.11. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).12. Panen tepat waktu dan prosesing dengan alat dan mesin.

4

Berdasarkan sifatnya, komponen-komponen teknologi tersebut dapatdibedakan menjadi dua bagian: (1) teknologi untuk pemecahan masalahsetempat atau spesifik lokasi, dan (2) teknologi untuk perbaikan danpeningkatan efisiensi budi daya. Tidak semua komponen teknologiditerapkan sekaligus, terutama di lokasi yang mempunyai masalah spesifik.Terdapat lima komponen teknologi yang dapat diterapkan secarabersamaan (compulsory) yang merupakan penciri model PTT jagung, yaitu:1. Varietas unggul baru sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan, dan

keinginan petani setempat, baik jenis komposit atau bersari bebasmaupun hibrida.

2. Benih bermutu (daya kecambah > 95%), diberi perlakuan benih (seedtreatment) dengan metalaksil 2 g (bahan produk) untuk setiap kg benih.

3. Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman per hektar, jarak tanam 75cm x 40 cm, dua tanaman/lubang atau 75 cm x 20 cm, satu tanaman/lubang.

4. Pemupukan N berdasarkan stadia pertumbuhan tanaman dan hasilpengamatan terhadap daun dengan menggunakan BWD. PemupukanP dan K berdasarkan status hara tanah, sesuai hasil analisis laboratorium.Bahan organik (pupuk kandang 1,5-3,0 ton/ha) yang diberikan sebagaipenutup benih pada lubang tanam untuk pemecahan masalahkesuburan tanah, terutama pada lahan kering masam.

5. Pembuatan saluran drainase (khusus untuk pertanaman pada lahankering datar pada musim hujan) atau saluran distribusi air (khusus untukpertanaman pada lahan sawah saat musim kemarau).Penerapan kelima komponen teknologi tersebut secara bersamaan

memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan hasildan efisiensi produksi.

Varietas Unggul

Di antara komponen teknologi produksi jagung, varietas unggul (baik hibridamaupun bersari bebas) mempunyai peranan yang lebih besar dalampeningkatan produktivas. Selain memberikan hasil yang tinggi, varietasunggul juga berperan dalam pengendalian hama dan penyakit. Karakterlain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih varietas unggul adalahkesesuaiannya dengan lingkungan (tanah dan iklim) setempat dankeinginan petani, misalnya varietas toleran kekeringan, toleran tanahmasam, dan sesuai dengan preferensi petani terhadap karakter lainnyaseperti umur dan warna biji.

Makin banyak varietas yang tersedia di tingkat petani makin mudah bagimereka memilih varietas yang akan dikembangkan, sesuai dengan kondisi

5

HibridaBima-2 Bantimurung

KompositSrikandi Kuning-1

KompositSukmaraga

6

sumber daya setempat. Varietas unggul jagung yang telah dihasilkan olehBadan Litbang Pertanian dalam 11 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Benih Bermutu

Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul yang sesuai dengan kondisisetempat merupakan langkah awal menuju keberhasilan usahatani jagung.Penggunaan benih bersertifikat dengan vigor yang tinggi sangat disarankan.

Dalam budi daya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulamantanaman yang tidak tumbuh. Oleh karena itu, sebelum benih ditanamdisarankan untuk menguji daya kecambah benih yang akan digunakan.Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak optimal karena adanya

Tabel 1. Varietas unggul jagung yang telah dilepas dalam periode 1996-2007.

Tahun Potensi hasil Umur Ketahanan KeunggulanVarietas pelepasan hasil panen penyakit spesifik

(t/ha) (hari) bulai

Komposit/bersari bebasLagaligo 1996 7,5 90 Toleran Toleran

kekeringanGumarang 2000 8,0 82 Agak toleran Umur genjahKresna 2000 7,0 90 Agak toleran Umur sedangLamuru 2000 7,6 95 Agak toleran Toleran

kekeringanPalakka 2003 8,0 95 Toleran Umur sedangSukmaraga 2003 8,5 105 Toleran Toleran tanah

masamSrikandi Kuning-1 2004 7,9 110 Rendah Protein

bermutuSrikandi Putih-1 2004 8,1 110 Rendah Protein

bermutuAnoman-1 (Putih) 2006 7,0 103 Rendah Sesuai untuk

panganHibridaSemar-3 1996 9,0 94 Toleran Toleran

kekeringanSemar-4 1999 8,5 90 Toleran Umur sedangSemar-5 1999 9,0 98 Toleran Umur sedangSemar-6 1999 8,9 98 Toleran Umur sedangSemar-7 1999 9,0 98 Toleran Umur sedangSemar-8 1999 9,0 94 Toleran Umur sedangSemar-9 1999 8,5 95 Toleran Umur sedangSemar-10 2001 9,0 97 Agak toleran Biomas tinggiBima-1 2001 9,0 97 Agak toleran Stay greenBima-2 Bantimurung 2007 11,0 100 Agak toleran Stay greenBima-3 Bantimurung 2007 10,0 100 Toleran Stay green

7

persaingan tumbuh antartanaman dan tongkol tidak dipenuhi oleh biji akibatpenyerbukan yang tidak sempurna.

Benih yang bermutu akan tumbuh serentak 4 hari setelah tanam (HST)pada lingkungan yang normal. Penggunaan benih bermutu akan meng-hemat jumlah pemakaian benih dan populasi tanaman yang dianjurkansekitar 66.600 tanaman/ha dapat terpenuhi.

Sebelum ditanam, benih hendaknya diberi perlakuan fungisida terlebihdahulu. Fungisida yang dianjurkan untuk digunakan adalah metalaksil(umumnya berwarna merah) dengan takaran 2 gram untuk setiap kilogrambenih. Sebelum dicampur merata dengan benih, insektisida metalaksildibasahi dulu dengan air dengan perbandingan 2 gram metalaksil dan 10ml air. Cara ini dimaksudkan untuk mencegah perkembangan bulai yangmerupakan penyakit utama tanaman jagung. Benih jagung yang dijual dalamkemasan biasanya sudah dicampur dengan metalaksil sehingga tidak perlulagi diberi perlakuan benih.

Populasi Tanaman

Populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam dan mutu benih yangdigunakan. Populasi tanaman yang dianjurkan adalah 66.600 tanaman perhektar. Untuk mencapai populasi tersebut, benih ditanam dengan jarak 75cm x 20 cm, satu biji per lubang atau dengan jarak 75 cm x 40 cm, dua bijiper lubang.

Seperti telah disinggung sebelumnya, dalam budi daya jagung tidakdiperkenankan melakukan penyulaman tanaman. Bunga betina daritanaman sulaman biasanya tidak terserbuki secara sempurna oleh tepungsari bunga jantan tanaman yang telah lebih dahulu berbunga dan peluangterjadinya penyerbukan sendiri hanya sekitar 5%. Hal ini menyebabkantongkol tanaman sulaman tidak terisi penuh oleh biji. Karena itu benih yangditanam hendaknya memiliki daya tumbuh lebih dari 95% agar populasitanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi.

Jarak tanam 75 cm x 20 cm, satu biji per lubang, dianjurkan di wilayahyang memiliki cukup tenaga kerja. Pertumbuhan tanaman dari benih yangditanam satu biji per lubang relatif lebih baik karena peluang persainganantartanaman lebih kecil dibandingkan dengan tanaman dari benih yangditanam dua biji per lubang. Jarak tanam 75 cm x 40 cm, dua biji per lubang,dianjurkan di wilayah yang kekurangan tenaga kerja atau upah kerja mahal.

8

Pemupukan

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung memerlu-kan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Karena itu, pemupukanmerupakan faktor penentu keberhasilan budi daya jagung. Pemberianpupuk, baik organik maupun anorganik, pada dasarnya bertujuan untukmemenuhi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman, mengingat hara daridalam tanah umumnya tidak mencukupi.

Efisiensi pemupukan mutlak diperlukan dalam budi daya jagung karenamenentukan produktivitas tanaman dan pendapatan yang akan diperoleh.Pemupukan dengan efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan penggunaanpupuk secara berimbang. Artinya pupuk yang akan digunakan didasarkankepada hara yang dibutuhkan tanaman dan yang tersedia di tanah, sesuaidengan hasil yang ingin dicapai.

Jagung yang ditanam dengan jarak75 cm x 20 cm, satu biji per lubang

Jagung yang ditanam dengan jarak75 cm x 40 cm, dua biji per lubang

9

Sebagaimana diketahui, tingkat kesuburan tanah beragam antarlokasisehingga takaran dan jenis pupuk yang akan digunakan juga berbeda. Olehkarena itu, pemupukan berimbang sering pula disebut pengelolaan haraspesifik lokasi. Konsep pemupukan berimbang menawarkan prinsip danperangkat untuk mengoptimalkan penggunaan hara dari sumber-sumberalami atau lokal sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sumber hara alamidapat berasal dari tanah, pupuk kandang, sisa tanaman, dan air irigasi.Penggunaan pupuk kimia atau lebih populer disebut pupuk anorganik padadasarnya hanya untuk memenuhi kekurangan hara alami yang diperlukantanaman untuk dapat tumbuh dan menghasilkan sesuai dengan yangdikehendaki. Untuk itu penggunaan pupuk, baik takaran maupun waktupemberian, perlu disesuaikan dengan umur atau fase pertumbuhantanaman.

Sebagai informasi, gejala tanaman jagung yang kekurangan unsurnitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan sulfur (S) dapat dilihat berikut ini:

Gejala kekurangan hara N:Daun berwarna kuning pada ujungdaun dan melebar menuju tulangdaun, warna daun kuning membentukhuruf V, gejala nampak pada daunbagian bawah.

Gejala kekurangan hara P:Pinggir daun berwarna ungu-kemerahan, mulai dari ujung hinggapangkal daun, gejala nampak padadaun bagian bawah.

10

Jumlah pupuk N, P, dan K yang akan diberikan dapat diketahui dari hasilanalisis tanah. Penggunaan pupuk dengan takaran dan saat yang tepatmerupakan kunci dari efisiensi pemupukan. Prinsip utama pemupukanpada tanaman jagung adalah porsi dari pupuk yang diberikan harusseimbang dan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman (Tabel 2).

Takaran pupuk pada Tabel 2 dapat berubah, bergantung pada tingkatkesuburan tanah di lokasi setempat. Untuk itu, sebelum melakukan budidaya jagung dianjurkan melakukan analisis tanah atau menerapkanrekomendasi pemupukan setempat. Jika analisis tanah belum dilakukandan rekomendasi pemupukan setempat juga belum tersedia, maka takaranpupuk N ditentukan dengan bantuan bagwan warna daun (BWD),sebagaimana yang dikembangkan dalam pemupukan N pada tanamanpadi.

Penggunaan BWD untuk mengetahui takaran pupuk N dilakukan padasaat tanaman berumur 40-45 HST atau setelah pemupukan N kedua dengantakaran dan porsi pemberian yang sesuai dengan di Tabel 2. Penggunaan

Gejala kekurangan hara K:Daun berwarna kuning, bagian pinggirberwarna coklat seperti terbakar,tulang daun tetap hijau, warna daunkuning membentuk huruf V, gejalanampak pada daun bagian bawah.

Gejala kekurangan S:Pangkal daun berwarna kuning, gejalanampak pada daun yang terletak dekat

pucuk.

11

BWD pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati keseimbangan harapada tanaman, terutama N. Jika hasil pengamatan dengan BWDmenunjukkan tanaman kekurangan N maka perlu segera penambahanpupuk N. Sebaliknya, jika hara N sudah cukup tersedia bagi tanaman makatidak perlu penambahan pupuk N.

Tahapan pengamatan hara N pada tanaman jagung denganmenggunakan BWD adalah sebagai berikut:

� Pada saat berumur + 7 HST, tanaman diberi pupuk N (urea) bersamaandengan pupuk SP36 dan KCl dengan takaran dan porsi pemberian sepertidisajikan pada Tabel 2.

� Pada saat berumur 28-30 HST, tanaman dipupuk dengan takaran danporsi pemberian seperti di Tabel 2.

� Pada saat tanaman berumur 40-45 HST, bergantung pada umur varietasyang ditanam, dilakukan pengamatan hara N melalui daun tanamanmenggunakan BWD.

� Daun yang diamati adalah yang telah terbuka sempurna (daun ke-3 dariatas). Pilih 20 tanaman secara acak pada setiap petak pertanaman (+1,0 ha).

� Pada saat mengamati hara N tanaman, lindungi daun yang akan diamatitingkat kehijauan warnanya dari sinar matahari agar pengamatan tidakterganggu oleh pantulan cahaya yang dapat mengurangi kecermatanhasil pengamatan.

Tabel 2. Jenis, takaran, porsi, dan waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung.

Porsi aplikasi Jenis pupuk Takaran2)

(kg/ha) 7-10 HST3) 28-30 HST 40-45 HST

Urea 300-350 25% 50% 25% (BWD)ZA1) 50 100% - -SP36 100-200 100% - -KCl 50-200 75% 25% -

1) Hanya diberikan jika dari hasil analisis tanah kekurangan unsur sulfur (S).2) Takaran dapat berubah disesuaikan dengan hasil analisis tanah sebelum tanam atau

rekomendasi setempat.Kisaran takaran pupuk yang tercantum pada Tabel 2 merupakan nilai rata-rata hasilpenelitian di beberapa lokasi dan jenis tanah yang sesuai untuk kebutuhan tanamanjagung.- Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P, dan K disetarakan dengan

pupuk tunggal.- Cara aplikasi: pupuk diletakkan dalam lubang yang dibuat dengan tugal di samping

tanaman dengan jarak 5-10 cm dari tanaman, dan ditutup dengan tanah.3) HST = hari setelah tanam

12

� Daun yang akan diamati diletakkan di atas BWD. Bagian daun yangdiamati adalah sekitar sepertiga dari ujung daun. Bandingkan warnadaun dengan skala warna yang ada di BWD, kemudian lakukanpencatatan skala warna yang paling sesuai dengan warna daun yangdiamati. BWD memiliki skala warna dengan tingkat kehijauan 2 hingga5. Jika warna daun berada di antara skala warna 2 dan 3 pada BWD,berarti nilai kehijauan daun adalah 2,5. Apabila warna daun berada diantara skala warna 3 dan 4, berarti nilai kehijauan daun adalah 3,5 atau4,5 jika warna daun berada di antara skala warna 4 dan 5.

Penerapan penggunaan BWD

� Rata-ratakan nilai warna dari 20 daun yang diamati, nilai rata-rata skalawarna digunakan untuk menentukan perlu tidaknya tambahan pupukN.

� Acuan tambahan pupuk urea berdasarkan hasil pengamatan denganBWD dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Takaran pupuk urea pada tanaman jagungjenis hibrida dan komposit umur 40-45 HSTberdasarkan skala warna daun pada BWD.

Takaran urea (kg/ha)Skala warna

Hibrida Komposit

< 4,0 150 504,0-5,0 100 25> 5,0 50 0

13

Jika bahan organik (pupuk kandang) direkomendasikan peng-gunaannya di daerah setempat, pemberiannya dilakukan pada saat tanamsebagai penutup benih pada lubang tanam. Takaran pupuk kandangberkisar antara 25-50 g untuk setiap lubang tanam atau setara dengan 1,5-3,0 ton/ha. Budi daya jagung pada lahan masam memerlukan pupukkandang berupa kotoran ayam ras atau ayam petelor yang biasanyamengandung kapur yang cukup memadai.

Pengelolaan Irigasi

Ke depan, ketersediaan air untuk pertanian akan berkurang karenakompetisi dengan keperluan rumah tangga dan industri, degradasi sistemhidrologi kawasan usahatani yang berdampak terhadap rendahnya proporsicadangan air hujan yang tersedia bagi tanaman, dan perubahan iklim yangmenyebabkan tanaman mengalami kekeringan pada musim kemarau dankebanjiran pada musim hujan. Untuk itu, teknologi pengelolaan air harussemakin mendapat perhatian, tidak hanya dari segi jumlah tetapi jugamempertimbangkan cara dan saat pemakaian sehingga mampumeningkatkan efisiensi pemanfaatan air.

Jagung merupakan tanaman yang rentan terhadap kelebihan ataukekurangan air, dan relatif sedikit membutuhkan air dibandingkan tanamanpadi. Pada lahan kering, jagung umumnya diusahakan pada saat musimhujan, sehingga peluang terjadinya kelebihan air cukup besar. Agar tanamantidak kelebihan air pada musim hujan perlu dibuat saluran drainase dalamjumlah yang memadai. Untuk menekan biaya tenaga kerja, saluran-salurandrainase dibuat bersamaan dengan pembumbunan tanaman.

Alur-alur yang berfungsi sebagai saluran drainase atau pendistribusian air irigasi.

14

Pada lahan sawah, jagung umumnya ditanam pada akhir musim hujansehingga tanaman tidak jarang mengalami kekeringan pada musimkemarau. Agar tidak mengalami kekeringan, tanaman perlu mendapatpengairan sebelum menunjukkan gejala kekeringan.

Sumber air pengairan tanaman dapat berasal dari jaringan irigasi atausumur di sekitar areal pertanaman dan didistribusikan dengan bantuanpompa air yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukanpengaturan waktu dan cara pengairan yang tepat dengan pertimbanganefisiensi pemakaian air.

Pada lahan sawah tadah hujan, terutama pada musim kemarau,pengairan tanaman mutlak diperlukan sehingga perlu diketahui sumber airyang dapat dimanfaatkan untuk mengairi pertanaman. Alur-alur drainaseyang dibuat pada saat pembumbunan tanaman berperan penting dalampendistribusian air ke areal pertanaman. Pembuatan alur drainase dapatmenggunakan cangkul, bajak, atau alat pembuat alur drainase PAI-1R-Balitsereal atau PAI-2R-Balitsereal yang ditarik hand tractor.

15

TEKNOLOGI BUDI DAYA SPESIFIK AGROEKOLOGI

Lahan Kering

Komponen teknologi budi daya jagung yang dikelola secara terpadupada�lahan kering adalah sebagai berikut:

Varietas

Untuk wilayah yang mempunyai periode hujan singkat dan berpeluangmengalami kekeringan dianjurkan menanam varietas jenis komposit yangtoleran kekeringan seperti Lamuru atau varietas relatif genjah sepertiGumarang, Kresna, atau Lagaligo. Jagung hibrida umumnya berumur lebihdari 100 hari sehingga berpeluang mengalami cekaman kekeringan.

Pada wilayah yang mempunyai curah hujan cukup atau periode hujanpanjang dianjurkan menanam jagung jenis hibrida atau jenis kompositunggul yang sesuai dengan referensi konsumen. Untuk lahan kering masam,selain jenis hibrida dianjurkan pula menanam jagung jenis komposit unggul.Varietas Sukmaraga adalah jagung unggul bersari bebas yang toleranterhadap kemasaman tanah dan penyakit bulai.

Benih

Keberhasilkan budi daya jagung antara lain ditentukan benih yang akanditanam. Oleh sebab itu, benih yang akan ditanam harus bermutu tinggidengan daya kecambah tidak kurang dari 95%. Sebelum ditanam, benihdicampur dengan fungisida metalaksil (bahan produk) dengan takaran 2 guntuk setiap kg benih. Agar dapat tercampur merata, fungisida metalaksildibasahi terlebih dahulu dengan air sebanyak 10 ml untuk setiap 2 gmetalaksil. Kebutuhan benih untuk satu hektar lahan berkisar antara15-20 kg.

Penyiapan lahan

Pengolahan tanah dilakukan secepatnya setelah hujan mulai turun denganmempertimbangkan lengas tanah yang sesuai untuk pengolahan tanah ataudapat juga dilakukan sebelum hujan turun. Lahan dibersihkan terlebihdahulu dari gulma yang tumbuh di areal yang akan ditanami. Pembersihanlahan dapat menggunakan sabit, parang, atau herbisida paraquat danglifosat dengan takaran 2,0 l per hektar. Setelah lahan bebas dari tumbuhanpengganggu, tanah diolah dengan bajak ditarik traktor atau sapi. Setelah itutanah digaru dan disisir hingga rata. Tanah juga dapat diolah dengan cangkul.

16

Penanaman

Penanaman dilakukan secepatnya setelah lahan diolah dan siap ditanamipada awal musim hujan, dengan memperhatikan beberapa aspek berikut:

a. Pada lahan dengan topografi datar sampai berombak, pemilikan lahanluas, tenaga kerja terbatas, dan tersedia jasa penyewaan traktor,penanaman dianjurkan alat tanam seperti ATB1-2R-Balitsereal (ditarikhand tractor). Alat tanam jagung ini dapat melakukan beberapa kegiatansekaligus, mulai dari pembuatan alur dan menanam benih hinggamenutup lubang benih secara simultan dan otomatis sehinggapenanaman berjalan cepat dan efisien. Jika untuk penutup lubang benihdikehendaki pupuk kandang, maka komponen penutup lubang benihtidak diaktifkan. Alat tanam ini menanam benih dengan jarak 75 cm x 40cm, dua biji per lubang tanam. Jika tidak tersedia hand tractor untukmenarik alat tanam, penanaman dapat dilakukan dengan sistem aluryang dibuat dengan bajak singkal ditarik sapi. Benih diletakkan dalamsetiap alur yang jaraknya antaralur 75 cm dan dalam alur 40 cm, dua bijiper penempatan dan benih ditutup dengan pupuk kandang. Penanamandapat pula dilakukan secara konvensional dengan menggunakan tugaldari kayu untuk membuat lubang tempat benih, jarak tanam 75 cm x 40cm (dua benih per lubang) dan benih yang telah dimasukkan ke lubangtanam ditutup dengan pupuk kandang.

b. Pada lahan dengan topografi bergelombang sampai berbukit, pemilikanlahan sempit, tidak tersedia jasa penyewaan traktor maupun bajak dansapi, maka penanaman dilakukan secara konvensional dengan tugal,dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, dua benih per lubang tanam. Benihyang dimasukkan ke dalam lubang tanam ditutup dengan pupukkandang.

Pemupukan

Jenis, takaran, dan waktu pemberian pupuk anorganik disajikan padaTabel 4. Khusus pada lahan kering masam dianjurkan menggunakan pupukkandang dari kotoran ayam ras atau ayam petelor karena mengandungkapur, diberikan pada saat tanam sebanyak 25-50 g per lubang setaradengan 1,5-3,0 ton/ha yang juga berfungsi sebagai penutup lubang benihyang baru ditanam.

Pupuk anorganik semuanya bersumber dari pupuk tunggal; jikamenggunakan pupuk majemuk, takaran N, P, dan K disetarakan denganpupuk tunggal.

17

Cara pemberian pupuk:

� Pada saat tanaman berumur 7-10 HST, pupuk urea + SP36 + KCl yangtelah dicampur merata segera diaplikasikan dengan cara ditugal sedalam5-10 cm dengan jarak 5-10 cm di samping tanaman dan lubang pupukditutup kembali dengan tanah.

� Pada saat tanaman berumur 28-30 HST, pupuk urea + KCl juga diberikandengan cara ditugal sedalam 5-10 cm dengan jarak 10-15 cm di sampingtanaman dan lubang pupuk ditutup kembali tanah.

� Pada saat tanaman berumur 40-45 HST, pemberian pupuk ureadidasarkan pada hasil pemantauan warna daun tanaman denganmenggunakan BWD. Dengan cara ini dapat diketahui jumlah pupukurea yang harus ditambahkan, sesuai dengan kebutuhan tanaman. Jikanilai warna daun berada pada skala cukup, pupuk urea tidak perlu lagidiberikan, Sebaliknya, jika nilai warna daun berada pada skala kurang,maka tanaman perlu dipupuk urea dengan takaran sesuai nilai skalapada Tabel 3. Sama dengan tahap pertama dan kedua, pemberian pupukurea tahap ketiga juga ditugalkan di samping tanaman sedalam 5-10 cmdengan jarak 15-20 cm dan lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah.Dengan menggunakan BWD maka takaran pupuk urea dapat berkurangatau bertambah, sesuai kebutuhan tanaman.

Pembuatan Saluran Drainase

Tanaman jagung peka terhadap kekeringan dan kelebihan air. Dalam kondisicurah hujan tinggi, air yang menggenang menyebabkan tanaman layu danmati. Untuk mengantisipasi terjadinya genangan air pada areal pertanamanperlu dibuat saluran drainase pada setiap baris atau setiap dua baristanaman. Untuk menghemat tenaga, pembuatan saluran drainase sebaiknyabersamaan dengan penyiangan pertama (14-20 HST). Pembuatan salurandrainase untuk setiap baris tanaman dapat menggunakan alat PAI-1R-

Tabel 4. Jenis, takaran, waktu pemberian, dan komposisi pupuk anorganik pada tanamanjagung di lahan kering.

Hara yang Komposisi takaran pupuk (%) berdasarkan waktu aplikasiditambahkan/ Takaran*)pupuk (kg/ha) 7-10 HST 28-30 HST 40-45 HST

Urea 300-350 25 50 25 (BWD)SP36 100-200 100 - -KCl 50-200 75 25 -

*) Takaran pupuk dapat diubah, sesuai dengan ketersediaan hara dalam tanahberdasarkan analisis tanah atau rekomendasi setempat.

18

Balitsereal ditarik traktor tangan, sedangkan untuk saluran drainase setiapdua baris tanaman dapat menggunakan alat PAI-2R-Balitsereal yang jugaditarik traktor tangan. Jika tidak tersedia traktor tangan, saluran drainasedapat dibuat dengan cangkul atau menggunakan bajak singkal ditarik sapi.Kegiatan ini dilakukan sekaligus dengan pembumbunan tanaman.

Pengendalian Hama

Hama yang seringkali merusak tanaman jagung antara lain adalah alat bibit,penggerek batang, dan penggerek tongkol. Lalat bibit umumnya menyerangtanaman pada awal pertumbuhan, sehingga pengendaliannya harusdilakukan sejak saat tanam dengan insektisida karbofuran, terutama didaerah endemik lalat bibit. Untuk penggerek batang, jika gejala serangantelah mulai terlihat, pengendalian disarankan menggunakan insektisidakarbofuran, dengan takaran 3-4 butir per tanamam, yang diaplikasikanmelalui pucuk tanaman yang terserang.

Pengendalian Penyakit

Penyakit utama yang biasanya merusak tanaman jagung adalah bulai yangdisebabkan oleh jamur Peronosclerospora sp. Pada tingkat penularan yangparah, penyakit bulai dapat menurunkan produksi dan bahkan meng-gagalkan panen. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan perlakuan benih(seed treatment), yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksilsecara merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.

Penyakit lainnya yang merusak tanaman jagung adalah bercak daunyang disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp., tetapi umumnya tidaksampai menurunkan hasil dengan nyata. Penyakit ini biasanya merusakdaun yang sudah tua, sehingga pengendalian dapat dilakukan dengan caramembuang daun yang telah mengering.

Penyiangan Gulma

Penyiangan pertama dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus denganpembuatan alur drainase pada saat tanaman berumur 14-20 HST. Pe-nyiangan kedua, bergantung kondisi gulma, dapat dilakukan secara manualatau menggunakan herbisida kontak paraquat dengan takaran 1,0-1,5 literper hektar, bergantung pada kondisi gulma di lapangan. Jika menggunakanherbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi pelindung agar tidakmengenai daun dan posisi nozzle + 20 cm di atas permukaan tanah.

19

Panen dan Prosesing Hasil

Daun di bawah tongkol dapat diambil pada saat tongkol telah mulai berisi,dan brangkasannya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.Pemanenan daun di bawah tongkol yang digunakan untuk pakan sekaligusbertujuan untuk mencegah perkembangan penyakit busuk daun. Olehkarena itu, sebelum panen sebaiknya dilakukan pemangkasan bagiantanaman di atas tongkol pada saat biji telah mencapai masak fisiologis ataukelobot mulai mengering atau berwarna coklat. Bagian tanaman yangdipangkas tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Panensebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji + 30%, biji telahmengeras dan telah membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% disetiap barisan biji.

Selanjutnya, tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar airbiji selama pengeringan telah mencapai + 20%, jagung dipipil dengan alatpemipil. Biji yang telah dipipil dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siapdipasarkan. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk menurunkankadar air biji karena mendung selama beberapa hari, maka pengeringandisarankan menggunakan alat-mesin pengering agar biji jagung tidakditumbuhi jamur. Alat-mesin pengering yang digunakan dapat dari tipe flatbade dengan bahan bakar minyak tanah atau solar.

Lahan Sawah

Perluasan areal pertanaman jagung pada lahan sawah tadah hujan dansawah irigasi meningkat masing-masing 20-30% dan 10-15%, terutama disentra produksi komersial.

Pengembangan jagung di lahan sawah pada musim kemaraumerupakan langkah yang strategis karena (a) dapat mengurangi ataumengatasi defisit pasokan jagung yang umum terjadi pada musim kemarau,(b) kualitas produksi jagung dari pertanaman musim kemarau umumnyalebih baik dibandingkan dengan pertanaman musim hujan, dan (c) petaniyang mengusahakan jagung pada musim kemarau memperolehpendapatan yang lebih baik. Untuk itu diperlukan teknologi budi daya yangmampu memberikan produktivitas tinggi, biaya produksi lebih efisien, dankualitas produksi lebih baik.

Varietas

Sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, varietas unggul jagung yangdianjurkan penanamannya adalah jenis hibrida dan komposit atau bersaribebas. Namun, untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi terkait dengan

20

frekuensi pemberian air dan bahan bakar pompa, dianjurkan menggunakanvarietas toleran kekeringan atau berumur genjah.

Benih

Benih bermutu, daya kecambah tidak kurang dari 95%, perlu diberi perlakuanbenih (seed treatment), menggunakan metalaksil (bahan produk) dengantakaran 2 g untuk setiap kg benih. Sebelum dicampur merata denganmetalaksil, benih dibasahi terlebih dahulu dengan air sebanyak 10 ml untuksetiap kg benih. Kebutuhan benih untuk 1 hektar lahan berkisar antara 15-20 kg.

Penyiapan Lahan

Lahan disiapkan secepatnya setelah panen padi, baik tanpa olah tanahmaupun dengan pengolahan tanah. Pada tanah bertekstur ringan tidakdiperlukan pengolahan tanah, lahan cukup dibersihkan dari sisa-sisa jeramipadi, dan jika populasi gulma dapat mengganggu pertumbuhan awaltanaman jagung maka dapat dikendalikan dengan herbisida paraquat (1-2l/ha) seminggu sebelum tanam.

Pengolahan tanah secara sempurna dapat menggunakan bajak yangditarik traktor atau sapi atau mengunakan cangkul, dilakukan secepatnyasetelah panen padi dengan mempertimbangkan lengas tanah yang sesuaiuntuk pengolahan tanah. Untuk keperluan pengairan tanaman padawilayah yang mempunyai sumber air tanah dangkal dapat dibuat beberapasumur gali atau sumur bor di sekitar areal pertanaman. Untuk menaikkanair sumur ke permukaan disarankan menggunakan mesin pompa dengankapasitas yang sesuai dengan debit air yang ada. Jika volume air sumurterbatas maka pada setiap titik dibuat dua sumur berdekatan dan keduanyadihubungkan dengan pipa dan pemompaan air menggunakan satu mesinpompa. Untuk hamparan yang luas, sumur dibuat di beberapa tempat danmesin pompa air digunakan secara berpindah-pindah, dari sumur yangsatu ke sumur berikutnya. Sebelum memutuskan untuk menanam jagungpada lahan sawah tadah hujan perlu diamati terlebih dahulu sumberpengairan.

Penanaman

Pada lahan sawah dengan jenis tanah bertekstur ringan, penanamandilakukan secepatnya setelah panen padi, dengan mempertimbanganlengas tanah. Pada lahan yang menghendaki pengolahan tanah terlebihdahulu, penanaman dilakukan secepatnya setelah tanah diolah denganmempertimbangkan kondisi lengas tanah. Jika sudah mulai mengering,

21

lahan diairi segera dengan air yang dapat bersumber dari sumur dangkalyang telah disiapkan sebelumnya, termasuk mesin pompa, atau air yangberasal dari jaringan irigasi.

Bagi wilayah dengan kepemilikan lahan luas, petakan sawah luas, tenagakerja terbatas, dan tersedia jasa penyewaan traktor, penanaman dapatdilakukan dengan alat tanam ATB1-2R-BALITSEREAL (ditarik traktor tangan).Alat ini dapat menanam dan menutup benih secara simultan dan otomatis,sehingga kegiatan penanaman dapat berlangsung cepat dan efisien. Jaraktanam 75 cm x 40 cm, dua benih per lubang tanam. Jika tidak tersediatraktor tangan, penanaman dapat dilakukan dengan sistem alur yang dibuatdengan bajak singkal ditarik sapi. Benih diletakkan dalam alur dengan jarakantaralur 75 cm dan dalam alur 40 cm, dua benih per penempatan, dankemudian benih ditutup dengan pupuk kandang.

Bagi wilayah dengan kepemilikan lahan sempit, petakan sawah sempit,dan tenaga kerja tersedia, maka penanaman dilakukan dengan cara ditugal.Jarak tanam 75 cm x 40 cm, dua benih per lubang tanam, dan benih ditutupdengan pupuk kandang.

Pemupukan

Jenis, takaran, dan waktu pemberian pupuk anorganik disajikan padaTabel 5. Kalau diperlukan dan tersedia di daerah setempat, pupuk organikatau pupuk kandang diaplikasikan pada saat tanam dengan takaran 25-50g per lubang penempatan benih (sebagai penutup benih), setara dengan1,5-3,0 ton/ha.

Tabel 5. Jenis, takaran, dan waktu pemberian pupuk anorganik pada tanaman jagungyang ditanam setelah panen padi di lahan sawah.

Komposisi takaran pupuk (%) menurut waktu aplikasiJenis pupuk Takaran **)

(kg/ha) 7-10 HST 28-30 HST 40-45 HST

Urea 300-350 2 5 50 25 (BWD)SP36 100-200 100 - -KCl 50-100 5 0 50 -ZA*) 50-100 100 - -

Pupuk anorganik bersumber dari pupuk tunggal*) Diberikan jika tanah kekurangan unsur hara sulfur (S).**) Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara dalam tanah dari

hasil analisis tanah.

22

Cara pemberian pupuk:

� Pada saat tanaman berumur 7-10 HST, pupuk urea + SP36 + KCl + ZA(jika diperlukan) dicampur merata terlebih dahulu sebelum diaplikasikandengan cara ditugal sedalam 5-10 cm dengan jarak 5-10 cm di sampingtanaman dan lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah.

� Pada saat tanaman berumur 28-30 HST, pupuk urea + KCl juga diberikandengan cara ditugal sedalam 5-10 cm dengan jarak 10-15 cm di sampingtanaman dan lubang pupuk ditutup kembali tanah.

� Pada saat tanaman berumur 40-45 HST, pemberian pupuk ureadidasarkan pada hasil pemantauan warna daun tanaman denganmenggunakan BWD. Dengan cara ini dapat diketahui jumlah pupukurea yang harus ditambahkan, sesuai dengan kebutuhan tanaman. Jikanilai warna daun berada pada skala cukup, pupuk urea tidak perlu lagidiberikan, Sebaliknya, jika nilai warna daun berada pada skala kurang,maka tanaman perlu dipupuk urea dengan takaran sesuai nilai skalapada Tabel 3. Sama dengan tahap pertama dan kedua, pemberian pupukurea tahap ketiga juga ditugalkan di samping tanaman sedalam 5-10 cmdengan jarak 15-20 cm dan lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah.Dengan menggunakan BWD maka takaran pupuk urea dapat berkurangatau bertambah, sesuai kebutuhan tanaman.Setiap selesai pemupukan, lahan diairi melalui alur yang telah disiapkan

sebelumnya pada setiap dua baris tanaman.

Pembuatan Saluran Irigasi

Dalam kondisi keterbatasan air, efisiensi pendistribusian pengairan sangatdiperlukan, untuk itu perlu dibuat saluran irigasi di antara baris tanaman.Saluran irigasi dapat dibuat pada setiap baris atau pada setiap dua baristanaman. Untuk menghemat tenaga kerja, pembuatan saluran irigasisebaiknya dikerjakan bersamaan dengan penyiangan pertama (14-20 HST).

Pembuatan saluran irigasi untuk setiap baris tanaman dapat meng-gunakan alat PAI-1R-Balitsereal yang ditarik traktor tangan dan sekaligusberfungsi untuk membumbun tanaman agar tidak mudah rebah. Jika tidaktersedia traktor tangan, saluran irigasi dapat dibuat dengan bajak singkalditarik sapi.

Pengairan Tanaman

Sumber air berasal dari sumur gali atau sumur bor yang telah dibuat dan airdinaikkan ke permukaan dengan mesin pompa. Pendistribusian air kepertanaman melalui saluran irigasi yang telah dibuat. Selama pertumbuhan-

23

nya, tanaman jagung biasanya diairi 5-6 kali, bergantung pada kondisilingkungan setempat. Sebagai indikator perlunya pengairan adalah jika dauntanaman sebelum waktu tengah hari telah mulai menggulung. Pada kondisidemikian, tanaman mendapat pengairan secepatnya. Pengairan tanamandihentikan 10 hari menjelang panen.

Pengendalian Hama

Hama yang seringkali merusak tanaman jagung antara lain adalah alat bibit,penggerek batang, dan penggerek tongkol. Lalat bibit umumnya menyerangtanaman pada awal pertumbuhan, sehingga pengendaliannya harusdilakukan sejak saat tanam dengan insektisida karbofuran, terutama didaerah endemik lalat bibit. Untuk penggerek batang, jika gejala serangantelah mulai terlihat, pengendalian disarankan menggunakan insektisidakarbofuran, dengan takaran 3-4 butir per tanamam, yang diaplikasikanmelalui pucuk tanaman yang terserang.

Pengendalian Penyakit

Penyakit utama yang biasanya merusak tanaman jagung adalah bulai yangdisebabkan oleh jamur Peronosclerospora sp. Pada tingkat penularan yangparah, penyakit bulai dapat menurunkan produksi dan bahkan meng-gagalkan panen. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan perlakuan benih(seed treatment), yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksilsecara merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.

Penyakit lainnya yang merusak tanaman jagung adalah bercak daunyang disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp., tetapi umumnya tidaksampai menurunkan hasil dengan nyata. Penyakit ini biasanya merusakdaun yang sudah tua, sehingga pengendalian dapat dilakukan dengan caramembuang daun yang telah mengering.

Penyiangan Gulma

Penyiangan pertama dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus denganpembuatan alur irigasi pada saat tanaman berumur 14-20 HST. Penyiangankedua, bergantung kondisi gulma, dapat dilakukan secara manual ataumenggunakan herbisida kontak paraquat dengan takaran 1,0-1,5 liter perhektar, bergantung pada kondisi gulma di lapangan. Jika menggunakanherbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi pelindung agar tidakmengenai daun dan posisi nozzle + 20 cm di atas permukaan tanah.

24

Panen dan Prosesing Hasil

Daun di bawah tongkol dapat diambil pada saat tongkol telah mulai berisi,dan brangkasannya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi.Pemanenan daun di bawah tongkol yang digunakan untuk pakan sekaligusbertujuan untuk mencegah perkembangan penyakit busuk daun. Olehkarena itu, sebelum panen sebaiknya dilakukan pemangkasan bagiantanaman di atas tongkol pada saat biji telah mencapai masak fisiologis ataukelobot mulai mengering atau berwarna coklat. Bagian tanaman yangdipangkas tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Panensebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji + 30%, biji telahmengeras dan telah membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% disetiap barisan biji.

Selanjutnya, tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar airbiji selama pengeringan telah mencapai + 20%, jagung dipipil dengan alatpemipil. Biji yang telah dipipil dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siapdipasarkan. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk menurunkankadar air biji karena mendung selama beberapa hari, maka pengeringandisarankan menggunakan alat-mesin pengering agar biji jagung tidakditumbuhi jamur. Alat-mesin pengering yang digunakan dapat dari tipe flatbade dengan bahan bakar minyak tanah atau solar.

25

PENUTUP

PTT bukan paket teknologi, tetapi merupakan pendekatan dalam budi dayayang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan OPT secaraterpadu, dalam upaya peningkatan produktivitas, efisiensi usahatani, dankelestarian lingkungan. Komponen teknologi yang diterapkan denganpendekatan PTT memiliki hubungan sinergestik antara yang satu denganyang lain dan bersifat spesifik lokasi yang ditentukan berdasarkan PRA (RuralRapid Appraisal) atau penelaahan partisipatif dalam waktu singkat yangdilakukan oleh suatu tim dengan berbagai disiplin ilmu, sehingga komponenteknologi yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan dinamika kondisilingkungan. Komponen teknologi yang diterapkan dengan pendekatan PTTperlu mendapat perbaikan secara terus-menerus, sesuai dengan dinamikakondisi lingkungan setempat.

Berbeda dengan program intensifikasi, teknologi PTT bersifat spesifiklokasi dan diterapkan secara partisipatif. Selama ini, dalam penerapan PTT,petani dan petugas bersama-sama ke lapangan untuk mengidentifikasipermasalahan dan memilih komponen teknologi yang akan diterapkanuntuk memecahkan permasalahan tersebut, sesuai dengan keinginanpetani dan kondisi lingkungan setempat. Bimbingan dan pendampingansecara intensif oleh pihak yang kompeten diperlukan agar petani dapatmenerapkan PTT dengan benar.

26

BAHAN BACAAN

Akil, Muhamad, M. Rauf, A.F. Fadhly, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, A.Dahlan, R. Efendi, A. Najamuddin, R.Y. Arvan, A. Kamaruddin, dan E. Y.Hosang. 2003. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakanyang efisien dan berkelanjutan pada lahan marginal. Laporan Akhir2003 Balitsereal.

BPS dan Ditjen Tanaman Pangan. 2003. WWW.deptan.go.id

Erdiman dan Syafei. 1994. Pengaruh inkubasi fosfat (TSP) dengan bahanorganik dan kapur terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zeamays L.) pada tanah PMK Sitiung. Risalah Seminar Balai PenelitianTanaman Pangan Sukamandi 5:67-76.

Kasryno, F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung duniaselama empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia.Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung diBogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian.

Mink, S.D., P.A. Dorosh, and D.H. Perry. 1987. Corn production systems. InTimmer (Ed.). The corn economy of Indonesia. p. 62-87.

Pingali, P. 2001. CIMMYT 1999/2000: world maize facts and trends. MeetingWorld Maize Needs: Technological Opportunities and Priorities forthe Public Sector. CIMMYT. Mexico

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2002. Potensilahan pengembangan jagung di Indonesia. Bahan Pameran padaFestival Jagung Pangan Pokok Alternatif di Bogor, 26-27 April 2002.

Soeharsono, Supriadi, dan Prayitno. 2004. Potensi dan pengelolaan limbahpertanian dalam mendukung ketersediaan pakan ternak sepanjangtahun di lahan kering. Makalah disampaikan pada Seminar Nasionaldan Ekspose Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis. Malang,8-9 September 2004.

Sri Adiningsih, J. Sri Rochayati, Moersidi S., dan A. Kasno. 1997. Prospekpenggunaan pupuk fosfat alam untuk meningkatkan budi dayapertanian tanaman pangan di Indonesia. Dalam: Penggunaan pupukfosfat alam mendorong pembangunan pertanian Indonesia yangkompetitif. Kerja sama Departemen Pertanian dengan PT PupukSriwidjaya dan PT Maidah. p. 25-29.

Subandi dan Zubachtirodin. 2004. Prospek pertanaman jagung dalamproduksi biomas hijauan pakan. Makalah disampaikan pada SeminarNasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.Mataram, 31 Agustus � 1 September 2005.

27

Subandi, A.F. Fadhly, and E.O. Momuat. 1998. Fertilization and nutrientmanagement for maize cropping in Indonesia. Paper presented onthe 7th Asian Regional Maize Workshop. PCARRD Los Banos, Laguna,Philippines, 23-27 February 1998.

Subandi, F. Kasim, M. Basir, W. Wakman, Zubachtirodin, I. Uddin Firmansyah,dan M. Akil. 2003. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2002.Balai Penelitian Tanaman Serealia. 24 p.

Subandi, I.G. Ismail, dan Hermanto. 1998. Jagung: teknologi produksi danpascapanen. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. 57 p.

Subandi, S. Saenong, Zubachtirodin, A. Najamuddin, S.L. Margaretha, I.U.Firmansyah, A. Buntan, N. Widiyati, A. Hippi, dan Rosita. 2005.Peningkatan produktivitas tanaman jagung pada wilayahpengembangan melalui pengelolaan tanaman terpadu. LaporanAkhir Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Swastika, D.K.S. dan W. Sudana. 2001. Characteristic of maize productionsystem in Indonesia. CIMMYT and Center for Agro-Socio-economicRresearch Republic of Indonesia. 35 p.

Syafruddin dan S. Saenong. 2006. Petunjuk penggunaan bagan warna daun(BWD) pada tanaman jagung. Balitsereal. Maros.

Yasin, S., Yulnafatmawati, dan N. Hakim. 1997. Teknologi inkubasi TSP denganpupuk kandang untuk meningkatkan efisiensi pemupukan jagungpada tanah masam. STIGMA (1):129-135.

i

Panduan Umum

Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

2008

id1047265 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

ii

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MSKepala Badan Litbang Pertanian

Ketua : Prof. Dr. Ir. SuyamtoKepala Pusalitbang Tanaman Pangan

Anggota : Ir. Zubachtirodin, MSDr. M.S. PabbageDr. Sania Saenong

Badan Penelitian dan Pengambangan PertanianJl. Ragunan No. 29 Pasarminggu, Jakarta SelatanTelp. : (021) 7806202Faks. : (021) 7800644Email : [email protected]

Pusat Penelitian dan Pengambangan Tanaman PanganJl. Merdeka No.147 Bogor, Jawa BaratTelp. : (0251) 334089Faks. : (0251) 312755Email : [email protected] atau [email protected]

Balai Penelitian Tanaman SerealiaJl. Ratulangi No.274 Maros, Sulawesi SelatanTelp. : (0411) 371529Faks. : (0411) 371961Email : [email protected]

iii

Pengantar

Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan.Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhannasional. Peningkatan kebutuhan jagung terkait dengan makin berkembang-nya usaha peternakan, terutama unggas. Sementara itu produksi jagungdalam negeri belum mampu memenuhi semua kebutuhan, sehinggakekurangannya dipenuhi dari jagung impor.

Ditinjau dari sumber daya yang dimiliki, Indonesia mampu ber-swasembada jagung, dan bahkan mampu pula menjadi pemasok jagungdi pasar dunia. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan berbagai dukungan,terutama teknologi, investasi, dan kebijakan. Secara teknis, upayapeningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melaluiperluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Salah satu cara yangdapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas jagung adalahmenerapkan teknologi dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu(PTT). Dalam pengembangannya, PTT tidak menggunakan pendekatanpaket teknologi, melainkan dengan pendekatan penerapan teknologi untukmemecahkan masalah usahatani di wilayah tertentu dan bersifat spesifiklokasi dengan bantuan para penyuluh dan petugas pertanian. Tujuan utamapenerapan PTT adalah untuk meningkatkan produksi, pendapatan petani,dan menjaga kelestarian lingkungan.

Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian di berbagai daerah danagroekosistem, terutama lahan kering dan lahan sawah. Selain diperuntuk-kan bagi penyuluh pertanian untuk dapat dijadikan acuan dalampengembangan PTT jagung di wilayah kerjanya, panduan ini diharapkandapat pula digunakan sebagai acuan dalam pelatihan PTT jagung di daerah,baik yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanianmaupun Dinas Pertanian dan institusi terkait lainnya.

Kepala Badan Penelitian danPengembangan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS

iv

v

Daftar Isi

PENGANTAR .......................................................................................... iiiDAFTAR ISI ............................................................................................. vPENDAHULUAN ..................................................................................... 1PENGERTIAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) .............. 2TAHAPAN KEGIATAN PELAKSANAAN PTT .......................................... 2KOMPONEN TEKNOLOGI PRODUKSI ................................................ 3

Varietas unggul ................................................................................ 4Benih bermutu ................................................................................ 6Populasi tanaman ........................................................................... 7Pemupukan ..................................................................................... 8Pengelolaan irigasi .......................................................................... 13

TEKNOLOGI BUDI DAYA SPESIFIK AGROEKOLOGI ......................... 15Lahan Kering ................................................................................... 15

Varietas ....................................................................................... 15Benih ........................................................................................... 15Penyiapan lahan ........................................................................ 15Penanaman ................................................................................ 16Pemupukan ............................................................................... 16Pembuatan saluran drainase ................................................... 17Pengendalian hama .................................................................. 18Pengendalian penyakit ............................................................. 18Penyiangan gulma ..................................................................... 18Panen dan prosesing hasil ....................................................... 19

Lahan Sawah ................................................................................... 19Varietas ....................................................................................... 19Benih ........................................................................................... 20Penyiapan lahan ........................................................................ 20Penanaman ................................................................................ 20Pemupukan ............................................................................... 21Pembuatan saluran irigasi ........................................................ 22Pengairan tanaman ................................................................... 22Pengendalian hama .................................................................. 23Pengendalian penyakit ............................................................. 23Penyiangan gulma ..................................................................... 23Panen dan prosesing ................................................................ 24

PENUTUP ............................................................................................... 25BAHAN BACAAN .................................................................................... 26