proposal majalah kepel mas niam
TRANSCRIPT
Proposal penerbitan majalah
Kepel.Kom
“Anak Komunikasi Ngumpul Tak Jauh Dari Kepelnya”
Disusun sebagai pengganti Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Manajeman Media Massa
Oleh :
Maulin Ni’am
SP/21076
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Unversitas Gadjah Mada
Yogyakarta
PROBLEMATIKA
Media literasi mutlak diperlukan sebagai kemampuan dasar
berpikir kritis untuk hidup di abad informasi. Tiap hari kita
diterpa ribuan informasi. Kita harus selektif dalam memilih
informasi mana yang akan kita respon. Karena batas antara
informasi yang benar dan salah, valid dan invalid semakin
kabur. Kita juga harus cerdas dalam menggunakan informasi,
belum tentu informasi yang kita ambil akan membuat hidup kita
semakin baik meskipun informasi tersebut benar.
Ironisnya, pesatnya pertumbuhan media di Indonesia tidak
dibarengi dengan meningkatnya tingkat literasi media
masyarakat kita. Budaya melek media harus dimiliki oleh
seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya untuk para orang tua,
guru sekolah, dosen, tokoh agama atau para pembuat kebijakan,
budaya melek media, sikap kritis dalam mengkonsumsi media
justru harus dimiliki oleh golongan yang secara langsung
menjadi penikmat dan sasaran utama media yaitu anak-anak dan
remaja termasuk mahasiswa.
Literasi media tidak melihat latar pendidikan seseorang. Karena
literasi media sebenarnya cara pandang dari mana sesorang
membuka diri terhadap media dan memaknai pesan yang ia
terima dari media. Potter (2001: 7) mengatakan bahwa literasi
media bukanlah sebuah kategori, layaknya status, apakah kita
termasuk di dalamnya atau tidak. Potter melanjutkan bahwa
literasi media adalah sebuah rangkaian kesatuan (continuum). Ia
menganalogikan literasi media dengan sebuah termometer yang
mana terdapat derajat untuk menunjukkan tingkatan atau
kualitas.
Dengan tanpa mengesampingkan sederetan teori dan metode
penelitian media, sebenarnya literasi media hanya masalah
kebiasaan saja. Kebiasaan menonton dan mengkonsumsi media
idealnya diiringi dengan pembiasaan untuk mencermati,
menganalisis maksud dari tayangan media tersebut. Meskipun
seseorang memiliki kemampuan atau pengetahuan yang
memadai untuk menjadi media-watcher, belum tentu ia mau
untuk mengkritisi media.
Hal yang menarik untuk dijadikan renungan adalah budaya
literasi media di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa
Ilmu Komunikasi. Dikatakan menarik karena fokus studi mereka
adalah media. Sejak semester awal hingga akhir, mereka
mendapatkan banyak informasi tentang media dan segala
aspeknya. Mereka pula yang secara intens mengamati, mengkaji
dan menemukan fakta tentang media. Sayangnya, tingkat literasi
media yang mereka miliki hanya disimpan untuk diri mereka
sendiri. Mereka tahu bahwa banyak hal yang bisa dan harus
mereka kritisi dari media, tetapi yang terjadi justru sikap
pembiaran. Bukti konkretnya adalah masih minimnya, untuk
tidak mengatakan tidak ada, tulisan mahasiswa komunikasi
tentang media di media massa. Rubrik semacam suara
mahasiswa di harian Kedaulatan Rakyat, Prokon Aktivis di Jawa
Pos dan rubrik sejenis lainnya lebih banyak diisi oleh mahasiswa
dari ilmu non-sosial.
Mungkin karena mereka berada dalam lingkungan sama dan
menganggap yang lain juga tahu apa ia ketahui. Sehingga
mahasiswa Komunikasi merasa tidak perlu menyampaikan sikap
kritis mereka atas media, alih-alih menuliskan gagasan mereka
ke media.
Pembiaran yang terjadi berulang kali membuat mahasiswa
menganggap pesan-pesan negatif di media adalah hal biasa dan
lumrah. Pada akhirnya yang terjadi adalah berkurangnya tingkat
sensitivitas (desensitization) terhadap pesan negatif media.
Inilah yang kemudian menjadi sebab hilangnya nalar kritis
mahasiswa atas fenomena sosial yang terjadi di sekelilingnya.
Kenyataan berbicara bahwa mahasiswa tidak terbiasa melakukan
komunikasi tertulis. Lebih mudah menyampaikan informasi
melalui lisan. Padahal menulis, khususnya karya ilmiah, adalah
aktivitas yang tidak bisa dipisahkan penyandang status kaum
akademisi. Aktivitas intelektual adalah proses berpikir,
mengamati, berdiskusi antarwarga akademi dan menuliskan
hasilnya dalam bentuk laporan penelitian. Namun laporan
penelitian itu sendiri hanya berfungsi sebagai mental exercise,
laku intelektual, yang akhirnya hanya mengisi rak-rak
perpustakaan. Itulah yang disebut sebagai academic action.
Lebih lanjut, academic action harus pula diikuti dengan apa
yang disebut public action, publikasi atas hasil dari laku
intelektual (Wardhana, 1997:v).
Mempublikasikan hasil refleksi atas realitas ke dalam karya tulis
bukan sekedar untuk mencari status, julukan ataupun gelar
akademis. Sebuah karya tulis disusun dan dipublikasikan lebih
sebagai tanggung jawab moral kepada masyarakat. Boleh
dikatakan karya tulis ilmiah adalah anak kandung yang lahir dari
rahim intelektualitas.
Selain kebiasaan menulis yang masih sangat minim,
permasalahan yang dihadapi mahasiswa komunikasi UGM
adalah keterbatasan sumber informasi yang menunjang studi
serta kemampuan praktis di bidang kajian komunikasi. Memang
saat ini sudah beredar majalah layaknya Cakram atau B&B yang
mengupas tentang pemasaran, periklanan, PR maupun
jurnalistik. Akan tetapi isi kedua media tersebut lebih cocok
untuk praktisi yang sudah bekerja.
Berangkat dari kegelisahan atas problematika tersebut dan
kebulatan tekad, majalah ini hadir sebagai upaya mengatasi
permasalahan tersebut.
Media ini didirikan dengan beberapa tujuan antara lain :
1. Menumbuhkembangkan aktivitas media-watch di kalangan
mahasiswa komunikasi UGM khususnya dan mahasiswa
Yogyakarta pada umumnya.
2. Melatih ketrampilan komunikasi secara tertulis untuk
menyampaikan opini, kritik atau ide di media massa.
3. Menyediakan ruang berekspresi dan apresiasi bagi
mahasiswa komunikasi di bidang fotografi, desain visual,
jurnalistik dan minat lainnya.
4. Memberikan informasi, panduan serta tips-tips yang dapat
digunakan sebagai penunjang studi maupun bekal
pengetahuan praktis.
JENIS MEDIA
Jenis media yang dipilih adalah medium magazine. Pemilihan
format majalah karena kelebihan yang dimiliki majalah baik
secara fisik maupun materi berita dibanding format media
lainnya.
Secara fisik, format majalah memiliki karakteristik :
Lebih menarik, dengan adanya ilustrasi, gambar maupun foto.
Mudah dibawa sehingga bisa dibaca di mana saja.
Bersifat personal, tidak seperti tabloid, koran atau newsletter
yang bisa dibaca beramai-ramai.
Dijilid dengan baik sehingga mudah didokumentasikan.
Sedangkan secara kualitas, majalah bisa memuat tulisan yang
lebih banyak dan panjang. Sehingga memungkinkan untuk
menyajikan liputan berita secara lebih mendalam dan
menyeluruh.
NAMA MEDIA
Media ini bernama Kepel.Kom (baca: kepel dot kom). Nama
tersebut merupakan gabungan dari dua kata Kepel dan Kom
(kependekan dari komunikasi). Sedangkan untuk tagline yang
mengiringi nama Kepel.Kom adalah, “Anak Komunikasi
Ngumpul Tak Jauh Dari Kepelnya”.
Secara harfiah, istilah kepel memiliki dua arti.
1. Kepel adalah nama buah berwarna coklat mirip sawo. Buah
kepel yang masih muda kerasnya sekeras batu, bila sudah
matang, buahnya empuk dan bisa dimakan. Pohon kepel
tumbuh di halaman depan kantor Jurusan Ilmu Komunikasi
UGM. Di bawah pepohonan Kepel inilah biasanya
mahasiswa komunikasi sering kumpul, duduk-duduk dan
melakukan aktivitas lainnya.
2. Kepel adalah bahasa jawa yang searti dengan kepal atau
genggam. Kepel menunjuk pada tangan yang mengepal.
Dalam masyarakat Yogyakarta yang berbudaya Jawa, nama
bukanlah sekedar sebutan. Nama harus memiliki makna yang
mencitrakan pemiliknya atau harapan dari pemberi nama. Begitu
pula nama Kepel.Kom secara simbolis memiliki makna filosofis
yang menyimpan harapan atas eksistensi media ini yaitu :
1. Media yang menyediakan ruang kebebasan bagi ekspresi,
gagasan dan pemikiran. Sebuah habitus intelektual bagi
mahasiswa komunikasi UGM dalam berekspresi, saling
bertukar gagasan.
2. Menjalankan fungsi solidarity maker di antara mahasiswa,
alumni dan dosen komunikasi UGM. Menumbuhkan
semangat dan tekad untuk bersama-sama memajukan
almamater. Keteguhan semangat yang kokoh layaknya
tangan yang terkepal
PARADIGMA
Dengan melihat realitas industri percetakan dan sumber daya
yang ada serta idealita yang hendak diraih, paradigma yang
digunakan dalam pendirian media ini adalah perpaduan dua
paradigma yaitu misionaris dan pasar. Namun lebih condong
pada paradigma yang pertama.
Pemilihan paradigma ini lebih disebabkan alasan pragmatis dan
praktis. Secara struktural, media ini memiliki berada di bawah
payung Korps Mahasiswa Komunikasi sebagai induk organisasi.
Hubungan struktural ini membawa konsekuensi bahwa media ini
dituntut untuk bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan
informasi pembaca tanpa harus menanggalkan idealisme
perjuangan organisasi.
Untuk menjaga kontinuitas penerbitan, media ini akan banyak
bergantung pada pihak pengiklan, subsidi anggaran dari
organisasi, kerja sama serta donasi dari pihak lain (alumni,
dosen, lembaga). Dengan adanya sumber dana tersebut, media
ini bisa dinikmati konsumen dengan harga yang minim. Jadi
dalam operasionalisasi, pembaca tetap diminta sejumlah harga
untuk memiliki media ini. Sehingga bisa membantu
meringankan beban biaya produksi.
SEGMENTASI
Sasaran pembaca majalah Kepel.Kom ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga berdasarkan kontribusi yang diharapkan dari
mereka.
Primer
Seluruh mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UGM baik dari
progam sarjana maupun diploma yang masih aktif, terutama
mahasiswa tahun pertama hingga tahun ketiga.
Sekunder
Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di propinsi
Jawa Tengah dan DIY
Mahasiswa jurusan komunikasi yang ada di universitas-
universitas se-Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Tersier
Dosen di jurusan ilmu komunikasi UGM.
Alumni jurusan ilmu komunikasi UGM.
Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di pulau Jawa.
Lembaga kajian media.
Secara umum kelompok primer dan sekunder memiliki
karakeristik yang hampir sama.
Geografis
Propinsi Jawa Tengah dan DIY
Jarak antarkampus tidak terlalu jauh, memungkinkan untuk
distribusi.
Demografis
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 18 – 24 tahun
Strata ekonomi keluarga : menengah ke atas
Psikografis
Suka pada hal-hal baru.
Belum memiliki orientasi pekerjaan yang mantap
Memiliki tingkat akses media yang tinggi
Mengikuti perkembangan teknologi komunikasi informasi
Jumlah Audiens Potensial
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Tinggi
(www.evaluasi.or.id) jumlah mahasiswa jurusan komunikasi
untuk jenjang S1 dan D3 di propinsi Jawa Tengah dan DIY
adalah sebanyak 8133 mahasiswa
Berikut perkiraan data audiens potensial sebagai konsumen
media ini
Kelompok Primer
S1 UGM : 268
D3 UGM : 439
Jumlah : 707
Diperkirakan 40% dari jumlah anggota kelompok primer
tersebut membeli media ini
Kelompok Sekunder
PT DIY : 3803 (UII, Atmajaya, UMY, UPN, APMD dll)
PT Jateng: 3623 (Undip, UNS, Unsoed, Satya Wacana,
Unsemar, dll)
Jumlah : 7426
Diperkirakan 10% dari jumlah tersebut akan membeli media ini.
RUBRIKASI
Rubrikasi untuk media ini ditentukan dengan
mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan atas informasi apa
yang diinginkan pembaca. Berdasarkan fungsinya, rubrik-rubrik
dalam Kepel.Kom berusaha memenuhi fungsi informatif,
edukatif dan menghibur.
Berikut ini adalah deskripsi singkat tentang rubrikasi majalah
Kepel.Kom
Penunggu Pohon, merupakan pengantar dari redaksi. Melalui
rubrik ini, redaksi menyapa pembaca, menjelaskan garis besar
tema di tiap edisi. Selain itu isi dari rubrik ini juga
menggambarkan opini atau keberpihakan media atas fenomena
yang diulas.
Daftar Menu, sesuai dengan namanya rubrik ini akan
menunjukkan ulasan apa saja yang ada disertai dengan petunjuk
di halaman berapa ulasan itu ditempatkan. Rubrik ini akan
memudahkan pembaca mencari artikel, ulasan, atau informasi
yang diinginkan secara langsung tanpa membaca dari awal.
Kontakita, rubrik yang memuat tulisan dari pembaca yang
berisikan komentar, pertanyaan, kritik mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan majalah. Pembaca bisa mengirimkan tulisan
untuk rubrik ini melalui surat, email atau sms.
Lap -Top, kependekan dari Laporan Top yang berisi uraian
tentang hasil liputan mendalam atas topik tertentu. Rubrik ini
merupakan inti pesan yang ingin disampaikan media ini kepada
pembaca.
Mainstream, berisi ulasan topik-topik tertentu yang berkaitan
dengan kajian ilmu komunikasi. rubrik mainstream memiliki
tiga sub-rubrik sesuai dengan pilihan konsentrasi yang ada di
jurusan komunikasi UGM yaitu media studies, supporting media
dan perspektif media. Dalam bentuk konkret, rubrik mainsteram
berisi artikel tentang produksi media, ke-PR-an, pemasaran,
maupun isu-isu kebijakan komunikasi.
Diharapkan melalui rubrik mainstream, mahasiswa akan
mendapatkan pengetahuan tentang isu-isu aktual di dunia kerja
yang akan mereka geluti. Dengan bekal tersebut, mahasiswa
mampu mengawinkan pengetahuan teoritis yang mereka
dapatkan di perkuliahan dengan kenyataan di dunia kerja.
Mediaholic, berisi review tentang praktek konsumsi media yang
telah dilakukan oleh pembaca. Di sinilah peran mahasiswa
komunikasi diasah untuk jeli mengamati media. Pembaca bisa
menuliskan pendapat, pengalaman dan kritik mereka atas media
yang pernah mereka konsumsi. Bisa berupa pengalaman
menonton tayangan televisi, review buku, menonton film atau
membaca surat kabar, iklan dan media-media lain. Titik
tekannya bukan pada review media layaknya resensi tapi yang
lebih ditonjolkan adalah kekritisan pembaca dalam
mengonsumsi media.
Wartawan Juga Manusia, hampir mirip dengan rubrik
mediaholic, rubrik ini berisi temuan kejanggalan-kejanggalan
yang terjadi di media. Terdiri dari beberapa tulisan singkat
misalnya tentang kejadian salah ucap, salah ketik, salah gambar,
pemuatan ulang berita yang terjadi di media massa khususnya
media cetak.
Jejak Karir, tujuan dari rubrik ini adalah untuk menjembatani
mahasiswa dengan pengalaman dunia kerja. Di samping itu juga
untuk menambah jaringan dengan para praktisi komunikasi. Dari
segi muatan, rubrik ini akan menampilkan profil salah satu
alumni komunikasi UGM tentang biografi, perjalanan karir serta
perjuangan yang dilaluinya hingga mencapai kesuksesan.
SnapShot, berisi berita-berita singkat tentang peristiwa, event
yang terjadi di sekitar kampus dan kota.
Matakamera, halaman yang memuat foto-foto hasil jepretan
mahasiswa komunikasi. rubrik ini merupakan ruang ekspresi
bagi mahasiswa yang hobi fotografi. Foto yang dimuat akan
disertai komentar dari pengasuh rubrik baik tentang foto
tersebut, bisa dari segi teknik, pengaturan cahaya, seni dan lain-
lain.
Tips n Trik, rubrik yang berisi panduan atau tips-tips praktis.
Materi tips tentunya seputar ketrampilan atau pengetahuan
teknis terkait dunia komunikasi misalnya, merawat kamera,
desain grafis, merancang iklan, tips magang dan masih banyak
lagi.
In-Tech, berisi ulasan tentang inovasi produk-produk teknologi
terbaru.
Pembagian Halaman
Berikut ini adalah pembagian jumlah halaman untuk masing-
masing rubrik
Nama Rubrik Jumlah halaman
Penunggu Pohon 1
Daftar menu 1
Kontakita 1
Mainstream 4
Mediaholic 4
Snapshot 1
Jejak Karir 1
Wartawan Juga Manusia 1
Tips n Trik 1
In-Tech 1
jumlah 16
Jadi pembagian halaman bisa jelaskan sebagai berikut :
Kalam sampul : 1
Halaman isi : 16
Halaman iklan : 3
Jumlah total : 22 halaman
KARAKTERISTIK MEDIA
Fisik
Ukuran Majalah : 270 x 210 mm
Posisi : Tegak/ Portait
Tebal Halaman : 20 halaman
Jenis Kertas Cover : Art paper 150 gr
Jenis Kertas Isi : HVS 80 gr
Warna : 30% full color 70% BW
Jilid : Jahit Benang
Finishing : Wrapping Plastic
Periode Penerbitan
Waktu Terbit : tiap hari Senin di awal bulan
Oplah : 1000 eksemplar
Harga : Rp. 3000,-
STRATEGI PEMASARAN
Agar majalah Kepel.Kom bisa dikenal secara luas dan cepat ke
segmen pembacanya, perlu dirancang suatu bauran pemasaran
yang meliputi promosi, pemasaran dan distribusi yang tepat.
Beberapa strategi yang akan dilakukan untuk mempromosikan
Kepel.Kom adalah
1. penyebaran pamflet, dua minggu sebelum edisi perdana
terbit, dilakukan penempelan dan penyebaran pamflet
terkait launching media baru di kalangan mahasiswa
komunikasi di masing-masing kampus.
2. Jaringan organisasi, pengenalan media Kepel.Kom dalam
acara-acara Ikatan Mahasiswa Komunikasi (IMIKI)
3. Launching Media, mengadakan acara launching perdana
dan seminar tentang media-watch dengan mengundang
Lembaga Kajian Media, KPID dan wartawan serta ketua-
ketua HMJ Komunikasi se Jateng dan DIY.
Rucker (1960) dalam Tested Newspaper Promotion menjelaskan
beberapa strategi promosi surat kabar. Menagcu pada buku
tersebut beberapa strategi pemasaran yang akan dilakukan antara
lain
4. Personal Selling, menawarkan secara langsung majalah
Kepel.Kom kepada mahasiswa, dosen dan alumni
komunikasi agar mau membeli bahkan berlangganan
majalah. Dengan ketentuan bagi hasil bagi penjual untuk
tiap eksemplar yang berhasil dijual.
5. mewajibkan seluruh pengurus KOMAKO untuk membeli
majalah Kepel.Kom
6. Bekerjasama dengan HMJ Komunikasi di unversitas lain
khususnya di KORWIL III yang meliputi DIY, Jateng.
Strategi distribusi agar majalah dapat dengan mudah dan cepat
sampai ditangan pembaca antara lain :
7. menggunakan tenaga penjualan dengan sistem bagi hasil
8. menitipkan pada koperasi mahasiswa, café yang sering
dikunjungi mahasiswa
9. Koordinasi dan kerjasama dengan anggota Ikatan
Mahasiswa Komunikasi
10. dikirim via pos bagi yang berlangganan dan tempatnya
jauh.
PERIKLANAN
Iklan merupakan saalah satu sumber utama pendapatan dari tiap
media. Begitu juga dengan majalah Kepel.Kom. ada 3 halaman
yang secara khusus disediakan bagi para pengiklan yaitu 2
halaman di sampul belakang dan 1 halaman belakang sampul
depan. Sedangkan untuk iklan-iklan dalam ukuran kecil, tidak
lebih dari setengah halaman akan di tempatkan di halaman isi.
Target iklan yang diharapkan masuk tentunya disesuaikan
dengan pembaca yaitu mahasiswa komunikasi. beberapa target
iklan tersebut antara lain :
Toko alat elektronik, kamera, handycam, komputer
Counter Handphone
Percetakan foto
STRUKTUR ORGANISASI
Bidang Umum
Penanggung Jawab, bertanggung jawab terhadap keseluruhan
jalannya organisasi penerbitan, menentukan kebijaksanaan
organisasi secara eksternal. Posisi ini dipegang oleh Ketua
KOMAKO
Pemimpin Umum, bertanggung jawab terhadap keseluruhan
jalannya organisasi penerbitan, menentukan kebijaksanaan
internal organisasi
Pemimpin Redaksi, Bertanggung jawab atas kebijakan dan
strategi redaksional sesuai dengan nilai dan ideologi perjuangan
organisasi. Secara keseluruhan bertanggung jawab terhadap
operasionalisasi majalah baik jalannya produksi maupun isi
majalah. Selain itu Pemimpin redaksi bertugas merencanakan,
mengkoordinasikan dan bertanggung jawab terhadap isi materi
majalah yang dibuat oleh staf redaksi
Pemimpin Perusahaan, bertanggung jawab terhadap kelancaran
jalannya manajemen media layaknya sebuah perusahaan diluar
bagian ke redaksionalan.
Dalam hal ini pemimpin umum merangkap sebagai pemimpin
redaksi.
Bidang Redaksional
Pemimpin redaksi membawahi redaktur pelaksana dan manajer
produksi
Redaktur Pelaksana, bertugas.
Staf redaksi bertugas mencari dan mengumpulkan materi berupa
berita, ilustrasi, foto.
Manajer Produksi
Bertugas merencanakan, mengkoordinir serta bertanggung jawa
atas kelancaran produksi majalah. Dimulai dari tahap setting, lay
out, reproduksi foto, plat hingga naik cetak
Manajer produksi membawahi 2 bidang yaitu :
Lay out dan artistik, mengerjakan sampul majalah, ilustrasi,
setting dan final artwork.
Finishing, mengerjakan sejak final artwork, pembuatan plat
hingga menjadi majalah.
Bidang Usaha
Pemimpin perusahaan membawahi 6 bidang kerja
1. Promosi dan Humas
2. Sirkulasi dan Distribusi
3. Periklanan
4. Keuangan
5. Personalia
6. Kerumahtanggaan
Dalam pelaksanaannya pembagian kerja belum bisa terpisah
satu sama lain. Karena keterbatasan sumber daya manusia
maupun dana tidak menutup kemungkinan satu orang
menjalankan beberapa tugas sekaligus.
Susunan personalia majalah Kepel.Kom
Penanggung Jawab : Ketua Komako
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Maulin Ni’am
Sekretaris umum : Lola Amaria
Redaktur Pelaksana : Zaki, Maharani, Tami
Staf Redaksi : Aji, watono, umar,
Fotografer : andi,
Pemimpin Perusahaan : Nagara
Kabag. Promosi dan Humas : flora
Kabag Iklan : Avi
Kabag
ESTIMASI DANA
A. Pemasukan
Penjualan majalah 900 eks. X Rp 3000 Rp 2.700.000
subsidi penerbitan perdana dari Komako Rp 400.000
Subsidi dari Jurusan Ilmu Komunikasi Rp 1.000.000
Iklan Rp 2.000.000
Donatur Rp 1.000.000
Total pemasukan Rp 7.100.000
B. Pengeluaran
Biaya Produksi
Biaya bahan dan cetak 1000 eks Rp 3.500.000
Biaya non produksi
Biaya reportase Rp 400.000
Biaya komunikasi Rp 500.000
Kesekretariatan Rp 250.000
Biaya promosi Rp 900.000
Peralatan Rp 100.000
Honor penulis Rp 1000.000
Total pengeluaran Rp 6. 850.000
PENUTUP
Demikian proposal penerbitan majalah Kepel.Kom ini kami
susun. Kami yakin tanpa dukungan dari semua pihak, rencana
mulia ini akan sulit terwujud. Besar harapan kami majalah ini
dapat terealisasikan sehingga bermanfaat bagi masa depan
generasi bangsa bangsa.
DAFTAR BACAAN
Rucker, Frank W. 1960. Tested Newspaper Promotion. Iowa:
Ames press.
Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu. 2000. Bagaimana
Mengelola Media Korporasi-Organisasi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Potter, W. James. 2001. Media Literacy. USA: Sage Publication.
Wardhana, Veven SP, 1997. Kapitalisme Televisi dan Strategi
Budaya Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
REF NEXT :