proposal levi

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Negara-negara yang sudah maju maupun di negara baru berkembang seperti Timor-Leste, kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi hal penting yang telah diatur dalam Undang-Undang ataupun aturan-aturan yang mengikat, seperti Undang-Undang dasar Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL) Tahun 2002, pasal 50 no 2 dan 4 mengatakan bahwa “pekerja memiliki hak atas keselamatan dan kebersihan dalam pekerjaan, hak atas bayaran, istirahat dan hak libur serta kerja paksa dilarang, kecuali sebagaimana ditetapkan dengan Undang-Undang hukuman penjara”. Pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan kerja, secara konsisten menjalankan aturan yang telah ditetapkan dengan penuh kesadaran sesuai dengan Undang- Undang yang berlaku. Sebaliknya di negara-negara berkambang, isu kesehatan dan keselamatan kerja nampaknya masih menjadi hal yang belum mendapatkan porsi perhatian yang maksimal. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu upaya mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri (APD). Alfarisi (2008) 1

Upload: rofinolopes

Post on 17-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proposal with the titlle APD

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Levi

BAB I

  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Di Negara-negara yang sudah maju maupun di negara baru berkembang seperti

Timor-Leste, kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi hal penting yang telah

diatur dalam Undang-Undang ataupun aturan-aturan yang mengikat, seperti

Undang-Undang dasar Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL) Tahun 2002, pasal

50 no 2 dan 4 mengatakan bahwa “pekerja memiliki hak atas keselamatan dan

kebersihan dalam pekerjaan, hak atas bayaran, istirahat dan hak libur serta kerja

paksa dilarang, kecuali sebagaimana ditetapkan dengan Undang-Undang hukuman

penjara”. Pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan kerja, secara konsisten

menjalankan aturan yang telah ditetapkan dengan penuh kesadaran sesuai dengan

Undang-Undang yang berlaku. Sebaliknya di negara-negara berkambang, isu

kesehatan dan keselamatan kerja nampaknya masih menjadi hal yang belum

mendapatkan porsi perhatian yang maksimal.

      Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu upaya mencegah

penyakit dan kecelakaan akibat kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri

(APD). Alfarisi (2008) menjelaskan bahwa untuk menjamin kesehatan dan

keselamatan kerja karyawan diperlukan juga Undang-Undang yang mengatur

tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti Undang-Undang Republik

Indonesia pasal 86 No 13 tahun 2003 dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan

kerja, moral, kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

1

Page 2: Proposal Levi

serta nilai-nilai Agama. Dengan menerapkan Undang-Undang tersebut kita bisah

berharap standar kesehatan dan kesalamatan kerja yang diharapkan para pekerja

akan terlindungi dari kemungkinan resiko kerja, baik yang disebabkan oleh

lingkungan kerja maupun kesehatan pekerja itu sendiri (human error). Pihak

perusahaan harus menjamin bahwa lingkungan kerja dan peralatan yang digunakan

aman. Oleh karena itu, menjadi kewajiban setiap perusahan untuk mengadakan

pelatihan kepada para calon karyawannya sebelum melakukan kegiatan atau

pekerjaan di perusahaan sesuai aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang

berlaku atau yang diterapkan dalam perusahaan tersebut.

  Karyawan sebagai aset yang berharga bagi perusahaan, maka perlindungan

terhadap tenaga kerja dari segala macam bahaya yang mungkin timbul, serta

menciptakan rasa aman dan nyaman bagi setiap tenaga kerja perlu mendapatkan

perhatian yang labih serius. Semua upaya ditunjukkan pada usaha kesehatan dan

kesalamatan bagi karyawan dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk

menjamin kualitas hidupnya karyawan atau pekerja di perusahaan, harus

dipekerjakan bersifat manusIawi, yang memungkinkan pekerja atau karyawan

berada dalam kondisi selamat dan sehat bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat

kerja serta penghasilannya dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak sehingga

tingkat kesejahteraannya dapat terpenuhi sesuai dengan harkat dan martabat

manusia.

News dan Blogs (2009) mengatakan bahwa Eksistensi K3 (kesehatan dan

keselamatan kerja) sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di

Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Perancis serta Revolusi di Amerika Serikat. Era

2

Page 3: Proposal Levi

ini di tandai dengan adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin-

mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan

sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam

jumlah bersifat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya.

Adanya revolusi industri namun di tandai dengan penggunaan mesin-mesin adalah

pengangguran serta resiko kecelakaan dalam lingkungan kerja, karena banyak

pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dan penempatan karyawan

tidak sesuai skil dan profesionalismenya. Hal-hal seperti ini yang akan menyebabkan

terjadinya cacat fisik, dan kematian bagi pekerja juga dapat menimbulkan kerugian

material yang besar bagi perusahan.

Untuk mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja harus dibedakan

antara usaha-usaha tentang keselamatan kerja dengan usaha pencegahan atas

penyakit akibat kerja yaitu bahwa keselamatan kerja menitikberatkan pada peralatan

dari perusahaan, sedangkan pencegahan penyakit akibat kerja ditunjukkan kepada

orang-orang yang bekerja diperusahaan. Disamping kecelakaan-kecelakaan itu

disebabkan karena kelelahan. Makin lama seseorang melakukan pekerjaan makin

berkurang prestasi kerjanya, dan semakin banyak bekerja maka makin cepat dan

baik tingkat keselamatan. kelelahan dapat menimbulkan efek buruk terhadap

jasmani dan rohani. Efek buruk terhadap jasmani sering disebut “Exhaustion“

sedangkan efek buruk terhadap rohani disebut “Neurastheni”

Pada dasarnya masalah tenaga kerja berkaitan dengan produktivitas tenaga

kerja itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan perhatian dan tanggung jawab dari

perusahaan yang bersangkutan untuk memeperhatikan dan memberikan jaminan

3

Page 4: Proposal Levi

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawan. Menurut Notoatmodjo

(2007:198) mengatakan bahwa dari aspek ekonomi dengan penyelenggaraan K3

(kesehatanan keselamatan kerja) sangat menguntungkan, karena tujuan akhir dari

K3 adalah untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin.

Notoatmodjo (2007:198) menambahkan bahwa kesehatan dan keselamatan

kerja (K3) berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para pekerja atau

karyawan dengan cara merencanakan, mendesain suatu alat yang dapat

mengurangi beban kerja, misalnya alat untuk mengangkat beban yang berat

diciptakan gerobak, untuk mempercepat pekerja tulis menulis diciptakan mesin ketik

atau komputer, untuk mengurangi beban hitung-menghitung diciptakan kalkulator

atau computer dan untuk mempercepat proses penggilingan batu harus ada mesin

penggilin batu. Untuk bisa mengantisipasi atau menciptakan keadaan seperti itu,

maka harus dibedakan antara usaha-usaha tentang kesehatan dan keselamatan

kerja menitikberatkan pada peralatan atau alat berat perusahaan, sedangkan

pencegahan penyakit akibat kerja ditujukan kepada orang-orang atau pekerja yang

bekerja dalam perusahaan. Di samping kecelakaan-kecelakaan itu disebabkan

karena persoalan teknis, sebagian kecelakaan disebabkan karena kelelahan. Makin

lama seseorang melakukan pekerjaan makin berkurang prestasi kerjanya dan

semakin banyak bekerja maka akan cepat tingkat kelelahan dari para pekerja atau

karyawan perusahan akhirnya bisa memberikan dampak terhadap tingkat

produktivitas dan pendapatan perusahan.

Hal inilah yang mendorong pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja

karyawan, untuk itu diperlukan hukuman atau sanksi dari pihak perusahaan kepada

4

Page 5: Proposal Levi

karyawan yang melanggar atau tidak mematuhi aturan-aturan kesehatan dan

keselamatan kerja yang telah di terapkan di dalam perusahaan. Penggunaan APD

sebagai tindakan kontrol tehadap bahaya-bahaya yang muncul di lingkungan kerja

karyawan serta mencegah, mengurangi bahkan meminimalkan resiko kecelakaan

kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak

biaya (cost) perusahan melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka

panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

Dengan lahirnya revolusi industri tersebut, maka harus diperlukan

manajemen perusahaan yang efektif agar bisa mencegah kecelakaan kerja yang

tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak

kondusif untuk mendukung kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, agar tidak

terjadinya hal-hal seperti itu diperlukan juga sebuah Undang-Undang yang bisa

mengatur tentang sikap perilaku karyawan serta tanggung jawab perusahaan

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karywan.

Kondisi perburuhan yang buruk dan angka kecelakaan yang tinggi telah

mendorong berbagai kalangan untuk berupaya meningkatkan perlindungan

kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu diantaranya perlindungan kesehatan

dan keselamatan kerja karyawan. Manusia bukan sekedar alat produksi harus

dilindungi keselamatannya. Sebagai akibatnya, perhatian terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan mulai meningkat ditangani sebagai bagian penting dalam

proses produksi.

5

Page 6: Proposal Levi

Untuk meminimalkan kerugian, lebih baik melakukan tindakan pencegahan

(preventive) dari pada melakukan tindakan perbaikan setelah terjadi kecelakaan

(incident maupun accident). Apa artinya kita kerja keras jika tidak menjadi sehat tapi

celaka. Justru kita kerja keras memenuhi kebutuhan hidup sehingga kita menjadi

sejahtera. Oleh karena itu, diperlukan perhatian dari semua pihak yang bertanggung

jawab terhadap kesehatan keselamatan kerja karyawan.

AUTO VISION sebagai salah satu perusahaan terbesar di Timor-Leste yang

bergerak di bidang konstruksi sipil (bangunan) dan membuka lapangan kerja bagi

masyarakat kecil serta mendukung pemerintah untuk mengurangi angka

pengangguran di Timor-Leste. Untuk menjamin kelansungan hidup perusahaan dan

meningkatnya produktivitas kerja karyawan dan frekuensi peningkatan pendapatan

perusahaan, maka harus ada pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang manfaat pengunaan alat pelindung diri (APD) dan harus

memberikan jaminan kesehatan serta keselamatan kerja bagi karyawan.

Denga penjelasan di atas yang mendorong penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di perusahan Auto Vision Aimutin, Dili di tempat bangunan tembok yang

berlokasi di usindo I Fatumeta Dili untuk mengetahui tinjauan penggunaan Alat

Pelindung Diri terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah ”Tinjauan Penggunaan Alat

Pelindung Diri Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan Autu

6

Page 7: Proposal Levi

Vision Aimutin, Dili yang Bekerja pada Bangunan Tembok di Usindo I

Fatumeta, Dlili.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melihat secara real pengunaan Alat Pelindung Diri Terhadap

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan Perusahan Auto Vision Aimutin,

Dili.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengetahuan karyawan tentang penggunaan alat

pelindung diri.

Untuk mengetahui perilaku karyawan tentang penggunaan alat pelindung

diri.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (strata satu)

Kesehatan Masyarakat serta menambah pengetahuan dan daya berpikir

penulis dalam melakukan penelitian ilmiah yang bersifat akademik.

2. Bagi Perusahan

Sebagai bahan informasi bagi perusahan dalam rangka menjamin kesehatan

dan keselamatan kerja karyawan serta meningkatkan pengetahuan karyawan

atau pekerja tentang manfaat penggunaan Alat Pelindung Diri.

7

Page 8: Proposal Levi

3. Bagi Kalangan Akademik

Sebagai sumbangan referensi bagi teman-teman mahasiswa yang ingin

mengadakan penelitian lebih lanjut dengan masalah yang berbeda dan

obyek penelitian yang sama demi kesehatan dan keselamatan kerja

karyawan atau tenaga kerja.

1.5 Ruang Lingkup

Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh penulis, seperti

keterbatasan waktu, kurangnya buku referensi, biaya maka penulis hanya menulis

tentang ”Tinjauan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Karyawan Bangunan Tembok di Usindo I Fatumeta, Dili.

8

Page 9: Proposal Levi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Dasar Teori

Berdasarkan penulisan judul dan latar belakang pada BAB sebelumnya, maka

dalam BAB ini penulis akan mengambil teori-teori yang relevan dengan pembahasan

penulisan ini. Relevansi teoritis dalam melihat ”pengaruh alat pelindung diri terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja karyawan perusahan Auto Vision, Aimutin, Dili

pada tempat bangunan tebok di Usindo I Fatumeta, Dili. Penulis mengutip beberapa

teori dan pendapat para ahli sebagai berikut:

2.1.1 Kesehatan Kerja.

Menurut Laziale (2010), mengatakan bahwa kesehatan kerja hal yang

sangat penting didalam dunia kerja khususnya dunia industri yang bergerak

dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami betapa pentingnya

kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini memiliki

kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun dikarenakan

aturan perusahan yang meminta untuk menjaga hal-hal tersebut dalam rangka

meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahan.

Namun, seberapa penting kah perusahan wajib menjalankan prinsip

kesehatan kerja di lingkungan perusahannya? Patut diketahui pula bahwa ide

tentang kesehatan telah ada sejak dua puluh (20) tahun yang lalu, namun

sehingga saat ini, masih ada pekerja dan perusahan yang belum memahami

korelasi antara kesehatan dan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak

9

Page 10: Proposal Levi

mengetahui eksistensi aturan tersebut, sehingga para pengusaha tidak

mementingkan kesehatan para pekerja atau karyawan menjadikan hal tersebut

menjadi hal yang mahal dan dapat mengganggu proses pekerjaan.

Laziale (2010) menjelaskan bahwa dari penjelasan di atas maka pemerintah

Republik Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang

kesehatan kerja, yaitu:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

3. Mencegah mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Memberi alat-alat perlindungan diri (APD) para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik,

psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

10

Page 11: Proposal Levi

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengankutan orang, binatang, tanaman

atau barang.

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan

penyimpanan barang.

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dari Undang-Undang yang dibuat tersebut, maka para pekerja dapat bekerja

dengan tenang dan dapat menaikkan pendapatan tenaga kerja atau karyawan agar

ia bekerja tanpa harus memikirkan bagaimana membayar biaya pengobatan apabila

pekerja tersebut sakit karena kesehatan mereka sudah dijamin oleh Undang-

Undang.

Notoatmodjo (2007:198) mengatakan bahwa kesehatan kerja ialah pencegahan

kecelakaan akibat kerja. Di samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat sekitar

perusahaan, kesehatan kerja juga pun mengupayakan agar perusahan tersebut

dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh limbah atau

produk perusahaan tersebut. Sedangkan upaya promotif berpedoman bahwa

dengan meningkatnya kesehatan kerja, akan menigkatkan juga produktivitas kerja.

Oleh sebab itu, upaya pokok kesehatan kerja yang kedua adalah promosi

11

Page 12: Proposal Levi

(peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam rangka peningkatan

produktivitas kerja.

Seperti halnya pada kesehatan masyarakat, meskipun fokus kegiatannya pada

preventif dan promotif, tetapi tidak meninggalkan sama sekali upaya-upaya kuratif.

Dalam kesehatan kerja juga tidak meninggalkan pelayanan dasar (primary care). Hal

ini berarti kesehatan kerja dalam suatu perusahaan, meskipun upaya pokoknya

pencegahan penyakit dan kecelakaan kerja, serta promosi kesehatan kerja, namun

perlu dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit atau

kecelakaan yang terjadi para pekerja atau keluarganya. Keluarga pekerja memang

bukan secara langsung menjadi aggota masyarakat pekerja, namun peranan

keluarga (istri atau suami) sangat penting dalam mencegah penyakit dan kecelakaan

kerja serta peningkatan kesehatan pekerja.

Menurut Russeng (2010) ilmu kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu

kesehatan masyarakat yang secara khusus mempelajari secara luas dan mendalam

mengenai permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi

kesehatan masyarakat dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan.

Kesehatan bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

baik fisik, mental, dan ssosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan

perusahan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap

penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang

tidak aman. Kesehatan ini merupakan terjemahan dari (Occpatinonal Health) yang

cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah

12

Page 13: Proposal Levi

kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti

usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian faktor

manusia terhadap pekerjaannya, dan sebagainya. Secara implisit Russeng (2010)

memberikan rumusan atau batasan ini bahwa hakikat kesehatan kerja mencakup

dua hal, yakni:

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya. Tenaga kerja disini mencakup antara lain: buruh atau karyawan,

petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non formal, pegawai negeri, dan

sebagainya.

2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada

meningkatnya efisiensi dan produktivitas.

Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan ke dalam bentuk operasional, maka

tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

2. Pemiliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta

kenikmatan kerja.

5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahan terhindar dari bahaya-

bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahan tersebut.

6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.

13

Page 14: Proposal Levi

Oleh karena itu, tujuan dari kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja

yang sehat dan produktif.

Sumakmur (1988) yang dikutip oleh Neutron (2009) berpendapat bahwa

kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta

prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja dapat

memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun

sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau

gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan kerja sama

dengan hygiene perusahaan.

Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:

a. Sasarannya adalah manusia.

b. Bersifat medis.

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi mental, dan

sosial sesorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan atau

melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan

pekerjaannya.

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap

sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan

kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama di bidang kesehatan

lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta

pemiliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

14

Page 15: Proposal Levi

Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981) yang di kutip oleh Nasution

(2004:2), ditentukan oleh empat (4) faktor yakni:

1. Lingkungan: lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik atau anorganik,

logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial

budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku: sikap, kebiasaan, tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan

kecacatatan, rehabilitasi dan

4. Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Dengan demikian status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi

produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil

kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu

kesehatannya.

2.1.2 Keselamatan Kerja.

Menurut dokumen Teknosehat under occupational health and safety

(2008) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan, tempat kerja, dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja,

merupakan sarana utama untuk pencegahan kerugian; cacat dan kematian

sebagai kecelakaan kerja, kebakaran, dan ledakan.

Selain itu dokumen Teknosehat Under Occupational Health and Safety

(2008) memberikan penjelasan mengenai sasaran dan peranan dari

keselamatan kerja, sebagai berikut:

15

Page 16: Proposal Levi

Sasaran keselamatan kerja:

1. Tempat kerja: darat, udara, dalam tanah, permukaan air, dalam air.

2. Mencakup: proses produksi dan distribusi (barang dan jasa)

Peranan keselamatan kerja:

1. Aspek teknis: upaya preventif untuk mencegah timbulnya resiko kerja.

2. Aspek hukum: sebagai perlindungan bagi tenaga kerja (TK) dan orang

lain di tempat kerja.

3. Aspek ekonomi: untuk efisiensi.

4. Aspek sosial: menjamin kelansungan kerja dan penghasilan bagi

kehidupan yang layak.

5. Aspek kultural: mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang disiplin,

tertib, cermat, kreatif, inovatif, dan penuh tanggung jawab.

Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan

orang lain yang berada di tempat kerja, terjadinya kecelakaan kerja,

peledakan, penyakit akibat kerja, dampak negatif terhadap keluarga korban,

perusahaan, teman kerja, pemerintah dan masyarakat.

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya.

Kecelakaan dapat dicegah atau dikurangi dengan menghilangkan atau

mengurangi penyebabnya. Kerugian kecelakaan kerja (5K): kerusakan,

kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian.

Penyebab dasar kecelakaan kerja:

1. Faktor manusia: kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologi,

Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, Stres,serta motivasi yang salah.

16

Page 17: Proposal Levi

2. Faktor lingkungan, Kepemimpinan atau pengawasan kurang, Peralatan

dan bahan kurang, Perawatan peralatan yang kurang, standar kerja

kurang, peralatan dan bahan kurang

Menurut Sumakmur (1993) yang dikutip oleh Neutron (2009)

mengatakan bahwa, keselamatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:

1. Sasarannya adalah lingkungan kerja.

2. Bersifat teknik

Keselamatan kerja (Occupational Safety) menurut Alfarisi (2008)

dalam istilah sehari-hari disebut dengan safety saja, secara filosofi

diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan

dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya serta budaya dan keahliannya

tenaga kerja.

Dari segi keilmuan keselamatan kerja diartikan sebagai suatu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengertian kecelakaan

kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak

diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda,

atau kerugian terhadap proses.

17

Page 18: Proposal Levi

Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada

kualitas, kmpetensi dan profesinalisme sumberdaya manusia termasuk

praktisi kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha

diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah

dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang

harus dibina sebaik-baiknya adalah implementasi kesehatan dan

keselamatan kerja dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam

dunia kerja.

Pengertian hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan

insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah near-miss

atau near-accident, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak

diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan

mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau

kerugian terhadap proses kerja.

Sumakmur (1993) yang dikutip oleh Neutron (2009) menjelaskan

bahwa ada tiga aspek utama hukum kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma

keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh

kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Konsep ini diharapkan mampu meminimalka kecelakaan kerja

sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja,

kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja.

18

Page 19: Proposal Levi

Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan

masyarakat sekitar tempat kerja. Norma keselamatan kerja diharapkan

menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat

kesehatan kerja setiggi-tigginya.

Bagiono (2005:2) berpendapat bahwa sebagian besar orang masih

kwatir dan bertanya-tanya dengan keselamatan kerja. Namun kita ketahui

dan percaya bahwa seorang karyawan dan teman sekerjanya merupakan

aset yang paling berharga bagi setiap organisasi atau perusahaan.

Harapan organisasi harus selalu terfokus pada bagaimana mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, agar semua karyawan

melaksanakan aktivitasnya berjalan dengan baik, maka setiap karyawan

harus waspada dalam kondisi kesehatan yang baik pula. Selanjutnya

Bagiono (2005:2) menuturkan bahwa untuk menjaga organisasi bebas

dari bahaya kecelakaan membutuhkan perhatian dan kewaspadaan yang

terus menerus. Salah satu upaya penyelamatan juga tergantung pada

unjuk kerja setiap karyawan. Kecelakaan itu sangat mudah terjadi,

sehingga para praktisi berpendapat bahwa hanya memerlukan satu

orang karyawan untuk menimbulkan kecelakaan. Jadi, untuk mencegah

kecelakaan diperlukan kerja sama tim yang baik dari setiap anggota itu

sendiri.

19

Page 20: Proposal Levi

2.1.3 Kecelakaan kerja

Menurut Notoatmodjo (2007: 218) mengatakan bahwa terjadinya

kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama seperti telah diuraikan

di atas, yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecalakaan

kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah

kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja.

Sumakmur (1989) yang di kutip oleh Notoatmodjo (2007: 218) membuat

batasan bahwa kecelakan kerja adalah suatu kerja yang berkaitan dengan

hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja di sini bahwa

kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakan akibat kerja lain ini

mencakup dua permasalahan pokok, yakni:

1. Kecelakaan akibat langsung pekerjaan.

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini

diperluaskan lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja

yang terjadi pada saat perjalanan atau transporte ke dan dari tempat kerja.

Dengan kata lain kecalakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam

perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan

pekerjaannya juga termasuk kecalakaan kerja. Peyebabkan kecelakaan kerja

pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:

1. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi

keselamataan, misalnya: karena kecelakan, kecerobohan, ngantuk,

20

Page 21: Proposal Levi

kelelahan, dan sebagianya. Menurut hasil penilitian yang ada, 85% dari

kecelakaan yang terjadi disebabkan karena faktor manusia.

2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau ’unsafety

condition’, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin yang

terbuka, dan sebagainya.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007:219) kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan

berdasarkan empat (4) macam penggolongan, yakni:

1. Klasifikasi menurut jenis Kecelakaan: terjatuh, tertimpa benda, tertumbuk

atau terkena benda-benda, terjepit oleh benda-benda, gerakan-gerakan

melebihi kemampuan, pengaruh suhu tinggi, terkena arus listrik, kontak

bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2. Klasifikasi menurut penyebab: mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga

listrik, mesin penggergajian kayu, alat angkut, alat angkut darat, udara,

dan alat angkut air. Peralatan lain, misalnya: dapur pembakar dan

pemanasan, instalasi pendingin, alat listrik, dan sebagainya. Bahan-

bahan, zat-zat, dan radiasi, misalnya: bahan peledak, gas, zat-zat kimia,

dan sebagainya. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan,

dan di bawah tanah) serta penyebab lain yang belum termasuk yang

tersebut di atas.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan: Patah tulang, dislokasi

(keseleo), regang otot (urat), memar dan luka dalam serta amputasi,

21

Page 22: Proposal Levi

luka dipermukaan, gegar dan remuk, luka bakar, keracunan- keracunan

mendadak, pengaruh radiasi, dan lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh: Kepala, leher,

badan, anggota atas, anggota bawah, banyak tempat, letak lain

yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena pada kenyataannya

kecelakaan akibat kerja bisanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak faktor.

Menurut Isfany (2010) membagikan penyebab kecelakaan menjadi dua

penyebab dasar yaitu:

1. Penyebab langsung (immediate causes)

Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang

biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dua

kelompok:

2. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu perbuatan bahaya

dari manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:

mesin, peralatan, bahan, lingkungan, proses pekerjaan, sifat pekerjaan, cara

kerja

3. Penyebab dasar (basic causes).

Penyebab dasar (basic causes) terdiri dari dua faktor yaitu:

1. Faktor manusia (personal factor): kurang kemampuan fisik, mental dan

psiologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan skill, stres,

motivasi yang tidak cukup atau salah.

22

Page 23: Proposal Levi

2. Faktor kerja atau lingkungan kerja (job work enviroment factor)

Faktor fisik yaitu: kebisingan, radiasi penerangan, iklim dan lain-

lain.

Faktor kimia yaitu: debu, uap, logam, asap, gas, dan

seterusnya.

Faktor biologi yaitu: bakteri, virus, parasit, serangga.

Ergonomi dan psikososial.

Menurut Olailani (2008) untuk mencegah gangguan daya kerja, ada

beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan

mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk

mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan

barunya, baik secara fisik maupun mental.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala atau ulangan, yaitu untuk mengevaluasikan

apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada

para buruh secara berlanjut agar mereka tetap waspada dalam menjalankan

pekerjaannya.

4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat

kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuanya agar mereka mentaatinya.

5. Penggunaan pakaian pelindung.

23

Page 24: Proposal Levi

6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakannya, misalnya:

proses pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang

sangat bising.

7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan atau gas sisa dapat

dihisap dan dialirkan keluar.

8. Subsitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang

berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang

kerja sesuai dengan kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumber daya lingkungan

kerja konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu

produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi

harus memeperhatikan segi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan,

seperti memastikan bahwa pekerja dalam kondisi kerja aman dan sehat.

2.1.4 Alat Pelindung Diri

Menurut Occupational Safety And Health Administration/OSHA (2008), Alat

Pelindung Diri (personal protective equipment) didefenisikan sebagai alat yang

digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh

adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik bersifat kimia,

biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya paling akhir. Artinya,

sebelum memutuskan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD), metode-

metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar

24

Page 25: Proposal Levi

bahaya bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Di dalam dokumen OSHA

(Occupational Safety And Health Administration) juga menyebutkan hirarki

pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai

berikut:

1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.

2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.

3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan

pekerja.

4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan

menerapkan instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk

mengurangi paparan terhadap bahaya.

5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya

dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).

OSHA (Occupational Safety And Health Administration),

mengklasifikasikan alat pelindung diri (APD) berdasarkan target organ

tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya, seperti:

1. Mata, sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu

katalis powder, proyektil, gas, uap, dan radiasi.

APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.

2. Telinga, sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari

58 db (desible).

APD: ear plug,ear muff, canal caps.

25

Page 26: Proposal Levi

3. Kepala, sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda

keras, rambut terlitit benda berputar.

APD: helmet, bump caps.

4. Pernapasan, sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen

(oxygen defiency).

APD: respirator, breathing, apparatus.

5. Tubuh, sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan

bahan kimia, atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor,

penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.

APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, fully body suit, jacket.

6. Tangan san lengan, sumber bahaya, temperatur ekstrim, benda

tajam, tertinpa benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit.

APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.

7. Kaki, sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda

jatuh, cipratan bahan kimia, dan logam air, aberasi.

APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Sebelumnya memutuskan jenis alat pelindung diri yang kita gunakan, lakukan

terlebih dahulu hazard dentification (identifikasi bahaya) dan risk assessment atau

penilaian resiko dari suatu pekerjaan, proses atau activitas. Tinjau ulang setiap

aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisah kita identifikasi.jangan

memutuskan hanya berdasarkan perkiraan.

Alat Pelindung Diri yang digunakan oleh tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan, menurut Occupational Safety and Health Administration/OSHA (2008)

26

Page 27: Proposal Levi

alat pelindung tersebut adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan

orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:

Safety helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa

mengenai secara langsung.

Sabuk keselamatan (safety belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika

menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,

pesawa, alat berat, dan lain-lain).

Sepatu pelindung (safety shoes), berfungsi sebagai sepatu biasa, tapi dari

bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat, befungsi untuk

mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam

atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

Sarung tangan, befungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di

tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan

bentuk sarung tangan disesuaikn dengan masing-masing fungsi pekerjaan.

Tali pengaman (safety harness), berfungsi sebagai pengaman bekerja di

ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8

meter.

Penutup telingga (ear plug / ear muff), berfungsi sebagai pelindung telinga

pada saat bekerja di tempat yang bising.

27

Page 28: Proposal Levi

Kaca mata pengaman (safety glasses), berfungsi sebagai pelindung mata

bekerja (misalnya mengelas).

Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat

bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misalnya berdebu, beracun,

dan sebagainya).

Pelindung wajah (face shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari

percikan benda asing saat bekerja? (misalnya pekerjaan menggerinda).

Jas hujang (rain coat), berfungsi sebagai melindungi dari percikan air saat

bekerja (misalnya bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua alat pelindung diri (APD) harus digunakan seabagaimana mestinya,

gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja

(K3L”kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan”).

2.1.5 Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut Bagyono (2005:5), mengatakan bahwa pada prinsipnya, ruang

lingkup kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja (K3) mencakup dua (2) aspek,

antara lain:

1. Pekerja

Para pekerja atau karyawan di suatu organisasi atau perusahaan harus

dijaga dengan baik kesehatannya. Hal tersebut sangat penting untuk

meningkatkan produktivitas atau kinerjanya sehingga memperoleh tenaga-

tenaga yang produktif dan profesional. Produktivitas dan profesionalisme

yang meningkat pada gilirannya akan membantu perusahaan dalam

mencapai tujuannya.

28

Page 29: Proposal Levi

Bagyono (2005:5) juga menjelaskan usaha-usaha kesehatan,

keselamatan dan keamanan kerja (K3), yaitu:

1. Mengadakan seleksi dari calon pegawai.

2. Pemeriksaan kesehatan secara rutin terhadap para pegawai.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan mengusahakan suasana, serta cara

hidup para  pekerja seoptimal mungkin.

4. Imunisasi berkala terhadap penyakit-penyakit khusus.

Tugas dan tanggung jawab pekerjaan:

1. Mempelajari dan melaksanakan aturan dan instruksi keselamat

kerja.

2. Memberikan contoh cara kerja yang aman kepada pekerja

baru atau yang kurang pengalaman.

3. Menunjukkan kesiapan dan minat untuk mempelajari dan

melatih diri terhadap kerja yang aman.

4. Melakukan secara sungguh-sungguh terhadap keselamatan

kerja pada setiap tugas atau  pekerjaannya.

2. Pekerjaan

Pekerjaan dapat diselesaikan jika terdapat pekerja. Namun para pekerja

juga tidak banyak berarti pekerjaan yang diaksanakan tidak diperlakukan

sesuai dengan aturan atau prosedur yang telah ditetapkan.

Upaya-upaya untuk mengurangi resiko dalam hal pekerjaan, antara lain:

Mengadakan perubahan dalam kerja yang salah, misalnya

pemakaian alat kerja yang tidak sesuai harus diganti secepatnya.

29

Page 30: Proposal Levi

Mencegah terjadinya penularan atau pelajaran dari faktor-faktor

yang membahayakan, misalnya tindakan pencegahan harus dilakukan

terhadap para pekerja yang bekerja dalam  ruangan yang terdapat gas

beracun atau berdebu atau tindakan peringatan terhadap jenis

pekerjaan yang melelahkan.

Diberlakukannya tindakan atau aturan ketat untuk melindungi para

pekerja terhadap  penggunaan alat-alat yang membahayakan,

misalnya  menggunakan pakaian sesuai  dengan pekerjaan yang

dilakukan dan juga melarang seseorang melakukan pekerjaan yang

bukan menjadi keahliannya.

Pencahayaan atau penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaan

yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan

cenderung rumit harus diberikan penerangan yang lebih. Hal ini

dimaksudkan:

1. Untuk mencegah dan menghilangkan terjadinya kecelakaan.

2. Untuk menjaga mutu pekerjaan.

3. Untuk tidak menurunkan produktivitas.

4. Untuk tidak merusak mata.

Mengadakan latihan-latihan terhadap para pekerja di dalam bidang

khusus. Setiap     jenis pekerjaan mempunyai sifat-sifat dan cara-cara

sendiri. Sifat dan cara-cara ini  harus dikenal serta dipelajari oleh para

pekerja dengan tujuan:

30

Page 31: Proposal Levi

1. Untuk mencegah timbulnya kecelakaan-kecelakaan sebagai

akibat kuran   mengetahui sifat dan cara bekerja.

2. Menambah pengetahuan pekerja, sesuai bidangnya masing-

masing.

3. Tempat bekerja.

Menurut Rachman (1990) yang di kutip oleh Anshul dan

Videos (2010), menjelaskan ruang lingkup kesehatan dan

keelamatan kerja sebagai berikut:

Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat

kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai

tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.

Aspek perlindungan dalam HYPERKES (hygiene perusahaan

dan kesehatan) meliputi:

1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian.

2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan.

3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi maupun

sosial.

4. Proses produksi.

5. Karakteristik dan sifat pekerjaan.

6. Teknologi dan metodologi kerja.

Penerapan hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak

perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri

barang maupun jasa.

31

Page 32: Proposal Levi

Semua pihak yang terlibat dalam proes industri atau perusahan

ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

2.2 Kerangka konsep

Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah

penelitian yang telah dirumuskan, maka dikembangkan suatu ”kerangka konsep

penelitian”. Menurut Notoatmodjo (2010:83), yang dimaksud kerangka konsep

penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel

yang lain dari masalah yang diteliti.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan

suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara

langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus

dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari konsep itulah konsep dapat diamati dan

diukur.

Dari uraian di atas maka gambaran umum mengenai kerangka konsep

penelitian tentang pengaruh alat pelindung diri terhadap kesehatan dan keselamatan

kerja karyawan dapat dilihat pada skema berikut ini:

Bagan: 1Kerangka konsep penelitian

Tinjauan Pengunaan Alat Pelindung Diri (APD).

(X)

Kesehatan dan Keselamatan

Kerja Karyawan (K3).

(Y)

32

Page 33: Proposal Levi

Keterangan: X adalah variabel bebas

Y adalah variabel terikat

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep (variabel-variabel)

yang akan diamati berdasarkan bagan diatas yaitu: tinjauan pengunaan alat

pelindung diri sebagai variabel independen (independent variable) dan kesehatan

dan keselamatan kerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent variable).

Sekaligus penelitian ini akan membuktikan pengaruh dari kedua variabel tersebut

yaitu: variabel bebas (alat pelindung diri) terhadap variabel terikat (kesehatan dan

keselamatan kerja karyawan).

2.3 Defenisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati

atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau ”defenisi

oprasional”. Menurut Notoatmodjo ((2010:85) mengatakan bahwa defenisi

operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumen (alat ukur). Selanjutnya Efendi (1989:150) menjelaskan bahwa defenisi

operasional adalah mendiskripsikan suatu variabel penelitian sedemikian rupa

sehingga bersifat spesifik dan terukur dan juga untuk membatasi ruang lingkup

variabel-variabel yang telah diamati dan diteliti. Untuk itu, peneliti ingin membatasi

ruang lingkup pada variabel-variabel di atas berdasarkan defenisi operasionalnya,

sebagai berikut:

33

Page 34: Proposal Levi

1. Alat pelindung diri

Alat Pelindung Diri (personal protective equipment) didefenisikan sebagai alat

yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik

bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.

2. Kesehatan dan keselamatan kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan instrumen yang

memproteksipekerja, perusahaan lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hka asasi

yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. Kesehatan dan keselamatan kerja

bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan meminimalkan resiko kecelakaan

kerja (zero accident).

34

Page 35: Proposal Levi

2.4. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Indikator Hasil ukur Skala

1. Alat

Pelindung

Diri (APD)

Alat yang digunakan

untuk melindungi

pekerja dari luka atau

penyakit yang

diakibatkan oleh

adanya kontak

dengan bahaya

(hazards) di tempat

kerja, baik bersifat

kimia, biologis, radiasi,

fisik, elektrik, mekanik,

dan lainnya.

Kuesioner Penggunaan

alat

pelindung diri,

seperti: helm,

masker, kaca

mata, sarung

tangan, botas,

dan alat

pelindung

badan.

<55% (tidak

setuju), 56-

75%

(setuju),

76-100%

(sangat

setuju)

Ordinal

2. Kesehata

n dan

Keselamat

an Kerja

(K3)

Instrumen yang

memproteksi

pekerja, perusahan

lingkungan hidup, dan

masyarakat sekitar

dari bahaya akibat

kecelakaan kerja.

Perlindungan tersebut

merupakan hak asasi

yang wajib dipenuhi

oleh perusahan.

Kesehatan dan

keselamatan kerja.

Kuesioner mencegah,

mengurangi,

bahkan

meminimalka

n resiko

kecelakaan

kerja (zero

accident) di

tempat kerja.

<55% (tidak

setuju), 56-

75%

(setuju),

76-100%

(sangat

setuju)

Ordinal l

BAB III

35

Page 36: Proposal Levi

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian

tentang tinjauan pengunaan alat pelindung diri terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja karyawan Auto Vision Aimutin, Dili, khusunya tenaga kerja

bangunan tembok di Usindo I Fatumeta, Dili yaitu Survei Deskriptif dengan

pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau

resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan dalam waktu

yang bersamaan. Menurut Notoatmodjo (2010:35) mengatakan bahwa survei

deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk

melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di suatu populasi

tertentu. Metode penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan atau analisis data, membuat

kesimpulan dan laporan.

3.2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif.

Mennurut Bogdan dan Tylor (1990) yang dikutip oleh Zuriah (2006:91) menjelaskan

bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari oran-orang dan perilaku yang

diamati dan Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif) adalah

penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer.

Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir

36

Page 37: Proposal Levi

yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut

selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data

untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi

yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh

pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian

historis atau deskriptif.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian, Usindo I Fatumeta berhapan dengan Clinik Cito Hudilaran.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Notoatmodjo (2010:115) mengatakan bahwa populasi penelitian adalah

keseluruha objek yang diteliti atau (universe). Dalam penelitian ini yang dijadikan

populasi adalah semua karyawan yang bekerja di tempat bangunan tembok di

Usindo Fatumeta, Dili yaitu lima (5) orang tenaga kerja.

3.4.2 Sampel

Notoatmodjo (2002:79) dikutip oleh Belo (2008:35) menjelaskan bahwa objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian disebut sampel.

Tetapi dalam penelitian ini peneliti mengambil semua populasi yang diteliti

dijadikan sebagai sampel penelitian, karena jumlah populasi yang diteliti yaitu lima

(5) orang tenaga kerja.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

37

Page 38: Proposal Levi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penggumpulan data dengan cara

membagi kuesioner sesuai dengan sampel dan kemudian melakukan wawancara

tidak terstruktur untuk menkonfirmasi beberapa data yang dianggap tidak jelas dan

sekaligus melakukan observasi (partisipatif) secara langsung pada lokasi penelitian.

Setelah kuesioner selesai diisi maka data tersebut direkapitulasi pada format data

dan kemudian diolah secara deskriptif.

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam menjalangkan penelitian ini, alat bantu yang digunakan oleh peneliti

dalam poses penelitian, seperti: angket (kuesioner), pensil, dan 1 camera digital.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ordinal dan nominal

yang yang didapat dari rekapitulasi kuesioner pada format data dasar yang

dianalisa dalam bentuk presentasi (analisis kualitatif) yaitu setiap jawaban

responden dalam bentuk presentasi yang digunakan dalam tabel berdasarkan

distribusi jawaban. Arikunto (1998:120) yang dikutip oleh Baptista (2008:23)

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif yaitu data yang digunakan dengan kata-

kata atau kalimat-kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan, tetapi kadang-kadang sudah sampai ke presentasi kemudian

ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif.

Kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif seperti:

1. Tidak setuju (<55%)

38

Page 39: Proposal Levi

2. Setuju (56-75%)

3. Sangat setuju (76-100%)

Sebaiknya data kualitatif yang ada sering kali dikualifikasikan, diangkakan

sekedar untuk mempermudah penggabungan dua atau lebih variabel setelah

mendapat hasil akhir maka dikualifikasikan kembali. Oleh karena itu, maka peneliti

menggunakan Rumus yang dikutip oleh Aikunto (1998:120), sebagai berikut:

Keterangan:

N = nilai akhir

SP = skor yang di dapat

SM = skor tertinggi maksimum

3.8 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini mendapat rekomendasi dari Pembantu Dekan I (PD I)

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPAZ. Setelah disetujui oleh pembimbing I dan II.

Kemudian permintaan secara tertulis ke Manager Perusahan AUTOVISION Aimutin

Dili.

Kemudian penelitian akan dilakukan dengan perhatikan masalah etika antara

lain sbb :

1. (Informed Consent) saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti

meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi

responden.

N = SM X100% SP

39

Page 40: Proposal Levi

2. Anonymity (tanpa nama) pada lembaran persetujuan maupun lembar

pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya

memberi symbol saja.

3. Confidentiality (kerahasiaan) pembenaran informasi oleh responden dan

semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi, dan tidak akan di

sebarluaskan kepada orang lain tanpa seizing responden.

40

Page 41: Proposal Levi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum dan Letak Geografis

Perusahan AUTO VISION, UNIPESSOAL, Lda didirikan pada tanggal 23 Maret

Tahun 2009 dengan tenaga kerja 13 orang adalah tenaga kerja pribumi. Perusahan

ini didirikan oleh orang Timor-Leste tersendiri dengan modal milik pribadi. Perusahan

AUTO VISION, UNIPESSOAL,Lda berdiri untuk melayani masyarakat dan membuka

lapangan kerja bagi masyarakat pada umumnya khususnya bagi yang berminat.

Pelayanan yang diberikan terdiri dari 2 sektor yaitu: sektor publik dan sektor pribadi

yang menjadi pelangan bagi perusahan untuk memberikan pelayanan yang

bervariasi sesuai harga yang ditetapkan.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yant diingingkan, maka pihak

perusahan harus berusaha semaksimal mungkin untuk mempersiapkan suatu

prosedur operasional yang baik, efisien untuk memperbaiki mutu kerja karyawan

atau tenaga kerja, menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan tetrtib agar

karyawan dapat bekerja seefktif mungkin.

Perusahan AUTO VISION, UNIPESSOAL,Lda bukan saja bergerak di bidang

bangunan tetapi juga bergerak juga di bagian Otomotif (bengkel).

Keadaan lingkungan: luas wilayah dengan panjang 77m, lebar 72m 50c,

ketinggian tembok 4m 40c dengan lamanya waktu pekerjaan 2 bulan (Juli-Agustus).

tembok ini di ini dibangun oleh lima (5) orang tenaga kerja.

41

Page 42: Proposal Levi

Letak Geografis:

Seselah Utara : Berbatasan dengan Aimuti Hudilaran

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Usindo I Fatumeta

Sebelah Timur : Berbatasan dengan RUDAL SDSB

Sebelah Barat : Aimutin Aimetilaran.

Selama penelitian berjalan, peneliti melihat bahwa pihak perusahan punya

tanggung jawab penuh terhadap proyek bangunan tembok tersebut, bukan itu saja

tetapi juga menyediakan tempat tinggal bagi tenaga kerja atau karyawan yang

bekerja pada bangunan tembok.

4.2 Data Demografi

Masalah pengetahuan dan pemahaman di pengaruhi oleh tingkat pendidikan

seseorang, selain itu juga masalah pengetahuan dan pemahaman tergantung pada

perilaku dan sikap seseorang yang memiliki kepribadiannya tersendiri. Oleh karena

itu, maka berikutnya peneliti menjelaskan tingkat pendidikan tenaga kerja pada

bangunan tembok di Usindo I Fatumeta, berdasarkan hasil penelitian yang

ada,seperti pada tabel berikut ini:

No. Nomor Responden Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Status

1. 01 Laki-laki SD Keluarga

2. 02 Laki-laki SD Keluarga

3.

03

Laki-laki SD Keluarga

4. 04 Laki-laki SD Keluarga

5. 05 Laki-laki SD Keluarga

Sumber data: hasil interview dengan responde, Tahun 2011

42

Page 43: Proposal Levi

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 orang tenaga kerja pada bangunan

tembok di Usindo I Fatumeta, Aimutin Dili, menunjukkan bahwa dengan tingkat

pendidikan yang rendah tetapi para tenaga kerja tahu tentang manfaat pengunaan

alat pelindung diri (APD).

4.3 Analisa Data dan Pembahasan

4.3.1 Analisa Data

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama dua minggu dari

tanggal 25 Juli hingga 5 Agustus Tahun 2011 oleh tenaga kerja atau karyawan

yang dijadikan sebagai sampel atau responden dalam penelitian ini. Jumlah

responden 5 orang yang bekerja pada banggunan tembok di Usindo I Fatumeta

Dili. Berikut ini peneliti akan menjelaskan hasil dari penelitian berdasarkan

jawaban yang diberikan oleh responden sesuai kuesioner yang ada. Untuk lebih

jelas lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3.1.1

Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan perusahan AUTO VISION pada

bangunan tembok di Usindo I Fatumeta.

No

.

Jawaban Responden Jumlah Responden Presentase (%)

1. Sangat setuju 5 100 %

2. Setuju 0 0 %

3. Tidak setuju 0 0 %

Total 5 100%

Sumber: data dari responden berdasarkan jawaban yang diberikan, Tahun 2011

43

Page 44: Proposal Levi

Masalah kesehatan dan keselamatan karyawan sangat penting bagi tenaga

kerja pada bagian bangunan. Oleh karena itu, pada tabel 4.3.1.1 di atas

menunjukkan bahwa jumlah 5 orang reasponden memilih jawaban sangat setuju

dengan tingkat presentase 100%, sedangkan untuk jawaban setuju dan tidak setuju

adalah 0 responden dengan tingkat presentase 0%.

Tabel 4.3.1.2

Kesehatan kerja karyawan di lingkungan kerja perusahan AUTO VISION pada

bangunan tembok di Usindo I Fatumeta.

No

.

Jawaban Responden Jumlah Responden Presentase (%)

1. Sangat setuju 5 100 %

2. Setuju 0 0 %

3. Tidak setuju 0 0 %

Total 5 100%

Sumber: data dari responden berdasarkan jawaban yang diberikan, Tahun 2011

Masalah kesehatan kerja karyawan di lingkungan kerja sangat penting dan

perlu tanggung jawab oleh pihak yang berkompeten. Untuk itu, Pada tabel 4.3.1.2 di

atas menunjukkan bahwa jumlah 5 orang responden memilih jawaban sangat setuju

dengan tingkat presentase 100%, sedangkan untuk jawaban setuju dan tidak setuju

adalah 0 responden dengan tingkat presentase 0%.

44

Page 45: Proposal Levi

Tabel 4.3.1.3

Keselamatan kerja sebagai sarana utama untuk pencegahan kerugian bagi

tenaga kerja Perusahan AUTO VISION pada bangunan di Usnido I Fatumeta.

No

.

Jawaban Responden Jumlah Responden Presentase (%)

1. Sangat setuju 5 100 %

2. Setuju 0 0 %

3. Tidak setuju 0 %

Total 5 100%

Sumber: data dari responden berdasarkan jawaban yang diberikan, Tahun 2011

Masalah keselamatan kerja karyawan sangat penting bagi tenaga dan

masyarakat di sekitar perusahan, karena sasaran utama keselamatan kerja adalah

lingkungan kerja dan bersifat teknik. Oleh karena itu, pada tabel 4.3.1.3 di atas

menunjukkan bahwa jumlah 5 orang responden memilih jawaban sangat setuju

dengan tingkat presentase 100%, sedangkan untuk jawaban setuju dan tidak setuju

adalah 0 responden dengan tingkat presentase 0%.

Tabel 4.3.1.4

Pentingnya pengunaan alat pelindung diri tenaga kerja perusahan AUTO

VISION pada bangunan tembok di Usindo I Fatumeta.

No

.

Jawaban Responden Jumlah Responden Presentase (%)

1. Sangat setuju 5 100 %

2. Setuju 0 0 %

3. Tidak setuju 0 0 %

45

Page 46: Proposal Levi

Total 5 100%

Sumber: data dari responden berdasarkan jawaban yang diberikan, Tahun 2011

Pengunaan alat pelindung diri (APD) sangat penting bagi tenaga kerja,

karena untuk menghindari adanya kontak antara tenaga kejrha dengan bahaya

(hazards) di lingkungan kerja. Oleh karena itu, pada tabel 4.3.1.4 di atas

menunjukkan bahwa jumlah 5 orang responden memilih jawaban sangat setuju

dengan tingkat presentase 100%, sedangkan untuk jawaban setuju dan tidak setuju

adalah 0 responden dengan tingkat presentase 0%.

4.2.2 Pembahasan Hasil

Proses berjalannya penelitian:

1. Pengumpulan data

2. Analisa data atau tabulasi data

3. Pembahasa atau interpretasi data.

Setelah peneliti melakukan penelitian dan analisa data, maka berikut ini peneliti ingin

menjelaskan atau menginterpretasi hasil dari penelitian ini.

Tabel 4.3.1.1 tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan bahwa

kesehatan dan keselatan kerja karyawan (K3) merupakan salah satu upaya

mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dengan menggunakan alat

pelindung diri.

Berdasarkan tabel 4.3.1.1 di atas menunjukkan bahwa dari total tenaga kerja

5 orang sangat beresiko terkena bahaya dari lingkungan kerja karena tidak dapat

menggunakan alat perlindungan diri, maka kesehatan dan keselamatan tenaga kerja

tidak akan terjamin. Dari 5 orang tenaga kerja yang ada semuanya menjawab

46

Page 47: Proposal Levi

sangat setuju dengan tingkat presentase 100%. Jawaban yang diberikan oleh

responden ini sangat baik, karena mereka tahu bahwa penguanaan alat pelindung

diri (APD) itu sangat baik, karena menjamin kesehatan dan keselamatan kerja

karyawan, tetapi masalahnya, karena alat pelindung (APD) tersebut tidak disediakan

oleh pihak perusahan, maka responden merasa bahwa hal tersebut sangat bahaya

bagi mereka, sedangkan untuk kategori setuju dan sangat tidak setuju dengan nilai

presentase 0%.

Jadi bagi pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat

melakukan pekerjaan atau sebelum, akan mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan kerja karyawan atau tenaga kerja.

Tabel 4.3.1.2 pengetahuan responden tentang kesehatan kerja karyawan

dilingkungan kerja.

Berdasarkan tabel 4.3.1.2 di atas menunjukkan bahwa dari 5 orang tenaga

kerja yang bekerja pada bagian bangunan tembok di Uindo I Fatumeta Surikmas

menjelaskan bahwa kesehatan kerja di lingkungan kerja sangat penting bagi tenaga

kerja karyawan, tetapi hal tersebut tudak dapat diimplementasikan oleh pihak

perusahaan, maka kesehatan kerja tenaga kerja tidak akan terjamin. Jawaban yang

diberikan oleh responden adalah sangat setuju dengan presentase nilai 100%,

sedangkan untuk kaegoti setuju, tidak setuju dengan persentase nilai 0%.

Jadi kesehatan kerja karyawan terjamin karena idak menggunakan alat

pelindung diri pada saat atau sebelum melakukan pekerjaan.

Tabel 4.3.1.3 persepsi responden tentang keselamatan kerja untu

pencegahan kerugian; cacat, dan kematian sebagai kecelakaan kerja.

47

Page 48: Proposal Levi

Berdasarkan tabel 4.3.1.3 di atas menguraikan hasil dari 5 orang responden

berdasarkan jawaban responden dengan presentase nilai sangat setuju dengan nilai

100%. Hasil ini mejelaskan bahwa keselamatan kerja sangat penting bagi tenaga

kerja di lingkungan kerja, tetapi yang menjadi ganjalan bagi tenaga kerja adalah

tidak menggunakan alat pelindung diri, sehingga akan memberikan resiko bagi

keselamatan tenaga kerja di lingkungan kerja, sedangkan untuk kategori setuju dan

sangat tidak setuju dengan presentase nilai 100%.

Jadi pengunaan alat pelindung diri sangat penting bagi keselamatan kerja karyawan

pada saat berada di lingkungan kerja, selain itu keselamatan kerja pun sangat

penting juga bagi masyarakat disekitar lingkungan kerja.

Tabel 4.3.1.4 pengetahuan responden tentang alat pelindung diri (APD).

Apakah alat pelindung diri dapat menjamin kesehatan keselamatan kerja karyawan?.

Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dari jawaban responden menunjukkan bahwa

untuk pernyataan sangat setuju dengan presentase nilai 100%, dari hasil ini kita

melihat bahwa para tenaga kerja memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang

manfaat penguaan alat pelindung diri, tetapi masalah yang ada tidak disediakan oleh

pihak yang bertanggung jawab, sedangkan untuk kategori setuju dan sangat tidak

setuju dengan presentase nilai 0%.

Jadi peneliti melihat bahwa sangat bahaya bagi tenaga kerja yang tidak

menggunakan alat pelindung diri, karena akan berpengaruh terhadap efektifitas

kerja karyawan, karena mudah terkena bahaya di lingkungan kerja.

48

Page 49: Proposal Levi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan di atas, maka penulis dapat

simpulkan bahwa mayoritas tenaga kerja AUTO VISION pada bangunan tembok di

Usindo I Fatumeta punya pengetahuan dan pemahaman tentang masalah kesehata

dan keselamatan kerja (K3), tetapi yang menjadi masalah bagi tenaga kerja adalah

alat pelindung diri tidak disediakan oleh pihak perusahaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesempulan diatas, maka peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Perusahan

1. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus tetap dipertahankan

bahkan ditingkatkan. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan kedua program tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap

produktivitas.

2. Mengefektifkan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan

yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja yang lebih baik,

maka kekuatan perusahaan yang terletak pada sumber daya manusianya

harus lebih diprioritaskan, yang dimulai dari pengadaaan tenaga kerja,

49

Page 50: Proposal Levi

peningkatan sumber daya manusia, sampai kepada perhatian aspek

kesehatan, baik yang bersifat fisik maupun psikologis karyawan itu sendiri.

3. Untuk Meningkatkan out put yang dihasilkan oleh perusahaan

maka produktivitas perlu ditingkatkan dengan mempekerjakan tenaga kerja

yang benar-benar trampil dan berkualitas kerena hal ini dapat

mengurangi terjadinya kecelakaan selama bekerja, maka pihak perusahan

harus menyediakan alat perlindungan diri bagi karyawa atau tenaga kerja.

4. Pihak manajemen perusahan agar lebih memperhatikan dan melakukan

pengadaan alat-alat pelindung diri (APD) agar keselamatan dan kesehatan

karyawan lebih terjamin.

5.2.2 Bagi Pemerintah

Pemerintah melalui Sekretaris Negara Urusan Tenaga Kerja harus membentuk

salah satu tim monitoring terhadap pengunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh

tenaga kerja di perusahan nasional maupun internasional, agar bisah

menjamin kesehatan dan keselatan (K3) kerja karyawan pada saat melakukan

pekerjaan.

5.2.3 Bagi Tenaga Kerja

Diharapkan para pekerja harus memperhtikan kesehatan dan

keselamatannya dengan menggunakan alat pelindung diri pada saat atau

sebelum melakukan pekerjaan.

Dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa kesehatan dan keselamatan

kerja (K3) ini sangat penting bagi kita semua bukan saja tenaga kerja, karena

kita semua sebagai calon tenaga kerja. Untuk itu dengan adanya

50

Page 51: Proposal Levi

pembelajaran ini kita menjadi semakin tahu bahwa begitu banyaknya manfaat

yang bisa kita dapatkan darisini, oleh Karen aitu mari kita pelajari K3 ini

sebagai pedoman kita untuk dimasa yang akan datang.

51

Page 52: Proposal Levi

DAFTAR PUSTAKA

Anshul and Videos. F (2011), Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan

dan Keselamatan Kerja, http://masteropik.blogspot.com. Last Accessed

27/05/2011

Alfarisi K. I, (2008), Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Indonesia saat ini,

http://www.wikimu.com, Last Accessed 27/05/2011

Belo A. (2008), Skripsi, UNPAZ, Dili, Timor-Leste.

Baptista M. J. (2008), Skripsi, UNPAZ, Dili, Timor-Leste.

Isfany (2010), Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja,

http://tuloe.wordpress.com, Last Accessed 5/06/2011

Laziale A. (2010), Keselamatan Kerja, http://ariz-laziale.blogspot.com.

Newtron T. (2009), Ruang Lingkup Kesehatan Dan Keselamatan Kerja,

http://masteropik.blogspot.com, Last Accessed 5/06/2011

News. M. J. (2009), Kesehatan Dan Keselamatan Perkantoran http://albelp

rasetyo.blogspot.com, Last Accessed 12/06/2011

Notoatmodjo. S (2007), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta,

Indonesia.

Notoatmodjo. S (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,

Jakarta, Indonesia.

52

Page 53: Proposal Levi

Notoatmodjo. S (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,

Jakarta, Indonesia.

Tenosehat Under Occupational Health And Safety, (2008), Keselamatan Kerja,

http://hiperkes.wordpress.com, Last Accessed 14/06/2011

OSHA (Occupational Safethy Health Administration), (2008), Mengenal Jenis

Alat Pelindung Diri, http://www.pc3news.com, Last Accessed

6/07/2011

Olailani (2008), Usaha-Usaha Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja,

http://id.shvoong.com, Last Accessed 6/07/2011

Riedley Jhon (2006), Kesehatan dan Keselamatan Kerja, edisi ke tiga, Erlangga,

Jakarta, Indonesia.

Ramli Soehatman (2010), System Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, edisi pertama, Dian Rakyat, Jakarta, Indonesia.

Wittens S. and Nagtegaal S. (2011), makalah keselamatan kerja,

http://emperodeva.wordpress.com, Last Accessed 6/07/2011

53