proposal fadli

38
1 RENCANA PENELITIAN Judul Penelitian : Formulasi Stabil Gel Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia) Nama Mahasiswa : Achmad Zufadli NIM : F.120.50 Pembimbing : Muhammad Farid Hasyim, S.Si, M.Si. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi krim, gel, dan busa yang kaku. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Pelekatan ini disebabkan oleh sifat rheologis plastik sediaan ini, yang memungkinkan sediaan semi padat tersebut tetap bentuknya dan melekat sebagai lapisan tipis sampai ada suatu tindakan, yaitu dengan

Upload: fadli-archie

Post on 04-Jan-2016

60 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Proposal KTI

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Fadli

1

RENCANA PENELITIAN

Judul Penelitian : Formulasi Stabil Gel Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia)

Nama Mahasiswa : Achmad Zufadli

NIM : F.120.50

Pembimbing : Muhammad Farid Hasyim, S.Si, M.Si.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi krim, gel, dan busa

yang kaku. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat

pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau

dihilangkan. Pelekatan ini disebabkan oleh sifat rheologis plastik sediaan ini, yang

memungkinkan sediaan semi padat tersebut tetap bentuknya dan melekat sebagai

lapisan tipis sampai ada suatu tindakan, yaitu dengan sesuatu kekuatan dari luar, yang

mengakibatkan bentuk sediaan semi padat ini akan rusak bentuknya dan mengalir

(Lachman, 2008).

Gel adalah sistem semipadat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu

matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam dan gom sintesis) yang tingkat

ikatan silang fisiknya yang tinggi telah dibicarakan. Polimer-polimer yang biasa

Page 2: Proposal Fadli

2

digunakan untuk membuat gel – gel farmasetik meliputi gom alam tragacanth,

pektin, carragen, agar, asam alginat, serta bahan – bahan sintesis dan semisintesis

seperti metil-selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan Carbopol yang

merupakan polimer vinil sintesis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat

dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan

sifat mengembang dari gel.Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang

jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat – zat aktif dalam keadaan terlarut.

(Lachman,2008)

Gel disukai karena kandungan airnya cukup besar, sehingga nyaman dan

terasa dingin pada kulit, mudah dioleskan, tidak berminyak, mudah dicuci, lebih

jernih, elegan, elastis, daya lekat tinggi namun tidak menyumbat pori, serta pelepasan

obatnya baik. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem semi padat yang terdiri dari

suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik kecil atau molekul organik

besar yang dapat meresap cairan.

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis , Heartleaf maderavine, madevine,

Deng san chi) adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran

tinggi dan mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam

penyakit ringan maupun berat. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia tetapi baru

akhir-akhir ini saja menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami

untuk menyembuhkan atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.

Page 3: Proposal Fadli

3

Daun binahong diketahui mengandung triterpenoid, steroid, glikosida,

dan terbukti mengandung asam ursolat yang berkhasiat sebagai wound healing

(Astuti dkk, 2011; Yuliani, 2012).

Gel yang akan dibuat adalah gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-

molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari

fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik

menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya

tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah

untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik

umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan

pengawet (Voigt, 1994).

Berdasarkan hal diatas maka peneliti ingin membuat formulasi gel stabil dari

ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) dengan konsentrasi 4% dan membuat

formulasinya dengan variasi konsentrasi corbomer yang berbeda .

Page 4: Proposal Fadli

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul permasalahan:

1. Apakah ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) dengan

konsentrasi 4% dapat menghasilkan gel yang stabil ?

2. Dengan variasi carbopol (karbomer) manakah yang menghasilkan

gel yang stabil untuk bahan aktif ekstrak daun binahong (Anredera

cordiflia) ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk membuat formulasi Gel dari Ekstrak Daun Binahong yang stabil.

2. Untuk mengetahui variasi carbopol (karbomer) yang stabil serta baik

digunakan sebagai basis gel.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Sebagai acuan untuk membuat formulasi gel stabil dari ekstrak daun

binahong

2. Sebagai tugas akhir sebagai Mahasiswa Akademi Farmasi Sandi Karsa

Makassar dalam meraih gelar Ahli Madya Farmasi.

Page 5: Proposal Fadli

5

3. Sebagai uji lanjutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TANAMAN

1. Morfologi Tumbuhan

Berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai

panjang +/- 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak, silindris,

saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang

membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan

dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun

berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 – 7

cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi

rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai

panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah

lima helai

Page 6: Proposal Fadli

6

tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 - 1 cm, berbau harum. Perbanyaan

Generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara

vegetative melalui akar rimpangnya

1.1 Sistematika Tumbuhan

Nama Latin tanaman binahong adalah Basella rubra Linn. Tanaman ini

mudah tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Tumbuh baik pada kondisi

setengah teduh atau teduh. Jadi tidak perlu terkena sinar matahari berlebihan.

Mengingat tanaman binahong tumbuhnya merambat, tentu saja kita harus

menyiapkan rambatannya. Sarana rambatan (ajir) bisa bermacam-macam mulai

dari lurus tegak hingga dibuat bertali-tali. Sekarang ini mulai banyak yang

menanam, disamping sebagai tanaman obat, juga tanaman hias daun.

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Famili : Basellaceae

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

1.2 Nama Daerah

Binahong, dengan nama Latin Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, yang juga

memiliki beberapa nama daerah lain seperti – Binahong, gandoa (sunda), gendola

(bali), lembayung (minangkabau), uci-uci (jawa), kandula (madura), tatabuwe

(sulawesi utara). (Bargumono, 2013)

Page 7: Proposal Fadli

7

1.3 Kandungan Kimia

Kandungan yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah

antimikroba. Antimikroba pada daun binahong sangat reaktif terhadap beberapa

kuman penyebab infeksi pada luka bakar maupun luka karena terkena benda

tajam. Manfaat daun binahong untuk kesehatan ini, karena dalam daun binahong

mengandung asam askorbat yang mampu meningkatkan daya tahan ubuh

terhadap infeksi dan mempercepat penyembuhan. Selain itu juga mengandung

senyawa saponin, alkaloid dan polifenol. (Sri Mulyaningsih).

1.4 Indikasi

Khasiat Daun Binahong

Daun binahong merupakan tanaman yang mempunyai jenis sangat berkhasiat

untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Untuk penggunaannya dapat dimasak

dengan segelas air dan dapat juga diminum dengan ampasnya (mudahnya lagi

dapat dijus atau diblender). Khasiat dari daun ini dapat digunakan sebagai obat

herbal yang luar biasa mujarab ampuh.

Daun ini dapat digunakan untuk pengobatan luar, dengan cara menumbuk

daun dan batang hingga halus kemudian oleskan pada bagian yang sakit. Dari

bahan tadi dapat menyembuhkan memar karena terpukul atau jatuh, rematik,

terkena api (panas), pegal linu, menghaluskan kulit, nyeri urat. Beberapa

penyakit yang dapat disembuhkan dengan daun binahong:

1) Kategori Penyakit Berat

Page 8: Proposal Fadli

8

a. Penyakit batuk/muntah darah, yaitu ambil 10 lembar daun untuk

diminum setiap hari

b. Paru-paru/bolong, yaitu dengan mengambil 10 lembar daun untuk direbus

kemudian diminum setiap hari.

c. Sesak napas, yaitu ambil 7 lembar daun diminum setiap hari.

d. Penyakit kencing manis, yaitu ambil 11 lembar daun dan diminum setiap

hari.

e. Borok akut pengobatannya dengan 12 lembar daun diminum setiap hari.

f. Patah tulang dengan 10 - 20 lembar daun yang diminum setiap hari.

g. Darah rendah dengan 8 lembar daun diminum setiap hari. Radang ginjal,

ambil 7 lembar daun diminum setiap hari.

h. Gatal-gatal/eksim kulit dengan 10 - 15 daun diminum setiap hari.

i. Gegar otak ringan/berat, yaitu dengan 10 lembar daun diminum setiap

hari.

2) Kategori Penyakit Ringan

a. Buang air besar/disentri diobati dengan 10 lembar daun diminum setiap

hari.

b. Ambeien berdarah pengobatan dengan 16 lembar daun diminum setiap

hari.

c. Habis bedah/operasi dengan 20 lembar daun diminum setiap hari.

d. Jerawat diobati dengan 8 lembar daun diminum setiap hari.

e. Usus bengkak, yaitu dengan 3 lembar daun diminum setiap hari.

Page 9: Proposal Fadli

9

f. Kecelakaan pengobatan dengan 10 lembar daun diminum setiap hari.

Kurang nafsu makan dengan mengonsumsi 5 lembar daun yang diminum

setiap hari. (Bargumono, 2013)

B. URAIAN EKSTRAKSI

Ekstrasi adalah kegiatan penarikan kandungan senyawa kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Beberapa

metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: (Depkes, 2000).

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut dengan pengadukan pada temperatur kamar.

Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut

maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan

seterusnya disebut remaserasi.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu

baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada

temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan,

tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh

perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

3. Refluks

Page 10: Proposal Fadli

10

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat

pada temperatur titik didihnya (± 250o C), selama waktu tertentu dan

jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

4. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50⁰C.

5. Sokhletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin baik.

6. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air

pada temperatur 90⁰C selama 15 menit.

7. Dekok

Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90⁰C selama 30 menit. (Ditjen POM,1989)

C. GEL

Page 11: Proposal Fadli

11

1. Uraian Gel

Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil

yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium

Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif

besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma

Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat

jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu

sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket. Jika

massanya banyak mengandung air, gel itu disebut jelly.

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama

dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul

makro yang terdispersi dan cairan. (Ditjen POM, 1995).

2. Sifat Gel

Gel memiliki sifat yang khas:

a. Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi

larutan yang menyebabkan terjadinya pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut

dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna jika terjadi ikatan silang

antara polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan

komponen gel berkurang.

Page 12: Proposal Fadli

12

b. Sineresis, yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa

gel. Cairan yang terjerat akan ke luar dan akan berada di atas permukaan

gel. Pada saat pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis sehingga

terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi

berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat

terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran sel akan

mengakibatkan karakter antar matriks berubah, sehingga memungkinkan

cairan bergerak menuju permukaan, sinerisis dapat terjadi pada hidrogel

maupun organogel.

c. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan

mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam

tergantung dari komponen pembentuk gel (Lieberman, 1997).

Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk

gel. Bentuk struktur gel antara lain struktur kumparan acak, heliks, batang, dan

bangunan kartu. Sediaan farmasi umumnya menggunakan gel dengan struktur

kumparan acak yang terbentuk dengan mekanisme interaksi antar polimer.

Pembentukan gel sangat tergantung dari konsentrasi polimer dan afinitas pelarut

terhadap polimer (Lieberman, 1997).

Ada tiga macam sifat pelarut dalam struktur gel, yaitu: pelarut yang bebas

terperangkap di dalam struktur tiga dimensi gel. Berdasarkan ketiga sifat pelarut

tersebut di atas, maka pembentukan gel tergantung dari konsentrasi polimer dan

Page 13: Proposal Fadli

13

aktivitas pelarut terhadap polimer. Pelarut yang biasa digunakan untuk gel adalah air

(hidrogel) dan pelarut organic (organogel). Xerogel adalah basis gel yang padat

dengan kandungan komponen pembentuk gel dalam pelarut dengan jumlah minimum

yang diperoleh dengan menguapkan pelarutnya (Lieberman, 1997).

3. Keunggulan Gel

Keunggulan gel pada formulasi:

a. Waktu kontak lama

Kulit mempunyai barrier yang cukup tebal, sehingga dibutuhkan waktu

yang cukup lama untuk zat aktif dapat berpenetrasi.

b. Kadar air dalam gel tinggi

Jumlah air yang banyak dalam gel akan menghidrasi stratum corneum

sehingga terjadi perubahan permeabilitas stratum corneum menjadi lebih

permeabel terhadap zat aktif yang dapat meningkatkan penetrasi zat

aktif.

c. Resiko timbulnya peradangan ditekan

Kandungan air yang banyak pada gel dapat mengurangi resiko

peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya lipida pada pori-pori,

karena lipida tersebut merupakan makanan bakteri jerawat (Lieberman,

1997).

D. FORMULASI GEL

Dalam membuat formulasi suatu sediaan gel yang baik perlu diperhatikan

adalah kesesuaian sifat bahan-bahan yang dipilih, yaitu:

Page 14: Proposal Fadli

14

1. Gelling agent yang dipilih harus bersifat inert, aman, tidak bereaksi dengan

komponen lain dalam formulasi

2. Penggunaan polisakarida memerlukan pengawet (rentan terhadap mikroba)

3. Viskositas sediaan harus tepat, mudah digunakan

4. Konsentrasi polimer sebagai gelling agent harus tepat (antisipasi sineresis)

5. Inkopamtibilitas terjadi antara obat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet,

dan surfaktan bersifat anionik (inaktivasi/pengendapan bahan kationik).

6. Penampilan gel, perlu diperhatikan apakah gel transparan atau berbentuk suspensi

partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak

membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.

7. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan

viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.

8. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan

dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis

(air mengambang diatas permukaan gel)

9. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar

pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

Suatu gel terdiri dari bahan aktif, gelling agent dan zat tambahan. Profil

dari bahan-bahan yang digunakan dalam formula gel ini adalah sebagai berikut

a. Propilen glikol

Rumus molekul : C3H8O2

Page 15: Proposal Fadli

15

Cairan bening, tidak berwarna, kental dan agak manis.

Propilenglikol pada penggunaan topikal berfungsi sebagai humektan.

Propilenglokol secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol,

gliserin atau air. Dapat bercampur dengan etanol dan air.

Konsentrasi yang digunakan sebagai peningkat penetrasi 1-10%

b. Metil Paraben

Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih

dari 101,0 % C8H8O. Digunakan sebagai zat tambahan, zat

pengawet. Kelarutan: larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air

mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton;

mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida; larut

dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak

nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Ditjen POM,

1979: 378). Penggunaan metilparaben antara 0,02-0,3 % (Rowe et.al,

2003).

c. Aquadest

Rumus molekul : H2O

Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara

penyulingan, pertukaran ion osmosis terbalik atau murni digunakan

dalam sedian-sedian yang membutuhkan air terkecuali untuk

parenteral aquades tidak dapat digunakan. (Farmakope Ed IV).

d. Carbopol 940 P (Carboksipolimetilen)

Page 16: Proposal Fadli

16

Nama lain carbopol adalah acritamer, acrylic acid polymer,

carbomer. Dengan rumus molekul (C3H4O2)n. untuk jenis carbopol

940 mempunyai berat molekul monomer sekitar 72 gr/mol dan

carbopol ini terdiri dari 1450 monomer. Carbopol merupakan salah

satu jenis gelling agent digunakan sebagian besar di dalam cairan

atau sediaan formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi sebagai

agent pensuspensi atau agent penambah kekentalan. Digunakan pada

formulasi krim, gel dan salep dan kemungkinan digunakan dalam

sediaan obat mata dan sediaan topikal lain. Carbopol bersifat stabil

dan higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat

mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas.

Carbopol mempunyai viskositas antara 40.000 – 60.000 cP

digunakan sebagai bahan pengental yang baik memiliki viscositasnya

tinggi, menghasilkan gel yang bening. Carbopol digunakan untuk

bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1- 0,5%B, bahan pembentuk

gel pada konsentrasi 0,5-2,0%B, bahan pensuspensi pada konsentrasi

0.5–1.0 % dan bahan perekat sediaan tablet pada konsentrasi 5 – 10

% (Rowe, et. al., 2003). Dalam medium berair, polimer seperti

carbopol 940 ini yang dipasarkan dalam bentuk asam bebas, mula

mula terdispersi secara seragam. Setelah tidak ada udara yang

terjebak, gel dinetralkan dengan basa yang cocok. Muatan negative

pada sepanjang rantai polimer menyebabkan polimer tersebut

Page 17: Proposal Fadli

17

menjadi terurai dan mengembang. Dalam sistem berair, basa

sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium

hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat dapat digunakan.

pH dapat diatur pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak oleh

netralisasi yang tidak cukup atau nilai pH yang berlebih. Amina

tertentu seperti TEA biasanya digunakan dalam produk kosmetik

(Libermann,1996). Carbopol 940 akan mengembang jika

didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti TEA

(trietanolamin) atau diisopropilamin untuk membentuk suatu sediaan

semipadat (Lachman, et.al.,1989 dalam Puryanto,2009).

e. TEA (Trietanolamina)

Trietanolamina (TEA) merupakan struktur trietanolamina,

dietanolamina monoettanolamina. Mengandung tidak kurang dari

99,0% dan tidak lebih 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai

trietanolamina. TEA berupa cairan kental, tidak mewarna hingga

kuning pucat,bau mirip amoniak,higroskopik,mudah larut dalam air

dan etanol (95%)P, larut dalam klorofom (Depkes RI, 1979).

TEA bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal

dan ester, dengan asam lemah yang lebih tinggi, tea membentuk

garam dalam air mempunyai karakteristik sabun, berubah warna dan

Page 18: Proposal Fadli

18

presipitasi dapat terjadi dengan adanya logam berat. Memiliki pH 8

trietanolamina di digunakan sebagai elmugator 2-4% (Rowe R et

al,2009).

f. Etanol

Etanol dengan konsentrasi 94,9 – 96,0 v/v di gunakan sebagai

pelarut,berbentuk cairan yang tidak bewarna, jernih,mudah

menguap,mudah bergerak, bau khas, rasa pedas, mudah terbakar

dengan memberikan warna biru yang tidak berasap, sangat mudah

larut dalam air, kloroform dan eter (Depkes RI,1979).

E. EVALUASI KESTABILAN SEDIAAN GEL

Evaluasi kesetabilan gel bertujuan untuk mengetahui kestabilan sebelum dan

sesudah penyimpanan, evaluasi ini meliputi uji homogenitas, uji kemampuan

proteksi, pengujian pH dan uji daya sebar (Banker, 1979).

1. Uji Organoleptis

Merupakan parameter fisik untuk mengetahui kesetabilan gel dengan

mengamati perubahan bentuk, bau, dan warna.

2. Uji Homogenitas

Page 19: Proposal Fadli

19

Uji homogenitas adalah menentukan ada atau tidak nya partikel kasar

yang terdapat dalam sediaan, adanya penggumpalan pada sediaan akan

berpengaruh pada zat aktif yang diserap.

3. Uji Kemampuan Proteksi

Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel dalam menghalangi

adanya zat berpengaruh dalam kestabilan gel.

4. Pengujian pH

Pengujian ini di lakukan untuk mengetahui nilai pH dalam gel supaya

tidak berbahaya saat di gunakan.

5. Uji Daya Sebar

Pengujian yang bertujuan melihat kemampuan daya sebar yang

menggambarkan kemampuaan menyebar saat gel dioleskan pada kulit.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Waktu penelitian ini akan di lakukan pada bulan Juni 2015 di

laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar dan

Page 20: Proposal Fadli

20

laboratorium Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar ( Pusat Kegiatan

Penelitian).

C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat-alat yang digunakan antara lain, alat-alat gelas, alat maserasi,

mortir dan alu, viskometer (Brookfield®), termometer, timbangan analitik

(Mettler Toledo®), penangas air, homogenaizer (WiseStir®), climatic

chamber (MMM CLIMACE®), Ph meter (HANA® ).

Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia), aquadest, metil paraben, etanol 96%,

karbopol, trietanolamin, propilenglikol.

D. PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN SAMPEL

Sampel daun binahong (Anredera cordifolia) diperolah dari desa Camba,

kabupaten Maros. Daun Binahong dicuci, bertujuan untuk membersikan

sampel dari sisa-sisa tanah/kotoran yang masih melekat dan memisahkannya

dengan bagian tumbuhan yang tidak diinginkan. Dilakukan proses

pengeringan, hal ini bertujuan untuk memperoleh simplisia yang dapat

disimpan lebih lama. Setelah proses pengeringan, dilakukan proses ekstraksi

dengan metode maserasi hingga menghasilkan ekstrak.

E. RANCANGAN FORMULA

BAHANFORMULASI

I II III

Page 21: Proposal Fadli

21

Ekstrak Daun Binahong

4% 4% 4%

Karbopol 940 0,5% 1,25% 2%

TEA 0,5% 1% 2%

Metil Paraben0.2% 0,2% 0,2%

Propilenglikol10% 10% 10%

Air suling 100 100 100

F. CARA PEMBUATAN FORMULA

Cara pembuatan gel yaitu carbopol di masukkan kedalam air panas, biarkan

selama beberapa menit hingga mengembang, lalu diaduk hingga terbentuk massa

gel dan ditambahkan metil paraben. Ekstrak daun binahong dilarutkan dalam

propilenglikol hingga larut sempurna, kemudian dicampurkan kedalam basis gel

dan di aduk hingga homogen. Terakhir ditambahkan trietanolamin lalu diaduk

dengan pengaduk elektrik hingga homogen.

G. PENGUJIAN FORMULA

Setiap jenis evaluasi dilakukan sebelum dan setelah kondisi penyimpanan

dipercepat yaitu penyimpanan pada suhu 5o C dan 35o C secara bergantian setiap 48

jam (1 siklus) selama 10 siklus.

Pemeriksaan organoleptis

Page 22: Proposal Fadli

22

Pemeriksaan organoleptis meliputi pengamatan kejernihan, warna dan bau.

Gel yang stabil harus menunjukkan karakter yang sama berupa warna, bau dan

kejernihan yang sama setelah penyimpanan dipercepat.

Homogenitas

Sediaan gel yang dihasilkan dioleskan pada sekeping kaca kemudian diamati

apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang

stabil harus menunjukkan susunan yang homogen baik sebelum maupun setelah

penyimpanan dipercepat.

Pengukuran viskositas

Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield, spindel no 6

dengan kecepatan 50 putaran per menit (rpm).

Sineresis

Uji sineresis dilakukan dengan mengamati apakah terbentuk lapisan cairan di

permukaan gel setelah penyimpanan dipercepat. Gel yang stabil tidak boleh

menunjukkan sineresis.

Pengukuran pH

Pengukuran pH dari formula yang dibuat dengan cara mencelupkan kertas pH

universal ke dalam gel setelah tercelup dengan sempurna, pH universal tersebut

dilihat perubahan warnanya dengan menggunakan standar pH universal.

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Page 23: Proposal Fadli

23

Data dari hasil evaluasi kestabilan gel dikumpulkan, ditabulasi, dan dianalisis

statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat; Jakarta: UI-Press; 2005.

Page 24: Proposal Fadli

24

Astuti, S. M., A. M. Sakinah, M., Andayani, R., Risch, A., 2011, Determination of Saponin Compound From Anredera cordifolia Steen. (Binahong) to Potential Treatment for Several Disease, Journal of Agricultural Science, 3 (4), 224-232.

Bargumono. HM. 33 Tanaman TOKA (Tanaman Obat, Kosmetika, Aromatika). Leutikaprio. 2013

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1979, Farmakope Indonesia, ed.III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. Farmakope Indonesia, ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Ida Nur dan Noer Fauziah Sitti, 2012. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera L.). Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 79 – 84. Universitas Islam Makassar. Makassar.

Lachman L, Lieberman HA, and Kanig JL. 1970, The theory and practice of industrial pharmacy. Philadelphia: Lea & Febiger; 1970. p. 1092-1120

Mulyaningsih Sri. ANALISIS PEMANFAATAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia, Steenis.) SEBAGAI ANTIMIKROBA.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C.(eds), 2006, Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Electronic version.