presus lbp

35
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama : Tn. W Umur : 42 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Bianti, Kadipaten Agama : Islam Pekerjaan : Tani No. RM : 54 60 98 Dirawat tanggal : 1 Oktober 2012 sampai 5 Oktober 2012 II. ANAMNESIS Auto anamnesis pada tanggal 2 Oktober 2012 1. Keluhan Utama Nyeri pinggang. 2. Keluhan Tambahan Tidak ada. 3. RPS (Riwayat penyakit Sekarang) Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke IGD RSUD Setjonegoro di bawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri pinggang menjalar hingga ke tungkai kanan sejak 10 hari yang lalu. Nyeri dirasakan kambuh-kambuhan, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri kambuh ketika pasien 1

Upload: muhammad-faris

Post on 10-Aug-2015

147 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presus LBP

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. W

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Bianti, Kadipaten

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

No. RM : 54 60 98

Dirawat tanggal : 1 Oktober 2012 sampai 5 Oktober 2012

II. ANAMNESIS

Auto anamnesis pada tanggal 2 Oktober 2012

1. Keluhan Utama

Nyeri pinggang.

2. Keluhan Tambahan

Tidak ada.

3. RPS (Riwayat penyakit Sekarang)

Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke IGD RSUD

Setjonegoro di bawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri pinggang

menjalar hingga ke tungkai kanan sejak 10 hari yang lalu. Nyeri

dirasakan kambuh-kambuhan, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri

kambuh ketika pasien berjalan terlalu lama atau sedang melakukan

aktifitas fisik yang berat, seperti saat di sawah. Nyeri dirasa mereda

ketika pasien istirahat. Menurut pasien, nyeri yang dialami baru pertama

kali dan tidak ada riwayat sebelumnya. Pasien pernah memeriksakan di

RSI namun nyeri tidak kunjung sembuh. Selain nyeri pinggang, pasien

tidak ada keluhan lainnya. BAK dan BAB masih dalam batas normal.

1

Page 2: Presus LBP

4. RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)

Sebelumnya pasien tidak pernah memiliki penyakit yang serupa.

Pasien tidak pernah mondok maupun operasi.

5. Riwayat Sosial dan Riwayat Pribadi

Pasien bekerja sebagai petani. Hubungan dengan rekan kerja baik.

Hubungan dengan keluarga baik, tidak ada masalah dalam rumah

tangga.

6. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

Pasien mengaku bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki

riwayat sakit yang serupa.

7. Anamnesis Sistemik

a. Kepala : tidak nyeri

b. Mata : pandangan tidak kabur

c. Telinga : pendengaran baik, tidak keluar cairan.

d. Hidung : tidak keluar cairan, tidak gatal.

e. Bibir dan mulut : tidak kering.

f. Leher dan tenggorokan : tenggorokan tidak terasa kering dan sakit

g. Thorax : tidak sesak napas.

h. Pencernaan : BAB normal.

i. Inguinal : terdapat benjolan kanan dan kiri

j. Genital : tidak ada peradangan.

k. Kaki dan tangan : gerak bebas, tidak lemas, nyeri pinggang.

l. Kulit : kulit tidak kering.

m. Kejiwaan : tidak gelisah, tenang.

n. Berat Badan : cukup.

III. RESUME ANAMNESIS

Seorang laki-laki berumur 42 tahun datang ke RSUD dengan

keluhan nyeri pinggang menjalar hingga ke tungkai sejak 10 hari yang

lalu. Nyeri hilang-timbul dan pernah diperiksakan ke RSI namun tidak

2

Page 3: Presus LBP

kunjung sembuh. tidak ada keluhan lainnya. BAK dan BAB masih

dalam batas normal.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

a. Baik, tenang. Kesadaran : compos mentis, GCS : EVM(4/5/6)

15 ,sikap : berbaring aktif.

2. Vital Sign

TD : 136/87

N : 52x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,4

3. Status Generalis

a. Kulit: tidak pucat, sedikit kering, tidak hipo maupun hiper

pigmentasi.

b. Kepala:

Bentuk mesocepal, simetris, tidak ada deformitas.

Ekspresi muka tenang, tidak tampak kesakitan.

Rambut sedikit putih, tidak mudah rontok.

Facial : simetris, tidak ada paresis, tidak ada deformitas.

Mata : visus mata menurun, conjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, tidak ada edema palpebra, mata tidak merah, pupil

isokor, Ø 3mm, reflek cahaya positif.

Telinga : tidak ada deformitas, serumen minimal, tidak ada

gangguan pendengaran, tidak ada otalgia, tidak ada tinitus.

Hidung : nafas cuping hidung negatif, tidak ada deviasi septum,

rhinore negatif, tidak ada edema chonca.

Mulut : bibir tidak sianosis, tidak kering, tidak ada stomatitis,

lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, tidak

3

Page 4: Presus LBP

menggunakan gigi pasangan, uvula dan tonsila tidak membesar

dan tidak hiperemis

c. Leher

Tidak ada deviasi trachea

Tidak ada pembesaran kelejar tiroid dan tidak ada pembesaran

limponodi leher.

JVP R+2 cm H2O

d. Thorax

Inspeksi

Simetris, bentuk normal, tidak ada bekas jahitan, tidak ada

deformitas, tidak ada ketinggalan gerak. Sifat pernafasan

thoraco abdominal, irama nafas normal, ictus cordis tak tampak.

Palpasi

Fokal fremius seimbang antara paru-paru kanan dan kiri. tidak

ada pembesaran limfonodi axilaries, nyeri tekan negatif, ictus

cordis dan massa tidak teraba.

Perkusi

Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula

kanan.

Batas redup jantung atas kanan SIC II LPS kanan, batas atas kiri

SIC II LPS kiri, batas kanan bawah SIC V LPS kanan, dan batas

kiri bawah SIC V LMC kiri.

Auskultasi

Suara dasar paru vesikuler, tak ada suara tambahan (wheezing

dan ronkhi negatif)

Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada bising jantung.

e. Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak ada bekas jahitan operasi, tidak ada

distensi, darm contour dan darm staifung negatif.

Auskultasi : Peristaltik positif normal.

4

Page 5: Presus LBP

Palpasi : tidak ada defans muskular seluruh lapang perut, nyeri

tekan negatif. Tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi: seluruh lapang perut timpani, pekak beralih negatif.

f. Anogenital

Tidak ada peradangan maupun discharge uretra.

g. Ekstremitas

Tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak aktif dan pasif, gerakan

bebas dan aktif. Nyeri pinggang menjalar hingga ke tungkai. Akral

hangat dan tidak oedem. Reflek patella menurun, reflek achiles

normal. Laseque (+), Patrick (+), ContraPatrick (+).

h. Neurologi :

Babinski(gores plantar):-/-

Chaddok:-/-

Schaefer:-/-

Openheim:-/-

Gordon:-/-

Bing:-/-

Rosolimo:-/-

Hofmen-Tromner:-/-

i. Kekuatan Otot :

5 5

5 5

5

Page 6: Presus LBP

4. Status Neurologis

NO Nama Nervus Komponen yg diperiksa Kanan Kiri

1. Olfaktorius -Secara subyektif : membau

sesuatu secara bergantian,

hidung ditutup

dbn Dbn

2. Optikus -Tajam penglihatan

-Lapang penglihatan

dbn

dbn

dbn

dbn

3. Occulomotorius -Bentuk dan ukuran pupil

-Refleks terhadap sinar

-Gerak mata : atas, bawah,

medial

dbn

dbn

dbn

Dbn

dbn

dbn

4. Trokhlearis -Gerak mata ke lateral

bawah

Dbn dbn

5. Trigeminus -Membuka mulut

-Reflek kornea

-Reflek bersin

-Mengunyah

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

dbn

6. Abducens -Gerak mata superior

oblique

Dbn dbn

7. Facialis -Kerutan kulit dahi

-Kedipan mata

-Lipatan nasolabial

-Sudut mulut

-Mengerutkan dahi

-Mengerutkan alis

-Menutup mata

-Meringis

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

6

Page 7: Presus LBP

-Menggembungkan pipi Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

Dbn

8. Akustikus -Detik arloji

-Tes Rinne, Weber (Tidak

dilakukan)

Dbn Dbn

9. Glossofaringeus -Perasaan lidah bagian

belakang (tidak dilakukan)

-Refleks muntah

Tidak

dilakuan

Tidak

dilakukan

10. Vagus -Bicara

-Menelan

-Nadi

Dbn

Dbn

Kuat

angkat

11. Accesorius -Memalingkan kepala

-Sikap bahu

Dbn

Dbn

12 Hipoglosus -Menjulurkan lidah

-Artikulasio

Dbn

Dbn

V. ASSESMENT

Dx : Low Back Pain et causa Hernia Nukleus Pulposus

DD : Spondilosis Lumbalis

Strain Lumbal

Rematik

7

Page 8: Presus LBP

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di RSUD Setjonegoro adalah:

1. Labolatorium: darah rutin dan kimia klinik

2. Rongten Lumbo-Sacral

Usulan pemeriksaan penunjang :

1. MRI

2. CT-Scan

3. Elektromiografi (EMG)

VII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

1. Laboratorium :

Hb : 15,2 g/dL (13,2-17,3)

Angka Leukosit : 10.800/ul (3,8-10,6)

Angka Eritrosit : 5.2 106/ul

Hematokrit : 44 % (40-52)

Trombosit : 250.000/ul

MCV : 85 fl

MCH : 29 pg

MCHC : 35 g/dl

GDS : 87 mg/dl

Ureum : 40,0 mg/dl

Creatinin : 0,80 mg/dl

Kolesterol total : 194 mg/dl

Trigliserida : 100 mg/dl

SGOT : 20,0 U/L

SGPT : 16,0 U/L

8

Page 9: Presus LBP

2. Rongten Spinal

VIII. DIAGNOSIS

Low Back Pain et causa Hernia Nukleus Pulposus

IX. PENATALAKSANAAN

a. Torasic 30 3x1

b. Meloxicam 15 3x1

c. Ranitidin 3x1

d. Myonep 3x1

e. Paracetamol 500 3x1

f. Osteocom 1x1

g. Lansoprazol 1x1

h. Kapsul : Amitriptilin 10, Tramadol 0,5, Nephatic 100

9

Page 10: Presus LBP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut

bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga

bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha

(Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan

muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,

Salmond & Pellino, 2002).

KLASIFIKASI

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP

terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

A. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara

tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai

beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain

dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh,

rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak

jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang

lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh

sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada

istirahat dan pemakaian analgesik.

B. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.

Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya

memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low

10

Page 11: Presus LBP

back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses

degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

ETIOLOGI

Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:

A. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut

Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat

berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada

saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang

disertai dengan skoliosis ringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat

menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat

lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina

dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat

menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,

kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil,

tidak akan menimbulkan keluhan.

Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir

adalah:

1. Penyakit Spondylisthesis

Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan

korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan

korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini

terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru

menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri

pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau

tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan

(Bimariotejo, 2009).

11

Page 12: Presus LBP

Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit

ini adalah:

Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari

semestinya. Antara dada dan panggul terlihat pendek.

Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus

vertebra yang menimbulkan skoliosis ringan.

Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke

ekstremitas bawah.

Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran

antara ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra

yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina

corpus vertebrae yang terletak diatasnya.

2. Penyakit Kissing Spine

Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus

spinosus bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan

tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit

ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi

lateral (Soeharso, 1978).

3. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V

Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari

vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum

dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).

B. Low Back Pain karena Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP

(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan

pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat

menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat

menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,

mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.

Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka

12

Page 13: Presus LBP

waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan

pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut

(Idyan, 2008).

Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back

pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,

seperti:

a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca

Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah

rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat

bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan,

lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint

terbatas.

b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral

Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V

dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.

Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra

lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan

gerak.

C. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan

jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut

tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga

disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).

Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh

perubahan jaringan antara lain:

i. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan

otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat

memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi.

Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang

vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak

13

Page 14: Presus LBP

fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan

nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan,

2008).

j. Penyakit Fibrositis

Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism

Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di

otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat

beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,

1995 dalam Idyan, 2008).

k. Penyakit Infeksi

Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi

pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang

disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh

bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan

pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta

kelemahan.

D. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan

dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan

komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum,

coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan yang

mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat

mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).

Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan

terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan

postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).

14

Page 15: Presus LBP

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh

trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah

vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah

yang berat, kronik dan berulang (kambuh). ( Doenges, 1999).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus

ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf.

( Smeltzer, 2001).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar

dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada

anulus fibrosus.

( Rasjad, 2003).

Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-

serangan penekanan akar syaraf (yang menimbulkan berbagai gejala dan periode

penyesuaian anatomik). ( Price, 2005).

Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus

(lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra).

(Smeltzer, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang

disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai dengan

menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang menimbulkan

kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan

berulang (kambuh).

Patofisiologi

Diskus interveterbralis menghubungkan kopus vetebre satu sama

lainnya, dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai

penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber).

15

Page 16: Presus LBP

Diskus intervetebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :

1. Annulus fibrosus. Terbagi menjadi tiga lapis :

a. Lapisan terluar terdiri dari lamena fibro kolagen yang berjalan

menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga

bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per.

b. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kargilagenus.

c. Daerah transisi.

Serat annulus di bagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinal

anterior yang kuat sehingga diskus intervetebralis tidak mudak menerobos

daerah ini. Pada bagian posterior serat-serat annulus paling luar dan tengah

sedikit dan ligamentum longitudinal posterior kurang kuat sehingga mudah

rusak. Mulai daerah lumbal I, ligamentum longitudinal posterior makin

mengecil sehingga pada ruang intervetebra L5-S1 tinggal separoh dari

lebar semula sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kelainan pada

daerah ini.

2. Nucleus pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglikan

(hialuronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan

mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai

bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang progresif

seiring bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan

degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi ke dalam diskus

disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut,

sebagai akibatnya nucleus menjadi kurang elastis.

Pada siklus yang sehat bila mendapat tekanan maka nucleus pulposus

menyalurkan gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan

air mempengaruhi sifat fisik nucleus. Penurunan kadar air nucleus mengurangi

fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka disalurkan ke

annulus secara asimetris, akibatnya bias terjadi cedera atau robekan pada annulus.

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :

16

Page 17: Presus LBP

1. Daerah lumbal, khususnya L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu

menyangga berat badan. Diperkirakan hamper 75% berat badan disangga oleh

sendi L5-S1.

2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi

diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada

sendi L5-S1.

3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum

longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.

Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral.

17

Page 18: Presus LBP

Faktor Resiko

1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah.

Umur : makin bertambah umur, resiko makin tinggi.

Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita.

Riwayat cedera punggung/HNP sebelumnya.

2. Faktor resiko yang dapat diubah.

Pekerjaan dan aktivitas

Olah raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama

Merokok.

Berat badan berlebih.

Batuk lama dan berulang.

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala

klinik yang paling sering adalah ischialgia. Nyeri biasanya bersifat tajam seperti

terbakar dan berdenyut, menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensorik yang

besar terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dermatomnya.

Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot atau hilangnya reflek tendon patella

(KPR) dan Achilles (APR). bila mengenai konus atau kauda equine dapat terjadi

gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan suatu

kegawatan yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan

miksi secara permanen.

Nyei pada HNP akan meningkat bila terjadi kenaikan tekanan intratekal

atau intradiskal seperti saat mengejan, batuk, bersin, mengangkat benda berat dan

membungkuk.

Diagnosis

Diagnosi HNP didasarkan pada :

1. Anamnesa.

2. Pemeriksaan klinik umum.

3. Pemeriksaan neurologik.

18

Page 19: Presus LBP

4. Pemeriksaan penunjang.

Anamnesis.

Kapan mulai timbul nyeri.

Bagaimana mulai timbul,

Kualitas nyeri.

Faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.

Riwayat trauma sebelumnya.

Apakah ada keluarga yang sakit serupa.

Pada anamnesis perlu dicermati adanya keluhan yang mengarah pada lesi

saraf:

1. Adanya nyeri radikuler (ischialgia)

2. Nyeri sampai dibawah lutut dan bukan sekedar paha bagian belakang saja.

3. Riwayat nyeri atau rasa kesemutan yang lama.

4. Riwayat gangguan miksi/defekasi/fungsi seksual.

5. Adanya saddle anaestesi/hipestesi.

6. Adanya kelemahan tungkai.

Juga sangat penting ditelusuri kemungkinan adanya kelainan patologik

pada spinal yang serius (redflags) seperti keganasan tulang vetebre, radang

spinal dan sindroma kauda ekuina.

Pemeriksaan Klinik Umum.

Inspeksi.

Cara berjalan, cara berdiri, cara duduk. Penderita HNP seringkali

berjalan denga susah payah. Raut muka mencerminkan rasa nyeri.

Mungkin pasien berjalan dengan satu tungkai sedikit di fleksi dan

kaki pada satu sisi itu dijinjit karena cara ini dapat mengurangi rasa

nyeri. Bila duduk, ia akan duduk pada sisi yang sehat. Waktu akan

berdiri satu tangan biasanya memegang pinggang sedangkan

tungkai yang sakit sedikit difleksikan pada sendi lutut, ini dikenal

sebagai tanda minor.

19

Page 20: Presus LBP

Palpasi.

Palpasi untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis,

gibbus dan deformitas lain.

Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini untuk mematikan bahwa kasus NPB yang

dihadapi termasu suatu gangguan saraaf atau bukan.

1. Pemeriksaan sensorik.

Pada pemeriksaan ini dicari ada atau tidaknya gangguan sensorik, mengetahui

dermatom mana yang terkena sehingga akan diketahui radiks saraf mana yang

terganggu.

2. Pemeriksaan motorik.

Dicari apakah ada tanda tanda kelemahan (paresis, atrofi dan fasikulasi otot)

3. Pemeriksaan reflek.

Bila ada kelainan pada suatu reflek tendon berarti ada gangguan pada

lengkung reflek.

Pemeriksaan yang sering dilakukan pada pasien LBP, tes untuk meregangkan

saraf ischadikus.

Tes lasseque.

Tes lasseque silang.

Tes bragard.

Tes Patrick

Tes kontra Patrick.

Tes untuk meningkatkan tekanan intratekal.

Tes naffziger.

Tes valsava.

4. Pemeriksaan penunjang.

a. Pemeriksaan neurofisiologi.

i. EMG.

ii. Somato sensorik evoked potential (SSEP).

b. Pemeriksaan radiologi.

i. Foto polos

20

Page 21: Presus LBP

ii. Kaudografi.

iii. Mielografi.

iv. CT mielo MRI.

MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.

Tatalaksana

1. Konservatif.

a. Tirah baring.

Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap

kembali ke aktivitas yang biasa.

b. Medikamentosa.

i. Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamo,

aspirin, tramadol. Contoh NSAID : ibuprofen, Natrium

diklofenak, ethodolak, selekoksib, perlu diperhatikan efek

samping obat.

ii. Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol.

iii. Opioid.

iv. Kortikosteroid oral.

v. Analgetik adjuvant : Amitriptilin, carbamazepin dan

gabapentin.

c. Terapi fisik.

i. Traksi pelvis.

ii. Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.

iii. Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.

iv. Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.

v. Latihan dan modifikasi gaya hidup.

d. Akupuntur.

e. Penyuluhan pasien.

2. Terapi bedah.

Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila : setelah satu bulan dirawat secara

konservatif tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang menetap

21

Page 22: Presus LBP

atau bertambah berat, ada gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti

terganggunya radik saraf, adanya paresis otot tungkai bawah.

Prognosis

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi

konservatif, sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun telah

diterapi. Pada pasien yang dioperasi, 90% akan membaik tertutama nyeri tungkai,

tetapi kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5% dan bias pada diskus yang

sama atau berbeda.

22

Page 23: Presus LBP

BAB III

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 42 tahun dengan

diagnosis klinik ischialgia. Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa yaitu

adanya nyeri pinggang yang menjalar ketungkai bawah kanan sejak 10 hari yang

lalu. Nyeri timbul tiba-tiba, terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri bertambah jika

pasien melakukan aktifitas berat. Nyeri berkurang saat pasien tidur ataupun

sedang istirahat.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger

(-), Patrick(+), Kontra Patrick (+). Tes ini menunjukkan adanya gangguan pada

regangan saraf ischiadikus. Tidak ditemukan penurunan sensasi raba pada tungkai

kanan serta reflek patella yang menurun dan reflek achilles yang masih normal

pada tungkai kanan.

Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosa

sebagai hernia nukleus pulposus yang terjadi pada L4-L5 karena tipe nyeri

radikuler yang menjalar hingga tungkai kanan. Untuk memastikan diagnosis perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto polos lumbosakral atau MRI sebagai

standar emas untuk penegakkan diagnosis HNP.

Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari kemudian

secara bertahap melakukan aktivitas separti biasa, fisioterapi dan medikamentosa

yaitu pemberian analgetik-anti inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B.

23

Page 24: Presus LBP

BAB IV

KESIMPULAN

Pada pasien ini diagnosis akhir adalah Hernia Nukleus Pulposus L4-L5

didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, sedangkan dari pemeriksaan

penunjang untuk diagnosis pasti HNP seperti MRI tidak dilakukan karena

keterbatasan alat.

Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari kemudian

secara bertahap melakukan aktivitas separti biasa, fisioterapi dan medikamentosa

yaitu pemberian analgetik-anti inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B.

24

Page 25: Presus LBP

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Albar, Z. 2000. Sistematika pendekatan pada nyeri pinggang. Cermin Dunia Kedokteran ; 129 ; 14-19.

Hills, EC. 2010. Mechanical Low Back Pain. Diakses dari www.emedicine.medscape.com

Wheeler, AH. 2010. Low Back Pain and Sciatica. Diakses dari www.emedicine.medscape.com

Meliala, L., Pinson, R., 2004, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah dalam Towards Mekanism-Based pain Treatment tht Recent Trends and Current Evidens, Pokdi Nyeri Perdossi.

Perina, D., 2004, Back Pain, Mechanism, eMedicine Journals

Vookshoor A, Spondilolisthesis, spondilosis and spondilysis Dalam: www.eMedicine.com. Diakses Tanggal 10 Juni 2007.

Bodner RJ, Heyman S, Spondilolysthesis Dalam: www.google.com. Diakses Tanggal 10 Mei 2007.

Deyo RA, Nachemson A, Mirza SK, Spondilolysthesis Dalam: Dalam: www.wikipedia.com. Diakses Tanggal 10 Mei 200

25