preskas thalasemia.docx

Upload: baharuddinwahyu

Post on 14-Apr-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    1/23

    1

    BAB I

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITASA. Identitas Pasien

    Nama : An. QA

    Usia : 6 tahun 6 bulan

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Jln Raya Setu No. 30. RT.02. RW.05. Kel. Setu. Kec. Cipayung

    Jakarta Selatan

    Masuk RS : 16 September 2013

    Keluar RS : 18 September 2013

    No. CM : 370548

    B.

    Identitas Orang TuaAyah

    Nama : Tn. B

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Buruh

    Pendidikan terakhir: SMP

    Ibu

    Nama : Ny. N

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    II. ANAMNESAKeluhan dilakukan secara Alloanamnesa ( Ibu Pasien )

    Keluhan Utama : Panas dari semalam (subfebris)

    Keluhan Tambahan : Pucat, cepat lelah

    III. RIWAYAT PENYAKITa) Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dengan keluhan tampak pucat sejak 2 hari sebelum masuk rumah

    sakit. Keluhan pucat terjadi secara berulang dan pertama kali os tampak pucat kurang

    lebih sekitar 3 tahun yang lalu. Menurut keterangan ibunya, keluhan pucat paling

    terlihat di daerah muka, telapak tangan, dan telapak kaki. Keluhan pucat disertai rasa

    cepat lelah. Keluhan disertai rasa pusing, namun tidak sampai mengganggu

    konsentrasi belajar. 1 hari keluhan tidak ada perbedaan dengan hari sebelumnya.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    2/23

    2

    Keluhan tidak disertai panas badan, sesak, mual dan muntah. Ibu pasien

    mengatakan, berat badan pasien sulit naik.

    Riwayat adanya batuk yang tidak sembuh-sembuh disangkal. Riwayat kontak

    dengan penderita batuk lama atau batuk berdahak disangkal oleh ibu pasien. Riwayat

    mudah patah tulang bukan akibat benturan atau trauma lainnya dan tanpa diketahui

    sebab yang jelas disangkal. Riwayat perdarahan seperti mimisan, kecelakaan,

    perdarahan yang sukar berhenti, adanya luka memar serta bintik kemerahan yang

    sering muncul dikulit atau gejala muntah dan berak darah disangkal. Riwayat adanya

    perubahan tingkah laku yang aneh disangkal, tetapi ibu pasien mengaku pasien

    sering jatuh waktu bermain dengan teman sebayanya. Riwayat cacingan seperti terasa

    gatal didaerah sekitar dubur disangkal. Riwayat mempunyai kebiasaan main ditanah

    atau pasir di luar rumah tanpa menggunakan alas kaki disangkal. Riwayat pada

    anggota keluarga penderita pernah transfusi darah berulang disangkal. Riwayat ibu

    sering mengalami kurang darah disangkal. Riwayat pernikahan anggota keluarga

    yang masih berhubungan darah disangkal.Saat Pasien berusia 3 tahun, saat keluhan pucat pertama kali muncul. Pasien

    tampak pucat sekali yang disertai keluhan lemah dan lesu, tidak ada demam, tidak

    ada bintik-bintik merah di kulit, tidak ada mimisan atau perdarahan di gusi, dan gejala

    batuk pilek dikatakan tidak ada. Sebelumnya pasien pernah dibawa berobat oleh

    ibunya ke RSCM. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien dikatakan mengidap anemia

    berat yang memerlukan transfusi secara rutin . Pasien dirawat selama 2 hari untuk

    mendapatkan transfuse darah merah (Ibu Pasien tidak mengetahui jumlah darah

    merah yang ditransfusikan), serta vitamin. Selama perawatan kondisi Pasien

    membaik, dan pucat berkurang. Kemudian pasien menjalani terapi transfuse rata-rata

    3 minggu sekali di RSUD Pasar Rebo. Setelah dilakukan transfuse keluhan pucatberkurang.

    b) Riwayat Penyakit DahuluPasien pernah mengalami hepatitis ketika pasien berusia 1,5 tahun. Saat pasien berusia 3

    tahun,saat pertama kali pucat, Pasien mengalami keluhan yang sama seperti sekarang.

    c) Riwayat Penyakit keluargaRiwayat penyakit seperti ini di keluarga disangkal oleh ibu pasien

    d) Riwayat KehamilanKehamilan : Ante Natal Care dilakukan di Bidan. Selama hamil ibu pasien rutin

    memeriksakan kandungan setiap satu bulan sekali. Ibu tidak pernah mengkonsumsi

    jamu, obat-obtan, dan alkohol saat kehamilan. Demam saat kehamilan (-), Hipertensi

    dalam kehamilan (-), perdarahan saat kehamilan (-), kejang saat kehamilan (-).

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    3/23

    3

    Kelahiran : Lahir saat usia kandungan 9 bulan dengan penolong bidan. BB 3000 gr,

    tetapi ibu pasien lupa panjang badan pasien saat lahir, LK dan nilai Apgar tidak

    diketahui. Tidak ada kelainan bawaan.

    e) Riwayat Pertumbuhan dan PerkembanganIbu pasien tidak dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak secara

    jelas, namun ibu pasien mengatakan pertumbuhan dan perkembangan pasien sama

    dengan anak-anak seusianya.

    f) Riwayat ImunisasiRiwayat imunisasi pasien dikatakan lengkap di puskesmas, namun ibu pasien tidak

    dapat menjelaskan waktu pemberian imunisasi.

    g) Sosial Ekonomi dan LingkunganSosial Ekonomi:Penghasilan perbulan kurang dari Rp.600.000,- dengan jumlah anggota keluarga 4

    orang.

    Lingkungan

    Pasien tinggal di rumah kontrakan yang dihuni oleh 4 orang anggota keluarga ( ayah,

    ibu, dan 2 orang anak ). Rumah teratur namun tidak kumuh. Sirkulasi udara dan

    pencahayaan baik. Sumber air bersih yang digunakan berasal dari PAM.

    IV. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan dilakukan tanggal 16 September 2013

    A. Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Tanda vital

    o HR : 100 x/menito TD : 110/60 mmHgo RR : 28 x /menito

    Suhu : 37,6

    o

    Co BB : 21 kg

    Kepala : Normocephal Mata : conjungtiva anemis -/-, Skelera Ikterik +/+ Hidung : deviasi septum (-), sekret (-) Mulut : sianosis (-), lidah tidak kotor Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    4/23

    4

    Toraks:o Paru-paru :

    Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri,pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis,

    retraksi sela iga (-)

    Palpasi : fremitus taktil dan fremitus vokal normal Perkusi : sonor di kedua hemitoraks Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing

    (-/-)

    o Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 4 linea midclavicula

    sinistra

    Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

    o Abdomen :o Inspeksi : sikatrik (-)o Auskultasi : bising usus normalo Palpasi : Teraba pembesaran hepar 1 jari dibawah arcus costae

    kanan, lien teraba di garis schuffner III, teraba 5 jari dibawah

    arcus costae kiri, Nyeri tekan (-)

    o Perkusi : timpani diseluruh quadran peruto Ekstremitas : Akral hangat (+), edema ekstremitas (-)

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Hematologi di Laboratorium Patologi Klinik RSCM tanggal 11 Juli

    2013:

    - Haemoglobin : 11,6 g/dl- Hematokrit : 33,8 %- Leukosit : L 4,75 . 10^3/L- Eritrosit : 4,36 . 10^6/l- MCV : 77- MCH : 26,4- MCHC : 34,3- Hitung jenis

    o Eosinofil : 1,5o Basofil : 0,2o Neutrofil : L 44,6 %

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    5/23

    5

    o Limfosit : H 49,3 %o Monosit : 4,4 %o LED : 75 mm

    - Trombosit : L 130 . 10^3/l- Hemostasis

    Pasien : H 13,9 detik

    Control : 12,2 detik

    - PTTPasien : 40,7 detik

    Control : 32,1 detik

    - Kimia KlinikSGOT : H 88 l

    SGPT : H 130 l

    - ProteinProtein total : 8,9 g/dl

    Albumin : H 4,37 g/dl

    Globulin : H 4,53 g/dl

    Albumin Globulin Ratio : 1,0

    - BilirubinBilirubin total : 1,58 mg/dl

    Bilirubin direct: H 0,46 mg/dlBilirubin indirect: H 1,12 mg/dl

    - Serum Fe : H 1,93 g/dl- TIBC : L 197 g/dl- Durasi transferrin : H 98 %- Kreatinin Darah: L 0,40 mg/dl- Imunoserologi

    Feritin : H 2190,0 ng/ml

    Pemeriksaan Hematologi ( dilakukan di RSUD Pasar Rebo tanggal 16 September 2013 ):

    Hemoglobin : 4,4 g/dl Hematokrit : 13 % Leukosit : 4080 ul Trombosit : 110.000 ul

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    6/23

    6

    Pemeriksaan Hematologi ( dilakukan di RSUD Pasar Rebo tanggal 18 September 2013 ):

    Hemoglobin : 8,5 g/dl Hematokrit : 26 % Leukosit : 3390 ul Trombosit : 75.000 ul

    Hasil USG Abdomen ketika pasien usia 3 tahun:

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    7/23

    7

    Kesan:

    Hepar agak membesar Limfa membesar dua kali lipat Hepatosplenomegali Buli-buli normal

    VI. DIAGNOSIS KERJA Anemia Thalasemia

    VII. PENATALAKSANAAN PRC 2 x 250 cc ( 10-15 cc/KgBB ) Desferal 30-50 mg/kgbb/hari Asam Folat Vitamin E

    VIII. PROGNOSISQuo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad malam

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    8/23

    8

    Follow Up

    16 September 2013 17 September 2013 18 September 2013

    S : demam (+), batuk (-), pilek (-),mual

    (-), muntah (-), Belum BAB sejak

    kemarin, BAK (+), makan , minum ,pusing (+) lemas (+) pucat (+)

    S : demam (-), batuk (-), pilek (-),mual

    (-), muntah (-), BAB (+), BAK (+),

    makan , minum , pusing (+) lemasberkurang pucat (+) berkurang

    S : demam (-), batuk (-), pilek (-),mual

    (-), muntah (-), BAB (+), BAK (+),

    makan , minum , pusing (-) lemas (-)pucat (-), makan , minum

    O : KU : sedang, Kesadaran : cm

    HR: 100 x/menit , RR : 28 x/menit suhu

    : 37, 6oC, TD : 110/60 mmHg

    Kepala : Normocephal Mata : conjungtiva

    anemis -/-, Skelera Ikterik

    +/+

    Leher : kelenjar getahbening tidak membesar

    Toraks:o Paru-paru : Inspeksi : bentuk dada

    simetris kanan dan kiri,

    pernapasan simetris dalam

    keadaan statis dan dinamis,

    retraksi sela iga (-)

    Palpasi : fremitus taktil danfremitus vokal normal

    Perkusi : sonor di keduahemitoraks

    Auskultasi : suara napasvesikuler, ronki (-/-),

    wheezing (-/-)

    o Jantung : Auskultasi : BJ I dan II

    reguler, murmur (-), gallop (-)

    o Abdomen : Auskultasi : bising usus

    normal

    Palpasi Teraba pembesaranhepar 1 jari dibawah arcus

    costae kanan, lien teraba di

    garis schuffner III, teraba 5

    jari dibawah arcus costae kiri,

    Nyeri tekan (-).

    Perkusi : timpani diseluruhquadran perut

    o Ekstremitas : Akralhangat (+), edema (-)

    O : KU : sedang, Kesadaran : cm

    HR: 120 x/menit , RR : 28 x/menit

    suhu : 35, 9oC, TD : 110/60 mmHg

    Kepala : Normocephal Mata : conjungtiva

    anemis -/-, Skelera Ikterik

    +/+

    Leher : kelenjar getahbening tidak membesar

    Toraks:o Paru-paru : Inspeksi : bentuk dada

    simetris kanan dan kiri,

    pernapasan simetris dalam

    keadaan statis dan dinamis,

    retraksi sela iga (-)

    Palpasi : fremitus taktil danfremitus vokal normal

    Perkusi : sonor di keduahemitoraks

    Auskultasi : suara napasvesikuler, ronki (-/-),

    wheezing (-/-)

    o Jantung : Auskultasi : BJ I dan II

    reguler, murmur (-), gallop

    (-)

    o Abdomen : Auskultasi : bising usus

    normal

    Palpasi Teraba pembesaranhepar 1 jari dibawah arcus

    costae kanan, lien teraba di

    garis schuffner III, teraba 5

    jari dibawah arcus costae

    kiri, Nyeri tekan (-).

    Perkusi : timpani diseluruhquadran perut

    o Ekstremitas : Akralhangat (+), edema (-)

    O : KU : sedang, Kesadaran : cm

    HR: 120 x/menit , RR : 28 x/menit

    suhu : 35, 9oC, TD : 110/60 mmHg

    Kepala : Normocephal Mata : conjungtiva

    anemis -/-, Skelera Ikterik

    +/+

    Leher : kelenjar getahbening tidak membesar

    Toraks:o Paru-paru : Inspeksi : bentuk dada

    simetris kanan dan kiri,

    pernapasan simetris dalam

    keadaan statis dan dinamis,

    retraksi sela iga (-)

    Palpasi : fremitus taktil danfremitus vokal normal

    Perkusi : sonor di keduahemitoraks

    Auskultasi : suara napasvesikuler, ronki (-/-),

    wheezing (-/-)

    o Jantung : Auskultasi : BJ I dan II

    reguler, murmur (-), gallop

    (-)

    o Abdomen : Auskultasi : bising usus

    normal

    Palpasi Teraba pembesaranhepar 1 jari dibawah arcus

    costae kanan, lien teraba di

    garis schuffner III, teraba 5

    jari dibawah arcus costae

    kiri, Nyeri tekan (-).

    Perkusi : timpani diseluruhquadran perut

    o Ekstremitas : Akralhangat (+), edema (-)

    A: A: A:

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    9/23

    9

    Thalasemia Anemia

    Thalasemia Anemia

    Thalasemia Anemia

    P: PRC 2 x 250 cc P : PRC 2 x 250 cc seri ke-2, desferal P : Desferal, As. Folat, vit. E

    Analisis Kasus:

    Diagnosa thalassemia ditegakan berdasarkan anamnesis dimana terlihat ikterik ringan

    pada sclera pasien, dan pucat. Lalu ,hasil pemeriksaan lab dimana terjadi anemia berat

    hemoglobin pasien menurun ( 4,4 g/dl ). Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran hepar dan

    pembesaran limfa.

    Pasien di indikasikan untuk tranfusi karena hemoglobin pasien turun hingga 4,4 g/dl.

    Desferal ( desferoksamin ) diberikan guna mengatasi kelebihan Fe dalam tubuh. Vitamin E

    diberikan guna memperpanjang umur sel darah merah. Dan asam folat diberikan guna memenuhi

    kebutuhan yang meningkat.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    10/23

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi

    Thalasemia adalah kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh berkurang nya sintesis

    salah satu rantai globin yang mengkombinasikan hemoglobin (HbA, 2 2). Disebut hemoglobinopathies,

    tidak terdapat perbedaan kimia dalam hemoglobin. Nolmalnya HbA memiliki rantai polipeptida dan ,

    dan yang paling penting thalasemia dapat ditetapkan sebagai - atau -thalassemia.

    Epidemiologi

    Kelainan Hemoglobin pada awalnya endemik di 60% dari 229 negara, berpotensi mempengaruhi

    75% kelahiran. Namun sekarang cukup umum di 71% dari Negara Negara di antara 89% kelahiran. Tabel

    1 menunjukkan perkiraan prevalensi konservatif oleh WHO regional. Setidaknya 5,2% dari populasidunia (dan lebih dari 7% wanita hamil) membawa varian yang signifikan. S Hemoglobin membawa 40%

    carir namun lebih dari 80% kelainan dikarenakan prevalensi pembawa local sangat tinggi. Sekitar 85%

    dari gangguan sel sabil (sickle-cell disorders), dan lebih dari 70% seluruh kelahiran terjadi di afrika.

    Selain itu, setidaknya 20% dari populasi dunia membawa Thalassemia +.

    Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan kelainan

    hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya memberikan pengaruh yang kecil,

    pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan antara 2.55 per 1000. Sebagian besar anak anak yang lahir

    dinegara berpenghasilan tinggi dapat bertahan dengan kelainan kronik, sementara di Negara Negara yang

    berpengasilan rendah meninggal sebelum usia 5 tahun. Kelainan hemoglobin memberikan kontribusi

    setara dengan 3.4% kematian padan anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia.

    Indikator 1. Setiap tahun terdapat lebih dari 332.000 kelahiran atau konsepsi terpengaruh. Antara

    275.000 memiliki kelainan sickle-cell disorder, dan membutuhkan diagnosis dini. Antara 56.000 memiliki

    mayor thalasemia, termaksud 30.000 yang membutujan tranfusi regular untuk bertahan dan 55.000

    meninggal saat lahir karena thalasemia mayor.

    Indikator 2. Sebagian besar kelahiran, 75% terdapat pada Negara endemik kelainan hemoglobin

    dan 13% terjadi karena mereka bermigrasi. Jadi pada prinsip nya, 88% dari 128 juta wanita yang

    melahirkan sebaiknya di screening.

    Indikator 3. Lebih dari 9 juta carir hamil setiap tahun. Resiko bahwa pasangan mereka juga karirsekitar 0.1-40% (rata rata 14%). Pada prinsipnya, semua membutuhkan informasi dan melakukan

    screening pasangan.

    Indicator 4. Lebih dari 948.000 pasangan baru carir, dan lebih dari 1.7 juta kehamilan karena

    pasangan karir. Antara 75% memiliki resiko. Pada prinsipnya, semua membutuhkan penilaian handal dan

    konseling genetic.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    11/23

    11

    Indicator 5. Terdapat 1.33 juta kehamila beresiko. Pada prinsipnya, semua membutuhkan

    diagnosis saat lahir.

    Tabel 1. Estimasi prevalensi carir dari varian gen hemoglobin dan hubungan konsepsi

    Patofisiologi

    Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan produksi

    rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin tertentu (,,,) akan

    menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi

    rantai globin lain yang normal.

    Karena dua tipe rantai globin ( dan non-) berpasangan antara satu sama lain dengan

    rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi produksi berlebihan dari

    rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai tersebut di dalam sel menyebabkan sel

    menjadi tidak stabil dan memudahkan terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini

    merupakan suatu tanda khas pada semua bentuk thalassemia. Karena alasan ini, pada sebagian

    besar thalassemia kurang sesuai disebut sebagai hemoglobinopati karena pada tipe-tipe

    thalassemia tersebut didapatkan rantai globin normal secara struktural dan juga karena defeknya

    terbatas pada menurunnya produksi dari rantai globin tertentu.

    Tipe thalassemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi bervariasi

    dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali (complete absence). Sebagai

    contoh, apabila rantai hanya sedikit diproduksi, tipe thalassemia-nya dinamakan sebagai

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    12/23

    12

    thalassemia-+, sedangkan tipe thalassemia- menandakan bahwa pada tipe tersebut rantai

    tidak diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari gangguan produksi rantai globin mengakibatkan

    berkurangnya deposisi Hb pada sel darah merah (hipokromatik). Defisiensi Hb menyebabkan sel

    darah merah menjadi lebih kecil, yang mengarah ke gambaran klasik thalassemia yaitu anemia

    hipokromik mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh

    adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau globin. Namun

    hal ini tidak terjadi padasilent carrier, karena pada penderita ini jumlah Hb dan indeks sel darah

    merah berada dalam batas normal.

    Pada tipe trait thalassemia- yang paling umum, level Hb A2 (2/2) biasanya meningkat.

    Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai oleh rantai bebas yang eksesif,

    yang mengakibatkan terjadinya kekurangan rantai adekuat untuk dijadikan pasangan. Gen ,

    tidak seperti gen dan , diketahui memiliki keterbatasan fisiologis dalam kemampuannya untuk

    memproduksi rantai yang stabil; dengan berpasangan dengan rantai , rantai memproduksi

    Hb A2 (kira-kira 2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai yang berlebihan digunakan untuk

    membentuk Hb A2, dimana sisanya (rantai ) akan terpresipitasi di dalam sel, bereaksi denganmembran sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak sebagai benda asing sehingga

    terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat toksisitas yang disebabkan oleh rantai yang

    berlebihan bervariasi berdasarkan tipe dari rantai itu sendiri (misalnya toksisitas dari rantai

    pada thalassemia- lebih nyata dibandingkan toksisitas rantai pada thalassemia-).

    Dalam bentuk yang berat, seperti thalassemia- mayor atau anemia Cooley, berlaku

    patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang berlebihan. Kelebihan rantai

    bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai akan menyebabkan terjadinya pemecahan

    prekursor sel darah merah di sumsum tulang (eritropoesis inefektif).

    Klasifikasi

    Saat ini dikenal sejumlah besar sindrom thalasemia; masing-masing melibatkan

    penurunan produksi satu atau lebih rantai globin, yang membentuk bermacam-macam jenis Hb

    yang ditemukan pada sel darah merah. Jenis yang paling penting dalam praktek klinis adalah

    sindrom yang mempengaruhi baik atau sintesis rantai maupun .

    Thalassemia-

    Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin- banyak ditemukan

    di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi gen globin-

    menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada individu normal,

    dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua,tiga, dan semua empat gen ini.

    Tabel 2. Thalassemia-

    Genotip Jumlah gen Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis

    Saat Lahir > 6 bulan

    / 4 Normal N N

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    13/23

    13

    -/ 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N

    --/ atau

    /-

    2 Trait thal- 2-10% Hb Barts N

    --/- 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H

    --/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -

    Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Barts = 4, HbH = 4

    Silent carrier thalassemia-o Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan

    secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika. Seperti

    telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen yang terletak pada kromosom 16.

    o Pada tipe silent carrier, salah satu gen pada kromosom 16 menghilang,menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis,

    hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah) yang rendah dalam

    beberapa pemeriksaan.

    o Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan elektroforesisHb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa juga dicari akan

    adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga ( misalnya orangtua) untuk

    mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap pada salah satu orangtua yang

    menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa penyebab yang jelas

    merupakan bukti yang cukup kuat menuju diagnosis thalasemia.

    Trait thalassemia-o Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah yang

    rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen pada satu kromosom 16

    atau satu gen pada masing-masing kromosom. Kelainan ini sering ditemukan diAsia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.

    o Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapat ditemukanpada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak terlihat lagi, dan

    kadar Hb A2dan HbF secara khas normal.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    14/23

    14

    Gambar 1. Thalassemia alpha menurut hukum Mendel

    Penyakit Hb Ho Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin , merepresentasikan

    thalassemia- intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,

    ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi

    yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah merah

    yang diinklusi oleh rantai tetramer (Hb H) yang tidak stabil dan terpresipitasi di

    dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball. Badan inklusi ini

    dinamakan sebagaiHeinz bodies.

    Gambar 2. Pewarnaan supravital pada sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H yang menunjukkan Heinz-Bodies

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    15/23

    15

    Thalassemia- mayoro Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-,

    disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali.

    o Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidaksatupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) mendominasi pada bayi yang

    menderita, dan karena 4memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi

    itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb

    embrional normal (Hb Portland = 22), yang berfungsi sebagai pengangkut

    oksigen.

    o Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahirhidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan

    gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan

    manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung dengan

    transfusi.

    Thalassemia-

    Sama dengan thalassemia-, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-; antara

    lain :

    Silent carrier thalassemia-o Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang

    rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan suatu

    thalassemia-+.

    o Bentuk silent carrier thalassemia- tidak menimbulkan kelainan yang dapatdiidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jikadiwariskan bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-, menghasilkan

    sindrom thalassemia intermedia.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    16/23

    16

    Gambar 3. Thalassemia beta menurut Hukum Mendel

    Trait thalassemia-o Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan elektroforesis

    Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F, atau

    keduanya.

    o Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai anemiadefisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan preparat besi

    selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan trait thalassemia-

    mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%). Kira-kira 50% individu

    ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil

    kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal dengan kadar HbF berkisar

    dari 5% sampai 15%, yang mewakili thalassemia tipe .

    Thalassemia- yang terkait dengan variasi struktural rantai

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    17/23

    17

    o Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia media hingga seberatthalassemia- mayor

    o Ekspresi gen homozigot thalassemia (+) menghasilkan sindrom mirip anemiaCooley yang tidak terlalu berat (thalassemia intermedia). Deformitas skelet dan

    hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi kadar Hb mereka biasanya

    bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa transfusi.

    o Kebanyakan bentuk thalassemia- heterozigot terkait dengan anemia ringan.Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal menurut umur.

    o Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, ovalositosis, danseringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga ditemukan tapi biasanya

    tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.

    o MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    18/23

    18

    Gambar 4. Deformitas tulang pada thalassemia beta mayor (Facies Cooley)

    o Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat kekuningan.Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler dan hemosiderosis.

    Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian besarnya sehingga

    menimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan hipersplenisme sekunder.

    Gambar 5. Splenomegali pada thalassemia

    o Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau tidakterjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang disebabkan

    oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung, termasuk aritmia

    dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh siderosis miokardium

    sering merupakan kejadian terminal.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    19/23

    19

    Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia- homozigot yang tidak ditransfusi

    adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis berat, banyak ditemukan poikilosit yang

    terfragmentasi, aneh (sel bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah

    tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan presipitasi kelebihan

    rantai , juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali

    mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi (iron

    binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar HbF yang sangat

    tinggi dalam eritrosit.

    Diagnosis

    Anamnesis :

    Pucat yang lama Terlihat kuning Mudah infeksi Perut membesar akibat Hepatosplenomegali Pertumbuhan terhambat / pubertas terlambat Riwayat transfuse berulang ( jika sudah pernah transfuse sebelumnya ) Riwayat keluarga yang menderita thalassemia

    Pemeriksaan Fisik

    Anemis / pucat Ikterus Facies Cooley

    Hepatosplenomegali Gizi kurang / buruk Perawakan pendek Hiperpigmentasi kulit Pubertas terlambat

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratoriumo Darah tepi lengkap

    Hemoglobin Sediaan apus darah tepi ( mikrositer, hipokrom, anisositosis, poikilositosis, seleritrosit muda / normoblas, fragmentosit sel target ) Indeks eritrosit : MCV, MCH, dan MCHC menurun, RDW meningkat. Bila tidak

    menggunakan cell counter, dilakukan uji resistensi osmotic 1 tabung ( fragilitas )

    o Konfirmasi dengan menggunakan analisis hemoglobin menggunakan : Elektroforesis hemoglobin : Tidak ditemukannya HbA dan meningkatnya HbA2 dan

    HbF

    Jenis Hb kualitatif : menggunakan elektroforesis cellulose acetate

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    20/23

    20

    HbA2kuantitatif : menggunakan metode mikrokolom HbF badan inklusi : menggunakan pewarnaan supravital ( retikulosit)

    Metode HPLC (Beta Short Variant Biorad ) : analisis kualitatif dan kuantitatif

    Diagnosis Banding

    Sifat -Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik termasuk

    defisiensi besi dan -thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi besi, juga dengan sifat

    -Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari

    rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb barts pada hemoglobinopati neonatal, screening tes

    memperlihatkan -Thalasemia.

    Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan tersebut harus

    disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah meningkatnya MCV dan

    memperlihatkan hipokrom pada apusan darah. Dengan pengecualian pada -thalasemia, memiliki

    kelainan hemolitik berupa normal atau peningkatan MCV dan tidak hipokromik.

    Tatalaksana

    Medikamentosao Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum

    sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali

    transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui

    pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai

    transfusi darah.

    o Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efekkelasi besi.

    o Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.o Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel

    darah merah

    BedahSplenektomi dengan indikasi

    o limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatantekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur

    ohipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhansuspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

    Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita thalasemia dengan

    lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa

    ditemukannya akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada

    anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok

    dengan saudara kandungnya di anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    21/23

    21

    SuportifHb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan

    memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan

    dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah

    dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

    Pemantauan

    Terapio Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi

    sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang.

    o Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal,sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

    Tumbuh Kembango Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya

    diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

    Gangguan Jantung, Hepar, dan Endokrino Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung

    (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus,hipoparatiroid) dan fraktur patologis.

    Komplikasi

    Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang

    ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga di timbun dalam

    berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    22/23

    22

    fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang

    kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan trompositopenia. Kematian

    terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.

    Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih

    dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan jantung.

    Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.

    Prognosis

    Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Kondisi klinis

    penderita thalassemia sangat bervariasi dari ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan

    mengancam jiwa.

  • 7/27/2019 preskas thalasemia.docx

    23/23

    23

    Daftar Pustaka

    1. Rudolph C. D, Rudolph A. M, Hostetter M. K, Lister G and Siegel N. J. (2002).RudolphsPediatrics. part 19 blood and blood-forming tissues. 19.4.7 Thallasemia. 21

    stEdition. McGraw-

    hill company: North America

    2. Modell B and Darlison M. (2008). Global Epidemiology of hemoglobin disorders and derivedservice indicators.Bulletin of the World Health Organization, volume 86, number 6.

    http://www.who.int/bulletin/volumes/86/6/06-036673/en/

    3. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Edisi ke-15.Jakarta : EGC ; 1996

    4. Mansjoer, A, dkk. Kapita selekta kedokteran jilid I. Jakarta : Media Aesculapius,2001.

    5. Ikhwan Rinaldi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, jilid II. Jakarta : PusatPenerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2007.

    6. Slyvia A. Price, Lorraine M.Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC. 2006.

    7. Permono B, Sutaryo, dkk. Buku Ajar Hemotologi-Onkologi Anak Cetakan Kedua.Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia ; 2006

    8. Pudjiadi, Antonius H, dkk. Pedoman Pelayanan Medis jilid I. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia ;2010