ppt boraks

45
KERACUNAN KERACUNAN BORAKS BORAKS SELPIANI 030.06.239 FK TRISAKTI MEGA MUZDALIFAH 030.08.159 FK TRISAKTI WILLIAM MAKDINATA 030.08.257 FK TRISAKTI AMARILLA RIANDITA 22010112210089 FK UNDIP BHIMO PRIAMBODO 22010112210149 FK UNDIP CHRISTIE AYUDIATAMA 22010112210144 FK UNDIP NURIN AISYIYAH L 22010112210052 FK UNDIP RISA ARDIANI 22010112210049 FK UNDIP KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Upload: putri-padmosuwarno

Post on 09-Aug-2015

1.254 views

Category:

Documents


132 download

DESCRIPTION

boraks

TRANSCRIPT

Page 1: PPT BORAKS

KERACUNAN KERACUNAN BORAKSBORAKS

SELPIANI 030.06.239 FK TRISAKTI

MEGA MUZDALIFAH 030.08.159 FK TRISAKTI

WILLIAM MAKDINATA030.08.257 FK TRISAKTI

AMARILLA RIANDITA 22010112210089 FK UNDIP

BHIMO PRIAMBODO 22010112210149 FK UNDIP

CHRISTIE AYUDIATAMA 22010112210144 FK UNDIP

NURIN AISYIYAH L 22010112210052 FK UNDIP

RISA ARDIANI 22010112210049 FK UNDIP

 

KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORORSUP DR. KARIADI SEMARANG

Page 2: PPT BORAKS

LATAR BELAKANG

BTP(Permenkes no.33 th. 2012)

Surveilans Keamanan Pangan Badan POM RI th. 2010 Penyalahgunaan boraks 8,80%

= sodium tetraborate decahydrate

Page 3: PPT BORAKS

KERACUNANDefinisi :

menurut WHO

Keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan respon psikofisiologis.

Page 4: PPT BORAKS

BORAKSBORAKS

Page 5: PPT BORAKS

SEJARAH PENGGUNAAN BORAKS

Page 6: PPT BORAKS

SIFAT FISIK BORAKS

• bentuk padat atau serbuk kristal dalam suhu kamar

• boraks berwarna putih atau tidak berwarna.

• tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium

• stabil pada suhu serta tekanan normal

Page 7: PPT BORAKS

SIFAT KIMIA BORAKS

• Na2B4O2(H2O)10

• berat molekul 381,43

• kandungan boron sebesar 11,34 %.

• basa lemah dengan pH (9,15-9,20).

• larut dalam air, kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L pada suhu 25°C (meningkat seiring dengan peningkatan suhu air)

• boraks tidak larut dalam senyawa alkohol.

• zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan.

Page 8: PPT BORAKS

PENGGUNAAN BORAKS

Page 9: PPT BORAKS

PENGGUNAAN BORAKS DALAM MAKANAN

Page 10: PPT BORAKS
Page 11: PPT BORAKS

TOKSIKOKINETIK

Page 12: PPT BORAKS

INTOKSIKASI BORAKS

INTOKSIKASI BORAKS

Intoksikasi akut

Intoksikasi kronikIntoksikasi kronik

Page 13: PPT BORAKS

INTOKSIKASI AKUT

Dibutuhkan waktu beberapa jam

Dosis lethal :

LD50 dewasa 15-20 gram

LD50 anak-anak 5 gram

LD50 untuk bayi adalah 1-3 gram)

Page 14: PPT BORAKS

GEJALA INTOKSIKASI AKUT

mual, muntah, nyeri perut , diare

nyeri kepala, halusinasi, tremor kejang

gagal ginjal akut (ATN/ Acute Tubular Necrosis)

erythema pada kulit

Page 15: PPT BORAKS
Page 16: PPT BORAKS
Page 17: PPT BORAKS

GEJALA INTOKSIKASI KRONIKletargi, tremor, kejang , penurunan kesadaran sampai koma

iritasi saluran pernafasan seperti rhinitis, bersifat transient tidak menetap.

mual, muntah, nyeri perut, perubahan warna lidah jadi kemerahan (red glossy tongue), sariawan berulang

erythema kulit bahkan ulseratif, bahkan rambut rontok sampai alopesia

gangguan proliferasi dari sel limfosit sehingga dapat menimbulkan kerentanan terhadap infeksi

Page 18: PPT BORAKS

PEMERIKSAAN FORENSIK

Page 19: PPT BORAKS

PENGAMBILAN SAMPEL

Lambung

Usus

Otak

Kandung Kemih

Pada Kasus Keracunan Secara Umum

Muntahan

Urine

Feses

Keringat

Page 20: PPT BORAKS

Pemeriksaan Khusus Keracunan Boraks

Darah( serum dewasa : 0,2 mg/dl

anak:0,125 mg/dl

Urine 0,004-0,66 mg/dl

Jaringan

Kadar senyawa boron dalam tubuh

kalorimetrik / spektrometrik atom bertemperatur tinggi

Page 21: PPT BORAKS

CAIRAN TUBUHSebaiknya diperiksa dengan jarum suntik yang bersih/baru.

Perhatikan:

• Darah seharusnya selalu diperiksa pada gelas kaca

• Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu beri label pada tabung sampel darah:

• Pembuluh darah femoral. • Jantung.

Page 22: PPT BORAKS

CAIRAN TUBUH

Pemeriksaan pada mayat tidak otopsi:

• Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari subclavia.

• Urine diambil dengan menggunakan jarum panjang yang dimasukan pada bagian bawah dinding perut terus sampai pada tulang pubis.

Page 23: PPT BORAKS

CAIRAN TUBUH

Pada mayat yang diotopsi :

• Darah diambil dari vena femoral. • Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral,

dapat diambil dari : Vena subklavia, Aorta, Arteri pulmonalis, Vena cava superior dan Jantung.

• trauma massif: darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah bebas pada rongga badan.

Page 24: PPT BORAKS

BAHAN PENGAWET

Bahan pengawet yang dipergunakan adalah :

1.Alkohol absolute.

2.Larutan garam jenuh.

3.Natrium fluoride 1%.

4.Natrium fuorida + natrium sitrat.

5.Natrium benzoate dan phenyl mercuri nitrate.

Sampel padat atau organ

Sampel cair

Urin

Page 25: PPT BORAKS

WADAH

Minimal 9:

• Dua buah toples :2 liter untuk hati dan usus. • Tiga buah toples : 1 liter untuk lambung beserta

isinya, otak dan ginjal. • Empat buah botol : 25 ml untuk darah (2 ) urine

dan empedu.

Page 26: PPT BORAKS

PENGIRIMAN BAHAN PEMERIKSAAN

Harus memenuhi kriteria:

1.Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan.

2.Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrol.

3.Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.

4.Disertakan hasil pemeriksaan otopsi secara singkat jika mungkin disertakan anamnesis dan gejala klinis.

Page 27: PPT BORAKS

PENGIRIMAN BAHAN PEMERIKSAAN5. Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus

disertakan dan memuat identitas korban dugaan racun .

6. Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat dijaga tidak tumpah atau pecah. Kotak diikat mati serta diberi lak pengaman.

7. Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus dibuat berita acara penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalam pengiriman. Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel, atau materi yang digunakan.

8. Pada korban hidup: alkohol tidak dapat dipakai untuk desinfektan lokal saat pengambilan darah. Sebagai gantinya dapat digunakan sublimate 1% atau mercuri klorida 1%.

Page 28: PPT BORAKS

IDENTIFIKASI BORAKS DALAM MAKANAN

Metode Nyala Api

•Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian timbang sample sebanyak ± 3 gram sample.

•Masukkan ke dalam cawan petri, dan atur pH dengan menambahkan air kapur jenuh hingga suasana menjadi asam, diukur dengan kertas lakmus.

•Setelah asam, kemudian masukkan cawan petri ke dalam furnace.

•Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga larutan menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan 10 ml methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna hijau maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.

Page 29: PPT BORAKS

IDENTIFIKASI BORAKS DALAM MAKANAN (2)Metode Kertas Kunyit

• Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya dihaluskan dulu) masukkan ke dalam cawan porselin.

• Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi biru).

• masukkan dalam waterbath.• Panaskan di atas kompor.• Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :

Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10% sampai menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma ke dalam air hasil saringan, jika kertas curcuma memerah kembali dengan asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks

Page 30: PPT BORAKS

IDENTIFIKASI BORAKS DALAM MAKANAN (3)

Test kit boraks dari “easy test”.

Metode uji boraks yang mudah dan praktis. Produknya terdiri dari dua botol reagen uji (untuk 50 kali pemakaian) dan botol reaksi.

Page 31: PPT BORAKS

IDENTIFIKASI BORAKS DALAM MAKANAN (4)Prosedur pemakaian test kit boraks untuk analisis cepat kandungan boraks adalah sebagai berikut :

Bahan uji berupa padatan

Cincang atau lumatkan dengan digerus bahan yang akan diuji, ambil setengah sendok teh dan masukkan dalam botol uji yang telah disediakan. Campur dengan 10 ml air mendidih. Aduk dan biarkan dingin.

Tambahkan 5 ml HCl teknis dan 4 tetes reagen cair. Tutup botol dan kocok dengan kuat.

Ambil kertas uji dan celupkan ke dalam botol sampai terendam sebagian.

Keringkan di bawah terik matahari atau diangin-anginkan. Setelah kering amati bagian kertas uji yang tadi dibasahi. Jika terbentuk warna merah bata berarti bahan yang diuji positif mengandung boraks

Page 32: PPT BORAKS

IDENTIFIKASI BORAKS DALAM MAKANAN (5)

Bahan uji berupa cairan

Ambil 1 sendok makan bahan yang akan diuji (±5ml) dan 4 tetes reagen cair. Tutup botol dan kocok dengan kuat.

Ambil kertas uji dan celupkan ke dalam botol sampai terendam sebagian.

Keringkan di bawah terik matahari atau diangin-anginkan. Setelah kering amati bagian kertas uji yang tadi dibasahi. Jika terbentuk warna merah bata berarti bahan yang diuji positif mengandung boraks

Page 33: PPT BORAKS

PENANGANAN KERACUNAN BORAKS

•Apabila boraks tertelan atau terminum, bilas lambung dengan air hangat.

•Berikan larutan pencahar yang mengandung garam (saline cathartics) dengan 15-30 g sodium sulfat dalam air.

•Berikan cairan infus glukosa dan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi akibat muntah dan diare.

•Atasi shock dengan oksigen, intravenoer plasma, atau transfusi darah.

•Apabila terjadi kejang-kejang, berikan obat barbiturat yang aksinya pendek (short acting barbiturate).

•Berikan obat-obat pencegah infeksi (antibiotik).

•Bila perlu berikan obat-obat analeptika, seperti caffeine sodium benzoat.

•Pengobatan selanjutnya simptomatis untuk kerusakan kulit.

Page 34: PPT BORAKS

ASPEK HUKUM BAHAN TAMBAHAN PANGAN• Peraturan Menteri Kesehatan RI No.33 tahun 2012 :

• Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan.

Page 35: PPT BORAKS

PERMENKES RI NO.33 TAHUN 2012

GOLONGAN BTP YANG DIGUNAKAN BTP YANG TIDAK

DIIZINKAN ATAU DILARANG

Page 36: PPT BORAKS

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN • Pasal 10 :

• Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;

•  

• Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1);

•  

• Pasal 11 :

• “...Bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan penggunaannya dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari pemerintah....”

Page 37: PPT BORAKS

AKIBAT HUKUM DARI PRODUK MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN-BAHAN BERBAHAYA

• Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

• Pasal 111• (1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat

harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan.

• (2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• (3) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang berisi:

• Nama produk;• Daftar bahan yang digunakan;• Berat bersih atau isi bersih;• Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan makanan dan

minuman kedalam wilayah Indonesia; dan• Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.

Page 38: PPT BORAKS

• (4) Pemberian tanda atau label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara benar dan akurat.

• (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian label sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

• (6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

•  

• Pasal 112• Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab mengatur dan

mengawasi produksi, pengolahan, pendistribusian makanan, dan minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109, Pasal 110, dan Pasal 111.

Page 39: PPT BORAKS

• Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan:

• Pasal 8 yaitu: “setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran makanan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi;

• Pasal 20 ayat (1): “setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi”;

• Pasal 21 huruf (a): “setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia”;

• Pasal 26 huruf (b): “setiap orang dilarang memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu yang dijanjikan”;

• Pasal 55 yaitu: “barang siapa dengan sengaja bertentangan dengan Pasal 8, Pasal 21 huruf (a), Pasal 26 huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 600.000.000; (enam ratus juta rupiah);

•  

Page 40: PPT BORAKS

• Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

• Pasal 8 ayat (1) • “pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan

barang dan /atau jasa yang :

• Tidak memenuhi atau sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

• Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan pada label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

• Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

• Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atau barang tertentu;

Page 41: PPT BORAKS

• Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;

• Tidak memasang label atau memuat informasi penjelasan mengenai barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat samping, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;

• Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

•  

• Pasal 62 ayat (1) : • “pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000; (dua milyar rupiah)

Page 42: PPT BORAKS

KESIMPULAN• Boraks dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7 10H2O).

Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).

• Boraks biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air . Sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks pada produk makanan padahal dalam jumlah tertentu sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan keracunan dengan gejala akut seperti mual,muntah bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan neurologis.

• Boraks dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan maupun kulit yang terluka. Boraks tidak mengalami metabolisme dalam tubuh sehingga keberadaan boraks dalam tubuh dapat terdeteksi dari urin.

• Pemerintah dalam undang undang kesehatan telah mengatur mengenai bahan tambahan pangan, namun penegakan hukum belum dilakukan secara tegas dalam menindak oknum yang menyalahgunakan boraks sebagai bahan tambahan pangan.

Page 43: PPT BORAKS

SARAN• Masyarakat diharapkan secara proaktif meningkatkan

pengetahuannya mengenai penyalahgunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan dan harus lebih jeli dalam memilih makanan dalam upaya menghindari efek buruk dari boraks bagi tubuh.

• Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu menyusun program kegiatan sebagai bentuk edukasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyalahgunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dalam konteks makro.

• Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas sangat dibutuhkan, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks.

•  

Page 44: PPT BORAKS

DAFTAR PUSTAKA•  

•  

• Budianto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Muni’m A, Herpian S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia; 1997. P 71.

• Rose Mill Company. What is boric acid?. Available at

• http://www.natbat.com/What%20Is%20Boric%20Acid.pdf. Accessed 18 November 2012.

• National Pesticide Information Center. Boric Acid Technical Fact Sheet. Available at: http://npic.orst.edu/factsheets/borictech.pdf . Accessed 18 November 2012.

• United States Enviromental Protection Agency. Health Effects Support Document for Boron. Available at: http://www.epa.gov/ogwdw/ccl/pdfs/reg_determine2/healtheffects_ccl2-reg2_boron.pdf . Accessed 18 November 2012.

• Forest Health Protection USDA Forest Service. Human Health and Ecological Risk Assessment for Borax Final Report. Available at : http://www.fs.fed.us/foresthealth/pesticide/pdfs/022406_borax.pdf

• . Accessed 19 November 2012.

• http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22602/4/Chapter%20II.pdf . Accessed 18 November 2012.

• http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20996

• Nasution, Anisyah, Analisa Kandungan Boraks Pada Lontong Di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2009, USU 2010 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17797

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.

• http://www.pom.go.id/pom/hukum_perundangan/pdf/BTP_033.pdf

• Abdillah Sinaga : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-Bahan Berbahaya Pada Produk Makanan Di Indonesia, 2009 USU http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4909/1/09E01994.pdf

• Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta: 1999.

• Sinaga Edward J. Peranan Toksikologi dalam Pembuatan Visum Et Repertum Terhadap Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan dengan Menggunakan Racun, 2010, USU http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20996

• World Health Organization. Management of Substance Abuse. WHO 2012. www.who.int/substance_abuse/terminology/acute_intox/index.html

• Day,JR.Analisis Kimia Kuantitatif.1996.Jakarta:Erlangga

• Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-36-2009Kesehatan.pdf

Page 45: PPT BORAKS

TERIMA KASIH