potensi produksi biodiesel dari mikroalga

18

Click here to load reader

Upload: al-shareef

Post on 26-Dec-2015

101 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Renewable Energy

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

0

Potensi Produksi Biodiesel dari Mikroalga

Disusun oleh :

Sareef Chekmae

(2013/01/M/IB/1589)

Makalah untuk Kuliah Presentasi

Mahasiswa KNB Angkatan XIX

Program Intensif Kelas Lanjut

Indonesian Language and Culture Learning Service (INCULS)

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2014

Page 2: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lantar Belakang

Dewasa ini isu krisis energi menjadi topik yang semakin serius. Misalnya,

penggunaan bahan bakar fosil atau minyak bumi dalam jumlah besar, ketergantungan

masyarakat terhadap minyak bumi sangatlah besar, baik untuk kebutuhan rumah tangga,

transportasi, maupun industri. Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa minyak bumi semakin

lama semakin cenderung menurun dan mungkin habis pada masa datang. Penggunaan minyak

bumi tanpa dikontrol manusia dapat menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan dunia,

bahkan juga memicu perubahan iklim dan pemanasan global (global warming).

Hal ini semakin membuat negara-negara seluruh dunia mulai menyadari akibat

tersebut, lalu mulai mempelajari dan meneliti energi alternatif atau energi terbarukan yang

bisa menjadi solusi kebutuhan energi pada masa datang serta bisa mengurangi polusi

di lingkungan (ramah lingkungan) dan risiko pemanasan global. Bahan bakar fosil atau

minyak bumi merupakan energi yang tidak bisa diperbarui. Penggunaan minyak bumi selain

meningkatkan karbon dioksida (CO2), juga meningkatkan jumlah sulfur dioksida (SO2)

di udara. Gas polutan ini merupakan penyebab penting timbulnya hujan asam. Hal ini

semakin menjadi alasan mengapa para peneliti mulai mempelajari dan meneliti energi

alternatif atau energi terbarukan.

Biodiesel sudah menjadi perhatian para peneliti untuk menghasilkan energi alternatif

atau energi terbarukan serta bisa menjadi solusi terbaik bagi krisis energi pada masa datang,

karena biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang mempunyai sifat dalam proses

pembakaran serupa dengan diesel, tidak meningkatkan karbon dioksida (CO2) di atmosfer,

dan tidak menimbulkan pencemaran udara karena tidak mengandung sulfur, khususnya

1

Page 3: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

2

sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan hujan asam. Selain itu, biodiesel dapat

diperbaharui/berkelanjutan. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan,

yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang, atau minyak bekas melalui

proses kimiawi. Berbagai tumbuhan nabati bisa digunakan sebagai bahan bakar biodiesel

seperti jagung, kelapa, kelapa sawit, dan kedelai. Salah satu tumbuhan nabati sudah menjadi

perhatian para peneliti bahwa bisa menjadi sumber energi alternatif dan solusi terbaik bagi

krisis energi pada masa datang, yakni mikroalga.

Mikroalga kemungkinan akan menjadi sumber energi alternatif. Mikroalga

merupakan salah satu organisme yang dapat dinilai ideal dan potensial untuk dijadikan

sebagai bahan baku produksi biofuel (Li, et al., 2008 ; Raja, et al., 2008 ; Gouveia and

Oliveira, 2009). Kandungan lemak dan minyak dalam mikroalga bisa mencapai 50%, yang

bisa digunakan sebagai bahan baku produksi biodiesel. Mikroalga tidak beracun karena

dalam proses pertumbuhannya, mikroalga menyerap karbon dioksida (CO2) yang bisa

mengurangi risiko pemanasan global dan tidak mengandung sulfur sehingga ramah

lingkungan. Demikianlah mikroalga sudah menjadi perhatian para peneliti dalam penelitian

cara menghasilkan biodiesel dari mikroalga serta bisa menjadi solusi terbaik bagi krisis

energi pada masa datang.

Page 4: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

3

BAB II

ANALISIS

2.1 Biodiesel

2.1.1 Pengertian Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar untuk mesin diesel (solar) yang dihasilkan dari

minyak nabati (vegetable oil), lemak binatang atau minyak bekas melalui proses

kimiawi menjadi metil ester (methyl ester) atau etil ester (ethyl ester) yang

mempunyai sifat serupa dengan minyak diesel. Biodiesel adalah bahan bakar yang

dapat diperbaharui (renewable), yang dapat digunakan untuk mengganti minyak

diesel secara langsung atau mencampurinya dengan minyak diesel, lalu digunakan

pada mesin diesel yang tidak usah memodifikasi mesin diesel lagi. Biodiesel dapat

dihasilkan dari berbagai jenis tumbuhan. Saat ini yang umum digunakan adalah

penggunaan minyak kelapa sawit, jarak, kedelai, jagung dan juga mikroalga sebagai

campuran solar.

Bahan bakar biodisel lebih ramah lingkungan karena tingkat pencemarannya

rendah dan bebas polutan sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) serta timbal

dalam bahan bakar minyak, CO2 hasil pembakaran biodiesel akan dikomsumsikan

kembali oleh tanaman untuk kebutuhan proses fotosintesisnya (siklus karbon) atau

terurai secara biologis.

Gambar 2.1 Struktur Molekul Biodiesel

3

Page 5: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

4

Biodiesel terbagi atas 3 jenis berikut ini.

1. Minyak nabati atau minyak lemak. Biodiesel jenis ini dihasilkan dari minyak nabati

sejati atau lemak binatang seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak

kedelai, dan lemak babi. Minyak ini dapat digunakan untuk mesin diesel, tidak usah

mencampurinya atau menambah zat-zat kimia dan mengubah sifatnya. Akan tetapi,

minyak ini mempunyai sifat yang terbatas dalam penggunaan karena sifatnya agak

berbeda dengan minyak diesel seperti pembakaran di dalam mesin tidak sempurna,

dan mesin tidak berkelanjutan.

2. Biodiesel tipe campuran. Biodiesel jenis ini merupakan campuran minyak nabati atau

minyak lemak dengan minyak tanah, minyak diesel, atau apa pun supaya menjadi

biodiesel yang mempunyai sifat serupa dengan minyak diesel seperti Coco-diesel

yang merupakan campuran minyak kelapa dan minyak tanah.

3. Biodiesel tipe ester. Biodiesel jenis ini harus melalui proses kimiawi, yang disebut

reaksi transesterifikasi (transesterification). Proses ini adalah reaksi kimia yang

bereaksi antara trigliserida (triglycerides) yang dihasilkan dari bervariasi minyak

nabati atau lemak seperti minyak kelapa, dan minyak kedelai dengan alkohol (metanol

atau etanol) dengan cara menggunakan asam, atau alkali (basa) sebagai katalisator.

Hasilnya adalah metil ester atau biodiesel. Biodiesel jenis ini mempunyai sifat

tersamai dengan minyak diesel, pembakaran di dalam mesin lebih sempurna daripada

minyak diesel, rendah karbon monoksida (CO), dan tidak mengandung sulfur seperti

sulfur dioksida (SO2), serta tidak beracun sehingga ramah lingkungan.

Page 6: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

5

2.1.2 Metode Produksi Biodiesel

Ada beberapa jenis metode produksi biodiesel yang telah dikembangkan dan

diaplikasikan untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan kebutuhan energi untuk

konversi bahan baku menjadi biodiesel. kebanyakan di tingkat industri adalah reaksi

kimia seperti berikut ini.

1. Secara langsung atau mencampur (direct used and blending) adalah mengekstrak

(extract) minyak dari tanaman nabati dengan cara memeras minyak dari bibit atau

buahnya, lalu langsung digunakan pada mesin diesel.

2. Mikroemulsi (microemulsion) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan

viskositas minyak nabati. Metode ini dilakukan dengan melarutkan minyak nabati

ke dalam larutan metanol, etanol atau 1-butanol sehingga dapat menaikkan

volatilitas dan menurunkan titik nyala.

3. Perengkahan termal (thermal cracking or pyrolysis) adalah proses dekomposisi

minyak nabati atau perubahan struktural kimia melalui cara mempertinggi

pemanasan (high temperature). Keuntungan produk biodiesel dari metode ini

adalah adanya kemiripan dengan struktur bahan bakar diesel dari minyak bumi,

tetapi kelemahan metode ini adalah karena prosesnya tidak boleh terdapat

oksigen, maka bahan bakar yang dihasilkan tidak teroksigenasi dan peralatan yang

digunakan pada metode ini relatif mahal.

4. Reaksi transesterifikasi (transesterification) adalah metode yang paling umum dan

dianggap sebagai metode terbaik dalam menghasilkan biodiesel di tingkat industri.

Metode transesterifikasi tidak hanya sederhana tetapi juga lebih hemat dari segi

biaya. Metode ini adalah reaksi kimia yang bereaksi antara trigliserida

(triglycerides) yang dihasilkan dari bervariasi minyak nabati atau lemak seperti

minyak kelapa dan minyak kedelai dengan alkohol (metanol atau etanol) dengan

Page 7: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

6

cara menggunakan asam, atau alkali (basa) sebagai katalisator. Hasilnya adalah

metil ester atau biodiesel dan gliserol (glycerol) sebagai produk sampingan.

Gliserol yang dihasilkan dari proses ini dapat digunakan di industri pangan dan

obat.

Gambar 2.2 Reaksi Transesterifikasi dalam Produksi Biodiesel

2.2 Mikroalga (Microalga)

Alga merupakan tumbuhan uniseluler (bersel satu) ataupun multiseluler

(bersel banyak) yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga

bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti yang dimiliki tumbuhan pada

umumnya seperti akar, batang, dan daun sehingga disebut juga dengan tanaman

tingkat rendah. Alga dapat tumbuh hampir di seluruh perairan mana pun di belahan

dunia, baik air tawar maupun air asin, bahkan air yang tercemar limbah industri.

Alga memiliki berbagai zat warna (pigment) seperti zat hijau (Chlorophyll) yang

berperan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen

dalam air.

Persamaan Reaksi Fotosintesis

6 CO2 + 12 H2O C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O

Trigliserida Metanol Metil ester Gliserol

Page 8: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

7

Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan berikut ini.

1. Makroalga disebut juga ganggang laut merupakan alga multiseluler yang mudah

dilihat dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop, dapat hidup di

perairan tawar dan laut seperti alga hijau spesies Spirogyra, alga coklat seperti

Macrocystis atau Kelps. Makroalga pada umumnya digunakan untuk produksi

makan, obat-obatan, dan industri kimia liannya. Selain itu, kebanyakan makroalga

adalah alga laut (seaweed) yang tidak umum digunakan untuk memproduksi

biodiesel karena kurang mempunyai minyak dalam sel serta memerlukan tempat

lebih banyak untuk budi dayanya.

2. Mikroalga atau fitoplankton adalah alga yang tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang, beruniseluler, dan berkoloni. Mikroalga merupakan tumbuhan yang

berklorofil dan mempunyai pigmen tumbuhan yang dapat menyerap cahaya

matahari melalui proses fotosintesis. Dalam proses pertumbuhannya, mikroalga

menyerap karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar dan bisa tumbuh di segala

jenis air, bahkan air limbah. Mikroalga tidak beracun dan tidak mengandung

sulfur sehingga ramah lingkungan. Selain itu, mikroalga berpotensi untuk

menghasilkan biomassa dan minyak dalam jumlah signifikan dan dapat dikonversi

menjadi biodiesel. Menurut Kong et al. (2011) mikroalga merupakan sumber yang

potensial untuk menghasilkan biodiesel.

Gambar 2.3 Sel Mikroalga dengan Mikroskop Elektron

Page 9: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

8

2.3 Potensi Mikroalga Sebagai Bahan Baku Biodiesel

Mikroalga memiliki kandungan minyak yang komposisinya mirip seperti

tanaman darat lain, bahkan untuk jenis tertentu mempunyai kandungan minyak cukup

tinggi melebihi kandungan minyak tanaman darat seperti kelapa, kelapa sawit,

kedelai, dan jarak. Produksi biodiesel dari mikroalga telah diakui sebagai pilihan yang

paling cocok dan memiliki keunggulan sebagai bahan baku biodiesel, jika

dibandingkan dengan tanaman nabati lainnya seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Perbandingan Potensi Beberapa Bahan Baku Biodiesel

Bahan baku Produktivitas (Liter/Hektar/Tahun)

Kedelai 450

Camelina 581

Bunga matahari (sunflower) 956

Jarak (jatropha) 1.893

Kelapa sawit 5.950

Mikroalga 50.000 – 120.000

Sumber : Chisti, 2007

Menurut tabel di atas, terlihat bahwa mikroalga dapat memproduksi bahan bakar

hingga 100 kali lebih banyak dibandingkan dengan kedelai ataupun bahan baku lain

dalam luas lahan yang sama. Semua jenis mikroalga memiliki komposisi kimia

sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak (fatty acids), dan nucleic acids.

Ada jenis mikroalga yang memiliki komponen fatty acids lebih dari 40%. Komponen

fatty acids inilah yang akan diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel. Kandungan

lipid dalam biomassa mikroalga kering spesies tertentu dapat mencapai di atas 50%

Page 10: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

9

dengan pertumbuhan yang sangat cepat (Hossain, et al, 2008 ; Hu, et al, 2008 ;

Massinggil, 2009).

Beberapa jenis mikroalga berpotensi sebagai sumber minyak seperti terlihat pada

tabel berikut ini. Kandungan minyak mikroalga bervariasi tergantung jenis

mikroalganya.

Tabel 2.2 Kandungan Minyak Beberapa Spesies Mikroalga

Spesies mikroalga Kandungan minyak (% biomassa)

Botryococcus braunii 25-75

Chlorella sp. 28-32

Nannochloropsis sp. 31-68

Neochloris oleoabundans 35-54

Schizochytrium sp. 50-77

Sumber : Chisti, 2007

Mikroalga menawarkan banyak manfaat dibandingkan dengan sumber energi

terbarukan lain seperti kedelai dan kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku

biofuel. Mikroalga dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. Biodiesel dari

mikroalga tidak beracun dan tidak mengandung sulfur sehingga ramah lingkungan

karena bersifat terurai di alam (biodegradable) dan nilai emisinya rendah.

2.4 Proses Produksi Biodiesel dari Mikroalga (Ariyanti et al. 2011 )

Dalam proses pembuatan biodiesel dengan bahan baku mikroalga ada

beberapa tahapan proses yang harus dilakukan yaitu proses pembudidayaan

mikroalga, proses pemanenan mikroalga, proses ekstraksi minyak mikroalga, dan

terakhir proses transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel dari mikroalga.

Page 11: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

10

2.4.1 Proses pembudidayaan (kultivasi)

Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu menggunakan

kolam terbuka (open pond) dan fotobioreaktor (photobioreactor).

1. Kolam terbuka (open pond)

Kolam terbuka merupakan sistem budidaya mikroalga tertua dan paling sederhana.

Sistem tersebut sering dioperasikan secara kontinu (continuous). Umpan segar

(mengandung nutrisi termasuk nitrogen, phosphor, dan garam inorganic) ditambahkan

di depan paddlewheel dan setelah beredar melalui loop-loop mikroalga tersebut dapat

dipanen di bagian belakang dari paddlewheel. Paddlewheel digunakan untuk proses

sirkulasi dan proses pencampuran mikroalga dengan nutrisi. Beberapa sumber limbah

cair dapat digunakan sebagai kultur dalam budidaya mikroalga. Pemilihan sumber

limbah cair tersebut berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari mikroalga.

Mikroalga laut dapat menggunakan air laut atau air dengan tingkat salinitas tinggi

sebagai media kultur. Biaya operasional sistem kolam terbuka lebih rendah

dibandingkan dengan sistem fotobioreaktor, namun sistem tersebut memiliki beberapa

kelemahan. sistem kolam terbuka mengalami evaporasi akut, dan penggunaan karbon

dioksida (CO2) menjadi tidak efisien. Produktivitas mikroalga juga dibatasi oleh

kontaminasi dari mikroalga atau mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Gambar 2.4 Sistem kolam Terbuka (open pond)

Page 12: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

11

2. Fotobioreaktor (photobioreactor)

Fotobioreaktor dikembangkan untuk mengatasi permasalahan kontaminasi dan

evaporasi yang sering terjadi dalam sistem kolam terbuka. Sistem tersebut terbuat dari

material tembus pandang dan umumnya diletakkan di lapangan terbuka untuk

mendapatkan cahaya matahari. Pada dasarnya, terdapat dua tipe fotobioreaktor, yaitu

tipe flat plate dan tipe tubular. Apabila dibandingkan, tipe tubular lebih cocok untuk

aplikasi di luar ruangan karena luasnya permukaan untuk proses iluminasi. Namun,

flat plate fotobioreaktor juga sering digunakan karena tipe ini dapat meratakan

intensitas penyinaran sehingga sel yang dihasilkan memiliki densitas yang lebih

tinggi. Tipe flat plate fotobioreaktor lebih disukai karena: (1) konsumsi energi lebih

rendah dan kapasitas transfer massa tinggi; (2) efisiensi fotosintetis tinggi; dan (3)

tidak terdapat ruang yang tidak terkena cahaya. Desain dari tipe ini juga beragam

mulai dari tipe gelas hingga PVC transparan dan tebal. Fotobioreaktor memiliki rasio

luas permukaan dan volume yang besar. Produktivitas mikroalga menggunakan

fotobioreaktor dapat mencapai 13 kali lipat total produksi dengan menggunakan

sistem kolam terbuka

Gambar 2.5 Sistem Fotobioreactor

Page 13: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

12

2.4.2 Proses Pemanenan Mikroalga (Harvesting)

Pemanenan mikroalga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan

penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Teknik-teknik seperti flokulasi

(flocculation), filtrasi (filtration), dan sentrifugasi (centrifugation) biasa digunakan

untuk pemanenan mikroalga. Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan, bergantung

pada ukuran mikroalga dan kualitas produk yang diinginkan, untuk menghasilkan

efisiensi yang lebih tinggi.

1. Flokulasi (flocculation)

Flokulasi adalah proses dimana partikel zat terlarut dalam larutan membentuk agregat

yang disebut flok. Proses flokulasi terjadi saat partikel zat terlarut saling bertumbukan

dan menempel satu sama lain. Bahan kimia yang biasa disebut flokulan ditambahkan

ke dalam sistem untuk membantu proses flokulasi. Sel mikroalga umumnya berukuran

5-50 µm. Sel mikroalga dapat membentuk suspensi cukup stabil dengan bahan kimia

yang memiliki muatan negatif pada permukaannya. Terdapat dua tipe flokulan yang

digunakan yaitu: flokulan inorganik dan flokulan polimer organik/ polielektrolit.

flokulasi dapat digunakan sebagai tahap awal untuk mempermudah proses

selanjutnya.

2. Filtrasi (filtering)

Metode pemisahan ini melibatkan media yang permeabel untuk melewatkan cairan

sekaligus menahan padatan sehingga kedua komponen ini terpisah. Proses filtrasi

memerlukan pressure drop untuk mendorong cairan melewati media filter. Pressure

drop yang umum digunakan adalah gravitasi, vakum, tekanan atau sentrifugal.

Menurut penelitian yang dilakukan, proses filtrasi yang paling efektif diaplikasikan

untuk proses pemanenan mikroalga dengan ukuran sel yang besar adalah filtrasi

bertekanan atau filtrasi vakum. Namun proses filtrasi tidak cocok untuk operasi

Page 14: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

13

pemanenan mikroalga yang memiliki ukuran sel yang kecil seperti spesies Dunaliella.

Gambar 2.6 menunjukkan skematik sistem filtrasi aliran tangensial. Kultur mikroalga

dan retentat hasil proses filtrasi dipompakan ke modul filter. Filtrat dialirkan ke proses

selanjutnya, sedangkan retentat dikembalikan lagi ke tangki umpan sehingga lama

kelamaan mikroalga dalam tangki akan semakin terkonsentrasi.

Gambar 2.6 Skematik Sistem Filtrasi Aliran Tangensial

3. Sentrifugasi (centrifugation)

Sentrifugasi merupakan proses yang biasa digunakan untuk memperoleh mikroalga

dalam jumlah besar. Efisiensi dari proses ini bergantung pada jenis mikroalga yang

digunakan, proses ini merupakan proses pemisahan yang menggunakan gaya

sentrifugal sebagai driving force untuk memisahkan padatan dan cairan. Proses

pemisahan ini didasarkan pada ukuran partikel dan perbedaan densitas dari komponen

yang akan dipisahkan. proses sentrifugasi dengan kecepatan tinggi secara efektif

dapat memisahkan mikroalga dari cairan medianya. Walaupun proses sentrifugasi

efektif digunakan secara teknis, proses ini juga memiliki kelemahan terutama pada

investasi alat yang tinggi dan biaya operasional yang tinggi.

Page 15: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

14

2.4.3 Proses Ekstraksi Minyak Mikroalga

Terdapat dua metode yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi minyak dari

mikroalga berikut ini.

1. Ekstraksi minyak menggunakan pelarut (Chemical solvent oil extraction)

Minyak mikroalga dapat diekstraksi menggunakan senyawa kimia. Benzena dan eter

dapat digunakan sebagai pelarut, namun senyawa kimia yang paling sering digunakan

adalah heksana dengan titik didih yang berada antara 65-69oC, yang relatif lebih

murah. Ekstraksi menggunakan pelarut dibandingkan dengan ekstraksi secara mekanis

memiliki kelebihan yaitu menghasilkan minyak yang lebih banyak (hampir 99%) dan

membutuhkan biaya operasi yang lebih kecil.

2. Ekstrasi minyak dengan CO2 superkritis (Supercritical Fluid Extraction)

Metode ekstraksi ini menggunakan CO2 superkritis sebagai pelarut. Sebuah senyawa

dikatakan berada dalam keadaan superkritis ketika senyawa tersebut telah melewati

suhu dan tekanan kritisnya. Untuk CO2, titik kritisnya berada pada suhu 304.1 K dan

tekanan 73.8 bar. Diluar batas titik kritisnya, sebuah senyawa tidak dapat dikatakan

sebagai gas atau cair, viskositas, konstanta dielektrik dan kapasitas panas, bersama

dengan sifat-sifat lain berbeda jauh dari sifat pada fasa uap atau cairnya. Perubahan-

perubahan ini yang memberikan CO2 superkritis sifat pelarut dan ekstraksinya.

2.4.4 Proses Transesterifikasi

Untuk mensintesis minyak mikroalga menjadi biodiesel dilakukan dengan proses

transesterifikasi dengan bantuan katalis untuk mempercepat reaksi. Secara garis besar

ada 3 macam transesterifikasi dengan katalis yang dapat digunakan, yaitu:

1) Transesterifikasi Katalis Basa 2) Transesterifikasi Katalis Asam dan

3) Transesterifikasi Menggunakan Enzim.

Page 16: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

15

Proses transesterifikasi menggunakan katalis basa merupakan proses yang paling

umum digunakan di industri sampai saat ini. Selain itu, proses ini juga menghasilkan

biodiesel dengan kualitas cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bakar. Dari sisi

teknologi, banyak sekali teknologi yang berkembang untuk proses transesterifikasi ini,

mulai dari proses perlakuan awal bahan baku (pretreatment), proses transesterifikasi,

proses pemisahan biodiesel dan gliserol, proses pemisahan dan recovery metanol,

proses pemisahan gliserol, hingga proses purifikasi biodiesel dengan air untuk

meningkatkan kemurnian biodiesel.

Page 17: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

16

BAB III

PENUTUP

Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang terbuat dari minyak nabati

yang merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui dan bisa menjadi solusi terbaik bagi

krisis energi pada masa depan. Dengan beragam tumbuhan yang ada di bumi dapat dilakukan

banyak penelitian terhadap tanaman yang berkemungkinan memiliki potensi dalam

menghasilkan biodiesel. Mikroalga adalah salah satu tumbuhan nabati yang memiliki potensi

terbesar yang dapat digunakan sebagai tumbuhan alternatif untuk menghasilkan biodiesel.

Akan tetapi, untuk membuat biodiesel dari mikroalga, telah diakui oleh konsumen umum

perlu dipelajari dan dikembangkan untuk memperoleh informasi lengkap tentang produksi

seperti teknik budi daya untuk meningkatkan jumlah sel, teknik untuk mengekstrak minyak

dari sel mikroalga, dan kondisi optimum reaksi transesterifikasi dalam produksi biodiesel dari

mikroalga. Bahkan, kualitas biodiesel dari mikroalga harus berstandar sama dengan biodiesel

yang dihasilkan dari minyak nabati lain, termasuk jumlah biaya dalam produksi serta cara

untuk mengurangi biaya produksinya. Masalah ini menjadi soal yang menantang bagi para

peneliti dan akademisi dalam mempelajari dan meneliti untuk menghasilkan biodiesel dari

mikroalga serta mengembangkan dan memperluas produksi di tingkat industri selanjutnya.

16

Page 18: Potensi Produksi Biodiesel Dari MikroAlga

17

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Handayani. 2011. Mikroalga Sebagai Sumber Biomassa Terbarukan : Teknik

Kultivasi dan Pemanenan. METANA Journal. 06 : 35-40.

Chisti, Y., 2007. Biodiesel from Microalgae, Biotechnology Advances. 25 : 293-306.

Hossain ABMS, Salleh A, Boyce AN, Chowdhury P, and Naqiuddin M., 2008. Biodiesel

Fuel Production From Algae As Renewable Energy, American Journal of

Biochemistry and Biotechnology. 4 : 250–254.

Hu Q, Sommerfeld M, Jarvis E, Ghirardi M, Posewitz M, Seibert M., 2008. Microalgal

Triacylglycerols As Feedstocks For Biofuels Production: Perspectives And Advances.

The Plant Journal. 54 : 621–639.

Gouveia L, and Oliveira AC., 2009. Microalgae as A Raw Material For Biofuels Production.

Journal of Industrial Microbiology and Biotechnology. 36 : 269–274.

Li Y, Horsman M, Wu N, Lan C.Q, and Dubois-Calero N., 2008. Biofuels From Microalgae.

Biotechnology Progress. 24 : 815–820.

Massinggil, M. J., 2009. 15 Years of Experience Producing microalgae Feedstock and

Resulting Co-Products. Kent Bioenergy Corporation. San Diego.

Raja R, Hemaiswarya S, Kumar NA, Sridhar S. and Rengasamy R., 2008. A Perspective On

The Biotechnological Potential of Microalgae. Critical Reviews in Microbiology.

34 : 77–88.

17