pneumotoraks-gatut wicaksono

22
BAB I PENDAHULUAN Pneumotoraks didefinisikan sebagai keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Diperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun. dimana laki-laki lebih sering daripada wanita (4:1); paling sering pada usia 2030 tahun. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang. Kerusakan pada pleura parietal dan/atau pleura viseral dapat menyebabkan udara luar masuk ke dalam rongga pleura, sehingga paru akan kolaps. Paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pula sebagai akibat trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik. Dahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB paru sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal sebagai pneumotoraks artifisial. Kemajuan teknik maupun peralatan kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-kasus pneumotoraks antara lain 1

Upload: galangrangga

Post on 29-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pneumothoraks

TRANSCRIPT

Page 1: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumotoraks didefinisikan sebagai keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga

pleura. Diperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun.

dimana laki-laki lebih sering daripada wanita (4:1); paling sering pada usia 2030 tahun.

Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat

mempertahankan paru dalam keadaan berkembang. Kerusakan pada pleura parietal dan/atau

pleura viseral dapat menyebabkan udara luar masuk ke dalam rongga pleura, sehingga paru

akan kolaps. Paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pula sebagai akibat

trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik. Dahulu

pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB paru sebelum ditemukannya obat

anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal sebagai pneumotoraks artifisial. Kemajuan

teknik maupun peralatan kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan

kasus-kasus pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi pleura dan juga

beberapa tindakan terapeutik seperti misalnya pungsi pleura, ventilasi mekanik, dapat pula

menjadi sebab terjadinya pneumotoraks (pneumotoraks iatrogenik).

Diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu radiologis yang memperlihatkan paru yang kolaps.

Peranan pemeriksaan radiologi antara lain sebagai kunci diagnosis, penilaian luasnya

pneumotoraks, dan evaluasi penyakit-penyakit yang menjadi dasar1.

1

Page 2: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura 2.

2.2 Insiden

Kejadian pneumotoraks pada umumnya sulit ditentukan karena banyak kasus-kasus yang

tidak didiagnosis sebagai pneumotoraks karena berbagai sebab. Johnston & Dovnarsky

memperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun.

Beberapa karakteristik pada pneumotoraks antara lain: laki-laki lebih sering daripada wanita

(4:1); paling sering pada usia 2030 tahun. Pneumotoraks spontan yang timbul pada umur

lebih dari 40 tahun sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan empisema. Lebih

sering pada orang-orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus) terutama pada

mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumonotoraks kanan lebih sering terjadi dan

pada kiri1.

2.3 Klasifikasi

Berbagai Klasifikasi pneumotoraks dapat dikemukakan antara lain:

1. Menurut terjadinya;

a. Pneumotoraks spontan

- Primer: bila tidak dijumpai penyakit primer, biasanya pada laki-laki, muda, tinggi,

kurus, merokok.

2

Page 3: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

- Sekunder: bila terdapat penyakit primer di paru, seperti PPOK, asma, sarkoidosis,

TB, fibrosis paru idiopatik, dll.

b. Pneumotoraks traumatik

Luka tusuk, fraktur iga, emfisema akibat pembedahan.

c. Pneumotoraks artifisial

Pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB paru sebelum ditemukannya

obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah.

d. Pneumotoraks iatrogenik

Paling sering. Akibat biopsi paru, biopsi pleura, pungsi pleura, ventilasi mekanik,

aspirasi dada, operasi toraks1,2,4.

2. Menurut jenis fistulanya;

a. Terbuka, bila robekan pleura viseralis tetap terbuka sehingga tekanan di dalam rongga

pleura sama dengan tekanan udara luar. Dimana udara dapat keluar masuk ke dalam

rongga pleura pada pernapasan (respirasi).

b. Tertutup, bila robekan menutup setelah udara yang masuk cukup banyak sehingga

tidak ada pergerakan udara pada pernapasan.

c. Ventil atau valvular, bila terjadi mekanisme check valve dimana udara hanya dapat

masuk ke rongga pleura pada inspirasi dan tidak dapat keluar pada ekspirasi.

Pada pneumotoraks ventil ini udara yang terperangkap dalam rongga pleura

bertambah dengan cepat yang menyebabkan rongga pleura tersebut makin membesar,

sehingga mendesak mediastinum serta pembuluh-pembuluh darah di situ dengan

akibat gangguan sirkulasi; pneumotoraks ini disebut juga dengan tension

pneumothorax1,2.

3. Berdasarkan lokalisasi

a. Pneumotoraks parietalis

3

Page 4: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

b. Pneumotoraks medialis

c. Pneumotoraks basalis

4. Perbedaan derajat kolaps

a. Pneumotoraks totalis

b. Pneumotoraks parsialis

2.4 Patofisiologi

Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Ketika udara masuk

ke rongga pleura yang dalam keadaan normal bertekanan lebih rendah daripada tekanan

atmosfer, paru akan kolaps sampai batas tertentu. Tetapi jika terbentuk saluran terbuka, maka

kolaps masif akan terjadi sampai tekanan dalam rongga pleura sama dengan tekanan

atmosfer. Mediastinum akan bergeser kearah paru yang kolaps dan dapat berpindah bolak-

balik selama siklus pernapasan, sewaktu udara keluar masuk rongga pleura1,5.

4

Gambar 1. Patofisologi Pneumotoraks

Page 5: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

2.5 Manifestasi Klinis

1. Keluhan Subyektif

Gejala klinis pneumotoraks spontan bergantung pada ada tidaknya tension pneumotoraks

serta berat ringan pneumotoraks. Pasien secara spontan mengeluh nyeri dan sesak napas yang

muncul secara tiba-tiba. Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang sering muncul adalah:

- Sesak napas, yang didapatkan pada 80-100% pasien

- Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien

- Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien

- Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat sekitar 5-10%3,6

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin dada tampak asimetris, suara fremitus menurun atau

menghilang, perkusi hipersonor, dan suara napas menurun atau menghilang. Pneumotoraks

ukuran kecil biasanya hanya menimbulkan takikardi ringan dan gejala yang tidak khas. Pada

pneumotoraks ukuran besar biasanya suara napas yang melemah bahkan menghilang pada

auskultasi, fremitus menurun, dan perkusi hipersonor. Pneumotoraks tension dicurigai bila

didapatkan adanya takikardi berat, hipotensi, dan pergeseran mediastinum atau trakea3,6.

3. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis pneumotoraks spontan dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan

radiologis yang memperlihatkan paru yang kolaps.

Peranan pemeriksaan radiologi antara lain:

1. Kunci diagnosis.

5

Page 6: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

2. Penilaian luasnya pneumotoraks.

3. Evaluasi penyakit-penyakit yang menjadi dasar.

Dimana radiologis konvensional merupakan pilihan utama untuk mendeteksi dan

mengevaluasi pneumotoraks. CT scan sangat berguna untuk mengevaluasi kasus sulit pada

pneumotoraks dengan ukuran kecil pada pasien posisi supine1,6,7.

a. Konvensional

Pada pneumotoraks yang sedang sampai berat foto konvensional (dalam keadaan

inspirasi) dapat menunjukkan adanya daerah yang hiperlusen dengan pleural line di sisi

medialnya; tetapi pada pneumotonaks yang minimal, foto konvensional kadang-kadang

6

Gambar 2. Pneumotoraks

Page 7: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

tidak dapat menunjukkan adanya udara dalam rongga pleura; untuk itu diperlukan foto

ekspirasi maksimal, kadang-kadang foto lateral dekubitus.

Hinshaw merekomendasikan membuat foto pada 2 fase inspirasi dan ekspirasi, karena

akan memberikan informasi yang lebih lengkap tentang:

- Derajat/luasnya pneumotoraks.

- Ada/tidaknya pergeseran mediastinum.

- Menunjukkan adanya kista dan perlekatan pleura lebih jelas dari pada foto

konvensional

Pneumotoraks paling baik digambarkan dengan film dada dengan ketajaman rendah,

sehingga hal-hal berikut dapat terlihat. Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan

bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas

paru berupa garis radioopak yang tipis berasal dari pleura visceral. Jika pneumotoraks

luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps di 7

Gambar 3. Fase Inspirasi pada Pneumotoraks

Gambar 4. Fase Ekspirasipada Pneumotoraks

Page 8: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Selain itu sela iga

menjadi lebih lebar1,4,8.

d. USG

Pneumotoraks dapat juga didiagnosis oleh USG. Udara di rongga pleura ditampilkan

pantulan gelombang yang sangat tajam. Tidak seperti udara intrapulmoner, pantulan

gelombang tidak bergerak saat respirasi. Bagaimanapun juga, luas pneumotoraks

ditentukan dengan radiologis dada9.

Menggunakan Linear array transducer (Small parts/high frequency probe) dengan

pasien dalam posisi supinasi, scan dipermukaan anterior dinding dada menarik garis

sagital (longitudinal). Scan mulai dari anterior axillary line ke para sternal line.

8

Gambar 5. Konvensional Pneumotoraks

Page 9: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

Menggunakan video:

9

Gambar 6 Anatomi NormalRib shadows (R) are visible as bright reflectors with distal shadow.The Pleura (* *) is a bright echogenic line beneath the ribs.Comet Tail artifacts (> arrows) arise from normal pleura reflecting sound waves.

Gambar 7 Video Anatomi NormalLung sliding back and forthNote the pleura moves with respect to the ribsComet tail artifacts

Gambar 8 Video PneumotoraksNO lung sliding back and forthNote the pleura and ribs move togetherNO comet tail artifacts

Page 10: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

e. CT Scan

Pemeriksaan Computed Tomography (CT-Scan) mungkin diperlukan apabila dengan

pemeriksaan foto dada diagnosis belum dapat ditegakkan. Pemeriksaan ini lebih spesifik

untuk membedakan emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan

cairan intra dan ekstrapulmoner serta untuk membedakan antara pneumotoraks spontan

primer atau sekunder. Sensitivitas pemeriksaan CT-scan untuk mendiagnosis emfisema

subpleura yang bisa menimbulkan pneumotoraks spontan primer antara 80-90%.

Dengan CT scan dapat melihat:

- Kumpulan cairan dan udara dalam rongga pleura

- Kemungkinan dapat dilihat fraktur iga yang menembus dada

- Kemungkinan dapat dilihat kontusio dan laserasi paru

- Injuri abdominal yang terkait

Pemeriksaan endoskopi (torakokopi) merupakan pemeriksaan invasif, tetapi memiliki

sensivitas lebih besar dibandingkan pemeriksaan CT-scan3,7.

10

Gambar 10 CT Scan Pneumotoraks

Page 11: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

2.6 Diagnosis Banding

Pneumotoraks dapat memberi gejala seperti infark miokard, emboli paru, dan

pneumonia. Diagnosis banding lainnya yaitu:

- Pleuritis dan perikarditis

- Bronkitis kronis dan emfisema

- Hernia diafragmatika

- Dissecting aneurysma aorta

Pada pasien muda, tinggi, pria, dan perokok jika setelah difoto diketahui ada

pneumotoraks, umumnya diagnosis kita menjurus ke pneumotoraks spontan primer.

Pneumotoraks spontan sekunder kadang-kadang sulit dibedakan dengan pneumotoraks yang

terlokalisasi dari suatu bleb atau bulla subpleura3.

2.7 Penatalaksanaan

Terapi tergantung berat ringan pneumotoraks dan penyakit mendasar.

Pneumotoraks spontan primer stabil

- Kolaps paru kecil (<15-20%): observasi, suplemen O2 untuk mempercepat reabsorbsi

- Kolaps luas dan ada keluhan: aspirasi, kateter toraks.

Pneumotoraks spontan sekunder

- Kateter toraks

- Torakoskopi dengan stapling bleb dan abrasi pleura atau pleurodesis dengan bahan

sklerosing untuk mencegah relaps.

Pneumotoraks ventil

- Dekompresi dengan jarum besar yang dimasukkan ke rongga pleura – midklavikula

ruang antar iga 2 depan, dilakukan pemasangan kateter toraks

11

Page 12: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

- Setelah pemasangan kateter toraks 5-7 hari paru masih kolaps atau bronkopleura

fistula menetap, dianjurkan torakoskopi/VATS

Analgetika untuk mengobati nyeri.2

2.8 Komplikasi

Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks) dapat mengakibatkan

kegagalan respirasi akut. Pio-pneumotoraks, hidro-pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti

jantung paru dan kematian (sangat jarang terjadi); pneumomediastinum dan emfisema

subkutan sebagai akibat komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya

bronkus, sehingga kelainan tersebut harus ditegakkan (insidensinya sekitar 1%),

pneumotoraks simultan bilateral (insidensinya sekitar 2%), pneumotoraks kronik

(insidensinya sekitar 5 %), bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan3.

2.9 Prognosis

Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif, terutama yang

mengenai penderita muda yang sehat. Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir

separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah

pemasangan tube toracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks

yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup baik,

umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien pneumotoraks spontan sekunder prognosisnya

tergantung penyakit paru yang mendasari2,3.

12

Page 13: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

BAB III

KESIMPULAN

Pneumotoraks didefinisikan sebagai keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga

pleura. Diperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun.

dimana laki-laki lebih sering daripada wanita (4:1); paling sering pada usia 2030 tahun.

Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Ketika udara

masuk ke rongga pleura yang dalam keadaan normal bertekanan lebih rendah daripada

tekanan atmosfer, paru akan kolaps sampai batas tertentu.

Diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu radiologis yang memperlihatkan paru yang kolaps.

Dimana radiologis konvensional merupakan pilihan utama untuk mendeteksi dan

mengevaluasi pneumotoraks. Sangat baik digambarkan dengan film dada dengan ketajaman

rendah, sehingga bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen

yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern), dengan batas paru berupa garis

radioopak yang tipis berasal dari pleura visceral.

Prinsip-prinsip penanganan pneumotoraks observasi dan pemberian tambahan

oksigen, aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau

tanpa pleurodesis, torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau

bulla, serta torakotomi.

Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami

kekambuhan. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien pneumotoraks yang dilakukan

torakotomi terbuka atau pasien yang penatalaksanaannya cukup baik. Pasien pneumotoraks

spontan sekunder prognosisnya tergantung penyakit paru yang mendasari.

13

Page 14: pneumotoraks-Gatut Wicaksono

DAFTAR PUSTAKA

1. Swidarmoko, Boedi. 1995. Penatalaksanaan Konservatif Pneumotoraks Spontan.

Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 101

2. RSUD dr. Soetomo. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Paru.

Surabaya: FK Unair.

3. Barmawi Hisyam, Eko Budiono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi

IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

4. Patel, Pradip R. 2005. Lecture Notes Radiology Edisi 2. Jakarta: Erlangga

5. Price, sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

6. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC

7. Michael L. Grey, Jagan M. Ailinani. 2003. CT and MRI Pathology : A Pocket Atlas.

USA: The McGraw-Hill Companies

8. Kusumawidjaja, Kahar. 2009. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

9. Schmidt, Guenter. 2006. Differential Diagnose in Ultrasound Imaging : A Teaching

Atlas. New York: Thieme

10. http://sinaiem.us/tutorials/pneumothorax

14