plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ evaluasi...

88
i EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT KELOMPOK PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan oleh : Anastasia Hilda Fajarwati NIM : 108114156 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: vuongthu

Post on 08-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

i

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT KELOMPOK PEDIATRI

DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

PERIODE JULI-SEPTEMBER 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh :

Anastasia Hilda Fajarwati

NIM : 108114156

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karena MASA DEPAN sungguh ada

dan HARAPANMU tidak akan hilang – Amsal 23:18 -

TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu

di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu;

Engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air

yang tidak pernah mengecewakan – Yesaya 58:11-

Karya kecil ini ku persembahkan untuk :

♥ Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan St. Yoseph

♥ Bapak dan Ibu

♥ Kakak dan Adiku

♥ Sahabat-sahabatku

♥ Teman-teman FKK B 2010

♥ Teman-teman angkatan 2010

Serta

Almamaterku……

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-September 2013” dengan lancar sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang turut membantu penulisan skripsi ini, antara lain :

1. Dra. Th.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt selaku Dosen

Pembimbing atas bimbingan, kesabaran, perhatian, dukungan, serta saran-

saran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Direktur Rumah Sakit, Unit Personalia, Unit Rekam Medik serta seluruh staff

Rumah Sakit Panti Rapih yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia, M. Sc., Apt. selaku

Dosen Penguji atas bimbingan dan saran-saran dalam penulisan skripsi.

4. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma beserta seluruh staff.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

INTISARI .................................................................................................... xvi

ABSTRACT .................................................................................................. xvii

BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

1. Perumusan masalah ............................................................. 3

2. Keaslian penelitian .............................................................. 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

ix

3. Manfaat penelitian ............................................................... 8

B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

1. Tujuan umum ...................................................................... 8

2. Tujuan khusus ..................................................................... 8

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 10

A. Antibiotika....................................................................................... 10

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)......................................... 14

1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian atas ...................... 15

a. Otitis media ............................................................. 16

b. Faringitis .................................................................. 17

c. Sinusitis ................................................................... 18

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian bawah .................. 19

a. Pneumonia ............................................................... 19

b. Bronkiolitis .............................................................. 21

c. Bronkitis akut .......................................................... 21

C. Penggunaan Obat yang Rasional ..................................................... 24

D. Keterangan Empiris ......................................................................... 25

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 27

B. Definisi Operasional........................................................................ 27

C. Subjek Penelitian ............................................................................. 29

D. Bahan Penelitian............................................................................. 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

x

E. Instrumen Penelitian........................................................................ 30

F. Tata Cara Penelitian ........................................................................ 31

1. Tahap perencanaan .............................................................. 31

2. Tahap analisis situasi ........................................................... 31

3. Tahap pengumpulan data ..................................................... 31

4. Tahap pengolahan data ........................................................ 32

G. Analisis Hasil .................................................................................. 32

H. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 36

A. Karakteristik Demografi Pasien ...................................................... 36

1. Jumlah pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin .................. 36

2. Jumlah pasien ISPA berdasarkan usia ................................. 37

3. Jumlah pasien ISPA berdasarkan diagnosis ........................ 39

4. Jumlah pasien ISPA berdasarkan lama perawatan .............. 41

B. Pola Penggunaan Antibiotika .......................................................... 42

1. Penggunaan antibiotika berdasarkan sub golongan dan

jenis antibiotika .................................................................. 42

2. Gambaran durasi penggunaan antibiotika ........................... 45

C. Gambaran Ketidaktepatan Penggunaan Antibiotika ....................... 47

1. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika

berdasarkan dosis ................................................................ 47

2. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika

berdasarkan rute pemberian ................................................. 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xi

3. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika

berdasarkan interval/frekuensi waktu .................................. 50

4. Rangkuman evaluasi antibiotika .......................................... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 53

A. Kesimpulan ..................................................................................... 53

B. Saran ................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 55

LAMPIRAN ................................................................................................ 59

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Guideline Dosis Antimikroba pada Faringitis ..................... 18

Tabel II. Terapi Antibiotika pada Sinusitis Akut ............................... 19

Tabel III. Persentase Distribusi diagnosis akhir pasien ISPA

kelompok pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti

Rapih Yogyakarta periode Juli- September 2013 ................ 40

Tabel IV. Persentase Distribusi Golongan Antibiotika yang

digunakan oleh pasien ISPA Kelompok Pediati di

Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta

Periode Juli-September 2013 ............................................... 45

Tabel V. Persentase Durasi penggunan Antibiotika pada Pasien

ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS.

Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-September 2013 ....... 46

Tabel VI. Persentase Distribusi Jumlah Ketidaktepatan Dosis

Antibiotika berdasarkan Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan pada Pasien ISPA

kelompok umur Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS

Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013 ....... 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Saluran Pernafasan ............................................... 15

Gambar 2. Terapi Antibiotika Pneumonia pada Pediatri ...................... 20

Gambar 3. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok

Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih

Yogyakarta Periode Juli-September 2013 Berdasarkan

Jenis Kelamin ...................................................................... 37

Gambar 4. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok

Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih

Yogyakarta Periode Juli- September 2013 Berdasarkan

Usia ...................................................................................... 39

Gambar 5. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok

Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih

Yogyakarta Periode Juli- September 2013 Berdasarkan

Lama Perawatan .................................................................. 41

Gambar 6. Persentase Distribusi jenis antibiotika untuk

pengobatan ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi

Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-

September 2013 ................................................................... 43

Gambar 7. Persentase Distribusi profil penggunaan terapi

Antibiotika Tunggal dan Kombinasi untuk pengobatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xiv

ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS.

Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013 ....... 44

Gambar 8. Persentase Distribusi rute pemberian antibiotika pada

pasien ISPA kelompok pediatri di Instalasi Rawat Inap

RSPR Yogyakarta Periode Juli-September 2013 ................ 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Demografi dan Data Pemeriksaan Pasien ................... 60

Lampiran 2. Data Perawatan Pasien dan Penggunaan Antibiotika .......... 62

Lampiran 3. Dosis dan Interval Waktu Antibiotika yang Diberikan

pada Pasien ISPA ................................................................ 67

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ............................................................ 70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xvi

INTISARI

Jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada pediatri sangat tinggi dan menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Penelitian di Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan penggunaan antibiotika kurang rasional mencapai 80%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi penggunaan antibiotika pasien ISPA periode Juli-September 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif non-eksperimental, dengan pengambilan data secara retrospektif. Kriteria inklusi meliputi umur ≤14 tahun yang menerima terapi antibiotika dan menjalani rawat inap di RSPR Yogyakarta yang mendapat diagnosis utama keluar ISPA tanpa penyakit penyerta. Kriteria eksklusi meliputi pasien pediatri yang mendapatkan diagnosis akhir ISPA dengan penyakit penyerta dan data rekam medis tidak lengkap. Dari 69 pasien ISPA, yang memenuhi kriteria inklusi adalah 16 pasien. Data dianalisis dengan metode kualitatif secara deskriptif dan dibandingkan dengan Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan.

Hasil penelitian menunjukkan pasien ISPA terbanyak pada laki-laki 11 pasien (68,75%), usia terbanyak ≤4 tahun 14 pasien (87,5%). Pasien dengan diagnosis akhir ISPA tanpa penyakit penyerta 16 pasien (42,11%), dan lama hari perawatan 3 hari sebanyak 6 pasien (37,5%). Pola penggunaan antibiotika untuk sub golongan terbanyak yaitu golongan sefalosporin generasi III sebanyak 13 jumlah antibiotika (68,42%) dengan jenis antibiotika tertinggi yaitu sefiksim sebanyak jumlah 7 antibiotika (36,84%). Durasi penggunaan antibiotika tertinggi adalah sefiksim selama 3 hari sebanyak 3 jumlah antibiotika (15,80%). Evaluasi antibiotika menunjukan adanya ketidaktepatan dosis, dosis kurang sebanyak 6 jumlah antibiotika (33,33%) dan dosis lebih sebanyak 3 jumlah antibiotika (16,67%). Tidak ditemukan ketidaktepatan rute pemberian, dan dapat dilihat rute pemberian peroral sebanyak 12 jumlah antibiotika (63,16%) dan parenteral sebanyak 7 jumlah antibiotika (36,84%). Tidak ditemukan ketidaktepatan frekuensi/interval waktu.

Kesimpulannya yaitu dosis dan frekuensi/interval waktu penggunaan antibiotika masih belum sesuai dengan Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan yang disarankan.

Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), antibiotika, pediatri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

xvii

ABSTRACT

The number of patients with Acute Respiratory tract Infection (ARI) in pediatric very high and ranks first cause of death in Indonesia. Research in East Java and Central Java showed less rational antibiotic use reached 80%. The aim of this study was to evaluate the use of antibiotics patients ISPA period from July to September, 2013.

This study is a descriptive non-experimental evaluative, with retrospective data collection. Inclusion criteria included age ≤14 years who received antibiotic therapy and hospitalized in RSPR Yogyakarta that got out primary diagnosis of ISPA without concomitant diseases. Exclusion criteria included pediatric patients who receive a late diagnosis of ISPA with concomitant diseases and incomplete medical records. From 69 patients with ISPA, which meet the criteria for inclusion is 16 patients. Data were analyzed with descriptive qualitative method and compared with the Pharmaceutical Care for Respiratory Infection Diseases.

Results showed ISPA patients most is in men with 11 patients (68.75%), the age of majority ≤4 years 14 patients (87.5%). Patients with a final diagnosis of ISPA without concomitant diseases 16 patients (42.11%), and duration of treatment days is 3 days as many as six patients (37.5%). The pattern of use of antibiotics for most sub-groups, namely third-generation cephalosporins as much as 13 number of antibiotics (68.42%) with the highest type of antibiotic cefixime as number 7 antibiotics (36.84%). The duration of antibiotic use is highest cefixime for 3 days as much as 3 number of antibiotics (15.80%). Evaluation of antibiotics showed the presence of imprecision dose, dose less as 6 number of antibiotics (33.33%) and as much as 3 doses over the amount of antibiotics (16.67%). Not found inaccuracies route of administration, and the oral route of administration can be seen by 12 the amount of antibiotics (63.16%) and parenteral antibiotics were 7 number (36.84%). Not found inaccuracies frequency/interval.

In conclusion, namely dosage and frequency / interval of antibiotic use is still not in accordance with the Pharmaceutical Care for Respiratory Infection Diseases suggested.

Keywords: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), antibiotics, pediatrics

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dapat menyerang semua

umur, baik orang dewasa, remaja, atau balita. ISPA pun tidak mengenal tempat

baik di negara maju maupun negara yang kurang berkembang. Oleh karena itu,

penderita ISPA didunia sangat tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi

tingginya kejadian ISPA yakni faktor intrinsik (umur, status gizi, status imunisasi,

jenis kelamin) dan faktor ekstrinsik (perumahan, sosial ekonomi dan pendidikan).

Di Indonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian. Survei

mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan

ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan

persentase 22,30% (Rasmaliah, 2004). Kunjungan ISPA pada anak balita

meningkat pada tahun 2008 - 2011 (25,94%-27,13%), sedangkan 15%-20%

merupakan kematian anak balita yang disebabkan oleh ISPA ( Ernawati, 2012).

Antibiotika sangat berguna untuk mengobati infeksi walaupun antibiotika

bukan merupakan obat penyembuh infeksi, tetapi antibiotika dapat

mempersingkat waktu hospes untuk sembuh (Mansjoer, 2000). Dalam

kenyataannya, peresepan antibiotika yang berlebihan tersebut terdapat pada

infeksi saluran pernafasan khususnya infeksi saluran pernafasan atas akut,

meskipun sebagian besar penyebab dari penyakit ini adalah virus. Salah satu

penyebabnya adalah ekspektasi yang berlebihan para klinisi terhadap antibiotika

terutama untuk mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

2

sebetulnya tidak bisa dicegah. Dampak dari semua ini adalah meningkatnya

resistensi bakteri maupun peningkatan efek samping yang tidak diinginkan

(Depkes RI, 2005).

Resistensi bakteri terhadap antibiotika sudah menjadi masalah kesehatan

di seluruh dunia. Penelitian di dua rumah sakit besar di Jawa Timur dan Jawa

Tengah pada tahun 2001 menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika secara tidak

bijak mencapai 80%. Kasus di RSU Dr. Soetomo, angka resisten terhadap

antibiotika lini pertama (penyakit infeksi ringan) bisa mencapai 90% dan lini

kedua (infeksi sedang) mendekati 50% (Bisht, 2009). Salah satu cara mengatasi

penggunaan antibiotika secara kurang rasional yaitu melakukan monitoring dan

evaluasi penggunaan antibiotika di rumah sakit secara sistematis di pusat-pusat

kesehatan masyarakat, bila perlu melakukan intervensi untuk mengoptimalkan

penggunaan antibiotika (Sadikin,2011).

Penggunaan secara tidak rasional merupakan fenomena yang terjadi di

seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang (Gaash, 2008). Tahun 2004,

WHO melaporkan tingkat penggunaan antibiotika yang tidak perlu mencapai

50%. Studi lain menunjukan penggunaan antibiotika secara berlebihan di

Indonesia sebesar 43% (WHO, 2010). Hal ini menjadi penyebab utama terjadinya

resistensi antibiotika (Gaash, 2008).

Menurut WHO (2011), kriteria penggunan obat yang rasional meliputi

tepat indikasi (sesuai dengan indikasi penyakit), tepat obat, diberikan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

3

dosis yang sesuai (tepat dosis) dan cara pemberian, tepat pasien, serta waspada

efek samping dan alergi obat.

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta karena

rumah sakit ini termasuk salah satu rumah sakit swasta kelas B dengan 370 tempat

tidur yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis

terbatas. RS Panti Rapih Yogyakarta menerima rujukan dari puskesmas dan

beberapa kabupaten di wilayah Yogyakarta. Selain itu, RS Panti Rapih

Yogyakarta melayani pasien yang menggunakan asuransi kesehatan sosial.

Sehingga diperkirakan banyak pasien yang berobat di rumah sakit ini. Dengan

jumlah pasien yang cukup banyak, khususnya pasien pediatri, dapat memberikan

gambaran yang cukup lengkap dan jelas mengenai penggunaan antibiotika untuk

diagnosis ISPA. Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Marthinie

(2004), dapat diketahui bahwa dari 85 pasien ditemukan 122 antibiotika masih

terdapat masalah yang berkaitan dengan ketidaktepatan antibiotika yaitu kurang

tepat indikasi, kurang tepat obat, kurang tepat aturan pakai, kurang tepat pasien,

dan adanya interaksi dengan obat lain. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin

mengetahui apakah di RS Panti Rapih (RSPR) Yogyakarta pada periode Juli-

September 2013 masih terdapat adanya ketidaktepatan antibiotika pada pasien

pediatri dengan diagnosis ISPA.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan yang

ditemukan antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

4

a. Seperti apa karakteristik demografi pasien pediatri dengan diagnosis Infeksi

Saluran Pernafasan Akut di RSPR Yogyakarta berdasarkan usia, jenis kelamin,

diagnosis, dan lama perawatan?

b. Seperti apa pola penggunaan antibiotika pasien pediatri dengan diagnosis

Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSPR Yogyakarta meliputi sub golongan

dan jenis antibiotika, serta durasi antibiotika?

c. Seperti apa kesesuaian pola penggunaan antibiotika dengan Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (Depkes RI, 2005) pada pasien

pediatri dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSPR

Yogyakarta berdasarkan dosis, rute pemberian, dan frekuensi/interval waktu?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, beberapa

penelitian yang terkait “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-September 2013” antara lain :

a. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta oleh Nasution,

dkk (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Nasution, dkk merupakan

penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan di

RW 04 Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur pada Desember 2008.

Sebelumnya dilakukan uji coba pengumpulan data dan validasi kuisioner,

sedangkan sampel diambil secara purposive sampling. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution, dkk terletak pada tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

5

penelitian, tempat penelitian, dan metode penelitian yaitu penelitian non

eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang

menggunakan data retrospektif. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi

antibiotika untuk melihat kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien

pediatri dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

b. Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang Penyakit ISPA di Puskesmas

Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket

Kabupaten Lamongan oleh Fitrianingrum, dkk (2011). Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif. Pemilihan sampel dilakukan dengan tehnik

sampling non probability sampling tipe purposive sampling. Pengumpulan data

dengan lembar kuesioner tertutup, kemudian data dilakukan editing, coding,

tabulating, scoring, prosentase dan dinarasikan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingrum, dkk terletak pada tahun

penelitian, tempat penelitian, dan metode penelitian yaitu penelitian non

eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang

menggunakan data retrospektif. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi

antibiotika untuk melihat kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien

pediatri dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

c. Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita

di Desa Labuhan Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa oleh Safitri

dan Keman (2007). Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang

dilakukan secara cross sectional dan bermaksud untuk menganalisis hubungan

antara tingkat kesehatan rumah terhadap kejadian ISPA pada anak Balita di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

6

Desa Labuhan Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa. Besar sampel

dihitung memakai rumus simple random sampling dari Cochran, sedangkan

pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis. Penelitian ini

dilaksanakan mulai bulan April sampai Juli 2006. Analisis data menggunakan

uji statistik Chi Square untuk menganalisis hubungan antara tingkat kesehatan

rumah terhadap kejadian ISPA pada anak Balita. Selanjutnya terhadap variable

penyusun komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku yang berhubungan

dengan ISPA secara signifikan, dilanjutkan analisisnya dengan uji Regresi

Logistik untuk mengetahui variabel kesehatan rumah manakah yang

berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian ISPA pada anak Balita.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan

Keman terletak pada tahun penelitian, tempat penelitian, dan metode penelitian

yaitu penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif

evaluatif yang menggunakan data retrospektif. Pada penelitian ini dilakukan

evaluasi antibiotika untuk melihat kerasionalan penggunaan antibiotika pada

pasien pediatri dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

d. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada Bayi oleh

Widarini dan Sumasari (2010). Penelitian ini merupakan penelitian

observasional, menggunakan rancangan case-control study dengan pendekatan

kuantitatif. Subjek penelitian terdiri atas subjek kasus yaitu bayi berumur 6-12

bulan yang selama 1 bulan terakhir mempunyai riwayat menderita ISPA.

Subjek kontrol adalah bayi berumur 6-12 bulan yang selama 1 bulan terakhir

tidak mempunyai riwayat ISPA. Responden penelitian adalah ibu bayi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

7

terpilih sebagai kasus dan kontrol. Besar sample yang diperlukan untuk kasus

dan kontrol masing-masing sebanyak 36 subjek dan pengambilan sample

secara simple random sampling. Data primer dikumpulkan dengan melakukan

wawancara langsung kepada responden (ibu bayi) dengan menggunakan

kuesioner. Data sekunder didapatkan dari buku KIA atau KMS. Analisis data

terdiri dari analisis univariat, bivariat menggunakan uji chi square. Hasil yang

diperoleh pada analisis bivariat ini adalah nilai chi square, nilai p value, nilai

OR dan confidence interval (CI) 95%. Tingkat kemaknaan pada penelitian ini

dengan nilai α<0,05. Analisis multivariate menggunakan uji regresi logistic

(back ward stepwise logistic regression). Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widarini dan Sumasari, yaitu penelitian ini

dilakukan pada bulan Juli-September 2013 di Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta dan penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan data retrospektif.

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi antibiotika untuk melihat kerasionalan

penggunaan antibiotika pada pasien pediatri dengan diagnosis Infeksi Saluran

Pernafasan Akut.

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian tentang “Evaluasi

Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih pada periode

Juli-September 2013” belum pernah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

8

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh

tenaga kesehatan sebagai sumber informasi dan untuk menambah referensi

pengetahuan mengenai gambaran penggunaan antibiotika pada pasien

ISPA, serta dapat digunakan sebagai data-data acuan untuk penelitian

tentang penggunaan antibiotika berikutnya.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

melihat karakteristik demografi dan pola penggunaan antibiotika pada

pasien ISPA serta evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ISPA

terkait dengan ketidaktepatan penggunaan antibiotika yang dilihat

berdasarkan dosis, rute pemberian, dan frekuensi/interval waktu.

B. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penggunaan antibiotika pada

pasien dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri di

Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi pasien pediatri dengan diagnosis

Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSPR Yogyakarta berdasarkan usia,

jenis kelamin, diagnosis, dan lama perawatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

9

b. Mengidentifikasi pola penggunaan antibiotika pasien pediatri dengan

diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSPR Yogyakarta meliputi

sub golongan dan jenis antibiotika, serta durasi antibiotika.

c. Membandingkan pola penggunaan antibiotika dengan Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (Depkes RI, 2005) pada

pasien pediatri dengan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut di RSPR

Yogyakarta berdasarkan dosis, rute pemberian, dan frekuensi/interval

waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Antibiotika

Antibiotika adalah suatu zat atau senyawa obat alami maupun sintesis

yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan jamur yang memiliki khasiat untuk

menghambat perkembangbiakan atau membunuh mikroorganisme (Sutedjo,2008).

Obat yang digunakan untuk membunuh mikroba harus memiliki sifat toksisitas

selektif, yang artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik bagi mikroba

namun tidak menimbulkan efek toksik pada manusia. Berdasarkan sifat toksisitas

selektif, antabiotika yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dikenal

sebagai bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat membunuh mikroba dikenal

sebagai bakterisid (Setiabudy, 2008).

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dapat dibagi dalam 5

kelompok, antara lain antibiotika yang dapat menghambat sintesis dinding sel

dengan merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri Gram

positif maupun Gram negatif, contohnya penisilin, sefalosporin, vankomisin, dan

isoniazid (INH); mengganggu metabolisme dengan adanya substansi yang secara

kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme karena memiliki struktur yang

mirip dengan substrat normal bagi enzim metabolisme, contohnya kotrimoksasol;

merusak membran sel plasma dengan cara mengganggu permeabilitas membran

plasma sel bakteri yang menyebabkan sel tidak mampu lagi berfungsi sebagai

barrier dan mengganggu proses biosintesis yang diperlukan oleh membran,

contohnya polimiksin dan nistatin; menghambat sintesis protein dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

11

berikatan pada ribosom subunit 30S sehingga terjadi kesalahan pembacaan mRNA

dan tidak terjadi sintesis protein, contohnya golongan aminoglikosida; dan

menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA) pada fase transkripsi dan

replikasi bakteri, contohnya rifampin dan golongan kuinolon (Schmitz, 2009).

Berdasarkan luas aktivitasnya, jenis antibiotika dapat dibagi dalam dua

golongan yaitu antibiotika berspektrum luas (Broad Spectrum) dan antibiotika

yang berspektrum sempit (Narrow Spectrum). Antibiotika berspektrum luas

bekerja terhadap lebih banyak jenis kuman, baik jenis kuman Gram negatif

maupun jenis kuman Gram positif. Contoh antibiotika spektrum luas adalah

turunan tetrasiklin, turunan aminoglikosida, beberapa turunan penisilin, dan

sebagian besar turunan sefalosporin. Antibiotika yang berspektrum sempit adalah

antibiotika yang hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif

saja atau gram positif saja. Contoh antibiotika spektrum sempit adalah

streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam nalidiksat hanya aktif terhadap

kuman Gram negatif (Tan dan Rahardja, 2003).

Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri

dengan pemberian antibiotika secara sistemik dengan dosis normal yang

seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Resistensi terjadi ketika bakteri

berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya

efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk

mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan

berkembang biak menimbulkan lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri terhadap

kuman ditentukan oleh kadar hambat minimal yang dapat menghentikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

12

perkembangan bakteri. Penyebab resistensi antibiotika adalah penggunaannya

yang meluas dan irasional. Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah

sakit menerima antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis (Utami, 2012).

Penggunaan antibiotika secara luas serta penyalahgunaan antibiotika

untuk pengaturan klinis dan nonklinis telah mengakibatkan munculnya sejumlah

bakteri multiresisten seperti methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA),

vancomycin-intermediate Staphylococcus aureus (VISA), vancomycin-resistant

Enterococcus spp., carbapenem-resistant Mycobacterium tuberculosis, extended

spectrum β-laktamase producing Escherichia coli, atau highly virulent antibiotic-

resistant Clostridium difficille. Munculnya resistensi antibiotika terhadap bakteri

disebabkan oleh kesalahan penggunaan antibiotika. Hal ini memberikan gambaran

terjadinya seleksi Darwinian berupa hasil dari tekanan evolusi spesifik dalam

beradaptasi dengan munculnya antimikroba. Telah dilaporkan bahwa

mengonsumsi antimikroba yang terkandung dalam hewan pedaging dapat

mengakibatkan terjadinya antibiotic multidrug resistance (AMR) baik pada

manusia maupun pada hewan. Peristiwa ini membuat resistensi infeksi antibiotika

menghasilkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat dalam skala

global, karena terkadang agen antimikroba yang tersedia untuk mengobati infeksi

yang disebabkan oleh bakteri patogen Gram-positif dan Gram-negatif tidak

efektif. Masalah multiresisten bakteri yang terus meningkat harus menjadi

perhatian karena berkurangnya jumlah antimikroba baru dalam praktik klinis.

Adanya kebutuhan akan pengembangan antibiotika baru atau alternatif baru

terhadap agen antimikroba konvensional karena adanya peningkatan infeksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

13

umum dan penyembuhan yang semakin sulit. Perlu diperhatikan bahwa resistensi

antimikroba tidak hanya ditemukan pada bakteri tetapi juga pada patogen lain

seperti virus (yang menyebabkan hepatitis B kronis atau influenza), parasit

(penyebab malaria), dan jamur (infeksi Candida) yang resisten terhadap agen

antimikroba (Phoenix, Harris, dan Dennison, 2013).

Resistensi antimikroba bagi kesehatan dapat berdampak pada kondisi

ekonomi pasien, penyedia kesehatan, dan kondisi ekonomi masyarakat secara

umum akibat meningkatnya biaya pengeluaran untuk kesehatan. Resistensi juga

dapat menyebabkan kegagalan respon terapi sehingga penyembuhan semakin

lama dan resiko kematian semakin besar. Selain itu, resistensi dapat meningkatkan

waktu rawat pasien di rumah sakit, meningkatkan angka kesakitan, kematian dan

kebutuhan pembedahan (Deshpande dan Mohini, 2011).

Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dalam hal indikasi, maupun cara

pemberian dapat merugikan penderita dan dapat memudahkan terjadinya

resistensi terhadap antibiotika serta dapat menimbulkan efek samping. Hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah dosis obat yang tepat bagi anak-anak, cara

pemberian, indikasi, kepatuhan, jangka waktu yang tepat dan dengan

memperhatikan keadaan patofisiologi pasien secara tepat, diharapkan dapat

memperkecil efek samping yang akan terjadi (Bueno dan Stull, 2009).

Anak memiliki risiko mendapatkan efek merugikan lebih tinggi akibat

infeksi bakteri karena tiga faktor. Pertama, karena sistem imunitas anak yang

belum berfungsi secara sempurna, kedua, akibat pola tingkah laku anak yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

14

banyak berisiko terpapar bakteri, dan ketiga, karena beberapa antibiotika yang

cocok digunakan pada dewasa belum tentu tepat jika diberikan kepada anak

karena absorbs, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat termasuk antibiotika

pada anak berbeda dengan dewasa, serta tingkat maturasi organ yang berbeda

sehingga dapat terjadi perbedaan respon terapetik atau efek sampingnya (Shea,

Florini, dan Barlam, 2011).

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang berlangsung sampai

dengan 14 hari yang bersifat kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh

berbagai penyebab dan dapat mengenai sepanjang saluran pernafasan. Saluran

pernafasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian atas ini disebabkan oleh virus dan bakteri

termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis,

nasofaringitis kronis, dan sinusitis. Saluran pernafasan bagian bawah lebih mudah

terkena infeksi karena langsung berhubungan dengan lingkungan. Infeksi Saluran

Pernafasan Akut bagian bawah meliputi trakeitis, bronkitis akut, bronkiolitis, dan

pneumonia (Merson, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

15

Gambar 1. Anatomi Saluran Pernafasan (Depkes RI, 2012).

Penyakit saluran pernafasan akut disebabkan oleh agen infeksius.

Meskipun spektrum gejala infeksi saluran pernapasan akut sangat bervariasi,

timbulnya gejala biasanya cepat, mulai dari jam ke hari setelah timbulnya infeksi.

Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering sakit tenggorokan, pilek, sesak

napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Patogen yang menyebabkan penyakit ini

termasuk virus influenza, virus parainfluenza, rhinovirus, respiratory syncytial

virus (RSV) dan severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV)

(WHO, 2014).

a. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Atas

Contoh Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian atas antara lain Otitis

Media, Faringitis, dan Sinusitis. Faringitis akut dan infeksi pada telinga sering kali

berkembang menjadi komplikasi yang parah pada anak-anak seperti ketulian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

16

demam rematik akut (Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi, dan

Kusnandar, 2009).

1) Otitis Media

Otitis Media adalah peradangan dan/atau infeksi telinga tengah dimana

adanya ketidaknormalan fungsi tuba eustakius sehingga menyebabkan refluks

cairan transudat di bagian telinga tengah dan menjadi tempat perkembangan

bakteri yang secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otitis media akut

dan otitis media efusi. Otitis media akut dapat terjadi bila ada infeksi bakteri atau

virus di cairan telinga tengah yang menyebabkan produksi cairan/nanah. Gejala

dan tandanya lebih dari satu serta muncul secara cepat seperti demam, otalgia,

gangguan pendengaran, gelisah, lemah, anoreksia, muntah. Pada otitis media

efusi, terjadi penumpukan cairan di bagian ruang tengah telinga. Hal ini terjadi

karena adanya perubahan membran timpani seperti kemerahan, keruh, cahaya

yang tidak dapat direfleksi, menonjol, dan tidak bergerak saat dilakukan otoskopi

pneumatik (Betz dan Sowden, 2009).

Bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya otitis media antara lain

Streptococcus pnemoniae (35%), Haemophilus influnzae (25%), Moxarella

catarrhalis (10%), dan sekitar 20-30% diduga etiologi oleh virus. Antimikroba

oral amoksisilin menjadi pilihan pertama untuk mengatasi otitis media (Sukandar

dkk, 2009).

Antimikroba pilihan pertama untuk terapi otitis media adalah amoksisilin

dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari) terbagi dalam dua dosis setiap harinya. Pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

17

alergi penisilin dapat menggunakan sefdinir, sefuroksim, sefpodoksim,

azitromisin, dan klaritromisin. Jika gejalanya parah, misalnya suhu tubuh di atas

390C dan terjadi otalgia yang parah maka pilihan pertamanya adalah amoksisilin-

klavulanat dan antimikroba alternatifnya klindamisin (Dipiro, Talbert, Yee.

Matzke, Wells, dan Posey, 2008).

2) Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan jaringan limfoid di

sekitarnya akibat infeksi bakteri atau virus. Faringitis biasanya timbul bersama-

sama dengan rhinitis, tonsillitis, dan laryngitis. Faringitis dapat disebabkan oleh

virus seperti rhinovirus, adenovirus, parainfluenza, coxsackievirus dan oleh

bakteri seperti grup A β-hemolytic Streptococcus (paling sering), Chlamydia,

Corynebacterium diphtheria, Hemophilus influenza, Neisseria gonorrhoeae.

Gejala yang timbul akibat bakteri seperti demam yang muncul secara tiba-tiba,

disfagia (kesulitan menelan), sakit tenggorokan, dan mual. Jika infeksi yang

terjadi akibat bakteri Group A streptococcus/GAS maka ditandai dengan adanya

pembengkakan kelenjar limfa, tidak batuk, demam dengan suhu tubuh > 380C.

Gejala yang timbul akibat virus seperti demam, nyeri menelan, batuk, kongesti

nasal, faring posterior hiperemis atau bengkak, onset radang tenggorokannya

lambat dan progresif (Sukandar dkk, 2009).

Antimikroba pilihan pertama untuk terapi faringitis akibat Streptococcus

adalah penisilin. Jika alergi terhadap penisilin maka dapat digunakan makrolida,

contohnya eritromisin atau sefalosporin generasi pertama, contohnya sefaleksin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

18

Jika terjadi resistensi terhadap makrolida, dapat digunakan klindamisin. Guideline

dosis antimikroba untuk faringitis dapat dilihan pada table I (Dipiro et al, 2008).

Tabel I. Guideline Dosis Antimikroba pada Faringitis Antibiotika Dosis Pediatri Durasi

Penisilin VK

Penisilin benzatin

Penisilin G prokain dan campuran benzatin Amoksisilin

Eritromisin Estolat

Eritromisin Stearat Eritromisin Etilsuksinat

Sefaleksin

50 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis 0,6 juta unit untuk BB<27 kg (50.000 unit/ kg) 1,2 juta unit (benzatin 0,9 juta unit, prokain 0,3 juta unit) 40-50 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis 20-40 mg/kg/hari terbagi dalam 2-4 kali sehari ( maksimal 1 gram/hari) Tidak direkomendasikan 40 mg/kg/hari terbagi dalam 2-4 kali sehari (maksimal 1 gram/hari) 25-50 mg/kg/hari terbagi dalam 4 dosis

10 hari

Dosis sekali pakai Dosis sekali pakai 10 hari

10 hari

10 hari

3) Sinusitis

Peradangan satu atau lebih dari rongga sinus paranasal, kemungkinan

disebabkan alergi, virus, bakteri, atau jamur (jarang). Sinusitis merupakan infeksi

pada sinus yang terjadi secara akut (sampai dengan 4 minggu). Bakteri yang

sering menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus pneumonia (30-40%),

Haemophilus influenza (20-30%), Moxarella catarrhalis (12-20%), Streptococcus

pyogenes, dan Staphylococcus aureus. Gejalanya yaitu keluarnya cairan kental

berwarna dari hidung, sumbatan di hidung, nyeri muka, sakit gigi, dan demam.

Terapi utamanya adalah dengan antimiroba. Sinusitis tanpa komplikasi bisa

diobati dengan amoksisilin atau kotrimoksazol. Jika terjadi resistensi maka bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

19

digunakan azitrimisin, klaritromisin, sefuroksim, sefiksim, sefaklor, dan

fluorokuinolon (Sukandar dkk, 2009). Pemilihan antimikroba terapi sinusitis akut

karena bakteri dapat dilihat pada table II (Dipiro et al, 2008).

Tabel II. Terapi Antibiotika pada Sinusitis Akut Kondisi Klinis Antibiotika

Sinusitis Tanpa Komplikasi Tanpa Komplikasi dan alergi terhadap penisilin

Terapi gagal

Resisten terhadap Streptococcus pneumoniae

Amoksisilin Non immediate type hypersensitivity: beta laktamase-stable Sefalosporin Immediate-type hypersensitivity: Klaritromisin atau Azitromisin atau Trimetoprim-Sulfametoksazol atau Doksisiklin atau Fluorokuinolon Pilihan pertama: Amoksisilin-klavulanat dosis tinggi atau beta laktamase-stable Sefalosporin Pilihan kedua: Fluorokuinolon Pilihan pertama: Amoksisilin atau Klindamisin Pilihan kedua: Fluorokuinolon

b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Bawah

Penyebab yang paling sering adalah virus RSVs dan virus parainfluenza.

Infeksi Saluran Pernafasan bagian bawah meliputi pneumonia, bronkiolitis, dan

bronkitis.

1) Pneumonia

Gejala pneumonia antara lain demam yang meningkat tajam, batuk

produktif dengan sputum berwarna atau berdarah, nyeri dada, takikardi, takipnea,

dan O2 arteri rendah. Berdasarkan jenis pneumonia gejalanya ditandai dengan:

(1). Pneumonia anaerobik, gejalanya adalah batuk, demam ringan, hilang berat

badan, dan sputum yang berabu menjadi ciri khas. Abses paru berkembang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

20

1-2 minggu pada 20% pasien. (2). Pneumonia mikoplasma, gejalanya adalah

demam bertahap, sakit kepala, malaise, batuk yang awalnya nonproduktif, sakit

leher, sakit telinga, rhinorrhea dan ronkhi. Gejala ekstrapulmonal bisa terjadi

yaitu mual, muntah, diare, myalgia, atralgia, arthritis, poliarticular rash,

miokarditis, pericarditis, dan anemia hemolitik. (3). Pneumonia virus, gambaran

klinis bervariasi, diagnosis dilakukan dengan tes serologi. (4). Pneumonia

nosokomial, faktor utamanya adalah pengguna ventilator, yang meningkatkan

pengguna antibiotika, pengguna antagonis reseptor H2, dan penyakit berat

(Sukandar dkk, 2009).

Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus

pneumonia (pneumococcus) atau Haemophilus influenza, dan Staphylococcus

aureus atau Streptococcus lainnya. Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia

pneumonia menyebabkan pneumonia atipikal (Dipiro et al, 2008).

Gambar 2. Terapi Antibiotika pneumonia pada pediatri (Depkes RI, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

21

2) Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah infeksi virus akut pada saluran pernafasan bawah bayi

yang menunjukan pola musiman yang tetap, puncaknya selama musim dingin dan

menetap sampai awal musim semi. Penyakit tersebut umumnya memengaruhi

bayi yang berusia 2-10 bulan. Penyebab utamanya adalah virus Respiratory

syncytial, penyebab kedua adalah virus parainfluenzae. Bakteri sebagai patogen

sekunder hanya terjadi pada sedikit kasus. Gejalanya adalah gelisah, nafas cepat,

demam, batuk, wheezing (mengi), muntah, diare, dan hidung memerah.

Bronkiolitis dapat sembuh sendiri dan umumnya tidak memerlukan terapi, selain

menghilangkan kecemasan dan sebagai antipiretik, kecuali bila bayi hipoksia atau

dehidrasi (Sukandar dkk, 2009).

Antibiotika yang digunakan untuk mengatasi bronkiolitis adalah

ribavirin, namun bentuk sediaannya aerosol sehingga membutuhkan peralatan

khusus. Akademi Pediatrik Amerika merekomendasikan untuk

mempertimbangkan penggunaan ribavirin karena kesalahan terapi dengan

ribavirin akan menyebabkan pasien lebih lama dirawat di rumah sakit, semakin

lama di ICU, dan semakin lama menggunakan ventilasi mekanik (Dipiro et al,

2008).

3) Bronkitis akut

Bronkitis akut sebenarnya penyakit yang dapat sembuh sendiri dan jarang

menimbulkan kematian. Penyebabnya biasanya adalah virus seperti rhinovirus,

adenovirus dan coronavirus. Bakteri yang sering menyebabkan bronkitis akut

adalah Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia, dan Bordetella pertussis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

22

Gejalanya adalah batuk lebih dari 5 hari dengan sputum purulen, sakit

tenggorokan, sakit kepala, dan demam dengan suhu tubuh >390C. Antibiotika

pilihan pertama yang digunakan untuk terapi bronkitis akut adalah azitromisin,

sedangkan antibiotika alternatif yaitu golongan fluorokuinolon seperti

levofloxacin. Jika penyebabnya virus influenza A dapat digunakan amantadin,

rimantadin, zanamivir, oseltamivir (Dipiro et al, 2008).

Penyebab infeksi saluran pernafasan akut meliputi virus, bakteri, maupun

senyawa renik lainnya. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran

pernafasan akut termasuk Gram-positif yaitu Staphylococcus aureus,

Streptococcus pnemoniae, sedangkan yang termasuk Gram-negatif adalah

Haemophillus influenza, Pseudomonas aeruginosa, dan Pnemonia aureus

(Misnadiarly, 2008).

Perjalanan klinis ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh. Virus masuk ke saluran pernafasan sebagai antigen dan menyebabkan silia

yang terdapat pada permukaan saluran pernafasan bergerak mendorong virus ke

arah faring, jika gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa

saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan

timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan

menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada

dinding saluran pernafasan sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang

melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan

gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah

batuk. Infeksi sekunder bakteri dapat menyerang saluran pernafasan bawah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

23

sehingga bakteri yang biasanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah

terjadinya infeksi virus dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan

pneumonia bakteri. Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus

diperhatikan aspek imunologis saluran pernafasan terutama dalam hal sistem imun

di saluran pernafasan yang sebagian besar terdiri dari mukosa. Sistem imun

saluran pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,

merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa

imunoglobulin A (IgA) memegang peranan pada saluran pernafasan atas

sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan bawah. Sekretori IgA

sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran pernafasan

(Sheffy,2009).

Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyebab utama morbiditas dan

mortalitas akibat penyakit menular di seluruh dunia, khususnya yang

mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa di negara-negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus sendiri atau

infeksi bakteri yang disertai dengan virus yang dapat menular dan menyebar

dengan cepat. Meskipun pengetahuan tentang cara penularan yang selalu

berkembang, bukti saat ini menunjukkan bahwa cara penularan infeksi saluran

pernapasan akut yang paling utama adalah melalui droplet, tapi penularan melalui

kontak (termasuk kontaminasi tangan yang diikuti oleh inokulasi) atau aerosol

pernapasan infeksius dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk beberapa patogen

dalam keadaan tertentu. Dua cara penularan agen infeksi yaitu penularan secara

langsung dan penularan secara tidak langsung. Penularan secara langsung meliputi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

24

kontak langsung antarpermukaan tubuh dan perpindahan mikroorganisme antara

orang yang terinfeksi dengan orang yang rentan terinfeksi. Penularan secara tidak

langsung meliputi kontak dari orang yang rentan terinfeksi dengan objek perantara

yang terkontaminasi (misalnya tangan yang terkontaminasi) yang membawa

mikroorganisme (WHO, 2014).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut berdasarkan derajat keparahan penyakit

dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu ISPA ringan dengan satu atau lebih gejala

seperti batuk, pilek dengan atau tanpa demam; ISPA sedang meliputi gejala ISPA

ringan ditambah satu atau lebih gejala pernafasan cepat, mengi (sakit dan keluar

cairan lewat telinga), bercak kemerahan, dan panas 390C atau lebih; ISPA berat

meliputi gejala ISPA ringan/sedang ditambah satu atau lebih gejala seperti

penarikan dada ke dalam pada saat menarik nafas (Merson, 2012).

C. Penggunaan Obat yang Rasional

Penggunaan obat yang rasional meliputi pasien menerima obat sesuai

dengan kondisi klinisnya, dosis sesuai dengan kebutuhan individual, periode

waktu yang tepat, dan biaya yang terendah untuk individu dan komunitasnya

(WHO, 2012). Kriteria penggunaan obat yang rasional adalah tepat diagnosis

yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis karena apabila diagnosis tidak

ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah; tepat indikasi penyakit

yaitu obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit; tepat pemilihan

obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit;

tepat dosis yaitu dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat

karena bila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi akan mengakibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

25

efek terapi tidak tercapai. Tepat jumlah yaitu jumlah obat yang diberikan harus

dalam jumlah yang cukup. Tepat cara pemberian, misalkan antibiotika tidak boleh

dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menurunkan

efektifitasnya. Tepat interval waktu pemberian hendaknya dibuat sesederhana

mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Tepat lama pemberian harus

tepat sesuai penyakitnya masing-masing; tepat penilaian kondisi pasien yaitu

penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien dan harus memperhatikan

kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi;

waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek samping yang

merupakan efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis

terapi, seperti timbulnya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya; efektif,

aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau, untuk mencapai

kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi; tepat tindak lanjut (follow up) yaitu

apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke

dokter; tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu resep yang dibawa ke apotek atau

tempat penyerahan obat akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien

dengan informasi yang tepat; pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang

diberikan (Depkes RI, 2008).

D. Keterangan Empiris

Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada pediatri cukup tinggi

sehingga diperlukan suatu terapi antibiotika yang efektif. Adanya peristiwa yang

tidak diinginkan juga seringkali terjadi pada pasien terkait terapi antibiotika yang

diberikan. Oleh karena itu, hasil penelitian akan menunjukkan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

26

kemungkinan permasalahan terkait ketidaktepatan terapi antibiotika pada pasien

pediatri dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dan

menggunakan rancangan penelitian deskriptif evaluatif dengan pengambilan data

dilakukan secara retrospektif. Jenis penelitian non-eksperimental karena

observasinya dilakukan secara apa adanya, tanpa ada intervensi serta perlakuan

dari peneliti terhadap subjek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Rancangan

penelitian yang digunakan adalah deskriptif evaluatif karena bertujuan untuk

mengumpulkan informasi aktual secara rinci sehingga dapat menggambarkan

fakta atau karakteristik populasi yang ada, mengidentifikasi masalah yang terjadi,

kemudian melakukan evaluasi atau penilaian dari data yang telah dikumpulkan

berdasarkan pedoman/standar yang ada (Hasan, 2002). Pengambilan data

dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melakukan penelusuran dokumen

terdahulu yang diambil dari rekam medis pasien pada periode tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

B. Definisi Operational

1. Pasien pediatri adalah pasien anak yang berusia ≤14 tahun sesuai dengan

klasifikasi RS Panti Rapih dan mendapatkan diagnosis utama keluar ISPA.

2. Pembagian klasifikasi umur menjadi ≤4 tahun, 5-11 tahun, 12-14 tahun

berdasarkan klasifikasi umur pada penatalaksanaan terapi dalam

Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition tahun

2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

28

3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut

bagian atas meliputi otitis media, faringitis, dan sinusitis sedangkan untuk

Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian bawah meliputi pneumonia,

bronkiolitis, dan bronkitis.

4. Total kasus merupakan total semua kasus ISPA kelompok pediatri yang ada

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada periode

Juli- September 2013.

5. Diagnosis yang digunakan adalah diagnosis keluar pasien yaitu ISPA dan

ISPA dengan penyakit penyerta.

6. Durasi antibiotika adalah jumlah hari dimana pasien ISPA mendapatkan

antibiotika selama perawatan di rumah sakit.

7. Lama perawatan pasien adalah jumlah hari yang menunjukan bahwa pasien

ISPA dirawat, dihitung mulai dari pasien masuk menginap di rumah sakit

hingga pasien keluar/ pulang dari rumah sakit.

8. Kriteria penggunaan obat yang rasional adalah:

1) Dosis yaitu banyaknya antibiotika yang diberikan dalam satu hari

pemakaian yang dinyatakan dalam satuan mg/ml. Berdasarkan

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

(Depkes RI, 2005) dan berdasarkan terapi antibiotika yang diberikan

untuk pasien pada data rekam medik. Contoh: pemberian Sporetik

(Sefiksim 100 mg/5 ml) sebanyak 2,5 ml.

2) Rute pemberian adalah cara pemberian antibiotika secara per oral

(p.o) dan intravena (i.v). Dilihat berdasarkan terapi antibiotika yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

29

diberikan untuk pasien pada data rekam medik. Contoh: Sporetik

(Sefiksim 100 mg/5 ml) diberikan secara per oral (p.o).

3) Frekuensi/Interval waktu pemberian antibiotika adalah berapa kali

pasien menggunakan antibiotika dalam sehari. Berdasarkan

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

(Depkes RI, 2005) dan berdasarkan terapi antibiotika yang diberikan

untuk pasien pada data rekam medik. Contoh: Sporetik (Sefiksim 100

mg/5 ml) diberikan 2 kali dalam sehari.

9. Rekam medis adalah catatan yang berisi data pasien meliputi nomor rekam

medis, nama pasien, usia, jenis kelamin, tanggal masuk dan tanggal keluar

pasien, lama perawatan, keluhan, diagnosis masuk, diagnosis keluar, data

non laboratorium dan data laboratorium, nama obat yang digunakan, dosis,

frekuensi, serta cara pemberian terhadap antibiotika.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian meliputi pasien anak yang mendapatkan diagnosis

ISPA di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-

September 2013.

1. Kriteria inklusi subyek adalah pasien pediatri berumur ≤14 tahun yang

menerima terapi antibiotika dan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta yang mendapat diagnosis utama keluar Infeksi Saluran

Pernafasan Akut tanpa penyakit penyerta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

30

2. Kriteria eksklusi subyek adalah pasien pediatri yang mendapatkan diagnosis

akhir ISPA dengan penyakit penyerta dan pasien pediatri yang data rekam

medisnya tidak lengkap.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah data rekam

medis pasien pediatri yang mendapat diagnosis utama keluar ISPA tanpa penyakit

penyerta yang terdapat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-

September 2013.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah standar/acuan yang meliputi

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (Depkes RI,

2005) yang digunakan untuk mengevaluasi ketidaktepatan dosis, rute pemberian,

dan frekuensi/interval waktu.

69 populasi pasien ISPA

Inklusi 16 pasien

Eksklusi 53 pasien

11 pasien berumur diatas 14

tahun

2 pasien yang rekam medisnya tidak lengkap.

18 pasien tidak mendapatkan

terapi antibiotika

22 pasien mendapatkan

diagnosis akhir ISPA dengan penyakit

penyerta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

31

F. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap berikut :

1. Tahap perencanaan

Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah mencari informasi mengenai

prevalensi penyakit ISPA melalui media cetak maupun media internet seperti

buku, penelitian, dan jurnal, kemudian mengajukan proposal dan surat ijin

penelitian untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih. Setelah

permohonan penelitian disetujui oleh pihak rumah sakit, maka penelitian dapat

dilakukan pada bagian rekam medik rumah sakit tersebut.

2. Tahap analisis situasi

Tahap analisis situasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

jumlah pasien ISPA yang sedang menjalani rawat inap pada tahun 2013.

Berdasarkan hasil printout nomor rekam medis dan jumlah pasien ISPA tersebut,

didapatkan jumlah pasien pediatri yang mendapatkan diagnosis ISPA baik

diagnosis utama keluar dan diagnosis lain/komplikasi sebanyak 69 kasus.

Sebanyak 69 pasien, hanya 16 pasien yang memenuhi kriteria penelitian inklusi.

Terdapat 53 pasien tidak memenuhi kriteria inklusi karena 11 pasien berumur

diatas 14 tahun, 18 pasien tidak mendapatkan terapi antibiotika, 22 pasien

mendapatkan diagnosis akhir ISPA dengan penyakit penyerta, dan 2 pasien yang

rekam medisnya tidak lengkap.

3. Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pencatatan data pasien ISPA

dari rekam medik. Data yang diperoleh dari rekam medik meliputi nomor rekam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

32

medis, nama pasien, jenis kelamin, umur, berat badan, tanggal masuk dan keluar

rumah sakit, diagnosis (meliputi diagnosis awal dan akhir), lama rawat inap,

keluhan, hasil pemeriksaan non laboratorium dan data laboratorium, nama obat

yang diberikan, dosis obat yang diberikan, frekuensi pemberian, serta lama

pemberian.

4. Tahap pengolahan data

Dalam tahap ini, data yang sudah ada kemudian dikelompokan dan

dijelaskan secara deskriptif, sebagai berikut:

a. Gambaran karakteristik demografi pasien ISPA yang meliputi jenis

kelamin, usia, diagnosis, dan lama perawatan.

b. Gambaran pola peresepan antibiotika pada pasien ISPA meliputi sub

golongan dan jenis antibiotika, dan durasi pemberian antibiotika.

c. Identifikasi jumlah ketidaktepatan pemberian antibiotika berdasarkan

dosis, rute pemberian, serta frekuensi/interval waktu.

G. Analisis Hasil

Analisis data dilakukan secara deskriptif evaluatif sebagai berikut :

a. Karakteristik demografi pasien

Karakteristik pasien ISPA diidentifikasi dengan mengelompokkan data

yang diperoleh berdasarkan jenis kelamin, umur, diagnosis dan lama

perawatan.

1.) Distribusi jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan dan

laki-laki. Persentase dihitung dengan cara membagi jumlah pasien pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

33

setiap kelompok jenis kelamin dengan jumlah pasien secara kesluruhan

dikali 100 %.

2.) Distribusi jumlah pasien berdasarkan kelompok umur yang dibagi menjadi

umur ≤4 tahun, umur 5-11 tahun, dan umur 12-≤14 tahun. Persentase

dihitung dengan cara membagi jumlah pasien pada setiap kelompok umur

dengan jumlah pasien secara keseluruhan dikali 100%.

3.) Distribusi diagnosis dikelompokkan berdasarkan diagnosis akhir yaitu

ISPA tanpa penyakit penyerta dan ISPA dengan penyakit penyerta.

Kemudian persentase dihitung dengan membagi jumlah pasien pada setiap

banyaknya diagnosis dengan jumlah pasien secara keseluruhan dikali

100%.

4.) Distribusi lama hari rawat dikelompokkan berdasarkan lamanya hari rawat

pasien. Kemudian persentase dihitung dengan membagi jumlah pasien

pada setiap banyaknya lama hari rawat dengan jumlah pasien secara

keseluruhan dikali 100%.

b. Pola Penggunaan Antibiotika Pada Pasien ISPA

1) Penggunaan antibiotika pada pasien ISPA berdasarkan sub golongan dan

jenis antibiotika. Persentase masing-masing sub golongan dan jenis

antibiotika dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap

golongan dan jenis antibiotika dibagi dengan jumlah total kasus dan

dikalikan dengan 100%

2) Gambaran durasi penggunaan antibiotika pada pasien ISPA. Persentase

masing-masing kelompok durasi penggunaan antibiotika dihitung dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

34

cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah

total kasus dan dikalikan dengan 100%.

c. Gambaran Ketidaktepatan Penggunaan Antibiotika

1) Ketidaktepatan dosis yaitu dosis kurang dan dosis lebih. Persentase dosis

kurang dan dosis lebih dihitung dengan cara menghitung jumlah

antibiotika yang dosisnya rendah/ dosisnya lebih dibagi dengan jumlah

total antibiotika dan dikalikan 100%

2) Ketidaktepatan rute pemberian yaitu cara pemberian antibiotika harus yang

tidak sesuai. Persentase ketidaktepatan rute pemberian dihitung dengan

cara menghitung jumlah antibiotika yang tidak tepat rute pemberiannya

dibagi dengan jumlah total antibiotika dan dikalikan 100%. Cara

pemberian antibiotika terdiri dari peroral (PO) dan intravena (IV).

Persentase masing-masing kelompok cara pemberian antibiotika dihitung

dengan cara menghitung jumlah antibiotika pada tiap jenis antibiotika

dibagi dengan jumlah total antibiotika dan dikalikan dengan 100%.

3) Ketidaktepatan interval waktu pemberian dibuat sesederhana mungkin dan

praktis agar dapat ditaati oleh pasien. Persentase ketidaktepatan interval

waktu dihitung dengan cara menghitung jumlah antibiotika yang tidak

tepat interval waktunya dibagi dengan jumlah total antibiotika dan

dikalikan 100%.

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang menggunakan sumber data retrospektif memungkinkan

terjadinya error pada saat mencatat sumber data. Hal ini dapat disebabkan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

35

kesulitan dalam pembacaan data rekam medis dengan tulisan perawat atau dokter

yang kurang jelas.

Rumah Sakit tempat penelitian tidak mengijinan dalam peminjaman

Standar Pelayanan Medik yang digunakan sebagai pedoman dalam menentukan

antibiotika yang digunakan untuk pasien pediatri diagnosis ISPA. Maka data yang

didapat dievaluasi menggunakan Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan (Depkes RI, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian disajikan secara sistematis, mulai dari karakteristik

demografi pasien, pola peresepan antibiotika, hingga gambaran ketidaktepatan

pemberian antibiotika.

A. Karakteristik Demografi Pasien ISPA

Karakteristik demografi pasien yang akan dibahas meliputi jenis kelamin,

usia, dan diagnosis. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Jumlah pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah pasien yang didapatkan

sebagai subyek penelitian sebanyak 16 pasien. Dari total pasien ISPA sejumlah 16

pasien, 11 diantaranya adalah laki-laki sebesar 68,75%. Hal ini dikarenakan anak

laki-laki lebih suka bermain di tempat yang kotor, berdebu, dan banyak bermain

diluar rumah, sehingga kontak dengan penderita ISPA lain yang memudahkan

penularan dan anak terkena ISPA (Suyami dan Sunyoto, 2004). Proses penularan

penyakit ISPA ternyata tidak merata untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Hal ini berkaitan dengan faktor penularan ISPA yang tidak hanya akibat terpapar

lingkungan. ISPA dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan anggota

keluarga penderita ISPA.

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di Puskesmas I Purwareja

Klampok oleh Hapsari dan Astuti (2007) juga menemukan pasien laki-laki lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

37

banyak daripada pasien ISPA yang berjenis kelamin perempuan, dimana penderita

dengan jenis kelamin laki-laki (55,8%) jumlahnya lebih banyak daripada

penderita dengan jenis kelamin perempuan (44,2%). Hal ini diperkuat dengan

pendapat Hapsari (2004) bahwa pneumonia lebih sering terkena pada laki-laki

berusia kurang dari 6 tahun, hal ini berkaitan dengan respon pada anak, karena

secara biologis sistem pertahanan tubuh laki-laki berbeda dengan anak

perempuan.

Secara ringkas hasil penelitian ini akan disajikan pada gambar 3 sebagai

berikut:

Gambar 3. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-September

2013 Berdasarkan Jenis Kelamin (n=16)

2. Jumlah pasien ISPA berdasarkan usia

Subyek penelitian ini adalah pasien pada kelompok pediatri yang

menderita ISPA. Pembagian klasifikasi umur menjadi ≤ 4 tahun, 5-11 tahun, 12-

14 tahun. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kasus ISPA di RS Panti Rapih

68.75

31.25Laki-laki

Perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

38

Yogyakarta paling banyak terjadi pada kelompok usia anak-anak yaitu umur ≤ 4

tahun sebesar 87,5% dengan banyak pasien yaitu 14 pasien (n=16). Hasil

penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya.

Penelitian Berawi (2013) menunjukkan bahwa selama periode Januari-

Oktober 2013 di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung terdapat 184 kasus

infeksi saluran pernafasan akut pada balita dan semuanya 100% didiagnosis

sebagai penderita pneumonia. Data yang tercatat berdasarkan umur menunjukkan

bahwa penderita kelompok umur 12 - 35 bulan paling banyak yakni 52,2%. Usia

merupakan salah satu faktor risiko utama pada beberapa penyakit. Hal ini

disebabkan karena usia dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Anak-

anak yang berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia

dibanding anak-anak yang berusia diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan oleh

imunitas yang belum sempurna dan saluran pernafasan yang relatif sempit. Selain

itu, pada pediatri kondisi tubuh anak masih lemah, dimana fungsi hampir seluruh

sistem organ masih dalam perkembangan sehingga kelompok pasien ini

mempunyai kemungkinan lebih besar terinfeksi oleh agen infektan ISPA.

Pada masa balita belum mempunyai daya tahan tubuh yang kuat untuk

melawan kuman/virus yang masuk ke dalam tubuh. Batuk dan pilek merupakan

salah satu bentuk ISPA yang sering menyerang balita. ISPA paling banyak terjadi

pada usia fase awal balita hingga usia 6-7 tahun. Pada masa ini balita cenderung

memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Hal ini bisa sebagai perantara masuknya

kuman ke dalam tubuh. Pengawasan dari keluarga sangat diperlukan. Disamping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

39

itu, lingkungan keluarga harus mendukung agar balita dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal (Ngastiyah, 2002).

Secara ringkas hasil penelitian ini akan disajikan pada gambar 4 sebagai

berikut:

Gambar 4. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli- September

2013 Berdasarkan Usia (n=16)

3. Jumlah pasien ISPA berdasarkan diagnosis

Pengelompokan ISPA di rumah sakit Panti Rapih didasarkan pada

diagnosis awal, maupun diagnosis akhir. Diagnosis akhir berbeda dengan

diagnosis awal, karena selain berdasarkan pemeriksaan fisik, juga dilakukan

pemeriksaan laboratorium, sehingga pada penelitian ini digunakan diagnosis

akhir.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditinjau dari diagnosis akhir, pasien

ISPA dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu pasien ISPA tanpa penyakit

012.5

87.5

≤4 tahun 5-11 tahun 12-14 tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

40

penyerta dan pasien ISPA dengan penyakit penyerta. Hasil penelitian menunjukan

bahwa pasien ISPA dengan penyakit penyerta paling banyak terjadi yaitu sebesar

57,89% sebanyak 22 pasien, sedangkan pasien ISPA tanpa penyakit penyerta

yaitu sebesar 42,11% sebanyak 16 pasien.

Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada tabel III sebagai

berikut:

Tabel III. Persentase Distribusi diagnosis akhir pasien ISPA kelompok pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta

periode Juli- September 2013

No Diagnosis Jumlah kasus (n=38)

Persen-tase (%)

Jenis Antibiotika

1 ISPA tanpa penyakit penyerta

16 42,11

Amoksisilin, sefiksim, seftriakson, sefotaksim, eritomisin, paromomisin sulfat

2 ISPA dengan penyakit penyerta

22

a. Dengue HemoragicFever (DHF) 3 7,89 Kloramfenikol, sefiksim

b. Gastroenteritis Akut(GEA)

6 15,80 Sefiksim, seftriakson, eritromisin, paromomisin sulfat

c. Asma Bronkial 1 2,63 Sefotaksim d. Epilepsi 1 2,63 Eritromisin

e. Kejang Demam (KD) 5 13,16 Eritromisin, sefiksim, sefotaksim

f. Stomatitis 1 2,63 Sefiksim g. Rhinitis Alergika 1 2,63 Sefotaksim

h. GEA+KD 2 5,26 Sefotaksim, sefiksim, sefadroksil, metronidasol

i. Infeksi SaluranKemih (ISK)+KD

1 2,63 Amoksisilin, seftriakson, gentamisin

j. Asma Bronkial+KD 1 2,63 Sefiksim Jumlah 38 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

41

4. Jumlah pasien ISPA berdasarkan lama perawatan

Lama perawatan berkisar 1-7 hari, dengan paling banyak selama 3 hari.

Lama perawatan yang tidak panjang dan pemulangan yang lebih awal membuat

pasien dapat segera kembali melakukan aktifitas normalnya. Selain itu, dapat pula

mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan mengurangi biaya rumah sakit.

Menurut Penelitian Puteri (2012), lama rawat inap pasien ISPA kelompok umur

pediatri yang dirawat di instalasi rawat inap IRNA Anak RSUP DR. M. Djamil

Padang dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kategori efektif yaitu dengan

lama rawat inap ≤ 9 hari dan kategori tidak efektif dengan lama rawat inap ≥ 10

hari. Penelitian ini termasuk dalam kategori efektif karena lama perawatan

berkisar 1-7 hari dan paling banyak selama 3 hari terdapat 6 pasien (37,5%) yang

berarti lama perawatan ≤ 9 hari.

Secara ringkas hasil penelitian ini akan disajikan pada gambar 5 sebagai

berikut:

Gambar 5. Persentase Distribusi Jumlah Pasien ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Juli-September

2013 Berdasarkan Lama Rawat (n=16)

31.25

37.5

18.75

12.5

05

10152025303540

1 2 3 4 5 6 7Lama Hari Rawat

Jum

lah

Pasi

en

Lama HariRawat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

42

B. Pola Penggunaan Antibiotika Pada Pasien ISPA

1. Penggunaan antibiotika pada pasien ISPA berdasarkan sub golongandan jenis antibiotika

Semua pasien di dalam penelitian ini menggunakan antibiotika sebagai

terapi. Hasil penelitian berkaitan dengan persentase jenis antibiotika yang

diresepkan dalam penatalaksanaan terapi ISPA. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui jenis dan golongan antibiotika apa saja yang diresepkan dokter

kepada pasien ISPA di RS. Panti Rapih Yogyakarta.

Berdasarkan data dari rekam medis, antibiotika yang digunakan dari total

16 pasien ISPA terdiri dari 6 jenis yaitu sefiksim, amoksisilin, seftriakson,

sefotaksim, eritromisin, dan paromomisin sulfat. Penggunaan jenis antibiotika

yang paling tinggi adalah jenis sefiksim yaitu sebanyak 36,84%.

Sefiksim dipercaya sebagai antibiotik spektrum luas dengan berbagai

indikasi. Sefiksim memiliki keberhasilan yang sangat baik (92%) dalam

pemberantasan mikroorganisme dan efek samping yang terjadi sama dengan

sefalosporin lainnya (Dreshaj et al, 2011). Sefiksim bersifat bakterisid dan

berspektrum luar terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif, seperti

golongan sefalosporin oral yang lain, sefiksim mempunyai aktivitas yang poten

terhadap mikroorganisme gram positif seperti Streptococcus sp., Streptococcus

pneumoniae, dan gram negatif seperti Branhamella catarrahalis, Escherichia coli,

Proteus sp., Haemophilus influenza (Dexa, 2009).

Sefiksim bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel. Sefiksim

memiliki afinitas tinggi terhadap Penicillin-binding-protein (PBP) 1 (1a, 1b, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

43

1c) dan 3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis organismenya.

Sefiksim stabil terhadap β-laktamase yang dihasilkan oleh beberapa organisme,

dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap organisme penghasil β-laktamase,

yang berikatan dengan PBP yang terletak di dalam maupun permukaan membran

sel sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk yang berdampak pada kematian

bakteri (Depkes, 2005).

Paromomisin sulfat digunakan untuk terapi amubiasis intestinal ringan

sampai sedang (akut maupun kronik) yang disebabkan Entamoeba histolytica dan

sebagai terapi penunjang untuk koma hepatikum. Dosis pada amubiasis adalah 25-

35 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3 dosis, selama 5-10 hari dan pada koma

hepatikum adalah 4g sehari dalam dosis terbagi, 5-6 hari (BPOM Republik

Indonesia dan Ikatan Apoteker Indonesia, 2013). Pada penelitian ini, antibiotika

paromomisin sulfat tidak direkomendasikan untuk pengobatan ISPA, sehingga

tidak dapat dievaluasi penggunaan antibiotikanya.

Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada gambar 6 sebagai

berikut:

Gambar 6. Persentase Distribusi jenis antibiotika untuk pengobatan ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta

periode Juli-September 2013 (n=19)

10.5310.53

15.79

21.05

36.84

5.26sefiksim

amoksisilin

seftriakson

sefotaksim

eritromisin

paromomisin sulfat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

44

Pada beberapa kejadian, pasien menerima terapi lebih dari 1 (satu) jenis

antibiotika. Tujuan pemberian antibiotika lebih dari satu jenis ini dimaksudkan

sebagai terapi kombinasi (sefiksim dengan paromomisin sulfat) maupun sebagai

antibiotika pengganti (sefiksim diganti dengan seftriakson). Terapi antibiotika

kombinasi digunakan pada kasus khusus dan untuk beberapa tujuan tertentu

seperti mencegah adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang sifatnya

mendadak, mendapatkan manfaat dari dua atau lebih antibiotika yang mekanisme

kerjanya saling bersinergi, menangani kemungkinan adanya infeksi yang

disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakteri, dan untuk menangani suatu kasus

antibiotika yang berat (Murray et al., 2009). Hasil penelitian menunjukan

sebanyak 13 pasien (81,25%) menerima terapi antibiotika tunggal yaitu

amoksisilin dan seftriakson masing-masing 2 pasien (12,5%) dan sefotaksim,

sefiksim, dan eritromisin masing-masing 3 pasien (18,75%) dan sebanyak 3

pasien (18,75%) menerima terapi antibiotika kombinasi yaitu sefiksim dengan

sefotaksim, sefiksim dengan paromomisin sulfat, sefiksim dengan seftriakson

masing-masing 1 pasien (6,25%). Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan

pada gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Persentase Distribusi profil penggunaan terapi Antibiotika Tunggal dan Kombinasi untuk pengobatan ISPA Kelompok Pediatri di

Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013 (n=16)

81.25

18.75

Terapi Tunggal

Terapi Kombinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

45

Penggunaan antibiotika pada pasien ISPA yang tertinggi yaitu antibiotika

dengan sub golongan sefalosporin generasi III sebanyak 13 jumlah antibiotika

(68,42%) yang terdiri dari sefiksim sebanyak 7 jumlah antibiotika sefiksim,

sefotaksim sebanyak 4 jumlah antibiotika sefotaksim, dan seftriakson sebanyak 2

jumlah antibiotika seftriakson, sub golongan makrolida yaitu eritromisin sebanyak

3 jumlah antibiotika eritomisin (15,79%), sub golongan penisilin yaitu amoksisilin

sebanyak 2 jumlah antibiotika amoksisilin (10,53%), dan sub golongan

aminoglikosida yaitu paromomisin sulfat sebanyak 1 antibiotika paromomisin

sulfat (5,26%). Sefalosporin generasi III banyak digunakan karena memiliki

aktivitas spektrum yang luas serta aktif terhadap bakteri gram negatif.

Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada tabel IV sebagai

berikut:

Tabel IV. Persentase Distribusi Golongan Antibiotika yang digunakan oleh pasien ISPA Kelompok Pediati di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih

Yogyakarta Periode Juli-September 2013 No Nama Golongan Jenis

Antibiotika Jumlah kasus

(n=16) Persentase

(%) 1 Sefalosporin

generasi III Sefiksim 7 68,42

Seftriakson 2 Sefotaksim 4

2 Makrolida Eritromisin 3 15,79 3 Penisilin Amoksisilin 2 10,53 4 Aminoglikosida Paromomisin

sulfat 1 5,26

Jumlah 19 100

2. Gambaran durasi penggunaan antibiotika pada pasien ISPA

Durasi pemberian antibiotika berkaitan dengan proses pembunuhan

bakteri penginfeksi. Masing-masing antibiotika memiliki waktu optimum untuk

membunuh suatu bakteri atau mikroorganisme tertentu. Sefotaksim optimal untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

46

pengobatan ISPA apabila digunakan selama kurang lebih 5-10 hari. Sefotaksim

diasumsikan dapat membunuh bakteri penyebab ISPA dalam waktu kurang lebih

5-10 hari. Apabila durasi pengobatan ditambah, efek yang akan dihasilkan tidak

jauh berbeda dengan durasi optimal bahkan bisa meningkatkan resiko resistensi

bakteri apabila penggunaan antibiotika melebihi waktu optimal (Anonim, 2012).

Durasi ataupun lama penggunaan antibiotika untuk pasien ISPA tidak

sama untuk setiap golongan antibiotika. Menurut Departemen kesehatan (2005),

durasi pengobatan ISPA menggunakan amoksisilin adalah 10-14 hari, durasi

pengobatan ISPA menggunakan antibiotika eritromisin adalah paling sedikit 3

minggu, sedangkan durasi pengobatan ISPA menggunakan antibiotika golongan

sefalosporin generasi ketiga seperti seftriakson selama 4-14 hari dan sefiksim

selama 10 hari.

Hasil penelitian menunjukan bahwa durasi penggunaan antibiotika pada

pasien ISPA paling sering digunakan adalah sefiksim selama 3 hari yaitu

sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim (15,80%).

Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada tabel V sebagai berikut:

Tabel V. Persentase durasi penggunan Antibiotika pada Pasien ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta

Periode Juli-September 2013 No. Antibiotika Durasi

(hari) Jumlah Kasus

(n=16) Persentase

(%) 1 Sefiksim 2 2 10,53

3 3 15,80 4 2 10,53

2 Sefotaksim 2 1 5,26 4 1 5,26 5 2 10,53

3 Eritromisin 2 1 5,26 4 2 10,53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

47

Lanjutan Tabel V. Persentase durasi penggunan Antibiotika pada Pasien ISPA Kelompok Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih

Yogyakarta Periode Juli-September 2013 No. Antibiotika Durasi

(hari) Jumlah Kasus

(n=16) Persentase

(%) 4 Amoksisilin 3 1 5,26

4 1 5,26 5 Seftriakson 3 1 5,26

4 1 5,26 6 Paromomisin Sulfat 3 1 5,26

Jumlah 19 100

C. Gambaran Ketidaktepatan Penggunaan Antibiotika

1. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika berdasakan dosis

Ketidaktepatan dosis diklasifikasikan menjadi dua yaitu dosis lebih

adalah dosis pemberian obat yang lebih besar dari dosis yang diperhitungkan

berdasarkan pustaka dan dosis kurang yaitu dosis pemberian obat yang lebih kecil

dari dosis yang diperhitungkan berdasarkan pustaka. Pemberian dengan dosis

kurang dapat dilakukan dengan maksud untuk mengurangi risiko pada pasien

yang mengalami gangguan fungsi ginjal (Anggriani dkk, 2012). Pustaka yang

digunakan pada penelitian ini adalah Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan (Depkes RI, 2005).

Dosis antibiotika yang digunakan haruslah sesuai dengan diagnosis

penyakit, tingkat keparahan infeksi, mekanisme kerja obat, serta efek samping

dari obat tersebut. Adanya ketepatan dalam pemberian dosis antibiotika maka efek

yang diharapkan juga akan semakin optimal. Efek terapi yang optimal dipengaruhi

oleh tercapainya kadar antibiotika pada tempat infeksi. Pemberian antibiotika

yang tidak memenuhi dosis regimen dapat meningkatkan resistensi antibiotika.

Jika resistensi antibiotika tidak terdeteksi dan tetap bersifat patogen maka akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

48

terjadi penyakit yang merupakan ulangan dan menjadi sulit disembuhkan.

Penetapan dosis pada pasien kelompok umur pediatri haruslah diperhatikan.

Organ-organ yang digunakan untuk melakukan metabolisme obat (ginjal dan hati)

belum sempurna pada anak-anak. Apabila pemberian dosis pada anak tidak tepat,

bisa jadi obat tersebut akan menjadi racun di dalam tubuh anak. Penggunaan

antibiotik yang tidak sesuai atau tidak tepat dapat mengakibatkan hal-hal yang

dapat merugikan pasien seperti meningkatnya jumlah bakteri yang resisten,

timbulnya peningkatan efek samping dan toksisitas antibiotik, terjadinya

pemborosan biaya, dan tidak tercapainya manfaat klinik optimal dalam

pencegahan maupun pengobatan infeksi (Nugroho dkk, 2011).

Hasil penelitian pada lampiran 3, didapatkan antibiotika yang tidak tepat

dosis yaitu dosis kurang sebanyak 6 jumlah antibiotika (33,33%) yaitu sefotaksim

sebanyak 3 jumlah antibiotika sefotaksim dan sefiksim sebanyak 3 jumlah

antibiotika sefiksim, dan dosis lebih sebanyak 3 jumlah antibiotika (16,67%) yaitu

sefiksim sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim. Secara ringkas hasil penelitian

ini disajikan pada tabel VI berikut ini:

Tabel VI. Persentase Distribusi Jumlah Ketidaktepatan Dosis Antibiotika berdasarkan Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan pada Pasien ISPA kelompok umur Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013

No. Pasien Ketidaktepatan dosis

Jumlah Antibiotika (n=18) Persentase

3, 4, 6, 10, 12, 14 Dosis kurang 6 antibiotika 33,33% 5, 15, 16 Dosis lebih 3 antibiotika 16,67%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

49

2. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika berdasakan rutepemberian

Rute pemberian antibiotika yang banyak digunakan dalam pengobatan

ISPA kelompok umur pediatri di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta

yaitu oral dan parenteral. Penggunaan oral lebih banyak dibandingkan

penggunaan parenteral dan penggunaan sirup dan tablet masing-masing 6 jumlah

antibiotika (50%). Hal ini disebabkan karena penggunaan oral yang lebih nyaman,

mudah, ekonomis, dan aman bila dibandingkan dengan penggunaan parenteral.

Dari 19 jumlah antibiotika yang diresepkan untuk 16 pasien anak, sebanyak 7

jumlah antibiotika (36,84%) diberikan secara parenteral dan sebanyak 12 jumlah

antibiotika (63,16%) diberikan kepada pasien secara peroral. Untuk tujuan terapi

serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling

menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat

yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien

muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat

melalui oral tidak dapat dipakai (Wulandari,2014).

Antibiotika yang digunakan secara parenteral merupakan sub golongan

sefalosporin generasi III dari jenis sefotaksim sebanyak 4 jumlah antibiotika

sefotaksim dan seftriakson ada 2 jumlah antibiotika seftriakson, dan untuk sub

golongan penisilin dari jenis amoksisilin hanya 1 antibiotika. Alasan pemakaian

secara parenteral diberikan pada penelitian ini adalah kemungkinan pasien tidak

dapat menerima obat secara oral karena kesulitan menelan, misalnya karena

muntah, kesulitan melarutkan, dan menyerap obat. Pemakaian secara parenteral

ini juga terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

50

gastrointerstinal, dapat menghasilkan efek obat yang cepat tetapi durasinya yang

lebih pendek (Syamsuni,2005). Rute pemberian obat tergantung dengan derajat

berat gejala klinik suatu penyakit berat untuk membutuhkan waktu cepat dalam

mencapai kadar obat dalam plasma sehingga cepat meredakan penderitaan pasien

tergantung kemampuan pasien meminum obat lewat mulut (kesadaran pasien,

keadaan fisik pasien, kemampuan absorpsi saluran cerna).

Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada gambar 8 berikut ini:

Gambar 8. Persentase Distribusi rute pemberian antibiotika pada pasien ISPA kelompok pediatri di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta

Periode Juli-September 2013 (n=19)

Rute pemberian antibiotika merupakan salah satu faktor yang penting

dalam proses keberhasilan suatu terapi. Rute pemberian suatu obat harus

disesuaikan dengan kebutuhan klinis dan kondisi pasien saat itu. Rute pemberian

obat harus dipilih rute yang paling aman dan bermanfaat bagi pasien (Djatmiko et

al, 2008). Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan kasus penggunaan

antibiotika yang tidak tepat rute pemberian antibiotika.

3. Gambaran ketidaktepatan penggunaan antibiotika berdasakan frekuensiwaktu

Frekuensi penggunaan antibiotika salah satunya dipengaruhi oleh profil

farmakokinetika obat, misalnya tiap 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12 jam atau 24 jam. Jika

36.84%

63.16%

oralparenteral

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

51

obat dalam tubuh akan habis dalam waktu 8 jam, sebaiknya obat diberikan 3 kali

sehari (WHO, 2012). Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu farmakokinetika

obat adalah waktu paruh eliminasi obat (t½ eliminasi), t½ eliminasi sering

digunakan untuk menentukan interval pemberian obat. Waktu paruh eliminasi

obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk mencapai penurunan

konsentrasi obat sebesar 50% dari konsentrasi sebelumnya dalam plasma (Wahab,

2000). Tujuan adanya interval/frekuensi pemberian obat adalah untuk menjaga

konsentrasi obat dalam cairan plasma agar selalu berada pada konsentrasi

terapetik minimal sehingga obat dapat bekerja dan memberikan efek. Kondisi

ginjal dan hati sebagai organ ekskresi utama juga mempengaruhi interval/

frekuensi pemberian obat. Jika organ ekskresi mengalami gangguan, maka proses

eliminasi obat akan berjalan lebih lambat.

Hasil penelitian pada lampiran 3, didapatkan semua antibiotika tepat

frekuensi/interval waktu dan sudah sesuai/tepat dengan standart/pustaka yang

diacu yaitu Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

(Depkes RI, 2005).

D. Rangkuman Evaluasi Antibiotika

Berdasarkan evaluasi antibiotika yang telah dijabarkan sebelumnya

didapatkan hasil total pasien sebanyak 16 pasien dengan total jumlah antibiotika

18 jumlah antibiotika, ditemukan terdapat ketidaktepatan dosis yaitu dosis kurang

sebanyak 6 jumlah antibiotika (33,33%) yaitu sefotaksim sebanyak 3 jumlah

antibiotika sefotaksim dan sefiksim sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

52

dosis lebih sebanyak 3 jumlah antibiotika (16,67%) yaitu sefiksim sebanyak 3

jumlah antibiotika sefiksim, karena tidak sesuai dengan standart/pustaka yang

diacu untuk menentukan ketidaktepatan dosis. Tidak ditemukan kasus penggunaan

antibiotika yang tidak tepat rute pemberian antibiotika karena semua antibiotika

sesuai/tepat dengan standart/pustaka yang diacu untuk menentukan ketidaktepatan

rute pemberian antibiotika, dan dapat dilihat cara pemberian secara peroral

sebanyak 12 jumlah antibiotika (63,16%) dan secara parenteral sebanyak 7 jumlah

antibiotika (36,84%). Evaluasi penggunaan antibiotika pada ketidaktepatan

frekuensi/interval waktu didapatkan semua antibiotika tepat frekuensi/interval

waktu dan sudah sesuai/tepat dengan standart/pustaka yang diacu karena telah

sesuai/tepat dengan standart/pustaka yang diacu untuk menentukan tepat

frekuensi/interval waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Karakteristik demografi pasien ISPA paling banyak terjadi pada responden

laki-laki yaitu 11 pasien (68,75%), dengan usia terbanyak ≤4 tahun sebesar 14

pasien (87,5%). Jumlah pasien dengan diagnosis akhir ISPA tanpa penyakit

penyerta yaitu 16 pasien (42,11%), dan lama hari perawatan untuk pasien

ISPA berkisar 1-7 hari dengan 3 hari sebanyak 6 pasien (37,5%).

2. Pola penggunaan antibiotika pada pasien ISPA untuk sub golongan paling

banyak yaitu antibiotika golongan sefalosporin generasi III sebanyak 13

jumlah antibiotika golongan sefalosporin generasi III (68,42%) dengan jenis

antibiotika tertinggi yaitu sefiksim sebanyak 7 jumlah antibiotika sefiksim

(36,84%). Durasi penggunaan antibiotika tertinggi adalah sefiksim selama 3

hari sebanyak 3 jumlah antibiotika sefiksim (15,80%).

3. Antibiotika yang tidaktepat dosis yaitu dosis kurang sebanyak 6 jumlah

antibiotika (33,33%) dan dosis lebih sebanyak 3 jumlah antibiotika (16,67%).

Tidak ditemukan ketidaktepatan rute pemberian, dan dapat dilihat rute

pemberian secara per oral sebanyak 12 jumlah antibiotika (63,16%) dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

54

secara parenteral sebanyak 7 jumlah antibiotika (36,84%). Tidak ditemukan

ketidaktepatan frekuensi/interval waktu.

B. Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

a. Perlu mengkaji ulang standar terapi penggunaan antibiotika pada pasien

ISPA dengan tujuan agar terapi antibiotika yang diberikan pada pasien

ISPA lebih tepat.

b. Perlu dipertimbangkan kembali pentingnya pemeriksaan uji kultur kuman

pada setiap kasus agar dapat diketahui antibiotika yang sesuai untuk

diberikan pada pasien ISPA.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Perlu dilakukan penelitian dengan pengambilan data secara prospektif

mengenai evaluasi penggunaan antibiotika agar dapat melihat efek antara

penggunaan antibiotika lanjutan setelah tidak dirawat inap di rumah sakit

dengan kondisi kesehatan pasien.

b. Penelitian tentang evaluasi terhadap terjadinya interaksi antara obat-obat

diluar antibiotika dapat dilakukan karena banyaknya penggunaan obat

yang digunakan pada masing-masing pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

55

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Y., Purwanggana, A., Subhan, A., Wardhani, R.P., 2012, Evaluasi Penggunaan dan Biaya Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di IRNA-B Rumah Sakit Umum Pusat X Periode Juli-Desember 2010, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 10, No. 2, 115-116.

Anonim, 2012, Cefotaxime, AFT Pharmaceuricals Ltd, Takapuna, Auckland, 5.

Berawi, M., Advisedly, dan Tarigan, 2013, Kajian Peresepan Antibiotik Penyakit Pneumonia pada Balita di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung Periode Januari-Oktober 2013, Universitas Lampung Fakultas Farmasi, 18.

Betz, C.L., dan Sowden, L.A., 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, pp. 489-496.

Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., Mittal, P., 2009, Antibiotic resistance- A global issue of concern, Asian journal of pharmaceutical and clinical research, Volume 2.

BPOM Republik Indonesia dan Ikatan Apoteker Indonesia, 2013, ISO Indonesia, Volume 48, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta, pp. 178.

Bueno, SC., and Stull, TL., 2009, Antibacterial Agents in Pediatrics, http://d.yimg.com/kq/groups/18310505/144502028/name/Infectious, diakses tanggal 25 September 2011.

Departemen Kesehatan, R.I., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan, Depkes RI, Jakarta,pp. 2, 18-22.

Departemen Kesehatan, R.I., 2012, Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, Depkes RI, Jakarta, pp. 2, 31.

Deshpande, J.D., and Mohini, J., 2011, Antimicrobial resistance: the global public health challenge, International Journal of Students’ Research Volume 1, Issue 2, 41-43.

DIH, 2011, Drug Information Handbook, 20th Edition, American Pharmacist Association

Djatmiko, M., Sugiyanti, dan Anas, Y., 2008, Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid Rawat Inap di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

56

Puskesmas Tlogosari Kulon Tahun 2007, Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, Vol.5 No.2, pp. 23-26.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.B., and Posey, L.M., 2005, Seventh Edition PHARMACOTHERAPY A Pathophysiologic Approach, McGraw-Hill, New York, pp. 1761-1790.

Dreshaj, Doda-Ejupi, Tolaj, Mustafa, Kabashi, et al., 2011, Clinical Role of Cefixime in Community-Acquired Infection, Contributions, Sec. Biol. Med. Sci., XXXII/2, 144.

Ernawati, Farich, A., 2012, Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Anak dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Way Huwi Puskesmas Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati, 2.

Fitrianingrum, N., Impartina, A., dan Martini, D.E., 2011, Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang Penyakit ISPA di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan, Surya, Vol.01, No. VIII, 27-31.

Hapsari, I., 2004, ISPA Penyebab Kematian Tertinggi, Cempaka, 13.

Hapsari, I., Astuti, I.W.B., 2007, Pola Penggunaan Antibiotika pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pneumonia Balita pada Rawat Jalan Puskesmas Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004, Pharmacy, Vol. 05 No. 02, 53.

Hasan, I. M., 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta, pp. 14-22.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri., Wardhani, W.I., dan Setiowulan, W., 2000, Gastroenterologi, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Marthinie, 2004, Kajian Penggunaan Antibiotika Pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Gastroenteritis (GE) Akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2002, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Merson, M.H., 2012, Global Health, Disease, Programs, Systems, and Policies, 3rd edition, Jones & Bartlett Learning, London, pp. 262.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

57

Misnadiarly, 2008, Penyakit Infeksi Saluran Nafas, PNEUMONIA pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pustaka Obor Populer, Jakarta, pp. 26.

Munaf, S., 2000, Langkah-langkah Dalam Pemilihan dan Pemakaian Antibiotika secara rasional, Majalah Kesehatan Sriwijaya.

Murray, P.R., Rosenthal, K.R., and Pfaller, M.A., Medical Microbiology 6th edition, Elsevier Inc., USA, pp. 235-247.

Nasution, K., Sjahrullah, M.A.R., Brohet, K.E., Wibisana, K.A., Yassien, M.R., Ishak, L.M., et al., 2009, Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta, Sari Pediatri, Vol. 11, No.4, 223-228.

Ngastiyah, 2002, Perawatan Anak Sakit, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp.48.

Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 25-26.

Nugroho, F., Utami, P.I., Yuniastuti, I., 2011, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga, Pharmacy, Vol.08, No. 01, 147,150-151.

Phoenix, D.A., Harris, F., and Dennison, S.R., 2013, Novel Antimicrobial Agents and Strategies, Willey-VCH Verlag Gmbh & Co. KGaA, Germany, pp. 4-5.

Puteri, T.D., 2012, Analisa Biaya Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap IRNA Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, Artikel, Universitas Andalas, Padang

Rasmaliah, 2004, Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Penanggulangannya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, 1.

Sadikin, Z., 2011, Penggunaan Obat yang Rasional, J Indon Med Assoc, Volume: 61, Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 145.

Safitri, A.D., dan Keman, S., 2007, Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Desa Labuhan Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.3 No.2, 139-150.

Schmitz, G., Hans, L., Michael, H., 2009, Farmakologi dan Toksikologi, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 487-494.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

58

Setiabudy, R., 2007, Pengantar Antimikroba, Edisi kelima, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 585.

Shea, K., Florini, K., and Barlam, T., 2011, When Wonder Drugs don’t Work, How Antibiotic Resistance Threatens Children, Senior, and The Medically Vulnerable, www.environmentaldefense.org, diakses tanggal 10 Novcember 2011.

Sheffy, N., 2009, Infectious Disease, Phatogenesis, Prevention, and Case Studies, Willey-Blackwell, UK, pp. 251.

Sukandar, Y.E., Andrajati, R., Sigit, I.J., Adnyana, K.I., Setiadi, P.A., dan Kusnandar, 2009, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta, pp. 765-767.

Suyami dan Sunyoto, 2004, Karakteristik Faktor Resiko ISPA pada Anak Usia Balita di Puskesmas Pembantu Krakitan, Bayat, Klaten, 4.

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 36.

Utami, E.R., 2012, Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi, Volume 1, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki, Malang, 127-128.

Wahab, A.S., 2000, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 367.

Widarini, N.P., dan Sumasari, N.L., 2010, Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada Bayi, JIG, Vol. 1, No. 1, 28-41.

World Health Organization, Regional Office for South_East Asia, 2011, Perception of Communities in Physicians in Use of Antibiotics, http://www.searo.who.int/entity/world-health_day/media/2011/wnd-11_hisea.pdf, diakses tanggal 12 Mei 2014.

World Health Organization, 2012, The Pursuit of Responsible Us of Medicines Sharing and Learning from Country Experiences, WHO, Geneva.

World Health Organization, 2014, Infection Prevention and Control of Epidemic-and Pandemic-Prone Acute Respiratory Infections in Health Care, WHO, Geneva, pp. xiv, xvi, xvii.

Wulandari, D., 2014, Macam Cara Penggunaan Obat, http://site.smkbanisaleh.com/macam-cara-penggunaan-obat/, diakses tanggal 9 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

59

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

60

Lampiran 1. Data Demografi dan Data Pemeriksaan Pasien

No. No.

Rekam Medis

Umur JK Berat Badan

(kg) Anamnesis Suhu

Tubuh Diagnosis Awal Diagnosis Akhir

1 817549 8 bln P 7,5 Demam, panas, batuk 39,6 0C Obs. Febris hari-1 ISPA

2 688891 4 thn P 13 Demam, keringat dingin, badan

dingin 35 0C Febris hari-4 ISPA

3 854609 3 thn L 18 Panas, batuk, nyeri telan 37,1 0C Febris hari-2 ISPA

4 854887 6 thn P 21 Panas, makan susah, batuk, telinga

kanan sakit 39,5 0C Febris leukositosis ISPA

5 855767 1 thn L 9,9 Panas, batuk, pilek, tidak mau

makan, muntah 38,5 0C Obs. vomitus dehidrasi ISPA

6 781313 1 thn L 10,7 Panas, tidak mau makan dan minum,

batuk, pilek, muntah 36,9 0C Febris hari-3, ISPA ISPA

7 856960 2 thn L 10,5 Demam, batuk, pilek, muntah 37,1 0C ISPA, obs. febris hari-7 ISPA

8 857570 1 thn L 9,3 Demam, batuk, pilek, kejang 38 0C Obs. febris hari-1, ISPA ISPA

9 760718 6 thn L 15 Panas, batuk, mual, muntah, pusing 36,4 0C Febris hari-1, vomitus

dehidrasi ISPA

10 754999 2 thn P 12 Demam, mual, muntah, makan dan

minum sulit 39 0C Prolonged Fever ISPA

11 858416 2 thn P 9,5 Demam, batuk, muntah 37 0C Obs. febris hari-3 ISPA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

61

No. No.

Rekam Medis

Umur JK Berat Badan

(kg) Anamnesis Suhu

Tubuh Diagnosis Awal Diagnosis Akhir

12 859008 3 thn L 11 Batuk, sesak nafas 37 0C Bronchopneumonia

bilateral ISPA

13 768063 3 thn L 12,5 Panas, muntah 39,30C Vomitus frequent, febris

hari-1 ISPA

14 771543 3 thn L 24 Panas, diare, muntah, batuk 39,20C Obs.febris hari-3, ISPA ISPA

15 702630 3 thn L 15 Panas, batuk, pilek, muntah, tidak

mau makan 39,3 0C Obs. febris hari-4 ISPA

16 734907 3 thn L 15 Panas, batuk, pilek, pusing, muntah 36,7 0C Obs. febris berulang,

ISPA ISPA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

62

Lampiran 2. Data Perawatan Pasien dan Penggunaan Antibiotika

No Lama

Peraw-atan

Pengobatan Antibiotika Golongan Antibiotika

Rute Pember-

ian

Dosis sekali pemberian

Frekuensi pemberian

perhari

Tanggal pemberian

Lama pember-

ian 1 2 hari Amoxan® drop

Mucopect® drop Nipe® drop Dumin® Kalmethasone®

Amoxan® drop (Amoksisilin 100 mg/1 ml )

Penisilin peroral 1 ml 3 kali 6, 7, 8 Juli 2013

3 hari

2 4 hari Immunos® Vermox® Sanmol® Luminal® Seftriakson

Seftriakson Na 1 g

Sefalosporin generasi ke-3

injeksi 500 mg 2 kali 14, 15, 16 Juli 2013

3 hari

3 3 hari Rhinos® Trilac® + Teopilin® Sanadryl® Sporetik® Proris® + Diazepam Amtocort® Sanmol® Clacef® Ventolin® + Flixotide®

Sporetik® (Sefiksim 100 mg/5 ml)

Clacef® (Sefotaksim 500 mg, 1 g)

Sefalosporin generasi ke-3

Sefalosporin generasi ke-3

peroral

injeksi

2,5 ml

500 mg

2 kali

2 kali

14, 15, 16 Juli 2013

13, 14 Juli 2013

3 hari

2 hari

4 5 hari Praxion® Ottopain® Cohistan® Salbuvent®+Amtocort®

Clacef® (Sefotaksim 500 mg, 1 g)

Sefalosporin generasi ke-3

injeksi 500 mg 2 kali 15, 16, 17, 18, 19 Juli 2013

5 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

63

No Lama

Peraw-atan

Pengobatan Antibiotika Golongan Antibiotika

Rute Pember-

ian

Dosis sekali pemberian

Frekuensi pemberian

perhari

Tanggal pemberian

Lama pember-

ian Clacef® Ventolin® + Flixotide®

5 2 hari Mucopect® drop Rhinos neo® drop Sporetik® Narfos®

Sporetik® (Sefiksim 100 mg/5 ml)

Sefalosporin generasi ke-3

peroral 2,5 ml 2 kali 24, 25, 26 Juli 2013

3 hari

6 3 hari Salbuven® + Trilac® + Amtocort® Clacef® Narfos® Sanmol®

Clacef® (Sefotaksim 500 mg, 1 g)

Sefalosporin generasi ke-3

injeksi 250 mg 2 kali 24, 25, 26, 27 Juli 2013

4 hari

7 2 hari Mucopect® drop Mercotin® Erysanbe® + Epexol® + Trilac® + Nalgestan®

Erysanbe® (Eritromisin stearat chewable 200 mg)

Makrolida peroral 125 mg 3 kali 4, 5 Agustus 2013

2 hari

8 4 hari Erysanbe® Sistenol® Dilantin® Ketricin® Curmunos® Fartolin® expectorant

Erysanbe® (Eritromisin stearat chewable 200 mg)

Makrolida peroral 150 mg 3 kali 5, 6, 7, 8 Agustus 2013

4 hari

9 3 hari Plantasid® Febrinex® Cohistan®

Amoxan® (Amoksisilin Na 500 mg, 1 g)

Penisilin injeksi 250 mg 3 kali 4, 5, 6, 7 Agustus 2013

4 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

64

No Lama

Peraw-atan

Pengobatan Antibiotika Golongan Antibiotika

Rute Pember-

ian

Dosis sekali pemberian

Frekuensi pemberian

perhari

Tanggal pemberian

Lama pember-

ian Cendantron® Amoxan® Sanmol®

10 2 hari Starcef® Gabbryl® L-bio® Sanmol® Propiretik®

Starcef® (Sefiksim 50, 100, 200 mg)

Gabbryl® (Paromomisin sulfat 125 mg/ 5 ml)

Sefalosporin generasi ke-3

Aminoglikosida

peroral

peroral

40 mg

5 ml

2 kali

3 kali

12, 13, 14 Agustus 2013

12, 13, 14 Agustus 2013

3 hari

3 hari

11 3 hari Erysanbe® + Sistenol® + Avil® Fartolin® Proris® Sanmol® drop

Erysanbe® (Eritromisin stearat chewable 200 mg)

Makrolida peroral 150 mg 3 kali 13, 14, 15, 16 Agustus 2013

4 hari

12 4 hari Salbuvent®+Amtocort® Cohistan® Kalmethasone® Sefotaksim Sanmol® Ventolin®+Flexitode®

Sefotaksim 500 mg, 1 g

Sefalosporin generasi ke-3

injeksi 250 mg 2 kali 17, 18, 19, 20, 21 Agustus 2013

5 hari

13 2 hari Vometa® Starcef® Narfos®

Starcef® (Sefiksim 50 mg, 100 mg,

Sefalosporin generasi ke-3

peroral 40 mg 2 kali 30, 31 Agustus 2013

2 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

65

No Lama

Peraw-atan

Pengobatan Antibiotika Golongan Antibiotika

Rute Pember-

ian

Dosis sekali pemberian

Frekuensi pemberian

perhari

Tanggal pemberian

Lama pember-

ian Proris® Sanmol®

200 mg)

14 3 hari Febrinex® Lasal® Cesfpan® Sanmol® drop Propiretic®

Cefspan® (Sefiksim 100 mg/5 ml)

Sefalosporin generasi ke-3

peroral 5 ml 2 kali 7, 8, 9, 10 September 2013

4 hari

15 5 hari Cefspan® Mucos® Imbost® Tremenza® Sanaflu® Seftriakson Ryvel® Comtusi® Vaporin® Narfos® Propiretik® Sanmol® Plantacid®

Cefspan® (Sefiksim 100 mg/5 ml)

Seftriakson Na 1 g

Sefalosporin generasi ke-3

Sefalosporin generasi ke-3

peroral

injeksi

4 ml

250 mg

2 kali

2 kali

7,8 September 2013

8, 9, 10,11 September 2013

2 hari

4 hari

16 3 hari Praxion® Cefspan® + Epexol® + Trilac® + Tremenza® Narfos®

Cefspan® (Sefiksim 50 mg, 100 mg, 200 mg)

Sefalosporin generasi ke-3

peroral 75 mg 2 kali 13, 14, 15, 16 September 2013

4 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

66

No Lama

Peraw-atan

Pengobatan Antibiotika Golongan Antibiotika

Rute Pember-

ian

Dosis sekali pemberian

Frekuensi pemberian

perhari

Tanggal pemberian

Lama pember-

ian Proris®

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

67

Lampiran 3. Dosis dan interval waktu antibiotika yang diberikan pada pasien ISPA

No. No.

Rekam Medis

Berat Badan

(kg) Nama Antibiotika Dosis

pemberian Dosis menurut literatur Tepat dosis/ tidak tepat

dosis

Tepat interval waktu/ tidak tepat interval

waktu

1 817549 7,5

Amoxan® drop

(Amoksisilin 100 mg/1

ml )

3 x 1 ml anak: 25-50 mg/ kgBB/ hari

terbagi dalam 3 dosis Tepat dosis

Tepat interval

waktu

2 688891 13 Seftriakson Na 1 g 2 x 500 mg anak: 50 mg/ kgBB; max 1

g; i.m Tepat dosis

Tepat interval

waktu

3 854609 18

Sporetik® (Sefiksim 100

mg/5 ml)

Clacef® (Sefotaksim 500

mg, 1 g)

2 x 2,5 ml

2 x 500 mg

anak: 8 mg/ kgBB/ hari

terbagi dalam 1-2 dosis

anak: 50-75 mg/ kgBB/ hari

Dosis kurang

Tepat dosis

Tepat interval

waktu

Tepat interval

waktu

4 854887 21 Clacef® (Sefotaksim 500

mg, 1 g) 2 x 500 mg anak: 50-75 mg/ kgBB/ hari Dosis kurang

Tepat interval

waktu

5 855767 9,9 Sporetik® (Sefiksim 100

mg/5 ml) 2 x 2,5 ml

anak: 8 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 1-2 dosis Dosis lebih

Tepat interval

waktu

6 781313 10,7 Clacef® (Sefotaksim 500

mg, 1 g) 2 x 250 mg anak: 50-75 mg/ kgBB/ hari Dosis kurang

Tepat interval

waktu

7 856960 10,5 Erysanbe® (Eritromisin

stearat chewable 200 3 x 125 mg

Anak: 30-50 mg/ kgBB/ hari

terbagi dalam 3-4 dosis Tepat dosis

Tepat interval

waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

68

No. No.

Rekam Medis

Berat Badan

(kg) Nama Antibiotika Dosis

pemberian Dosis menurut literatur Tepat dosis/ tidak tepat

dosis

Tepat interval waktu/ tidak tepat interval

waktu mg)

8 857570 9,3

Erysanbe® (Eritromisin

stearat chewable 200

mg)

3 x 150 mg Anak: 30-50 mg/ kgBB/ hari

terbagi dalam 3-4 dosis Tepat dosis

Tepat interval

waktu

9 760718 15 Amoxan® (Amoksisilin

Na 500 mg, 1 g) 3 x 250 mg

anak: 25-50 mg/ kgBB/ hari

terbagi dalam 3 dosis Tepat dosis

Tepat interval

waktu

10 754999 12 Starcef® (Sefiksim 50

mg, 100 mg, 200 mg) 2 x 40 mg

anak: 8 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 1-2 dosis Dosis kurang

Tepat interval

waktu

11 858416 9,5

Erysanbe® (Eritromisin

stearat chewable 200

mg)

3 x 150 mg Anak: 30-50 mg/ kgBB/ hari

terbagi dalam 3-4 dosis Tepat dosis

Tepat interval

waktu

12 859008 11 Sefotaksim 500 mg, 1 g 2 x 250 mg anak: 50-75 mg/ kgBB/ hari Dosis kurang Tepat interval

waktu

13 768063 12,5 Starcef® (Sefiksim 50

mg, 100 mg) 2 x 40 mg

anak: 8 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 1-2 dosis Tepat dosis

Tepat interval

waktu

14 771543 24 Cefspan® (Sefiksim 100

mg/5 ml) 2 x 5 ml

anak: 8 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 1-2 dosis Dosis kurang

Tepat interval

waktu

15 702630 15 Cefspan® (Sefiksim 100

mg/5 ml) 2 x 4 ml

anak: 8 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 1-2 dosis

Dosis lebih Tepat interval

waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

69

No. No.

Rekam Medis

Berat Badan

(kg) Nama Antibiotika Dosis

pemberian Dosis menurut literatur Tepat dosis/ tidak tepat

dosis

Tepat interval waktu/ tidak tepat interval

waktu

Seftriakson Na 1 g 3 x 250 mg anak: 50 mg/ kgBB; max 1

g; i.m Tepat dosis

Tepat interval

waktu

16 734907 15 Cefspan® (Sefiksim 50

mg, 100 mg, 200 mg) 2 x 75 mg

anak: 8 mg/kgBB/hari

terbagi dalam 1-2 dosis Dosis lebih

Tepat interval

waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

70

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileskripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Kelompok Pediatri

71

BIOGRAFI PENULIS

Anastasia Hilda Fajarwati merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Libertus Didik Prayitno dan Emirita Karti Wismawati. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 17 Juli 1992. Pendidikan Formal diawali di Taman Kanak-Kanak Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 1996-1998, kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 1998-2004. Selanjutnya ke jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun 2004-2007,

kemudian naik ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Yogyakarta pada tahun 2007-2010. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi Fakultas Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjalani perkuliahan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma, penulis pernah memberikan penyuluhan sebagai kegiatan Pengabdian Masyarakat Universitas Sanata Dharma di perumahan Minomartani (2012), menjadi volunteer pada pelaksanaan “Aksi Hari Kesehatan dan Lingkungan Hidup” (2012), dan menjadi asisten praktikum Pharmaceutical Care (2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI