pioni bpom

49
sumber PPT http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0CE8QFjAI&url= http%3A%2F%2Fwww.vetmed.fkh.unair.ac.id%2Fmateri%2Ffarmakologi%2520vet %2FGENERAFARMAKOLOGI %255B1%255D.ppt&ei=NhRQVbioEYaRuASpzYDYDw&usg=AFQjCNFQRJD3Ny- gAT51vPAc0e9upGhslg&bvm=bv.92885102,d.c2E http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6386/1/Siti %20Harilza%20Zubaidah1.pdf 11.1 Antiinfeksi untuk Mata 11.1.1 Antibakteri 11.1.2 Antijamur 11.1.3 Antivirus INFEKSI MATA. Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan endoftalmitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial diobati dengan pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata. Tetapi kadang- kadang diperlukan pengobatan sistemik yang biasanya dilakukan setelah kultur organisme dan ditentukan sensitivitas antimikrobanya. Antibiotika yang sesuai seperti tetrasiklin diberikan selama 3 bulan atau lebih. Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri tetes mata atau salep mata digunakan bila diperlukan pengobatan. Respons yang kurang baik terhadap pemberian obat menunjukkan konjungtivitis kemungkinan disebabkan oleh virus atau alergi. Konjugtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik dan

Upload: vera-andri-yani

Post on 15-Jan-2016

102 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ko

TRANSCRIPT

sumber PPT

http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0CE8QFjAI&url=http%3A%2F%2Fwww.vetmed.fkh.unair.ac.id%2Fmateri%2Ffarmakologi%2520vet%2FGENERAFARMAKOLOGI%255B1%255D.ppt&ei=NhRQVbioEYaRuASpzYDYDw&usg=AFQjCNFQRJD3Ny-gAT51vPAc0e9upGhslg&bvm=bv.92885102,d.c2E

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6386/1/Siti%20Harilza%20Zubaidah1.pdf

11.1 Antiinfeksi untuk Mata

11.1.1 Antibakteri11.1.2 Antijamur11.1.3 Antivirus

 

INFEKSI MATA. Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan endoftalmitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial diobati dengan pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata. Tetapi kadang- kadang diperlukan pengobatan sistemik yang biasanya dilakukan setelah kultur organisme dan ditentukan sensitivitas antimikrobanya. Antibiotika yang sesuai seperti tetrasiklin diberikan selama 3 bulan atau lebih.

Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri tetes mata atau salep mata digunakan bila diperlukan pengobatan.

Respons yang kurang baik terhadap pemberian obat menunjukkan konjungtivitis kemungkinan disebabkan oleh virus atau alergi. Konjugtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik dan topikal. Ulkus kornea dan keratitis memerlukan penanganan oleh dokter spesialis dan mungkin membutuhkan penggunaan antimikroba sub- konjungtival atau sistemik.

Endoftalmitis adalah kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh dokter spesialis dan sering membutuhkan penggunaan antibiotika parenteral, sub- konjungtival, atau intraokuler. Untuk acuan pengobatan kutu pubis (crab lice) bulu mata, lihat 13.10.4.

11.1.1 AntibakteriInfeksi karena bakteri biasanya diobati secara topikal dengan obat tetes dan salep mata. Pemberian sistemik kadang-kadang diperlukan untuk blefaritis. Pada infeksi intraokular, beberapa cara pemberian (intrakornea, intravitral, dan sistemik) dapat digunakan.

Kloramfenikol memiliki spektrum aktivitas yang luas dan merupakan obat pilihan untuk infeksi mata superfisial. Tetes mata kloramfenikol ditoleransi dengan baik dan rekomendasi bahwa kloramfenikol tetes mata harus dihindari sebab meningkatkan risiko anemia aplastik tidak ditemukan. Antibiotika lain dengan spektrum aktivitas luas termasuk kuinolon, siprofloksasin dan ofloksasin; framisetin, gentamisin dan neomisin juga aktif melawan bakteri dengan variasi yang luas. Gentamisin, siprofloksasin dan ofloksasin efektif untuk infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Tetes mata siprofloksasin digunakan untuk ulkus kornea; penggunaan intensif (terutama untuk dua hari pertama) dibutuhkan sepanjang siang dan malam. Asam fusidat bermanfaat untuk infeksi stafilokokus.

Propamidin isetionat kecil manfaatnya dalam infeksi bakteri tetapi spesifik untuk kondisi keratitis akantamoeba yang jarang terjadi (neomisin dapat digunakan sebagai obat tambahan; lihat juga 13.1.9).

Neonatus. Tetes mata antibakteri digunakan untuk pengobatan konjungtivitis bakteri akut pada neonatus (optalmia neonatorum), jika mungkin, mikroorganisme penyebabnya sebaiknya diidentifikasi. Tetes mata kloramfenikol atau neomisin digunakan untuk pengobatan konjungtivitis ringan, untuk infeksi yang lebih serius disarankan juga antibakteri sistemik. Jika tidak ada respon pada pengobatan awal diperlukan investigasi; sebaiknya dipertimbangkan Infeksi klamidial.

Infeksi mata gonokokal diobati dengan injeksi dosis tunggal seftriakson. Infeksi mata klamidial sebaiknya ditangani dengan pemberian eritromisin oral. Tetes mata gentamisin bersama dengan antibakteri sistemik yang sesuai digunakan pada pengobatan infeksi mata pseudomonas. DENGAN KORTIKOSTEROID. Banyak

sediaan antibakteri juga dikombinasi dengan kortikosteroid tetapi campuran demikian tidak boleh digunakan kecuali pasien berada dalam supervisi seorang spesialis. Secara khusus obat jenis ini tidak boleh diresepkan untuk mata merah yang belum terdiagnosa yang kadang-kadang disebabkan oleh virus herpes simpleks dan mungkin sulit untuk didiagnosa (lihat 13.1.4.1)

 

CARA PENGGUNAAN.Obat tetes mata. Gunakan sedikitnya tiap 2 jam, kemudian kurangi frekuensi saat infeksi sudah terkendali dan lanjutkan untuk 48 jam setelah sembuh.Salep mata. Gunakan pada malam hari (bila digunakan tetes mata siang harinya) atau 3-4 kali sehari (bila hanya salep yang digunakan).

Monografi:

ASAM FUSIDATIndikasi:

lihat keterangan di atas

DIBEKASIN

FRAMISETIN SULFATIndikasi:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

lihat keterangan di atas

GATIFLOKSASINIndikasi:

infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis dan keratitis bakterialis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang peka terhadap gatifloksasin.

Peringatan:

pemakaian lama dihindari karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang tidak sensitif, termasuk jamur yang dapat menimbulkan super infeksi.

Interaksi:

penggunaan bersamaan teofilin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam plasma, meningkatkan efek antikoagulan warfarin dan derivatnya, meningkatkan kadar serum kreatinin pada pasien pengguna siklosporin secara sistemik, gangguan metabolism kafein.

Kontraindikasi:

hipersensitivitas.

Efek Samping:

iritasi konjungtival, peningkatan lakrimasi, keratitis dan konjungtivitis papilari, kemosis, perdarahan konjungtival, mata kering, iritasi mata, nyeri mata, garis mata membengkak, pusing, mata merah, kemampuan penglihatan berkurang dan gangguan mengecap.

Penggunaan:

hari ke 1 – 2 : teteskan 1 tetes pada mata yang sakit setiap 2 jam sampai 8 kali sehari (mulai bangun tidur), hari ke 3 – 7 : teteskan 1 tetes pada mata yang sakit sampai 4 kali sehari (mulai bangun tidur).

GENTAMISINIndikasi:

sebagai terapi tambahan pada peningkatan tekanan intra okular pada pasien dengan hipertensi okular atau glaukoma sudut lebar

Peringatan:

gentamisin dan metabolitnya dieksresikan melalui terutama ginjal, maka tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat (CrCl < 30ml/menit); gangguan hati

Interaksi:

tidak direkomendasikan digunakan bersamaan dengan obat golongan penghambat karbonik anhidrase oral

Kontraindikasi:

hipersensitif terhadap komponen obat

Efek Samping:

pandangan kabur, rasa yang tidak biasa seperti pahit, kecut; lebih jarang terjadi: blefaritis, dermatitis, mata kering, sensasi tubuh yasing, sakit kepala, hiperemia, okular discharge, ketidaknyamanan okular, keratitis okular, nyeri okular, pruritus akular, dan rinitis; pada kasus yang lebih jarang terjadi: reaksi alergi, alopesia, nyeri dada, konjungtivis, diare, diplopia, mengantuk, mulut kering, dispnea, dispepsia, kelelahan mata, keratokonjungtivis, keratopati, nyeri ginjal, mual, faringitis, mata berair, dan gatal-gatal

Penggunaan:

satu tetes pada mata yang sakit, tiga kali sehari. Gunakan berselang minimal 10 menit dari penggunaan obat penurun tekanan okular yang lain

KLORAMFENIKOLIndikasi:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

rasa pedas sementara; laporan yang jarang mengenai anemia aplastik; lihat juga keterangan di atas

Penggunaan:

Lihat keterangan di atas

LEVOFLOKSASINIndikasi:

pengobatan topikal untuk infeksi okular eksternal seperti konjungtivitis yang disebabkan oleh strain bakteri yang rentan terhadap levofloksasin

Peringatan:

efikasi produk ini terhadap methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) belum terbukti; untuk menghindari resistensi bakteri, uji sensitifitas bakteri perlu dilakukan dan periode pengobatan dengan levofloksasin dilakukan dalam waktu paling singkat yang sudah dapat mengeradikasi infeksi; tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah 1 tahun; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)

Kontraindikasi:

pasien dengan riwayat sensitifitas terhadap ofloksasin dan semua antibiotika golongan kuinolon

Efek Samping:

eritema, ruam, dispnea, penurunan tekanan darah, udem kelopak mata (hentikan pengobatan); blefaritis (kemerahan pada kelopak mata/udem,dll), dermatitis pada kelopak mata, gatal; iritasi, lesi pada kornea seperti keratitis superficial diffuse

Penggunaan:

Satu tetes digunakan tiga kali sehari. Dosis dapat disesuaikan sesuai dengan gejala yang dialami pasien

NEOMISIN SULFATIndikasi:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

lihat keterangan di atas

OFLOKSASINIndikasi:

digunakan untuk mengobati infeksi pada mata yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif

Peringatan:

hindarkan pemakaian yang lama karena dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang tidak sensitif termasuk jamur, yang dapat menimbulkan super infeksi; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)

Interaksi:

antibiotika sejenis topikal β-laktam

Efek Samping:

pedih, rasa gatal, dan merah-merah pada konjungtiva; rasa menyengat, kemerahan, gatal, konjungtivitis kimia/keratitis, udem okular/perikular/wajah, sensasi asing pada tubuh, photophobia, pandangan tidak jelas, mata berair, mata kering, dan nyeri pada mata; jarang pusing

Penggunaan:

1-2 tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam selama 24-48 jam pertama. Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap sesuai tanda-tanda perbaikan klinis.

OKSITETRASIKLIN

POLIMIKSIN B SULFATIndikasi:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

lihat keterangan di atas

SIPROFLOKSASINIndikasi:

infeksi bakteri superfisial, lihat keterangan diatas; ulkus kornea

Peringatan:

tidak disarankan untuk digunakan pada anak berusia di bawah 1 tahun; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)

Efek Samping:

rasa terbakar lokal dan gatal; pelupuk mata terbentuk krusta; hyperaemia; gangguan indra pengecap; kornea menjadi berwarna, keratitis, udem pada kelopak mata, lacrimation, photophobia, infiltrasi kornea; dilaporkan adanya mual dan gangguan penglihatan

Penggunaan:

infeksi bakteri superfisial, lihat keterangan di atas. Ulkus kornea, gunakan siang dan malam, hari pertama 2 tetes tiap 15 menit untuk 6 jam, kemudian setiap 30 menit untuk sisa hari; hari kedua gunakan 2 tetes tiap jam; hari ketiga hingga keempat belas gunakan 2 tetes tiap 4 jam; untuk pengobatan lebih lama dibutuhkan petunjuk dokter untuk menentukan frekuensi (lama pengobatan maksimum 21 hari)

SULFASETAMID

TETRASIKLIN

TOBRAMISINIndikasi:

Lihat keterangan di atas

Penggunaan:

Lihat keterangan di atas

11.1.2 AntijamurInfeksi jamur pada kornea dapat terjadi setelah ‘cedera agrikultural’, terutama dalam suhu panas dan lembab. Mikosis orbital lebih jarang dan bila timbul biasanya karena penyebaran langsung dari infeksi di sinus paranasal. Lansia, kelemahan, atau imunosupresan dapat menyebabkan berkembang biaknya jamur (fungi). Penyebaran infeksi melalui peredaran darah kadang-kadang menimbulkan endo-ftalmitis metastatik.

Berbagai fungus yang berbeda dapat menimbulkan infeksi okuler; tetapi infeksi ini dapat diidentifikasi dengan prosedur laboratorium yang sesuai.

11.1.3 AntivirusInfeksi herpes simpleks, seperti ulcer kornea dendritik dapat diobati dengan asiklovir. Implan okular lepas lambat yang mengandung gansiklovir dapat disisipkan melalui pembedahan untuk mengobati retinitis CMV yang mengancam penglihatan. Pengobatan lokal tidak dapat melindungi terhadap infeksi sistemik atau infeksi pada mata yang sebelah. Untuk pengobatan sistemik retinitis CMV, lihat 5.3.2.2.

Monografi:

ASIKLOVIRIndikasi:

pengobatan lokal infeksi herpes simpleks

Efek Samping:

agak menyengat dan pernah dilaporkan inflamasi lokal

Penggunaan:

gunakan 5 kali sehari (lanjutkan untuk sedikitnya 3 hari setelah penyembuhan total)

Anda di siniDepan » IONI » BAB 11 MATA » 11.2 Kortikosteroid dan Antiinflamasi Lain » 11.2.1 Kortikosteroid

11.2.1 KortikosteroidKortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep mata, atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik memiliki peranan penting dalam pengobatan inflamasi segmen anterior, termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Kortikosteroid topikal lazimnya hanya digunakan di bawah pengawasan dokter spesialis; Tiga risiko yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid:

Mata merah, dimana diagnosis belum dikonfirmasi, mungkin diakibatkan oleh virus herpes simpleks. Kortikosteroid memperburuk kondisi yang dapat berakhir pada kerusakan penglihatan atau bahkan hilangnya mata. Infeksi bakteri, jamur dan amuba menunjukkan bahaya yang sama.

Pada individu yang rentan, penggunaan preparat kortikosteroid mata dapat menyebabkan glaukoma steroid.

Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan katarak steroid.

 Efek samping lain termasuk penipisan kornea dan sklera.

Penggunaan produk kombinasi yang mengandung kortikosteroid dengan antiinfeksi jarang dibenarkan. Kortikosteroid sistemik mungkin dapat bermanfaat untuk kondisi okular. Risiko terjadinya katarak steroid meningkat sejalan dengan peningkatan dosis dan lama pemberian.

Monografi:

BETAMETASONIndikasi:

pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek)

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

berikan tetes mata tiap 1-2 jam sampai keadaan terkendali kemudian kurangi frekuensi, salep 2-4 kali tiap hari, atau pada malam hari bila digunakan bersama tetes mata

DEKSAMETASONIndikasi:

untuk pengobatan jangka pendek pada mata dengan kondisi responsif steroid ketika pengobatan antibiotik profilaktik juga diperlukan, setelah diyakini tidak terjadi infeksi jamur dan virus; blepharitis pada kelopak mata.

Peringatan:

meskipun pada umumnya dianggap aman, penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan pada masa pertumbuhanPenggunaan jangka panjang pada bayi dapat menekan kelenjar adrenal. Pengobatan dengan kombinasi steroid-antibiotik jangan dilakukan lebih dari 7 hari berturut-turut. Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum ditetapkan. Jangan mengulang atau memperpanjang pengobatan tanpa pemeriksaan yang teratur terhadap peningkatan tekanan okular. Kortikosteroid topikal tidak boleh digunakan pada mata merah tanpa diagnosa yang jelas karena dapat terjadi risiko kebutaan. Pemberian bersamaan dengan aminoglikosida dapat menyebabkan berkurangnya pendengaran yang tidak dapat balik bila diberikan secara sistemik atau topikal pada kulit yang luka atau rusak.

Kontraindikasi:

penderita hipersensitif terhadap salah satu komponen sediaan; infeksi herpes simpleks akut dan penyakit virus lainnya pada kornea dan konjungtiva, tuberkulosis pada mata, penyakit jamur pada mata, trakoma, infeksi purulent akut pada mata; otitis eksterna disertai perforasi membran pada telinga.

Efek Samping:

paling sering terjadi sensitasi alergi, reaksi-reaksi yang disebabkan komponen steroid berupa peningkatan tekanan intraokular dengan kemungkinan perkembangannya terjadi glaukoma, pembentukan katarak subkapsular posterior dan perlambatan penyembuhan luka dan perforasi.

Penggunaan:

untuk mata satu-dua tetes pada mata yang sakit hingga 6 kali sehari atau lebih sering jika diperlukan.

FLUOROMETOLONIndikasi:

pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek)

Peringatan:

lihat keterangan di atas; tendensi untuk meningkatkan tekanan intraokuler berkurang

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

gunakan tetes mata 2-4 kali/hari (mula-mula tiap jam untuk 24-48 jam, kemudian kurangi frekuensi)

HIDROKORTISON ASETATIndikasi:

pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek)

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

PREDNISOLONIndikasi:

pengobatan lokal inflamasi (jangka pendek)

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

gunakan tetes mata tiap 1-2 jam hingga kondisi terkendali kemudian kurangi frekuensi

11.2.2 Antiinflamasi lainSediaan lain yang digunakan untuk pengobatan topikal inflamasi dan konjungtivitis alergi meliputi antihistamin, lodoksamid dan natrium kromoglikat. Sediaan topikal antihistamin seperti tetes mata yang mengandung antazolin sulfat, ketotifen, levokabastin, dan olopatadin dapat digunakan untuk konjungtivitis alergi. Tetes mata natrium kromoglikat mungkin berguna untuk keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis alergi lainnya. Tetes mata lodoksamid digunakan untuk konjungtivitis alergi termasuk yang musiman. Tetes mata diklofenak juga digunakan untuk konjungtivitis alergi musiman. 

Monografi:

ANTAZOLINIndikasi:

konjungtivitis alergi

KALIUM PEMIROLASIndikasi:

untuk pengobatan konjungtivis alergi dan vermal

Peringatan:

data keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui serta pada bayi belum tersedia. Pengguaan pada wanita hamil hanya jika manfaatnya melebihi risikonya

Efek Samping:

iritasi mata, blefaritis, gatal pada kelopak

Penggunaan:

1 tetes dua kali sehari (pagi dan malam hari)

KETOTIFENIndikasi:

konjungtivitis alergi seasonal

Efek Samping:

rasa terbakar yang tidak menetap atau rasa tersengat, punctate corneal epithelial erosion, jarang terjadi mata kering, perdarahan subkonjungtiva, fotofobia; sakit kepala, mengantuk, reaksi pada kulit, dan dilaporkan mulut kering

Penggunaan:

DEWASA dan ANAK diatas 3 tahun, gunakan 2 kali sehari

KROMOGLIKAT NATRIUMIndikasi:

konjungtivitis alergi

Efek Samping:

rasa terbakar sementara dan rasa tersengat

Penggunaan:

gunakan tetes mata 4 kali sehari, salep mata 2-3 kali sehari

LEVOKABASTINIndikasi:

konjungtivtis alergi

Efek Samping:

iritasi lokal, pandangan kabur, urtikaria, dispnea, sakit kepala, rasa mengantuk

Penggunaan:

DEWASA dan ANAK di atas usia 9 tahun, gunakan 2 kali/hari, tingkatkan bila perlu hingga 3-4 kali/hari, hentikan bila tidak ada perbaikan dalam 3 hari; maksimum 4 minggu pengobatan per tahun

LODOKSAMIDIndikasi:

konjungtivitis alergis

Efek Samping:

rasa terbakar sementara, rasa tersengat, gatal, dan lakrimasi; dilaporkan terjadinya flushing dan pusing

Penggunaan:

DEWASA dan ANAK di atas usia 4 tahun, gunakan tetes mata 4 kali sehari

NAPAZOLIN

NEPAFENAKIndikasi:

nyeri dan inflamasi yang berhubungan dengan operasi katarak.

Peringatan:

berpotensi meningkatkan perdarahan jaringan okular (termasuk hifemas) terkait dengan operasi okular, pemakaian bersama AINS topikal dan steroid topikal berpotensi memperlambat penyembuhan, pemakaian jangka lama dapat menyebabkan kerusakan epitelial, penebalan erosi, luka atau periorasi pada kornea, sehingga harus segera dihentikan dan dilakukan pemantauan ketat,  penderita dengan tendensi perdarahan atau penderita yang sedang mengkonsumsi obat lain yang dapat memperpanjang waktu perdarahan, kehamilan, menyusui, anak usia dibawah 10 tahun.

Kontraindikasi:

hipersensitivitas, kehamilan

Efek Samping:

kekeruhan kapsular, penurunan ketajaman penglihatan, rasa asing, peningkatan tekanan intraokular dan perasaan lengket.

Penggunaan:

hanya untuk pemakaian topikal mata. Satu tetes nepafenak 0,1% pada mata yang terkena, tiga kali sehari dimulai sejak satu hari sebelum operasi katarak, dilanjutkan pada hari operasi dan pada dua minggu pertama setelah operasi.

OLOPATADINIndikasi:

pengobatan gejala dan tanda-tanda alergi konjungtivitis

Peringatan:

bukan merupakan pengobatan iritasi yang berkaitan dengan pemakaian lensa kontak (jangan menggunakan lensa kontak apabila mata merah), pengawet dalam sediaan tetes mata yang mengandung olopatadin kemungkinan dapat diabsorpsi oleh lensa kontak, pasien yang menggunakan lensa kontak dan matanya tidak merah disarankan untuk menunggu minimal 10 menit setelah penggunaan obat ini sebelum menggunakan lensa kontak kembali

Efek Samping:

pusing, astenia, penglihatan terganggu, rasa menyengat atau rasa terbakar, sindrom flu, mata kering, sensasi asing pada tubuh, hiperemia, hipersensitivitas, keratitis, udem pada kelopak mata, mual, faringitis, pruritus, rinitis, sinusitis dan gangguan indra pengecap.

Penggunaan:

satu tetes dua kali sehari pada setiap mata yang terinfeksi dengan interval pemberian 6 sampai dengan 8 jam.

TETRAHIDROZOLIN (TETRIZOLIN)

Anda di siniDepan » IONI » BAB 11 MATA » 11.3 Midriatik dan Sikloplegik

11.3 Midriatik dan SikloplegikAntimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris; keduanya berbeda dalam potensi dan lama kerja.

Midriatik yang relatif lebih lemah, kerja singkat, seperti tropikamid 0,5%, digunakan untuk funduskopi. Siklopentolat 1% atau atropin lebih disukai untuk memberikan sikloplegia untuk refraksi pada anak. Atropin 1% (dalam bentuk salep) kadang- kadang lebih disukai untuk anak di bawah usia 5 tahun karena absorbsi sistemiknya berkurang. Atropin yang kerjanya lebih lama (sampai dengan 7 hari) juga digunakan untuk pengobatan uveitis anterior terutama untuk mencegah posterior synechiae. Sering digunakan dengan tetes mata fenilefrin 10% (2,5% pada anak, pasien lansia, dan mereka yang berpenyakit jantung).

Homatropin 1% juga digunakan untuk pengobatan inflamasi segmen interior dan dianjurkan karena mula kerjanya lebih pendek.

PERINGATAN. Iris berpigmen gelap lebih resisten terhadap dilatasi pupil oleh karena itu perlu kehati-hatian untuk mencegah overdosis. Midriasis dapat menimbulkan glaukoma sudut sempit akut pada beberapa pasien, biasanya mereka berusia lebih dari 60 tahun dan hipermetropik (long-sighted) yang merupakan faktor predisposisi untuk glaukoma karena kamar anterior yang dangkal. Fenilefrin dapat berinteraksi dengan inhibitor monoamine-oksidase yang digunakan secara sistemik; lihat juga Lampiran 1 (simpatomimetik).

MENGEMUDI. Pasien sebaiknya diingatkan untuk tidak mengemudikan kendaraan selama 1-2 jam setelah mendapat midriatikum. EFEK SAMPING. Efek samping okular dari midriasis dan sikloplegik termasuk rasa pedih sementara dan peningkatan tekanan intraokular; pada pemberian jangka panjang dapat terjadi iritasi lokal, hiperaemia, udem, dan konjungtivitis. Dermatitis kontak cukup sering terjadi dengan obat midriatik antimuskarinik, khususnya atropin.

Selain itu, reaksi toksik sistemik pada atropin dan siklopentolat dapat terjadi pada pasien yang sangat muda dan sangat tua.

Anda di siniDepan » IONI » BAB 11 MATA » 11.3 Midriatik dan Sikloplegik » Antimuskarinik

AntimuskarinikMonografi:

ATROPIN SULFATIndikasi:

prosedur refraksi pada anak; lihat juga keterangan di atas

Peringatan:

efeknya lama sekali, dapat memicu glaukoma; lihat juga keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

SIKLOPENTOLAT HIDROKLORIDAIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

pasien dengan tekanan intraokuler yang meningkat; lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

HOMATROPIN HIDROBROMIDAIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

TROPIKAMIDIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

SimpatomimetikMonografi:

FENILEFRIN HIDROKLORIDAIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

anak-anak dan lansia (hindari dosis 10%); penyakit kardiovaskuler (hindari atau hanya gunakan dosis 2,5%); takikardia; hipertiroidisme; diabetes; lihat juga keterangan di atas

Efek Samping:

rasa menyengat dan nyeri pada mata; penglihatan terganggu, photophobia; efek sistemik diantaranya aritmia, hipertensi, spasme arteri koroner

11.4 Pengobatan glaukomaGlaukoma adalah kelainan yang ditandai dengan kehilangan pandangan penglihatan yang berhubungan dengan kerusakan pada optic disc dan saraf mata. Walaupun umumnya glaukoma dikaitkan dengan peningkatan intraokular tapi juga dapat terjadi pada tekanan intraokular normal.

Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma simplek kronik; glaukoma sudut lebar) di mana sumbatannya terjadi pada trabecular meshwork. Kondisi ini sering tanpa gejala dan penderita kehilangan penglihatan secara bermakna. Glaukoma sudut tertutup primer (glaukoma sudut tertutup akut; glaukoma sudut sempit) disebabkan tertutupnya aliran aqueous humour ke bilik anterior dan secara medis merupakan keadaan gawat darurat. Hanya obat yang dapat menurunkan tekanan intraokular yang digunakan dalam pengobatan glaukoma; obat tersebut bekerja melalui mekanisme berbeda. Beta-bloker topikal atau analog prostaglandin umumnya merupakan obat pilihan pertama. Obat ini perlu dikombinasikan atau ditambah dengan obat lain seperti miotik, simpatomimetik dan inhibitor anhidrase karbonik untuk mengkontrol tekanan intraokular.

Untuk pengurangan tekanan intraokular yang segera, dan sebelum operasi diberikan manitol 20% (sampai 500 mL) melalui infus intravena perlahan-lahan hinggga tekanan intraokular turun secara memuaskan. Injeksi intravena asetazolamid juga digunakan untuk keadaan gawat darurat karena peningkatan tekanan intraokular.

Jika dibutuhkan, terapi anti glaukoma standar dapat diberikan sebagai pengobatan tambahan setelah iridotomi, iridektomi atau operasi operasi drainase pada glaukoma sudut terbuka (open-angle) atau sudut tertutup (angle-closure).

Anda di siniDepan » IONI » BAB 11 MATA » 11.4 Pengobatan glaukoma » Beta Bloker

Beta BlokerPenggunaan topikal beta bloker pada mata efektif mengurangi tekanan intraokuler terutama pada glaukoma sudut terbuka, mungkin dengan mengurangi laju produksi cairan bola mata. Penggunaan secara oral juga mengurangi tekanan intraokuler tetapi cara pemberian ini tidak digunakan karena efek sampingnya yang mengganggu.

Beta-bloker yang digunakan sebagai tetes mata di antaranya betaksolol, levobunolol, metipranolol dan timolol.

PERINGATAN, KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING: Penyerapan sistemik terjadi setelah penggunaan topikal, oleh karena itu tetes mata yang mengandung beta-bloker dikontraindikasikan pada pasien dengan bradikardia, heart block, atau gagal jantung. Penting: sebagai peringatan untuk menghindari asma lihat catatan di bawah. Pertimbangkan juga peringatan, kontraindikasi, dan efek samping lain dari beta-bloker (lihat 2.4.3). Efek samping lokal dari tetes mata antara lain mata kering sementara, dan blefarokonjungtivitis alergis.

Catatan: Telah diinformasikan bahwa beta- bloker, bahkan yang jelas kardioselektif, sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan asma atau riwayat penyakit paru obstruktif, kecuali bila tidak ada pengobatan alternatif. Pada kasus demikian risiko bronkospasme sebaiknya diantisipasi dan tindakan pencegahan dilakukan.

INTERAKSI: Karena penyerapan sistemik mungkin terjadi setelah penggunaan topikal, kemungkinan interaksi sebaiknya diingat, khususnya dengan obat semacam verapamil. Lihat juga Lampiran 1 (beta-bloker).

Monografi:

BETAKSOLOL HIDROKLORIDAIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

gunakan tetes mata 2 kali sehari

LEVOBUNOLOL HIDROKLORIDAIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; dilaporkan kadang terjadi anterior uveitis

Penggunaan:

gunakan tetes mata 1 kali atau 2 kali sehari

METIPRANOLOLIndikasi:

lihat keterangan di atas, tetapi dalam glaukoma sudut lebar kronis dibatasi pada pasien yang alergi terhadap zat pengawet atau mereka yang memakai lensa kontak (di mana benzalkonium klorida harus dihindari)

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; dilaporkan terjadi uveitis anterior granulomatosa (hentikan pengobatan)

Penggunaan:

gunakan tetes mata 2 kali sehari

TIMOLOL MALEATIndikasi:

untuk pengobatan peningkatan tekanan intra okular pada pasien dengan hipertensi okular atau glaukoma sudut lebar.

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Kontraindikasi:

gagal jantung, aritmia jantung derajat dua atau tiga dengan blokade AV, bradikardi, syok kardiogenik, asma bronkial, obstruksi saluran napas kronis dengan kecenderungan spasmus bronkus atau riwayat spasmus bronkus; hipersensitif terhadap timolol maleat dan benzalkonium klorida.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

dewasa: 1 tetes pada mata yang sakit, satu kali sehari; jika sediaan tetes mata lain juga digunakan, harus pada jarak lima menit; periksa tekanan intra okular 34 minggu setelah awal pengobatan, dan selama pengobatan periksa tekanan intra okular secara teratur karena respon pasien dapat berubah-ubah.

Analog ProstaglandinLatanoprost dan analog prostaglandin, meningkatkan arus keluar uveosklera. Obat ini diindikasikan untuk mengurangi tekanan intra-okular pada hipertensi okuler atau pada glaukoma sudut terbuka. Pasien sebaiknya dimonitor untuk perubahan warna mata karena latanoprost dapat meningkatkan pigmen coklat dalam iris; diperlukan penanganan yang hati-hati pada mereka dengan warna iris yang bercampur dan mereka yang menerima pengobatan hanya pada satu mata saja.

Monografi:

BIMATOPROSTIndikasi:

peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular, yang tidak diatasi atau tidak respon secara baik terhadap obat penurun tekanan intraokular lainnya

Peringatan:

peningkatan pigmentasi dan pertumbuhan bulu mata; peningkatan pigmentasi iris dan kelopak mata. Perubahan ini dapat berlangsung secara permanen.

Kontraindikasi:

hipersensitif

Efek Samping:

kejadian antara 15-45% (dengan urutan kejadian menurun sesuai urutan berikut): konjungtiva hiperemia, pertumbuhan bulu mata dan pruritus okular; kejadian 3-10% (dengan urutan kejadian yang menurun): okular kering, gangguan penglihatan, okular terbakar, sensasi benda asing, nyeri mata, pigmentasi kulit periokular, blefaritis, katarak, keratitis punctate superfisial, eritema kelopak mata, iritasi okular, bulu mata yang menghitam; kejadian 1-3% (dengan urutan kejadian yang menurun): kotoran mata, mata berair, fotofobia, konjungtivitis alergi, astenopia, peningkatan pigmentasi iris, edema konjungtival; < 1%: inflamasi intraokular (iritis)

Dosis:

1 tetes pada mata yang sakit, sekali sehari pada malam hari. Tidak boleh lebih dari sekali. Apabila digunakan bersamaan dengan obat optalmik topikal lainnya, berikan jeda waktu pemberian selama 5 menit.

LATANOPROSIndikasi:

peningkatan tekanan intra-okular pada glaukoma sudut lebar dan hipertensi okular yang tidak mentoleransi obat lain atau respon yang kurang baik.

Peringatan:

sebelum memulai pengobatan, pasien harus diberitahu kemungkinan perubahan warna mata; amati perubahan warna mata; afakia atau pseudofakia dengan koyakan pada kapsul posterior lensa atau ruang lensa anterior; faktor risiko udem makular sistoid; asma berat atau mudah kumat ; tidak boleh dipakai dalam jangka waktu 5 menit setelah penggunaan sediaan yang mengandung tiomersal; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)

Kontraindikasi:

hipersensitif terhadap komponen obat.

Efek Samping:

pigmentasi coklat terutama pada pasien yang warna irisnya campuran; radang kelopak mata, iritasi okular dan nyeri; bulu mata memanjang, bertambah gelap dan tebal; hiperaemia konjungtiva; erosi epitelial punctata transient; ruam kulit; lebih jarang edema kelopak mata dan ruam; jarang dyspnoea, asma yang lebih parah, iritis, uvitis, edema lokal, kulit palpebral menjadi gelap

Penggunaan:

gunakan satu tetes pada mata yang sakit, sehari satu kali, pada malam hari.

TAFLUPROSIndikasi:

untuk mengurangi tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular

Peringatan:

aphakia atau pseudophakia, asma bronkial atau riwayat asma bronkial, endophtalmitis (iritis, uveitis); kehamilan atau berencana untuk hamil; hentikan menyusui selama menggunakan obat ini.

Kontraindikasi:

riwayat hipersensitif

Efek Samping:

pewarnaan pada iris, infeksi konjungtiva, kelainan bulu mata (bertambah panjang, ketebalan dan jumlah), gatal, iritasi, sensasi adanya benda asing pada mata, blepharal pigmentation, gangguan pada epitel kornea termasuk superficial punctuate keratitis; nyeri pada mata, hipertrikosis pada kelopak mata, kelopak mata memerah, eye discharge, fotofobia, udema pada kelopak mata, rasa berat pada mata, lakrimasi, pandangan kabur, sakit kepala, udema pada konjungtiva, pusing, eritema, peningkatan AST (GOT), adanya protein pada urin; peningkatan kadar kalium darah; perdarahan subkonjungtiva, pusing, peningkatan ALT (GPT), peningkatan γ-GTP, adanya gula dalam urin, peningkatan eosinofil, penurunan jumlah leukosit, peningkatan asam urat

Dosis:

satu tetes pada mata yang sakit sekali sehari, jangan digunakan lebih dari sekali sehari karena penggunaan yang lebih sering dapat menurunkan efek.

TRAVOPROSIndikasi:

penurunan tekanan intraokular pada pasien dengan glaukoma sudut lebar atau hipertensi okular

Peringatan:

lihat pada Latanoprost dan keterangan di atas

Kontraindikasi:

kehamilan atau yang merencanakan kehamilan

Efek Samping:

lihat pada Latanoprost; juga dilaporkan sakit kepala, pruritus okular, photophobia, dan keratitis; jarang hipotensi, bradikardi, konjungtivis, browache.

Penggunaan:

sehari sekali, pada malam hari; tidak direkomendasikan penggunaan untuk anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun.

TRAVOPROS+TIMOLOL

SimpatomimetikPenghambat karbonik anhidrase dan obat sistemik

Inhibitor karbonik anhidrase, asetazolamid dan dorzolamid mengurangi intraokular melalui penurunan produksi aqueous humour. Penggunaan sistemik juga menimbulkan efek diuresis lemah.

Asetazolamid diberikan secara oral atau injeksi intravena ( injeksi intramuskular menyebabkan nyeri karena larutan bersifat basa). Obat digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan untuk mengurangi tekanan intraokular. Asetazolamid adalah golongan sulfonamid, sehingga kelainan darah, ruam, dan efek samping dari penggunaan obat golongan sulfonamid dapat muncul. Tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam jangka panjang; gangguan elektrolit dan asidosis metabolik yang terjadi dapat diatasi dengan pemberian kalium bikarbonat ( seperti tablet effervescent kalium)

Dorzolamid, merupakan inhibitor karbonik anhidrase topikal, digunakan untuk pasien yang tidak memberikan respon terhadap beta-bloker atau pada mereka yang dikontraindikasikan memakai beta-bloker. Digunakan secara tunggal atau sebagai obat tambahan dari beta-bloker topikal. Efek samping serupa sulfonamid sistemik dapat timbul dan mungkin memerlukan penghentian obat bila efek yang timbul parah.

Diuretik osmotik, manitol hipertonik intravena, atau gliserol per oral, berguna sebagai penurun tekanan okuler sementara.

Monografi:

ASETAZOLAMIDIndikasi:

penurunan tekanan intraokuler dalam glaukoma sudut lebar, glaukoma sekunder, dan perioperatif pada glaukoma sudut sempit; diuresis (lihat bagian 2.5.6)

Peringatan:

obstruksi pulmoner (risiko asidosis); lansia; kehamilan (lihat Lampiran 4); tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang tetapi bila diberikan juga diperlukan pemantauan hitung jenis darah dan kadar elektrolit plasma; hindari ekstravasasi pada tempat injeksi (risiko nekrosis)

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (asetazolamid)

Kontraindikasi:

hipokalemia, hiponatremia, hyperchloraemic acidosis; gangguan fungsi hati hati berat; gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3); hipersensitifitas terhadap sulfonamid

Efek Samping:

mual, muntah, diare, gangguan indra pengecap; kehilangan nafsu makan, paraestesia, flushing, sakit kepala, pusing, kelelahan, perasaan menjadi sensitif, depresi; haus, poliuria; penurunan libido; asidosis metabolik dan gangguan keseimbangan elektrolit pada pengobatan jangka panjang; kadang-kadang mengantuk, kebingungan, gangguan pendengaran, urtikaria, melena, glikosuria, hematuria, gangguan fungsi hati, gangguan pada darah diantaranya agranulositosis dan trombositopenia, ruam diantaranya sindrom Steven Johnson dan nekrolisis epidermal toksik; jarang fotosensitifitas, kerusakan hati, flaccid paralysis, kejang; dilaporkan juga miopati yang tidak menetap

Dosis:

oral atau injeksi intravena 0,25-1 g/ hari dalam dosis terbagiCara injeksi intramuskular seperti pada injeksi intravena tetapi lebih baik dihindari karena pH alkalis

BRINZOLAMIDIndikasi:

terapi tambahan pada peningkatan tekanan intra okular pada pasien hipertensi okular atau glaukoma sudut lebar.

Peringatan:

gangguan fungsi hati; kehamilan (lihat Lampiran 4)

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (Brinzolamid)

Kontraindikasi:

gangguan fungsi ginjal (creatinine clerance kurang dari 30mL/menit), asidosis hiperkloremik; menyusui; hipersensitif terhadap komponen obat.

Efek Samping:

iritasi lokal, gangguan rasa, mual, dispepsia, mulut kering, nyeri dada, mimisan, haemoptysis, dyspnoea, rinitis, faringitis, bronkitis, paraestesia, depresi, pusing, sakit kepala, dermatitis, alopesia, erosi kornea.

Dosis:

gunakan tiga kali sehari masing-masing satu tetes. Brinzolamid dapat digunakan bersamaan dengan sediaan mata lain untuk menurunkan tekanan intra okular, jika digunakan bersamaan dengan sediaan mata lain harus diberikan dengan rentang waktu minimal 10 menit.

MiotikPupil yang kecil adalah efek samping yang tidak menguntungkan dari obat ini (kecuali bila pilokarpin digunakan sementara sebelum pembedahan glaukoma sudut tertutup). Obat ini bekerja dengan membuka saluran drainase yang inefisien pada trabecular meshwork, dengan cara kontraksi atau spasme otot silier. Obat ini juga menghasilkan spasme akomodasi yang dapat menyebabkan pandangan kabur dan browache (efek samping khusus pada pasien di bawah usia 40 tahun).

Miotik digunakan dalam penanganan tekanan intraokular yang tinggi, termasuk pilokarpin.

PERINGATAN. Iris berwarna gelap mem- butuhkan miotik dengan kadar yang lebih tinggi atau pemberian dengan frekuensi yang lebih sering dan penanganan yang lebih hati-hati sebaiknya dilakukan untuk menghindari dosis berlebih. Pelepasan reti- na (retinal detachment) dapat terjadi pada individu yang rentan atau pada orang dengan kelainan pada retina; karena itu pemeriksaan fundus disarankan sebelum memulai pengobatan dengan miotik. Penanganan juga dibutuhkan pada konjungtiva atau kerusakan kornea. Tekanan intraokular dan penglihatan sebaiknya dimonitor pada pasien glaukoma simplek kronik dan pasien yang diberikan miotik dalam waktu yang lama. Miotik sebaiknya digunakan secara hati-hati pada penderita penyakit jantung,hipertensi, asma, tukak peptik, obstruksi saluran kemih, dan penyakit Parkinson.

KONTRAINDIKASI. Miotik dikontraindi- kasikan pada keadaan di mana konstriksi pupil tidak diperbolehkan seperti pada iritis akut, uveitis anterior, dan beberapa kondisi glaukoma sekunder. Sebaiknya dihindari pada penyakit inflamasi akut dari segmen anterior.

EFEK SAMPING. Spasmus siliari menyeba- bkan sakit kepala dan browache yang dapat bertambah parah pada 2-4 minggu pengobatan awal (efek samping khusus pada pasien di bawah

40 tahun). Efek samping okular seperti terbakar, gatal, penglihatan kabur, kongesti vaskular konjungtivitis, miopia, perubahan lensa mata, perdarahan vitreous, dan pupillary block.

Efek samping parasimpatomimetik seperti berkeringat, bradikardia, dan kolik usus dapat terjadi setelah penyerapan sistemik dari obat tetes mata ini; efek lain di antaranya hiper- salivasi dan bronkospasme.

Monografi:

KARBAKOLIndikasi:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

gunakan tetes mata hingga 4 kali sehari

PILOKARPINIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat keterangan di atas

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas

Efek Samping:

lihat keterangan di atas

Penggunaan:

gunakan tetes mata 3-6 kali sehari

INDOMETASIN

11.5 Anestetik Lokal

Tetrakain (ametokain) mungkin merupakan anestetika lokal topikal yang paling sering digunakan. Proksimetakain menyebabkan lebih sedikit sengatan awal pada mata dan bermanfaat untuk anak. Sediaan kombinasi lignokain dan fluoresein digunakan untuk to- nometri. Tetrakain memberikan efek anestesi yang lebih nyata dan sesuai untuk penggu- naan sebelum prosedur bedah minor, seperti pengambilan jahitan kornea. Efek sementara terhadap epitel kornea. Lignokain, dengan atau tanpa adrenalin (epineprin), diinjeksikan ke dalam pelupuk mata untuk pembedahan minor, sedangkan injeksi retrobulbar atau peribulbar digunakan pada pembedahan bola mata itu sendiri. Anestetika lokal tidak boleh digunakan untuk mengatasi gejala-gejala sakit mata.

11.6.1 Sediaan untuk Defisiensi Air Mata, Lubrikan Okuler, dan AstringenMata pedih kronis yang berkaitan dengan sekresi airmata yang berkurang atau abnormal, biasanya dijumpai pada kasus sindrom Sjogren.

Kondisi pasien dan pilihan pasien sering merupakan acuan dalam pemilihan sediaan. Hipromelose merupakan obat pilihan untuk defisiensi air mata. Frekuensi penggunaan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan (misalnya: setiap jam) untuk memberikan efek yang memadai. Permukaan mucin okuler kadang abnormal pada defisiensi air mata dan kombinasi hipromelosa dan mukolitik seperti asetilsistein dapat membantu.

ASTRINGEN OKULER DAN LUBRIKANSeng sulfat adalah astringen tradisional yang telah digunakan dalam tetes mata untuk pengobatan lakrimasi yang berlebihan. Salep mata sederhana adalah sediaan steril yang netral yang dapat digunakan untuk melunakkan krusta pada blefaritis atau lubrikan netral pada malam hari; juga digunakan untuk melindungi permukaan okuler.

Monografi:

DEKSTRAN 70Indikasi:

defisiensi air mata.

Peringatan:

hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter jika kondisi tetap atau memburuk, atau jika terjadi nyeri pada mata, perubahan penglihatan, mata tetap merah atau iritasi

HIPROMELOSEIndikasi:

defisiensi airmata

NATRIUM KLORIDAIndikasi:

digunakan untuk irigasi, termasuk pertolongan pertama bila terkena zat berbahaya; intra-okuler atau irigasi topikal selama prosedur pembedahan

POLIETILENGLIKOL + PROPILENGLIKOLIndikasi:

untuk meredakan gejala iritasi dan rasa terbakar yang sementara akibat kekeringan pada mata.

Peringatan:

hentikan pemakaian jika terjadi reaksi hipersensitivitas ocular, nyeri pada mata, keluar air mata berlebihan, dan perubahan penglihatan, atau timbul kemerahan, atau iritasi lebih parah, atau kemerahan atau iritasi terjadi lebih dari 72 jam.

Kontraindikasi:

hipersensitif

Dosis:

1-2 tetes pada mata sesuai kebutuhan.

POLIVINIL ALKOHOLIndikasi:

defisiensi airmata

SENG SULFATIndikasi:

lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat keterangan di atas

VITAMIN A PALMITATIndikasi:

menggantikan cairan air mata untuk mengatur kondisi mata kering termasuk keratoconjungtivitis sicca dan untuk ketidakstabilan lapisan air mata atau kurangnya kelembaban kornea

Peringatan:

lensa kontak harus dilepas sebelum pemberian atau pemakaian kembali paling cepat 30 menit sesudah pemberian; pasien yang mengalami penglihatan buram/kabur setelah pemakaian sediaan agar tidak mengendarai atau mengendalikan mesin sebelum penglihatannya bersih/jernih; kehamilan dan menyusui

Interaksi:

lihat Lampiran 1

Kontraindikasi:

hipersensitivitas terhadap komponen yang ada pada sediaan

Efek Samping:

kadang-kadang terjadi rasa seperti terbakar yang hanya berlangsung sementara atau kelopak mata lengket dan/atau pandangan kabur sesaat setelah pemberian.

Penggunaan:

Dewasa dan anak : 3-4 kali sehari 1 tetes atau sesuai kebutuhan, tergantung pada beratnya kasus. Pegang tube secara vertikal dan gunakan satu tetes pada conjunctival sac.

Anda di siniDepan » IONI » BAB 11 MATA » 11.6 Sediaan Optalmik Lain » 11.6.2 Sediaan Diagnostik dan Peri - Operatif Okuler » Sediaan Diagnostik Okuler

Sediaan Diagnostik OkulerFluoresein natrium digunakan pada prosedur diagnostik dan untuk menetapkan letak kerusakan kornea akibat luka atau penyakit.

Monografi:

FLUORESEIN NATRIUMIndikasi:

deteksi lesi dan benda asing

Obat Peri–Operatif Okuler

Merupakan sediaan obat mata yang digunakan untuk persiapan operasi mata dan obat yang disuntikan ke dalam chamber anterior pada saat operasi mata. Natrium hialuronat digunakan selama operasi mata. praklonidin, suatu stimulan alpha- adrenoceptor, mengurangi tekanan intra okular melalui pengurangan jumlah cairan mata (aqueos humour). Hanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek. Larutan garam fisiologis rutin digunakan pada saat operasi mata.

Monografi:

ASETILKOLIN KLORIDAIndikasi:

pembedahan katarak, keratoplasti, iridektomi, dan pembedahan segmen anterior lainnya yang memerlukan miosis total yang cepat

NATRIUM DIKLOFENAKIndikasi:

inhibisi miosis intraoperatif selama pembedahan katarak (tetapi tidak bersifat midriatik intrinsik); inflamasi pascabedah pada pembedahan katarak; rasa sakit pada epitel kornea yang rusak setelah keratektomi fotorefrakti

NATRIUM HIALURONATIndikasi:

cairan injeksi digunakan selama prosedur pembedahan mata; tetes mata digunakan untuk menghilangkan rasa terbakar, iritasi, dan ketidaknyamanan akibat kekeringan pada mata dan untuk percepatan perbaikan gangguan permukaan akular mata seperti Sindrom Sjogren dan Sindrom Sisca (mata kering)

Efek Samping:

gatal, iritasi, hiperemia. Jika efek samping tersebut terjadi, tindakan yang tepat harus dilakukan misalnya penghentian penggunaan. Hipersensistivitas berupa blefaris, dermatitis kelopak mata; terjadi juga konjungtivitis, lesi kornea seperti keratitis superfisial difus; lebih jarang terjadi: discharge mata

Penggunaan:

Tetes mata: satu tetes setiap kali pemakaian, 5-6 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan gejala yang dirasakan pasien

Keterangan:

Polimer viskoelastik biasanya terdapat dalam cairan aqueus dan vitreous.

Subfoveal Choroidal NeovascularisationVerteporfin diindikasikan untuk pengobatan foto dinamik pada degenerasi makular karena faktor usia (age-related macular degeneration) yang disebabkan oleh classic subfoveal choroidal neovascularisation atau myopia patogen. Pada pemberian secara intravena, verteporfin diaktivasi melalui iradiasi lokal menggunakan non-thermal red light untuk menghasilkan derivat yang bersifat sitotoksik. Hanya boleh digunakan oleh dokter spesialis.

Pegabtanib natrium merupakan suatu penghambat faktor pertumbuhan endothel vaskular yang diindikasikan untuk pengobatan neovascular (wet) age-related macular degeneration. Pegatanib natrium diberikan melalui injeksi intravitreal, dan diberikan oleh dokter spesialis. Terapi Fotodinamik untuk wet age-related macular degeneration

Direkomendasikan bahwa terapi fotodinamik untuk wet age-related macular degeneration hanya dapat digunakan untuk diagnosis classic (no occult) subfoveal choroidal neovascularisation yang sudah pasti dengan kondisi akuitas visual terbaik yang dapat dikoreksi adalah 6/60 atau lebih baik. Terapi fotodinamik tidak direkomendasikan untuk wet age-related macular degeneration yang sebagian besar termasuk kategori classic namun sebagian termasuk kategori occult subfoveal choroidal neovascularisation kecuali untuk tujuan uji klinik.

Monografi:

PEGABTANIB NATRIUMIndikasi:

pengobatan neovascular (wet) age-related macular degeneration (AMD)

Peringatan:

pantau tekanan intra-okular selama pemberian injeksi; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5)

Kontraindikasi:

infeksi okular atau periokular aktif atau belum dipastikan

Efek Samping:

gangguan penglihatan (diantaranya pandangan tidak jelas, flashing lights, gangguan jangkauan penglihatan), mual, nyeri tulang belakang, astenia, pruritus, hiperkolesterolemia, demam; jarang gangguan lakrimasi, perdarahan subretinal atau vitreus, reaksi hipersensitivitas (diantaranya nyeri dada, syncope, berkeringat, perubahan pada tekanan darah dan denyut jantung); reaksi pada tempat penyuntikan diantaranya nyeri, udem, inflamasi, perdarahan, perubahan warna

Dosis:

injeksi intraviteal, 0,3 mg sekali setiap 6 minggu (9 injeksi per tahun) pada mata yang dimaksud

VERTEPORFINIndikasi:

degenerasi makular yang berhubungan dengan faktor usia pada pasien dengan predominantly classic subfoveal choroidalneovascularisation

Peringatan:

fotosensitivitas-hindarkan pemaparan pada kulit dan mata yang tidak dilindungi terhadap cahaya terang selama proses infus dan selama 48 jam sesudahnya; hindarkan penggunaan pada gangguan fungsi hati berat, obstruksi empedu; hindarkan ekstravasasi; kehamilan (lihat Lampiran 4)

Kontraindikasi:

porfiria; menyusui (lihat Lampiran 5)

Efek Samping:

gangguan penglihatan (termasuk pandangan kabur, kilatan cahaya, defek visual), mual, nyeri punggung, asthenia, pruritus, hiperkolesterolemia, demam; gangguan air mata, perdarahan subretinal atau vitreous, reaksi hipersensitivitas (termasuk nyeri dada, sinkop, berkeringat, perubahan tekanan darah dan denyut nadi); reaksi pada tempat penyuntikan termasuk nyeri, udem, inflamasi, perdarahan, perubahan warna

Dosis:

melalui infus intravena selama 10 menit, 6 mg/m2 dilarutkan dalam 30 mL larutan infus

12.1.1 Otitis EksternaOtitis eksterna adalah reaksi radang kulit meatus. Sebelum pengobatan dimulai, perlu untuk dipertimbangkan bahwa otitis media kronis bukan merupakan penyebabnya. Banyak kasus sembuh setelah liang telinga luar dibersihkan seksama dengan cara penyedotan, atau pembersihan kering. Masalah yang sering terjadi pada kasus yang resisten adalah sulitnya mengoleskan losion dan salep dengan baik pada kulit yang relatif sukar dijangkau. Cara yang paling efektif ialah memasukkan pita kain kasa yang dibasahi dengan tetes telinga kortikosteroid atau dengan astringen seperti larutan aluminium asetat. Bila hal ini tidak praktis, telinga sebaiknya dibersihkan dengan hati-hati menggunakan kapas telinga, lalu pasien diminta untuk terlentang dengan telinga yang sakit di posisi atas selama sepuluh menit setelah liang telinga diisi dengan larutan yang sesuai dalam jumlah yang cukup.

Bila ada infeksi, antiinfeksi topikal yang tidak digunakan secara sistemik (seperti neomisin atau kliokuinol) dapat dipakai, tetapi hanya untuk satu minggu karena penggunaan yang berlebihan akan memicu infeksi jamur; infeksi jamur ini mungkin sulit diobati dan memerlukan konsultasi dokter spesialis. Sensitivitas terhadap anti-infeksi atau pelarut, dapat terjadi dan resistensi terhadap antibakteri mungkin terjadi pada pemakaian jangka panjang. Kloramfenikol dapat pula digunakan, tetapi tetes telinganya mengandung propilen glikol dan menimbulkan reaksi sensitisasi pada sekitar 10% pasien. Larutan yang mengandung anti- infeksi dan kortikosteroid (seperti Kemicort) digunakan untuk mengobati infeksi yang meradang dan eksim. Apabila otitis eksterna diobati secara topikal dengan sediaan yang mengandung aminoglikosida (misalnya neomisin, framisetin) atau polimiksin pada pasien dengan perforasi gendang telinga, maka dapat terjadi peningkatan risiko tuli akibat obat. Oleh karena itu penting untuk menjamin tidak adanya perforasi sebelum sediaan ini diresepkan. Walaupun demikian, banyak spesialis menggunakan tetes telinga ini secara hati-hati pada pasien otitis media dengan perforasi (lihat otitis media, 12.1.2) dan saat pengobatan lain untuk otitis media eksterna telah gagal.

Infeksi akut dapat menimbulkan nyeri hebat dan antibakteri sistemik dibutuhkan dengan analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen. Bila ada infeksi stafilokokus yang resisten (bisul) di liang telinga luar, flukloksasilin merupakan obat pilihan (lihat 5.1, tabel 5.1). Siprofloksasin oral atau aminoglikosida sistemik mungkin diperlukan untuk infeksi Pseudomonas, terutama untuk anak dengan diabetes atau imunitas menurun.

Kulit pinna yang dekat dengan liang telinga sering diserang eksim. Krim kortikosteroid topikal dan salep (lihat 13.4) dapat dipakai, tetapi pemakaian jangka panjang sebaiknya dihindari.

Penggunaan pada anak. Untuk memakai tetes telinga, baringkan anak dengan kepala menghadap ke satu sisi; pada bayi, tarik daun telinga kearah belakang bawah. Untuk anak yang lebih tua, tarik daun telinga ke arah belakang atas.

SEDIAAN ANTIINFLAMASI Monografi:

DEKSAMETASONIndikasi:

otitis eksterna eksematosa (lihat keterangan di atas)

Peringatan:

hindari penggunaan berkepanjangan

Kontraindikasi:

infeksi yang tidak ditangani

Efek Samping:

reaksi kepekaan setempat

Penggunaan:

telinga, beri 2-3 tetes 3-4 kali sehari

HIDROKORTISONIndikasi:

inflamasi eksematosa dalam otitis eksterna (lihat keterangan di atas)

Peringatan:

hindari penggunaan berkepanjangan

Kontraindikasi:

infeksi yang tidak ditangani

Efek Samping:

reaksi sensitivitas lokal

Penggunaan:

telinga, beri 2-3 tetes 3-4 kali sehari

SEDIAAN ANTIINFEKSI Monografi:

FRAMISETIN SULFATIndikasi:

lihat pada gentamisin

Peringatan:

lihat pada gentamisin

Kontraindikasi:

perforasi gendang telinga (lihat keterangan di atas)

Efek Samping:

sensitifitas lokal

GENTAMISINIndikasi:

infeksi bakterial pada otitis eksterna (lihat keterangan di atas)

Peringatan:

hindari pemakaian jangka panjang (lihat keterangan di atas); kehamilan, menyusui

Kontraindikasi:

perforasi gendang telinga (lihat juga keterangan di atas dan bagian 12.1.2)

Penggunaan:

telinga, beri 3-4 tetes 3-4 kali tiap hari; kurangi frekuensi bila ada perbaikan

KLORAMFENIKOLIndikasi:

infeksi bakteri pada otitis eksterna (tetapi lihat keterangan di atas)

Peringatan:

hindari pemakaian yang berkepanjangan (lihat keterangan di atas)

Efek Samping:

kejadian reaksi hipersensitivitas terhadap bahan vehikulum tinggi

Penggunaan:

beri 2-3 tetes ke dalam telinga 2-3 kali sehari

NEOMISIN SULFATIndikasi:

infeksi bakteri pada otitis eksterna (lihat keterangan di atas)

Peringatan:

hindari pemakaian jangka panjang (lihat keterangan di atas)

Kontraindikasi:

perforasi gendang telinga (lihat keterangan di atas)

Efek Samping:

sensitivitas lokal

OFLOKSASINKeterangan:

Di Indonesia juga beredar ofloksasin

12.1.2 Otitis MediaOTITIS MEDIA AKUT. Otitis media akut adalah penyebab yang paling sering dari nyeri hebat pada sebagian kecil anak dan dapat terjadi bersamaan dengan infeksi saluran nafas atas derajad ringan. Beberapa infeksi khususnya yang berkaitan dengan coryza disebabkan oleh virus. Kasus yang tidak parah dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian antibakteri dan mungkin sudah cukup dengan pemberian seperti parasetamol. Pada anak-anak tanpa gejala sistemik, pemberian antibakteri sistemik dapat diberikan setelah 72 jam jika tidak ada perbaikan atau dapat lebih awal jika tidak ada kerusakan. Pengobatan lokal otitis media akut tidak efektif dan penggunaan tetes telinga berisi anestetika lokal tidak dianjurkan sama sekali. Perforasi pada membran timpani yang dialami oleh pasien otitis media akut dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Jika tidak ada perbaikan, misalnya rasa nyeri atau serumen tetap ada, dapat diberikan antibakteri secara sistemik.

Pada dewasa, pada otitis media akut berulang, dapat diberikan antibakteri sistemik pada saat pertama kali muncul gejala infeksi saluran nafas atas. Pemberian antibakteri sistemik secara penuh diperlukan jika otitis media kambuh.

OTITIS MEDIA DENGAN EFUSI. Otitis media dengan efusi (‘glue ear ’, conge) terjadi pada 10% populasi anak dan pada 90% anak dengan celah palatum (cleft palates). Antibakteri sistemik, kortikosteroid, dekongestan dan antihistamin biasanya tidak dianjurkan untuk otitis media dengan efusi. Jika glue ear tetap terjadi selama lebih dari satu atau dua bulan, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter; karena adanya risiko kerusakan permanen terhadap fungsi telinga yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan kemampuan bicara. Otitis media dengan efusi (‘glue ear’) yang tidak ditangani atau pada kasus resisten dapat menyebabkan beberapa jenis otitis media kronis.

OTITIS MEDIA KRONIS. Mikroorganisme yang didapat dari pasien otitis media kronis sering disebabkan oleh kuman oportunis yang hidup dalam debris, keratin, dan tulang nekrotik yang ada dalam telinga tengah dan mastoid. Pengobatan utama adalah pembersihan dengan aural suction tube yang dapat mengendalikan infeksi yang sudah berlangsung bertahun-tahun.

Pembersihan secara lokal dari meatus dan telinga tengah dapat dilanjutkan dengan pengobatan dengan kain kasa yang dibasahi tetes telinga kortikosteroid atau dengan astringent seperti larutan aluminium asetat, yang bermanfaat untuk pengobatan telinga pada infeksi caviti mastoid. Salep antibakteri telinga juga dapat digunakan.

Eksaserbasi akut infeksi kronis mungkin memerlukan pengobatan sistemik dengan amoksisilin (atau eritromisin jika alergi terhadap penicillin) dan metronidazol (lihat 5.1). Pengobatan disesuaikan dengan hasil uji sensitivitas. Anti bakteri injeksi diperlukan jika disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Proteus spp.

Penggunaan secara topikal dari antibakteri yang menyebabkan ototoksik dikontraindikasikan pada kasus yang disertai perforasi.

Namun, bila ada perforasi, banyak spesialis menggunakan tetes telinga yang mengandung aminoglikosida (seperti neomisin dan polimiksin) ketika otitis media gagal diobati dengan antibiotik sistemik; hal ini karena pus dalam telinga tengah pada otitis media menyebabkan risiko ototoksisitas yang lebih tinggi daripada obat tetesnya sendiri.

12.1.3 Pembersihan SerumenSerumen adalah sekret tubuh normal yang memberikan lapisan pelindung pada kulit meatus dan hanya perlu diambil bila menyebabkan tuli atau mengganggu pandangan untuk melihat gendang telinga dengan jelas. Biasanya tindakan menyemprot sebaiknya dihindari pada pasien dengan riwayat otitis eksterna berulang, gendang telinga berlubang, atau riwayat operasi telinga. Menyemprotkan larutan pembersih pada lubang telinga pada anak juga sebaiknya dihindari pada anak yang mempunyai riwayat otitis eksterna kambuhan, riwayat gendang telinga berlubang, pernah mengalami operasi telinga sebelumnya atau ketulian unilateral. Seseorang dengan pendengaran hanya pada satu telinga tidak boleh disemprot pada telinga yang masih berfungsi karena risiko kerusakan sekecil apapun tidak dapat diterima dalam keadaan ini.

Serumen dapat dibersihkan dengan cara disemprot dengan air hangat. Bila perlu, serumen dapat dilembutkan dengan cara sederhana menggunakan tetes telinga minyak zaitun atau minyak kenari, tetes telinga natrium bikarbonat juga efektif tetapi dapat menyebabkan kekeringan saluran telinga. Jika serumen keras, obat tetes dapat digunakan 2 kali sehari beberapa hari sebelum dilakukan penyemprotan, atau jika serumen tidak keras, serumen dapat dilunakkan pada hari yang sama saat penyemprotan. Pasien sebaiknya terlentang dengan telinga yang sakit di posisi atas selama 5-10 menit setelah dimasukkan larutan tersebut ke dalam telinga. Beberapa obat jadi yang mengandung pelarut organik dapat menyebabkan iritasi pada kulit meatus, dan pada kebanyakan kasus, cara sederhana yang dianjurkan di atas sama efektifnya dan lebih sedikit

menyebabkan iritasi. Natrium dokusat atau hidrogen peroksida–urea merupakan kandungan sediaan pelembut serumen.

http://pionas.pom.go.id/book/ioni/bab-11-mata