peta bisnis - prospek industri dan bisnis properti & pembiayaannya di indonesia

3
PETA BISNIS - PROSPEK INDUSTRI DAN PASAR PROPERTI & PEMBIAYAANNYA DI INDONESIA esiko investasi properti di Indonesia terendah dibandingkan negara- negara lainnya di Asia. Sebab, penurunan nilai properti di Tanah Air sulit terjadi, seiring permintaan dan membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional. Para investor bisa melirik sector property sebagai lahan investasi. Sektor ini dinilai memberikan tingkat keuntungan memadai, bahkan masih prospektif hingga tahun 2014. Sementara itu, properti di Jakarta mulai menjadi incaran pemodal asing karena harganya tergolong murah dibandingkan kota-kota besar di dunia, seperti di Singapura, Kuala Lumpur,dll. Penjualan propertipun berpotensi meningkat dua kali lipat bila pemerintah mengizinkan kepemilikan asing dan membebaskan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Sejak tahun 2000-an bisnis property di Indonesia nampak mulai bergairahdan bergeliat kembali. Bangkitnya bisnis property di Indonesia tersebut ditandai dengan dibangunnya kembali proyek-proyek perumahan yang sempat tertunda maupun proyek-proyek perumahan baru baik yang berskala kecil maupun besar. Pada tahun 2002 hingga 2007, sebagian besar pengembangan property juga merupakan proyek-proyek skala besar seperti Superblok. Selain pengembangan superblok ini, pengembangan dan pembangunan, Perumahan, Perkantoran, Apartemen, Hotel dan Pusat Perbelanjaan baru juga tumbuh cepat di kota-kota besar. Namun, dua tahun terakhir sejak akhir tahun 2008, bisnis properti mulai sedikit akibat terjadinya krisis finansial dunia (krisis global) yang sangat mempengaruhi kinerja para pengembang dimana. Setelah dua tahun krisis ekonomi global berlangsung, bisnis properti masih berjalan lambat. Menurut pengamat peroperti, kondisi industri properti pada tahun 2010 merupakan “fase awal” dari tahapan Growth pada Industri Properti di Indonesia (Soft Market). Kondisi tahun 2010-2013 merupakan “timing” yang tepat bagi konsumen maupun investor untuk membeli dan berinvestasi di sektor properti (Seller Market). PT.MATASERV BISNISINDO - Business Information, Market Research & Feasibility Study Services Ph. (021) 36086339 R

Upload: deddy-mataserv

Post on 25-Jul-2015

154 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peta Bisnis - Prospek Industri Dan Bisnis Properti & Pembiayaannya Di Indonesia

PETA BISNIS - PROSPEK INDUSTRI DAN PASAR PROPERTI & PEMBIAYAANNYA DI

INDONESIA

esiko investasi properti di Indonesia terendah dibandingkan negara-negara lainnya di Asia. Sebab, penurunan nilai properti di Tanah Air sulit terjadi, seiring permintaan dan membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional.

Para investor bisa melirik sector property sebagai lahan investasi. Sektor ini dinilai memberikan tingkat keuntungan memadai, bahkan masih prospektif hingga tahun 2014. Sementara itu, properti di Jakarta mulai menjadi incaran pemodal asing karena harganya tergolong murah dibandingkan kota-kota besar di dunia, seperti di Singapura, Kuala Lumpur,dll. Penjualan propertipun berpotensi meningkat dua kali lipat bila pemerintah mengizinkan kepemilikan asing dan membebaskan pajak penjualan barang mewah (PPnBM).

Sejak tahun 2000-an bisnis property di Indonesia nampak mulai bergairahdan bergeliat kembali. Bangkitnya bisnis property di Indonesia tersebut ditandai dengan dibangunnya kembali proyek-proyek perumahan yang sempat tertunda maupun proyek-proyek perumahan baru baik yang berskala kecil maupun besar. Pada tahun 2002 hingga 2007, sebagian besar pengembangan property juga merupakan proyek-proyek skala besar seperti Superblok. Selain pengembangan superblok ini, pengembangan dan pembangunan, Perumahan, Perkantoran, Apartemen, Hotel dan Pusat Perbelanjaan baru juga tumbuh cepat di kota-kota besar. Namun, dua tahun terakhir sejak akhir tahun 2008, bisnis properti mulai sedikit akibat terjadinya krisis finansial dunia (krisis global) yang sangat mempengaruhi kinerja para pengembang dimana. Setelah dua tahun krisis ekonomi global berlangsung, bisnis properti masih berjalan lambat.

Menurut pengamat peroperti, kondisi industri properti pada tahun 2010 merupakan “fase awal” dari tahapan Growth pada Industri Properti di Indonesia (Soft Market). Kondisi tahun 2010-2013 merupakan “timing” yang tepat bagi konsumen maupun investor untuk membeli dan berinvestasi di sektor properti (Seller Market).

Kalangan pelaku usaha optimistis bisnis properti tahun 2011 ini memiliki prospek cerah dan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010. Harga berbagai jenis properti akan jauh meningkat pada 2011. Dia menyebutkan rumah toko (ruko), kaveling, rumah, pergudangan dan ruang perkantoran bakal menjadi primadona. Iklim ekonomi kondusif, perkembangan politik juga tak berdampak buruk. Apabila pemerintah segera mengizinkan pemilikan properti oleh orang asing, khususnya bagi hunian vertikal, maka prospek bisnis properti akan semakin cerah. Badan Pertanahan Nasional, dalam beberapa kali pertemuan dengan REI mulai memberikan sinyal menyejukkan mengenai keputusan pemberian hak pakai jangka panjang hingga sedikitnya 70 tahun-lazim disebut sebagai pemilikan-untuk hunian vertikal oleh orang asing.

Pada tahun 2014 - 2015 merupakan “fase Booming Properti”dimana harga properti mulai mengalami stagnasi dan ini akan menjadi booming properti kedua sejak Pasca Krisis 1998. Dengan pertimbangan di atas dari sisi demand, analis memprediksi bisnis properti dari tahun 2010-2013 akan

PT.MATASERV BISNISINDO - Business Information, Market Research & Feasibility Study Services Ph. (021) 36086339

R

Page 2: Peta Bisnis - Prospek Industri Dan Bisnis Properti & Pembiayaannya Di Indonesia

terus menunjukkan peningkatan. Sedangkan dari sisi supply, bisnis properti akan mengikuti demand terutama sektor perumahan, perhotelan, kondominium dan perkantoran, ruko dan rukan.

Bergairahnya kembali bisnis property dalam sepuluh tahun belakangan ini, disebabkan adanya dukungan pihak perbankan dalam mendanai sektor property, khususnya di bidang property perumahan. Beberapa bank besar tetap konsisten menyalurkan kreditnya ke sektor property, terutama kepada konsumen melalui kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA) yang suku bunganya relatif cukup rendah pada saat periode 2002-2007 khususnya. Ini juga berarti semakin banyak pilihan bagi konsumen untuk menentukan bank mana yang cocok untuk pembiayaan rumahnya. Artinya faktor tingkat suku bunga yang ditawarkan serta layanan yang diberikan oleh perbankan, menjadi faktor penting dalam memilih KPR.

Komposisi pembiayaan properti oleh bank umum di Indonesia masih didominasi oleh sektor KPR dibandingkan dengan sektor konstruksi dan real estate. Besarnya kredit perumahan dibandingkan konstruksi dan real estate menunjukkan bahwa kinerja pengembangan khususnya pengembang perumahan mengalami perkembangan yang cukup baik.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, dalam rangka memasyarakatkan informasi riset mengenai bisnis properti & pembiayaannya di Indonesia yang lebih up to date dan berbeda, MATASERV membuat kajian ini sebagai awal untuk mengetahui lebih jauh prospek pasokan, permintaan dan bisnis properti di Indonesia di masa datang, dengan analisa/bahasan permintaan dalam menghadapi persaingan bebas di era liberalisasi industri & pasar properti..

PT.MATASERV BISNISINDO - Business Information, Market Research & Feasibility Study Services Ph. (021) 36086339