peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 tentang pph atas usaha
TRANSCRIPT
Kementerian Keuangan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal Pajak
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
LATAR BELAKANG
DASAR HUKUM
POKOK-POKOK KETENTUAN PP
POKOK-POKOK KETENTUAN PERATURAN PELAKSANAAN
SIMULASI DAN CONTOH
[ OUTLINE ]
[ Latar Belakang ]
Tujuan Kebijakan Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu
Kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;
Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;
Mengedukasi masyarakat untuk transparansi;
Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara
Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan
Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat
Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan
1. Perluasan partisipasi dalam pembayaran pajak;
2. Kepatuhan sukarela meningkat; dan
3. Meningkatkan penerimaan PPh dari WP yang memiliki peredaran bruto tertentu
4. Penerimaan pajak meningkat sehingga kesempatan untuk mensejahterakan masyarakat meningkat
Hasil yang diharapkan Maksud PP No 46 /2013 Tujuan PP No 46 /2013
[ Dasar Hukum ]
Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :
Atas penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai PPh yang bersifat final yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17 ayat (7) UU PPh :• Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak
tersendiri atas penghasilan tertentu yang pajaknya bersifat final.• Tarif tersebut tidak boleh melebihi tarif tertinggi PPh Orang
Pribadi (30%).• Penentuan tarif pajak tersendiri tersebut didasarkan atas
pertimbangan kesederhanaan, keadilan, dan perluasan partisipasi dalam pembayaran pajak.
[Pokok-Pokok Ketentuan PP]
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun.
Tidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang.
Objek Pajak
a. pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
c. olahragawan; d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; e. pengarang, peneliti, dan penerjemah; f. agen iklan; g. pengawas atau pengelola proyek; h. perantara; i. petugas penjaja barang dagangan; j. agen asuransi; dan k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing)
atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
Jasa Sehubungan dengan Pekerjaan Bebas
Orang pribadi Badan, tidak termasuk BUT,
yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Subjek Pajak
WP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar, dan sejenisnya.
WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4,8 miliar.
Pengecualian Subjek Pajak
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh final dengan tarif sebesar 1% (satu persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha
Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif 1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha
Tarif
PPh Terutang = 1% x Peredaran Bruto Setiap Bulan
Saat Mulai Berlakunya PP
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2013
Pengenaan PPh didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar.
2013 2014 2015
201420132012
Omzet perdagangan Rp4 miliar
dikenai PPh Umum s.d sebelum berlaku PP 46 Tahun 2013
PPh final 1% Juli s.d. Des 2013 meskipun total omzet tahun berjalan misalnya Rp5 miliar
Jika omzet 2013 Rp5 miliar maka tahun 2014 dikenai dengan Tarif Umum Ketentuan UU PPh
Dasar Penentuan Dikenakan PPh Final (1)
Dalam hal pada tahun berjalan, peredaran bruto sudah melebihi Rp4,8 miliar, tetap dikenai PPh final sampai dengan akhir Tahun Pajak dan tahun berikutnya
dikenai ketentuan PPh umum.
Dasar Penentuan Untuk Dikenakan PPh Final (2) Dasar peredaran bruto Rp4,8 miliar untuk dapat dikenai PPh
final :
peredaran bruto tahun terakhir (setahun atau disetahunkan, dalam hal tahun terakhir meliputi kurang dari 12 bulan).
Dalam hal WP baru terdaftar pada Tahun Pajak yang sama sebelum PP ini berlaku dasar Peredaran Bruto adalah: akumulasi peredaran bruto dari bulan berdiri s.d. bulan sebelum PP ini berlaku, yang disetahunkan.
Dalam hal WP baru terdaftar setelah PP ini berlaku dasar peredaran bruto adalah: peredaran bruto bulan pertama disetahunkan.
Penghasilan yang Dikenai PPh Final Tersendiri
Penghasilan yang telah dikenai PPh dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri (a.l. konstruksi), tidak dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan PP ini.
Peredaran bruto usaha Wajib Pajak yang bersangkutan dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi Rp4,8 miliar tidak dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan PP ini, tetapi mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur mengenai pengenaan pajak atas penghasilan tersebut.
Penghasilan dari Luar Negeri
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya.
(sesuai ketentuan Pasal 24 UU PPh dan aturan pelaksanaan yang mengatur tentang Kredit Pajak Luar Negeri)
Kompensasi Rugi
Ketentuan kompensasi rugi adalah :o berturut-turut sampai dengan 5 tahun.o tahun dikenai PPh final 1% tetap menjadi bagian dari
periode 5 tahun tsb.o kerugian pada tahun dikenai PPh final 1% tidak dapat
dikompensasikan pada tahun berikutnya.
Pokok-PokokKetentuan Aturan
Pelaksanaan
Dasar Penentuan Peredaran Bruto
Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha seluruhnya, termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk peredaran bruto dari: Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas; penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri; usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan
penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang dikenai PPh bersifat final menurut PP ini, yang berdasarkan ketentuan UU PPh wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain.
Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara sebagaimana dimaksud PER-32/PJ/2013
Contoh:o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil.
Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik bengkel menyerahkan SKB Potput yang telah dilegalisasi.
o Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko menyerahkan SKB Potput.yang telah dilegalisasi
Pemotongan/Pemungutan PPh
Setoran bulanan merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan PPh Pasal 25.
Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak wajib PPh Pasal 25.
Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan ketentuan umum.
Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan terhadap PPh terutang tahun pajak ybs. kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.
Angsuran Masa
Angsuran MasaAngsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final: bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak
masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang harus membuat laporan keuangan berkala, dan WP OPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b dan huruf c UU PPh; dan
bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf a UU PPh,
besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya angsuran pajak sebagaimana diatur dalam PMK 255/PMK.03/2008 std PMK 208/PMK.03/2009.
Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
SPT Tahunan :o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib
Pajak orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih mengakomodasi
Penyetoran dan Pelaporan
Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013
Cara Pembayaran Pajak
Wajib Pajak dapat melakukan Pembayaran Pajak melalui:
1. Loket Bank/Pos Persepsi (Agustus 2013)a. Wajib Pajak datang ke Loket Bank/Pos Persepsi dengan membawa
SSP yang telah diisi.b. Bukti Pembayaran adalah dokumen Bukti Penerimaan Negara (BPN).
2. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) (November 2013 cfm PER-37/PJ/2013)a. Wajib Pajak datang ke ATM Bank/Pos Persepsi dan memilih menu
pembayaran “PPh Final Bruto Tertentu”.b. Bukti Pembayaran adalah Struk ATM.
Contoh dan Simulasi
CV Andik memiliki usaha penjualan gerabah dan memiliki peredaran bruto:• Januari s.d Desember 2013 sebesar Rp4.000.000.000,00• Januari s.d Oktober 2014 sebesar Rp5.000.000.000,00
2013 2014
201520142013
Penentuan Peredaran BrutoContoh 1
Omzet perdagangan
Rp4 miliar
Peredaran Bruto ≤ Rp4,8
miliar Memenuhi
Kriteria untuk Dikenai PPh
Bersifat Final
dikenai PPh bersifat final 1%
PPh final 1% Jan s.d. Des 2014 meskipun total omzet pada bulan Oktober telah melebihi Rp5 miliar
Peredaran Bruto > Rp4,8 miliar,
tidak Memenuhi Kriteria untuk Dikenai PPh
Bersifat Final
Dikenai PPh berdasarkan ketentuan umum PPh
Contoh 2 Penentuan Peredaran Bruto
Pasar ARp80.000.000,00
Pasar BRp250.000.000,00
Pasar CRp400.000.000,00
Peredaran bruto usaha perdagangan tekstil Rajesh sebagai dasar pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar: Dasar Pengenaan PPh Final= Rp80.000.000,00 + Rp250.000.000,00 +
Rp400.000.000,00= Rp730.000.000,00
Rajesh Memiliki Tiga Toko Tekstil
Contoh 3 Penentuan Peredaran Bruto
Butik di BatamRp3.000.000.000,00
Peredaran bruto usaha sebagai dasar pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar Rp3.000.000.000,00
Butik di SingapuraRp5.000.000.000,00
Di dalamnya termasuk omset penjualan ke Mr. X di
Singapura sebesar Rp50.000.000
Penghasilan Sewa Apartemen di
Singapura Rp100.000.000,00
Penghasilan yang diterima Irine dari sewa apartemen dan butik di Singapura, tidak diperhitungkan dalam menghitung batasan peredaran bruto untuk dapat dikenai PPh
bersifat final
IRINE(Pengusah
a Butik Pakaian)
Mulai Berlakunya PP 46 Tahun
2013
Terdaftar sebagai Wajib
Pajak
1 April 2013 1 Juli 2013
Contoh 4 Penentuan Peredaran Bruto
Jumlah peredaran bruto selama 3 (tiga) bulan Rp150.000.000,00
Peredaran bruto 3 (tiga) bulan yang disetahunkan adalah: Rp150.000.000,00 x 12/3 = Rp600.000.000,00
Karena peredaran bruto disetahunkan untuk 3 (tiga) bulan tersebut tidak melebihi Rp4.800.000.00,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka penghasilan yang diperoleh mulai pada bulan berlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai dengan akhir tahun pajak bersangkutan (Juli s.d. Desember 2013), dikenai pajak yang bersifat final sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
30 Juni 2013
Penentuan Peredaran Bruto
Karena penghasilan bulan November 2014 (bulan pertama mulai terdaftar sebagai Wajib Pajak) yang disetahunkan tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka penghasilan yang diperoleh di tahun 2014 dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.
Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan November 2014. Pada bulan November 2014 tersebut, memperoleh peredaran bruto sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
peredaran bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00
Contoh 5
Penerapan Tarif
Kewajiban PT Daya Tangkap atas Kegiatan Usaha pada Bulan Agustus 2013:
menyetor PPh yang bersifat final sebesar Rp500.000,00 ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain yang dipersamakan paling lambat tanggal 16 September 2013.Apabila SSP tersebut telah mendapat validasi dengan NTPN, PT..Daya Tangkap dianggap telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Agustus 2013.
Contoh 6
PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang bersifat final sesuai PP ini.Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari usaha penjualan sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang untuk bulan Agustus 2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final= 1% x Rp50.000.000,00 = Rp500.000,00
Pemotongan/Pemungutan oleh Pihak Lain
Contoh 7
Bendahara Pemerintah
Penyerahan Barang
Pembayaran senilai Rp20.000.000,00
CV. ABADI MEBELINDO
Bendahara Pemerintah memungut PPh Pasal 22
sebesar 1,5% x Rp20.000.000,00=
Rp300.000,00dalam hal WP tidak
memiliki SKB
WP dibebaskan dari Pemungutan apabila memiliki
SKB
Rekanan Pemerintah yang termasuk dalam kriteria WP yang
dikenai PPh Final
Kewajiban CV Abadi Mebelindo: menyetorkan PPh bersifat final sebesar Rp200.000,00 paling lambat pada tanggal 15
Agustus 2013. Dalam hal SSP-nya telah mendapat validasi dengan NTPN, dianggap telah
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) tanggal 15 Agustus 2013.
dalam hal CV Abadi Mebelindo menyetorkan pada tanggal 22 Agustus 2013 dan SSP-nya telah mendapat validasi dengan NTPN, maka CV Abadi Mebelindo terlambat melakukan penyetoran dan dianggap menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) tanggal 22 Agustus 2013.
Juli 2013
Kompensasi RugiContoh 8
Wajib Pajak PT Pantang Menyerah mengalami kerugian pada Tahun Pajak 2010. Berdasarkan ketentuan UU PPh, kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan pada Tahun Pajak 2011 sampai dengan Tahun Pajak 2015.
2015
2014
2013
2012
2011
2010
Rugi pada Tahun Pajak
2010
Jangka Waktu Kompensasi Kerugian
Kompensasi atas Kerugian Tahun 2010 tidak dapat dikompensasi di
Tahun Pajak 2014
Dikenai PPh Final dan mengalami
kerugian
Kerugian dari penghasilan yang dikenai PPh Final pada
Tahun Pajak 2014 tidak dapat dikompensasi ke Tahun Pajak berikutnya
Simulasi Pengisian SSPDiisi dengan:• Kode Akun
Pajak 411128 (Untuk Jenis Pajak PPh Final) dan
• Kode Jenis Setoran 420 (untuk pembayaran PPh Final peredaran bruto tertentu)
LEMBAR
Untuk Arsip Wajib Pajak
:
:
Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP, SKPKB, SKPKBT
Jumlah Pembayaran :Terbilang :
2 0 1 3
0
4 1 1 1 2 8 4 9 9
0 0 0
PT DAYA TANGKAP
JALAN 123, JAKARTA………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
1 3 6 12
SURAT SETORAN PAJAK
(SSP)
Diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak
Masa Pajak
ALAMAT WP
/
ALAMAT OP
NOP
Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki
KEMENTERIAN KEUANGAN R.I.DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NPWP 54 7 8 9
Uraian Pembayaran : PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 2014
:
NAMA WP :
:
0
X
1
OktSep Nov Des Tahun Pajak
/
Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan
:
Jan Feb Mar Apr Ags
………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
………….……………………...……………………………………….…………………………………………………………………………………………….
Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran……………………………………………...…………………..…………………………………………………….
………………………………………………….…….……………...………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………….…….……………...………………………………………………………………………………………………………………………………..
Diisi Tahun terutangnya Pajak
Nomor Ketetapan
Diisi dengan rupiah penuh
……………………………………………...…………………..…………………………………………………………………………………………………...…………………..……………………………………………………
Lima Ratus Ribu Rupiah
/
Rp500.000,00
/
Mei Jun Jul
PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 20134 2 0
0 4 1
Pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
MEMPUNYAI PENGHASILAN :
•• DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL NORMA PEMBUKUAN
• DARI PENGHASILAN LAIN
SPT PEMBETULAN KE - ……….
• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •
NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS :
NO. TELEPON/FAKSIMILI : /
PERUBAHAN DATA : LAMPIRAN TERSENDIRI TIDAK ADA
1.1
2.2
3.3
4 4.4
5.5
…………………………………………………………………………………………………………………………..6.6
7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)
8.8
9.9
10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAKTK/ K/ K/I/ PH/ HB/ 10
11.11
12.12
14.14
15.15
16. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT
17. a. 17a
b. 17b
c. 17c
18.18
a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29)
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A)
20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon
DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK
c.
7
BERI TANDA " X " DALAM
PPh PASAL 25 BULANAN
b.
a. PATUH)
DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 D (WP TERTENTU d.
16
F. A
NGSU
RAN
PPh
PASA
L 25
TAH
UN
PAJA
K BE
RIKU
TNYA
JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)
RUPIAH *)
s.d
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KOMPENSASI KERUGIAN
PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN
C. P
Ph
TERU
TANG
DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 C (WP
E. P
Ph K
URAN
G/ L
EBIH
BA
YAR
19.19
tgl bln
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
KLU :
JUMLAH KREDIT PAJAK (17a+17b+17c)
TGL LUNAS(16-18)
thn
1313.
A. P
ENG
HASI
LAN
NETO
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
B. P
ENG
HASI
LAN
KENA
PAJ
AK
PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)
PERHATIAN
IDEN
TITA
S
ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3)
PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI [Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat buku petunjuk]
D. K
REDI
T PA
JAK
PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari formulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
(14-15)
STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK)
FISKAL LUAR NEGERI
PPh YANG DIBAYAR SENDIRI
FORM
ULIR 01770
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
2
TAHU
N PA
JAK
DIRESTITUSIKAN
BL
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN [Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
TH TH
PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)
BL
• s.d
• PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
• PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH NORMA PEMBUKUAN
PERHATIAN : • • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN A :
NO
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
JUMLAH (1 s.d. 16)
PPh TERUTANG (Rupiah)
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
BL
(2)
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
TH
JENIS PENGHASILANDASAR PENGENAAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO
PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA
BL TH
2SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
LAMPIRAN - III
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
TA
HU
N P
AJ
AK
1770 - III
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
(4)(3)
BERI TANDA " X " DALAM
FO
RM
UL
IR 0
BUNGA/DISKONTO OBLIGASI
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
HADIAH UNDIAN
PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSANPENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA NEGARA
HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD
PENYALUR/DEALER/AGEN PRODUK BBM
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI
PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF
DIVIDEN
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN GUNA SERAH
SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
USAHA JASA KONSTRUKSI
Diisi Jumlah Peredaran Bruto Selama Satu Tahun Pajak
Diisi dengan Jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah
Disetor
Pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
• ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
N P W P :
NAMA WAJIB PAJAK :
JENIS USAHA : KLU :
NO. TELEPON : - NO. FAKS : -
PERIODE PEMBUKUAN : s.d.
NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :
PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN TIDAK DIAUDIT
NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NAMA AKUNTAN PUBLIK :
N P W P AKUNTAN PUBLIK :
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :
N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :
NAMA KONSULTAN PAJAK :
NPWP KONSULTAN PAJAK :
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL (Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ………………………………………………………………….
2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) …………………………………
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..…………………………………….…………………..…………
4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)
a. Tarif PPh Ps. 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………….
b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 …………………….
c. Tarif PPh Ps. 31E ayat (1) (Lihat Buku Petunjuk)
5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ……………………………………….
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..………………………………….…………………..…………
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………………..………………..………
8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI (Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 5) ……….……………..…....………………..………………..………………..……
b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ……….………………..………………..………………..………………..…
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………..………
9. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT
10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………………..…………………………………..…………………..…………
b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….…………………………………………………
c. JUMLAH (10a + 10b) …….……………………...………………
11. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29) b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)
12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ………
13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON :
a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK
Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)
(6 – 7 – 8c)….
1
• SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN
2
5
6
8a
8c
7
D.
PP
h K
UR
AN
G/
LE
BIH
BA
YA
R
RUPIAH *)
3
(3)
C.
KR
ED
IT P
AJA
KB
. P
Ph
TE
RU
TA
NG
A.
PE
NG
HA
SIL
AN
K
EN
A P
AJA
K
4
IDE
NT
ITA
S
(1) (2)
SPT TAHUNANPAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
PERHATIAN :
FO
RM
UL
IR 1771KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
10c
THN
11 (9 – 10c)…..
TGL BLN
10a
9
8b
10b
TAHUN PAJAK
SPT PEMBETULAN KE-…
02
N P W P :
NAMA WAJIB PAJAK :
PERIODE PEMBUKUAN :
BAGIAN A : PPh FINAL
BUNGA DEPOSITO / TABUNGAN,
DAN DISKONTO SBI / SBN
BUNGA / DISKONTO OBLIGASI
PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM
YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK
PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM
MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA
PENGHASILAN USAHA PENYALUR / DEALER /
PENGHASILAN PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH / BANGUNAN
PENGHASILAN PERSEWAAN ATAS
TANAH / BANGUNAN
IMBALAN JASA KONSTRUKSI :
a. PELAKSANA KONSTRUKSI
b. PERENCANA KONSTRUKSI
c. PENGAWAS KONSTRUKSI
PERWAKILAN DAGANG ASING
PELAYARAN / PENERBANGAN ASING
PELAYARAN DALAM NEGERI
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
11.
3.
6.
14.
12.
7.
9.
8.
(2)
2.
5.
(1)
JENIS PENGHASILANDASAR PENGENAAN PAJAK
(Rupiah)
(3)
1.F
OR
MU
LIR 1771 - IV
KEMENTERIAN KEUANGAN RIDIREKTORAT JENDERAL PAJAK
IDE
NT
ITA
S
NO.PPh TERUTANG
(Rupiah)
(5)(4)
TARIF(%)
AGEN PRODUK BBM
TA
HU
N P
AJ
AK
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
s.d.
LAMPIRAN - IV
4.
10.
13. TRANSAKSI DERIVATIF YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA
JUMLAH BAGIAN A
……………………………………………………………
JBA
2 0 A A
Diisi dengan “Penghasilan Usaha WP yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu”
Diisi Jumlah Peredaran Bruto Selama Satu Tahun Pajak
Diisi dengan Jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah
Disetor
Penghasilan Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
CARA PEMBAYARAN PAJAK MELALUI ATM DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013
Cara Pembayaran Pajak
Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :
1. Pilih BAYAR / BELI 2. Pilih LAINNYA
Cara Pembayaran Pajak
Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :
1. Pilih PAJAK 2. Pilih PPH FINAL BRUTO TERTENTU
Cara Pembayaran Pajak
Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :
1. Masukkan NPWP 2. Konfirmasi NPWP
Cara Pembayaran Pajak
Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :
3. Masukkan Masa Pajak 4. Masukkan Pajak Terutang
Cara Pembayaran Pajak
Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM:
2. Konfirmasi Pembayaran
Cara Pembayaran Pajak
Contoh Struk ATM Pembayaran Pajak PPh Final dengan Peredaran Bruto Tertentu :
BACK