peran kpu kabupaten tangerang dalam menekan …repository.fisip-untirta.ac.id/1408/1/peran kpu...
TRANSCRIPT
PERAN KPU KABUPATEN TANGERANG DALAM MENEKAN ANGKA
GOLPUT PADA PEMILIHAN GUBERNUR 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Pada Konsentrasi Humas Program Study Ilmu Komunikasi
DISUSUN OLEH :
MUHAMAD MUHTARUDDIN
NIM. 6662132263
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2019
i
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala limphan berkah
dan Rahmat-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman, suri tauladan bagi
kita umat Islam.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komuniksi. Skripsi ini
berjudul Peran KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada
pemilihan Gubernur Banten Tahun 2017. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari smpurna, maka saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan
sangat penulis nanti.
ii
ABSTRAK
Muhamad Muhtaruddin. NIM. 6662132263. Skripsi. Peran KPU Kabupaten
Tangerang dalam menekan angka Goput pada Pemilihan Gubernur Banten
2017.
Dalam proses penyelenggaraan pemilukada peran komunikator dan
pengelolaan pesan terasa sangat penting. Karena akan menentukan penyebaran
informasi yang dilakukan oleh KPU dapat diterima dengan baik atau tidak,
sehingga masyarakat berubah sikap untuk menggunakan hak pilihnya dalam
pemilihan umum. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
tekhnik triangulasi, peneliti melakukan wawancara, pengamatan dan dokumentasi
dilapangan untuk mendapatkan sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menjelaskan peranan komunikator dan pengelolaan pesan pada
pemilihan Gubernur Banten Tahun 2017 dalam menekan angka Golput. Proses
penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Informan dalam penelitian ini
terdiri dari 3 orang yaitu 2 orang KPU Kabupaten Tangerang dan 1 orang dari
Bawaslu Kabupaten Tangerang. Proses komunikasi yang dilakukan oleh KPU
Kabupaten Tangerang dilakukan dengan baik, dengan merangkul stakeholder
yang terkait pemilu hingga membentuk relawan demokrasi sebagai tangan
panjang KPU Kabupaten Tangerang. Namun, proses komunikasi politik tersebut,
belum mampu menyentuh keseluruh lapisan masyarakat, bila dipahami benar oleh
KPU Kabupaten Tangerang maka tingkat partisipasi masyarakat angka lebih
meningkat dan angka golput bisa diminimalisir.
Keywordds : Komunikasi, Golput, Pemilihan umum
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR ORIGINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRAK
PRAKATA ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Identifikasi Masalah .................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................... 9
2.1 Komunikasi Politik....................................................................................... 9
2.2 Strategi Komunikasi ................................................................................... 15
2.3 Pemilihan Umum ...................................................................................... 20
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................... 23
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 25
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................. 30
3. 1 Metode Penelitian....................................................................................... 30
3. 2 Paradigma penelitian .................................................................................. 30
3. 3 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian ............................................................. 32
3. 4 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 32
3. 5 Instrumen Penelitian................................................................................... 32
3.6 Informan Penelitian .................................................................................... 33
iv
3.7 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
3.8 Teknik Analisi Data ................................................................................... 36
3.9 Waktu Penelitian ........................................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 40
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 40
4.1.1 Gambaran Umum lokasi penelitian .................................................... 40
4.2. Deskripsi Data .......................................................................................... 41
4.3. Hasil Penelitian ......................................................................................... 56
4.4. Pembahasan .................................................................................................... 67
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 74
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 74
5.2 Saran ........................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN
UCAPAN TERIMA KASIH
RIWAYAT HIDUP
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tingkat partisipasi pilgub Provinsi Banten tahun 2017 Tingkat
Provinsi ..............................................................................................
3
Tabel 1.2 Tingka partisipasi pilgub Provinsi Banten tahun 2017 tingkat
Kabupaten/Kota .................................................................................
3
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ............................................................ 28
Tabel 3.1 Waktu dan rincian penelitian .............................................. 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 26
Gambar 4.1 Stuktur Organisasi KPU Kabupaten Tangerang ...................... 47
Gambar 4.2 Informan Penelitian M. Ali Zaenal Abidin, M.Si ..................... 57
Gambar 4.3 Informan penelitian Hera Faizal R, S.Si, M.Si ......................... 58
Gambar 4.4 Informan penelitian Zulpikar, S.Kom, S.E,MM ....................... 59
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi.
Demokrasi merupakan pemerintahan rakyat, kekuasaan tertinggi berada ditangan
rakyat. Salah satu perwujudan dilaksanakannya demokrasi di Indonesia adalah
dengan melaksanakan pemilihan umum atau pemilu. Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa pelaksanaan pemilu di
Indonesia dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
yang dilaksanakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri.
KPU sebagai penyelenggara Pemilu dan sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 dalam menyelenggarakan Pemilu
berkomitmen dan berpedoman pada azas mandiri, jujur, adil, tertib dalam
menyelenggarakan Pemilu, terbuka, profesional, efisien dan efektif. KPU
mempunyai tugas menyelenggarakan pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur
dan Wakil Gubernur dan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota secara langsung, untuk melaksanakan tugas tersebut maka dibentuklah
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
2
Pada tahun 2017 diberbagai daerah disibukan dengan pemilihan kepala
daerah serentak, yakni pada tanggal 15 Februari. Ada 101 daerah yang menggelar
pilkada, baik itu pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur hingga Bupati dan
Wakil Bupati dan diantaranya ialah Provinsi Banten. Sebagaimana yang tertuang
dalam UU No. 8 Tahun 2015 dan UU NO. 10 Tahun 2016 yang dilakukan secara
bertahap.
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten tahun 2017 sudah selesai
dan dengan baik di selenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten. Berdasarkan data KPU Provinsi Banten pasangan WH-Andhika unggul
1,90% atas pasangan petahan Rano Karno-H.Embay. Berdasarkan Data KPU
Provinsi Banten Jumlah pemilih di Provinsi Banten pada Daftar Pemilih Tetap
(DPT) yang berhasil diverifikasi sebanyak 7.835.703 jiwa. Kemudian sebanyak
4.855.578 atau 62.78% pemilih yang terdaftar menggunakan hak pilihnya,
sementara 2.980.125 atau 37.22% pemilih terdaftar tidak menggunakan hak pilih
dengan target awal pemilih sebesar 77,5% pemilih.
Dilihat dari pemilihan Gubernur Banten dalam 3 (Tiga) periode pemilihan
sebelumnya, yakni pada tahun 2006, 2011 dam 2017 angka partisipasi pemilih
mengalami kenaikan yang amat rendah. Pada pemilihan Gubernur di tahun 2006,
angka pemilih mencapai 60,79%, dan pada tahun 2011 mencapai 62,38%.
Sedangkan pada pemilihan yang terakhir, yakni pada tahun 2017 tingkat pemilih
mencapai 62,78%, jauh dari target yang ingin dicapai KPU Provinsi Banten. Dua
kabupaten yang memiliki angka pemilih paling rendah pada pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten 2017 yakni Kabupaten Pandeglang dengan Daftar
3
Pemilih Tetap (DPT) yang terdata sebanyak 923.097 jiwa, hanya 542.612 atau
59% pemilih yang menggunakan hak pilih dan 380.485 pemilih atau 41% pemilih
tidak menggunakan hak pilih. Sedangkan Kabupaten Tangerang dengan Daftar
Pemilih Tetap (DPT) yang terdata sebanyak 2.053262 jiwa, hanya 1.211.587 atau
59% pemilih yang menggunakan hak pilih dan 841.675 atau 41% pemilih tidak
menggunakan hak pilih pada Pilgub 2017.
Tabel 1.1
Tingkat Partisipasi Pilgub Banten
(Sumber: KPU Provinsi Banten)
Tahun Pemilihan Tingkat Partisipasi
Pemilih Tidak Memilih/Golput
2006 60,79% 39,21%
2011 62.38% 37,62%
2017 62,78% 37,22%
Tabel 1.2
Tingkat Partisipasi di Kabupaten/Kota
(Sumber: KPU Provinsi Banten)
Tahun
Kabupaten/Kota
Kab.
Tangerang
Kota
Tangerang
Kota
Tangsel
Kab.
Serang
Kab.
Pandeglang
Kab.
Lebak
Kota
Serang
Kota
Cilegon
2006 53,6% 52,2% - 64,8% 72,4% 69,5% - 69,3%
2011 55,3% 64,2% 55,9% 64,6% 66,4% 69,1% 67,8% 68,3%
2017 59% 66,7% 61,9% 61,3% 59% 64,2% 62,9% 67,4%
Berdasarkan komparasi data tabel 1.1, dapat dilihat tinginya Angka Golput
atau pemilih yang tidak menggunakan hak pilih pada Pilgub Banten 2017. Hal
tersebut mengindikasikan angka yang tetap pada 62% pemilih yang menggunakna
hak pilihnya, kemudian membuktikan belum adanya kemajuan kinerja KPU
4
Provinsi Banten yang signifikan sebagai penyelenggara pemilukada di Provinsi
Banten.
Sedangkan pada tabel 1.2, tingkat pemilih berbeda disetiap daerah
pemilihan. Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
mengalami kenaikan angka pemilih dari periode pemilihan sebelumnya.
Sedangkan Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Pandegelang menjadi daerah
pemilihan yang paling rendah dengan angka pemilih hanya mencapai 59%.
Melesetnya angka pemilih dari yang ingin dicapai oleh KPU Provinsi
Banten menjadi bukti, bahwa masih kurang kemajuan kinerja. Walaupun begitu,
kita tetap apresiasi atas kinerja KPU Provinsi Banten dalam melaksankan
pemilihan Gubernur Banten 2017 dengan baik dan lancar.
Pada agenda pemilihan Gubernur Banten tahun 2017 berdasarkan pada
data anggaran KPU Provinsi Banten, anggaran untuk pemilu mencapai Rp. 270
Miliyar yang berasal dari APBD Provinsi Banten. Selain ditopang dengan
anggaran yang besar, jajaran Komisioner diisi oleh orang-orang yang
berpengalaman. Ketua KPU Provinsi Banten yakni Agus Supriyatna sudah terjun
sejak 2003 dimulai dari Anggota KPU Kabupaten Tangerang hingga saat ini
menjadi Ketua KPU Provinsi Banten hingga 2018. Selain pengalaman, pendidikan
Magister Ilmu Politik menjadi bekal Ketua KPU Provinsi Banten dalam menjalani
tugas yang diemban.
Dari anggaran dan Ketua KPU Provinsi Banten, tingkat partisipasi pada
Pemilihan Gubernur 2017 ditargetkan oleh KPU Provinsi Banten sebesar 77,5%,
namun pada hasilnya masih jauh pada target yang diharapkan. Selain itu, kegiatan
5
sosialisasi Pilgub Banten 2017 yang dimulai dari tanggal 06 Agustus 2016 sampai
dengan 12 Februari 2017 berbagai kegiatan sosialisasi pemilihan Gubernur dan
juga Stop Golput telah dilakukan oleh KPU Provinsi maupun KPU
Kabupaten/Kota. Kegiatan-kegiatan ini peneliti melihat, hanya seperti ceremonial
karena hasil dari kegiatan tersebut masih belum terlihat.
Dalam proses sosialisasi Pilgub Banten 2017, KPU Provinsi Banten tentunya
bekerjasama dengan KPU Kabupaten/Kota sebagai tangan kedua dalam
pelaksanaannya. Berdasarkan table 1.2 peneliti melihat ada yang perlu diteliti
lebih lanjut mengenai bagaimana proses komunikasi politik KPU Kabupaten
Tangerang dalam pelaksanaan Pilgub Banten pada Tahun 2017 ini. Pemilihan
tempat penilitian ini bukan tanpa sebab, bila melihat tiga periode, angka pemilih
di Kabupaten Tangerang selalu dibawah angka 60%, tentunya jauh daripada yang
diharapkan yaitu diatas 65% untuk memenuhi target dari kPU Provinsi Banten.
Dalam proses komunikasi politik, KPU Kabupaten Tangerang dapat juga
disebut dengan komunikator politik, karena menyampaikan secara langsung
kepada publik/Masyarakat. Didalam model komunikasi Lasswell. Proses
komunikasi terdari dari Who (siapa), Says what (bicara apa), In whic channel
(pada saluran mana), to whom (kepada siapa), with what effect (dengan pengaruh
apa) bila dilakukan dengan baik tentunya akan meningkatkan angka pemilih pada
Pemilihan Pilgub Banten 2017.
Proses komunikasi pada hakikatnya ialah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (Komunikan). Pikiran
bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Peran komunikator yang
6
menyebarluaskan informasi harus mempunyai daya tarik yang baik dan
mempunyai kredibilitas dimata khalayak. Point-point ini menjadi hal yang perlu
ada pada diri seorang komunikator, agar tujuan pesan yang disampaikan tepat
pada khalayak.
Komunikator disini tentu ialah KPU Provinsi Banten yang diwakilkan oleh
KPU Kabupaten Tangerang sebagai pelaksana didaerah pemilihannya. Bagaimana
pelaksanaan KPU Kabupaten Tangerang dalam proses mensosialisakan
pelaksanaan Pilgub untuk menekan angka Golput. KPU Kabupaten Tangerang
dinila mempunyai daya tarik yag kuat dankredibilitas yang baik. Lalu bagaimana
pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak. Serta menggunakan Media apa
sebagai alat saluran penyampaian pesan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten
Tangerang bersama KPU Provinsi Banten, serta Komunikan sebagai khalayak
yang dituju. Komunikan sendiri ialah masyarakat Provinsi Banten sebagai
penerima sosialisasi Pemilihan Gubernur Banten 2017. Apakah mereka sudah
menerima pesan dengan baik yang diberikan oleh komunikator atau sebaliknya.
Dan yang terakhir ialah Efek, yaitu timbal balik yang dihasilkan dari proses
komunikasi yang dilakukan. Hasil atau efek yang terlihat ialah masih tingginya
angka Golput pada pemilihan Gubernur Banten 2017.
Dalam menyelenggarakan agenda pemilu yang baik, diperlukan sebuah
komunikasi yang baik pula oleh KPU. Agar setiap fasilitas yang ada serta
Anggaran yang tersedia dapat tersalurkan dengan baik dan efektif. Strategi pada
hakekatnya ialah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam mencapai tujuan tersebut, strategi bukan hanya sebagai penunjuk arah
7
tetapi juga harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 2009:
32).
Berdasarkan deskripsi diatas mendorong penulis untuk megangkat
permasalahn diatas dalam penelitian yang berfokus kepada dua persoalan besar,
yaitu peran komunikator dan pengelolaan pesan yang dilakukan oleh KPU
Kabupaten Tangerang pada pilgub Banten 2017, dengan berjudul “Peran KPU
Kabupaten Tangerang Dalam Menekan Angka Golput Pada Pemilihan Gubernur
Banten 2017
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan
sebagai berikut : Peran KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput
dalam Pemilihan Gubernur Banten 2017
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran Komunikator dalam menekan angka golput pada
Pemilihan Gubernur Banten 2017 ?
2. Bagaimana pengelolaan pesan yang dilakukan KPU Kabupaten Tangerang
dalam menekan angka Golput pada pemilihan Gubernur Banten 2017?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :
8
1. Untuk menjelaskan peran komunikator dalam menekan angka Golput
pada pemilihan Gubernur Banten 2017
2. Untuk menjelaskan pengelolaan pesan yang dilakukan KPU
Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada pemilihan
Gubernur Banten 2017
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dari Penelitian ini diharapakan dapat menjadi
referensi dan pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam kaitan kegiatan
proses komunikasi politik.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis Penelitian ini, diharapkan dapat memberi
masukan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang mengejakan karya
ilmiah atau penelitian yang berhubungan dengan kajian komunikasi politik
atau menambah keilmuan tentang komunikasi politik. Selain itu penelitian ini
diharapkan mampu menjadi data bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam
proses penyelenggaraan pemilu.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Komunikasi Politik
2.1.1 Komunikasi Politik
Secara definitif, ada beberapa pendapat sarjana politik, diantaranya
Nimmo, mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang
mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal
orang berbeda satu sama lain – jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita,
inisiatif, perilaku dan sebagainya. Lebih lanjut Nimmo menjelaskan, perbedaan ini
merangsang argumen, perselisihan, dan percekcokan. Jika mereka menganggap
perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan memperkenalkan masalah yang
bertentangan itu dan selesaikan; inilah kegiatan politik (Novel Ali, 1999: 120).
Bagi Lasswell, ilmu politik adalah ilmu tetang kekuasaan. Berbeda dengan
David easton dalam sumamo, mendefiniskan politik sebagai berikut: political as a
process those developmental processes trough which person acquire political and
patterns of behavior. Yang artinya bahwa politik itu sebagai suatu proses dimana
dalam perkembangan proses tersebut seseorang menerima orientas politik tertentu
dan pola tingkah laku (Novel Ali, 1999: 121).
Apabila definisi komunikasi dan definisi politik kita kaitkan dengan
komunikasi politik, maka akan menjadi sebuah rumusan sebagai berikut:
Komunikasi Politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu
pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan
10
komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui sanksi yang ditentukan
bersama oleh lembaga-lembaga politik.
Dengan segala pola pemikiran, ide atau upaya untuk mencapai pengaruh,
hanya dengan komunikasi dapat tercapainya segala sesuatu yang diharapkan,
karena pada hakikatnya segala pikiran atau ide dan kebijakan harus ada yang
menyampaikan dan ada yang menerimanya, proses tersebut adalah proses
komunikasi.
Sebagaimana tentang komunikasi, terdapat berbagai pendapat tentang politik.
Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana; pembagian nilai-
nilai oleh yang bewenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan ; pengaruh;
tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau memperluas tindakan
lainnya. Dari pandangan semua pandangan yang beragam itu ada persesuaian
umum bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik adalah
kegiatan.
Komunikasi meliputi politik. Bila orang mengamati konflik, mereka
menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi. Bila orang menyelesaikan
perselisihan mereka, penyeselesaian itu adalah hal-hal yang diamati,
diinterpretasikan, dan dipertukarkan melalui komunikasi. Secara sederhana
pengertian komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yangg dianggap
komunikasi politik bedasarkan konsekuensi-konsenkuensinya (aktual maupun
potensial) yang mngatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.
Lasswell, memandang orientasi komunikasi politik telah menjadikan dua hal
sangat jelas: pertama, komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau
11
berusaha mencapai tujuan; nilai-nilai dan tujuan sendiri dibentuk di dalam dan
oleh proses perilaku yang sesunggunya merupakan suatu bagan; kedua,
komunikasi politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi
serta berhubungan dengan masa lampau dan senan tiasa memperhatikan kejadian
masa lalu.
1. Ciri komunikator politik
Salah satu ciri komunikasi ialah bahwa orang jarang dapat
menghindari dan keturutsertaan. Hanya dihadiri dan diperhitungkan oleh
seorang lain pun memiliki nilai pesan (Dan Nimmo, 1989: 25). Dalam
artian luas kita dalah komunikator, begitupun dalam setting politik adalah
komunikator politik. Meskipun bahwa setiap orang boleh berkomunikasi
tentang politik, kita mengakui bahwa relatif sedikit yang berbuat
demikian, setidaknya yang melakukan serta tetatp dan sinambung. Mereka
yang relatif sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik; meraka adalah
pemimpin dalam proses opini. Para komunikator politik ini dibandingkan
dengan warga negara pada umumnya ditanggapi dengan lebih bersungguh-
sungguh bila mereka berbicara dan berbuat.
Sebagai pendukung pengertian yang lebih besar terhadap peran
komunikator politik dalam proses opini, Leonard W. Dood menyarankan
jenis-jenis hal yang patut diketahui mengenai mereka;”komunikator dapat
dianalisis sebagai dirinya sendiri. Sikapnya terhadap khalayak
potensialnya, martabat yang diberikan kepada mereka sebagai manusia
dapat mempengaruhi komunikasi yang dihasilkannya; jika ia mereka itu
12
bodoh, ia sendiri memili kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat
dikonseptualkan sesuai dengan kemampuan akalnya, pengalamannya
sebagai komunikator dengan khalayak yang serupa atau tidak serupa,
danperan yang dimainkan di dalam kepribadiannya oleh motif untuk
berkomunikasi (Henri, 2012: 24).
Berdasarkan pada anjuran Doob, komunikator harus
diidentifikasikan dan kedudukan mereka di dalam masyarakat harus
ditetatpkan. Untuk keperluan ini Nimmo menidentifkasi tiga kategori
politikus, yaitu yang bertindak sebagai komunikator politik, komunikator
profesional dalam politik, dan aktivis atau komunikator paruh waktu.
2.1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan Komunikasi menurut Berlo ada 2 (dua), yaitu :
a) Kepada "Siapa" seseorang melakukan komunikasi. Dalam hal ini harus
dibedakan antara sasaran yang dituju (Intendedreceiver) dengan sasaran
yang bukan dituju (unitendedreceiver). Dalam berkomunikasi paling
sedikit terdapat dua keinginan bereaksi.
b) Bagaimana seseorang melakukan komunikasi. Tujuan komunikasi dapat
diletakan di sepanjang ukuran continum, yang menunjukkan apakah
tujuan itu segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda
(Instrumental purpose). Schramm menyebutnya sebagai "lmmediate
reward" dan "delayed reward".
Secara umum komunikasi mempunyai tujuan sebagai beikut:
13
a. Perubahan Sikap (attitude change). Komunikan dapat merubah sikap
setelah dilakukan suatu proses komunikasi.
b. Perubahan pendapat (opinionchange). Perubahan pendapat dapat terjadi
dalam suatu komunikasi yang tengah dan sudah berlangsung dan
tergantung bagaimana komunikator menyampaikan komunikasinya.
c. Perubahan perilaku (behaviour change). Perubahan perilaku dapat
terjadi bila dalam suatu proses komunikasi, apa yang dikemukakan
komunikator sesuai dengan yang disampaikan hal ini tergantung kepada
kredibilitas komunikator itu sendiri.
d. Perubahan sosisal (social change). Perubahan yang terjadi dalam
tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan lingkungan ketika
berlangsungnya komunikasi (Effendy,1993:55).
2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi Politik
Ada beberapa komponen penting dalam komunikasi politik, yaitu :
Pertama, komunikator dalam komunikasi politik, yakni pihak yan mengarahkan
suatu tindak komunikasi. Komunikator dalam komunikasi politik dapat berwujud
individu, lembaga, atau kumpalan orang.
Nimmo (2005) berpandangan bahwa Komunikator politik memainkan
peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Melalui opini
mereka menciptakan gagasan yang mula-mula ditolak, kemudian dipertimbankan,
dan akhirnya diterima. Komunikator dapat dianalisis sebagai diri sendiri.
14
Sikapnya terhadap khalayak potensialnya, martabat yang diberikannya kepada
mereka sebagai manusia, dapat mempengaruhi komunikasi yang dihasilkannya.
Kedua, khalayak komunikasi politik, yaitu peran penerima yang sebetulnya
hanya bersifat sementara. Sebab, seperti konsep umum yang berlaku dalam
komunikasi, ketika penerima itu memberikan feedback dalam suatu proses
komunikasi politik, atau pada saat ia meneruskan pesan-pesan itu kepada
khalayak lain dalam kesempatan komunikasi yang berbeda, maka pada saat itu
peran penerima telah berubah menjadi sumber atau komunikator. Khalayak
komunikasi politik dapat memberikan respon atau umpan balik, baik dalam
bentuk pikiran, sikap maupun perilaku politik yang diperankannya.
Klasifikasi khalayak dari Nimmo (2006), yang membagi khalayak ke dalam
tiga tipe publik opini yang tak terorganisasi: Publik atentif adalah seluruh warga
negara yang dibedakan atas dasar tingkatannya yang tinggi dalam keterlibatan
politik, informasi, perhatian, dan berpikiran kewarganegaraan. Publik berpikiran
isu adalah bagian dari publik atentif yang lebih tertarik pada isu khusus ketimbang
pada politik pada umumnya. Sedangkan publik ideologis adalah kelompok orang
yang memiliki sistim kepercayaan yang relatif tertutup, dengan menggunakan
ukuran nilai-nilai suka dan tidak suka. Mereka menganut kepercayaan dan atau
nilai-nilai yang secara logis saling melekat dan tidak berkontradiksi satu sama
lain.
Ketiga, saluran-saluran komunikasi politik, yakni setiap pihak atau unsur
yang memungkinkan sampainya pesan-pesan politik. Dalam kegiatan tertentu,
terdapat fungsi ganda yang diperankan unsur-unsur tertentu dalam komunikasi.
15
Misalnya, dalam proses komunikasi politik, birokrasi dapat memerankan fungsi
ganda. Di satu sisi, berperan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-
pesan yang berasal dari pemerintah; dan di sisi lain, juga dapat berperan sebagai
saluran komunikasi bagi lewatnya informasi yang berasal dari khalayak
masyarakat.
Menurut V.J. Bell ada tiga jenis pembicaraan dalam pengertian politik yang
mempunyai kepentingan politik yang jelas sekali politis, yaitu: pembicaraan
kekuasaan (mempengaruhi dengan ancaman atau janji), pembicaraan pengaruh
(tanpa sanksi), dan pembicaraan otoritas berupa perintah (Little john,2005:34).
Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi politik ini terbagi dua, yaitu unsur
suprastruktur dan infrastruktur politik. Suprastruktur politik terdiri dari; lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sedangkan infrastruktur politik terdiri dari;
partai politik, interestgroup, mediamassa, tokoh masyarakat, dan lainnya.
2.2 Strategi Komunikasi
Strategi dalam komunikasi merupakan cara mengatur pelaksanaan operasi
komunkasi agar berhasil. Komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan dan
menajemen untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk arah, tetapi juga harus menunjukan taktik
operasionalnya.
Menurut Jack Trout dalam buku Trout On Startegy, inti dari strategi
adalah bagaimana bertahan hidup dalam dunia kompetitif, bagaimana membuat
persepsi yang baik dibenak konsumen menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan
kelemahan, menjadi spesialisasi, menguasai satu kata sederhana, kepemimpinan
16
yang memberi arah dam memahami realitas dengan menjadi yang pertama dari
pada menjadi lebuh baik (Suyanto, 2007:16). Sedangkan menurut Siagian (2005)
menyatakan bahwa startegi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar
yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran
suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Pada dasarnya strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat
koordinasi tim kerja, tema, tujuan, mengidentifkasi gagasab secara rasional,
efisien dalam pelaksanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara
efektif.
Startegi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan
manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
komunikasi harus mampu menunjukan operasionalnya secara praktis, artinya
pendekatan yang digunakan dapat berbeda tergantung pada situasi dan kondisi
(effendy, 2013: 32).
a. Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan sentral dari strategi komunikasi yang dinyatakan oleh R. Wayne
Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett adalm bukunya Techniques for
effective communication terdiri atas tiga , yaitu :
To secure understanding
To establish acceptance
To motivate action.
17
To secure understanding yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti
dengan pesan yang diterimanya. Ketika komunikan telah mengerti dan menerima,
penerima harus dibina (To establish acceptance). Pada akhirnya, kegiatan
komunikasi dimotivasikan (To motivate action) (Abidin, 2015: 115-116).
Strategi komunikasi bersifat makro yang dalam prosesnya berlangsung
secara vertikal piramida. Penelaahan mengenai berlangsungnya komunikasi
vertikal secara makro tidak bisa lepas dari pengkajian terhadap pertautan antara
komponen yang satu dengan komponen yang lain dalam proses komunikasi itu.
Komponen dalam komunikasi yang lebih lengkap ialah rumusan dari Harold
Lasswell : who Say In Wich Channel To Whom With What Effect. Komponen-
komponen komunikasi adalah Komunikator, pesan, mediaum, khalayak dan efek.
b. Hubungan Antarkomponen
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran
dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat.
1. Mengenal sasaran komunikasi
Sebelum kita melakukan komunikasi, kita harus mempelajari siapa yang
akan menjadi sasaran komunikasi kita. Karena hal-hal yang dikomunikasikan
bergantung dengan tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekadar
mengetahui (dengan metode Informatif) atau agar komunikan melakukan
tindakan tertentu (metode persuasif dan instruktif). Apa pun tujuannya,
metodenya dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan
faktor-faktor berikut :
18
a. Faktor kerangka referensi. Pesan komunikasi yang akan disampaikna
kepada komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi (frame of
reference)-nya. Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya
sebagai hasil perpaduan dari pengalama, pendidikan, gaya hidup,
norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.
Dalam situasi komunikasi antar personal mudah untuk mengenal
kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Yang lebih
sulit ialah mengenal kerangka referensi komunikan dalam komunikasi
kelompok. Karena didalamnya terdapat berbagai individu-individu
yang berbeda. Namun, kerengka referensi komunikan dalam
komunikasi massa lebih sulit lagi sebab sifanya sangat heterogen. Oleh
karena itu, pesan yang disampaikan pada khalayak harus bersifat
informatif dan umum.
b. Faktor situasi dan kondisi. Situasi disini ialah situasi komunikasi pada
saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi
yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya,
dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.
Sedangkan dengan maksud kondisi disini ialah state of personality
komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia
menerima pesan komunikasi.
2. Pemilihan media komunikasi
Media komunikasi sangatlah banyak, mulai dari tradisional sampai yang
modern yang dewasa ini banyak digunakan. Untuk mencapai sasaran
19
komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media,
bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, pesan yang akan disampaikan,
dan tekhnik yang akan digunakan.
3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan
teknik yang harus diambil, apakah teknik informasi, teknik persuasi atau
teknik instruksi. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the
massege) dan lambang (symbol). Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang
mengandung pengertian denotatif dan konotatif.
Denotatif ialah maknanya sebagimana dirumuskan dalam kamus, yang
diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan
yang sama. Sedangkan penggunaan bahasa yang mengandung pengertian
konotatif ialah yang maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi, disebabkan
latar belakang dan pengalaman seseorang (Effendy, 2009: 38).
Maka dari itu, penggunaan bahasa komunikasi memiliki peran yang sangat
penting dalam proses komunikasi. Bahasa dapat mempengaruhi pesan
komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikator. Kesalahan dalam
penggunaan bahasa akan berpengaruh kepada pesan yang akan dituju
sehingga dapat menimbulkan kesalah pahaman dalam mengartikan pesan.
4. Peranan komunikator dalam komunikasi
Faktor yang penting pada diri komunikator bila ia akan melalakukan
proses komunikasi, yaitu :
a. Daya tarik sumber
20
Komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah
sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika
pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.,
komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga
komunikan bersedia taat pada isi pesan yang disampaikan oleh
komunikator.
b. Kredibilitas sumber
Faktor kedua ialah kepercayaan komunikan pada komunikator.
Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang
dimiliki seorang komunikator.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam
menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empathy). Yaitu kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Sehingga
tujuan komunikasi dapat tersampaikan dengan baik dan menimbulkan effek yang
positif.
2.3 Pemilihan Umum
Pemilihan umum secara langsung meupakan sebuah perrwujudan
kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis berdasakan
pancasila dan UUD 1945. Penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung,
umum, bebas, rahasia,. Juju, dan adil dapat tewujud apabila dilaksanakan oleh
penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai Integitas, profesional, dan
akuntabel.
21
Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam
kerangka Negara Kesatuan Repuiblik Indonesia berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (KPU Banten, 2017: iv).
Di berbagai negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang,
sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Sekalipun demikian, disadari bahwa
pemilihan umum tidak meupakan satu-satu tolak ukur dan perlu dilengkapi
dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang bersifat berkesinambungan,
seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying, dan sebagainya.
2.3.1 Sistem Pemilihan Umum
Dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum
dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya bekisarr pada dua prrinsip
pokok, yaitu :
a. Single-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih satu
wakil; biasanya disebut sistem Distrrik).
b. Multi-memberConstiotuency (satu daerah pemilihan memilih beberapa
wakil; dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem
proposional).
(Budiardjo, 2008: 461-462).
Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil (yaitu distrik pemilihan) memilih
satu wakil tunggu atas dasar pluralitas (suara terbanyak). Dalam sistem
proposional, satu wilayah besar (yaitu daerah pemilihan) memilih beberapa wakil.
22
Perbedaan pokok antara dua sistem ini adalah bahwa cara menghitung perolehan
suara dapat menghasilkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam
parrlemen bagi masing-masing partai politik.
2.3.2 Masalah Golput
Bahasan mengenai masa Dempkrasi Pancasila tidak akan lengkap jika
tidak membahas Golput. Menjelangg pemilu Tahun 1977 timbul suatu gerakan di
antara beberapa kelompok generasi muda, terutama mahasiswa, untuk memboikot
pemilihan umum karena dianggap kurang memenuhi syarat yang diperlukan untuk
melaksanakan pemilihan umum secara demokratis. Yang disebut antara lain ialah
kurang adanya kebebasan-kebebasan (civil liberrties) yang merupakan prasyarat
bagi suatu pemilihan umum yang jujur dan adil. Untuk melaksanakan sikap ini
mereka bertekad untuk tidak mengunjungi masing-masingg tempat pemilihan
umum (TPS). Mereka menamakan dirinya sebagai Golongan Putih atau Golput.
Perlu diperhatikan bahwa ada beberapa kategori pemilih secara resmi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Di antaranya ada dua kategori yang relevan, yaitu
kategori suara tidak sah dan kategori yang tidak menggunakan hak pilih.
Mengenai kategori tidak menggunakan hak pilih perlu didasari bahwa kategori ini
sukar dihitung karena tidak hanya mencakup Golput, namun juga menyankut
orang yang tidak datang ke TPS karena sakit atau yang lainnya (Budiardjo, 2008:
479-480).
Didalam pemilu, golput sering menjadi “kambing hitam” dalam menilai
kesuksesan sebuah pemilukada. Menengok sejarah, golongan putih pada dasarnya
23
adalah gerakan moral yang dicetuskan pada 3 juni 1971 di Balai Budaya Jakarta,
sebelum hari pemungutan suara pada pemilu pertama di era Orde Baru
dilaksanakan. Pencetusan gerakan itu disambung dengan penempelan pamflet
kampanye yang menyatukan tidak akan turut dalam pemilu, tanda gambarnya segi
lima dengan dasar warna putih. Kampanye tersebut langsung mendapat respon
dari aparat penguasa. Pangkopkamtibda Djakarta menyatakan golput sebagai
organisasi terlarang dan pamflet tanda gambar golput harus dibersihkan.
Sesuai sejarah bahwasannya golput adalah gerakan moral sebagai bentuk
perlawanan terhadap penguasa. Gerakan moral disini karena alasan apatis
terhadap penguasa, penyelenggara pemilu dan hal-hal lain yang erat kaitannya
dengan hasi pemilu yang tidak mementingkan kehendak rakyat yang
sesungguhnya.
2.4 Kerangka Berpikir
Penyelenggaraan pemilihan Gubernur Banten Tahun 2017 merupakan
periode pemilian yang ketiga kalinya sejak Provinsi Banten berdiri pada Tahun
2000. Dari periode-periode pemilihan Gubernur rendahnya tingkat partisipasi
pemilih atau tingginya angka golput menjadi permasalahan yang utama dan pada
pemilihan Gubernut tahun 2017 hanya mencapai 62% yang menggunakan hak
pilihnya dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang memiliki jumlah
pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebesar 59% terendah diantara
kabupaten/kota yang lainnya.
Pada kegiatan-kegiatan seperti ini, tentunya terjadi proses komunikasi
politik yang melibatkan secara langsung KPU dengan masyarakat. Proses
24
komunikasi politik mempunyai bentuk serta model yang berbeda-beda tergantung
seorang komunikator menyampaikannya. Maka komunikator dituntut untuk
mampu menyampaikan pesan politiknya dengan baik kepada khalayak
(Audience). Maka diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik
agar pesan yang ini disampaikan tepat pada target yang ingin dituju. Komunikator
pada proses komunikasi politik ditopang oleh pesan-pesan politik yang akan
disampaikan. Pesan menjadi peran penting lainnya dalam proses komunikasi
politik, karena membawa harapan yang ingnin dicapai oleh komunikator.
KPU Provinsi Banten sebagai pelaksana dan pemangku kebijakan pada
pemilihan Gubernur Banten 2017 mempunyai pelaksana dibawahnya, yaitu KPU
Kabupaten/kota hingga PPS. Salah satunya adalah KPU Kabupaten Tangerang
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan didaerah pemilihannya, yaitu
Kabupaten Tangerang. Rendahnya tingkat partisipasi yang terjadi dikabupaten
Tangerang menjadi masalah klasik, karena disetiap pemilihan, kanupaten
Tangerang selalu berada di atas perhal rendahnya tingkat partisipasi namun selalu
ada peningkatan dalam peningktan tingkat partisipasi di kabupaten tangerang
dalam setiap pemilihan. Luas dan heterogen masyarakat menjadi tantangan
tersendiri bagi KPU Kabupaten Tangerang untuk mensosialisasikan pelaksaan
pemilu. Ketepatan dan keputusan yang cermat ditopang dengan proses
komunikasi politik yang baik akan selalu menghasilkan yang diharapkan. Hal ini
lah yang menarik peneliti untuk melihat lebih jelas proses komunikasi politik
yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Tangerang dan terfokus pada dua unusur
25
penting yaitu peran Komunikator dan pesan yang bepegang pada komunikasi
politik Dan Nimmo.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
(Sumber :Peneliti 2018)
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan
dilakukan ialah jurnal penelitian tentang Analisis Peran Sosialisasi KPU pada
pemilukada Kabupaten serang tahun 2010 menghadapi golongan putih dengan
peneliti Adhitya Angga P. Peneltian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif
Tingginya angka Golput pada
pemilihan Gubernur Banten tahun
2017
Proses komunikasi KPU Kabupaten
Tangerang pada pemilihan
Gubernur Banten tahun 2017
Peran KPU Kabuapaten
Tangerang dalam menekan
angka Golput pada
Pemilihan Guberur Banten
Tahun 2017
Pesan Komunikat
or
(Dan Nimmo (2000) Komunikasi
Politik; Komunikator, Pesan,
Media)
26
deskriftif. Penelitian ini Untuk mengetahi tahapan pengumpulan fakta dan data
sosialisasi kpu kabupaten serang pada pemilukada kabupaten serang tahun 2010
yang diolah dengan Teori Harold Laswell.
Hasil dari penelitian ini adalah Sosialisasi KPU hnaya menjalankan
amanat aturan yang ada, seperti undang-undang, peraturan KPU dan SK KPU
Kabupaten serang. Padahal jika KPU Mengetahui betul apa yang diinginkan
masyarakat dalam pemilukada tingginya angka golput bisa diminimalisir.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ialah subjek
penelitian. Subjek penelitian peneliti adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten, sedangkan penelitian sebelumnya ialah Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Serang.
Selanjutnya adalah penelitian dengan judul Peran KPU dalam sosialisasi
pemilu sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada
pemilu presiden 2014 di kalimantan timur dengan peneliti bernama Maslekah
Pratama putri. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriftif dengan
teori Interaksional simbolik. Penelitian ini bertujuan Untuk mendsekripsikan dan
menjelaskan peran KPU dalam sosialisasi sebagai upaya untuk meningkatkan
partisipasi politik masyarakat pada pemilu presiden 2014 di kalimantan timur.
Hasil penelitian ini ialah KPU Provinsi Kalimantan Timur telah
melakukan kegiatan sosialisasi interaksional (dilakuakn dalam bayak program
dan melibatkan beberapa elemen masyarakat, organisasi kemasyarakatan yang
bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang proses pemilu dan
juga kepada pemilih pemula serta kelompok gender dan disabilitas). dan
27
sosialisasi directional (media diantaranya melalui pamflet/poster, brosur,
spanduk, maupun melalui media informasi publik seperti iklan layanan masyrakat
yang disiarkan melalui media televisi, radio serta media cetak).
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Item Peneliti A Peneliti B Penelitian Sekarang
1. Judul
penelitian
Analisis Peran Sosialisasi
KPU pada pemilukada
Kabupaten serang tahun
2010 menghadapi
golongan putih
Peran KPU dalam
sosialisasi pemilu sebagai
upaya untuk
meningkatkan partisipasi
politik masyarakat pada
pemilu presiden 2014 di
kalimantan timur
Proses Komunikasi
Komisi Pemilihan
Umum (KPU)
Kabupaten
Tangerang Dalam
Menekan Angka
Golput pada
Pemilihan
Gubernur Banten
2017
2. Tahun 2010 2016 2019
3. Peneliti Adhitya Angga P Maslekah Pratama putri Muhamad
Muhtaruddin
4. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahi tahapan
pengumpulan fakta dan
data sosialisasi kpu
Untuk mendsekripsikan
dan menjelaskan peran
KPU dalam sosialisasi
Untuk menjelaskan
bagaimana peran
Komunikator yang
28
kabupaten serang pada
pemilukada kabupaten
serang tahun 2010
sebagai upaya untuk
meningkatkan partisipasi
politik masyarakat pada
pemilu presiden 2014 di
kalimantan timur
dilakukan oleh
KPU Kabupaten
Tangerang dalam
menekan Angka
Golput
5. Metode
Penelitian
Kualitatif Kualitatif Kualitatif
6. Teori
Penelitian
Teori Komunikasi Intraksinal simbolik Teori Komunikasi
7. Hasil
Penelitian
Sosialisasi KPU hanya
menjalankan amanat
aturan yang ada, seperti
undang-undang, peraturan
KPU dan SK KPU
Kabupaten serang.
Padahal jika KPU
Mengetahui betul apa
yang diinginkan
masyarakat dalam
pemilukada tingginya
angka golput bisa
diminimalisir.
KPU Provinsi Kalimantan
Timur telah melakukan
kegiatan sosialisasi
interaksional dan
sosialisasi directional
-
8. Perbedaan Subjek penelitian peneliti Subjek penelitian peneliti Subjek penelitian
29
Penelitian adalah KPU kabupaten
Tangerang pada
Pemilihan Gubernur 2017
sera melihat peran KPU
Kabupaten Tangerang
dalam menekan angka
golput sedangkan subjek
peneliti sebelumnya
adalah KPU kabuaten
serang pada tahun 2010
dan melihat peran
sosoialisasi kpu
adalah KPU Kabupaten
Tangerang pada
Pemilihan Gubernur 2017
sedangkan subjek peneliti
sebelumnya adalah KPU
provinsi Kalimantan
Timur.
ini adalah KPU
Kabupaten
Tangerang dengan
fokus pada peran
komunikasi KPU
Kabupaten
Tangerang dalam
menekan angka
Golput pada Pilgub
Banten 2017
9. Persamaan
Penelitian
Sama-sama membahas
tentang peran kpu dalam
menekan angka golput
Sama-sama membahas
mengenai peran KPU
dalam menekan angka
Golput pada Pemilu.
Membahas tentang
peran KPU dalam
menekan angka
Golput pada pemilu
10. Sumber https://repository.fisip-
untirta.ac.id
https://ejournal.ikom.fisip
-unmul.org
-
30
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3. 1 Metode Penelitian
Metode adalah proses, prinsip dan prosuder yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodelogi adalah
suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian (Mulyana, 2004:145).
Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana
peneliti terjun langsung kelapangan, bertindak seagai pengamat. Peneliti membuat
kategori perilaku, mangamati gejala, dan mencatatnya dalam perilaku observasi
dengan pihak KPU Kabupaten Tangerang. Yang kemudian datanya dikumpulkan,
disusun dan dijelaskan serta dianalisa dengan pemecahan atau solusi yang diteliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna (Sugiyono, 2005:3). Menurut sugiyono, bila diihat dari
level explanation, penelitian kualitatif bisa menghasilkan informasi yang
deskriptif yakni memberian gambaran menyeluruh dan jelas terhadap situasi
social yang diteliti (Sugiyono, 2005:3).
3. 2 Paradigma penelitian
Paradigma penelitian menurut Guba dan Lincoln merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti memhami suatu masalah, serta kriteria
31
pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Moleong, 2004:
48).
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma post-
positivistik. Djam’an dan Aan Komariah menjelaskan bahwa paradigma post-
positivistik berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa dan teraba saja tetapi
mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut paradigma
ini adalah sesuatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks, bersifat
kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu mengetahui keberadaannya
tidak dalam bentuk ukuran tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk dapat
mendeskripsikannya secara utuh (Satori dan Komariah, 2010: 12). Peneliti
melihat secara langsung realitas sosial yang ada tentang bagaimana peran KPU
kabupaten Tangerang dalam melaksanakan proses komunikasi dalam menekan
angka golput pada pemilihan gubernur Banten 2017.
Post-positivistik melahirkan pendekatan kualitatif yang cenderung pada
penggunaan kata-kata untuk menarasikan suatu fenomena/gejala (Satori dan
Komariah, 2010: 12). Alasan peneliti memilih paradigma post-positivistik yaitu
peneliti ingin mengekplorasi dan mendeskripsikan secara utuh bagaimana proses
komunikasi yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan
angka Golput pada pemilihan Gubernur Banten tahun 2017, serta dalam
mendeskripsikannya dalam kata-kata bukan menggunkan angka-angka.
32
3. 3 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penulisan dalam penelitian ini, dan agar lebih
terarah dan berjalan dengan baik, maka peneliti membuat batasan masalah dalam
proses komunikasi politik dalam menekan angka Golput pada Pemilihan
Gubernur Banten 2017. Adapun ruang lingkup masalah pada penelitian yang akan
dibahas adalah :
1. Peneliti membahas tentang peran komunikator pada proses komunikasi
KPU kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada
Pemilihan Gubernur Banten 2017
2. Peneliti membahas tentang pengelolaan pesan pada proses komunikasi
KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada
Pemilihan Gubernur Banten 2017
3. 4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di lingkungan
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Lokasi ini di ambil karena penelitian
bertempat KPU Kabupaten Tangerang sebagai pelaksana Pemilihan Gubernur
Banten 2017.
3. 5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Jenis Data
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
33
Data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
secara langsung terhadap objek dilapangan serta data dokumentasi. Data
yang dicari dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang berkaitan dengan peran komunikator pada proses
komunikasi KPU kabupaten Tangerang dalam menekan angka
Golput pada Pemilihan Gubernur Banten 2017
2. Peneliti membahas tentang pengelolaan pesan pada proses
komunikasi KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka
Golput pada Pemilihan Gubernur Banten 2017
3.5.2 Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan sekunder. Adapun data primer ialah wawancara dengan pihak KPU
Kabupaten Tangerang serta pengematan langsung peneliti, sedangkan data
sekunder antara lain Berita, dokumentasi dan catatan yang berkaitan dengan
penelitian.
3.6 Informan Penelitian
Informan adalah responden peneliti, yang berfungsi untuk menjaring
sebanyak-banyaknya informasi yang dibutuhkan untuk bahan analisis peneliti dan
konsep serta temuan peneliti.
Informan ditentukan meggunakan pengambilan sampel purposie sampling
yang termasuk dari beberapa jenis pengambilan non-probability, yaitu pemilihan
34
sampel berasarkan pada karakteristik tetentu yang dianggap mempunyai sangkut
pautnya denga karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Ruslan,
2003:156).
Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. (Ruslan, 2003:157).
Informan yang dipilih adalah orang yang memiliki ciri dan karakteristik
tertetu, yaitu orang yang berkaitan dengan proses Komunikasi dan Pemilihan
Gubernur Banten 2017 serta pemilih yang menggunakan hak pilih dan yang tidak
menggunakan hak pilih pada Komunikasi dan Pemilihan Gubernur Banten yaitu :
1. Informan Kunci / Keyinfroman
a. Komisioner KPU Kabupaten Tangerang
(Muhamad Ali Zaenal Abidin, M.Pd)
b. Kepala Program dan Data KPU Kabupaten Tangerang
(Hera Faizal S, S.Si, M.Si)
c. Komisioner Bawaslu Kabupaten Tangerang
(Zulpikar, S.Kom, S.E, MM)
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.7.1 Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui objek yang akan diteleti dengan cara hanya mengamati
35
tanpa mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini, penelitii dapat memperoleh
data yang murni yang dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung
terhadap objek tersebut.
Peneliti melakukan pengamatan terus terang atau tersamar, dimana
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.
Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
dalam pengamatan, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang dirahasiakan. (Sugiyono, 2013:228)
3.7.2 Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseoang yang ingin memperoleh informasi dan seorang lainnya
mengajukan pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (mulyana,2003).
Dengan wawancara peneliti dapat mengetahui hal-hal yang mendalam
tentang informan dalam menginterpretasikan situai dan fenomena yang
terjadi.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau kenyakinan pribadi (Sugiyono, 2013:138). Teknik
wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tak berstuktur atau
wawancara mendalam, karena teknik tersebut mirip dengan percakapan
normal.
36
Wawancara tidak terstuktur adalah wawancara bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpul datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2013:138). Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai peran KPU Kabupaten Tangerang
dalam pemilihan Gubernur Banten 2017.
3.7.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah kegiatan menghimpun, mengolah, menyeleksi
dan menganallisis kemudian mengevaluasi seluruh data, informasi dan
dokumen tentang suatu kegiatan, peristiwa atau pekerjaan tertentu yang
dipublikasikan baik melalui media elektronik maupun cetak dan kemudian
disimpan secara rapih teratur dan sistematis.(Ruslan, 2003:228)
Dokumentasi merupakan teknik terakhir dalam pengumulan data
sekunder yang bersifat tercetak yang bertujuan untuk melengkapi data-data
tambahan penelitian.
3.8 Teknik Analisi Data
Analisis data dalam penelitian iniadalah teknik analisis deskriptif.
Menjawabkeseluruhan permasalahanpenelitian ini, menggunakan teknik analisis
deskriptif melalui tahapan teknik analisisinteraktifMiles &Huberman yang
terdiridaritiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
37
data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:19-21).
Analisis data dilakukan sepanjang penelitian mulai dari awal hingga
berakhirnya pengumpulan data secara sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Berikut 3 (tiga) alur kegiatan analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi data merupakan alur penting pertama dalam analisis data,
kegiatan yang dilakukan adalah berupa proses pemilihan yang
memusatkan perhatian pada penyederhanaan, abstrak dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan di lapangan (field note). Kemudian
data ini dikelompokkan menurut kategorinya, yang selanjutnya
diklasifikasi untuk ditafsirkan guna memberi makna kepada usaha
penarikan kesimpulan penelitian setelah melalui suatu verifikasi.
2. Penyajian data sebagai alur penting kedua dari analisis data penelitian
kualitatif adalah sebagai penyajian sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut, akan memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis
ataukah mengambil tindakan beradasarkan atas pemahaman yang didapat
dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian yang paling sering digunakan
pada data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif, tetapi
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis
kualitatif yang valid. Penyajian meliputi pula berbagai jenis matriks,
grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,
38
dengan demikian dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan
apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melakukan analisis
yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang
mungkin berguna.
3. Menarik kesimpulan/verifikasi adalah kegiatan ketiga analisis data
penelitian kualitatif. Permulaan pengumpulan data, mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti yang
berkompeten akan manarik kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar,
tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula
belum jelas, kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan
mengakardengankokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak
muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya
kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pada pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan
peneliti.
3.9 Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Waktu dan rincian Penelitian
No Nama Kegiatan
September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pra Penelitian
39
a. Observasi Pra
Riset
b. BAB I-BAB
III Penyusunan
Proposal
Penelitian
c. Presentasi
Proposal
Penelitian
2. Penelitian
a. BAB IV
Pengumpulan
data
c. Analisis data
dan
Pembahasan
d. BAB V
kesimpulan
e. Sidang
SKRIPSI
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum lokasi penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitiannya di Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jl. Syeh
Nawawi Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang. KPU Kabupaten
Tangerang. KPU Kabupaten Tangerang terbentuk tahun 2003-2004 yang
didalamnya terdapat beberapa bagian, yaitu bagian Program dan Data, bagian
Teknis dan Hupmas, bagian Hukum dan bagian keuangan umum dan logistik.
KPU Kabupaten Tangerang merupakan lemabaga penyelenggara pemilu
emilihan umum kepada Daerah dan Legislatif di tingkat Kabupaten, serta
membantu dalam penyelenggaraan Pimilihan Presiden, Legislatif Pusat dan
Gubernur Banten. Jadi KPU Kabupaten Tangerang adalah tangan dari KPU Pusat
dan KPU Provinsi Banten.
Landasan yang digunakan KPU Kabupaten Tangerang dalam menjalankan
tugasnya adalah Undang-Undang nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
pemilihan umum, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/kota merencanakan
program, anggaran dan jadwal pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala
daerah provinsi dan kabupaten/kota.
41
4.2. Deskripsi Data
Pada pembahasan ini peneliti akan memaparkan beberapa hal yang terjadi
dilapangan dengan hasil yang sebenarnya yang ditemuai dan dirasakan peneliti
dilapangan mengenai proses komunikasi politik KPU Kabupaten Tangerang pada
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten 2017. Adapun masalh
yang diteliti adalah bagaiman proses komunikator dan pesan yang dilakukan oleh
KPU Kabupaten Tangerang pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Banten 2017.
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan dengan cara
Wawancara dan dokumentasi data-data. Data-data yang peneliti cari adalah data
yang merujuk pada identifikasi BAB 1, yaitu bagaimana peran komunikator pada
proses komunikasi politik KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka
Golput pada pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur Banten 2017?, bagaimana
pengelolaan pesan komunikasi politik KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan
angka Golput pada pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur Banten 2017?.
Wawancara yang peneliti lakukan menggunakan wawancara terstuktur yaitu
wawancara yang dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Peneliti juga menggunakan recorder untuk merekam wawancara, lalu peneliti
mencatat ulang jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan.
Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti dapat mengetahui bagaimana
peran komunikator pada proses Komunikasi Politik KPU Kabupaten Tangerang
42
dalam menekan angka Golput pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Banten 2017, bagaimana pengelolaan pesan komunikasi politik KPU Kabupaten
Tangerang dalam menekan angka Golput pada pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten 2017. Peneliti melakukan wawancara sebanyak 2 kali dalam
kurung waktu 24 Agustus- 7 September dan 17 September 2018. Data-data yang
peneliti peroleh adalah dengan mewawancarai langsung kepada informan, serta
dikategorikan sesuai identifikasi masalah yang peneliti buat.
4.2.1 Deskripsi Hasil Observasi
1. Komisi Pemilihan Umum Kabuaten Tangerang
a. Visi misi KPU Kabupaten Tangerang
VISI
“Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara
Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri,
transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang
berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.”
MISI
1. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki
kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan
pemilihan umum;
2. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
43
Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil,
akuntabel, edukatif dan beradab;
3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih,
efisien dan efektif.
4. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil
dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis
44
b. Stuktur Organisasi KPU Kabupaten Tangerang
Gambar 4.1 Stuktur organisasi KPU Kab.Tangerang
(sumber : https://kpu-tangerangkab.go.id/index.php/profil-kpu/struktur-organisasi)
Stuktur organisasi KPU Kab. Tangerang
Ketua KPU : M. Ali Zainal Abidin
Anggota KPU : Akhmad Subagja
Anggota KPU : Imron Mahrus
Anggota KPU : Wahyu Diana Mulya
Anggota KPU : Ita Nurhayati
45
c. Tupoksi KPU Kabupaten Tangerang
Tugas pokok dan Fungsi KPU KabupatenTangerang diatur dalam:
1. Pasal 7, Pasal 10 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor : 05 Tahun 2008
tentang Tata Kerja KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
3. Peraturan KPU Nomor : 06 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota
4. Peraturan KPU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perubahan PKPU No :
05/2008
5. Peraturan KPU No : 22/2008 tentang Perubahan PKPU No : 06/2008.
6. Peraturan KPU Nomor : 04 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas Staf
Pelaksana Pada Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota.
Tugas dan wewenang KPU Kabupaten Tangerang dalam penyelenggaraan
pemilu Kepala dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang :
1. Merencanakan program, anggaran dan jadwal Pemilukada di Kabupaten
Tangerang ;
2. Menyusun dan menentapkan tata kerja KPU Kabupaten Tangerang, PPK,
PPS dan KPPS dalam Pemilukada Kabupaten Tangerang dengan
memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau KPU Provinsi ;
46
3. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap
tahapan penyelenggaraan Pemilukada Kabupatenn Tangerang berdasarkan
peraturan perundang-undangan ;
4. Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam Pemilukada Provinsi dan
Kabupaten di wilayah kerja Kabupaten Tangerang;
5. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
penyelenggaraan Pemilukada Kabupaten Tangerang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau
KPU Provinsi ;
6. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih ;
7. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilukada
Kabupaten Tangerang dan menyampaikannya kepada KPU Provinsi ;
8. Menetapkan pasangan calon Kepala dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten
Tangerang yang telah memenuhi persyaratan ;
9. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara
Pemilukada Kabupaten Tangerang berdasarkan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari seluruh PPK di wilayah Kabupaten Tangerang
dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara ;
10. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat
penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta
Pemilukada, Panwaslu Kabupaten Tangerang, dan KPU Provinsi ;
47
11. Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten Tangerang untuk mengesahkan
hasil Pemilukada Kabupaten Tangerang dan mengumumkannya ;
12. Mengumumkan pasangan calon Kepala dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten Tangerang terpilih dan membuat berita acaranya ;
13. Melaporkan hasil Pemilukada Kabupaten Tangerang kepada KPU melalui
KPU Provinsi Banten ;
14. Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode etik
yang dilakukan oleh PPK, PPS dan KPPS ;
15. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan
oleh Panwaslu Kabupaten Tangerang ;
16. Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif
kepada anggota PPK, PPS, Sekretaris KPU dan pegawai sekretariat KPU
Kabupaten Tangerang yang terbukti melakukan tindakan yang
mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang
sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten
Tangerang dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
17. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilukada dan/atau yang
berkaitan dengan tugas KPU Kabupaten Tangerang kepada masyarakat ;
18. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan
Pemilu ; dan
19. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang berkaitan dengan
Pemilukada Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
pedoman KPU, dan/atau KPU Provinsi ;
48
20. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan Pemilukada
Kabupaten Tangerang ;
21. Menyampaikan hasil Pemilukada Kabupaten Tangerang kepada DPRD
Provinsi Jawa Timur, Mendagri, Bupati Kabupaten Tangerang, dan DPRD
Kabupaten Tangerang dan
22. Melaksanakan tugas dan wewwenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU
Provinsi dan/atau undang-undang.
d. kedudukan, susunan dan uraian tugas KPU Kabupaten
Tangerang
1. KPU Kabupaten Tangerang adalah penyelenggara Pemilu di Kabupaten
Tangerang, merupakan bagian dari KPU yang berkedudukan di ibu kota
Kabupaten Tangerang.
2. Jumlah anggota KPU Kabupaten Tangerang sebanyak 5 (lima) orang
terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota dan anggota.
3. Pengambilan keputusan KPU Kabupaten Tangerang dilakukan dalam
Rapat Pleno KPU Kabupaten Tangerang.
4. Keputusan KPU Kabupaten Tangerang merupakan penjabaran dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan KPU dan KPU
Provinsi.
5. Jenis rapat pleno terdiri dari Rapat Pleno Tertutup dan Rapat Pleno
Terbuka.
49
6. Penetapan hasil Pemilu dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan
oleh KPU Kabupaten Tangerang dalam Rapat Pleno Terbuka.
7. Rapat Pleno KPU Kabupaten Tangerang sah apabila dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota KPU Kabupaten Tangerang
yang dibuktikan dengan daftar hadir.
8. Keputusan Rapat Pleno KPU Kabupaten Tangerang sah apabila disetujui
oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota KPU Kabupaten
Tangerang yang hadir.
9. Dalam hal tidak tercapai persetujuan sebagaimana dimaksud diatas,
keputusan Rapat Pleno KPU Kabupaten Tangerang diambil berdasarkan
suara terbanyak.
10. Dalam hal tidak tercapai kuorum, khusus rapat pleno KPU Kabupaten
Tangerang untuk menetapkan hasil Pemilu ditunda selama 3 (tiga) jam.
Bila tetap tidak tercapai kuorum, rapat pleno dilanjutkan tanpa
memperhatikan kuorum. Khusus rapat pleno KPU Kabupaten Tangerang
untuk menetapkan hasil Pemilu tidak dilakukan pemunguntan suara.
11. Undangan dan agenda rapat pleno KPU Kabupaten Tangerang
disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat pleno KPU
Kabupaten Tangerang dilaksanakan.
12. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua KPU Kabupaten Tangerang, apabila
Ketua berhalangan rapat pleno dipimpin oleh salah satu anggota yang
dipilih secara aklamasi.
50
13. Sekretaris KPU Kabupaten Tangerang wajib memberikan dukungan teknis
dan administratif dalam rapat pleno.
14. Ketua KPU Kabupaten Tangerang wajib menandatangani penetapan hasil
Pemilu yang diputuskan dalam rapat pleno dalam waktu paling lambat 3
(tiga) haris etelah rapat pleno KPU Kabupaten Tangerang dilaksanakan.
15. Dalam hal penetapan hasil Pemilu tidak ditandatangani Ketua dalam
waktu 3 (tiga) hari sebagaimana dimaksud diatas salah satu anggota
menandatangani penetapan hasil Pemilu.
Dalam hal tidak ada anggota KPU Kabupaten Tangerang yang
menandatangani penetapan hasil Pemilu sebagaimana dimaksud idatas, KPU
Kabupaten Tangerang melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Melakanakan rapat pleno yang sifatnya tetutup ;
2. Dalam hal rapat pleno dibuat berita acara yang memuat alasan-alasan
sehingga penetapan hasil pemilu tidak ditandatangani oleh Ketua dan
seluruh anggota KPU Kabupaten Tangerang ;
3. Hasil rapat pleno segera dilaporkan kepada KPU untuk mendapatkan
keputusan.
Dalam setiap Rapat Pleno Anggota KPU Kabupaten Tangerang :
1. Diagendakan dan dibahas hal-hal berkenaan dengan pelaksanaan lebih
lanjut Keputusan KPU dan KPU Provinsi serta permasalahan-
permasalahan yang berkenaan dengan penyelenggaraan pemilihan umum
di Kabupaten Tangerang ;
51
2. Rapat Pleno untuk mengambil kebijakan terhadap hal-hal sebagaimana
dimaksud diagendakan setelah mendapat kesepakatan Rapat Pleno KPU
Kabupaten Tangerang sebelumnya dan atau disampaikan oleh Sekretaris
KPU Kabupaten Tangerang kepada Ketua KPU Kabupaten Tangerang
sekurang-kurangnya 1 (satu) hari sebelum Rapat Pleno dimulai ;
3. Diberikan kesempatan yang sama bagi setiap peserta Rapat Pleno Anggota
KPU Kabupaten Tangerang untuk menyampaikan pendapatnya berkenaan
dengan agenda Rapat Pleno KPU Kabupaten Tangerang ;
4. Diberikan kesempatan kepada Sekretaris KPU Kabupaten Tangerang atau
pejabat yang mewakili untuk mengemukakan saran dan pendapat yang
berkaitan dengan agenda yang dibahas ;
5. Dibuat berita acara pada setiap akhir rapat pleno KPU Kabupaten
Tangerang yang memuat keputusan rapat pleno dan ditandatangani oleh
Ketua dan/atau Anggota KPU Kabupaten Tangerang yang hadir serta
dilampiri dengan daftar hadir peserta Rapat Pleno ;
6. Disusun risalah Rapat Pleno KPU Kabupaten Tangerang yang
ditandatangani oleh Ketua dan/atau Anggota KPU Kabupaten Tangerang
yang hadir. Risalah Rapat Pleno Anggota KPU Kabupaten Tangerang
sebelum ditandatangani terlebih dahulu disampaikan kepada peserta Rapat
Pleno KPU Kabupaten Tangerang untuk mendapat saran dan atau
perbaikan.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil penyelenggaraan
Pemilu yang tidak dapat diselesaikan oleh KPU Kabupaten Tangerang,
52
disampaikan kepada KPU melalui KPU Provinsi untuk mendapat proses
penyelesaiannya.
2. Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada
koordinat 106°20′-106°43′ Bujur Timur dan 6°00′-6°20′ Lintang Selatan. Luas
wilayah Kabupaten Tangerang 959,6 km2 atau 9,93 % dari seluruh luas wila-yah
Propinsi Banten dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
sebelah timur berbatasan dengan Kota Tange-rang Selatan dan Kota Tangerang,
sebelah se-latan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan
sebelah barat berbata-san dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2,83 juta orang, terdiri dari 1,45 juta
laki-laki dan 1,38 juta perempuan. Persentase penduduk Tangerang pada tahun
2010 mencapai 27 persen dari total penduduk Banten yang berjumlah 10,63 juta
orang. Bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Tangerang adalah kabupaten
dengan populasi tertinggi pertama di Banten, diikuti Kota Tangerang (17 persen),
Serang (13 persen), Kota Tangsel (12 persen), Lebak (11 persen), Pandeglang (11
persen), Kota Serang (5 persen) dan terendah Kota Cilegon (4 persen).
Laju pertumbuhan penduduk Kabupat en Tangerang pertahun selama sepuluh
tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 3,77 persen lebih tinggi bila
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Banten yang hanya 2,78
persen per tahun. Dengan luas wilayah Kabupaten Tangerang sekitar 959,61 kilo
53
meter persegi yang didiami oleh 2.834.376 orang maka rata-rata tingkat kepadatan
penduduk Tangerang adalah sebanyak 2.954 orang per kilo meter persegi.
4.2.2 Deskripsi Indentitas Informan
Dalam penelitian ini, selain observasi peneliti juga melakukan wawancara
dengan cara mendatangi dan menanyakan langsung kepada narasumber mengenai
hal-hal yang menjadi kepentingan penelitian ini. Dari pengumpulan data yang
sudah diambil dari hasil obesrvasi dan wawancara diperoleh informan sebanyak 3
(Tiga) orang yaitu 2 (Orang) dari KPU Kabupaten Tangerang dan 1(satu) dari
Bawaslu Kabupaten Tangerang, yang ketiganya merupakan key informan.
Alasan memilih 3 (Tiga) orang key informan dalam penelitian ini yakni
karena ketiganya memiliki kriteria yang memenuhi sebagai orang yang
melaksankan dan memantau kegiatan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Banten 2017. Dari perolehan jawaban yang dikatakan key Informan tersebut
dianggap cukup mewakili kepentingan penelitian.
Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak
menggeneralisasikan jawaban penelitian, maka semua jawaban yang dikemukakan
oleh informan dipaparkan dalam pembahasan yang disesuaikan dengan teori
penelitian. Dan untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan deskripsi identitas key
informan sebagai berikut :
54
1. Muhamad Ali Zaenal Abidin, M.Pd
Key informan pertama dalam peneltian ini adalah Muhamad Ali Zaenal
Abidin, M.Pd dan biasa dipanggil dengan nama bang Ali. Beliau merupakan
Komisioner KPU Kabupaten Tangerang sebagai anggota dan saat ini melanjutkan
kepemimpinan di komisioner KPU Kabupaten Tangerang sebagai Ketua KPU
Kabupaten Tangerang pada periode 2018-2024 dan membawa divisi Tekhnis. Saat
ini informan tinggal di Kp. Sindang Asih Rt 3/3 Desa Bunar Kecamatan
Sukamaju-Tangerang dengan pendidikan terakhirnya adalah S2 Manajemen
Pendidikan.
Gambar 4.2
Informan M. Ali Zaenal Abidin, M.Pd
2. Hera Faizal R, S.Si, M.Si
Key infroman pertama dalam penelitian ini adalah Hera Faizal R, S.Si, M.Si.
Biasa dipanggil dengan sebutan mas Hera, beliau adalah kepala sub bagian
program dan data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tangerang yang
dipercayai untuk menjadi informan peneliti. Peneliti sebelumnya mengharapkan
55
komisioner KPU K abupaten Tangerang namun menolak dan mempercayai mas
hera untuk menjadi informan dalam penelitian ini.
Gambar 4.3
Informan Hera Faizal R, S.Si, M.Si
3. Zulpuikar, S.Kom
Key informan yang kedua dalam penelitian ini adalah Zulpikar, S.Kom.
biasa dipanggil dengan sebutan pak Zul. Pada pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Banten 2017 Beliau berposisi dijabatan Komisioner Bawaslu yang
membawahi Divisi Pencegahan dan Hubungan antar lembaga Bawaslu Kabupaten
Tangerang. Dan saat ini masih aktif sebagai anggota Bawaslu Kabupaten
Tangerang dengan jabatan sebagai Ketua Divisi Hukum, Data dan Informasi
Bawaslu Kabupaten Tangerang. Beliau meupakan satu-satunya Informan di
Bawaslu yang dipercayai untuk diwawancari oleh peneliti. Mengingat seluruh
komisioner Bawaslu telah berganti posisi pada Oktober 2017.
Dalam kegiatannya sebagai anggota bawaslu, baliau aktif menghadiri
undangan parpol maupun KPU Kabupaten Tangerang dalam posisinya sebagao
56
anggota Bawaslu dan juga penulis tentang pemilu yang sering dimuat dalam koran
lokal Tangerang maupun Banten.
Gambar 4.4
Informan Zulpikar, S.Kom, S.E, MM
4.3. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah data hasil penelitian yang
dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tangerang, yaitu
tentang bagaimana peran komunikator pada proses komunikasi politik KPU
Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten 2017?, bagaimana pengelolaan pesan komunikasi
politik KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2017?. Peneliti mengumpulkan data-data
yang berkaitan dengan penelitian tersebut melalui pengamatan dan wawancara.
Hal ini peneliti menetapkan informan sebanyak tiga orang, yang terdiri dari dua
orang dari KPU Kabupaten Tangerang dan saru orang dari Bawalu Kabupaten
Tangerang. Berdasarkan teori yang digunakan, mengenai proses komunikasi,
penelitian ini mengatahui bagaimana peran KPU Kabupaten Tangerang dalam
menkan angka Golput pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Banten 2017 dan dapat dilihat pada hasil penelitian dibawah ini yaitu :
57
4.3.1 Peran Komunikator KPU Kabuapten Tangerang pada pemilihan
Gubernur Banten 2017
Seperti yang telah dijelaskan dibab 2, bahwa dalam proses komunikasi
politik memiliki beberapa unsur, yaitu komunikator politik, Khalayak komunikasi
politik dan saluran komunikasi politik.
Bagian pembahasan ini menjelaskan tentang peran komunikator pada
proses komunikasi politik KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka
Golput pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten 2017.
Peneliti memutuskan untuk membahas dalam 2 (Dua) Opini, yaitu Daya Tarik
Komunikator dan Kredibilitas Komunikator. Berikut penjelasan dan analisis dari
penelitian.
4.3.1.1 Daya Tarik Komunikator
Dalam perspektif komunikasi politik, komunikator adalah pihak yang
mengarahkan suatu tindak komunikasi. Komunikator dalam komunikasi politik
dapat berwujud individu, lembaga atau kumpulan orang. Nimmo (2005)
berpandangan bahwa Komunikator politik memainkan peran sosial yang utama,
terutama dalam proses opini publik. Melalui opini mereka menciptakan gagasan
yang mula-mula ditolak, kemudian dipertimbangkan, dan akhirnya diterima.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tangerang tentunya
menyadari peran pentingnya sebagai komunikator, dalam hal ini KPU Kabupaten
Tangerang merupakan sumber kedua dari pesan yang ada setelah KPU Provinsi
Banten. Peran penting dalam menyampaikan pesan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur Provinsi Banten kepada masyarakat sebagai peran sosial
58
terutama dalam proses opini publik, karena melalui opini mereka menciptakan
gagasan yang akan diserap oleh masyarakat Kabupaten Tangerang.
Dalam segela penyampaian terkait pemilhan Gubernur dan wakil Gubernur
Banten 2017 melalui satu pintu, yaitu Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten,
sebagai lembaga penyelenggara yang langsung bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pilkada tersebut.
M. Ali Zaenal Arifin, M.Pd sebagai Komisioner KPU Kabupaten
Tangerang mengatakan bahwa daya tarik sebagai komunikator tidak bisa
langsung dinilai begitu saja, namun perlu diteliti lebih lanjut.
“ yang menyampaikan pesan ini adalah kpu dan dari relawan, kalau
kpu secara langsung tidak bisa diukur daya tariknya tapi yang jelas kami
mencoba diinternal untuk bisa menampilkan dan menyajikan informasi-
informasi yang akurat, aktual, variatif”
Selain itu, dalam pelaksanaan proses sosialisasi Pemilihan Gubernur
Banten 2017, KPU Kabupaten Tangerang dibantu juga oleh relawan pemilu, hal
ini ditegaskan oleh Ali, bahwa :
“ ....kami ajak untuk menyampikan pesan-pesan tersebut salah
satunya adalah relawan demokrasi. Relawan demokrasi kepanjang
tanganan dari kpu untuk kemudian menyampiakn pesan-pesan pemilu
kepada masyarakat. Jadi ada kami dan juga ada temen-temen relawan
demokrasi dan juga sebetulnya kalau kita lihat ada juga komunitas-
komunitas masyarakat yang secara sukarela juga menyampaikan
membantu untuk kpu, kalau daripenyelenggara kpu, bawaslu sudah barang
tentu kemudian pemerintah sudah barang tentu punya kewajiban itu, tapi
juga selain dari kpu kita juga merekrut relawan demokrasi dalam rangka
untuk bisa membantu kami untuk bisa menyampaikan informasi tentang
pemilu.”
59
Sementara itu, pernyataan komisioner KPU Kabupaten Tangerang, M. Ali
Zaenal Abidin di perkuat oleh Hera Faizal kepala bagian program dan data KPU
Kabupaten Tangerang mengatakan bahwa :
“Seluruh kegiatan adanya di kpu provinsi karena yang melaksanakan
adalah kpu provinsi dananya gubernur kalau di kab/kota hanya
menjalankan apa yang sudah menjadi kebijakan di kpu provinsi termasuk
kebijakan kegiatan-kegiatan apa saja untuk sosialisasi, pendidikan politik
pada masyarakat itu sudah tercantum dalam rancangan anggaran belanja
RAB yang disusunnya oleh provinsi gitu kalau kita berbicara kebijakan
karna yang di kab/kota hanya menerima dan menjalankan gitu
kebijakannya tetap di provinsi”
Namun, dalam pelaksanaan sosialisasi yang dilaksanakan, komunikator
berubah sesuai tingkatannya. Hal ini dikuatkan oleh Hera :
“Langsung komisionernya provinsi Banten kita yang melaksanakan
tapi Ketika PPK yang melaksanakan kecamatan yang menjadi
narasumbernya ketua Kab/Kota Kabupaten Tanggerang dan seterusnya
jadi ketika kita yang melaksanakannya bapak komisioner provinsi yang
menjadi narasumber.”
Dirinya juga menambahkan, bahwasannya pemateri dalam pelaksanaan
sosialisasi pilgub Banten 2017 dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten
dibidangnya juga.
Dalam setiap proses kegiatan sosialisasi, antara lain adalah Goes To
Campus, Goes to School, dan pertemuan dengan organisasi masyarakat lainnya.
Dalam perlaksanaan kegiatan tersebut, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Tangerang hanya sebagai pelaksana kegiatan, karena seluruh kebijakannya berada
pada Komisi Pemilihan Umum Provisinsi Banten. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Hera Faizal
60
“Pelaksanaannya untuk di KPU itu kegiatan sosialisasinya itu ada tiga
kalau tidak salah yang tiap kita laksanakan yaitu goes to campus, goes to
school, dan oraganisasi masyarakat”
Dalam proses komunikasi KPU Kabupaten Tangerang mengalami hambatan,
dan salah satunya ialah dengan KPU Provinsi Banten. Hal ini diperkuat oleh
Zulpikar, komisioner Bawaslu Kabupaten Tangerang. Beliau mengatakan :
“tidak selaras, saya ambil contoh begini . pada saat pengiriman data, itu
dalam proses awalnya. Data calon independen, calon independen. Data
dikirim dari provinsi, untuk diverifikasi. Tidak ada data penyerahan data
ini berapasih yang diturunkan. Kan logikanya begini, ini data dari provinsi
untuk kabupaten Tangerang 10.000 cek fisiknya, ini engga. 10.000
fisiknya engga di cek. Begitu setelah verifikasi calon perseorangan,
jumlah yang dikirim dengan jumlah yang diverifikasi tidak sesuai. Berarti
diakan komunikasinya tidak bagus”.
Hambatan komunikasi yang menimbulkan opini yang kurang baik pada
khalayak, sehingga daya tarik sebagai komunikator berkurang dimata khalayak.
Ketika sosialisasi masyarakat mengharapkan hal yang berbeda dilaksanakan oleh
KPU Kabupaten Tangerang, tetapi hal itu tidak terwujud, bahkan sosialisasi yang
dilakukan terkesan menoton. Zulpikar menegaskan :
“yang jelas banyak masyarakat yang tidak tau bahwa akan terjadi
pemilihan gubernur. Banyak itu, apa yang harus dilakukan, ya KPU
harusnya melakukan sosialisasi. KPU melakukan sosialisasi itu, tapi
sekali lagi selalu tidak tepat sasaran.”.
Hal ini lah yang menyebabkan daya tarik KPU dipertanyakan oleh
khalayak. Karena sepaputnya penyelenggara pemilu menjalankan sosialisasi
sesusai tahapan fact finding (pencarian fakta dilapangan) agar pesan yang
disampaikan komunikator tidak menemui hambatan.
61
4.3.1.2 Kredibilitas Komunikator
Kredibilitas atau kepercayaan seorang komunikator harus dimiliki. Komisi
Pemilihan umum Kabupaten Tangerang menyadari hal itu, dalam proses
sosialisasi yang dilakukan senantiasa diwakili oleh orang-orang yang berkompeten
dibidangnya.
Kredibiltas orang-orang yang menyampaikan pesan tentang pemilihan
Gubernur Banten 2017 akan dilihat orang komunkan dianggap benar dan memang
benar adanya. Hal ini disadari betul oleh KPU Kabupaten Tangerang dalam
memilih orang-orang yang akan memeberikan informasi kepada masyarakat,
sebagaimana penegasan oleh Ali :
“menjadi kewajibannya pemerintah yang tertuang dalam undang-
undang 10 tahun 2016 pasal 33 kemudian relawan demokrasi kami rekrut
memang dari tokoh-tokoh yang adakan ada segmen pemilih pemula
kemudian ada juga segmen untuk pemilih perempuan kemudian ada juga
dari tokoh baik itu tokoh masyarkat atau tokoh agama secara personal,
mereka cukup dipercaya oleh masyarakat untuk menyampaikan informasi
kepemiluan khususnya pilkada 2017”
Adanya relawan yang merupakan ketangan panjangan dari KPU menjadi
pekerjaan KPU lebih ringan, karena kredibilitas mereka yang sudah bersentuhan
langsung dengan masyarakat sehingga dapat dipercaya sesuai segmentasi dari
relawan demokrasi tersebut. Hal ini bisa dilihat dari latar belakang masalah, angka
pemilih di kabupaten Tangerang dalam 3 kali periode pemilihan Gubernur Banten
2017 selalu mengalami kenaikan dalam angka pemilih, walaupun masih kasih
diantara kabupaten/kota lainnya dalam setiap periode pemilihan.
Untuk menguatkan kredibilitas yang memiliki komponen-komponen
diantaranya yaitu: keahlian, keterpercayaan, serta daya tarik, KPU melaksanakan
62
kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Dalam penjelasannya, Ali
mengatakan :
“... melakukankan interaksi langsung kepada masyarakat mengajak
langsung ketemu langsung kepada masyarakat kami
menyampaikan informasi terkait dengan penyelenggaraan pilkada
saat itu, kami juga dalam kegiatan mengajak partisipasi masyarakat
ada melibatkan masyarakat dengan merekrut relawan demokrasi.
kami juga menggunakan media-media yang ada baik itu media
elektronik kemudian juga media sosial media cetak nah itu juga
kami lakukan dalam rangka untuk mengajak masyarakat
berpartisipasi tentu dengan pola-pola yang kami lakukan”
Lebih lanjut, Ali menegaskan peran penting pemilu pada pimpinan
perusahaan langsung yang berharap pimpinan perusahaan dapat menyampaikan
langsung kepada seluruh karyawannya terkait pemilihan Guberbur Banten 2017.
Hal senanda diperkuat oleh kasubag Program dan Data KPU Kabupaten
Tangerang, Hera Faizal. Beliau mengatakan :
“.. memanfaatkan sosialisasi dengan organisasi masyarakat itu kita
bekerjasama dengan ketua forum menejer Personalia kabupaten
tanggerang. jadi kita karna kita keterbatasan jadi sistem kita adalah
mengambil sampulnya dengan para menejer kita undang kita
sosialisasi harapan kita supaya mereka mem-memberikan
sosialisasi lagi di lingkungan kerja mereka.”
Upaya dalam meningkatkan kredibilitas seorang komunikator yang
dilakukan oleh KPU Kabupaten Tangerang sesuai dengan teori. Bisa kita lihat
juga dalam Tabel 1.2 pada BAB 1 diatas, bagaimana perkembangan angka
pemilih yang terus menaik pada periode pemilihan Gubernur Banten 2017. Dilihat
dari hasil wawancara, bahwa turun langsungnya komisioner KPU baik tingkat
provinsi maupun kabupaten memenuhi unsur-unsur komponen seorang
63
komunikator yang baik, yaitu mempunyai keahlian, kepercayaan dan daya tarik
yang kuat.
4.3.2 Pengelolaan pesan pada proses Komunikasi Politik KPU Kabupaten
Tangerang pada Pemilihan Gubernur Banten 2017
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan
teknik yang harus diambil, apakah teknik informasi, teknik persuasi atau teknik
instruksi. Dalam sebuah pesan terdapat tujuan-tujuan yang ingin disampaikan,
dalam tujuan tersebut tentu harus dapat menyesuaikan situasi dan kondisi sosial
masyarakat yang akan dituju.
Dalam pengelolaan pesan, ada tiga teknik yaitu teknik informasi, teknik
persuasi dan teknik intruksi. Pada pemilihan Gubernur Banten 2017, KPU
Kabupaten Tangerang hanya menerima pesan-pesan yang sudah diolah dari KPU
Provinsi Bantentanpa adanya pegelolaan pesan lain dan langsung disampaikan
kepada masyarakat luas. Menurut komisioner Bawaslu Kabupaten Tangerang,
Zulpikar mengatakan :
“ ........... tidak ada persuasif, sedikit. ini harus ada peran pihak ketiga.
Pihak ketiga yang tidak terikat dengan APBD tidak terikat dengan
APBN dan itu dilakukan oleh relawan. Kalau relawan gerak, dia bisa
masuk kesegmen manapun karena dia tidak terikat dengan aturan
main keuangan. Relawan dari pemantau pemilu. Dan itu tidak ada
kemarin, kaluapun ada satu, ada jamrud ada ayo banten, tetapi mereka
tidak melakukan itu. Harusnya dia sosialisasi.”
Peran pihak ketiga dalam penyampian pesan sangat berperan penting
terhadap pesan yang ada di KPU Kabupaten Tangerang. Walau hanya ada pesan
64
informatif yang dibuat oleh KPU Provinsi Banten dan KPU Kabupaten
Tangerang, dengan adanya pihak ketiga yang tidak terikat akan menjadi
komunikator lain kepada masyarakat agar tersampaikan tujuan pesan itu.
Namun, komisioner KPU Kabupaten Tangerang berpandangan lain, M Ali
Zaenal Abidin mengatakan :
“... pesan terkait sosialisasi, pertama yang menjadi pokok
itu kpu kabupaten tangerang. Kalau bicara pilkada Banten tentunya
ya semua kpu yang ada dibanten baik kpu provinsinya,
kabupaten/kotanya yang ada diwilayah banten nah termasuk juga
yang kami ajak untuk meyamapikan pesan-pesan tersebut salah
satunya adalah relawan demokrasi”.
Lebih lanjut, beliau menegaskan, pesan-pesan yang yang diinformasikan
kepada masyarakat mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
“... jangka pendeknya kan pertama menyampaikan kepada
masyarakat tentang tahapan penyelenggraan pilkada gubernur
banten dan kemudian masyarakat bisa datang ke tps. jangka
panjang yang menjadi target tujuan kita, Salah satunya adalah
bahwa memberikan pemahaman kepada kepada masyarakat terkait
pentingnya pemilu di negara yang menganut sistem demokrasi.
pilkada bukan hanya di tahun 2017 saja karena pada saat itu kami
menyadari betul bahwa ditahun 2018 kita mau pilkada bupati
ditambah kita ditahun 2019 kita pemilu nasional nah sehingga
bagaimana kemudian pada moment pilkada gubernur kami juga
melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat untuk bisa
menyadarkan masyarakat memahami masyarakat terkait dengan
pentignya pemilu”.
Pesan-pesan yang di informasikan kepada masyarakat berisikan informatif
dan persuasif, untuk menyampaikan pesan-pesan tersebut, KPU Kabupaten
Tangerang melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar dari kebijakan dan arahan
65
yang sudah diberikan oleh KPU Provinsi Banten. Hal ini jelaskan oleh Ali dan
pernyataannya :
“kami membuat jaringan-jaringan yang ada dimedia sosial
atau kami juga melakukan kegiatan-kegiatan. Salah satunya adalah
dengan membuat stand pada kegiatan ulang tahun Kabupaten
Tangerang, kemudian membuat photoboth untuk masyarkat berfoto
dan mengupload kemedia sosial mereka”.
Menganalisis dari isi pesan politik yang disampaikan KPU Kabupaten
Tangerang kepada masyarakat, bahwa isi pesan yang disampaikan (Content)
intinya adalah mengajak, membujuk dan memberikan pendidikan politik
masyarakat yang memiliki hak pilih agar terlibat dalam kegiatan pemilihan
gubernur 2017 dengan memberikan suaranya, pada hari pemilihan memalui kotak
suara yang disediakan.
4.3.3 Hasil Temuan dilapangan
Dalam Negara yang menganut demokrasi secara langsung, permasalahan
yang selalu muncul adalah rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam
menggunakan hak pilhnya. Permasalahan ini yang kemudian juga muncul pada
pemilihan Gubernur Banten 2017, yang berada pada angkat 62,78% dengan
Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Lebak mencatat angka pemilih paling
rendah, yaitu 59% yang menggunakan hak pilihnya.
KPU sebagai penyelenggara tentu menyadari ini, Ali menegaskan dalam
pernyataannya :
“... Pertama ada dari sisi administrasi, akibat tidak terdaftar di
daftar pemilih tetap. Sehingga pemilih ini tidak menggunakan hak pilihnya
66
ke tps, walaupun sesungguhnya didalam aturan di kpuyang tertuang
diperaturan kpu, jika tidak terdaftar di daftar pemilih tetap itu masih
dimungkinkan orang untuk menggunakan hak pilih dengan menggunakan
ktp elektronik nanti masuk kedaalam daftar pemilih khusus. Yang kedua
secara tekhnis, ini memang banyak faktor, salah satunya adalah mungkin
masyarakat merasa bosan, karena hampir setiap tahun di Indonesia selalu
mengadakan pemilihan umum. Atau juga ada orang-orang yang tidak
seideologi dengan sistem demokrasi di Indonesia”
Beberapa faktor lain juga diyakini oleh kasubag Program dan Data KPU
Kabupaten Tangerang, Hera Faizal mengatakan :
“....karana masyarakat di kabupaten tanggerang itu berbeda
karakternya. di kita karakternya hampir sama dengan kab/kota
tanggerang Selatan karna kita masyarakatnya masyrakat urban,
masyarkat uraban sebenernya ada dua hal yang melibatkan tingkat
partisipasi rendah kalau kita. Pertama dari daftar pemilih tetap
(DPT) banyak DPT yang istilahnya pemilih yang terdapat di dalam
DPT tetapi pemilihnya sudah tidak ada gitu, jadi di daftar
pemilihnya ada tapi pada kenyataannya sudah tidak ada (pindah)
dan seterusnya. Karna kan kebanyakan masyarakat di kita
pendatang dia kerja di pabrik pabriknya bangkrut ya mis secara
pencatatan kependudukan dia tetap tercatat”.
Namun hal lain dikemukakan oleh komisioner Bawaslu, Zulpikar. Beliau
mengatakan dalam wawancara bahwa disebaban faktor lain.
“ sasaran yang kurang tepat pada saat KPU melakukan sosialisasi.
Orang urbannya tidak terwakili pada saat sosialisasi. Pada saat
sosialisasi itu ansor dia datang, pemuda muhammadiyah dia lagi
datang, NU dia lagi datang,Ssp3p dilagi datang, bagaimana mau
sampai”.
Peneliti melihat faktor-faktor Golput ini merupakan permasalahan yang
klasik, hampir pada setiap pilkada alasan-alasan ini menjadi alasan untuk
membela diri tanpa ada perbaikan dalam proses pilkada selanjutnya.
67
4.4. Pembahasan
pembahasan ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian mengenai
proses komunikasi politik KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka
golput pada pilgub Banten tahun 2017. Hasil penelitian ini berdasarkan pada
rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
KPU Kabupaten Tangerang telah selesai membantu KPU Provinsi Banten
dalam tugasnya melaksanakan pemilihan Gubernur Banten tahun 2017. Dalam
penyelenggaraan pilgub di daerah Kabupaten Tangerang dapat dikategorikan
aman, karena pelaksanaan pesta demokrasi berjalan dengan aman dan kondusif.
Bahkan tidak ada tuntutan yang berarti yang dilayangkan oleh kedua pasangan
calon.
Namun, dalam angka partisipasi yang cukup rendah menjadi perhatian
khusus. Jumlah golput dalam pilgub Banten tahun 2017 di daerah Kabupaten
Tangerang mencapai angka 59%, terendah diantara daerah pemilihan lainnya.
Angka yang tidak sesuai target dari KPU, hampir setengahnya tidak memilih pada
pilgub Banten 2017. Pasti banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi. Tetapi
satu-satunya cara KPU dalam menyebarluakan informasi kepada masyarakat
adalah dengan sosialisasi. Karena dengan sosialisasi pelaksanaan pemilihan
Gubernur Banten 2017, masyarakat akan lebih memahami betapa pentingnya
menggunakan hak pilih. Dalam proses sosialisasi, KPU Kabupaten Tangerang
melakukan proses komunikasi dengan masyarakat sebagai khalayak yang dituju,
lantas bagaimana peran KPU dalam melaksanakan kegiatan tersebut untuk
menekan angka golput di Kabupaten Tangerang.
68
Setalah terjun langsung melakukan penelitian, peneliti melihat bahwa
terdapat 2 (dua) proses penting dalam menyebarluaskan informasi, yaitu
Komunikator dan pesan. Dan peneliti melihat, KPU Kabupaten Tangerang
terkesan apa adanya. Apa adanya disini ialah hanya menerima dan langsung
menyebarluaskan informasi yang diterima dari KPU Provinsi Banten tanpa
menyaring dan mengolah ulang pesan tersebut untuk menyesuakan dengan
keadaan khalayaknya.
Temuan peneliti tentang golput dilapangan, banyaknya masyarakat yang
tidak memilih baik dengan alasan sudah apatis terhadap pemilu, tidak terdaftar di
DPT (daftar pemilih tetap), memilih tetap bekerja ataupun lebih baik
menghabiskan Waktu dengan keluarga, dan lebih memilih untuk masuk kedalam
katergori golongan putih atau golput.
Golput meramabah ke lingkungan kelas miskin, mereka berpikir pragmatis
dalam menyikapi pemilu. Mereka hanya mementingkan materi untuk diri sendiri.
Ini adalah kebiasaan yang telah berakar yang bersumber dari money plitik yang
dilakukan calon dalam kegiatan pemilu. Kegiatan seperti inilah yang harus
diperbaiki bersama dengan adanya sanksi yang jelas dan tegas tentunya, agar
memberikan efek jera bagi yang melakukan dan yang menerimanya. Golput yang
awalnya hanya gerakan moral, saat ini telah masuk kedalam masyarakat dengan
wujud yang lain berdasarkan pengalaman yang dirasakan sendiri. KPU selaku
penyelenggara pemilu saat ini belum bisa berbuat banyak, karena terbentur pada
satu dan lain hal.
69
Hal yang sebenarnya bisa berdampak dalam mengurangi golput adalah
sosialisasi pemilu. Sosialisasi pemilu diatur dalam peraturan KPU Nomor 65
Tahun 2009 yang isinya menjelaskan tentang ketentuan umum, asas pelaksanaan
sosialisasi, metode dan media informasi sosialisasi, strategi sosialisasi dan
ketentuan lainnya. Lantas mengapa angka pemilih di kabupaten Tangerang pada
pemilihan Gubernur Banten tahun 2017 tetap rendah?
Jika di lihat dari aspek kehumasan, KPU sebagai sumber yang
menciptakan pesan harus benar-benar menguasai materi yang akan disampaikan,
pesan tersebut harus efektf da efisien. Posisi KPU Kabupaten Tangerang sebagai
tangan kedua dalam pelaksanaan Pilgub ini memang hanya menerima pesan-pesan
yang disampaikan dari KPU Provinsi Banten. Pesan yang disampaikan dalam
sosialisasi berupa materi sosialisasi kepada masyarakat, yang berisi semua hal
yang berhubungan dengan pemilihan Gubernur Banten tahun 2017, dengan
menggunakan pesan-pesan yang bersifat infomatif dan intruksif. Dibantu dengan
penyebaran melalui media massa, dengan harapan mampu melalkukan sosialisasi
yang efektif dan mampu menjangkau seluruh masyarakat di kabupaten tangerang
khususnya.
Namun karena beriringan dengan pemilu di daerah lain, khusunya di Ibu
Kota DKI Jakarta, pesan yang disampaikan oleh KPU Provinsi Banten banyak
yang tidak mendapat simpati dari masyarakat Banten umumnya. Sehingga
penyebaran pesan infromasi tersebut tidak dapat efektif. Yang pada akhirnya KPU
Provinsi melalui KPU Kabupaten Tangerang hanya menggunakan media lokal,
70
dengan ketentuan KPU Kabupaten Tangerang tidak merubah pesna-pesan yang
dibuat oleh KPU Provinsi.
Hal inilah yang sebenarnya harus dipahami sebagai komunikator, KPU
Kabupaten Tangerang harus mampu menciptakan daya tarik kepada masyarakat
untuk mendapatkan simpati terhadap apa yang disampaikan. Selain itu, KPU
Kabupaten Tangerang sebenarnya mempunyai kredibilitas yang baik untuk
menyampaikan pesan secara langsung kepada masyarakat, misalnya dengan
melakukan survey terlebih dahulu mengenai keinginan kepada masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemilu, hasilnya misalkan masyarakat ingin ada
sosialisasi langsung di tingkat RW, kemudian KPU dapat mewujudkan itu. Bila
keinginan sudah terpenuhi, maka tidak akan ada lagi alasan untuk tidak datang ke
TPS untuk menggunakan hak pilihnya.
Sebagai komunikator, KPU Kabupaten Tangerang melaksanakan beberapa
kegiatan yang diantaranya adalah Goes To Campus, Goes To School, dan
seminar politik dengan mengundang perwakilan buruh. Seperti yang di katakan
oleh Haer Faizal R kasubag program dan data KPU Kabupaten Tangerang, “ada
tiga program sosialisasi, Goes to campus, goes to school, organisasi masyarakat”,
dengan pemateri didatangkan langsung dari KPU Provinsi Banten dan tidak ada
programyang dicanangkan oleh KPU Kabuaten Tangerang karena terganjal
anggaran dan kebijakan. Jadi dapat dikatakan KPU Kabupaten Tangerang tidak
bergerak sebagai sumber yang baik, karena tidak sesuai dengan keadaan khalayak
atau masyarakat yang ada dilingkungan yang dituju.
71
Kecenderungan kegiatan yang menampilkan komunikasi satu arah
dilakukan oleh KPU Kabupaten Tangerang. Komunikasi satu arah adalah pesan
yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak
mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya. Dalam
komunikasi satu arah banyak memiliki kekurangan, tidaknya adanya umpan balik
yang dilakukan setelah pemberian informasi tersebut, hal ini bisa mengakibatkan
dampat negatif dari penggunaan satu arah ini. Komunikator dan komunikan tidak
menjalin komunikasi yang kesinambungan melalui media yang sama, artinya
hanya satu pihak saja, pihak lainnya hanya mendengarkan. Menurut Curtis, James
dan Winsor (2004:30) menyatakan komunikasi satu arah disebut juga komunikasi
interapersonal yaitu komunikasi yang mengacu pada pesan-pesan yang dikirimkan
oleh orang-orang secara intern (pemikiran) yang sering kali berhubungan dengan
diri sendiri.
Dalam proses komunikasi, ada dua sudut pandang yaitu yang pertama
dalam perspektif psikologi dan perspektif mekanistis. Yang mana perspektif
psikologis ialah komunikator mengemas atau membukus pikiran dengan bahasa
yang dilakukan komunikator yang kemudian dibungkusan itu diterima oleh
komunikan. Proses secara psikologis ini berhasil apabila komunikan mengerti isi
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Ini berarti harus adanya satu bahasa
antara komnikator dengan komunikan, antara KPU sebagai penyelenggara dengan
khalayak sebagai pemilih. Disinilah kegagalan proses komunikasi kareana tidak
dalam bahasa yang sama, karena KPU Kabupaten Tangerang hanya sebagai
jembatan KPU Provinsi Banten dalam sosialisasi pemilu. Apabila diberi ruang
72
kepada KPU Kabupaten untuk menciptakan pesan lain, maka peneliti melihat kan
mendapatkan hasil yang lebih positif.
Yang kedua dalam proses komunikasi adalah perspektif mekanistis. Proses
ini berlangsung ketika komunikator menyampaikan dengan lisan atau tulisan.
Penerimaan pesan dari komunikator dapat diterima oleh komunikan melalui
indera telinga atau mata, atau indera-indera lainnya. Perspektif ini berkaitan
dengan pesan yang dikelola oleh KPU Kabupaten Tangerang sebagai
komunikator. Hal ini pun sama dengan perspektif psikologis, KPU Kabupaten
Tangerang hanya menyampaikan pesan-pesan yang sudah dibuat oleh KPU
Provinsi dalam bentuk spanduk, stiker ataupun pamflet.
Menurut Zulpikar, komisioner Bawaslu Kabupaten Tangerang yang
membawahi bidang Hukum, mengatakan “komunikasi antara KPU Provinsi
dengan KPU Kabuoaten tidak bagus, data yang disampaikan Provinsi tidak sesuai
dengan apa yang ada. Sehingga menjadi masalah ditingkat kabupaten”. Ini
tentunya mencerminkan komunkator yang kurang baik, maka tidak heran kalau
pesan yang disampaikan tidak dipahami oleh khalayak. Sehingga tujuan yang
ingin dicapai tidak terpenuhi.
Hal lain yang peneliti temukan adalah kurangnya pendidikan politik yang
diberikan, baik oleh KPU sebagai penyelenggara, Partai politik sebagai pesaerta
maupun organisasi politik yang tidak terikat. Hal ini ditegaskan oleh Zulpikar, dia
mengatakan “ ..... salah satu faktornya adalah kurangnya pendidikan politik,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanyalah ceremonial dan besar tapi tidak
menyentuh kebawah”. Bila pendidikan politik, dalam artian komunikator berperan
73
lebih aktif, maka masyarakat akan semakin memahami peran penting dalam
menggunakan hak pilihnya, karena akan merasa dapat membawa perubahan.
KPU harus mengetahui kebutuhan masyarakat agar masyarakat mau
datang ke TPS dan menggunkan hak pilinya sebagai perwujudan demokrasi.
Diluar kinerja KPU sebagai penyelenggara pemilu, selayaknya partai
politk dan organisasi tidak terikat atau relawan pemilu mampu memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat secara berkesinambungan, bukan ketika
masa pemilu saja, tetapi diluar kegiatan pemilu. Hal ini sangat berpengarus besar
kepada kesadaran politik masyarakat. Apabila ini dapat benar-benar terjadi
dilaksankan oleh mereka dengan penuh rasa tanggung jawab, maka dapat
mendongkrak partisipasi pemilih secara menyeluruh.
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian di Komisi Pemilihan Umum ( KPU )
Kabupaten Tangerang tentang bagaimana peran KPU Kabupaten Tangerang
dalam enekan angka golput pada pemilihan Gubernur Banten 2017, maka dapat
ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Peran Komunikator KPU Kabupaten Tangerang dalam menakan angka golput
pada pemilihan Gubernur Banten 2017 cenderung menggunakan komunikasi
satu arah dalam setiap sosialisasi pilgub Banten. Komunikasi satu arah
mempunyai kecenderungan komunikan hanya sebagai pendengar sejati dari
informasi yang disampaikan oleh komunikator, informasi yang disampaikan
hanya berdasarkan kebutuhan sendiri tanpa melihat secara luas, sehingga
timbal balik yang diharapkan komunikator tidak terjadi. Relawan demokrasi
sebagai relawan KPU Kabupaten Tangerang pula belum mampu menjadi
garda paling depan, karena kurangnya mempunya daya tarik yang kuat
tentang kepemiluan walau mempunyai kredibilitas atau kepercayaan didalam
segmentasi yang di pegangnya.
2. Setiap proses komunikasi mempunyai muatan pesan komunikasi. Pesan
merupakan komponen komunikasi yang harus ada agar bisa berlangsung
dengan baik, dalam arti proses komunikasi berlangsung mempunyai muatan
75
atau isi komunikasi. Dalam hal ini, Pengelolaan Pesan yang dilakukan oleh
KPU Kabupaten Tangerang pada pemilihan Gubernur Banten 2017
mempunyai makna-makna yang sulit diartikan secara baik oleh masyarakat.
Pesan-pesan hanya berisikan gambar-gambar dan kata-kata yang normatif
namun tidak memiliki arti betapa pentingnya masyarakat menggunakan hak
pilihnya dalam setiap pemilukada yang diselenggarakan. Pengelolaanpesan
tersebut disalurkan dengan menggunakna media-media yang lebih banyak
beraliasi kepada komunikasi satu arah, sehingga pesan-pesan tersebut tidak
dapat dilihat secara langsung oleh KPU Kabupaten Tangerang, sudah
diterima atau tidaknya pesan tersebut.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan untuk kajian ilmu komunikasi, sosial
dan politik adalah :
1. Peran komunikator dalam proses komunikasi harus mempunyai daya tarik
dan kredibilitas yang kuat. Dengan demikian, komunikator akan mampu
menyampaikan informasi kepada khalayak, sehingga timbal balik yang
ingin dicapai dapat terwujud.
2. Pesan yang akan disampaikan kepada khalayak haruslah mencakup
beberapa aspek, yaitu kejelasan, menyeluruh, tepat, ringkas dan sopan.
Pesan-pesan yang demikian akan mudah dimengerti oleh khalayak yang
dituju.
76
Saran dan rekomendasi untuk KPU Kabupaten Tangerang dan KPU Provinsi
Banten dalam melaksanakan sosialisasi, terutama dalam posisi sebagai
komunikator dan pengelolaan pesan adalah:
1. Penguatan diri pada komunikator sebagai simbol utama KPU dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat agar lebih diterima oleh
masyarakat
2. Penggunaan media massa khususnya media sosial lebih digiatkan, agar
seluruh masyarakat dapat benar-benar mengetahui jalannya pemilu serta
dapat menimalisir kekalahan pemberitaan dari daerah lainnya
3. Menyelenggarakan pendidikan politik yang berkesinambungan kepada
masyarakat dengan mencakup seluruh elemen status sosial, agar
kredibilitas KPU sebagai penyelenggara dapat dilihat oleh masyarakat da
kesadaran masyarakat semakin terbuka akan pentingnya berpolitik
4. Memperbaiki hubungan komunikasi anata KPU Provinsi Banten dengan
KPU Kabupaten Tangerang agar dapat merumuskan pesan secara
bersama-sama
Akhirnya, peneliti berharap semua stakeholder yang ada di Kabupaten
Tangerang menyadari bahwa kegiatan pemilukada harus dilaksanakan
semaksimal mungkin, karena ini menentukan nasib masyarakat kabaupaten
Tangerang dan provinsi Banten dalam lima tahun kedepan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abidin, Yusuf Zainal. 2015. Manajemen Komunikasi, Filosofi, konsep, dan
Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia
Ali, Novel. 1999. Peradaban komunikasi politik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arifin, Anwar, 2011, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta :
Gramedia
Djam’an Satori dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Effendy, onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi Teori dan praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Henri, Ida. 2012. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana
Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA:
Wadsworth Publishing.
78
Mahi, Himat. 2010. Komunikasi politik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja.
Rosdakarya
Miles, Mattew B. Dan A. Miechael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif
(Edisi Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta : UI Press.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy, 2001. Metedologi Penelitian Kualitatif paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung : Remaja RosdaKarya.
M. suyanto. 2007. Marketing strategiy top brand indonesia. Yogyakarta: Cv andi
offset.
Nimmo, D. 1989. Komunikasi politik, khalayak dan efek. Bandung: Remaja Karya
Nimmo, D. 2000. Komunikasi Politik (komunikaor, pesan, dan Media). Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nimmo, D. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Nimmo, D. 2006. Komunikasi politik, Khalayak, dan efek. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Ruslan, Rosady. 2013. Metode Penelitian Pulic Re;ation dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sondang, P. Siagian. 2005. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Jakarta : CV Haji Masagung
79
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung
Internet :
http://tangerangnews.com/banten/read/5798/inilah-rekapitulasi-suara-pilgub-
banten diakses pada 10 oktober 2017 jam 10.30 wib
http://kpu-bantenprov.go.id/ diakses pada september 2017 pada 12.30 wib
http://kpu-tangerangkab.go.id diakses pada februari 2018 pada 08.00 wib
1
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala limphan berkah
dan Rahmat-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman, suri tauladan bagi
kita umat Islam.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komuniksi. Skripsi ini
berjudul Peran KPU Kabupaten Tangerang dalam menekan angka Golput pada
pemilihan Gubernur Banten Tahun 2017.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
informasi dari semua pihak. Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat,
M.Pd.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Suktan Ageng
Tirtayasa, Dr. Agus Sjafari, M.Si
3. Ketua jurusan Ilmu Komunikasi, Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. terima kasih
atas motivasi, bimbingan dan arahan yang telah diberikan.
4. Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Darwis Sagita, S.I.Kom, M.I.Kom
5. Dosen pembimbing Akademik ibu Dr. Nurprapti Wahyu Widyastuti, M.Si.
terim kasih atas semua bimbingan dan arahannya.
6. Dosen pembimbing skripsi I Dr. Ing. (FH) Rangga Galura Gumelar, M.Si,
terima kasih atas semua yang telah diberikan, terkhusus atas dorongan
motivasi, arahan dan bimbingan selama penelitian ini.
7. Ikhsan Ahmad, S.Ip, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II, terima
kasih atas dukungan dan bimbingannya.
2
8. Ibu dan bapak serta kakak dan adek tercinta yang senantiasa memberikan
semangat dan dorongan baik secara moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini, terima kasih untuk segalanya.
9. Hilman Ramayadi , Adam Paula dan Jalalludin yang telah membantu dan
memberikan semangat sampai penelitian ini selesai.
10. Kawan-kawan PERMATA Indonesia 2016 yang di Universitas Halu Oleo
yang selalu memberikan semangat tanpa henti.
11. Kawan-kawan Ilmu Komunikasi angkatan 2013 yang selalu menyalurkan
semangat tiada henti disetiap waktunya
12. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Komunikasi Fsakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
13. Seluruh Staff Perpustakaan Fsakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
14. Teman-Teman Team Money dan KKM Kemenpora 2016
15. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Pemuda
Muhammadiyah Kec. Jasinga. Terima kasih motivasi dan dorongannya
selama ini.
16. KPU Kabupaten Tangerang dan Bawaslu Kabupaten Tangerang, terima
kasih atas kerjasamanya dalam penelitian ini.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih banyak atas bantuan dan dorongan semangatnya.
Demikian oengantar yang dapat peneliti tuliskan, mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Akhir
kata penulis ucapkan terimma kasih.
Fastabiqul Khoirot
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Serang, 22 Januari 2018
Peneliti