pengenalan penyakit tanaman utama di lampung

42
PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN UTAMA DI LAMPUNG (Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman) Oleh Rizki Afriliyanti 1314121155 Kelompok 2

Upload: rizki-afriliyanti

Post on 17-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengendalian Penyakit Tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN UTAMA DI LAMPUNG(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)

Oleh

Rizki Afriliyanti1314121155Kelompok 2

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2015

Page 2: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tujuan manusia melakukan budi daya tanaman semula adalah untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk yang semakin cepat. Namun, tanaman dapat berfungsi sebagai penyedia

oksigen bagi sistem pernapasan manusia, serta secara estetika, keindahan dan

keasriannya dapat dinikmati. Penelitian – penelitian terhadap budi daya tanaman

terus dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul, yakni berproduksi tinggi,

responsif terhadap pemupukan, dan mempunyai ketahanan terhadap penyakit

tanaman (Endah, 2002).

Organisme pengganggu tanaman (OPT) mencakup semua bentuk hidup yang

dapat merusak tanaman. Wujudnya dari virus atau bakteri yang tidak dapat dilihat

hingga tikus atau bahkan manusia itu sendiri. OPT digolongkan menjadi tiga

golongan, golongan pertama adalah hama, yakni hewan atau binatang pengganggu

dan perusak tanaman, misalnya serangga. Golongan kedua adalah penyakit yang

disebabkan oleh jasad mikro, seperti jamur, bakteri, dan virus. Golongan ketiga

adalah gulma, yaitu tanaman yang tidak diinginkan kehadirannya pada suatu area

pertanian. Teknik pengendalian OPT berbeda menurut jenis pengganggu tersebut

atau dengan melindungi tanaman inangnya. Pengendalian serangan OPT

khususnya penyakit tanaman selanjutnya menjadi salah satu masalah yang penting

dalam teknis budi daya tanaman, selain pemilihan benih atau bibit tanaman

(Endah, 2002).

Page 3: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

Tanaman utama yang ditanam di Lampung diantaranya adalah kelapa sawit, karet,

kakao, pisang, lada, jagung, padi, dan kopi. Perlu diketahui macam – macam

penyakit yang menyerang serta gejala yang ditimbulkan oleh adanya penyakit

tersebut. Maka dari itu dilaksanakan praktikum yang berjudul “Pengenalan

Penyakit Tanaman Utama di Lampung” ini agar dapat diketahui bagaimana cara

untuk mengendalikan penyakit tersebut.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum kali ini adalah :

1. Mengetahui tanaman utama yang ditanam di Lampung.

2. Mengetahui berbagai macam penyakit yang menyerang tanaman tersebut.

3. Mengetahui patogen penyebab penyakit pada tanaman tersebut.

4. Mengetahui cara pengendalian penyakit tersebut.

Page 4: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

II. METODOLOGI PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis,

kamera, spesimen busuk pangkal batang sawit, tanaman karet yang terserang

jamur akar putih, buah kakao yang terserang penyakit busuk buah, tanaman

pisang yang terserang Buncy top, layu fusarium, dan layu bakteri, busuk pangkal

batang lada, tanaman jagung yeng terserang karat daun, tanaman kopi yang

terserang penyakit blas, hawar daun bakteri, dan virus tungro, lalu tanaman kopi

yang terserang karat daun kopi.

II.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Pertama tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Diperhatikan dan dicatat penjelasan tentang pengenalan penyakit tanaman

utama di Lampung oleh asisten.

3. Diamati dan difoto spesimen yang telah disiapkan.

4. Dikumpulkan kertas catatan untuk diacc oleh asisten.

Page 5: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1Tabel Hasil Pengamatan

Adapun tabel hasil dari pengamatan yang telah dilakukan adalah :

No.

Foto/gambar Gambar Tangan

Keterangan

1. Penyakit:Busuk pangkal batang sawit

Patogen : Ganoderma boninense

Gejala : warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang tanaman,penguningan tanaman dan nekrosis.

Page 6: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

2. Penyakit:Jamur akar putih pada karet

Patogen : Rigidoporus lignosus

Gejala : daun layu, menguning, kemudian gugur, dan pada akar busuk dan kemudian kering.

3 Penyakit: Kanker batang

kakao

Patogen : Phytophthora palmivora

Gejala : Bagian batang / cabang menggembung berwarna lebih gelap / kehitaman, permukaan kulit retak-retak.

Page 7: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

3. Penyakit: Busuk buahkakao

Patogen : Phytophthora palmivora

Gejala : mula-mula terdapat bercak berwarna coklat kehitaman kemudian buah menjadi busuk.

4. Penyakit:Layu fusarium pisang

Patogen : Fusarium oxysparum

Gejala : terdapat bercak pada pelepah, daun menguninga dari bagian bawah, batang semua akan pecah dan menghitam

Page 8: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

5. Penyakit:Layu bakteri

pisang Patogen : Ralstonia sp.

Gejala : terdapat bercak pada empulur atau hati, pada tandan akan muncul ose bakteri. Daun mongering dari atas

6. Penyakit:Bunchy Top Virus

Patogen : Pentalonia nigonervosa

Gejala : bagian daun tegak keatas dan sempit, terdapat banyak pelepah, daun tidak membuka

7. Penyakit:Busuk pangkal ladaPatogen :

Phytophtora capsici

Gejala : terdapat bercak daun dan pangkal membusuk

Page 9: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

8 Penyakit: Bulai Jagung

Patogen : Peronosclerospora maydis

Gejala : Ada bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas, biasanya terdapat tepung pada daun

9 Penyakit :Hawar Daun

Bakteri pada Padi

Patogen : Xanthomonas

campestris

Gejala : Daun berwarna

kuning dan bagian pinggirdaun berwarna coklat. Daun mengering dan kropos apabila dipegang.

Page 10: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

10.

Penyakit:Tungro pada padi

Patogen : rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan rice tungro spherical virus (RTSV)

Gejala : Daun kuning, kerdil, gabah sedikit

11.

Penyakit: Blas Pada Padi

Patogen : Pyricularia oryzae

Gejala : Adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan

Page 11: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

12.

Penyakit: Gosong bengkak pada jagung

Patogen : Ustilago maydis

Gejala : Masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar, pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.

13.

Penyakit: Karat Daun Kopi

Patogen : Hemileia vastantrix

Gejala : Daun akan berwarna kuning yang ditutupi bedak atau noda yang tampak pada permukaan bagian bawah daun

III.2Pembahasan

III.2.1 Kelapa Sawit

Page 12: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

Penyakit Busuk Pangkal Batang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu sumber

minyak nabati yang menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di

Indonesia. Pertumbuhan kelapa sawit sering terkendala akibat pengelolaannya

belum optimal sehingga mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit

(Djaenuddin, 1992).

Salah satu kendala pada perkebunan kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal

batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Ganoderma boninense lebih

cepat menyerang tanaman kelapa sawit di lahan gambut karena tunggul-tunggul

kelapa sawit yang masih tersisa dalam tanah merupakan sumber infeksi yang

paling kuat di kebun peremajaan (bekas kelapa sawit). G. boninense dapat

menyerang kelapa sawit pada tahap produksi dan pembibitan. Penyebaran

penyakit yang paling utama adalah dengan kontak antara akar tanaman sehat dan

sakit. Penyebaran yang kedua melalui basidiospora langsung ke tanaman kelapa

sawit, serta yang ketiga melalui inokulum sekunder yaitu basidiospora tumbuh

pada tunggul tanaman dan selanjutnya terjadi kontak akar antara tanaman sehat

dan sumber inokulum tersebut. Pada saat ini banyak dilaporkan bahwa pada tanah

yang relatif miskin unsur hara cenderung mempunyai kejadian penyakit yanglebih

besar (Semangun, 2008).

Gejala awal penyakit sulit dideteksi karenaperkembangannyayanglambatdan

dikarenakan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk

mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah,

konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Gejala utama penyakit

adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk

pada batang tanaman. Padatanamanbelummenghasilkan,gejala awal ditandai

dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti

dengannekrosisyangmenyebarkeseluruh daun. Pada tanaman dewasa, semua

pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak

Page 13: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

membuka (terjadinya akumulasi daun tombak)dansuatusaattanamanakanmati

(Purba,1993).

Ganoderma boninense tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan famili

Ganodermataceae. Jamur mempunyai basidiokarp yang sangat bervariasi ; ada

yang dimidiate atau stipitate, ada yang bertangkai atau tidak, tumbuh horizontal

atau vertikal, ada yang rata atau mengembung, dan ada yang

terbentuklingkarankonsentris.Basidiokarp dapat mencapai 17 cm, jari-jari 12 cm

dengan tebal 2 cm. Konveks atau permukaan atas licin seperti pernis dengan

warna kehitaman sampai cokelat. Dalam pertumbuhannya daerah perbatasan akan

berwarna oranye kuning sertaputihpadaujungnya (Purba,1993).

Pengendalian penyakit busuk pangkal batang diperlukan teknik yang tepat

terutama pengendalian yang bersifat ramah lingkungan. Salah satu adalah

pemanfaatan Trichoderma sp. SBJ8, isolat lokal yang dibuat menjadi biofungisida

Ganofend, dan telah dimanfaatkan untuk pengendalian G. boninense selama tahap

produksi dilahan gambut (Semangun, 2008).

III.2.2 Karet

Penyakit Akar Putih

Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat

miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit

dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan

berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus

lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan

tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan

lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah

tersebut akan mengering dan berwarna cokelat (Chatarina, 2012).

Page 14: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

Gejala-gejala serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun

dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan

ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit

akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya.

Pengendalian untuk penyakit ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mengobati tanaman muda yang menunjukkan gejala-gejala terserang penyakit

akar putih dengan cara membuka tanah di sekitar pangkal batang. Kedalaman

lubang tergantung dari batas serangan jamur. Miselia jamur yang menempel

di akar kemudian dikerok dan bekas kerokan diolesi ter. Akar yang sudah

terlanjur busuk dipotong. Selanjutnya keseluruhan akar yang terluka diolesi

izal 5% dan dioles ulang menggunakan obat pelindung akar. Setelah lukanya

mengering, lubang ditutup tanah lagi.

b. Membongkar tanaman sakit yang sudah parah, ditandai dengan gugurnya

daun dan membusuknya akar tunggang. Bekas galian kemudian kemudian

ditaburi 200 gram serbuk belerang. Jika akan disulam, bibit yang digunakan

harus berupa stum tinggi dan di sekitar bibit kembali ditaburi serbuk belerang

sebanyak 100 gram.

(Catharina, 2012).

III.2.3 Kakao

a. Busuk Buah Kakao

Busuk buah adalah penyakit yang terpenting dalam budidaya kakao di Indonesia.

Besarnya kerugian sangat berbeda antarkebun, bervariasi antara 26 % dan 50 %.

Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora Butl.

Pada buah kakao jamur membentuk banyak sporangium (zoosporangium),

berbentuk buah per, dengan ukuran 35 - 60 x 20 - 40 µm. Sporangium dapat

berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, tetapi

Page 15: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

dapat juga berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk zoospora.

Jamur dapat membentuk klamidospora yang bulat, dengan garis tengah 30 - 60

µm (Semangun, 2008).

Ciri-ciri buah yang terinfeksi Phytophthora palmivoraadalah permukaan kulit

buah sebagian berwarna coklat dan membusuk. Gejala dimulai dari ujung buah,

terdapat kumpulan miselium yang berwarna putih, kuning dan bintik- bintik

coklat serta ada lingkaran berbentuk spiral di permukaan kulit buah. Bagian buah

yang terserang lunak. Selain itu, jamur tersebut juga ditemukan pada buah yang

memiliki ciri bagian pangkal buah lunak, hitam dan meluas hampir menutupi

seluruh permukaan kulit buah, ditutupi oleh kumpulan miselium putih seperti

tepung dan ada bercak coklat pada permukaan kulit buah (Afriyeni dkk, 2013).

Phytophthora palmivora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas

berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini

tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-

nya. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh

penyatu gamet yang berbeda secara morfologi. Zoosporangium dihasilkan

sepanjang hifa somatik atau pada ujung hifa dan seperangkat hifa bebas. Zoospora

keluar satu persatu melalui papilia yang terdapat pada ujung sporangium.

Zoospora mempunyai dua flagella yang tidak sama panjangnya. Pada pemeriksaan

dengan mikroskop elektron diketahui bahwa flagella yang pendek (anterior)

mempunyai benang-benang yang disebut mastigonema, sedang yang panjang

(posterior) berbulu sangat halus. Jenis Phytophthora sp. tertentu membentuk

klamidospora bulat, terminal atau interkalar, berdinding agak tebal, mula-mula

hialin, akhirnya berwarna kecoklat-coklatan (Semangun, 1990).

Penyakit P.palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik

pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara

kimiawi (Semangun, 2008)

Page 16: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

b. Penyakit Kanker Batang Kakao

Phytophthora spp. adalah penyebab penyakit penting pada kakao antara

lain penyakit busuk buah, kanker batang. Pada penyakit kanker batang kakao pada

batang atau cabang yang besar terdapat tempat yang warnanya lebih gelap dan

agak mengendap. Pada tanaman yang sangat rentan tempat ini sering

mengeluarkan cairan kemerahan, yang setelah mongering tampak seperti lapisan

karat pada permukaan kulit, lebih-lebih kalau permukaan batang tertutup oleh

lumut atau lumut kerak (Semangun, 2008).

Penyakit kanker batang dapat terjadi karena patogen yang menginfeksi buah

menjalar melalui tungkai buah mencapai batang. Penyakit berkembang pada

kebun yang mempunyai kelembaban dan curah hujan yang tinggi atau sering

tergenang air. Inokulum yang memulai infeksi pada buah berasal dari tanah atau

akar, batang dan daun yang terinfeksi. Infeksi akar berasal dari residu inokulum

tanah biasanya tidak menyebabkan kerugian ekonomi, meskipun demikian akar-

akar yang terinfeksi dapat berperan sebagai sumber inokulum untuk infeksi buah,

hal yang sama terjadi pada kanker batang dan kulit batang juga berperan sebagai

sumber inokulum untuk infeksi buah. Sekali buah terinfeksi dan terjadi sporulasi,

dapat menghasilkan sejumlah besar sumber inokulum untuk infeksi buah-buah

yang lain (Bowers et al. 2001 dalam Ramlan, 2010).

Pengendalian penyakit kanker batang kakao dapat dilakukan dengan perpaduan/

kombinasi seluruh tindakan perlakuan yang dicobakan yaitu pengikisan batang,

sanitasi buah/kulit buah terserang, pemupukan pengolesan fungisida Anti rot F95

dan pengolesan fungisida kimia Triadimefon (Syahnen dkk, 2012).

III.2.4 Pisang

a. Layu Fusarium

Page 17: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.

Cendawan ini dapat menyerang tanaman pisang yang masih muda ataupun

tanaman pisang dewasa yang belum berbuah dan tanaman pisang dewasa yang

sudah berbuah. Gejalanya adalah pangkar daun menguning dimulai dari bagian

tepi daun kemudian menjalar ke bagian ibu tulang daun. Selanjutnya, daun akan

layu dan tangkai daun atau pelepah daun patah. Gejala dalam dari tanaman pisang

yang menderita penyakit layu fusarium adalah pada batang (bonggol) dan batang

semuanya jika dibelah secara membujur akan terlihat garis-garis cokelat atau

hitam yang menuju ke semua arah, tetapi tidak terdapat lendir (Cahyono, 1995).

F. oxysporum adalah cendawan tanah yang dapat bertahan lama dalam tanah

sebagai klamidospora, yang terdapat banyak dalam akar-akar yang sakit.

Cendawan dapat bertahan juga pada akar bermacam-macam rumput, dan pada

tanaman jenis Heliconia. F. oxysporum menyerang melalui akar, terutama akar

yang luka. Baik luka mekanis maupun luka yang disebabkan nematode

Radophulus similis. Tetapi ia tidak bisa masuk melalui batang atau akar

rimpang, meskipun bagian ini dilukai (Cahyono, 1995).

Penyakit layu fusarium dapat menular ke tanaman lain melalui peralatan pertanian

yang telah terkontaminasi bakteri dan cendawan. Misalnya, parang atau sabit yang

baru dipakai untuk menebang tanaman yang sakit kemudian untuk memangkas

tanaman lainnya yang sehat. Melalui tanah, misalnya sebidang tanah yang telah

terjangkit cendawan ini apabila ditanami, tanaman akan terjangkit penyakit ini

atau karena tanah yang telah tercemar cendawan melekat terbawa oleh peralatan

pertanian yang kemudian dipakai untuk keperluan di tempat lain. Dapat juga

melalui pengairan, pekerja, dan pupuk kandang yang belum masak (Cahyono,

1995).

Untuk mengendalikan penyakit layu fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

Mencabut tanaman yang sakit dan membakarnya atau dibuang di tempat yang jauh dari areal pertanian.

Mengurangi sumber penularan. Perbaikan kultur teknis. Penggunaan varietas yang resisten terhadap penyakit.

Page 18: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

Menggunakan bibit yang diambil dari tanaman yang sehat. Membongkar tanah di sekeliling tanaman yang sakit dan dikeluarkan dari

kebun. Melakukan pemupukan yang berimbang. Tidak menanam pisang di tempat bekas bongkaran tanaman pisang yang telah

terserang penyakit ini. Menanam bibit dari rumpun yang sehat.

(Cahyono, 1995).

b. Layu Bakteri

Bakteri penyebab penyakit layu bakteri adalah Pseudomonas solanacearum atau

bisa juga disebut sebagai Ralstonia solanacearum. Gejala tanaman yang terserang

penyakit ini dapat dilihat dari tajuk dan buah. Pada tajuk, gejalanya akan tampak

setelah tanaman pisang berbunga. Pada awalnya, gejala penyakit ini akan tampak

pada daun nomor 3 atau nomor 4 dari daun yang termuda, yakni adanya

perubahan warna menjadi kekuning-kuningan yang secara keseluruhan belum

menunjukkan perubahan yang sangat mencolok. Gejala dalam yang tampak

apabila batang atau akar dipotong akan mengeluarkan cairan (lendir) berwarna

merah menyerupai darah. Buah yang terinfeksi juga terdapat lendir berwarna

merah kecoklat-coklatan (Cahyono, 1995).

R. solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh

variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan

lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai berbagai strain R.

solanacearum dengan ciri yang sangat beragam. Ditinjau dari segi morfologi dan

fisiologinya, R. solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang

dengan ukuran 0,5-0,7 x 1,5-2,5 μm, berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula,

serta membentuk koloni berlendir berwarna putih (Cahyono, 1995).

Penularan penyakit layu bakteri pada umumnya sama dengan penularan penyakit

layu fusarium, hanya saja bakteri dapat menular melalui udara dan menginfeksi

Page 19: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

buah, penularan ini dilakukan oleh serangga. Bakteri yang menempel pada kepala

putik pada saat pembuahan dapat menginfeksi buah melalui saluran tangkai putik.

Begitu juga dengan cara pengendalian penyakit pada layu bakteri sama dengan

layu fusarium, hanya saja ada beberapa tambahan cara pengendalian yaitu dengan

enurunkan derajat ekasaman tanah dengan memberikan belerang untuk

menurunkan populasi bakteri (Cahyono, 1995).

c. Penyakit Kerdil (Bunchy Top)

Penyebab penyakit kerdil (Bunchy Top) adalah virus. Virus ini dikenal sebagai

virus kerdil pisang (Bunchy Top Virus). Penyebaran virus ini dapat ditularkan oleh

kutu daun (Pentalonia nigronervosa coq). Gejala awal tanaman pisang yang

menderita penyakit kerdil dapat dilihat pada pangkal daun no. 2 atau no. 3 dengan

penyinaran cahaya yang menembus, maka akan tampak adanya garis-garis

berwarna hijau sempit yang terputus-putus dalam garis pendek dan titik. Garis-

garis tersebut terdapat diantara tulang-tulang daun dan sejajar dengan tulang-

tulang daun sekunder. Selanjutnya, daun tersebut dapat mengering sepanjang

tepinya, rapuh, dan mudah dipatahkan. Akhirnya, tanaman tumbuh kerdil dan

daun-daunnya membentuk roset pada ujung batang palsu (Cahyono, 1995).

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Hindarkan penanaman pisang yang telah terjangkit penyakit di lokasi atau

daerah lain.

Menanam bibit dari rumpun yang sehat.

Memberantas kutu daun dengan insektisida.

Hindarkan penanaman pisang yang terlindung oleh pepohonan besar

disekitarnya.

Membongkar tanaman pisang yang terserang penyakit dan membuangnya ke

tempat yang jauh dan membakarnya.

(Cahyono, 1995).

Page 20: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

III.2.5 Lada

Busuk Pangkal Batang Lada

Penyakit BPB disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici (sinonim: P.

palmivora var. Piperis). Selain di Indonesia, penyakit BPB juga menjadi kendala

utama produksi lada di Malaysia dan India. Sebagai produk ekspor, issue dalam

perdagangan lada intenasional saat ini adalah meningkatnya kekhawatiran

konsumen akan adanya residu pestisida dan kontaminasi mikroba penghasil

aflatoksin, di samping itu dituntut mampu meningkatkan efisiensi produksi dan

mutu agar dapat bersaing dalam dunia perdagangan internasional

(Mulya et al., 2003).

Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari

pembibitan sampai tanaman produktif. Serangan yang paling membahayakan

adalah pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman

dengan cepat. Gejala berupa kelayuan tanaman secara mendadak (daun tetap

berwarna hijau) akan nampak apabila terjadi serangan patogen pada pangkal

batang. Pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam, pada keadaan

lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan. Serangan pada akar,

menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning

(Mulya et al., 2003).

Serangan pada daun menyebab-kan gejala bercak daun pada bagian tengah, atau

tepi daun. Bercak berwarna hitam dengan tepi bergerigi seperti renda yang akan

nampak jelas apabila daun diarahkan ke cahaya. Gejala khas tersebut hanya

nampak pada bercak yang belum lanjut dan terjadi pada keadaan lembab (banyak

hujan). Pengamatan lebih lebih lanjut pada lapisan air yang ada di permukaan

bawah bercak daun, tampak adanya sporangia patogen. Biasanya daun-daun yang

terinfeksi ini merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang yang berada

di dekatnya. Apabila selama waktu hujan disertai terjadinya angin, maka propagul

Page 21: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

P. capsici dapat terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Serangan

pada buah menyebabkan buah berwarna hitam, dan busuk; gejala ini biasanya

banyak ditemukan pada buah yang letaknya dekat permukaan tanah. Pengendalian

penyakit BPB telah diusahakan dengan berbagai cara, yaitu menggunakan varietas

tahan, praktek budidaya yang dikombinasi dengan aplikasi fungisida, dan mikroba

antagonistik.(Manohara et al., 1996).

Jamur P. capsici berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara

aseksual membentuk spora-ngium. Pada keadaan lingkungan yang sesuai, lembab

dan suhu berkisar antara 25o C, sporangium yang telah masak dapat langsung

berkecambah memben-tuk tabung kecambah atau membentuk zoospora yang

berflagella sehingga dapat bergerak. Lama geraknya ditentukan oleh suhu air;

pada suhu 20 - 24o C zoospora dapat bergerak selama 9 jam, sedang pada suhu

28o C dan 32o C masing-masing selama 5 jam dan 1 jam. Tiga puluh menit

setelah zoospora berhenti bergerak, akan terjadi per-kecambahan bila lingkungan

mengun-tungkan; sebaliknya apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan,

maka akan dibentuk struktur istirahat yaitu berbentuk kista (Manohara, 1988).

Miselia yang berasal dari perkecambahan zoospora dapat langsung menginfeksi

tanaman melalui luka, lubang alami (stomata misalnya) atau menginfeksi secara

langsung setelah meningkatkan potensial ino-kulumnya terlebih dahulu.

Kemampuan patogen bertahan hidup pada sisa tanaman lada yang ada di

permukaan maupun di dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber

inokulum. Propagul jamur P. capsici dapat bertahan hidup selama 20 minggu di

dalam tanah dengan kelengasan 100% kapasitas lapang, tanpa adanya tanaman

inang. Di dalam jaringan tanaman terinfeksi seperti daun dan batang, jamur

tersebut dapat bertahan hidup masing-masing selama 11 – 13 minggu dan 8 – 10

minggu (Manohara, 1988).

III.2.6 Jagung

Page 22: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

a. Penyakit Bulai

Penyakit bulai disebabkan oleh Peronosclerospora maydis . Jamur dapat bertahan

hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber

inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk

jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke

titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor dan konidia

terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya

yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum

berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat. (Endah, 2002).

Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar

tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna

hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas

bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun

yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat

pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol

sama sekali. Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan

biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-

daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang

berlebihan dan daun sobek-sobek.

Teknologi pengendalian penyakit bulai pada jagung yang umum diterapkan

adalah:

Penggunaan varietas tahan

Pemusnahan tanaman terinfeksi

Pencegahan dengan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil

Pengaturan waktu tanam agar serempak

Pergiliran tanaman.

(Endah, 2002).

Page 23: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

b. Penyakit Gosong

Penyakit gosong pada jagung disebabkan oleh Ustilago maydis . Klamidospora

berkecambah pada kondisi yang cocok, meng- hasilkan sporidia yang dapat

dibawa angin atau percikan air sampai pada tanaman jagung muda. Miselium

masuk ke jaringan tanaman melalui stomata, luka atau penetrasi langsung melalui

dinding sel dan menstimulir sel inangnya untuk membelah (Semangun, 2008).

Gejala awal berupa pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan

berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengkilat. Bagian dalam gall

berwarna gelap dan berubah menjadi massa tepung spora berwarna coklat sampai

hitam. Gall dapat terjadi pada semua bagian tanaman jagung. Gall pada tongkol

apabila sudah mencapai pertumbuhan maksimal dapat mencapai diameter 15 cm.

Gall pada daun tetap kecil dengan diameter 0,6-1,2 cm. Apabila bunga jantan

terinfeksi, maka semua tongkol pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong.

Beberapa komponen pengendalian penyakit gosong yang dapat digunakan adalah

varietas tahan, pestisida, rotasi tanaman, dan perlakuan benih (Semangun, 2008).

III.2.7 Padi

a. Penyakit Blas

Penyakit blas ini disebabkan oleh jamur Pyricularia grisera penyakit ini awalnya

hanya menyerang budidaya tanaman padi gogo tetapi akhir-akhir ini sudah mulai

menyerang di lahan sawah irigasi. Serangan dari penyakit ini dapat

mengakibatkan leher malai patah dan busuk sehingga pengisisan bulir terganggu

dan bulir menjadi hampa. Serangan blas ini dapat mengakibatkan tanaman

menjadi puso dan hal ini sering terjadi di daerah endemik (Semangun, 2008).

Jamur Pyricularia grisera akan menginfeksi tanaman padi dalam satu siklus.

Yakni dengan dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu

Page 24: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi dan

menyebarkan spora baru melalui udara terjadi dalam sekitar 1 minggu. Penyakit

ini lebih menyukai kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22-

290 C. pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan juga dapat menyebabkan

penyakit ini berkembang dengan cepat (Semangun, 2008).

Pengendalian penyakit blas ini dapat dilakukan dengan teknik budidaya.

Dianataranya penanaman benih sehat, perendaman benih, cara pelapisan dengan

menggunakan fungisida pada dosis tertentu untuk setiap 1 kg gabah basah dan

kemudian dikocok sampai merata. Cara penaman juga harus diperhatikan yakni

jangan terlalu rapat atau dengan sistem legowo dan menggunakan sistem

pengairan secara berselang. Pemupukan juga harus dilakukan dengan dosis yang

sesuai agar tanaman menjadi tahan terhadap penyakit blas. Selain dengan cara

tersebut pengendalian juga dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan dan

penggunaan fungisida melalui penyemprotan (Semangun, 2008).

b. Virus Tungro

Penyakit tungro merupakan proses interaksi yang sangat komplek antara

dua jenis virus yang berbeda, yaitu virus bentuk batang (RTBV) dan virus

bentuk bulat (RTSV),wereng hijau sebagai vektor spesifik, dan tanaman padi.

Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat

menginfeksi satu sel tanaman secara bersama-sama tanpamengakibatkan

proteksi silang antara keduanya (Mukhopadhyay, 1995 dalam Praptana, 2008).

Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau secara semipersisten, tidak

terjadi multiplikasi virus dalam tubuh vektor dan tidak terbawa pada keturunannya

(Hibino and Cabunagan, 1986 dalam Praptana, 2008). Dalam penularan virus

tungro, RTBV merupakan virus dependen, sedangkan RTSV sebagai virus

pembantu (helper virus).Wereng hijau dapatmenularkan RTSV danRTBV secara

bersama-sama dari sumber inokulumyangmengandung kedua virus.

PenularanRTBVhanya terjadi apabila vektor telah menghisap RTSV terlebih

Page 25: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

dahulu, sedangkan penularan RTSV dapat terjadi tanpa bantuan RTBV (Hibino et

al. 1977, dalam Praptana, 2008). Di dalam suatu populasi di lapangan, terdapat

wereng hijau sebagai penular aktif (active transmitter) dan nonaktif (non active

transmitter). Keberadaan populasi penular aktif di pertanaman akan meningkatkan

efisien dan efektivitas penularan virus tungro. Inang alternatif virus tungro adalah

E. Crusgali dan Oryzae nivara .

Infeksi tungro pada tanaman padi khususnya varietas peka akan menimbulkan

gejala kerdil, jumlah anakan berkurang. Daun menguning, menggulung keluar dan

agak sedikit terpuntir. Tanaman yang kerdil pada ruas daun kedua memendek.

Karena adanya perpanjangan pelepah daun baru maka daun yang membuka

kadang-kadang pelepahnya terjepit. Akar tanaman berkurang dan gabah yag

dihasilkan kecil dan sering tidak sempurna. Gejala penyakit tungro pada tanaman

yang terinfeksi virus mulai dapat dilihat pada umur 7 – 10 hari sesudah

diinokulasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa N. virescens dapat menularkan

kedua macam virus tersebut secara bersamaan atau masing-masing sendiri-sendiri

dari tanaman yang terinfeksi oleh kedua virus tersebut. Tanaman yang terinfeksi

oleh kedua virus tersebut menunjukkan gejala yang serius, yang terinfeksi oleh

RTSV saja tidak menunjukkan gejala yang jelas, konsentrasi RTBV yang tinggi

dalam jaringan tanaman akan menyebabkan gejala berwarna orange pada daun

Tungro tidak dapat ditularkan melalui biji ataupun secara mekanik, tetapi harus

ada serangga penular (vektor) yaitu wereng hijau (Nephotettix spp.) atau wereng

loreng ((Recilia dorsalis). Sifat penularan virus oleh vektornya bersifat semi

persisten artinya periode akuisisi minimum 5-30 menit dan periode inokulasi

minimum 7-30 menit. Masa inkubasi virus pada tanaman 6-10 hari, virus dapat

ditularkan melalui semua stadia serangga, yaitu nimfa dan imagonya, jantan dan

betina, tapi tidak melalui telur.

Berbagai usaha pengendalian telah dilakukan, di antaranya dengan

penerapan teknologi pengendalian penyakit tungro secara terpadu yang

bertujuan untuk mencegah ataumenghindarkan pertanaman dari ancaman

tungro (escape strategy) dengan komponen utama waktu tanam tepat,

penggunaan varietas tahan, dan pergiliran varietas tahan. Namun demikian,

Page 26: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

tidak semua komponen dapat diterapkan, waktu tanam tepat kurang sesuai

untuk daerah dengan pola tanamtidak serempak, ketersediaan varietas tahan

masih terbatas, sehingga tidak mencukupi untuk pewilayahan dan distribusi

berdasarkan sifat ketahanan spesifik lokasi. Perbedaan geografis dan

intensitas interaksi virus tungro dan wereng hijau dengan varietasmenyebabkan

adanya variasi genetik strain virus tungro dan biotipe wereng hijau. Oleh

karena itu, pengendalian penyakit tungro harus dilakukan secara komprehensif

denganmemperhatikan berbagai aspek, seperti tingkat ketahanan varietas,

kepadatan populasi dan efisiensi penularan oleh wereng hijau, penyebaran

virus, ketersediaan sumber inokulum, kondisi lingkungan dan sosioekonomi

petani (Hasanuddin et al. 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

Afriyeni, Y., Nasril N., Periadnadi, Jumjunidang. 2013. Jenis-Jenis Jamur padaPembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao, L.) di Sumatera Barat.Jurnal Biologi Universitas Andalas No. 2 (2): 124-129.

Cahyono, B., 1995. Pisang, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.Yogyakarta

Catharina, T. S. 2012. Strategi Pengelolaan untuk Memperkecil Serangan JamurAkar Putih (Rigidoporus microporus) pada Perkebunan Jambu Mete.GaneÇ Swara.Vol.6 No.1. 69-73

Djaenuddin D. 1992. Lahan Marginal: Tantangan dan Pemanfaatannya. JurnalPenelitian dan Pengembangan Pertanian. XII(4):79-84.

Endah, J. dan Novizan, 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman.Agromedia Pustaka. Jakarta

Hasanuddin,A., I.N.Widiarta, danM.Muhsin. 2001. Penelitian Teknik EliminasiSumber Inokulum RTSV: Suatu Strategi Pengendalian Tungro. LaporanRiset Unggulan Terpadu IV. Kantor Menristek dan DRN. Jakarta.

Manohara, D., 1988. Ekologi Phytophthora palmivora (Butler) PenyebabPenyakit Busuk Pangkal Batang (Piper nigrum). Disertasi, Fakultas PascaSarjana, IPB. Bogor.

Manohara, D., dan Kasim, K., 1996. Teknik Pengendalian Penyakit BusukPangkal Batang Tanaman Lada. Proc. Seminar Pengendalian PenyakitUtama Tanaman Industri Secara Terpadu. Bogor, 13 – 14 Maret.1996.

Mulya, K., Manohara, D. dan Wahyuno, D., 2003. Status penyakit busuk pangkalbatang lada di Bangka. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHTPerkebunan Rakyat. Bogor, 17-18 September 2002.

Praptana , R. H. dan M. Yasin. 2008. Peranan Bioteknologi dalam PengelolaanPenyakit Tungro. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 3 (1)

Purba, R.Y. 1993. Busuk pangkal batang kelapa sawit ( Jacq.) yangdisebabkanoleh dan manajemen pengendaliannya. Materi kuliah penyakittanaman kelapa sawit pada kursus manajemen dasar perkebunan bidang tanaman di LPP Kampus. Medan

Semangun, H. 1990. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 808 p.

Semangun. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah MadaUniversity Press. 2008: 249-260 .

Page 28: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung
Page 29: Pengenalan Penyakit Tanaman Utama Di Lampung

LAMPIRAN