pengembangan kemandirian melalui penerapan …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_publikasi_ilmiah.pdf ·...

16
PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN TEKNIK SCAFFOLDING PADA ANAK KELOMPOK A DI BUSTANUL ATHFAL ‘AISYIYAH MIRENG III KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2013-2014 PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini P U R W A N T I N I A53B111049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: vuongdiep

Post on 14-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN TEKNIK

SCAFFOLDING PADA ANAK KELOMPOK A DI BUSTANUL ATHFAL

‘AISYIYAH MIRENG III KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN

KLATEN TAHUN AJARAN 2013-2014

PUBLIKASI ILMIAH

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini

P U R W A N T I N I

A53B111049

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan
Page 3: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN TEKNIK

SCAFFOLDING PADA ANAK KELOMPOK A DI BUSTANUL ATHFAL

‘AISYIYAH MIRENG III KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN

KLATEN TAHUN AJARAN 2013-2014

Purwantini, A53B111049, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013, xiv + 116 halaman (termasuk lampiran).

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemandirian anak melalui teknik

scaffolding pada anak kelompok A Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III Kecamatan

Trucuk, Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2013-2014.Jenis penelitian adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tipe kolaboratif. Subjek penelitian adalah guru dan

anak kelompok A Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III yang berjumlah 20 anak.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,masing-masing siklus terdiri dari dua

pertemuan. Pada setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan pedoman

wawancara. Data hasil observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.Hasil penelitian

pra siklus menunjukkan bahwa kemandirian anak tergolong rendah. Persentase

pencapaian ketuntasan sebanyak 4 anak (20%). Setelah dilakukan tindakan dengan

teknik scaffolding pada siklus I, persentase ketuntasan meningkat menjadi 10 anak

(50%). Demikian pula setelah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran pada

tindakan siklus II, kemandirian anak semakin berkembang pesat. Persentase

pencapaian ketuntasan menjadi 17 anak (85%).Berdasarkan hasil analisis data pada

penelitian tindakan ini, hipotesis yang menyatakan “Teknik scaffolding dapat

mengembangkan kemandirian anak kelompok A di Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng

III Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2013-2014” terbukti dan

dapat diterima kebenarannya.

Kata kunci: kemandirian, teknik scaffolding.

Page 4: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

A. PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini atau Taman Kanak-kanak dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (2009: 1) pada hakekatnya adalah pendidikan untuk

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau

menekankan pada pengembangan seluruh dimensi perkembangan anak yang

meliputi kognitif, sosial, emosi, fisik dan motorik. Secara psikologis anak

berkembang secara holistik atau menyeluruh, artinya terdapat kaitan yang sangat

erat antara aspek perkembangan yang satu dengan yang lainnya, aspek

perkembangan yang satu mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.

Salah satu tahapan penting dalam masa perkembangan anak adalah fase

otonomi. Fase ini ditandai dengan antusiasme anak untuk melakukan segala

sesuatunya sendiri dan munculnya hasrat untuk mandiri. Kemandirian bukanlah

keterampilan yang muncul tiba-tiba tetapi perlu diajarkan pada anak sejak usia

dini, apabila anak tidak belajar mandiri sejak usia dini akan sangat

memungkinkan anak merasa bingung bahkan tidak tahu bagaimana harus

membantu dirinya sendiri. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian

manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, hal ini berarti bahwa kemandirian terkait

dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan pada anak-anak sedini

mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak selanjutnya.

Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III dalam pelaksanaan pengembangan

terhadap seluruh potensinya menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah

pertumbuhan dan perkembangan sosio-emosional (kemandirian, sikap dan

perilaku),fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya

cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), bahasa dan komunikasi, sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan

anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal. Hal ini sesuai

dengan pendapat Zaman, dkk (2008: 1.1) proses pembelajaran yang efektif,

menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai

unsur, antara lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat dan

karakteristik anak, metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan anak,

Page 5: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

sarana belajar anak yang memadai, tersedianya berbagai sumber belajar yang

menarik dan mendorong anak untuk belajar, dan lain-lain.

Selama ini di Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III Trucuk Klaten dalam

pembiasaan kemandirian, guru cenderung menganggap dirinya sebagai sumber

utama pengetahuan, pendekatan yang digunakan masih pendekatan konvensional

(ceramah) yang dalam penyampaian materi masih secara lisan menjadi pilihan

utama dalam pembiasaan kemandirian. Hal ini menyebabkan anak cenderung

pasif dan menganggap bahwa kemandirian adalah pembelajaran yang

membosankan.

Dilihat dari kenyataan yang sebenarnya di lapangan pada survey awal,

bahwa pembelajaran pembiasaan kemandirian di Bustanul Athfal „Aisyiyah

Mireng III pada anak kelompok Amasih menggunakan pendekatan konvensional,

sehingga siswa cenderung pasif dan kurang kreatif. Selain itu ditemukan fakta

bahwa kemandirian anak masih rendahyaitu sebesar 20% anak yang sudah

dinyatakan mandiri sedangkan 80% belum mandiri. Menurut pengamatan peneliti

di lapangan, rendahnya kemandirian anak disebabkan karena anak masih

memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap orang dewasa baik itu pada

orang tua, pengasuh, atau kepada guru. Hal ini terlihat ketika anak sering meminta

bantuan untuk membuka dan memakai sepatu, saat kegiatan makan, merapikan

mainan, dan aktivitas toilettraining. Motivasi anak untuk melakukan tugas-tugas

tersebut secara mandiri dirasa masih kurang dan anak lebih memilih untuk

langsung meminta bantuan kepada orang dewasa dalam melakukannya.

Salah satu teknik pembelajaran yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk

mengembangkan kemandirian anak adalah melalui pembelajaran bertahap atau

pembelajaran yang dilaksanakan sedikit demi sedikit yang dikenal dengan istilah

scaffolding atau mediated learning. Guru melakukan pembelajaran bertahap atau

sedikit demi sedikit untuk mencapai perkembangan yang seharusnya dicapai.

Tahapan itu merupakan tangga agar anak dapat menguasai perkembangan yang

kompleks (http://www.tuanguru.com).

Scaffolding merupakan jembatan yang digunakan untuk menghubungkan apa

yang sudah diketahui anak dengan sesuatu yang baru yang akan dikuasai atau

Page 6: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

diketahui anak.Scaffolding atau mediated learning adalah teori yang dikemukakan

oleh Vigotsky, yang menekankan penggunaan dukungan atau bantuan tahap demi

tahap dalam belajar dan pemecahan masalah. Ada beragam bantuan yang

diberikan tergantung pada tingkat kesulitan yang dialami anak, misalnya 1)

memecah tugas menjadi lebih kecil; 2) mengatur bagian-bagian; 3) mengajak

berpikir ulang; 4) membahasakan proses berpikir jika tugasnya kompleks; 5)

melaksanakan pembelajaran kooperatif; 6) melakukan dialog dalam kelompok

kecil; 7) memberi petunjuk kongkret; 8) melakukan tanya jawab; 9) memberikan

kartu-kartu kunci; atau 10) melakukan pemodelan. Di samping itu, bila diperlukan

bantuan dapat berupa mengaktifkan latar belakang pengetahuan yang dimiliki

siswa, memberikan tips-tips atau kiat-kiat, strategi, dan prosedur-prosedur kunci

untuk melaksanakan tugas atau memecahkan masalah yang dihadapi siswa agar

siswa tidak frustasi karena mengerjakan tugas atau suatu keterampilan yang sulit

dicapai/dilaksanakan.

Ciri khas teknik scaffolding ini adalah keaktifan dan keterlibatan anak dalam

upaya proses belajar dengan memanfaatkan pengetahuan awal dan gaya belajar

masing-masing anak dengan bantuan guru sebagai fasilitator yang membantu

anak apabila anak mengalami kesulitan dalam upaya belajarnya. Dengan teknik

ini diharapkan kemandirian anak dapat dikembangkan secara optimal dan

bertahan lama. Strategi ini dianggap paling tepat karena kemandirian anak adalah

suatu hal yang bersifat kompleks. Jadi, untuk membelajarkannya diperlukan

tahapan-tahapan yang jelas dan tepat agar suatu hal yang bersifat kompleks itu

dapat dikuasai dengan baik dan optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakahteknik scaffolding dapat mengembangkan kemandirian anak

kelompok A di Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III Trucuk Klaten Tahun

Ajaran 2013-2014”. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengembangan

kemandirian anak melalui teknik scaffolding pada anak kelompok A Bustanul

Athfal „Aisyiyah Mireng III Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2013-2014.

Hurlock (Yusuf, 2001: 130) mengatakan kemandirian adalah dimana setiap

individu memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu

Page 7: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta

menyesuaikan diri sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Menurut

Lie dan Prasasti (2004: 2) menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan

untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit

bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. Sementara

menurut Gea (2002: 146) mandiri adalah kemampuan seseorang untuk

mewujudkan keinginan dan kebutuhan hidupnya dengan kekuatan sendiri.

Meneliti beberapa definisi kemandirian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian adalah suatu kemampuan untuk mengontrol tindakan sendiri, bebas

dari kontrol orang lain, dapat mengatur diri sendiri, mampu mengambil keputusan

sendiri tanpa harus mendapat bimbingan dari orang tua dan orang dewasa lainnya

dan mampu mengarahkan perasaan tanpa pengaruh dari orang lain.

Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul tiba-tiba tetapi perlu

diajarkan pada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus

membantu dirinya sendiri. Kemampuan membantu diri inilah yang dimaksud

dengan mandiri. Banyaknya kesempatan dan kepercayaan yang diberikan oleh

orang dewasa dalam hal ini guru atau pendidik, maka akan memberikan peluang

yang besar bagi anak untuk menjaga pribadi yang mandiri.

Robert Havighrust (Tati, 2005: 51) menyatakan bahwa kemandirian terdiri

dari beberapa aspek, yaitu:aspek intelektual, aspek sosial, aspek emosi, dan aspek

ekonomi.Bentuk kemandirian pada anak usia Taman Kanak-kanak lebih berkaitan

dengan yang bersifat fisik dan psikis, dimana kegiatan ini merupakan kebutuhan

anak sehari-hari yang bersifat pribadi, maka anak mampu melakukannya sendiri.

Menurut Berk (Mangunsong, 2006: 14) bahwa kegiatan anak sehari-hari dalam

bentuk kemandirian dapat dilihat dari: 1) kemandirian anak dalam berpakaian, 2)

kemampuan anak dalam melakukan kegiatan makan, 3) kemampuan anak untuk

mengurus diri ketika melakukan buang air, 4) mampu atau berani pergi sendiri.

Indikator kemandiriandalam penelitian ini lebih spesifik dijabarkan melalui

butir-butir amatan yang terdapat dalam program tahunan atau matrik Taman

Kanak-kanak (Depdiknas, 2012: 12) adalah memasang kancing atau resleting

sendiri, memasang dan membuka tali sepatu sendiri, mampu makan sendiri,

Page 8: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

berani pergi dan pulang sekolah sendiri (bagi yang dekat dengan sekolah), mampu

mandi BAK dan BAB (toilet training), dan mengurus dirinya sendiri.

Ali dan Asrori (2004: 118) menyatakan perkembangan kemandirian juga

dipengaruhi oleh stimulus lingkungannya selain oleh potensi yang telah dimiliki

sejak lahir sebagai keturunan dari orang tuanya. Kemandirian terbentuk oleh

interaksi antara faktor bawaan dan lingkungan. Kemandirian dapat berkembang

dengan baik jika diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi bawaan

melalui latihan terus menerus dan dilakukan sejak dini.

Kemandirian bukanlah kemampuan yang dibawa anak sejak lahir,

melainkan hasil dari proses belajar. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik scaffolding. Menurut Slavin (Amalia, 2011: 14) scaffolding adalah

pemberian sejumlah kemampuan oleh guru kepada anak pada tahap-tahap awal

pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak

untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu.

Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu

kepada orang yang kurang atau belum tahu, misalnya guru kepada anak atau anak

yang pandai dengan anak lain yang kurang pandai.Guru mencontohkan tingkah

laku tertentu kemudian membantu anak untuk membangun ketrampilan-

ketrampilan itu sendiri dengan memberikan rangsangan, dukungan, dan sarana-

sarana yang mendukung (https://zaifbio.wordpress.com).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik

scaffolding adalah sebuah teknik pembelajaran yang diasumsikan sebagai

jembatan yang digunakan untuk menghubungkan apa yang sudah diketahui oleh

anak dengan sesuatu yang baru akan dikuasai/diketahui anak sesuai dengan

kebutuhan setiap individu anak dan mengurangi bantuan tersebut secara bertahap

sampai anak memperoleh kemampuan dan kemandirian yang diharapkan. Inti dari

teknik scaffolding terletak pada bimbingan guru yang diberikan secara bertahap

setelah anak diberi permasalahan, sehingga kemampuan aktualnya mencapai

kemampuan potensial. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan,

peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, atau

Page 9: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

memberikan contoh. Biasanya bantuan-bantuan yang diberikan oleh guru disebut

intervensi belajar.

Berdasarkan permasalahan dan teori yang telah dikemukakan diatas, dapat

penulis rumuskan hipotesis bahwa “Teknik scaffolding dapat mengembangkan

kemandirian anak kelompok A di Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III

Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2013-2014”.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Strategi yang digunakan oleh penelitidalam melaksanakan

penelitian ini adalah peneliti menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas

kolaboratif, yakni penelitian yang melibatkan guru kelas dan mahasiswa. Dalam

hal ini guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti bertindak sebagai pengamat

(observer).Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A di Bustanul

Athfal „Aisyiyah Mireng III Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, yang

berjumlah 20 anak yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,masing-masing tindakan terdiri dari

dua pertemuan.Pada setiap siklus ada empat tahap yaitu perencanaan,tindakan,

observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui

observasi, wawancaradan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Perkembangan kemandirian anak kelompok Apada Bustanul Athfal

„Aisyiyah Mireng III Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klatenmelaluiteknik

scaffolding, diharapkan dapat berkembang secara maksimal. Perkembangan

kemandirian anak berupa hasil observasi terhadappartisipasidan ketuntasan anak

dalam mengikuti pembelajaran kemandirian.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki

setiap individu dan anak, karena selain dapat mempengaruhi kinerjanya, juga

berfungsi untuk membantu mencapai tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan serta

Page 10: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

memperoleh penghargaan.Kemandirian pada anak usia Taman Kanak-kanak tidak

sebatas dengan hal-hal yang yang bersifat fisik saja, tetapi juga berkaitan dengan

psikologis, dimana anak usia dini mampu mengambil keputusan sendiri,

bertanggung jawab dan memiliki kepercayaan diri.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, kondisi awal

kemandirian anak masih belum berkembang dengan baik. Anak masih memiliki

ketergantungan yang cukup besar terhadap orang dewasa baik itu pada orang tua,

pengasuh, atau kepada guru. Hal ini terlihat ketika anak sering meminta bantuan

untuk memasang kancing atau resleting, memasang dan memakai tali sepatu, saat

kegiatan makan, aktivitas toilet training, minta diantar dan dijemput saat pergi

dan pulang sekolah, serta belum mampu mengurus diri sendiri dengan baik.

Hasil observasi pada pra siklus didapat rata-rata kelas sebesar 47%.

Sedangkan data mengenai anak yang sudah memiliki kemandirian berdasarkan

kategori terbagi menjadi empat yaitu kategori berkembang sangat baik belum ada

sama sekali, kategori berkembang berkembang sesuai harapan mencapai 20% atau

sebanyak 4 anak,kategori mulai berkembang sebanyak 2 anak (10%), dan sisanya

masuk dalam kategori belum berkembang terdapat 14 anak (70%).Anak

kelompok A yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu ≥ 80%

terdapat 4 anak (20%).Sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan

minimal yaitu ≥ 80% terdapat 16 anak (80%).

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti dan teman kolaborasi menemukan

beberapa fakta berupa permasalahan yang kemudian dijadikan sebagai bahan

untuk menentukan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran berikutnya, adapun

masalah yang peneliti temukan yaitu:

1. Sebagian besar anak masih meminta bantuan guru untuk melaksanakan

berbagai kegiatan.

2. Banyak anak yang masih meminta untuk ditemani dan disuapi dalam kegiatan

makan.

3. Banyak anak yang tidak mau membersihkan dan meletakkan kembali

peralatan makan yang digunakan

Page 11: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti perlu melakukan berbagai

tindakan nyata agar kemandirian anak bisa meningkat dan berkembang dengan

baik. Salah satunya dengan menggunakan teknik scaffolding dalam pembelajaran

kemandirian yang dilakukan dalam dua siklus.

Hasil observasi pada siklus I didapat rata-rata kelas sebesar 73,8%.

Sedangkan data mengenai anak yang sudah memiliki kemandirian berdasarkan

kategori terbagi menjadi empat yaitu kategori berkembang sangat baik belum ada

sama sekali, kategori berkembang berkembang sesuai harapan sebanyak 10 anak

(50%),kategori mulai berkembang sebanyak 3 anak (15%), dan sisanya masuk

dalam kategori belum berkembang terdapat 7 anak (35%). Anak kelompok A

yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu ≥ 80% terdapat 10 anak

(50%). Sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu < 80%

terdapat 10 anak (50%).

Data tersebut di atas memperlihatkan bahwa tingkat pencapaian ketuntasan

anak dalam hal kemandirian masih kurang atau belum memuaskan. Oleh karena

itu, perlu adanya tindakan guna meningkatkan kemandirian pada anak kelompok

A Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III.

Hasil observasi pada siklus II didapat rata-rata kelas sebesar 86,1%.

Sedangkan data anak mengenai kemandirian berdasarkan kategori,yaitu kategori

berkembang sangat baik ada 9 anak (45%), kategori berkembang berkembang

sesuai harapan sebanyak 8 anak (40%),kategori mulai berkembang sebanyak 2

anak (10%), dan sisanya masuk dalam kategori belum berkembang terdapat 1

anak (5%). Adapun hasil persentase pencapaian ketuntasan anak pada siklus

IIanak kelompok A yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu ≥

80% terdapat 17 anak (85%). Sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan

minimal yaitu <80% terdapat 3 anak (15%).

Tindakan siklus I yang belum berhasil telah diperbaiki di siklus II.

perbaikan ini sudah berjalan efektif dan sesuai rencana, sebab guru bersama

dengan anak sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran pengembangan kemandirian melalui teknik scaffolding.

Page 12: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

Perbandingan hasil observasi kemandirian anak pada setiap siklus dapat

dilihat melalui tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Anak pada Tiap Siklus

No Kondisi Status Pencapaian Ketuntasan

Tuntas % Belum Tuntas %

1 Prasiklus 4 20 16 80

2 Siklus I 10 50 10 50

3 Siklus II 17 85 3 15 Sumber: Data Hasil Ketuntasan Anak pada Tiap Siklus

Perbandingan tingkat pencapaian ketuntasan anak dalam hal kemandirian

pada tiap siklus dapat digambarkan melalui diagram batang berikut ini.

Sumber: Tabel 1 halaman11

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Anak pada Tiap Siklus

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada perbaikan siklus II persentase anak

yang sudah mencapai ketuntasan mengalami peningkatan yang cukup signifikan

yaitu sebesar 65% dari kondisi awal. Sebelum dilakukan perbaikan anak yang

mencapai ketuntasan hanya 20% setelah dilakukan perbaikan pada siklus I

menjadi 50%, dan perbaikan pada siklus II menjadi 85%. Hasil tersebut dapat

digunakan sebagai alasan untuk menghentikan penelitian karena indikator

keberhasilan sebesar 80% sudah tercapai.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

20%

50%

85%80%

50%

15%

Per

senta

se

Tuntas

Belum Tuntas

Page 13: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

Pengembangan kemandirian anak melalui teknik scaffolding, sudah

mencapai target keberhasilan yang direncanakan peneliti. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa penerapan teknik scaffolding dapat membantu anak dalam

melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan orang lain, sehingga kemandirian anak

pun berkembang. Hal ini sejalan dengan pendapat Vygotsky dalam teori

pembelajaran konstruktivismenya (Isabella, 2007: 15) yang menyebutkan bahwa

pada pendidikan anak usia dini, khususnya kemandirian anak memerlukan

scaffolding, yaitu bantuan yang tepat waktu dan ditarik kembali tepat waktu

ketika interaksi belajar sedang terjadi. Pemberian scaffolding ini dilakukan oleh

orang dewasa (orang tua/guru/pengasuh) atau orang yang lebih dahulu tahu

tentang suatu keterampilan yang seharusnya dicapai oleh anak usia dini dengan

cara memberikan dukungan maupun fasilitas kepada anak dalam proses

perkembangannya hingga anak dapat melakukan aktivitasnya sendiri secara

mandiri

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dalam rangka

pengembangan kemandirian anak melalui teknikscaffolding, kepala sekolah

selaku kolaborator memberikan penilaian sebagai berikut:

1. Peneliti sudah melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan baik, penerapan

teknik scaffolding dalam proses pembelajaran sudah dilakukan secara optimal.

2. Teknnik scaffolding terbukti efektif dan efisien untuk digunakan dalam

pembelajaran yang mengarah pada kemandirian

Penelitian ini telah dilaksanakan secara optimal oleh peneliti, tetapi masih

terdapat keterbatasan dalam penelitiannya yaitu instrumen dalam penelitian ini

tidak melalui uji validasi akan tetapi diketahui oleh pembimbing.

D. SIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi

“Teknik scaffolding dapat mengembangkan kemandirian anak kelompok A di

Bustanul Athfal „Aisyiyah Mireng III Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten

Tahun Ajaran 2012/2013” telah terbukti kebenarannya. Peningkatan persentase

ketuntasan anak pada siklus I sebesar 30% yaitu pada pra siklusterdapat4 anak

Page 14: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

(20%) menjadi 10 anak (50%). Peningkatan persentase ketuntasan pada siklus II

sebesar 35% yaitu pada siklus I sebesar 11 anak (50%) menjadi 17 anak (85%).

Implikasi penelitian yang dapat disampaikan berdasarkan hasil

penelitiantindakan kelas adalah 1) bagi anak, setelah dilakukan pembelajaran

kemandirian melalui teknik scaffolding, menjadikan anak tertarik dan lebih

antusias mengikuti pembelajaran, 2) bagi pendidik. Teknik scaffolding lebih

efektif dan efisien digunakan dalam proses pembelajaran motorik halus karena

hasil ketuntasannya lebih meningkat, disamping itu dengan teknik scaffolding

guru lebih mudah menyampaikan pembelajaran kepada anak, 3) bagi institusi

pendidikan. Institusi lebih memperhatikan pembelajaran yang mengarah pada

kemandirian anak dengan berbagai macam kegiatan yang bervariasi.

Page 15: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan

DAFTAR PUSTAKA

Ali M & M. Asrori. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta:

Bumi Aksara.

Amalia, Lia. 2011. “Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Playgroup

melalui Penerapan Teknik Scaffolding”. Skripsi. Bandung: FIP UPI (tidak

diterbitkan).

Anonim. “Strategi Pembelajaran Scaffolding” (http://www.tuanguru.com). Diakses

pada hari Kamis tanggal 30 Mei 2013 pukul 12.35 WIB.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Matrik Taman Kanak-

kanak. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Lange, V. L. 2002. “Instructional Scaffolding” (http://condor.admin.ccny.cuny.edu).

Diakses pada hari Jumat tanggal 24 Mei 2013 pukul 13.15 WIB.

Lie A. & Prasasti S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab

Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Mangunsong, Frieda. 2006. “Mengembangkan Sikap Mandiri pada Anak”

(http://www.sahabatnestle.co.id). Diakses pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013.

Tati, Sugiyarti. 2005. “Studi Kasus Pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(BPKM) Suaka dalam Meningkatkan Kemandirian Warga Belajar Keaksaraan

Fungsional”. Skripsi. Bandung: FIP UPI (tidak diterbitkan).

Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Zaifbio. 2012. “Belajar dan Pembelajaran” (https://zaifbio.wordpress.com). Diakses

pada hari Kamis tanggal 30 Mei 2013 pukul 16.00 WIB.

Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Page 16: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN …eprints.ums.ac.id/26744/11/09_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf · PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN MELALUI PENERAPAN ... siswa tidak frustasi karena mengerjakan