pengaruh gaya kepemimpinanan transformasional terhadap kepuasan kerja

Upload: harry-d-fauzi

Post on 11-Oct-2015

189 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pemerintahan, Manajemen, SDM tentang pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja pegawai

TRANSCRIPT

  • PENGARUH GAYA KEPEMIMPINANAN

    TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

    KABUPATEN KARANG TUMARITIS

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan

    oleh

    RADEN ANTAERJA NPM. 10010276

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS

    2012

  • 2

    ABSTRAK RADEN ANTAERJA (10010276) Pengaruh Gaya Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Bentang Baranang Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) pengaruh Gaya Kepemimpinanan Transformasional di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis, dan (2) Besarnya pengaruh Gaya Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Gaya Gaya Kepemimpinan Transformasional dan kepuasan kerja pegawai menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) Rata-rata persentase dari keempat dimensi Gaya Kepemimpinan Transformasional yang mencapai 79,22 %, sedangkan rata-rata persentase dari kelima dimensi kepuasan kerja pegawai mencapai 79,39. Kedua rata-rata persentase tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel berada dalam tingkat sedang atau cukup baik. (2) Pada tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung (3,229) lebih besar daripada nilai ttabel (1,684) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 40 pada persamaan regresi = 66,449 + 0,580X + e. (3) Koefisien determinasi untuk variabel Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Y) dan Gaya Kepemimpinan Transformasional (X) adalah 0,235. Nilai ini mengandung makna bahwa sebesar 23,50 % Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Y) dipengaruhi oleh Gaya Kepemimpinan Transformasional (X). Sedangkan sisanya sebesar 76,50 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan teknologi, peranan

    manusia semakin tergeser dengan tenaga mesin. Akan tetapi satu hal yang

    tidak dapat tergantikan, bahwa manusia harus tetap menjadi pemimpin

    setidaknya bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.

    Kepemimpinan sudah ada sejak jaman dahulu kala, dan hingga

    sekarang tetap ada. Pemimpin adalah orang-orang yang memiliki kecakapan

    dan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengajak, mengumpulkan dan

    menggerakkan orang lain untuk menanggani persoalan-persoalan yang ada

    pada waktu itu. Mereka mampu membina orang lain membentuk suatu

    kesatuan kerja dan bersama-sama mereka rela bekerja, bahkan terkadang

    berkorban demi terselesaikannya suatu persoalan.

    Dengan kepemimpinan maka manusia dapat memiliki pengaruh dan

    kekuasaan. Dan dengan kekuasaan tersebut maka banyak hal yang dapat

    diraih, baik untuk tujuan pribadi maupun untuk tujuan kelompok. Namun

    terkadang dengan kedudukannya sebagai pemimpin memungkinkan timbulnya

    nafsu kesewenangan dan keserakahan dikarenakan merasa menjadi pemenang.

    Dengan menjadi seorang pemimpin, seseorang mendapat kedudukan tertinggi

  • 4

    dalam lingkungannya, berikut kekuasaan, fasilitas hidup, alat kerja dan

    keuntungan yang melekat pada jabatan kepemimpinannya.

    Secara teoritik kepemimpinan dapat ditelaah melalui teori-teori yang

    lahir di negara barat, seperti teori sifat, teori perilaku, teori kontigensi, teori

    transformasional dan kepemimpinan kharismatik. Akan tetapi dalam banyak

    hal teori-teori tersebut di dalam prakteknya perlu pertimbangan yang cermat,

    terutama bagi negara yang latar belakang budayanya berbeda dengan negara

    pencetus teori. Hal ini terutama disebabkan karena adanya perbedaan

    epistimologi.

    Bass dan Avolio menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional

    tidak hanya mengakui kebutuhan bawahan, tetapi juga mencoba berusaha

    meningkatkan kebutuhan tersebut dari tingkatan yang rendah ke tingkatan

    yang lebih tinggi.1 Dengan demikian proses kepemimpinan transformasional

    dapat menghasilkan kemampuan bawahan untuk memimpin diri mereka

    sendiri, mengambil tanggung jawab bagi tindakannya sendiri dan memperoleh

    imbalan kemandirian yang kuat.

    Untuk mewujudkan karyawan dengan kinerja yang baik diperlukan

    adanya perhatian dari pihak manajemen, misalnya dengan progam

    pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan yang ada di organisasi

    dapat diperoleh salah satunya dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan.

    Setiap orgainisasi yang menginginkan karyawannya dapat bekerja secara lebih

    1 Bass, Benard M and Avolio, Bruce J. Transformational Leadership Development : Manual for

    the Multifactor Leadership Questionnaire Palo Alto, (California: Consulting Psychologists Press, Inc. 1990) hlm. 45

  • 5

    efektif dan efisien, sama sekali tidak boleh mengesampingkan masalah

    pendidikan dan pelatihan. Dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang

    diikuti diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan tersebut.

    Hani Handoko mengungkapkan bahwa kepuasan kerja merupakan

    cermin perasaan terhadap pekerjaannya. Ini tampak pada sikap positif

    terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan

    kerjanya. Kepuasan kerja seseorang dapat diketahui dari sikap dan hasil kerja

    yang dilaksanakan.2 Sikap tersebut dapat positif atau negatif. Sikap positif

    ditunjukkan pada dukungan yang bersifat suka rela terhadap pelaksanaan

    kerja, mengalami perasaan senang dalam menghadapi lingkungannya.

    Ini berarti kemampuan kerja akan tercapai apabila karyawan merasa

    apa yang didapat dalam bekerja sudah memenuhi hal yang dianggap penting.

    Hal yang dianggap penting dalam hal ini adalah kepemimpinanan dan kondisi

    lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan

    sehingga karyawan terdorong untuk bekerja dengan baik.

    Menurut Nitisemito apabila terjadi penurunan dan kegelisahan,

    merupakan indikasi menurunnya loyalitas karyawan. Bila kegelisahan

    karyawan dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian maka akan

    menghambat kelangsungan perusahaan dan bila dalam suatu perusahaan

    mampu menumbuhkan kepuasan kerja maka kegelisahan dan tuntutan yang

    terjadi dapat ditekan. Ketidakpuasan dapat menimbulkan dampak yang buruk

    2 Handoko, T. Hani dan Soekanto Reksohadiprodjo, 2001, Manajemen Personalia dan Sumber

    Daya Manusia. Edisi kedua, (Yogyakarta, BPFE. 2001) hlm. 93

  • 6

    bagi perusahaan secara langsung tenaga kerja sangat mempengaruhi berhasil

    atau tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan fungsinya.3 Dengan

    demikian perusahaan harus bisa menciptakan kepuasan kerja bagi

    karyawannya.

    Seorang pemimpin berhasil pada umumnya diukur dari produktivitas

    dan efektivitas pelaksanaan tugas yang dibebankan pada dirinya. Keberadaan

    pemimpin dalam perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena tulang

    punggung dan memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan organisasi.

    Gaya kepemimpinan yang tepat dapat menimbulkan motivasi karyawan untuk

    berprestasi, karena sukses tidaknya karyawan dalam mengukir prestasi kerja

    dapat dipengaruhi gaya kepemimpinan.

    Lingkungan kerja yaitu menyangkut segala sesuatu yang berada di

    sekitar pekerjaan dan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam

    melaksanakan tugas antara lain adalah pelayanan karyawan, kondisi kerja,

    hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.4 Lingkungan

    kerja yang baik yaitu lingkungan kerja yang menyenangkan dan dapat

    memberikan rasa aman. Lingkungan kerja seperti itulah yang didambakan

    oleh semua orang. Hal ini dapat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih

    baik, sehingga akan meningkatkan kepuasan kerjanya.

    Seorang karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila oleh

    pimpinannya ditempatkan pada bidang yang sesuai dengan keahliannya,

    3 Alex Nitisemito S. Manajemen Personalia. (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 1992) hlm. 2 4 Ahyari, Agus. Manajemen Produksi (Perencanaan Sistem Produksi ). (Yogyakarta: BPFE.

    1994) lm. 125

  • 7

    dihargai hasil karyanya, atau mendapat pujian dan balas jasa sesuai dengan

    hasil kerjanya. Selain itu karyawan merasa puas apabila kondisi lingkungan

    memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan.

    Melihat dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang analisis pengaruh gaya kepemimpinan transforamsional,

    lingkungan kerja, dan tingkat pendidikan terhadap kepuasan kerja karyawan

    dengan alasan bahwa penyebab penurunan kepuasan kerja dan maju

    mundurnya suatu perusahaan terletak pada pucuk pimpinan itu sendiri,

    bagaimana cara mengatur karyawannya sehingga karyawan merasa ikut

    memilki perusahaan. Sedangkan kondisi lingkungan kerja yang baik dan

    nyaman membuat karyawan dalam bekerja lebih produktif, sehingga akan

    meningkatkan kepuasan kerja karyawannya.

    Melihat betapa pentingnya faktor kepemimpinanan, lingkungan kerja,

    dan tingkat pendidikan bagi kepuasan kerja karyawan, maka peneliti tertarik

    untuk mengadakan penelitian dengan judul :

    Pengaruh Gaya Kepemimpinanan Transformasional terhadap

    Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Daerah Kabupaten Karang Tumaritis

  • 8

    B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam

    penelitian ini dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

    1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap

    kepuasan kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah

    Kabupaten Karang Tumaritis?

    2. Seberapa besar gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh

    terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Daerah Kabupaten Karang Tumaritis?

    C. Maksud dan Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional

    terhadap kepuasan kerja pegawai.

    2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan trasnsformasi-

    onal terhadap kepuasan kerja pegawai.

    D. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis

    maupun teoretis. Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan adalah

    sebagai berikut.

  • 9

    1. Kegunaan Praktis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

    instansi tekait dalam hal mengembangkan gaya kepemimpinan

    transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian

    lain yang mengambil topik sejenis dan penelitian ini dapat bermanfaat

    bagi semua pihak dalam kaitannya dengan gaya kepemimpinan

    transformasional terhadap kepuasan kerja pegawai.

    2. Kegunaan Teoretis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan

    menerapkan teori yang telah diperoleh dan sebagai sarana untuk

    mengaplikasikan teori yang telah diperoleh penulis dengan keadaan

    yang sebenarnya.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk teori

    pengembangan Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai

    kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja pegawai.

  • 10

    E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    1. Kerangka Pemikiran

    a. Kepemimpinan Transformasional

    Burn dalam Komariah dan Triatna, (2006) menjelaskan bahwa

    kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya

    para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas

    dan motivasi yang lebih tinggi.5 Para pemimpin adalah seorang yang

    sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga

    ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui

    pemotivasian terhadap staf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan

    nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan

    didasarkan atas emosi, seperti misalnya keserakahan, kecemburuan, atau

    kebencian.

    Seorang pemimpin tranformasional menurut Bass dalam Robbin6

    (2008) memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1) Kharisma: yaitu memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan

    kebanggan, meraih kehormatan dan kepercayaan.

    2) Inspirasi: yaitu mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan

    simbol untuk memfokuskan pada usaha, menngambarkan maksud

    penting secara sederhana.

    5 Komariah, Aan dan Cepi Triatna. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. (Jakarta: PT

    Bumi Aksara. 2006) hlm. 27 6 Robbins, P. S. 2008. Organizational Behaviour (10thedition). Edisi Bahasa Indonesia. (New

    Jersey. Prentice Hall, Inc. 2008) hlm. 124

  • 11

    3) Simulasi intelektual: Yaitu mendorong intelegensi, rasionalitas,

    dan pemecahan masalah secara hati-hati.

    4) Kepekaan individual: yaitu memberikan perhatia pribadi, melayani

    karyawan secara pribadi, melatih dan menasihati.

    b. Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja mempunyai peran penting dalam rangka

    mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Kepuasan kerja

    memberikan sumbangan yang besar terhadap keefektifan organisasi

    serta merangsang semangat kerja. Sebab-sebab dan sumber-sumber

    kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan

    produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah

    laku pegawai.

    Robbins mengemukakan kepuasan kerja adalah suatu sikap

    individu secara umum dan tingkat perasaan seseorang terhadap

    pekerjaan.7 Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi

    mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang

    yang tidak puas dengan pekerjaannya mempunyai sikap negatif

    terhadap pekerjaan tersebut.

    7 Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontraversi, Aplikasi. Terjemahan Hadyana

    Pujaatmaka, Jilid 1, (Jakarta : Prenhallindo. 2006) hlm. 36

  • 12

    Luthans8 serta Gibson, Ivancevich dan Dannelly9 menjelaskan

    bahwa ada lima hal penting yang merupakan faktor-faktor yang

    berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Lima hal tersebut meliputi

    aspek-aspek berikut.

    1) Pekerjaan yang dilakukan

    Jenis pekerjaan yang dilakukan dapat merupakan sumber kepuasan.

    Pekerjaan yang dapat memberikan kepuasan adalah pekerjaan yang

    menarik dan menantang, tidak membosankan dan pekerjaan itu

    dapat memberikan status.

    2) Gaji

    Gaji dan upah yang diterima karyawan dianggap sebagai refleksi

    cara pandang manajer mengenai kontribusi karyawan terhadap

    organisasi. Uang tidak hanya membantu orang untuk memenuhi

    kebutuhan dasarnya, tetapi juga dapat memberikan kepuasan pada

    tingakat berikutnya.

    3) Promosi

    Kesempatan untuk lebih berkembang di organisasi dapat menjadi

    sumber kepuasan kerja.

    4) Supervisor

    Kemampuan supervisor untuk meberikan bantuan teknis dan

    dukungan moral dapat meningkatkan kepuasan kerja. Misalnya

    8 Luthans, Fred, Organizational Behavior Eight Edition, (New York : Mc Graw- Hill Co. 2004),

    hlm. 144 9 Gibson, Ivancevich, and Donelly. 2002, Organization, Behavior, Structure, Process. 9 th

    Edition. (Boston : Richard D. Irwin Inc. 1997) hlm. 106

  • 13

    dengan memberi karyawan kesempatan untuk berpartisipasi dalam

    pembuatan keputusan, memberi pengarahan dan bantuan pada

    karyawan dan berkomunikasi dengan karyawan.

    5) Rekan sekerja

    Rekan kerja dapat memberikan bantuan secara teknis dan dapat

    mendukung secara sosial akan meningkatkan kepuasan kerja

    karyawan.

    Kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

    Masalah: 1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh

    terhadap kepuasan kerja pegawai?

    2. Seberapa besar gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai?

    Gaya Kepemimpinan Transformasional

    Kepuasan Kerja Pegawai

    1) Kharisma 2) Inspirasi 3) Simulasi intelektual 4) Kepekaan Individual

    1) Pekerjaan 2) Gaji 3) Promosi 4) Supervisi 5) Rekan sekerja

    Hipotesis: Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan

    transformasional terhadap kepuasan kerja pegawai

  • 14

    2. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap

    rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

    dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.10 Titik

    tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah. Untuk

    memerlukan hipotesis perlu adanya asumsi terlebih dahulu, karena asumsi

    itu merupakan titik tolak merumuskan hipotesis.

    Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

    kepuasan kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah

    Kabupaten Karang Tumaritis

    Oleh sebab itu, penulis membuat asumsi mengenai permasalahan yang

    sedang dibahas dalam penelitian ini dengan hipotesis penelitian sebagai

    berikut.

    HO = O Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional

    terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Daerah Kabupaten Karang Tumaritis.

    10 Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2004) p. 138

    X Y

    Gaya Kepemimpinan

    Transformasional

    Kepuasan Kerja Pegawai

  • 15

    HA O Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

    kepuasan kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Daerah Kabupaten Karang Tumaritis.

    F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Metode Penelitian

    Penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinanan Transformasi-

    onal terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Daerah Kabupaten Karang Tumaritis ini menggunakan

    pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu

    pendekatan yang ada dalam penelitian. Pendekatan ini menekankan pada

    prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya.

    Keketatan pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian

    kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai

    objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam

    bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas

    merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan

    pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil

    penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model

    penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya

    hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan

    berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan

  • 16

    digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungan-

    nya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan

    kulturalnya.

    Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana

    penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana.

    Dalam penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinanan Transformasional

    terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Daerah Kabupaten Karang Tumaritis ini digunakan metode deskriptif

    verifikasi dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun mengemukakan

    bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu

    populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang

    pokok.11 Sementara itu, Sugiyono mengemukakan bahwa menurut tingkat

    eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif.12

    Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu

    variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini

    adalah (1) Gaya Kepemimpinan Transformasional dan (2) Kepuasan Kerja

    Pegawai.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Nasir, teknik pengumpulan data merupakan instrumen ukur

    yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

    dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

    11 Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3 12 Sugiyono. Op.Cit. p. 11

  • 17

    serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

    diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

    macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.13

    a. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    b. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang ditentukan untuk

    penelitian. Pemilihan dengan model angket ini didasarkan atas alasan

    bahwa (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-

    pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan, (b) setiap

    responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas

    13 Nasir (2003:328)

  • 18

    pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam

    memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau

    keterangan dari banyak responden dalam waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

    pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

    fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian

    produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,

    penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    G. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Kabupaten Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Siti Jenab Karang

    Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari bulan

  • 19

    Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Rincian pelaksanaan penelitian

    dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

    Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Kegiatan Febr 2012 Maret 2012

    April 2012

    Mei 2012

    Juni 2012

    Juli 2012

    1 Kegiatan Prapenelitian X X X

    2 Pengumpulan Data X X X

    3 Analisis Data X X X X X

    4 Penyusunan Laporan X X X X

    5 Bimbingan dan Perbaikan X X X X

    6 Sidang Skripsi X

    H. Sistematika Penulisan

    Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian

    sebagai berikut.

    1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika

    pengembangan skripsi.

    2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan

    gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja pegawai.

    3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang

    membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode

    dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.

  • 20

    4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pem-

    bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.

    5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang

    diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan

    berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian.

  • 21

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Kepemimpinan Transformasional

    Suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling

    berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut tersusun dalam suatu struktur

    yang dapat membantu dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Agar

    pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan baik maka

    dibutuhkan sumber daya seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku dan

    lain-lain. Usaha untuk mengukur dan mengarahkan sumber daya tersebut

    disebut manajemen. Dalam rangka menunjang keberhasilan fungsi manajemen

    dalam organisasi, tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat

    memberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan

    oleh suatu organisasi.

    1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

    a. Pemimpin

    Menurut Henry Pratt Fairchild (dalam Kartono), pemimpin dalam

    arti luas adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai

    tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisir atau

    mengontrol usaha atau upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan

  • 22

    atau posisi.14 Definisi ini lebih memfokuskan pada kualitas persuasif yang

    dimiliki pemimpin dalam memimpin dan penerimaan secara sukarela oleh

    para pengikutnya.

    Menurut Edward Conrad Smit, Arnold John Zurcher (dalam

    Kartono), pemimpin adalah kepala aktual dari organisasi partai di kota,

    desa, dusun atau subdivisi-subdivisi lainnya.15 Sekalipun dia itu secara

    nominal (pada namanya) saja dipilih secara actual dia sering dipilih oleh

    satu klik kecil atau supervisor langsung dari partai. Definisi ini lebih

    menekankan pada aspek politisnya.

    Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah

    pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan

    resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan

    usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran tertentu.

    b. Kepemimpinan

    Seseorang dapat saja menjadi manajer luar biasa tanpa menjadi

    pemimpin, tapi seseoramg tidak mungkin menjadi pemimpin luar biasa

    tanpa menjadi manajer yang baik pula. Manajer perusahaan baik itu top,

    middle, low manajer memiliki peranan yang sama hanya berbeda

    lingkungan, yang akhirnya membuat bobot peranan itu sedikit berbeda.

    Gibson mengemukakan tentang perspektif kepemimpinan yang terdiri atas:

    14 Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. (Jakarta: Rajawali. 2003) hlm. 22 15 Ibid

  • 23

    1) Kepemimpinan tidak sama dengan manajemen

    2) Kepemimpinan adalah konsep yang rumit

    3) Sifat kepemimpinan dapat dikembangkan melalui pengalaman,

    pelatihan, dan analisa.

    4) Keefektifan kepemimpinan terutama tergantung pada kecocokan antara

    pemimpin, pengikut, dan situasi

    5) Kepemimpinan berubah-ubah dalam berbagi lingkungan. Dalam

    beberapa situasi kepemimpinan bukan berupa hal yang penting atau

    bukan suatu pengaruh yang signifikan.16

    Menurut Krietner dan Kinicki dalam penelitian Maria Magdalena

    Tri Aniningsih mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pengaruh

    sosial di mana pemimpin dapat membuat para pengikutnya berpartisipasi

    secara sukarela untuk mencapai tujuan organisasi.17 Menurut Gibson et.al.

    dalam penelitian Maria Magdalena Tri Aniningsih mengartikan

    kepemimpinan sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi interpersonal

    lewat proses komunikasi untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan.18

    Sedangkan menurut Riberu dalam penelitian Maria Magdalena Tri

    Aniningsih mendefinisikan kepemimpinan sebagai usaha atau kegiatan

    memimpin, kemampuan menjalankan usaha tersebut dan wibawa yang

    16 Gibson, Ivancevich, and Donelly. 2002, Organization, Behavior, Structure, Process. 16th

    Edition. (Boston : Richard D. Irwin Inc. 2002) hlm. 145 17 Aniningsih, Maria Magdalena Tri. 2005. Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Produksi pada PT. Gaviansi Sayung Demak. Fakultas Ekonomi UNS (Tidak Diterbitkan).

    18 Ibid

  • 24

    menyebabkan orang dianggap mampu memimpin.19 Dari beberapa definisi

    yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah

    kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan mengarahkan anggota

    kelompoknya agar melaksanakan perintahnya secara sukarela dalam

    mencapai tujuan bersama yang dikehendaki.

    2. Fungsi, Tanggung Jawab dan Wewenang

    Terdapat dua aspek bagi seorang manajer dalam menjalankan

    tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu sebagai berikut.

    a. Fungsi Kepemimpinan

    Yaitu memandu, menuntun, membimbing, membangun,

    memberi motivasi kerja karyawan, mengemudikan organisasi,

    menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan

    pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada

    sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan

    perencanaan.20

    b. Tanggung Jawab dan Wewenang

    Kepemimpinan sebagai suatu seni dalam mempengaruhi orang

    lain agar mau bekerja sama mencapai tujuan, memerlukan tanggung

    jawab orang berfungsi sebagai pemimpin. Menurut Heidjrahman

    19 Ibid 20 Kartono. Op.Cit. hlm. 61

  • 25

    Ranupandojo menyebut bahwa tanggung jawab para pemimpin adalah

    sebagai berikut.

    1) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis (dalam artian

    kuantitas, kualitas, keamanan dan sebagainya)

    2) Melengkapi para karyawan dengan sumber-sumber dana yang

    diperlukan untuk menjalankan tugasnya

    3) Mengkomunikasi kepada para karyawan tentang apa yang

    diharapkan dari mereka

    4) Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong

    prestasi

    5) Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang

    partisipasi apabila memungkinkan

    6) Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang

    efektif

    7) Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya

    8) Menunjukkan perhatian kepada para karyawan.21

    Agar dapat mencapai tujuannya, seorang pemimpin harus

    mempunyai wewenang untuk memimpin bawahannya dalam usaha

    mencapai tujuan tersebut. Wewenang ini disebut wewenang

    kepemimpinan, yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi tingkah

    laku orang yang dipimpin.

    Wewenang ini berasal dari atasan atau penetapan dari atas ( top

    down outhority ) dan dapat pula berasal dari pilihan anggota yang akan

    21 Heijracham Ranupandojo dan Suad Husman. 2001. Manajemen Personalia. Edisi keempat

    (Yogyakarta: BPFE. 2001) hlm. 218-219

  • 26

    menjadi bawahannya (bottom up authority). Pada top down authority

    wewenang pemimpin atau memerintah diberikan oleh atasan

    (kekuasaan dari puncak ke bawah). Sedangkan pada bottom up

    authority pimpinan dipilih dan diterima oleh mereka yang akan

    menjadi bawahannya. Dengan demikian bawahan yang menghargai

    wewenang itu karena mereka mempunyai respek pribadi untuk

    menghargai orang yang telah mereka pilih menjadi pemimpin yang

    berwenang.

    3. Kepemimpinan Transformasional

    Menurut Bass dan Avolio (1990) dalam Syahrir Natsir (2006)

    mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional tidak hanya

    mengakui kebutuhan bawahan, tetapi juga berusaha meningkatkan

    kebutuhan tersebut dari tingkatan yang rendah sampai pada tingkatan yang

    mapan.22 Dengan demikian proses kepemimpinan transformasional dapat

    menghasilkan kemampuan bawahan untuk memimpin diri mereka sendiri

    dan memperoleh imbalan melalui kemandirian yang kuat.

    Bass dan Avolio23 membagi kepemimpinan transformasional

    dalam empat dimensi yaitu :

    1) Karisma (Idealized Influence)

    22 Natsir, Syahrir. 2006. Kepemimpinan Transformasional dan Kharismatik terhadap Perilaku

    Kerja dan Kinerja Karyawan. Usahawan No. 1 : 43 23 Bass, Benard M and Avolio, Bruce J. Transformational Leadership Development : Manual

    for the Multifactor Leadership Questionnaire Palo Alto, (California : Consulting Psychologists Press, Inc. 2000) hlm. 201-203

  • 27

    Pemimpin transformasional terlihat karismatik oleh

    pengikutnya dan mempunyai suatu kekuatan dan pengaruh. Karisma

    umumnya berkenaan dengan tindakan pengikut sebagi reaksi atas

    perilaku pemimpin. Pemimpin transformasional membangkitkan dan

    memberi semangta pengikutnya dengan sebuah visi apa yang bisa

    diselesaikan melalui usaha ekstra bawahan. Pemimpin karismatik

    sepenuhnya dihormati dan memiliki standar yang tinggi dan

    meneptapkan tujuan yang menentang bagi pengikutnya.

    2) Pemberi inspirasi (Inspirational Motivation)

    Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi

    bawahannya dengan cara mengkomunikasikan, perkiraan yang tinggi

    dengan tantangan kerja yang jelas. Pemimpin juga membangkitkan

    semangat kerja tim, antusiasme dan optimisme di antara rekan kerja

    dan bawahannya.

    3) Rangsangan intelektual (Intelectual Stimulation)

    Pemimpin mendorong pengikut untuk memikirkan kembali

    cara lama mereka dalam melakukan sesuatu atau untuk merubah masa

    lalunya. Pemimpin transformasional berupaya menciptakan iklim yang

    kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas.

    4) Pertimbangan pribadi (Individualized Consideration)

    Pemimpin transformasional memberi perhatian khusus pada

    kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang dengan

  • 28

    cara bertindak sebagai pelatih atau penasehat. Dalam hal ini pemimpin

    transformasional harus mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara

    personal dengan bawahannya.

    Upaya pemimpin transformasional dalam mempengaruhi

    karyawannya dikemukakan oleh Bass & Avolio dapat melalui :

    1) Mendorong karyawan untuk lebih sadar akan pentingnya suatu

    pekerjaan

    2) Mendorong karyawan untu lebih mementingkan organisasi daripada

    kepentingan pribadi

    3) Mendorong dan meningkatkan kebutuhan karyawan menuju yang lebih

    tinggi

    Jadi kepemimpian transformasional melibatkan pengembangan

    hubungan yang lebih dekat dengan karyawan. Dengan mengembangkan

    harga diri dan aktualisasi diri dari para karyawan, pemimpin diharapkan

    memiliki pengaruh yang kuat terhadap karyawan pada tingkat identifikasi,

    motivasi dan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kepemimpinan

    transformasional, karyawan akan melakukan pekerjaannya melebihi apa

    yang telah ditetapkan karena adanya pengaruh yang kuat dari

    pemimpinnya.

    4. Teori-teori Kepemimpinan

    Teori-teori kepemimpinan yang efektif dilandasi oleh empat

    pendekatan utama (Syakhroza dan Tjiptono, 1999).

  • 29

    a. Teori Sifat

    Pandangan ini mengasumsikan bahwa individu-individu

    tertentu dilahirkan dengan sifat pribadi atau karakter inheren (seperti

    atribut fisik dan intelektual) yang membuat mereka manjadi pemimpin

    natural.

    b. Teori Behavioral

    Pendekatan ini berusaha meninggalkan karakteristik

    deterministik pendekatan sifat dengan asumsi bahwa bukan hanya ada

    satu pendekatan natural dan universal dalam kepemimpinan. Fokus

    utama beralih dari identifikasi serangkaian kompetisi kepemimpinan

    universal menjadi identifikasi sejumlah alternatif gaya kepemimpinan

    c. Teori Kepemimpinan Situasional

    Pendekatan situasional (atau disebut pula dengan istilah

    pendekatan kontinjensi) menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang

    digunakan tergantung pada faktor-faktor situasi bawahan, tugas,

    organisasi, dan variabel lingkungan lainnya.

    d. Kepemimpinan Transformasional

    Bila model situasional lebih berfokus pada gaya kepemimpinan

    yang cocok untuk status quo, maka model agen perubahan (change

    agency models) menekankan alternatif kepemimpinan yang tepat untuk

    mengadakan perubahan. Salah satu teori agen perubahan yang paling

  • 30

    komprehensif adalah teori kepemimpinan transformasional dan

    kepemimpinan transaksional.

    Menurut Burns (dalam Bass), istilah kepemimpinan

    transaksional mengacu pada pertukaran sesuatu hal dengan hal

    lainnya. Pemimpin politik yang bertipe transaksional memotivasi

    pengikutnya dengan cara menukar imbalan untuk pekerjaan yang telah

    dilakukan.24 Kepemimpinan transformasional memiliki makna yang

    lebih kuat dan kompleks daripada kepemimpinan transaksional.

    Pemimpin Transformasional menaikkan tingkat kesadaran pengikutnya

    tentang penting dan bernilainya suatau hasil yang telah direncanakan

    dan cara-cara untuk mencapainya.

    5. Kriteria Keberhasilan Pemimpin

    Keberhasilan pemimpin pada umumnya diukur dari produktivitas

    dan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila

    produktifitasnya menurun dan kepemimpinannya dinilai tidak efektif

    dalam jangka waktu tertentu, maka ia dapat disebut sebagai pemimpin

    yang gagal. Namun demikian, ada beberapa indikator yang dapat

    digunakan sebagai petunjuk keberhasilan kepemimpinan dalam suatu

    organisasi.25

    Indikator tersebut adalah:

    24 Bass. Op.Cit. hlm. 224 25 Kartono. Op.Cit. hlm. 123

  • 31

    1) Meningkatnya hasil-hasil produksi dan pelayanan yang dicapai

    oleh organisasi (aspek ekonomis dan teknis)

    2) Semakin rapinya system administrasi dan semakin efektifnya

    manajemen

    3) Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek

    sosial lebih human.

    B. Kepuasan Kerja Pegawai

    1. Pengertian Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja mempunyai peran penting dalam rangka

    mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Kepuasan kerja memberikan

    sumbangan yang besar terhadap keefektifan organisasi serta merangsang

    semangat kerja. Sebab-sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja

    memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan produksi dan

    pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku pegawai.

    Robbins mengemukakan kepuasan kerja adalah suatu sikap

    individu secara umum dan tingkat perasaan seseorang terhadap pekerjaan.

    Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap

    positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak puas

    dengan pekerjaannya mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan

    tersebut.26

    26 Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontraversi, Aplikasi. Terjemahan

    Hadyana Pujaatmaka, Jilid 1, (Jakarta : Prenhallindo. 2006) hlm. 36

  • 32

    Pendapat lain dikemukakan oleh Hasibuan, kepuasan kerja

    merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai

    pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan

    prestasi kerja. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang

    dinikmati dalam pekerjaan dalam memperoleh pujian hasil kerja,

    penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang

    baik.27 Kepuasan kerja di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan

    yang dinikmati diluar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan

    diterima dari hasil kerjanya agar kombinasi dalam dan luar pekerjaan

    adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang

    seimbang antara balas jasa dengan pelaksaan pekerjaannya.

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

    Luthans28 serta Gibson, Ivancevich dan Dannelly29 menjelaskan

    bahwa ada lima hal penting yang merupakan faktor-faktor yang

    berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Lima hal tersebut meliputi hal-hal

    berikut.

    6) Pekerjaan yang dilakukan

    Jenis pekerjaan yang dilakukan dapat merupakan sumber

    kepuasan. Pekerjaan yang dapat memberikan kepuasan adalah

    27 Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajeman Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Bumi Aksara.

    2001) hlm. 2 28 Luthans, Fred. Organizational Behavior Eight Edition. (New York: Mc Graw- Hill Co. 2004)

    hlm. 144 29 Gibson, Ivancevich, and Donelly. 2002, Organization, Behavior, Structure, Process. 16th

    Edition. (Boston : Richard D. Irwin Inc. 2002) hlm. 106

  • 33

    pekerjaan yang menarik dan menantang, tidak membosankan dan

    pekerjaan itu dapat memberikan status.

    7) Gaji

    Gaji dan upah yang diterima karyawan dianggap sebagai

    refleksi cara pandang manajer mengenai kontribusi karyawan terhadap

    organisasi. Uang tidak hanya membantu orang untuk memenuhi

    kebutuhan dasarnya, tetapi juga dapat memberikan kepuasan pada

    tingakat berikutnya.

    8) Promosi

    Kesempatan untuk lebih berkembang di organisasi dapat

    menjadi sumber kepuasan kerja.

    9) Supervisor

    Kemampuan supervisor untuk meberikan bantuan teknis dan

    dukungan moral dapat meningkatkan kepuasan kerja. Misalnya dengan

    memberi karyawan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan

    keputusan, memberi pengarahan dan bantuan pada karyawan dan

    berkomunikasi dengan karyawan.

    10) Rekan sekerja

    Rekan kerja dapat memberikan bantuan secara teknis dan dapat

    mendukung secara sosial akan meningkatkan kepuasan kerja

    karyawan.

  • 34

    Ada banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai

    faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Asad mengemukakan

    pendapatnya, bahwa yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai

    berikut.30

    a) Faktor Psikologis

    Merupakan faktor yang berhubungan dengan kewajiban karyawan

    yang meliputi : minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap

    kerja, bakat dan ketrampilan.

    b) Faktor Sosial

    Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik

    antara sesama karyawan, dengan atasan, maupun dengan karyawan

    yang berbeda jenis pekerjaannya.

    c) Faktor Fisik

    Merupakan faktor yang berhubungan denagn fisik lingkungan kerja

    dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekarjaan, pengaturan

    kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan,

    suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan,

    umur dan sebagainya.

    d) Faktor Finansial

    Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta

    kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji,

    30 Asad, SU. 1995. Psikologi Industri. (Yogyakarta : Liberty. 1995) hlm. 115-116

  • 35

    jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,

    promosi dan sebagainya.

    3. Pengaruh Kepuasan Kerja

    Kepuasan karyawan dalam bekerja, akan berpengaruh terhadap

    berbagai faktor. Luthans31mengemukakan bahwa kepuasan kerja

    berpengaruh terhadap faktor-faktor berikut.

    a. Produktivitas

    Karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi, produktivitasnya

    akan meningkat, walaupun hasilnya tidak langsung. Ada beberapa

    variabel moderating yang menghubungkan antara produktivitas dengan

    kepuasan kerja, terutama penghargaan. Jika karyawan menerima

    penghargaan yang mereka anggap layak, maka mereka akan merasa

    puas sehingga upaya mereka untuk mencapai kinerja semakin tinggi.

    b. Keinginan untuk berpindah kerja

    Jika karayawan tidak puas dengan pekerjaanya, maka besar

    keinginan mereka untuk pindah kerja. Walaupun demikian, tingkat

    kepuasan kerja yang tinggi tidak menjamin karyawan yang bekerja di

    organisasi tersebut tidak ingin pindah.

    c. Tingkat kehadiran

    31 Luthans. Op.Cit. hlm. 146-148

  • 36

    Ketika tingkat kepuasan kerja tinggi maka tingkat kehadiran

    (absent) rendah. Sebaliknya, ketika tingkat kepuasan rendah maka

    tingkat ketidakhadiran tinggi.

    d. Faktor lain-lain

    Karyawan yang tingkat kepuasaannya tinggi akan mempunyai

    kesehatan fisisk dan mental yang lebih baik, lebih cepat untuk

    mempelajari tugas-tugas, tidak banyak kesalahan yang dibuat. Selain

    itu, karyawan akan menunjukkan perilaku dan aktivitas yang lebih

    baik, misal membantu rekan sejawat, membantu pelanggan, dan lebih

    mudah bekerja sama.

    Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa konsekuensi dari

    ketidakpuasan kerja karyawan diantaranya dapat mengakibatkan

    menurunnya produktivitasnya, meningkatnya tingkat absensi dan

    konsekuensi yang paling akhir adalah keluarnya karyawan dari

    organisasi. Namun dalam kenyataannya tidak semua karyawan yang

    tidak puas dalam pekerjaan langsung mengundurkan diri dari

    organisasi tempat ia bekerja.

    4. Teori Mengenai Kepuasan Kerja

    a. Teori Pemenuhan (Fullfillment Theory)

    Dalam teori ini dinyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan

    refleksi dari pekerjaan yang memberikan nilai tambah jika melihat

  • 37

    seseorang puas atas suatu objek. Teori ini hanya melihat kepuasan kerja

    dari objek yang dimiliki seseorang.

    b. Teori Selisih (Discrepancy Theory)

    Kepuasan kerja sesorang bergantung pada selisih antara apa

    yang telah didapat dengan apa yang menurut perasaannya telah melalui

    pekerjaannya. Maka seseorang akan merasa ada perbedaan antara apa

    yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan.

    c. Teori Keadilan (Equity Theory)

    Lum mengemukakan bahwa seseorang puas atau tidak puas

    bergantung pada apakah ia merasakan keadilan atau tidak atas suatu

    situasi. Menurut teori ini, seseorang adil dengan membandingkan hasil

    rasio inputnya dengan hasil rasio input dari seseorang atau sejumlah

    orang yang dibandingan.32 Teori ini merinci bagaimana seseorang

    memiliki orang bandingan atau banyak orang bandingan yang akan

    digunakan. Dalam teori ini terdapat dua hasil perbandingan yaitu

    sebagai berikut.

    1) Jika hasil dari perbandingan tersebut dirasa cukup seimbang maka

    pekerja akan berada dalam kondisi puas.

    2) Jika hasil dari perbandingan tersebut dirasa tidak seimbang tetapi

    menguntungkan, dalam arti hasil yang diperoleh lebih besar

    daripada orang lain yang menjadi pembanding, maka pekerja dapat

    mengalami kepuasan, atau sebaliknya, jika hasil dari perbandingan

    32 Ibid. hlm. 208-210

  • 38

    tersebut dirasa tidak seimbang dan merugikan, dalam arti hasil yang

    diperoleh lebih kecil daripada orang lain yang dijadikan

    pembanding, maka pekerja akan berada dalam kondisi tidak puas.

    d. Teori Dua faktor (Two factor Theory)

    Teori ini dikembangkan oleh Herzberg (1966). Yang dimaksud

    dengan dua faktor di sini adalah faktor-faktor yang membuat seseorang

    merasa puas (satisfer/motivator) dan faktor-faktor yang membuat

    seseorang meras tidak puas (dissatisfer/hygiene factor). Kesimpulan

    dari riset Herzberg adalah sebagai berikut :

    1) Ada serangkaian kondisi intrisik yaitu isi pekerjaan (job content)

    yang apabila ada ia dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat

    motivasi yang kuat akan menghasilkan prestasi kerja yang baik

    sehingga dapat memuaskan pekerja. Faktor-faktor yang termasuk

    dalam isi pekerjaan ini disebut satisfer yang meliputi : tanggung

    jawab, dan kemajuan. Jika faktor-faktor ini ada dalam pekerjaan

    seseorang maka kepuasan kerja akan dapat terwujud.

    2) Ada serangkaian kondisi ekstrinsik yaitu pekerjaan (job context)

    yang apabila ada didalam pekerjaan akan mengahasilkan

    ketidsakpuasan pekerja. Faktor-faktor yang etrmasuk dalam

    keadaan pekerjaan ini disebut dissatisfer yang meliputi : upah,

    kondisi kerja, jaminan pekerjaan, status sosial, prosedur atau

    kebijakan perusahaan, mutu supervisor, dan hubungan antar

    pekerja. Jika faktor-faktor ini ada dalam pekerjaan seseorang maka

  • 39

    dapat mengurangi ketidakpuasan kerja tetapi menimbulkan

    kepuasan kerja para pekerja.

    C. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

    Kepemimpinan transformasional sebagai pengaruh pemimpin atau

    atasan terhadap bawahan, sehingga para bawahan merasakan kepercayaan,

    kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat pada atasan, dan mereka dimotivasi

    untuk berbuat melebihi apa yang ditargetkan atau diharapkan (Bass, 1985).

    Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif

    baru dalam studi-studi kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai model

    yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepe-

    mimpinan transformasional mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan

    dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi. Burns (1978) merupakan

    salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan

    transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih

    baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu

    dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional.

    Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada

    hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahan-

    nya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka

    harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan,

    mengkomunikasi-kan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan

    harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya. Bass menyatakan

  • 40

    bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal

    identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or going

    beyond the self-interest exchange of rewards for compliance".33

    Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin

    yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa

    organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mem-

    punyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya,

    serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari

    pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Bass, pemimpin transformasional

    harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka

    melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih

    besar.34 Yammarino dan Bass juga menyatakan bahwa pemimpin

    transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik,

    menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian

    pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.35

    Seorang pemimpin dengan gaya transformasional mampu memotivasi

    karyawannya untuk bekerja lebih baik, sehingga produktivitas karyawan akan

    meningkat dan ini diikuti dengan kepuasan karyawan tersebut dengan hasil

    kerjanya sendiri. Dengan demikian, dapat diduga bahwa kepemimpinan

    transformasional akan dapat memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja

    pegawai.

    33 Bass. Op.Cit. hlm. 214 34 Ibid. 35 Ibid. hlm. 244

  • 41

    BAB III

    OBJEK PENELITIAN

    A. Deskripsi Latar Penelitian

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis

    beralamat di Jl. Dadakan No. 31 Karang Tumaritis, Tlp. (09996) 4789697311

    /Fax. 478967311, Karang Tumaritis. Dinas kebudayaan dan pariwisata

    merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kebudayaan dan

    pariwisata.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dipimpin oleh seorang Kepala

    Dinas yang berada di bawah dan bertannggung jawab kepada Bupati melalui

    Sekretaris Daerah.

    Visi :

    "Terwujudnya Kabupaten Karang Tumaritis sebagai daerah tujuan wisata

    Alam dan Budaya andalan Jawa Barat

    Misi :

    Meningkatkan operasi masyarakat terhadap nilai-nilai Budaya lokal

    /daerah kabupaten Karang Tumaritis.

    Terwujudnya perlindungan, penyeimbangan dan pemanfaatan Benda

    cagar Budaya .

    Meningkatkan nilai budaya yang bersumber pada kearifan lokal dan

    kebudayaan daerah Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 42

    Meningkatkan kualitas serta daya saing sumber daya manusia

    Kebudayaan dan Kepariwisataan.

    Menumbuhkan kunjungan wisatawan melalui penataan produk dan

    promosi wisata dan seni budaya unggulan.

    Meningkatkan lama tinggal wisatawan yang didukung oleh

    ketersediaan keaneka ragaman atraksi seni budaya dan atraksi wisata

    disetiap Kawasan pengembangan pariwisata.

    Meningkatkan belanja wisatawan sebagai dasar bagi pertumbuhan

    perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah serta mempercepat

    pertumbuhan sektor rill.

    Mengupayakan dan memfasilitasi pengembangan dan peningkatan

    profesionalisme dan skill tenaga kerja sektor pariwisata, baik langsung

    maupun tidak langsung.

    Mengupayakan dan memfasilitasi peningkatan investasi di bidang

    pariwisata.

    Meningkatkan objek dan daya tarik wisata unggulan Kabupaten

    Karang Tumaritis

    Jenis Pelayanan Publik :

    Pelaksanaan pelayanan umum di bidang pembinaan kepariwisataan, kesenian

    dan kebudayaan sesuai dengan ketentuan dan / atau peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

  • 43

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan

    urusasn pemerintahan Daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata

    berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas

    sebagaimana dimaksud di atas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,

    menyelenggarakan Fungsi :

    1. Perumusan kebijakan teknis Dinas di bidang perencanaan, pelaksanaan,

    pembinaan, evaluasi dan laporan penyelenggaraan sebagai urusan

    pemerintahan di bidang kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan

    ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

    kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan

    perundang-undangan yang berlaku;

    3. Pembinaan dan pelakanaan tugas dinas dalam penyelenggaraan sebagian

    urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan

    ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    4. Pelaksaaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tagas dan

    fungsi dinas.

    Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

    Karang Tumaritis adalah sebagai berikut.

  • 44

    Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang

    Tumaritis

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna

    variabel yang sedang diteliti. Singarimbun36 memberikan pengertian tentang

    definisi operasional sebagai unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

    cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional dapat juga dikatakan

    sebagai informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan

    menggunakan variabel yang sama. Dengan demikian, definisi operasional

    36 Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES, 2003) hal. 46-47

  • 45

    dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan spesifik serta dapat dipahami

    oleh orang lain.

    Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut.

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel Dimensi Indikator Skala

    Kharisma 1. memberikan visi dan rasa atas misi

    2. menanamkan kebanggan

    3. meraih kehormatan dan kepercayaan

    Ordinal

    Inspirasi 4. mengkomunikasikan harapan tinggi

    5. menggunakan simbol untuk memfokuskan pada usaha,

    6. menggambarkan maksud penting secara sederhana

    Ordinal

    Simulasi Intelektual

    7. mendorong intelegensi

    8. rasionalitas 9. pemecahan masalah

    sehari-hari

    Ordinal

    Gaya Kepemimpinan Transformasional

    Kepekaan Individual

    10. memberikan perhatian pribadi

    11. melayani karyawan secara pribadi

    12. melatih dan menasihati

    Ordinal

  • 46

    Variabel Dimensi Indikator Skala

    Pekerjaan 13. pekerjaan dihargai oleh lembaga

    14. adanya kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan baru

    Ordinal

    Gaji 15. gaji diberikan sesuai dengan kinerja

    16. gaji diberikan tepat waktu

    Ordinal

    Promosi 17. adanya kesempatan untuk menduduki pimpinan tim

    18. kesempatan untuk menjadi orang berpengaruh

    Ordinal

    Supervisi 19. pimpinan bertindak adil

    20. pimpinan membuat keputusan yang tepat bagi bawahannya

    Ordinal

    Kepuasan Kerja Pegawai

    Rekan Sekerja 21. rekan sekerja memberikan dukungan

    22. memberikan bantuan kepada rekan sekerja

    Ordinal

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi Penelitian

  • 47

    Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan

    sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni37

    adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif,

    dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau

    dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi

    terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat

    dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut

    Sugiyono38 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

    objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

    Populasi penelitian tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan

    Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang Tumaritis ini adalah

    seluruh pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Karang

    Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 36 orang. Jumlah ini meliputi

    Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, hingga pegawai pada

    seksi-seksi yang ada.

    2. Sampel Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability

    sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama

    37 Winarno, Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung: Tarsito.

    2005), hal. 8 38 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2004) hal. 4

  • 48

    bagi semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.39

    Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random

    sampling di mana populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan

    berstrata secara proporsional.

    Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada

    pendapat Arikunto40 yang menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer,

    maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya.

    Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat diambil antara 10 % -

    15 % atau 20 % - 25 %.

    Mengingat jumlah populasi di atas sedikit (32 orang), maka seluruh

    populasi dijadikan sebagai sampel atau sensus penelitian. Seluruh

    responden akan menjawab seluruh item yang terdapat pada angket yang

    diajukan tanpa pemilahan dan pengklasifikasian.

    D. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    Menurut Neuman, W. Lawrence (2006: 209-219) terdapat tujuh

    langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.

    1) Perencanaan

    Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

    penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang

    menganalisa data bagi penelitian itu.

    39 Ibid, hal. 92 40 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta.

    2002), hal. 94

  • 49

    2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian

    Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini

    disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian,

    hipotesis serta metode.

    3) Pengambilan contoh (sampling)

    Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili

    seluruh populasi itu.

    4) Penyusunan daftar pertanyaan

    Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan

    untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.

    5) Kerja lapangan

    Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan

    dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.

    6) Editing dan Coding

    Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar

    pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam

    angka dan ditabulasi.

    7) Analisis dan Laporan

    Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula

    dalam suatu proses penelitian.

  • 50

    E. Metode Pengumpulan Data

    Menurut Nasir41, teknik pengumpulan data merupakan instrumen ukur

    yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

    dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

    serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

    diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

    macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.

    1. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    2. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah 31 perangkat angket. Pemilihan dengan

    41 Nasir, Muhammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005), hal. 328

  • 51

    model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki

    waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan

    yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara

    pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden

    mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan

    untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam

    waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk

    skala Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk

    mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang

    tentang suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan

    keputusan pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial.

    Oleh karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat

    diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    Tabel 3.2 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

  • 52

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    F. Langkah-langkah Pengolahan Data

    1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

    Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

    persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah

    peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang

    telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah

    dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan

    skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah

    responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing

    item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.

    Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

    perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan

    oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri42 dalam menyusun

    penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating yang ditentukan

    oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

    responden.

    z z z z z

    42 Ating Somantri dan Sambas A. Muhidin. Aplikasi Statistik dalam Penelitian. (Bandung:

    Pustaka Setia. 2006), hal. 122.

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

    20 40 60 80 100

  • 53

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Uji validitas instrumen penelitian bertujuan untuk mengukur valid

    tidaknya instrumen itu. Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik r

    Product Moment, yaitu hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria

    validitas yaitu suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika koefesien rhitung

    lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi = 0,05.

    Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun

    ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau

    pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur

    korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total variabel

    dengan nilai item correted correlation pada analisis reability statistics

    dengan menggunakan aplikasi SPSS 18.0 for Windows. Jika nilai item

    correted correlation > rtabel, maka item instrumen dinyatakan valid.

    Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan

    koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach. Uji reliabilitas merupakan

    indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

    dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk

    menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbachs

    Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran

    dengan ketentuan jika nilai r Cronbachs Alpha > rtabel, maka instrumen

    dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.

    3. Uji Asumsi Klasik

  • 54

    a. Uji Normalitas Distribusi Data

    Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa

    data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan

    pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan

    berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan syarat

    penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data

    residual dari mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka

    kesimpulan dari uji F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji

    dalam analisis regresi diturunkan dari data yang berdistribusi normal

    (Sugiono, 2004: 74).

    Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada penelitian

    ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan

    keputusannya jika thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang

    berdistribusi normal.

    b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

    Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah

    harus tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu

    pada data harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedastitas

    dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara

    variabel bebas dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias

    kesalahan statistik atau p-value > ( = 0,05) atau nonsignifikan, maka

    diputuskan tidak terjadi situasi heteroskedastitas.

  • 55

    c. Uji Asumsi Autokorelasi

    Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan

    menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal

    ini dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.

    Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini

    adalah sebagai berikut.

    (1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

    (2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi

    komputer).

    (3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL

    dan dU.

    (4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian mem-

    bandingkannya dengan nilai d pada daerah berikut.

    1 dL dU 4-dL 4-dU 4

    4 1,660 1,660 2,340 2,340 4

    Autokorelasi (+)

    Tidak meyakinkan Tidak ada Autokorelasi

    Tidak meyakinkan

    Autokorelasi (-)

    Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat

    disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai d

    berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh gambar di

    atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan transformasi

    melalui transformasi p = 1 d/2 (d= nilai Durbin-Watson). Untuk

  • 56

    menghindari data pertama yang hilang, maka data pertama

    ditransformasikan melalui perkalian dengan (1-p2).

    4. Uji Regresi Linier Sederhana

    Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali

    dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk

    distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan

    regresinya. Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian

    asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut.

    = a + bX + e

    Keterangan:

    Y : Kepuasan Kerja Pegawai

    X : Gaya Kepemimpinan Transformasional

    a : konstanta

    b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

    e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak..43

    5. Pengujian Hipotesis

    Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi

    yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di

    atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk

    melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat

    dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan

    secara umum untuk populasi penelitian.

    43 Sugiyono, Ibid. hal. 124

  • 57

    Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki

    pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 , maka

    digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai

    berikut.

    Hipotesis statistik yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    HO : i = 0 Tidak terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan

    Transformasional terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

    pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

    Karang Tumaritis.

    HA : i 0 Terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional

    terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai

    berikut.

    thitung = SE

    atau thitung = r 2r - 12 -n

    Keterangan:

    = koefisien regresi SE = standar error dari koefisien regresi r = koefisien korelasi

    n = ukuran sampel

  • 58

    Terdapat 2 (dua) cara pengambilan keputusan atas hasil pengujian

    di atas, yakni dengan cara sebagai berikut.

    (1) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

    (a) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan HA diterima.

    (b) Jika thitung ttabel, maka HA ditolak dan HO diterima.

    (2) Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha.

    (a) Jika nilai signifikansi (p-value) < , maka HO ditolak dan HA

    diterima.

    (b) Jika nilai signifikansi (p-value) , maka HA ditolak dan HO

    diterima.

    Jika HO ditolak, berarti variabel independen berpengaruh secara

    nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika HO ditolak,

    maka variabel independen tidak bepengaruh secara nyata (signifikan)

    terhadap variabel dependen.

    6. Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi dihitung untuk menentukan variabel

    independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi multiple

    diperoleh dari jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut.

    KD = R2 x 100%

  • 59

    Untuk mempermudah pengolahan dan analisis, maka dalam

    penelitian ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service

    Solutions) for Windows Release 18. Langkah ini ditempuh mengingat

    pengolahan data pada paket program tersebut lebih cepat dan mempunyai

    tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan

    secara manual.

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Responden

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 dengan responden

    seluruh pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten

    Karang Tumaritis, yang seluruhnya berjumlah 36 orang. Berdasarkan hasil

    angket yang disebarkan ke seluruh responden penelitian, diperoleh profil

    responden sebagai berikut.

    Tabel 4.1

    Penggolongan Responden Berdasarkan Kelompok Umur

    No. Kelompok Usia Responden (Tahun) Jumlah Persentase

    1 < 30 2 5,56

    2 31 35 12 33,33

    3 36 40 12 33,33

    4 41 45 8 22,22

  • 60

    5 46 50 2 5,56

    6 > 51 0 0

    Jumlah Seluruh 36 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2012)

    Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa usia responden terbanyak

    adalah berusia 31-35 tahun serta 36-40 tahun, yang masing-masing

    berjumlah 12 orang atau 33,33%, sedangkan yang berusia 41-45 tahun

    sebanyak 8 orang, atau 22,22%. Data ini menunjukkan bahwa responden

    penelitian ini, yakni para pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih

    tergolong muda.

    Tabel 4.2

    Penggolongan Responden berdasarkan Gender

    No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

    1 Laki-laki 24 66,67

    2 Perempuan 12 33,33

    Jumlah Seluruh 36 100 Sumber: Data hasil pengolahan penulis (2012)

    Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden wanita ternyata

    lebih banyak daripada responden laki-laki, yakni sebanyak 66,67%. Hal ini

    menunjukkan bahwa pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata lebih

    banyak wanita daripada laki-laki.

    Tabel 4.3

    Penggolongan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

  • 61

    No. Tingkat Pendidikan Responden Jumlah Persentase

    1 Pascasarjana 7 19,44

    2 Sarjana 14 38,89

    3 Diploma II dan III 9 25,00

    4 SLTA 6 16,67

    5 SMP dan di bawahnya 0 0

    Jumlah Seluruh 36 100

    Data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

    responden yang terbanyak adalah tingkat sarjana, yakni 14 orang atau

    sebanyak 38,89%. Kemudian responden yang berpendidikan Diploma II

    dan Diploma III sebanyak 9 orang atau 25,00% dan pascasarjana (S-2)

    sebanyak 7 orang atau 19,44%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    responden pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karang Tumaritis

    rata-rata berpendidikan tinggi.

    B. Uji Instrumen

    1. Uji Validitas Instrumen

    Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

    kesahihan atau ketepatan suatu instrumen penelitian sehingga tidak

    menyimpang dari operasional variabel yang telah ditetapkan. Uji validitas

    dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi item total melalui

    koefisien korelasi r Product Moment dari Pearson dengan pengujian dua

  • 62

    arah (two tailed test). Data diolah dengan bantuan program SPSS for

    Windows Release 18.0 dengan hasil sebagai berikut.

    Tabel 4.4

    Hasil Uji Validitas Instrumen Gaya Kepemimpinan Transformasional (X)

    Item-Total Statistics

    Scale Mean if Item Deleted

    Scale

    Variance if

    Item Deleted

    Corrected

    Item-Total

    Correlation

    Squared

    Multiple

    Correlation

    Cronbach's

    Alpha if Item

    Deleted

    Item 1 42,4444 22,483 ,560 ,632 ,789

    Item 2 42,6667 19,429 ,564 ,580 ,635

    Item 3 42,8889 20,673 ,676 ,466 ,776

    Item 4 42,7222 26,149 ,666 ,402 ,796

    Item 5 42,5833 19,621 ,510 ,309 ,646

    Item 6 42,2222 20,178 ,593 ,435 ,738

    Item 7 42,8611 20,809 ,674 ,484 ,776

    Item 8 42,5556 18,540 ,561 ,600 ,799

    Item 9 42,2222 20,006 ,542 ,496 ,843

    Item 10 42,9167 18,821 ,565 ,594 ,731

    Item 11 42,9722 17,113 ,468 ,631 ,798

    Item 12 43,0556 19,254 ,508 ,292 ,745

    Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

    product moment sebesar 0,329 pada taraf signifikansi 5% dan N=36. Hasil

    pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

    1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,560 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 1

    dinyatakan Valid.

  • 63

    2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,564 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 2

    dinyatakan Valid.

    3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,676 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 3

    dinyatakan Valid.

    4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,666 < r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 4

    dinyatakan Valid.

    5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,510 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 5

    dinyatakan Valid.

    6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,593 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 6

    dinyatakan Valid.

    7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,674 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 7

    dinyatakan Valid.

    8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,561 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 8

    dinyatakan Valid.

    9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,542 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 9

    dinyatakan Valid.

    10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,565 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 10

    dinyatakan Valid.

  • 64

    11) Skor Item 11. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,468 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 10

    dinyatakan Valid.

    12) Skor Item 12. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,508 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 10

    dinyatakan Valid.

    Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai

    kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=36,

    yakni sebesar 0,329. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh

    item memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai

    koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 0,699 (Sugiyono,

    2001:149).

    Tabel 4.5

    Hasil Uji Validitas Instrumen Kepuasan Kerja Pegawai (Y)

    Item-Total Statistics

    Scale Mean if Item Deleted

    Scale Variance if

    Item Deleted

    Corrected Item-

    Total

    Correlation

    Squared Multiple

    Correlation

    Cronbach's Alpha

    if Item Deleted

    Item 13 34,6111 22,302 ,649 ,282 ,736

    Item 14 35,1667 20,143 ,760 ,975 ,708

    Item 15 34,9444 19,083 ,629 ,864 ,683

    Item 16 34,5278 20,599 ,692 ,291 ,718

    Item 17 35,2500 18,421 ,542 ,532 ,692

    Item 18 35,2778 19,635 ,711 ,424 ,738

    Item 19 35,4167 20,479 ,782 ,214 ,739

    Item 20 34,4722 23,799 ,643 ,439 ,755

    Item 21 35,1944 20,275 ,737 ,976 ,711

    Item 22 34,8889 18,730 ,679 ,875 ,676

  • 65

    Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r

    product moment sebesar 0,329 pada taraf signifikansi 5% dan N=36. Hasil

    pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

    1) Skor Item 13. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,649 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 1

    dinyatakan Valid.

    2) Skor Item 14. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,760 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 2

    dinyatakan Valid.

    3) Skor Item 15. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,629 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 3

    dinyatakan Valid.

    4) Skor Item 16. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,692 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 4

    dinyatakan Valid.

    5) Skor Item 17. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,542 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 5

    dinyatakan Valid.

    6) Skor Item 18. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,711 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 6

    dinyatakan Valid.

    7) Skor Item 19. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,782 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 7

    dinyatakan Valid.

    8) Skor Item 20. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,643 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 8

    dinyatakan Valid.

  • 66

    9) Skor Item 21. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,737 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 9

    dinyatakan Valid.

    10) Skor Item 22. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor

    Total = 0,679 > r kritis = 0,329. Dengan demikian instrumen Item 10

    dinyatakan Valid.

    Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai

    kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=36,

    yakni sebesar 0,329. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh

    item memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai

    koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 0,699 (Sugiyono,

    2001:149).

    2. Uji Reliabilitas Instrumen

    Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

    konsistensi atau kehandalan penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan

    menggunakan teknik belah dua (split-half) melalui formulasi Spearman-

    Brown.

    Hasil uji reliabilitas masing-masing variabel sebagai berikut.

    Tabel 4.6

    Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional (X)

    Reliability Statistics

    Value ,692 Part 1

    N of Items 6a

    Cronbach's Alpha

    Part 2 Value ,668

  • 67

    N of Items 6b

    Total N of Items 12

    Correlation Between Forms ,723

    Equal Length ,765 Spearman-Brown Coefficient

    Unequal Length ,865

    Guttman Split-Half Coefficient ,841

    a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5, Item 6.

    b. The items are: Item 7, Item 8, Item 9, Item 10, Item 11, Item 12.

    Koefsien Reliabilitas 12 item instrumen gaya kepemimpinan

    transformasional dengan metode Split-half pada tabel 4.6 di atas

    menunjukkan korelasi belahan I terhadap belahan II sebesar 0,723.

    Besarnya reliabilitas Guttman Split-half = 0,899. Belahan pertama terdiri 6

    item dengan Alpha = 0,692 dan belahan ke dua terdiri 6 item dengan

    koefisien Alpha = 0,668. Karena Rhitung = 0,84