pengapian gl pro

50
SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997 PROYEK AKHIR Disusun dalam rangka penyelesaian studi Diploma III Teknik Mesin untuk mencapai predikat Ahli Madya Oleh : Nama : Arif Prabowo NIM : 5250302034 Program Studi : Teknik Mesin DIII Jurusan : Teknik Mesin FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Upload: i-putu-vendy-septianta

Post on 29-Jun-2015

4.475 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengapian gl pro

SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997

PROYEK AKHIR

Disusun dalam rangka penyelesaian studi Diploma III Teknik Mesin

untuk mencapai predikat Ahli Madya

Oleh :

Nama : Arif Prabowo

NIM : 5250302034

Program Studi : Teknik Mesin DIII

Jurusan : Teknik Mesin

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: pengapian gl pro

ii

ABSTRAK

Arif Prabowo, 2005, Sistem Pngapian CDI Pada Honda GL Pro 1997, Proyek

akhir : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan tinggi

pada koil pengapian yang disalurkan ke busi hingga terjadi loncatan bunga api

listrik. Loncatan bunga api listrik tersebut digunakan untuk membakar campuran

bahan bakar dan udara dalam ruang bakar. Adanya bunga api listrik merupakan

salah satu syarat agar mesin bisa hidup.

Sistem pengapian yang digunakan pada sepeda motor Honda GL Pro

1997 yaitu sistem pengapian CDI (Capasito Discharge Ignition). Sistem

pengapian ini terdiri dari beberapa componen utama yaitu Baterai, Unit CDI, koil

pulsa (pick up coil), koil pengapian, dan busi. Baterai befungsi sebagai sumber

arus dan koil pulsa berfungsi sebagai pemberi sinyal ke unit CDI serta mengatur

waktu pengapian. Unit CDI berfungsi sebagai penyalur dan pemutus arus

sedangkan koil pengapian berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi yang

kemudian menghasilkan bunga api listrik pada busi. Gangguan yang terjadi pada

sistem pengapian Honda GL Pro 1997 adalah tidak dihasilkannya loncatan bunga

api listrik atau bunga api yang dihasilkan kurang baik.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemilik sepeda motor Honda GL

Pro 1997 untuk menjaga agar kondisi sistem pengapiannya tetap baik adalah

dengan melakukan perawatan pada komponen dengan menjaga kebersihannya.

Jika terjadi kerusakan, penggantian komponen harus dilakukan sesuai dengan

Standard agar tidak terjadi kerusakan pada componen yang lain.

Page 3: pengapian gl pro

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Proyek akhir tahun 2005 dengan judul “Sistem Pengapian Pada Honda

GL Pro 1997” telah dipertahankan dihadapan sidang penguji tugas akhir Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang

Pada hari :

Tanggal :

Pembimbing Penguji I

Drs. Budiarso Eko, M.pd Drs. Budiarso Eko, M.pd

NIP.131285577 NIP.131285577

Penguji II

Drs. Suratno

NIP. 130368005

Ketua Jurusan Ketua Prodi

Drs. Pramono Drs. Wirawan Sumbodo, MT

NIP. 131474226 NIP. 131876223

Dekan,

Prof. Dr. Soesanto

NIP. 130875753

Page 4: pengapian gl pro

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Sesungguh nya hidup itu hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

2. Sholatlah kamu sebelum mati.

3. Jadikan hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin, dan besok harus

lebih baik daripada hari ini.

PERSEMBAHAN :

1. Bapak dan ibu yang terhormat.

2. Om dan tante serta seluruh keluargaku

Page 5: pengapian gl pro

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas

lindungan, hidayah, dan inayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan

dengan judul “Sistem Pengapian CDI Pada Honda GL Pro 1997” ini dengan baik.

Laporan proyek akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

mahasiswa Teknik Mesin Diploma III.

Terselesaikannya pembuatan Proyek akhir dan penyusunan laporan ini

tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. Pramono, ketua jurusan teknik mesin universitas negeri semarang.

2. Drs.H. Budiarso Eko, MPd, dosen pembimbing proyek akhir.

3. Hadromi, S.Pd, kepala laboratorium teknik mesin universitas negeri semarang.

4. Drs. Widi Widayat, pembimbing lapangan pembuatan proyek akhir.

5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Proyek Akhir

Teriring do’a semoga Allah SWT mencatat perbuatannya sebagai amal

ibadah dan mendapatkan balasan pahala.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis

miliki, saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan lapoaran ini.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis hanya memohon kepada Allah SWT

agar mengampuni segala kekurangan dan kesalahan penulis, serta menjadikan

laporan ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amin.

Semarang, Juli 2005

Penulis

Page 6: pengapian gl pro

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 3

C. Tujuan .................................................................................... 4

D. Manfaat ................................................................................... 4

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 6

A. Kajian Teori ............................................................................ 6

B. Konstruksi dan cara kerja ......................................................... 17

C. Komponen ............................................................................... 19

D. Kerusakan ................................................................................ 24

E. Mendeteksi dan mengatasi kerusakan ...................................... 25

Page 7: pengapian gl pro

vii

F. Pembahasan ............................................................................. 34

BAB III PENUTUP .................................................................................... 36

A. Simpulan ................................................................................. 36

B. Saran ....................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 39

Page 8: pengapian gl pro

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Generator ..................................................................................... 7

Gambar 2. Koil pengapian ............................................................................ 10

Gambar 3. Busi ............................................................................................. 11

Gambar 4. Komponen Sistem Pengapian CDI ............................................... 12

Gambar 5. Prinsip Kerja CDI ....................................................................... 14

Gambar 6. Prinsip spark advance .................................................................. 16

Gambar 7. Konstruksi Sistem Pengapian CDI Honda GL Pro 1997 .............. 17

Gambar 8. Konstruksi Baterai ....................................................................... 19

Gambar 9. Rangkaian Kunci Kontak ............................................................. 20

Gambar 10. Diagram Sirkuit CDI .................................................................. 21

Gambar 11. Induksi Bersama ........................................................................ 22

Gambar 12. Konstruksi Busi ......................................................................... 23

Gambar 13. Tabel Langkah Mendeteksi Kerusakan ....................................... 25

Gambar 14. Mengukur Celah Busi ................................................................ 29

Gambar 15. Membersihkan Busi Dengan Alat .............................................. 30

Gambar 16. Membersihkan Busi Dengan Sikat ............................................. 30

Gambar 17. Memeriksa Kumparan Primer Dengan Multitester ..................... 31

Gambar 18. Memeriksa Kumparan Skunder Dengan Multitester ................... 31

Gambar 19. Pengukuran Tahanan Pick up coil .............................................. 32

Gambar 20. Pengukuran Tahanan Kumparan Pengisian ................................ 33

Page 9: pengapian gl pro

ix

Gambar 21. Batas Air Dalam Baterai ............................................................ 33

Gambar 22. Pengukuran Berat Jenis Dan Pengisian Baterai .......................... 34

Page 10: pengapian gl pro

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar engine stand................................................................. 39

Lampiran 2. Gambar unit CDI dan koil pengapian ........................................ 40

Lampiran 3. Surat keterangan ....................................................................... 41

Page 11: pengapian gl pro

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong manusia untuk

selalu menciptakan inovasi baru. Perkembangan teknologi yang semakin canggih

juga terjadi pada dunia otomotif, khususnya sepeda motor. Sepeda motor

merupakan alat transportasi darat yang banyak digunakan oleh manusia, seiring

dengan banyaknya aktifitas diluar rumah yang selalu berpindah dari satu tempat

ke tempat lainnya. Untuk itu sepeda motor merupakan alat yang cocok untuk

mendukung aktifitas dan rutinitas manusia. Kemajuan teknologi dibidang

otomotif yang semakin canggih salah satunya adalah sistem pengapian pada

sepeda motor.

Sistem pengapian merupakan sistem yang sangat penting dalam sepeda motor.

Sistem tersebut berfungsi sebagai penghasil bunga api pada busi untuk

membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah terkompresi. Sistem

pengapian ini sangat berpengaruh pada tenaga dan daya yang dibangkitkan

oleh mesin tersebut.

Sistem pengapian yang dipakai pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 adalah

sistem pengapian CDI (capasitor discharge ignition). Sistem pengapian CDI

merupakan penyampurnaan dari sistem pengapian magnet konvesional (sistem

pengapian dengan kontak platina) yang mempunyai kelemahan-kelemahan

sehingga akan mengurangi efisiensi kerja mesin.

Page 12: pengapian gl pro

xii

Sebelumnya sistem pengapian pada sepeda motor menggunakan sistem

pengapian konvensional. Dalam hal ini sumber arus yang dipakai ada dua

macam, yaitu dari baterai dan ada pula yang dari generator. Perbedaan yang

mendasar dari sistem pengapian tersebut adalah pada sistem pengapian baterai

menggunakan baterai (aki) sebagai sumber tegangan, sedangkan untuk sistem

pengapian magnet menggunakan arus listrik AC (alternating current) yang

berasal dari alternator.

Sekarang ini sistem pengapian magnet konvensional sudah jarang digunakan.

Sistem tersebut sudah tergantikan oleh banyaknya sistem pengapian CDI pada

sepeda motor. Sistem CDI mempunyi banyak keunggulan dimana tidak

dibutuhkan penyetelan berkala seperti pada sistem pengapian dengan platina.

Dalam sistem CDI busi juga tidak mudah kotor karena tegangan yang

dihasilkan oleh kumparan sekunder koil pengapian lebih stabil dan sirkuit yang

ada dalam unit CDI lebih tahan air dan kejutan karena dibungkus dalam

cetakan plastik. Pada sistem ini bunnga api yang dihasilkan oleh busi sangat

besar dan relatif stabil, baik dalam putaran tinggi maupun putaran rendah. Hal

ini berbeda dengan sistem pengapian magnet dimana saat putaran tinggi api

yang dihasilkan akan cenderung menurun sehingga mesin tidak dapat bekerja

secara optimal. Kelebihan inilah yang membuat sistem pengapian CDI yang

digunakan sampai saat ini.

Sistem pengapian CDI pada sepeda motor sangat penting, dimana sistem

tersebut berfungsi sebagai pembangkit atau penghasil tegangan tinggi untuk

Page 13: pengapian gl pro

xiii

kemudian disalurkan ke busi. Bila sistem pengapian mengalami gangguan atau

kerusakan, maka tenaga yang dihasilkan oleh mesin tidak akan maksimal.

Pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 memakai sistem pengapian CDI yang

berbeda dengan sebelumnya. Perbedaan tersebut teletak pada sumber arus yang

digunakan. Sumber arus pada Honda GL Pro 1997 adalah baterai. Hal ini

berbeda dengan Honda GL Pro sebelumnya yang menggunakan generator

sebagai sumber arus. Kelebihan dari penggunaan baterai adalah tegangan yang

dihasilkan lebih stabil bila dibandingkan dengan generator

Atas dasar latar belakang itulah, maka pada laporan tugas akhir ini penulis

mencoba untuk melakukan pembahasan mengenai sistem pengapian CDI pada

sepeda motor honda GL Pro 1997 dalam judul “SISTEM PENGAPIAN CDI

PADA HONDA GL PRO 1997” dengan alsan sebagai berikut :

1. Sistem pengapian CDI berperan sangat penting unutk menjamin bahwa sepeda

motor tersebut dapat dihidupkan.

2. Menambah literatur yang membahas mengenai sistem pengapian sepeda

motor, gangguan yang mungkin terjadi dan cara mengatasi gangguan tersebut

terutama pada sepeda motor Honda GL Pro 1997.

3. Kompleknya masalah mengenai sistem pengapian CDI sepeda motor Honda

GL pro 1997 sehingga memerlukan pembahasan lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan pembahasan

mengenai sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997 dengan

rumusan masalah sebagai berikut :

Page 14: pengapian gl pro

xiv

1. Bagaimana konstruksi dan cara kerja sistem pengapian sepeda motor Honda

GL Pro 1997.

2. Gangguan kerusakan apa sajakah yang biasa terjadi pada sistem pengapian

sepeda motor HondaGL Pro 1997.

3. Bagaimana cara mendeteksi dan mengatasi kerusakan pada sistem pengapian

CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konstruksi, fungsi dan cara kerja sistem pengapian CDI

pada sepeda motor Honda GL Pro1997.

2. Mengetahui kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI sepeda

motor Honda GL Pro 1997.

3. Mengetahui cara mendeteksi dan mengatasi kerusakan pada sistem pengapian

sepeda motor Honda GL Pro 1997.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan proyek akhir berikut

ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan tentang nama komponen, konstruksi, fungsi, dan cara

kerja sistem pengapian CDI pada sepeda motor Honda GL Pro 1997.

2. Sebagai masukan bagi pemilik sepeda motor Honda GL Pro 1997 dalam

mengatasi gangguan pada sistem pengapian CDI.

3. Menambah informasi bagi para pembaca khususnya pada sistem pengapian

CDI.

Page 15: pengapian gl pro

xv

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan proyek akhir ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu

sebagai berikut:

1. Bagian awal

Berisi tentang judul proyek akhir, abstrak, pengesahan, motto, persembahan,

kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi

Bagian ini mencakup tiga bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,

dan sistematika penulisan.

Bab II Analisis sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997, yang

membahas mengenai kajian, konstruksi, dan cara kerja sistem pengapian CDI

tersebut, analisis cara kerja komponen, serta cara mendeteksi dan mengatasi

kerusakan pada sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997.

Bab III Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran.

3. Bagian penutup

Pada bagian akhir berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran

Page 16: pengapian gl pro

xvi

BAB II

SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997

A. Kajian Teori

Sebuah motor bakar menghasilkan tenaga dari pembakaran campuran bahan

bakar dan udara yang telah dikompresikan didalam ruang bakar. Campuran

bahan bakar dan udaraterbagi menjadi tiga, yaitu campuran gemuk, sedang dan

kurus. Pada motor bensin, Pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang

terkompresi dilakukan oleh percikan bunga api listrik. Percikan bunga api

tersebut dihasilkan oleh busi yang mendapatkan aliran arus bertegangan tinggi

dari koil pengapian

Dalam sistem pengapian sepeda motor selalu menggunakan busi. Busi

menghasilkan percikan bunga api listrik dan membakar campuran bahan bakar

serta udara yang terkompresi dalam ruang bakar akan mengawali proses

pengapian. Tegangan yang diperlukan untuk membuat busi memercikkan bunga

api listrik adaah sekitar 10.000 volt – 20.000 volt. Sistem pengapian ini sangat

berpengaruh pada tenaga atau energi yang dibangkitkan oleh mesin.

Pada sepeda motor urutan sistem pengapian dapat dijelaskan menjadi

beberapa tahap yaitu penyediaan dan penyimpanan energi listrik di baterai,

penghasil tegangan tinggi, menyalurkan tegangan tinggi ke busi, dan pelepasan

bunga api pada elektroda busi. Tanpa adanya tahapan tersebut maka pembakaran

dalam sebuah motor bensin tidak akan terjadi.

Dalam suatu sistem pengapian terdiri dari bagian-bagian yang penting

yaitu sebagai berikut:

1. Baterai

Page 17: pengapian gl pro

xvii

Baterai merupakan sumber arus bagi lampu-lampu pada kendaraan.

Selain itu baterai juga berfungsi sebagai sumber arus pada sistem pengapian.

Prinsip kerja dari baterai adalahpada saat kutup positif (timbal oksida) dan

kutup negatif (timbal) bereaksi dengan larutan elektrolit (asam sulfat) maka

akan terjadi pelepasan muatan elektron. Elektron yang bergerak dari kutub

negatif ke kutub itu akan menjadi arus listrik.

2. Generator

Dalam sebuah generator terdiri dari dua bagian yaitu rotor yang

berupa magnet dan beberapa kumparan. Generator ini bekerja berdasarkan

prinsip bahwa pada saat terdapat garis gaya magnet yang terputus oleh lilitan

kawat, maka pada lilitan kawat tersebut akan timbul gaya gerak listrik induksi.

Arus listrik yang dihasilkan merupakan arus bolak balik atau AC (Alternating

Curent). Arus tersebut yang akan menyuplai sebagian besar arus saat motor

berjalan. Gambar dari generator dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Generator

(Sumber : Daryanto, 2004)

3. Pemutus arus

Pemutus arus ada dua macam yaitu dengan memakai platina atau

dengan menggunakan sistem CDI. Pada penggunaan platina memakai sistem

Page 18: pengapian gl pro

xviii

seperti pada sakelar. Platina berfungsi sebagai pemutus arus yang mengalir ke

kumparan primer pada koil pengapian. Dengan bekerjanya platina ini maka

medan magnet pada koil selalu berubah-ubah yang mengakibatkan timbulnya

tegangan sekitar 10.000 volt pada kumparan skunder. Bekerjanya platina ini

diatur oleh poros kam, sehingga waktu atau saat penyalaan dari gas bahan

bakar dalam silinder dapat diatur menurut ketentuan yang telah ditetapkan.

Pada platina waktu akan terbuka, akan timbul bunga api. Untuk menghindari

hal tersebut digunakanlah kondnsor sebagai pengaman atau peredam.

Selain penggunaan platina juga ada sistem yang mampu bekerja untuk

memutus arus ke kumparan primer koil pengapian tanpa adanya percikan api,

yaitu sistem CDI. Pemutusan arus yang dilakukan oleh unit CDI adalah

dengan cara menahan arus dalam kondensor saat SCR mati dan

mengalirkannya ke kumparan primer koil saat hidup.

4. Kondensor

menurut sifatnya, kondensor dapat menhan sejumlah muatan listrik

menurut kapasitas dan dalam waktu tertentu. Oleh sebab itulah kondensor

dapat digunakan sebagai peredam atau penghisap arus listrik ekstra yang

timbul akibat adanya tegangan induksi diri pada kumparan primer yang dapat

menimbulkan bunga api listrik pada platina. Kondensor ini biasanya dibuat

dari kertas isolasi dan kertas perak.

Pada sistem CDI kondensor berada pada unit CDI yang telah dikemas

dalam cetakan plastik. Dalam unit CDI ini kondensor berfungsi untuk

menahan arus saat SCR kemudian mengalirkannya kekumparan primer koil

Page 19: pengapian gl pro

xix

pengapian saat SCR hidup. Dalam sistem CDI tidak akan terjadi loncatan

bunga api listrik seperti pada penggunaan platina sehingga kerja yang

dilakukan lebih efektif. Koil penyalaan

5. koil pengapian

Arus listrik yang datang dari generator ataupun baterai akan masuk

kedalam koil. Arus ini mempunnyai tegangan sekitar 12 volt dan oleh koil

tegangan ini akan dinaikkan sampai mencapai tegangan sekitar 10.000 volt.

Dalam koil terdapat kumparan primer dan skunder yang dililitkan pada plat

besi tipis yang bertumpuk. Pada gulungan primer mempunyai kawat yang

dililitkan dengan diameter 0,6 sampai 0,9 mm dengan jumlah lilitan sebanyak

200 lilitan. Sedangkan pada kumparan skunder mempunnyai lilitan kawat

dengan diameter 0,05 sampai 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 20.000

lilitan. Karena perbedaan pada jumlah gulungan pada kumparan primer dan

skunder maka pada kumparan skunder akan timbul tegangan kira-kira 10.000

volt. Arus dengan tegangan tinggi ini timbul akibat terputus-putusnya aliran

arus pada kumparan primer yang mengakibatkan tegangan induksi pada

kumparan skunder. Karena hilangnya medan magnet ini terjadi saat

terputusnya arus listrik pada kumparan primer, maka dibutuhkan suatu sakelar

atau pemutus arus. Dalam hal ini bisa memakai platina (contac breaker) atau

sistem CDI. Gambar dari koil penyalaan dapat dilihat pada gambar 1.

Ke Busi

Dari CDI

Lilitan Primer

Lilitan Skunder

Pembungkus

Page 20: pengapian gl pro

xx

Gambar 2. Koil Pengapian

(Sumber : Daryanto, 2004)

5. Busi

Busi adalah suatu alat yang dipergunakan untuk meloncatkan bunga

api listrik di dalam silinder ruang bakar. Bunga api listrik ini akan diloncatkan

dengan perbedaan tegangan 10.000 volt diantara kedua kutup elektroda dari

busi. Karena busi mengalami tekanan, temperatur tinggi dan getaran yang

sangat keras, maka busi dibuat dari bahan-bahan yang dapat mengatasi hal

tersebut. Pemakaian tipe busi untuk tiap-tiap mesin telah ditentukan oleh

pabrik pembuat mesin tersebut. Jenis busi pada umumnya dirancang menurut

keadaan panas dan temperatur didalam ruang bakar. Secara garis besar busi

dibagi menjadi tiga yaitu busi dingin, busi sedang (medium type) dan busi

panas.

Busi dingin adalah busi yang menyerap serta melepaskan panas

dengan cepat sekali. Jenis ini biasanya digunakan untuk mesin yang

temperatur dalam ruang bakarnya tinggi. Busi panas adalah busi yang

menyerap serta melepaskan panas dengan lambat. Jenis ini hanya dipakai

untuk mesin yang temperatur dalam ruang bakarnya rendah. Gambar bagian-

bagian dari busi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Inti Besi

Page 21: pengapian gl pro

xxi

Gambar 3. Busi

(Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama,2004)

Sistem pengapian pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 menggunakan

sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) atau sistem pengapian

pengosongan kapasitif yang merupakan penyempurnaan dari sistem pengapian

magnet konvensional dengan kontak platina. Penyempurnaan terletak pada

penggantian titik kontak (breaker point) dengan unit CDI.

Mur terminal

Insulator

Rumah metal

Gasket

Elektroda center

Inti dari tembaga

Ulir

Celah busi

Elektroda Massa

Tipe panas Tipe dingin

Page 22: pengapian gl pro

xxii

Penggantian titik kontak dengan unit CDI dimaksutkan untuk menghindari

motor sulit dihidupkan karena pada titik kontak mudah sekali teroksidasi, aus, dan

sensitif terhadap air. Bila titik kontak platina teradi hal – hal tersebut maka akan

mempengaruhi kinerja dari sepeda motor. Dengan penggantian titik kontak

dengan unit CDI maka kemungkinan kerusakan dan gangguan akan dapat

diminimalkan, sehingga akan diperoleh sistem pengapian yang lebih baik. Bila

sistem pengapian baik maka motor akan mudah untuk dihidupkan.

Sebuah sistem pengapian CDI umumnya terdiri dari komponen–

komponen seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Komponen sistem pengapian CDI

(Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

Sistem pengapian CDI mempunyai komponen-komponen yang

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Timing circuit yang berfungsi untuk memberikan arus secara otomatis pada

SCR (Silicoln Control Rectifier) yang berfungsi sebagai thiristor switch.

Rotor Koil pengisian

Koil pengisian Unit CDI

Koil Pulsa

Koil pengapian

Page 23: pengapian gl pro

xxiii

2. Charge coil (koil pengisian) berfungsi untuk menghasilkan arus listrik yang

akan disimpan didalam kapasitor dalam unit CDI.

3. Unit CDI berfungsi untuk menyalurkan arus menuju kumparan primer dalam

ignition coil sesuai dengan sinyal pengapian dari timing circuit.

4. Ignition coil (koil pengapian) berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi.

5. Busi yang berfungsi untuk menghasilkan loncatan bunga api listrik guna

membakar campuran bahan bakar dan udara yangtelah terkompresi.

Dalam sebuah sistem pengapian CDI, arus yang dibangkitkan oleh koil

pengisian akan disimpan dalam kapasitor yang ada di dalam unit CDI. Sebelum

masuk kapasitor tersebut arus telah diubah menjadi arus searah (DC) oleh dioda.

Arus yang masuk dalam timing circuit akan mengalir sebagai sinyal pengapian

yang menyalakan SCR yang berfungsi sebagai sakelar thyristor. Pada saat SCR

terpicu oleh sinyal sehingga menyala (dalam keadaan ON), maka gate atau pintu

didalamnya akan menyababkan muatan listrik yang disimpan dalam kapasitor

akan dilepaskan menuju kumparan primer koil pengaian untuk kemudian mengalir

kembali ke kapasitor, sehingga pada kumparan skunder koil akan timbul tegangan

induksi atau tegangan tiba-tiba (high voltage surge) yang membuat busi

memercikkan bunga api listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh koil pengapian

akan tergantung pada perbandingan jumlah lilitan pada kumparan primer dan

kumparan skunder. Atau dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa pada saat

magnet yang dipasang pada rotor melewati kutub selatan, arus akan mengalir

melalui koil pengapian sehingga pada busi akan muncul percikan bunga api

Page 24: pengapian gl pro

xxiv

listrik. Oleh sebab itu saat pengapian pada sistem pengapian CDI ditentuka oleh

timing circuit yang sudah di setting 20o B. T. C. D pada 6000 rpm.

.

Gambar 5. Prinsip kerja CDI

(Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

Prinsip kerja unit CDI dalam sistem pengapian ini adalah pada saat arus

mengalir dari koil eksistensi maka arus AC tersebut akan diubah menjadi arus

searah dan disimpan dalam kapasitor. Arus yang diinduksikan di dalam koil pulsa

mengalir melalui aliran sinyal ignition dan menyalakan thyristor (SCR). Pada saat

thyristor dinyalakan muatan listrik yang disimpan dalam kondensor dilepaskan ke

kumparan primer dari koil pengapian, sehingga menghasilkan tegangan tinggi

tiba-tiba pada kumparan skunder.

Dengan kata lain, bila magnit yang ditetapkan pada rotor melewati koil

pulser maka arus akan mengalir ke koil pengapian untuk kemudian bunga api

dihasikan oleh busi. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa timing dari

Busi SCR konduktif

Busi

Koil pengapian

Koil eksistesi

Koil pulsa

Page 25: pengapian gl pro

xxv

pengapian ditentukan oleh penetapan posisi dari koil pulsa. Ini berarti bahwa

sistem CDI tidak mmemerlukan penyetelan timing dari pengapian.

Sistem CDI mempunyai banyak keunggulan yang membuatnya masih

digunakan sampai sekarang ini. Sifat - sifat dari sistem CDI yaitu sebagai berikut:

1. Mogoknya motor karena kotornya titik-titik kontak dapat dihindarkan.

2. Tidak terjadi loncatan bunga api yang melintasi celah titik-titik kontak platina,

dan karenanya voltase skunder stabil sehingga start dan performa yang sangat

baik pada kecepatan rendah terjamin.

3. Saat putaran tinggi bunga api yang dihasilkan oleh busi lebih stabil sehingga

mesin akan bekerja secara optimal.

4. Pemeliharaan mudah karena tidak ada persoalan aus pada titik-titik kontak dan

pada “breaker arm heel”.

5. Tidak memerlukan adanya penyetelan ignition karena tidak memakai titik-titik

kontak dan cam.

6. Busi tidak mudah kotor karena voltase skunder yang lebih tinggi.

7. Sirkuit yang ada di dalam sistem CDI dibungkus dalam cetakan plastik,

sehingga lebih tahan air dan kejutan.

Selain keunggulan diatas, sistem CDI juga mempunyai perbedaan dengan

sistem konvensional dalam hal pemajuan waktu pengapian. Pemajuan waktu

pengapian pada sistem pengapian magnet konvensional mengandalkan gaya

sentrifugal yang terjadi pada bobot governor disaat mesin berputar. Gaya

sentrifugal yang bekerja pada bobot governor tersebut akan membuatnya

terlempar keluar dan menyebabkan cam governor bergerak untuk memajukan

Page 26: pengapian gl pro

xxvi

waktu pengapian. Sedangkan pada sistem pengapian CDI, pemajuan waktu

pengapian dilakukan dengan jalan mengubah waktu yang dibutuhkan untuk

membangun voltase yang dihasilkan koil pulsa.

Seperti terlihat pada gambar dibawah, voltase koil pulsa bertambah bila

kecepatan rotor naik. Pada saat yang sama voltase naik lebih cepat. Ini berarti

bahwa voltase mencapai “gate trigger level” dari thyristor lebih cepat dengan

perbedaan sudut engkol. Pada gambar 6 menunjukkan posisi (a) adalah keadaan

saat mesin pada posisi stasioner (800-900 rpm), (b) saat mesin pada kecepatan

sedang(+ 4000 rpm) dan posisi (c) adalah saat mesin pada kecepatan tinggi

(+ 7000 rpm).

Gambar 6. Prinsip spark advance pada sistem pengapian CDI

(Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

+

Page 27: pengapian gl pro

xxvii

B. Konstruksi dan cara kerja sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro

1997

Sistem pengapian CDI pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 memakai

arus searah (DC) yang disuplai secara langsung dari aki. Konstruksi sistem

pengapiannya ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 7. Konstruksi sistem pengapian CDI sepeda motor

Honda GL Pro 1997

(Sumber : Anonim, 1994 : C 16)

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa konstruksi sistem pengapian

CDI pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 adalah terdiri dari baterai, koil pulsa,

unit CDI, koil pengapian, timing circuii, sakelar utama (main switch)dan busi

(spark plug).

Cara kerja dari sistem pengapian yang ditunjukkan oleh gambar diatas

adalah pada saat kunci kontak ON arus mengalir dari baterai ke sekering

kemudian ke kunci kontak. Dari kunci kontak arus diteruskan ke kumparan primer

pada kumparan penguat arus di unit CDI sehingga arus stand by di kaki kolektor

transistor (Tr).

Magnet

Pengontrol

waktu

pengapian

Unit CDI

Baterai

Busi

SCR

Tr

Page 28: pengapian gl pro

xxviii

Pada sepeda motor 4 tak setiap melakukan satu kali proses pembakaran

memerlukan dua kali putaran poros engkol. Saat putaran poros engkol yang

pertama pick up coil menghasilkan tegangan dan tegangan ini diatur oleh sirkuit

pengontrol waktu pengapian untuk mengaktifkan saklar pada kaki basis transistor

sehingga transistor hidup.

Apabila transistor hidup (ON) maka arus yang stand bay di kaki kolektor

transistor akan mengalir ke massa, sehingga timbul kemagnetan pada inti besi

kumparan penguat arus. Setelah pick up coil tidak menghasilkan arus lagi,

transistor transitor pada kumparan penguat arus akan mati. Hal ini menyebabkan

kemagetan pada inti besi kumparan penguat jadi hilang, sehimgga menimbulkan

tegangan induksi pada kedua kumparan penguat arus tersebut.

Tegangan yang dihasilkan oleh kumparan skunder akan lebih besar dari

kumparan primer dan tegangan ini akan disearahkan oleh dioda untuk mengisi

kapasitor. Pada putaran poros engkol yang kedua, pick up coil kembali

menghasilkan tegangan. Tegangan yang dihasilkan ini diatur oleh ignition timing

control circuit untuk mengaktifkan SCR. Karea SCR aktif (ON) maka arus yang

disimpan oleh kondensor akan dikeluarkan melalui SCR ke kumparan primer

pengapian sehingga menyebabkan tegangan induksi pada kedua kumparan

pengapian. Tegangan induksi yang dihasilkan kumparan skunder mencapai sekitar

10.000 volt. Tegangan ini akan diteruskan oleh kabel tegangan tinggi menuju ke

busi. Karena pada busi terdapat celah, maka akan menyebabkan loncatan bunga

api listrik yang digunakan dalam pembakaran.

Page 29: pengapian gl pro

xxix

C. Komponen sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997

1. Baterai

Baterai pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 dipakai sebagai sumber

arus lampu-lampu dan sistem pengapian. Apabila mesin sudah hidup tugas dari

baterai diambbil alih oleh kumparan pengisian. Mengingat pentingnya peraqnan

baterai tersebut , maka kondisi baterai harus selalu dijaga. Salah satunya adalah

dengan jalan mengontrol ketinggian air dalam baterai yang akan selalu berkurang

karena dipengaruhi oleh reaksi kimia di dalam baterai itu sendiri. Apabila

menambah air dalam baterai pastiakanlah bahwa yang dipakai adalah air destilasi

dan jangan memakai air ledeng atau air lainnya. Selain itu kebersihan dari kedua

kutub baterai harus selalu dijaga untuk menjamin suplai arusberjalan dengan

dngan lancar tanpa terhalang oleh adanya kotoran.

Gambar 8. Konstruksi baterai

(Sumber : Northop RS, 1987)

Prinsip kerja baterai dalam menghasilkan arus listrik adalah pada saat

kutub positif (timbal dioksida) dan kutub negatif (timbal) bereaksi dengan larutan

elektrolit (asam sulfat) mak akan terjadi pelepasan muatan elektron. Elektron yang

bergerak dari kutub negatif ke kutub positif itu akan menjadi arus listrik

Page 30: pengapian gl pro

xxx

2. Kunci kontak

Kunci kontak merupakan sakelar utama yang disamping menghubungkan

baterai dengan seluruh sistem yang ada di sepeda motor (termasuk sistem

pengapian), juga berfungsi untuk menghubungkan kumparan pengisian dengan

unit CDI . Pada saat kunci kuntak diputar ke posisi (ON), maka titik kontak yang

ada di kedua terminalnya akan saling behubungan, sehingga arus listrik dapat

mengalir dari satu terminal ke terminal yang lainnya.

Gambar 9. Rangkaian kuci kontak

3. Timing circuit

Timing circuit berfungsi untuk mengatur waktu pengapian dan sebagai

sinyal pengapian bagi SCR. Arus yang dihasilkan oleh magnet merupakan arus

bolak balik dan akan diubah menjadi arus searah oleh dioda.

Ke unit CDI

Kunci kontak

Baterai

Page 31: pengapian gl pro

xxxi

4. Unit CDI

Gambar 10. Diagaram sirkuit CDI

(Sumber : anonim, 1994 : C 18)

Cara kerja dari rangkaian unit CDI diatas adalah saat ada arus yang

mengalir dari baterai, maka arus akan melewati kumparan penguat dan stand by di

kaki kolektor transistor (Tr). Saat transistor hidup karena adanya arus yang

dibangkitkan oleh koil pulsa, maka arus yang stand by di kaki kolektor transostor

akan mengalir ke massa. hal ini menyebabkan terjadinya kemagnetan pada inti

besi kumparan penguat. Jika koil pulsa tidak mengalirkan arus lagi maka

kemagnetan akan menjadi hilang, sehingga timbul tegangan induksi pada kedua

kumparan penguat tersebut. Tegangan induksi pada kumparan skunder akan

mengisi kapasitor setelah disearahkan oleh dioda terlabih dahulu.

Pada putaran poros engkol yang kedua koil pulsa kembali menghasilkan

arus yang akan menghidupkan SCR. Karena SCR aktif maka arus yang ada

didalam kapasitor akan dikeluarkan ke kumparan primer koil pengapian

5. Koil pengapian

Koil pengapian berfungsi untuk mengubah arus yang diterima CDI

menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan loncatan bunga api listrik pada celah

busi. Tegangan pada kumparan skunder diasilkan dari induksi bersama, dimana

Dari baterai

Koil pulsa

Pengontrol waktu pengapian

Ke koil

Page 32: pengapian gl pro

xxxii

prinsip kerja dari induksi bersama yaitu apabila pada inti besi dililit dua buah

kumparan (kumparan primer dan skunder) dan pada kumparan primar dialiri arus

listrik kemudian arus listrik tersebut diputus secara tiba-tiba mak tegangan induksi

terjadi pada kedua kumparan tersebut. Besar tegangan induksi pada kumparan

skunder tergantung dari perbandingan gulungan antara kumparan primer dengan

kumparan skunder seperti terlihat dari perbandingan berikut ini :

Ep/Np = Es/Ns

Dimana Ep = Teangan induksi pada kumparan primer

Es = Tegangan induksi pada kumparan skunder

Np = Jumlah lilitan pada kumparan primer

Ns = Jumlah lilitan pada kumparan skunder

Gambar 11. Induksi bersama

(Sumber : Anonim, 1999 : 47)

6. Busi

Busi merupakan komponen terakhir pada sistem pengapian sepeda motor

yang berfungsi sebagai penghasil bunga api listrik sebagai reaksi dari tegangan

tinggi yang dihasilkan oleh koil pangapian. Gambar busi pada sepeda motor dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Kumparan Skunder

Kumparan Primer

Kunci kontak

meter

Baterai

Page 33: pengapian gl pro

xxxiii

Gambar 12. Konstruksi busi

(Sumber : Teknik Perawatan Sepeda motor, 2004)

Busi dapat mencapai temperatur 2000 0

C pada langkah kerja, dan pada

langkah masuk, busi tersebut didinginkan oleh campuran bahan bakar dan udara

secara tiba-tiba. Pada sepeda motor Honda GL Pro 1997, busi mengalami

perubahan suhu yang sangat cepat setiap dua kali putaran poros engkol. Tekanan

didalam silinder lebih rendah daripada tekanan atmosfir pada langkah masuk,

tetapi pada langkah kerja meningkat menjadi lebih dari 45 atm. Saat kondisi

tersebut pada busi tidak boleh terjadi kebocoran.

Atas dasar itulah, maka pemilihan busi harus disesuaikan dengan kondisi

operasi mesin atau disesuaikan dengan nilai panas yang dimiliki oleh busi

tersebut. Nilai panas adalah kemampuan busi untuk meradiasikan sejumlah panas.

Nilai panas busi dapat diketahui melalui panjang unsur insulator (T). Busi dingin

mempunyai, mengakibatkan permukaan yang bersinggungan dengan api menjadi

lebih kecil, dan jalur perambatannya lebih pendek sehingga prosesnya akan lebih

Mur terminal

Insulator

Rumah metal

Gasket

Elektroda center

Inti dari tembaga

Ulir

Celah busi

Elektroda Massa

Page 34: pengapian gl pro

xxxiv

cepat. Pada busi panas ujung insulatornya lebih panjang dengan permukaan

singgung dengan api lebih besar. Hal ini menyebabkan jalur perambatan panasnya

lebih panjang sehingga prosesnya lebih lambat.

Busi yang baik menurut ciri-ciri fisiknya adalah dengan warna ulir kuning

keemasan, permukaan kutub negatifnya rata, serta menghasilkan bunga api yang

berwarna keniru-biruan dan terpusat pada anoda dan katoda busi.

Pemilihan busi yang tepat dapat dilihat dari warna insulatornya, yaitu

berwarna coklat terang untuk pemakaian busi yang sesuai dengan kondisi operassi

mesin. Sepeda motor Honda GL Pro 1997 menggunakan busi dengan kode yaitu

X24EP - U9 dan DP8EA – 9.

D. Kerusakan sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997

Kerusakan yang terjadi pada sistem pengapian CDI sepeda motor Honda

GL Pro 1997 dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan (suhu yang cepat

berubah) atau karena usia pemakaian. Pengaruh lingkungan yang menyebabkan

gangguan antara lain adalah kelembaban udara dan faktor cuaca. Sedangkan

kerusakan yang disebabkan oleh usia adalah karena pemakaian yang terus

menerus dengan kondisi dialiri arus, maka menyebabkan berubahnya sifat dan

spesifikasi komponen.

Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian Honda GL Pro1997

adalah tidak dihasilkannya loncatan bunga api yang sempurna. Kerusakan tersebut

terjadi apabila salah satu komponen sistem pengapian pengalami gangguan,

dimana gejalanya adalah sebagai berikut.

Page 35: pengapian gl pro

xxxv

1. Harga tahanan terukur pada beberapa komponen tidak sesuai dengan

spesifikasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh usia pemakaian, atau akibat

terkena panas listrik yang terus menerus.

2. Kondisi fisik pada masing-masing komponen menunjukkan adanya tanda-

tanda kerusakan, misalnya keretakan, terkelupasnya atau terputusnya isolator

kabel tegangan tinggi.

3. Kondisi sambungan antar kabel dari masing-masing komponen yang sudah

mengalami kerusakan, kelonggaran, atau terhalang kotoran, dimana hal

tersebut akan mengganggu aliran arus listrik.

E. Mendeteksi dan mengatasi kerusakan sistem pengapian CDI pada Honda

GL Pro 1997

Berikut ini merupakan tabel mengenai langkah mendeteksi kerusakan

yang mungkin terjadi pada sistem pengapian dan alternatif perbaikannya.

Subrakitan yang

diperksa

Rincian yang harus diperiksa Alat yang digunakan

dalam pemeriksaan

1. Sekering a.Tahanan antar ujung.

b.Kondisi dalam sekering.

a. Ohm meter.

b. Pemeriksaan visual.

2. Kunci kontak a.Kondisi hubungan antar

terminal.

b.Kondisi kabel penghubung.

a. Pemeriksaan visual.

b. Ohm meter.

3. Busi a. Kondisi anoda dan katoda.

b. Celah busi.

c. Bunga api pada busi.

a. Pemeriksaan visual.

b. Feeler gauge.

c. Pemeriksaan visual.

Page 36: pengapian gl pro

xxxvi

4. Koil pengapian a. Tahanan kumparan primer.

b. Tahanan kumparan skunder.

a. Ohm meter.

b. Ohm meter.

5. Unit CDI a. Tahanan antar terminal.

b. kondisi kabel-kabel

penghubung.

a. Ohm meter.

b Pemeriksaan visual

atau multitester.

6. Koil pulsa a. Tahanan kabel-kabel dengan

massa.

b. Kondisi kabel penghubung.

a. Ohm meter.

b. Pemeriksaan visual.

7. Koil pengisian a. Tahanan kabel-kabel dengan

massa.

b. Kondisi kabel penghubung.

a. Ohm meter.

b. Pemeriksaan visual.

a.

8. Baterai a. Pemeriksaan air

b. Berat jenis elektrolit

a. Pemeriksaan visual

b. Hidrometer

Gambar 13. Tabel langkah mendeteksi kerusakan

(Sumber : Anonim)

Langkah pemeriksaan untuk mengetahui kondisi dari komponen pada

sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 dalam keadaan baik dan layak

untuk dipergunakan berdasarkan diagram diatas, maka harus dilakukan

pemeriksaan sebagai berikut.

Page 37: pengapian gl pro

xxxvii

1. Pemeriksaan sekering

a. Secara visual

Secara visual sekering dapat diperiksa melalui kawat penghubung yang

ada didalam tabung sekering menggunakan multitester. Bila kawat

penghubung putus berarti sekering rusak, maka sekering perlu diganti dengan

yang baru.

b. Menggunakan multitester

Cara pengetesan yaitu dengan meletakkan posisi multitester pada ohm

meter. Kemudian letakkan kabel tester pada kedua ujung sekering. Bila jarum

bergarak berarti sekering dalam keadaan baik dan bila diam berarti sekering

putus.

2. Pemeriksaan kunci kontak

a. Secara visual

Kunci kontak dapat diperiksa dengan cara melihat sambungan

kabel/terminal pada kunci kontak. Bila sambungan putus berarti aliran arus

dari sumber arus terputus

b. Menggunakan multitester

Cara dengan menggunakan multitester yaitu dengan meletakkan

multitester pda posisi ohm meter. Setelah itu letakkan kabel tester pada kedua

terminal kunci kontak. Bila jarum bergerak berarti kunci kontak dalam

keadaan baik. Kunci kontak terputus bila jarum tidak bergerak dan kunci

kontak harus diganti

Page 38: pengapian gl pro

xxxviii

3. Pemeriksaan Busi

a. Melalui percikan bunga api

Untuk memeriksa bunga api, tutup busi harus dilepas terlebih dahulu

dengan menggunakan kunci busi. Berikutnya busi dimasukkan ke tutup busi

dan ditempelkan pada kepala silinder. Untuk mengetahui percikan pada busi,

staterlah motor dalam keadaan busi masih ditempelkan pada kepala silinder.

Bila api berwarna biru keputihanberarti masih baik dan bila berwarna merah

atau tidak ada bunga api maka harus diganti.

b. Pemeriksaan secara visual

Busi menandakan dari kondisi operasi sepeda motor, oleh sebab itu

penentuan busi yang tepat dapat dilihat dari keadaan busi tersebut. Berikut ini

beberapa keadaan yang terdapat pada busi :

1) Busi normal

Bila bahan bakar yang digunakan tanpa timbal, maka isolator pada busi

berwarna abu-abu atau keputih-putihan. Tetapi bila pada bahan bakar

mengandung tibal,isolatornya berwarna coklat muda.

2) Busi berwarna kehitam hitaman

Warna kehitam-hitaman pada busi dapat disebabkan karena isolator

elektroda busi terlapisi oleh karbon kering. Kemungkinan penyebabnya adalah

nilai panas yang tidak tepat, campuran yang terlalu kaya dan elemen udara

yang tersumbat. Hal ini menyebabkan api yang dihasilkan tidak sempurna.

Untuk itu elemen saringan udara dan setelan karburator harus diperiksa, bila

tidak terjadi apa-apa busi harus diganti dengan yang satu tangga lebih panas.

Page 39: pengapian gl pro

xxxix

3) Busi terbakar

Busi terbakar akan mempunyai tanda-tanda isolator berwarna putih

pucat dan anoda serta katodanya menjadi cepat aus. Kemungkinan

penyebabnya adalah pemakaian busi yang tidak tepat atau campuran bahan

bakar yang terlalu miskin. Cara mengatasinya adalah denganmemeriksa

karburator atau dengan mengganti busi yang satu tingkat lebih dingin.

c. Celah busi

Celah busi adalah jarak antara elektroda tengah dengan elektroda massa.

Bila celah tersebut terlalu dekat kesalahan pengapian bisa terjadi dan bila

terlalu lebar bunga api tidak akan terjadi pada busi tersebut. Karena itu celah

busi harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pada sepeda motor

Honda GL Pro 1997 celah businya adalah 0,8 – 0,9 mm. Pengukuran celah

busi dapat dilakukan dengan feeler gauge.

Gambar 14. Mengukur cealah busi

(Sumber :Daryanto, 2004)

Page 40: pengapian gl pro

xl

d. Membersihkan busi

Untuk menghilangkan karbon pada busi dapat dilakukan denga dua cara

yaitu dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat. Kalu

menggunakan alat, langkah pertama yang kita lakukan adalah meluruskan

elektroda (ground). Bersihkanlah isolator hingga putih dengan cara memutar

busi pada alat pembersih busi. Biasanya 10-20 detik waktu pembersihan sudah

cukup. Bila dibersihkan terlalu lama elektroda akan menjadi aus.

Gambar 15. Membersihkan busi dengan alat

(Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

Pembersihan busi tanpamenggunakan alat dapat dilakukan dengan

menggunakan sikat kawat halus. Karbon dihilangkan dari dalam busi dan

pembersihan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak elektrida

busi. Bila elektroda telah aus, kikirlah agar datar kembali. Dan yangterahir

setelah celah busi sesuai dengan spesifikasi.

Page 41: pengapian gl pro

xli

Gambar 16. Membersihkan busi dengan sikat

(Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

4. Pemeriksaan koil pengapian

Kondisi koil pengapian dapat dengan mudah dicek bila menggunaka

multitester. Pengecekan kumparan primer dilakukan dengan cara menempelkan

salah satu kabel tester ke terminal positif ignition coil dan menempelkan kabel

yang satunya ke bodi ignition coil. Bila jarum menyimpang berarti kumparan

primer dalam keadaan baik. Tahanan yang harus terukur (Standart) adalah 0,4 –

0,6 ohm.

Gambar 17. Memeriksa kumparan primer dengan multi tester

(Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

Pengecekan kumparan skunder adalah dengan menempelkan kabel tester

pada terminal positif ignition coil dan kabel yang satunya kita tempelkan pada

kabel tegangan tegangan tinggi. Tahanan yang harus terukur (Standart) adalah

7 – 9 kOhm

Inti

Kabel tegangan tinggi

Kabel tegangan tinggi Inti

Kabel primer

Page 42: pengapian gl pro

xlii

Gambar 18. Memeriksa kumparan skunder dengan multitester

(Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

5. Pemeriksaan sambungan kabel CDI

Pemeriksaan sambungan kabel CDI dapat dilakukan dengan dengan cara

pengecekan kelonggarannya. Bila sambungan longgar, harus diperbaiki agar dapat

rapat kembali.

6. Pemeriksaan unit CDI

Pemeriksaan unit CDI dapat dilakukan dengan melepas sambungan kabel

CDI terlebih dahulu. Kemudian tahanan antar terminal diukur menggunakan

ohmmeter. Bila tahanannya tak terhingga atau kurang dari spesifikasi, unit CDI

harus diganti.

7. Pemeriksaan tahanan pick up coil

Pemeriksaan pick up coil dilakukan dengan cara mancabut sambungan

kabel terlebih dahulu. Kemudian tahanan antar ujung kabel diukur dengan

ohmmeter. Bila tahananya takterhingga atau kurang dari spesifikasi yaitu antara

500 – 600 ohm pada 20 0

C.

Gambar 19. Pengukuran tahanan pic up coil

(Sumber : Anonim, 1994 : C 60)

.magnit

Page 43: pengapian gl pro

xliii

8. Pemeriksaan tahanan Kumparan pengisian

Pemeriksaan tahanan pengisian dilakuakan dengan cara mencabut

sambungan kabel magnet. Ujung dari kabel-kabel dan massa diukur tahanannya

dengan menggunakan ohmmeter. Jika ukuran tahanan tidak tepat, kumparan

pengisian harus diganti. Tahanan standartnya adalah 0,2 – 2 Ohm pada 20 0C.

Gambar 20. Pengukuran tahanan kumparan pengisian

(Sumber : Anonim : C 64)

9. Pemeriksaan Baterai

Pemeriksaan pada baterai dilakukan dengan memeriksa air dalam baterai

tersebut. Bila air kurang dari batas yang telah ditentuka harus segera di isi

kembali.

Gambar 21. Batas air dalam baterai

(Sumber : Anonim : C 64)

Selain air, hal yang sangat penting adalah pengisian dalam baterai

tersebut. Keadaan pengisian dapat diketahui dengan mudah dengan cara

Kumparan pengisian Ohm meter

Batas maksimum

Batas minimum

Page 44: pengapian gl pro

xliv

mengukur berat jenis elektrolit menggunakan hidrometer. Untuk mengukur berat

jenis, masukkan hidrometer kedalam sel dan hisaplah elektrolit secara perlahan-

lahan. Bacalah pengamatan setinggi mata. Pembacaan harus diantara 1,23 – 1,26

pada suhu 20 0C. Bila pembacaan berada dibawah ambang batas maka aki dalam

kedaan kosong dan harus di isi kembali. Pengisian pada baterai dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 22. Pengukuran berat jenis dan pengisian aki

(Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)

F. Pembahasan

Sistem pengapian pada Honda GL Pro 1997 mempunyai komponen utama

yaitu kumparan pengisian, pick up coil, Unit CDI, ignition coil, dan busi.

Pemasangan komponen-komponen ini harus dilakukan secara urut dan benar.

Baterai pada sepeda motor Honda GL Pro dipakai sebagai sumber arus pada

sistem pengapian dan lampu-lampu. Bila mesin sudah hidup tugas baterai diambil

alih oleh kumparan pengisian.

Fungsi dari sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah untuk

menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang digunakan sebagai awal

pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Syarat untuk sempurnanya sistem

pengapian CDI adalah harus ada tegangan listrik yang tinggi. Arus tegangan

Pipa gelas

Hidrometer

Page 45: pengapian gl pro

xlv

tinggi ini harus mampu menghasilkan loncatan bunga api pada busi pada waktu

dan posisi yang tepat dengan langkah torak atau pada saat akhir langkah kompresi,

kemudian untuk yang terakhir adalah komponen dari sistem pengapian harus kuat

dan tahan lama.

Sistem pengapian CDI mempunyai kebaikan dan kekurangan diantaranya

sebagai berikut :

1. Kebaikan

a. Mesin mudah dihidupkan dalam keadaan dingin.

b. Busi lebih awet karena elektroda tidak cepat aus.

c. Kemungkinan terjadi hambatan api pada busi lebih kecil.

d. Busi tidak mudah kotor.

e. Puncak tegangan tinggi tercapai dalam waktu yang singkat dan

pelepasannya lebih pendek.

f. Tidak diperlukan penyetelan pengapian karena tidak ada titik kontak

g. Tidak ada kepekaan terhadap pengaruh cuaca.

h. Mesin tetap jalan teratur dalam kecepatan tinggi.

2. Kekurangan

a. Harganya yang mahal.

b. Ketahanan panasnya mencapai suhu 45 0

C, lebih dari itu bagian

transistornya akan meleleh.

c. Masa kerjanya hanya berkisar antara 50.000 sampai 60.000 km.

Page 46: pengapian gl pro

xlvi

Bila terjadi kerusakan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro

1997, maka pengecekan dilakukan dari komponen yang paling ahir yaitu Busi.

Hal ini dilakukan karena busi merupakan komponen yang mudah rusak.

Page 47: pengapian gl pro

xlvii

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 dapat

diperoleh simpulan bahwa :

1. Sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah berfungsi untuk

mengatur bunga api listrik pada busi untuk membakar campuran bahan bakar

dan udara dalam ruang bakar.

2. Sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 terdiri atas baterai kunci

kontak, koil pulsa (Pick up coil), unit CDI, koil pengapian, dan busi. Dengan

prinsip ditimbulkannya loncatan bunga api pada busi karena adanya tegangan

tinggi tiba-tiba yang dialirkan oleh koil pengapian menuju busi. Koil

pengapian mendapatkan arus dari pengosongan muatan pada kapasitor yang

terdapat didalam unit CDI.

3. Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro

1997 adalah tidak adanya bunga api listrik pada busi atau bunga api yang

dihasilkan busi tidak baik (kemerah-merahan dan menyebar).

4. Cara mendeteksi kerusakan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro

1997 adalah dengan pengetesan loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi.

Bila api yang dihasilkan oleh busi tidak baik atau bahkan tidak ada berarti

sistem pengapiannya mengalami kerusakan. Sedangkan cara mengatasi

kerusakannya adalah dengan melakukan perbaikan atau penggantian

Page 48: pengapian gl pro

xlviii

komponen yang mengalami kerusakan yaitu busi, koil pengapian, unit CDI,

pick up coil, dan kumparan pengisian setelah sebelumnya melakukan

pemeriksaan kondisi komponen tersebut.

B. Saran

Dari uraian bab sebelumnya penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut :

1. Untuk menghasilkan daya mesin yang baik dan waktu pengapian yang tepat,

maka konstruksi sistem pengapian CDI Honda GL Pro 1997 harus selalu

diperiksa setiap 3000 km agar kondisinya tetap baik.

2. Perawatan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 harus

dilakukan dengan selalu menjaga kebersihannya.

3. Bila terjadi kerusakan pada sistem pengapian CDI Honda GL Pro 1997,

penggantian komponen harus sesuai dengan komponen aslinya agar tidak

terjadi kerusakan pada komponen yang lain.

Page 49: pengapian gl pro

xlix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Buku Pedoman Repparasi Honda, Jakarta : PT. Astra

Internasional.

Anonim, 1999, New Step I Training Manual, Jakarta : (tidak diterbitkan)

Daryanto, 2004, Teknik Sepeda Motor, Bandung :Yrama Widya.

Northop RS, 1987, Teknik Sepeda Motor, Bandung : Pustaka Setia

Suganda Hadi, Kageyama Katsumi, 2004, Pedoman Perawatan Sepeda Motor,

Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Page 50: pengapian gl pro

l