penerapan strategi pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran akidah akhlak pengaruhnya terhadap...

52
A. Judul Penelitian PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN AKHLAK PESERTA DIDIK B. Latar Belakang Penelitian Peningkatan mutu pendidikan akan berdampak pada peningkatan mutu sumber daya manusia. Hal ini sangat penting mengingat dewasa ini kita dihadapkan pada berbagai kesempatan dan tantangan, baik yang bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan tantangan itu hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya manusia yang dimiliki bermutu dan berprestasi tinggi. Pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan dilakukan. Pendidikan adalah sebuah sistem formal yang mengajarkan tentang pengetahuan, nilai dan berbagai keterampilan.

Upload: kakang-mas-haryanto

Post on 07-Nov-2015

182 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

PROPOSAL

TRANSCRIPT

A. Judul Penelitian PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN AKHLAK PESERTA DIDIKB. Latar Belakang PenelitianPeningkatan mutu pendidikan akan berdampak pada peningkatan mutu sumber daya manusia. Hal ini sangat penting mengingat dewasa ini kita dihadapkan pada berbagai kesempatan dan tantangan, baik yang bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan tantangan itu hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya manusia yang dimiliki bermutu dan berprestasi tinggi. Pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan dilakukan. Pendidikan adalah sebuah sistem formal yang mengajarkan tentang pengetahuan, nilai dan berbagai keterampilan.Dalam kaitannya pendidikan sebagai sebuah tata nilai, maka diperlukan tentang pendidikan akhlak. Di dalam islam pendidikan akhlak merupakan hal terpenting dalam proses interaksi sesama manusia ataupun dengan sang khalik. Ini terbukti bahwa Rosulullah SAW dalam sebuah hadis mengatakan bahwa sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan ahklak. Bahkan di banyak ayat di dalam al-quran tentang pelajaran akhlak sebagai contoh dalam surat luqman. Di dalam surat tersebut ada sebuah hikmah tentang berakhlak dengan sang khalik dan orang tua. Berdasarkan point tersebut maka pendidikan akhlak adalah hal utama dalam menghasilkan akhlak yang baik bagi peserta didik.Pendidikan dalam persfektif Islam berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi siswa seoptimal mungkin, baik menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah, akal dan akhlak. Dengan optimalisasi seluruh potensi yang dimilikinya, pendidikan Islam berupaya untuk mengantarkan siswa ke arah kedewasaan pribadi secara utuh, karenanya sektor pendidikan formal (melalui sekolah) atau nonformal (pendidikan pesantren) menjadi solusi yang amat diperlukan oleh masyarakat guna memperbaiki pendidikan akhlak anak, dengan harapan ketika sebagai manusia yang bisa diterima diberbagai golongan atau usia dan bahkan harapan yang lebih jauh ia menjadi manusia yang terhormat.Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam proses peserta didik kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada pendidik, dan klasikal. Selain itu peserta didik kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan, jarang sekali peserta didik menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru.Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Pendekatan ini cocok diterapkan dalam Akidah Akhlak sebagai mata pelajaran yang aplikatif dan dapat mendorong siswa untuk menghayati sekaligus untuk mengamalkan kaidah-kaidah Islam dalam kehidupan sehari-hari.MTs. Sirnarasa Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan pendekatan contextual teaching and learning. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian bagaimana implementasi model pembelajaran Kontekstual) dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MI MTs. Sirnarasa Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis dan kendala-kendalanya.C. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimana penerapan strategi model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Sirnarasa?2. Bagaimana keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Sirnarasa?3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran akidah akhlak terhadap perubahan akhlak peserta didik di MTs. Sirnarasa?D. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui penerapan strategi model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Sirnarasa2. Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs Sirnarasa3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran akidah akhlak terhadap perubahan akhlak peserta didik di MTs. SirnarasaE. Manfaat PenelitianDalam penelitian ini penulis berharap hasil penelitian dapat memberikan manfaat konseptual utamanya kepada pembelajaran. Di samping itu juga terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran Akidah Akhlak. Manfaat hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Manfaat Teoritis Model Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007:103). Pendidikan anak tentunya akan berkaitan dengan hasil akhir yaitu keberhasilan belajar, terutama dalam pembelajaran akidah akhlak.Dengan demikian manfaat penelitian secara teoritis adalah dapat memberikan suatu paradigma baru yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran akidah akhlak akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan lembaga. Adapun secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:a. Bagi Siswa Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak.b. Bagi Guru Manfaat penelitian ini bagi guru adalah dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Sehingga akan diperoleh manfaat yang secara langsung dapat diaplikasikan baik dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah yang bersangkutan yaitu dapat menambah referensi sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak. F. Kajian Teori1. Pengertian Model PembelajaranJoyce & Weil (1980) dalam I Wayan Santyasa (2007:4) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Gagne dan Briggs (1979:3) dalam Rushadi (2007:1) mengemukakan bahwa, Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Ahmad Sudrajad (2008:5) mengemukakan bahwa, Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.Menurut Udin Winataputra (1994) dalam Rachmad Widodo (2009:2), Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.2. Model Pembelajaran Kontekstuala. Pengertian Model Pembelajaran KontekstualMenurut Trianto (2007:103), pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Muslih (2009:41) menjelaskan bahwa, pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Johnson (2007: 14), pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.Menurut Sanjaya (2005:109) dalam Sukarto (2009:3), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka.Menurut Nurhadi dalam Sugianto (2008:146) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketermpilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketermpilan baru ketika ia belajar.Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa dari materi yang telah diajarkan.

b. Konsep Dasar Model Pembelajaran KontekstualContextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Sanjaya (2008:255) ,konsep pembelajaran CTL ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan untuk menemukan materi. Maksudnya bahwa proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Semua hasil belajar dicapai melalui pengalamannya sendiri. Guru sebenarnya tidak dapat memberikan pendidikan kepada pelajar, tetapi pelajar itu sendiri yang memperolehnya.Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran dengan pendekatan secara kontekstual, materi yang diajarkan bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi untuk difahami sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.c. Karakteristik Model Pembelajaran KontekstualMenurut Johnson (2007:65-66) ada delapan karakteristik utama dalam sistem pembelajaran kontekstual yang disebutkan sebagai berikut:a. Membuat keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan yang berarti c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d. Bekerja sama e. Berpikir kritis dan kreatif f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian autentikd. Langkah-langkah Model Pembelajaran KontekstualMenurut Sugianto (2008:170), secara sedehana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah sebagai berikut : 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakana dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan engonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik;3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok); 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6) Lakukan refleksi di akhir penemuan; 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.e. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual1) Kelebihan Model Pembelajaran KontekstualMenurut Anisah (2009:1) ada 2 kelebihan model pembelajaran kontekstual, yaitu : a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. 2) Kelemahan Model Pembelajaran KontekstualMenurut Anisah (2009:1) kelemahan model pembelajaran CTL antara lain :b) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL.c) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. d) Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.e) Guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang eksra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

3. Hasil Belajara. Pengertian Hasil BelajarHasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya menurut Nana Sudjana (2010:22) klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah, yaitu:1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (a) pengetahuan atau ingatan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni (a) penerimaan, (b) jawaban atau reaksi, (c) penilaian, (d) organisasi, dan (e) internalisasi. 3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpreatif.Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.Menurut Hamalik (2007: 31) mengemukakan, hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan. Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2007: 155)Jadi, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil BelajarMenurut Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.4. Pembelajaran Akidah Akhlaka. Pengertian AkidahMenurut kamus arab al-huda (2004:382) bahwa kata akidah bersal dari kata aqoid, bentuk jamak dari kata Aqadah yang artinya yang dipercayai hati.Sedangkan menurut Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari (2005:28) aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan. Sejalan dengan hal tersebut M Hasbi A. Syihab (1998:1) mengatakan bahwa aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.Jadi, dapat disimpulkan bahwa akidah adalah suatu keyakinan yang dibenarkan hati tanpa keragu-raguan.b. Pengertian AkhlakPerkataan akhlak berasal dari bahasa arab jama dari khuluq yang menurut loghat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Yaqub, 1993: 11). Sedangkan menurut Kamus Istilah Agama Islam (2009 : 12) Akhlak adalah perilaku atau tabiat manusiayang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terpuji maupun yang tercela. Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan arti kata budi pekerti atau kesusilaan atau sopan santun (Tatapangarsa, 1994: 13). Sedangkan menurut para ahli, yaitu:1) Imam Al Ghazali mengemukakan akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat-sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).2) Ibnu Maskawaih menyatakan bahwa yang disebut akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran3) Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan, bahwa yang disebut akhlak adalah Adatul-Iradah atau kehendak yang dibiasakan (Tatapangarsa, 1994: 15). Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang sehingga mudah dikerjakan. Jika apa yang namanya kehendak itu dikerjakan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.Dari beberapa pendapat tentang akhlak diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu perangai atau tingkah laku manusia dalam pergaulan sehari-hari. Perbuatan-perbuatan tersebut timbul dengan mudah tanpa direncanakan terlebih dahulu karena sudah menjadi kebiasaan. Apabila dari perangai tersebut timbul perbuatan perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal sehat dan syariat, maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Sebaliknya, apabila timbul dari perangai itu perbuatan-perbuatan yang buruk maka ia disebut sebagai akhlak buruk.c. Tujuan Pendidikan AkhlakTujuan ialah suatu usaha yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai dikerjakan. Maka tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Inilah yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan as-sunnah. Dengan demikian bahwa pendidikan akhlak adalah merupakan asas bagi tiap pendidikan manusia.Rumusan cukup sederhana namun sangat mengena telah ditawarkan oleh Zakiah Daradjat. Zakiah berpandangan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk karakter muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji. Menurut Zakiah, dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak merupakan pantulan iman tersebut pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi dan akhlak adalah bukti. Dalam halini, Zakiah menekankan bahwa akhlak adalah implementasi iman. Dari pandangan Zakiah Daradjat ini dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membuat peserta didik mampu mengimplementasikan keimanan dengan baik.G. Kerangka PemikiranA. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) menurut Nurhadi dalam Sugianto (2008:146) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.Siswa yang termotivasi baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan siswa yang yang kurang atau tidak termotivasi ketika belajar. Konstribusi model pembelajaran CTL terhadap peningkatan keberhasilan belajar akidah akhlak siswa adalah ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran akidah akhlak dapat dikatakan cukup rendah. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Bila kerangka berpikir di atas digambarkan dalam bentuk paradigm, maka hasilnya adalah sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Guru Akidah Akhlak

Pelajaran Akidah Akhlak

Model Pembelajaran Kontekstual

Perubahan akhlak peserta didikPengembangan Model Pembelajaran Kontesktual Oleh guru Akidah Akhlak

H. HipotesisHipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis alternatif dan hipotesis Nol. Hipotesis benar jika Hipotesis alternatif (Ha) terbukti kebenarannya.Ha : Adanya pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis.Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Sirnarasa Sirnarasa Kabupaten Ciamis.

I. Variabel Penelitian1. Definisi Operasional Variabel PenelitianDalam penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu :a. Variabel bebas (X)Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah model pembelajaran kontekstual.b. Variabel terikat (Y)Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.Adapun definisi operasional dari kedua variabel di atas adalah sebagai berikut:a. Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata.b. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. .J. Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis. Selanjutnya subjek penelitian ini disebut dengan populasi. Menurut Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2007:172), populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah siswa Kelas VIII MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan sensus (Riduwan, 2010:64). Hal tersebut dilakukan karena jumlah populasi berjumlah 35 orang, jadi sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yakni total siswa kelas peseta didik kelas VIII MTs Sirnarasa Kabupaten Ciamis.K. Prosedur Penelitian1. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Tujuannya untuk menggambarkan kondisi faktual faktor-faktor yang terlibat dalam permasalahan tersebut (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2007:105). Untuk memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian :a. Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.b. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif , yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan stastistik. Melaui pendekatan kuantitatif akan didapatkan hasil pengolahan data yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk narasi.2. Jenis dan Pengembangan Instrumen Penelitiana. Jenis Instrumen PenelitianJenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:1) AngketSebagaimana dikemukaan oleh Bagong Suyanto dan Karnaji (2006:60) bahwa:Kuisioner (angket) merupakan daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif (option) jawaban yang telah teredia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya.

Lebih lanjut Muhammad Ali (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2007:200) mengemukakan bahwa:Angket dapat dipandang sebagai suatu teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam pelaksanaannya, angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara secara lisan. Oleh karena itu angket sering juga disebut dengan wawancara tertulis.

Pada penelitian ini angket digunakan sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh data dari responden mengenai seberapa besar model pembelajaran kontekstual bagi siswa.Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Menurut Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2007:201), Angket tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya telah disediakan dan tinggal dipilih oleh responden. Sedangkan jenis angket tertutup yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun item pilihan ganda (multiple choice).

2) Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian (Riduwan, 2010:77). Dokumentasi yang akan digunakan adalah foto dari setiap kegiatan peseta didik dan nilai raport mata pelajaran Akidah Akhlak semester genap tahun ajaran 2014/2015 baik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di kelas. Hal ini dilakukan untuk menunjang proses penelitian agar dapat diamati perbedaan dari proses yang terjadi.L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data1. Teknik Pengolahan Dataa. Skala Pengukuran InstrumenSkala pengukuran instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert, dengan pemberian skor sebagai berikut:1) Pernyataan Positifa. Skor 4 untuk pilihan jawaban selalub. Skor 3 untuk pilihan jawaban seringc. Skor 2 untuk pilihan jawaban kadang-kadangd. Skor 1 untuk pilihan jawaban tidak pernah2) Pernyataan Negatifa. Skor 1 untuk pilihan jawaban selalub. Skor 2 untuk pilihan jawaban seringc. Skor 3 untuk pilihan jawaban kadang-kadangd. Skor 4 untuk pilihan jawaban tidak pernahb. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1) Uji validitas Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehinggga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument, Arikunto dalam Riduwan (2010:97) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menghitung validitas alat ukur baik angket untuk mengukur model pembelajaran kontekstual digunakan rumus Pearson Product Moment. Dengan menggunakan rumus:

r hitung= Keterangan :r hitung: Koefisien korelasiX: Jumlah skor itemY: Jumlah skor total (seluruh item)n: Jumlah respondenSelanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : thitung =dimana : t = nilaithitung r = koefisien korelasi hasil rhitung n = jumlah respondenDistribusi (tabel t) untuk = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = n -2)Kaidah keputusan : jika t hitung> t tabel berarti valid, sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti tidak valid Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600sampai dengan 0,5999 : cukup tinggi Antara 0,400 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,1999 : sangat rendah (tidak valid) Riduwan (2010:98) Untuk memudahkan dalam penghitungan maka, peneliti akan menggunakan Program SPSS 18.00.2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan ketepatan(keajegan) alat pengumpul data (instrumen yang digunakan) baikangket untuk mengukur model pembelajaran kontekstual digunakan rumus Alpha. Dengan rumus:

Keterangan:r11= Nilai reabilitasn= Jumlah itemSi = Jumlah varians skor tiap-tiap itemSt= Varians totalUntuk mengetahui reliabilitas seluruh pertanyaan angket harus menggunakan rumus Spearman Brown : r11 = Dimana : r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh itemrb = korelasi product moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir)Riduwan (2010:213) Untuk menentukan tingkat reabilitas, digunakan kriteria dari Guilford, sebagai berikut :

0.00